• Tidak ada hasil yang ditemukan

LP Analisa Gas Darah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LP Analisa Gas Darah"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM

PEMERIKSAAN GAS DARAH ARTERI (ANALISA GAS DARAH) PEMERIKSAAN GAS DARAH ARTERI (ANALISA GAS DARAH)

Oleh Anggi Pratiwi, 0906564044 Oleh Anggi Pratiwi, 0906564044 Keperawatan Dewasa 3 Kelompok D Keperawatan Dewasa 3 Kelompok D

1. Pengertian 1. Pengertian

Pemeriksaan Astrup/AGD adalah pemeriksaan analisa gas darah melalui darah Pemeriksaan Astrup/AGD adalah pemeriksaan analisa gas darah melalui darah arteri. Pengukuran gas darah arteri memberikan informasi dalam mengkaji dan

arteri. Pengukuran gas darah arteri memberikan informasi dalam mengkaji dan

memantau respirasi klien dan metabolism asam-basa, serta homeostatis elektrolit. AGD memantau respirasi klien dan metabolism asam-basa, serta homeostatis elektrolit. AGD  juga digunakan untuk mengkaji oksigenasi. Istilah-istilah penting yang

 juga digunakan untuk mengkaji oksigenasi. Istilah-istilah penting yang harus diketahuiharus diketahui dalam pemeriksaan gas darah arteri antara lain, pH, P

dalam pemeriksaan gas darah arteri antara lain, pH, PCOCO22, HCO, HCO33--, PO, PO22, dan SaO, dan SaO22..

 pH merupakan logaritma negative dari kosentrasi ion hydrogen di dalam darah.  pH merupakan logaritma negative dari kosentrasi ion hydrogen di dalam darah.  pH secara terbalik menunjukkan konsentrasi ion hydrogen. Oleh karena itu, ketika  pH secara terbalik menunjukkan konsentrasi ion hydrogen. Oleh karena itu, ketika

konsentrasi ion hydrogen menurun, pH akan naik, begitu pula

konsentrasi ion hydrogen menurun, pH akan naik, begitu pula sebaliknya. pH normalsebaliknya. pH normal  pada darah arteri orang dewasa adalah 7,35 sampai 7,45. Dan 7,31 hingga 7,41 pada  pada darah arteri orang dewasa adalah 7,35 sampai 7,45. Dan 7,31 hingga 7,41 pada

vena. vena.

P

PCOCO22merupakan ukuran tekanan parsial COmerupakan ukuran tekanan parsial CO22dalam darah. Pdalam darah. PCOCO22menunjukkanmenunjukkan

kondisi ventilasi. Semakin cepat dan dalam klien bernapas, semakin banyak CO

kondisi ventilasi. Semakin cepat dan dalam klien bernapas, semakin banyak CO22yangyang

dikeluarkan dan P

dikeluarkan dan PCOCO22 pun akan turun. P pun akan turun. PCOCO22dalam darah dan CSF merupakan stimulusdalam darah dan CSF merupakan stimulus

utama bagi pusat pernapasan di otak. Apabila P

utama bagi pusat pernapasan di otak. Apabila PCOCO22naik, maka pernapasan akannaik, maka pernapasan akan

terstimulasi. Jika P

terstimulasi. Jika PCOCO22naik terlalu tinggi dan paru-paru tidak dapatnaik terlalu tinggi dan paru-paru tidak dapat

mengkompensasinya, maka akan terjadi koma. Nilai normal P

mengkompensasinya, maka akan terjadi koma. Nilai normal PCOCO22dalam arteri adalahdalam arteri adalah

35-45 mmHg, sedangkan dalam vena adalah 40-50 mmHg. 35-45 mmHg, sedangkan dalam vena adalah 40-50 mmHg.

Kebanyakan CO

Kebanyakan CO22dalam darah berbentuk HCOdalam darah berbentuk HCO33--(asam bikarbonat). HCO(asam bikarbonat). HCO33-- adalahadalah

ukuran dari komponen metabolic dari keseimbangan asam-basa dan diatur oleh ginjal. ukuran dari komponen metabolic dari keseimbangan asam-basa dan diatur oleh ginjal. Dalam ketoasidosis diabetic, HCO

Dalam ketoasidosis diabetic, HCO33-- menurun karena digunakan untuk menetralisir menurun karena digunakan untuk menetralisir 

asam-asam diabetic dalam plasma. Nilai normal dari HCO

asam-asam diabetic dalam plasma. Nilai normal dari HCO33-- dalam darah adalah 21-28dalam darah adalah 21-28

mEq/L. mEq/L.

Tekanan parsial oksigen, PO

Tekanan parsial oksigen, PO22, secara tidak langsung menunjukkan nilai O, secara tidak langsung menunjukkan nilai O22dalamdalam

darah. PO

darah. PO22menunjukkan tekanan oksigne yang larut dalam menunjukkan tekanan oksigne yang larut dalam plasma. POplasma. PO22 jugajuga

merupakana salah satu indicator untuk mengetahui keefektifan terapi oksigen yang merupakana salah satu indicator untuk mengetahui keefektifan terapi oksigen yang

(2)

digunakan. Nilai normal dari PO2adalah 80-100 mmHg pada arteri dan 40-50 mmHg

 pada vena.

Saturasi oksigen (SaO2), adalah presentasi ikatan hemoglobin (Hb) dengan

oksigen. Pada lansia nilai SaO2 ialah 95%. Sedangkan pada orang dewasa 95% sampai

100%. Berikut merupakan nilai normal untuk analisa gas darah arteri dan nilai abnormal dalam gangguan keseimbangan asam-basa yang tidak terkompensasi.

Gangguan Asam-basa pH PCO2 (mmHg) HCO3 -(mEq/L) Penyebab - (nilai normal) 7,35-7,45 35-45 22-26 Asidosis

respiratorik  Turun Naik Normal

- Respiratory depression (pengaruh obat-obatan, trauma pada system saraf   pusat

- Penyakit paru (pneumonia, penyakit  paru obstruktif kronis)

Alkalosis

respiratorik  Naik Turun Normal Hiperventilasi (emosi, nyeri) Asidosis

metabolic Turun Normal Turun

Diabetes, syok, gagal ginjal, intestinal fistula

Alkalosis

metabolic Naik Normal Naik  

Overdosis natrium bikarbonat, muntah-muntah yang lama, nasogastrik drainase.

2. Tujuan

a. Mengetahui keseimbangan asam dan basa dalam tubuh b. Mengetahui kadar oksigen dalam tubuh

c. Mengetahui kadar karbondioksida dalam tubuh d. Mengetahui efektivitas ventilasi dan respirasi

3. Kompetensi dasar lain yang harus dimiliki untuk melakukan tindakan

Bila menggunakan arteri radialis, sebelumnya dilakukan tes Allen untuk pemeriksaan sistem kolateral pembuluh darah/arteri radialis.

Uji Allen :

a. Pasien diminta untuk mengepalkan tangan dengan kencang  b. Menekan kedua arteri radialis dan ulnaris dengan jari

c. Pasien diminta membuka dan mengepal beberapa kali hingga jari-jari pucat, kemudian biarkan telapak tangan terbuka

(3)

d. Pemeriksa melepaskan tekanan/sumbatan arteri ulnaris, telapak tangan akan pulih warnanya dalam 1 sampai 3 detik (paling lama 15 detik) bila darah dari arteri ulnaris mengisi pembuluh kapiler tangan yang menandakan adanya sirkulasi kolateral.

e. Kaji potensi kedua arteri dengan cara tersebut bergantian.

f. Bila terdapat gangguan kolateralisasi pada arteri ulnaris (uji Allen negatif), arteri radialis tidak boleh digunakan untuk pengambilan darah arteri

4. Indikasi, Kotraindikasi dan komplikasi a. Indikasi

• Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik  • Pasien deangan edema pulmo

• Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS) • Infark miokard

• Pneumonia • Klien syok 

• Post pembedahan coronary arteri baypass • Resusitasi cardiac arrest

• Klien dengan perubahan status respiratori • Anestesi yang terlalu lama

b. Kontraindikasi

•Denyut arteri tidak terasa •Modifikasi Allen tes negatif 

•Selulitis atau adanya infeksi terbuka atau penyakit pembuluh darah perifer pada

tempat yang akan diperiksa

•Adanya koagulopati (gangguan pembekuan) atau pengobatan dengan

antikoagulan dosis sedang dan tinggi merupakan kontraindikasi relatif. c. Komplikasi

• Apabila jarum sampai menebus periosteum tulang akan menimbulkan nyeri • Perdarahan atau hematoma

(4)

• Arteriospasme atau spasme pembuluh arteri • Emboli udara atau bekuan darah

• Anaphilaksis yang timbul dari anastesi lokal • Kontaminasi

5. Alat dan Bahan

a. Disposibel spuit 2.5 cc  b. Perlak/alas c. Heparin d. Kapas alkohol e. Bak spuit f. Bengkok 

g. Penutup udara dari karet

h. Wadah berisi es (baskom atau kantong plastik)

i. Label untuk menuliskan status klinis pasien yang meliputi : nama, tanggal dan waktu, apakah menerima O2, bila ya berapa liter dan dengan rute apa.

  j. Sarung tangan

6. Anatomi daerah yang akan menjadi target tindakan

(www.google.co.id)

Lokasi pengambilan darahnya antara lain di arteri radialis, arteri brachialis, arteri femoralis, arteri tibialis, dan arteri dorsal pedalis. Umunya pengambilan darah arteri

(5)

dilakukan pada arteri radialis. Arteri radialis merupakan kelanjutan dari arteri brachialis, tetapi lebih kecil dari ulnaris. Pada fossa cubitis, arteri brachialis bercabang membentuk  arteri radialis dan arteri ulnaris. Arteri ini berada di atas tendon biseps dan letaknya  berawal dari atas m. spinator kemudian turun di sisi radialis lengan bawah, di bawah

tepi m. brachioradialis kemudian di antara tendon brachioradialis dan m.flexor carpi radialis di bagian bawah lengan bawah.

Arteri radialis berjalan berturut-turut di atas m.supinator, m.pronator teres, kaput radius m.flexor digitorum superfisialis, m.flexor polisis longus, dan m.pronator 

kuadratus. Di pergelangan tangan arteri ini terletak di sebelah distal radius lateral terhadap tendon flexor carpi radialis. Disinilah denyut nadi radialis terasa paling jelas. Arteri radial itu terdiri dari tiga bagian, satu di lengan, yang kedua di bagian belakang  pergelangan tangan, dan yang ketiga di tangan.

Arteri radialis berjalan ke belakang di bawah tendon m.abduktor polisis longusdan m.abduktor polisis brevis memasuki snuffbox anatomis. Akhirnya arteri ini melewati atas os.skafoid dan os.trapezium dalam snuffbox dan keluar diantara dua kaput

m.abduktor polisis membentuk arcus palmaris profunda bersama dengan arteri ulnaris (ramus palmaris profunda). Dari sini keluar cabang prinseps polisis menuju ibu jari dan radialis indisis menuju telunjuk. Arcus palmaris profunda punya tiga cabang aa

metacarpal palmaris yang akhirnya bergabung dengan a digitalis palmaris comunis (dari arcus superfisialis) yang memasok darah ke jari-jari tangan.

7. Aspek keamanan dan keselamatan (safety) yang harus diperhatikan

a. Pasien diusahakan dalam keadaan tenang dan tidak takut/gelisah dengan posisi  berbaring. Apabila pasien dalam keadaan takut/gelisah akan menyebabkan

hiperventilasi.

 b. Pengambilan astrup dilakukan 20 menit setelah pemberian oksigen pada pasien yang sedang diberi terapi oksigen dan cantumkan kadar oksigen yang diberikan. c. Perlu diperhatikan adanya perdarahan dan hematoma akibat pengambilan darah

terutama pada pasien yang sedang mendapat terapi antikoagulan.

d. Jika AGD dilakukan bersamaan dengan rencana pemeriksaan spirometri, darah arteri diambil sebelum pemeriksaan spirometri dilakukan (bertujuan untuk  menentukan diagnosa gagal napas)

(6)

e. Suhu tubuh pasien waktu pengambilan darah harus dicantumkan pada formulir   permohonan pemeriksaan.

8. Prosedur tindakan

a. Beritahu pasien tujuan dari pengambilan darah  b. Ukur suhu tubuh pasien

c. Pasang alas/ perlak pada lokasi yang akan diambil darah d. Pasang sarung tangan

e. Usahakan agar lengan dalam posisi abduksi dengan telapak tangan menghadap ke atas dan pergelangan tangan ekstensi 30oagar jaringan lunak terfiksasi oleh

ligamen dan tulang. Bila perlu bagian bawah pergelangan dapat diganjal dengan  bantal kecil.

f. Jari pemeriksa diletakkan di atas arteri radialis (proksimal dari lipatan kulit di  pergelangan tangan) untuk meraba denyut nadi agar dapat memperkirakan letak 

dan kedalaman pembuluh darah

g. 0,2 ml heparin diaspirasikan ke dalam spuit sehingga dasar spuit basah oleh heparin dan kemudian kelebihan heparin dibuang melalui jarum, dilakukan  perlahan sehingga pangkal jarum penuh dengan heparin dan tidak ada

gelembung udara.

h. Pastikan denyutan dari arteri terbesar kemudian dengan menggunakan tangan kiri antara telunjuk dan jari tengah beri batas daerah yang akan ditusuk dan titik  maksimum denyutan ditemukan.

i. Lakukan tindakan asepsis/antisepsis, bersihkan daerah tersebut dengan kapas alkohol

 j. Setelah dilakukan asepsis, jarum 5-10 mm ditusukkan pada daerah distal dari  jari pemeriksa yang menekan arteri ke arah proksimal. Jarum ditusukkan

membentuk sudut 30o (45opada arteri radialis dan 90opada arteri femoralis) dengan permukaan lengan dengan posisi lubang jarum/ bevel menghadap ke atas.

k. Jarum yang masuk ke dalam arteri akan menyebabkan torak semprit terdorong oleh tekanan darah.

(7)

l. Pada pasien hipotensi, torak semprit dapat ditarik perlahan, indikasi satu-satunya  bahwa darah tersebut darah arteri adalah adanya pemompaan darah ke dalam

spuit dengan kekuatan sendiri.

m. Setelah jumlah darah yang diperlukan terpenuhi (minimal 1 ml), cabut jarum dengan cepat dan di tempat tusukan jarum lakukan penekanan dengan jari selama 5 menit untuk mencegah keluarnya darah dari pembuluh arteri (10 sampai 15 menit untuk pasien yang mendapat antikoagulan)

n. Gelembung udara harus dibuang keluar spuit, lepaskan jarum dan tempatkan  penutup udara pada spuit, putar spuit diantara telapak tangan untuk 

mencampurkan heparin.

o. Spuit diberi label dan segera tempatkan dalam es/air es atau termos berisi air es (semprit dibungkus plastik agar air tidak masuk ke dalam semprit, keadaan dingin bertujuan memperkecil terjadinya perubahan biokimia (metabolisme sel darah), untuk selanjutnya spuit dibawa ke laboratorium.

 p. Bereskan alat

q. Lepas sarung tangan

 Pengambilan darah arteri brachialis

a. Arteri brachialis letaknya lebih dalam dar arteri radialis, Pengambilannya harus hati-hati dan memperhatikan letak syaraf, agar tidak menciderai nervus

medianus yang dekat dengan srteri brachialis.

 b. Lengan pasien dalam keadaan ekstensi maksimal, siku dihiperekstensikan setelah meletakkan bantal/handuk di bawah siku

c. Raba denyut arteri brachialis dengan jari d. Lakukan tindakan asepsis

e. Tusukkan jarum dengan sudut 45odan lubang jarum menghadap ke atas, 5-10

mm dari distal jari pemeriksa yang menekan pembuluh darah

f. Setelah pengambilan, tekan daerah tusukan selama 5 menit atau sampai  perdarahan berhenti.

(8)

a. Spuit yang digunakan untuk mengambil darah sebelumnya diberi heparin. Rasional: untuk mencegah darah membeku.

b. Kaji ambang nyeri klien, apabila klien tidak mampu menoleransi nyeri, berikan anestesi lokal. Rasional: meskipun pengambilan darah arteri menyakitkan, sebisa mungkin kenyamanan klien harus tetap terjamin.

c. Bila menggunakan arteri radialis, lakukan test allent untuk mengetahui kepatenan arteri. Rasional: apabila tes Allen yang dilakukan negatif akan tetapi tetap

dipaksakan mengambil darah arteri lewat a. radialis, trombosis dapat terjadi dan  berisiko mengganggu viabilitas tangan.

d. Untuk memastikan apakah yang keluar darah vena atau darah arteri, lihat darah yang keluar, apabila keluar sendiri tanpa kita tarik berarti darah arteri. Rasional: untuk mengetahui tindakan yang dilakukan telah tepat dan mengurangi risiko salah diagnosis.

e. Apabila darah sudah berhasil diambil, goyangkan spuit sehingga darah tercampur  rata dan tidak membeku. Rasional: jika terjadi pembekuan maka tidak akan

didapatkan hasil yang diharapkan dari pemeriksaan AGD yang dilakukan. f. Lakukan penekanan yang lama pada bekas area insersi (aliran arteri lebih deras

daripada vena). Rasional: untuk mencegah pembentukan hematoma.

g. Keluarkan udara dari spuit jika sudah berhasil mengambil darah dan tutup ujung  jarum dengan karet atau gabus. Rasional: udara bebas dapat mempengaruhi nilai

O2pada AGD arteri.

h. Ukur tanda vital (terutama suhu) sebelum darah diambil. Rasional: untuk 

mengetahui apakah klien mengalami demam atau tidak. Apabila terdapat demam dapat mengindikasi adanya infeksi patogen.

i. Penusukan tepat pada arteri ditandai dengan darah yang keluar berwarna segar  dan memancar.

 j. Spesimen dimasukkan ke dalam kantong es bila tempat pemeriksaan jauh. Rasional: suhu yang rendah menurunkan metabolism sel darah yang mungkin merubah nilai pH, PCO2, PO2dan HCO3-.

k. Daerah/lokasi pengambilan darah arteri harus bergantian. Rasional: mencegah kerusakan pembuluh arteri karena seringnya insersi di tempat yang sama.

(9)

l. Hindarkan pengambilan darah pada arteri femoralis. Rasional: arteri femoralis terletak sangat dalam di bawah kulit dan arteri femoralis merupakan salah satu  pembuluh arteri utama yang memperdarahi ekstremitas bawah.

m. Hindari melakukan aspirasi yang bertujuan untuk mengeluarkan udara pada spuit yang berisi darah. Rasional: udara bebas dapat mempengaruhi nilai O2pada

AGD arteri.

n. Segera kirim ke laboratorium

o. Nilai normal hasil analisi gas darah arteri

10. Hal-hal penting yang harus dicatat setelah tindakan (dokumentasi) a. Nama pasien

b. Usia

c. Keterangan klien menggunakan alat bantu oksigenasi atau tidak  d. Waktu dilakukannya prosedur.

e. Jenis pemeriksaan yang dilakukan

f. Keadaan kulit (kemerahan, perdarahan berlebihan) g. Ruangan

h. Suhu tubuh pasien

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Teknik prosedural keperawatan: Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar  klien. Jakarta: Salemba Medika.

Smeltzer & Bare. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah: Brunner & Suddarth (terjemahan). Jakarta: EGC.

Pagana, K.D., & Pagana, T.J. (1999).  Diagnostic testing & nursing implications: A case  study approach. 5thedition. St. Louis, Missouri: Mosby, Inc.

Referensi

Dokumen terkait