• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DENGAN ANAK PUTUS SEKOLAH DI DESA KUHANGA KECAMATAN BINTAUNA KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DENGAN ANAK PUTUS SEKOLAH DI DESA KUHANGA KECAMATAN BINTAUNA KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA SKRIPSI"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA

DENGAN ANAK PUTUS SEKOLAH DI DESA KUHANGA

KECAMATAN BINTAUNA KABUPATEN

BOLAANG MONGONDOW UTARA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mengikuti Ujian Akhir Sarjana Pendidikan

OLEH

LISWANDA PAPUTUNGAN NIM. 911411087

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2015

(2)
(3)

HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DENGAN ANAK PUTUS SEKOLAH DI DESA KUHANGA KECAMATAN BINTAUINA KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA Liswanda Paputungan1, Dr. Muh. Amir Arham, ME.2, Yayu Isyana D.

Pongoliu, SE.,M.Sc.3 Jurusan Pendidikan Ekonomi

ABSTRAK

Liswanda Paputungan. Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua

dengan Anak Putus Sekolah di Desa Kuhanga Kecamatan Bintauna Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Skripsi. Jurusan Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dr. Muh. Amir Arham, ME. dan pembimbing II Yayu Isyana D. Pongoliu, SE.,M.Sc.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status sosial ekonomi orang tua dengan anak putus sekolah di Desa Kuhanga Kecamatan Bintauna Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah anak putus sekolah di Desa Kuhanga Kecamatan Bintauna yang berjumlah 45 orang.

Hasil penelitian menunjukan bahwa status sosial ekonomi orang tua berhubungan dengan anak putus sekolah di Desa Kuhanga Kecamatan Bintauna. Hubungan antara pendidikan orang tua dengan anak putus sekolah di Desa Kuhanga Kecamatan Bintauna Kabupaten Bolaang Mongondow Utara yang dibuktikan oleh nilai signifikan chisquare lebih kecil dari α = 0.05. Hubungan antara pekerjaan orang tua dengan anak putus sekolah di Desa Kuhanga Kecamatan Bintauna Kabupaten Bolaang Mongondow Utara yang dibuktikan oleh nilai signifikan yang lebih kecil dari α = 0.05. Hubungan antara penghasilan orang tua dengan anak putus sekolah di Desa Kuhanga Kecamatan Bintauna Kabupaten Bolaang Mongondow Utara yang dibuktikan oleh nilai signifikan yang lebih kecil dari α = 0.05.

Kata Kunci: Status Sosial Ekonomi Orang Tua, Anak Putus Sekolah

1Liswanda Paputungan. Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Negeri Gorontalo

2

Dr. Muh. Amir Arham, ME. dosen Jurusan Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo

3 Yayu Isyana D. Pongoliu, SE.,M.Sc. dosen Jurusan Pendidikan Ekonomi. Fakultas

(4)

PENDAHULUAN

Pemerintah telah berusaha menurunkan angka putus sekolah dalam rangka penuntasan wajib belajar (wajar) Sembilan tahun harus memperoleh perhatian yang serius. Adanya program wajib belajar (wajar) sembilan tahun dari pemerintah juga ternyata belum dapat menuntaskan permasalahan tingginya angka anak putus sekolah. Walaupun program wajib belajar (wajar) Sembilan tahun yang diaplikasikan dengan pemberian BOS berdampak positif seperti dalam penelitian Balitbang Kepdiknas tahun 2007 bahwa BOS dapat menurunkan angka putus sekolah dari 0,6% menjadi 0,4%.

Rendahnya minat anak dapat disebabkan oleh kurangnya perhatian orang tua, jarak antara tempat tinggal anak dengan sekolah yang jauh, fasilitas belajar yang kurang, dan pengaruh lingkungan sekitarnya. Minat yang kurang dapat disebabkan oleh pengaruh lingkungan misalnya tingkat pendidikan masyarakat rendah yang diikuti oleh rendahnya kesadaran tentang pentingnya pendidikan. Ketidak mampuan ekonomi keluarga dalam menopang biaya pendidikan yang berdampak terhadap masalah psikologi anak sehingga anak tidak bisa bersosialisasi dengan baik dalam pergaulan dengan teman sekolahnya selain itu adalah peranan lingkungan.

Purwanto (2007) mengatakan bahwa ada lima indikator penting dari status sosial ekonomi yaitu jenis pendidikan orang tua, tingkat pendapatan/penghasilan, keadaan lokasi rumah tinggal, pekerjaan dan lingkungan sosial. Kelima indikator tersebut digunakan untuk mengukur status sosial ekonomi seseorang. Dalam penelitian ini akang digunakan tiga indikator yaitu pendidikan orang tua, pendapatan/penghasilan, pekerjaan orang tua dan untuk mengetahui keadaan sosial di Desa Kuhanga Kecamatan Bintauna.

Selain itu, Soetjiningsih (2004) mengatakan bahwa status sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat, status sosial ekonomi adalah gambaran tentang keadaan seseorang atau suatu masyarakat yang ditinjau dari segi sosial ekonomi, gambaran itu seperti tingkat pendidikan, pendapatan dan sebagainya. status ekonomi kemungkinan besar merupakan pembentuk gaya hidup keluarga. Pendapatan keluarga memadai akan menunjang tumbuh kembang anak. Karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer maupun sekunder.

Putus sekolah dapat diartikan sebagai drop-out (DO) yang artinya bahwa seorang anak didik karena suatu hal biasa disebabkan karena malu, malas, takut, sekedar ikut dengan temannya atau karena alasan lain sehingga mereka putus sekolah di dapat disimpulkan bahwa putus sekolah adalah kegagalan seseorang dalam memperoleh dan menyelesaikan pendidikan secara formal, atau seorang anak yang gagal dalam pendidikan kerena sesuatu faktor baik yang datang dalam diri sendiri maupun orang lain. Jadi dapat disimpulkan angka anak yang

(5)

putus sekolah dalam penelitian ini berada pada tingkat pendidikan SMP dan SMA. (Bagong, 2001).

Bertolak dari teori diatas, maka pada hakekatnya kemampuan ekonomi keluarga akan memberikan pengaruh baik langsung maupun tidak langsung pada pendidikan dan pekerjaan atau jabatan serta mempertimbangkan hasil yang dicapai pada pendidikan dan pekerjaan. Ini berarti bahwa kondisi kemampuan ekonomi keluarga turut mempengaruhi pola perilaku individu dalam kehidupannya. Apabila orang tuanya hidup dalam status sosial yang serba cukup dan kurang mengalami tekanan fundamental seperti hal memperoleh nafkah yang memadai, orang tuanya dapat mencurahkan perhatian yang lebih mendalam kepada pendidikan anaknya apabila tidak disulitkan perkara-perkara memenuhi kebutuhan primer kehidupan manusia. Dengan keadaan ekonomi yang serba cukup, segala keperluan mengenai pendidikan bagi anak juga akan tercukupi seperti penyediaan sarana dan prasarana belajar, pembayaran biaya pendidikan dan tercukupinya berbagai kegiatan yang menunjang pendidikan seperti kursus dan les tambahan.

Adapun indikator yang terdapat pada anak putus sekolah yaitu kondisi ekonomi keluarga, faktor lingkungan sosial maupun budaya, tingkat kesadaran anak itu sendiri dan jumlah tanggungan keluarga keempat indikator ini sangat berpengaruh terhadap anak putus sekolah. Kkeluarga yang melibatkan anak dalam kegiatan ekonomi sangat tidak memikirkan dampak negatif yang terjadi pada anak, dimana seorang anak yang telah ikut bekerja dalam kegiatan ekonomi keluarga merupakan suatu aspek yang sangat berpengaruh terhadap kelangsungan pendidikan, karena sikap seorang yang menunjukkan mereka lebih suka bekerja dari pada pergi ke sekolah. Anak yang terlibat dalam kegiatan ekonomi keluarga dapat menjadi masalah, karena dari segi pendidikan anak-anak yang bekerja disinyalir cendrung mudah putus sekolah.

Menurut Irwanto (2005) pendidikan orang tua anak putus sekolah kebanyakan berada ditingkat SD dan SMP, dimana dilihat dari tingkat pendidikan orang tua anak putus sekolah tidak terfokus pada pendidikan anaknya. Aspek lain yang berperan dalam pendidikan anak yakni lapangan usaha yang digeluti oleh orang tuanya. Sebuah penelitian menunjukan bahwa sebagian besar banyak anak-anak yang bekerja sebagai pekerja keluarga, dengan demikian besar kemungkinan anak-anak yang bekerja dipengaruhi oleh pekerjaan orang tuanya, dimana pekerjaan orang tuanya dapat mempengaruhi terhadap tingkat partisapasi anak sehingga ada anak yang berada pada usia sekolah yang membantu orang tuanya bekerja.

Pendapatan/penghasilan orang tua yang mempunyai anak tidak melanjutkan sekolah berkaitan erat terhadap pekerjaan yang di milikinya. Semakin baik pekerjaan yang dimiliki orang tua maka pendapatan yang diperoleh semakin besar, sehingga kesempatan untuk memberikan pendidikan yang tinggi dan berkualitas menjadi semakin besar. Orang tua yang memiliki pekerjaan yang layak akan memberikan kesempatan dan

(6)

dorongan pada anaknya dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Orang tua yang mempunyai anak tidak melanjutkan sekolah ke tingkat SMA di Desa Kuhanga Kecamatan Bintauna mayoritas memiliki pekerjaan pokok sebagai petani dan nelayan. Pekerjaan tersebut termasuk dalam pekerjaan rendah karena dilihat dari segi pendapatan yang diperoleh kurang bisa memenuhi kebutuhan keluarga. Adapun Orang tua tersebut juga memiliki pekerjaan sampingan sebagai peternak. (Asmalia, 2006).

Keadaan rumah tinggal adalah dimana dalam satu keluarga tinggal di satu rumah yang layak di tempati atau tidak sehingga bisa dilihat keaadaan ekonomi dari keluarga tersebut.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Desa Kuhanga Kecamatan Bintauna diketahui bahwa sebagian besar berasal dari keluarga dengan golongan ekonomi menengah kebawah yakni bekerja sebagai petani dan nelayan. Dalam studi penelitian yang dilakukan terhadap 95 keluarga dengan status sosial ekonomi menengah kebawah didapatkan data dari 95 keluarga tersebut 45 keluarga yang memiliki anak dengan putus sekolah.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Kuhanga Kecamatan Bintauna didapatkan data pada tahun 2015 terdapat 45 orang anak putus sekolah. Hal ini menunjukan bahwa anak memiliki pemahaman materi sangat rendah, anak kurang termotivasi dalam belajar karena keadaan ekonomi orang tua dalam memenuhi fasilitas anak dalam belajar. Dari uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa status sosial ekonomi orang tua memiliki hubungan yang signifikan dengan angka anak putus sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa pertanyaan peneliti yang diajukan dalam penelitian ini dapat terjawab. Anak putus sekolah dapat ditentukan oleh beberapa faktor pada penelitian ini difokuskan faktor yang memiliki hubungan dengan anak putus sekolah. Dari temuan diatas, terdapat hubungan antara keterlibatan anak dalam ekonomi keluarga dengan anak putus sekolah. Diantara faktor yang menyebabkan anak putus sekolah adalah keterlibatan anak dalam kegiatan ekonomi keluarga.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan tersebut maka dapat dijadikan alasan untuk mengadakan penelitian. Didalam penelitian ini peneliti mengambil judul “Hubungan Status Sosial

Ekonomi Orang Tua dengan Anak Putus Sekolah di Desa Kuhanga Kecamatan Bintauna Kabupaten Bolaang Mongondow Utara”

Status Sosial Ekonomi Orang Tua

Secara sederhana klasifikasi sosial dapat terjadi karena ada sesuatu yang dibanggakan oleh setiap orang atau kelompok orang dalam kehidupan masyarakat. Menurut Nasution (2004) ukuran atau kriteria yang bisa dipakai untuk membedakan anggota masyarakat ke dalam suatu kelas sosial ekonomi terbagi menjadi tiga bentuk yaitu penghasilan atau kekayaan, pekerjaan, dan pendidikan.

(7)

a. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan formal adalah pendidikan yang diselenggarakan di sekolah secara teratur, bertingkat mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat. Untuk menyelenggarakan pendidikan formal ini masyarakat telah memberikan mandat kepada guru agar dapat mendidik dan mengajar anakanaknya. Sekolah merupakan lembaga utama yang bertugas untuk mengembangkan dan membentuk pribadi siswa, mengadakan transmisi, kultural, integrasi sosial, inovasi dan pra seleksi tenaga kerja. Salah satu indikator terpenting tentang kualitas angkatan kerja adalah tingkat pendidikan (formal) yang mereka capai. b. Penghasilan atau kekayaan

Penghasilan orang tua adalah pendapatan rata-rata yang diperoleh dari pekerjaan yang ditekuni dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat pendapatan orang tua biasanya didasarkan atas pekerjaan yang mereka lakukan pada suatu instansi baik instansi pemerintah maupun swasta, dari pekerjaan itu mereka akan mendapatkan suatu penghasilan sesuai dengan yang diberikan oleh pihak yang bersangkutan dimana mereka bekerja.

Berdasarkan dari pengertian pendapatan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pendapatan merupakan segala penerimaan yang berupa uang yang mereka peroleh pada periode tertentu sesuai dengan ketentuan dimana mereka itu bekerja. Kedudukan individu dalam masyarakat tidak selamanya bersifat statis, melainkan akan terus berkembang dan mengalami perubahan, seiring dengan perkembangan kebudayaan dan inovasi yang masuk ke masyarakat itu. Manusia akan selalu berusaha agar hidupnya berubah dari tingkatan rendah kepada tingkatan yang lebih baik karena sifat manusia yang selalu ingin maju dan memperbaiki taraf hidupnya. c. Pekerjaan

Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang tua untuk mencari nafkah. Bidang-bidang pekerjaan yang ada di masyarakat semakin bertambah banyak yang masing-masing menuntut keterampilan, kemampuan, keahlian, dan pendidikan yang berbeda-beda.

Anak Putus Sekolah

Putus sekolah adalah proses berhentinya siswa secara terpaksa dari suatu lembaga pendidikan tempat dia belajar. Artinya adalah terlantarnya anak dari sebuah lembaga pendidikan formal, yang disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya kondisi ekonomi keluarga yang tidak memadai Musfiqon (2007). Padahal anak adalah manusia yang akan

(8)

meneruskan cita-cita orang tuanya dan sebagai estafet untuk masa yang akan datang.

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif yakni bertujuan untuk mengetahui kejadian masa sekarang. Penelitian ini melibatkan 2 variabel yakni variabel bebas (x) dan variabel terikat (y). Variabel bebasnya status sosial ekonomi orang tua, sedangkan variabel terikatnya adalah anak putus sekolah.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

a. Hubungan Pendidikan Ayah dengan Anak Putus Sekolah

Berdasarkan pengujian cross tabulation, hasil pengujiannya disajikan dalam bentuk tabel berikut:

Tabel 4.4 Pendidikan Ayah dengan Anak Putus Sekolah Crosstabulation

Anak Putus Sekolah

Total Putus Sekolah SMP Putus Sekolah SMA Pendidikan Ayah Rendah 26 6 32 Tinggi 5 8 13 Total 31 14 45

Sumber: Data olahan SPSS 21, 2015

Berdasarkan data diatas dapat dijelaskan bahwa ayah yang berpendidikan rendah (SD, SMP) berdampak pada siswa putus sekolah di tingkat SMP yakni berjumlah 26 orang dan anak yang putus sekolah di tingkat SMA berjumlah 6 orang. Ayah yang berpendidikan tinggi (SMA) memberikan kontribusi terhadap anak putus sekolah ditingkat SMP sebanyak 5 orang dan yang putus sekolah di tingkat SMA berjumlah 8 orang. Data ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan ayah maka semakin rendah jumlah anak putus sekolah. Untuk lebih jelasnya, hasil pengujian

Crosstabulation dengan Chi Square disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.5 Uji Pearson Chi Square Pendidikan Ayah dengan Anak Putus Sekolah

Value Df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 7.897a 1 .005 .011 .008 Continuity Correctionb 6.027 1 .014 Likelihood Ratio 7.591 1 .006 .011 .008

Fisher's Exact Test .011 .008

Linear-by-Linear Association

7.722c 1 .005 .011 .008 N of Valid Cases 45

Sumber: Data olahan SPSS 21, 2015

Berdasarkan analisis Pearson Chi Square di atas, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi pengujian sebesar 0,005. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dibandingkan dengan nilai alpha 0,05. Hal ini

(9)

menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan ayah dengan anak putus sekolah di Desa Kuhanga Kecamatan Bintauna Kabuapaten Bolaang Mongondow Utara.

b. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Anak Putus Sekolah

Berdasarkan pengujian cross tabulation, hasil pengujiannya disajikan dalam bentuk tabel berikut:

Tabel 4.6 Pendidikan Ibu dengan Anak Putus Sekolah Crosstabulation

Anak Putus Sekolah

Total Putus Sekolah

SMP

Putus Sekolah SMA

Pendidikan Ibu Rendah 27 5 32

Tinggi 3 9 13

Total 30 14 45

Sumber: Data olahan SPSS 21, 2015

Berdasarkan data di atas dapat dijelaskan bahwa ibu yang berpendidikan rendah (SD, SMP) memberikan kontribusi pada anak putus sekolah di tingkat SMP yakni berjumlah 27 orang dan anak yang putus sekolah di tingkat SMA berjumlah 5 orang. Ibu yang berpendidikan tinggi (SMA) memberikan kontribusi terhadap anak putus sekolah ditingkat SMP sebanyak 3 orang dan yang putus sekolah ditingkat SMA berjumlah 9 orang. Data ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka semakin rendah jumlah anak putus sekolah. Untuk lebih jelasnya, hasil pengujian

Crosstabulation dengan Chi Square disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.7 Uji Pearson Chi Square Pendidikan Ibu dengan Anak Putus Sekolah

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 14.182a 1 .000 .000 .000 Continuity Correctionb 11.577 1 .001 Likelihood Ratio 13.810 1 .000 .000 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association

13.860c 1 .000 .000 .000 N of Valid Cases 45

Sumber: Data olahan SPSS 21, 2015

Berdasarkan analisis Pearson Chi Square di atas, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi pengujian sebesar 0,000. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dibandingkan dengan nilai alpha 0,05. Hal ini menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan anak putus sekolah di Desa Kuhanga Kecamatan Bintauna Kabuapaten Bolaang Mongodow Utara.

(10)

c. Hubungan Pekerjaan Ayah dengan Anak Putus Sekolah

Berdasarkan pengujian crosstabulation, hasil pengujiannya disajikan dalam bentuk tabel berikut:

Tabel 4.8 Pekerjaan Ayah dengan Anak Putus Sekolah Crosstabulation

Anak Putus Sekolah

Total Putus Sekolah SMP Putus Sekolah SMA Pekerjaan Ayah Rendah 30 9 39 Tinggi 1 5 6 Total 31 14 45

Sumber: Data olahan SPSS 21, 2015

Mencermati data pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pekerjaan ayah dengan kategori rendah berdampak pada anak putus sekolah di tingkat SMP yang berjumlah 25 orang dan anak putus sekolah di tingkat SMA berjumlah 2 orang. Sedangkan ayah yang memiliki pekerjaan kategori tinggi lebih banyak putus sekolah ditingkat SMA yakni berjumlah 12 orang. Data ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pekerjaan ayah maka semakin rendah jumlah anak yang putus sekolah. Untuk lebih jelasnya, hasil pengujian Crosstabulation dengan Chi Square disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.9 Uji Pearson Chi Square Pekerjaan Ayah dengan Anak Putus Sekolah

Value Df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 17.696a 1 .000 .000 .000 Continuity Correctionb 15.039 1 .000 Likelihood Ratio 18.625 1 .000 .000 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association

17.303c 1 .000 .000 .000 N of Valid Cases 45

Sumber: Data olahan SPSS 21, 2015

Berdasarkan analisis pearson chi square di atas, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi pengujian sebesar 0,000. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dibandingkan dengan nilai alpha 0,05. Hal ini menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara pekerjaan ayah dengan kejadian anak putus sekolah di Desa Kuhanga Kecamatan Bintauna Kabuapaten Bolaang Mongodow Utara.

(11)

d. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Anak Putus Sekolah

Berdasarkan pengujian cross tabulation, hasil pengujiannya disajikan dalam bentuk tabel berikut:

Tabel 4.10 Pekerjaan Ibu dengan Anak Putus Sekolah Crosstabulation

Anak Putus Sekolah

Total Putus Sekolah

SMP

Putus Sekolah SMA

Pekerjaan Ibu Rendah 27 5 32

Tinggi 3 9 13

Total 30 14 45

Sumber: Data olahan SPSS 21, 2015

Berdasarkan data di atas dapat dijelaskan bahwa ibu yang memiliki pekerjaan dengan kategori rendah memberikan kontribusi kepada anak putus sekolah di tingkat SMP berjumlah 27 orang sedangkan anak putus sekolah di tingkat SMA berjumlah 5 orang. Ditinjau dari tingkat pekerjaan ibu dengan kategori tinggi memberikan kontribusi terhadap anak putus sekolah di tingkat SMA berjumlah 9 orang dan anak putus sekolah di tingkat SMP berjumlah 3 orang. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat pekerjaan ibu maka semakin rendah jumlah anak putus sekolah. Untuk lebih jelasnya, hasil pengujian Crosstabulation dengan Chi Square disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.11 Uji Pearson Chi Square Pekerjaan Ibu dengan Anak Putus Sekolah

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 8.809a 1 .003 .008 .008 Continuity Correctionb 6.222 1 .013 Likelihood Ratio 8.256 1 .004 .008 .008

Fisher's Exact Test .008 .008

Linear-by-Linear Association

8.614c 1 .003 .008 .008 N of Valid Cases 45

Sumber: Data olahan SPSS 21, 2015

Berdasarkan analisis Pearson Chi Square di atas, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi pengujian sebesar 0,003. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dibandingkan dengan nilai alpha 0,05. Hal ini menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan anak putus sekolah di Desa Kuhanga Kecamatan Bintauna Kabuapaten Bolaang Mongodow Utara.

(12)

e. Hubungan Penghasilan Orang Tua dengan Anak Putus Sekolah

Berdasarkan pengujian crosstabulation, hasil pengujiannya disajikan dalam bentuk tabel berikut:

Tabel 4.12 Penghasilan Orang Tua dengan Anak Putus Sekolah

Crosstabulation

Anak Putus Sekolah

Total Putus Sekolah SMP Putus Sekolah SMA Penghasilan Orang Tua Rendah 26 4 30 Tinggi 5 10 15 Total 30 14 45

Sumber: Data olahan SPSS 21, 2015

Berdasarkan data pada tabel diatas diketahui bahwa orang tua yang memiliki penghasilan rendah lebih banyak memberikan kontribusi terhadap jumlah anak yang putus sekolah yakni 30 orang yang terdiri dari 26 orang putus sekolah ditingkat SMP dan 4 orang putus sekolah di tingkat SMA. Sedangkan orang tua yang memiliki penghasilan tinggi memberikan kontribusi terhadap anak putus sekolah di tingkat SMP berjumlah 5 orang dan di tingkat SMA berjumlah 10 orang. Jadi semakin tinggi tingkat penghasilan orang tua dapat menekan jumlah anak putus sekolah. Untuk lebih jelasnya, hasil pengujian

Crosstabulation dengan Chi Square disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.13 Uji Pearson Chi Square Penghasilan Orang Tua dengan Anak Putus Sekolah

Value Df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 13.272a 1 .000 .001 .001 Continuity Correctionb 10.900 1 .001 Likelihood Ratio 13.143 1 .000 .001 .001

Fisher's Exact Test .001 .001

Linear-by-Linear Association

12.977c 1 .000 .001 .001 N of Valid Cases 45

Sumber: Data olahan SPSS 21, 2015

Berdasarkan analisis Pearson Chi Square di atas, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi pengujian sebesar 0,000. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dibandingkan dengan nilai alpha 0,05. Hal ini menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara penghasilan orang tua dengan anak putus sekolah di Desa Kuhanga Kecamatan Bintauna Kabuapaten Bolaang Mongodow Utara.

Penjelasan-penjelasan di atas dapat disajikan dalam bentuk rangkuman tabel berikut ini:

(13)

Tabel 4.14 Uji Pearson Chi Square Variabel Penelitian

No Item Keterangan

1 Hubungan Pendidikan Ayah dengan Anak Putus

Sekolah Signifikan

2 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Anak Putus Sekolah Signifikan 3 Hubungan Pekerjaan Ayah dengan Anak Putus

Sekolah

Signifikan 4 Hubungan Pekerjaan Ayah dengan Anak Putus

Sekolah

Signifikan 5 Hubungan Penghasilan Orang Tua dengan Anak Putus

Sekolah

Signifikan

Pembahasan

a. Hubungan pendidikan orang tua dengan anak putus sekolah di Desa Kuhanga Kecamatan Bintauna Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan antara pendidikan orang tua dengan anak putus sekolah di Desa Kuhanga Kecamatan Bintauna Kabupaten Bolaang Mongondow Utara yang dibuktikan oleh nilai signifikan chisquare lebih kecil dari α = 0.005. Orang tua seharusnya memahami bahwa merekalah sebagai penanggung jawab utama dalam pendidikan putra-putrinya, secara umum berhasil tidaknya pendidikan seorang anak biasanya dihubungkan dengan pendidikan orang tua. Dewasa ini banyak orang tua yang memutuskan untuk mengatur pendidikan bagi anak-anaknya namun tidak semua orang tua melakukan hal itu. Salah satu penyebab anak putus sekolah karena pendidikan orang tua.

Pendidikan orang tua yang hanya tamat sekolah dasar apalagi tidak tamat sekolah dasar, hal ini sangat berpengaruh terhadap cara berpikir orang tua untuk menyekolahkan anaknya, dan terhadap cara berpikir orang tua untuk menyekolahkan anaknya, dan cara pandangan orang tua tentu tidak sejauh dan seluas orang tua yang berpendidikan lebih tinggi. Orang tua yang hanya tamat sekolah dasar atau tidak tamat cenderung kepada hal-hal tradisional dan kurang menghargai arti pentingnya pendidikan. Mereka menyekolahkan anaknya hanya sebatas bisa membaca dan menulis saja, karena mereka beranggapan sekolahnya seseorang kepada jenjang yang lebih tinggi pada akhir tujuan adalah untuk menjadi pegawai negeri dan mereka beranggapan sekolah hanya membuang waktu, tenaga dan biaya, mereka juga beranggapan terhadap anak lebih baik ditujukan kepada hal-hal yang nyata yaitu membantu orang tua dalam berusaha itu lah manfaat yang nyata bagi mereka, lagi pula sekolah harus melalui seleksi dan ujian yang di tempuh dengan waktu yang panjang dan amat melelahkan. Walaupun ada orang tua yang pendidikannya tidak tamat Sekolah

(14)

Dasar, namun anaknya bisa menjadi sarjana tetapi hal ini sangat jarang sekali.

b. Hubungan pekerjaan orang tua dengan anak putus sekolah di Desa Kuhanga Kecamatan Bintauna Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan antara pekerjaan orang tua dengan anak putus sekolah di Desa Kuhanga Kecamatan Bintauna Kabupaten Bolaang Mongondow Utara yang dibuktikan oleh nilai signifikan yang lebih kecil dari α = 0.005.

Profesi orang tua anak putus sekolah di Desa Kuhanga sebagian besar adalah nelayan dan petani. Masyarakat yang berprofesi sebagai petani di wilayah ini hanya mengharapkan hasil pertanian sawah tadah hujan sehingga setiap tahunnya hanya dua kali panen. Di sisi lain kebutuhan sekolah para anak-anak merupakan kewajiban yang setiap harinya harus dipenuhi. Jangankan untuk biaya pendidikan anak-anak mereka,biaya untuk kebutuhan sahari-hari saja mereka sudah kesulitan. Sedangkan anak yang orang tuanya bekerja sebagai nelayan juga mengalami hal yang sama, kondisi nelayan kecil tentu tidak mudah untuk memenuhi kebutuhan keluarga, sehingga untuk mendapatkan hasil yang lebih besar diperlukan pekerjaan dan tenaga yang lebih besar pula,tidak cukup dengan tenaga ayah dan ibu saja.

Upaya yang dilakukan orang tua untuk itu adalah membutuhkan tambahan orang untuk memebantu mereka bekerja. Dalam hal ini mereka tidak mengambil pekerja dari orang luar yang sedang mencari pekerjaan,melainkan mereka mengambil tenaga dari anak-anak mereka, karena kalau mereka mengambil tenaga dari luar keluarga maka diperlukan lagi dana untuk membayar upah orang tersebut, padahal kondisi keuangan terus menurun. Tetapi kalau pekerjaannya di bantu oleh pekerja dari anggota keluarga, maka tidak perlu digaji. Sehingga pemasukan keuangan bertambah tanpa harus mengeluarkan dana seperti mengambil tenaga pekerja dari luar keluarga

c. Hubungan penghasilan orang tua dengan anak putus sekolah di Desa Kuhanga Kecamatan Bintauna Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan antara penghasilan orang tua dengan anak putus sekolah di Desa Kuhanga Kecamatan Bintauna Kabupaten Bolaang Mongondow Utara yang dibuktikan oleh nilai signifikan yang lebih kecil dari α = 0.005.

Kurangnya penghasilan menyebabkan orang tua terpaksa bekerja keras mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari, sehingga pendidikan anak kurang terperhatikan dengan baik dan bahkan membantu orang tua dalam mencukupi keperluan pokok untuk makan sehari-hari misalnya anak membantu orang tua ke sawah, karena di anggap meringankan beban orang tua anak di ajak ikut orang tua ke tempat kerja yang jauh dan meninggalkan sekolah dalam waktu yang cukup lama, dan apa lagi yang menjadi buruh tanpa tujuan untuk membantu pekerjaan orang tua, setelah merasa enaknya membelanjakan uang

(15)

hasil usaha sendiri akhirnya anak tidak terasa sekolahnya ditinggalkan begitu saja, anak perempuan di suruh mengasuh adiknya di waktu ibu sibuk bekerja.

Kondisi yang terjadi di desa Kuhanga Kecamatan Bintauna Kabupaten Bolaang Mongondow Utara yakni saat air sungai kering atau musim kemarau maka lahan pertanian akan kekeringan sampai tanah menjadi pecah-pecah, hal ini menjadikan tanaman menjadi tidak berbuah maka para petani kembali menemui kegagalan dalam masa panen. Di sisi lain anak yang orang tuanya nelayan tentu harus membantu orang tuanya melaut guna mencari nafkah sehingga sekolahnya terabaikan.

PENUTUP Simpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut.

Hasil penelitian menunjukan bahwa status sosial ekonomi orang tua berhubungan dengan anak putus sekolah di Desa Kuhanga Kecamatan Bintauna. Hubungan antara pendidikan orang tua dengan anak putus sekolah di Desa Kuhanga Kecamatan Bintauna Kabupaten Bolaang Mongondow Utara yang dibuktikan oleh nilai signifikan chisquare lebih kecil dari α = 0.05. Hubungan antara pekerjaan orang tua dengan anak putus sekolah di Desa Kuhanga Kecamatan Bintauna Kabupaten Bolaang Mongondow Utara yang dibuktikan oleh nilai signifikan yang lebih kecil dari α = 0.05. Hubungan antara penghasilan orang tua dengan anak putus sekolah di Desa Kuhanga Kecamatan Bintauna Kabupaten Bolaang Mongondow Utara yang dibuktikan oleh nilai signifikan yang lebih kecil dari α = 0.05.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rieneka cipta. Dajmrah dan Zain. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

Gerungan. (2004). Psikologi Sosial. Bandung: Eresco.

Hamalik, 2009. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Idrus, Muhammad. 2009.Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan

Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Erlangga

Mardan, Usman, Dkk 1994. Ekonomi SMU. Jakarta : Aries Lima

Mulyana, Deddy. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Nelpianis,(2013). Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap

Prestasi Belajar Siswa Kelas X Di SMK Negeri 1 Gorontalo. Sripsi :

Gorontalo, Program Studi S1 Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo.

(16)

Purwanto, Erwan Agus dan Dyah Ratih Sulistyastuti. 2007. Metode

Penelitian Kuantitatif untuk Administrasi Publik dan Masalah-Masalah Sosial. Yogyakarta: Gava Media

Sudjana. 2002. Metode Statistik. Tarsito: Bandung

Sudjana, Nana. 2009. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung. Sinar Baru Algesindo.

Soekanto,Soerjono. (2000). Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta:Rajawali Press

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sunarto, H. dan Hartono B. Agung (2008). Perkembangan Peserta Didik Jakarta : Rineka Cipta

Suryadi, 2006. Kiat jitu dalam mendidik anak (Berbagi Masalah

Pendidikan Dan Psikologi). Jakarta : Edsa Mahkota

Syah, Muhibin 2008. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Widjdati, Yusri (2013). Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua

Terhadap Prestasi Belajar Siswa MTs Asyariyah Tegalarum Kecamatan Mraggen Kabupaten Demak. Skripsi: Semarang,

Pendidikan Geografi IKIP Vetran Semarang. Yunus, Hamzah. (2007). Dasar-dasar Statistik. Diktat

Gambar

Tabel 4.4 Pendidikan Ayah dengan Anak Putus Sekolah Crosstabulation  Anak Putus Sekolah
Tabel 4.14 Uji Pearson Chi Square Variabel Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Jadi thitung > ttabel (4,381 > 1,665) dapat disimpulkan bahwa karakteristik individu (X1) berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan (Y), (2)

Berdasarkan hasil wawancara pada pengelola Lazismu UMS tentang faktor pendukung dari segi sistem pada aplikasi yang digunakan untuk pengelolaan dana zakat pada Lazismu UMS

Menurut pengelola lazismu UMS, aplikasi berbasis excel yang digunakan oleh pengelola lazismu sudah efisien namun masih dibutuhkan aplikasi lain untuk membantu aktivitas yang

Kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas VII G SMP Negeri 30 Surabaya mengalami peningkatan pada gain scores dengan kriteria bervariasi setelah melalui proses

Ale-ale memiliki kandungan kalsium pada bagian cangkangnya, sehingga penelitian ini dilakukan untuk sintesis kalsium oksida dari cangkang kerang ale-ale (Meretrix

Berdasarkan dari pandangan diatas maka diharapkan penelitian ini dapat membantu peternak membersihkan kandag dengan judul “Rancang Bangun Pembersih Kotoran Kandang Ayam

Jumlah spesies dan bagian tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan pangan oleh sub-etnis Batak di Desa Peadundung, Sumatera Utara.. Pemanfaatan tumbuhan yang tidak dibudidayakan