Rahab: Menuju Pembebasan dan
Transformasi
• Ia merupakan karakter menarik yang memperoleh
perhatian pembaca Alkitab Ibrani di sepanjang waktu. Ada berbagai hasil penafsiran terhadap tokoh ini.
• Para penafsir Yahudi awal mengubah profesinya dari seorang pelacur menjadi seorang proselit atau orang yang kemudian percaya kepada Yahweh sehingga ia bisa/cocok menjadi pahlawan bangsa.
• Tradisi Talmud menikahkannya dengan Yosua
sedangkan tradisi Midrash menjadikannya sebagai nenek moyang para imam dan nabi-nabi.
• Di dalam Perjanjian Baru, Rahab diberikan status tertinggi sebagai nenek moyang Yesus.
• John Calvin memujinya sebagai contoh dari pertobatan yang radikal, model keramahtamaan dan tipe gereja yang sejati.
• Para penafsir modern yang menggunakan metode kritik-historis mengakui bahwa cerita Rahab mengandung gaya dan bahasa yang mengingatkan salah satu sumber yang diproduksi pada masa Raja Yosia yaitu Deuteronomistic History (DH).
• Namun ahli seperti Martin Noth melihat adanya sumber yang berasal dari tradisi oral atau lisan yang sebenarnya sudah ada sebelum penulisan teks Yosua dan disebarkan di kalangan orang Israel guna menjelaskan keberadaan klan Rahab yang merupakan orang Kanaan di tengah-tengah bangsa Israel. ditambahkan di dalam teks oleh para
redaktor Deuteronomis. Cerita lisan ini kemudian
dimasukkan ke dalam agenda DH adalah untuk mendukung teologi dan lembaga kultus perang suci (Allah sendirilah
yang memimpin bangsa Israel untuk berperang melawan bangsa Kanaan).
Analisa Redaksi Yos 2
• Ada beberapa bukti di dalam teks sendiri yang
menunjukkan bahwa cerita Rahab merupakan cerita independen atau yang berdiri terpisah dari teks-teks yang lainnya di dalam kitab Yosua
a. Pasal 2 tidak merupakan bagian cerita lanjutan dari pasal 1 (perintah untuk menyeberang) dan pasal 3
(penyeberangan).
b. Shitim tidak disebutkan di dalam versi kitab Ulangan tentang pengembaraan di padang gurun.
c. Tiga hari yang terdapat di dalam 2:16, 22 dapat diasosiasikan dengan kronologi yang ada di dalam
pasal 1:11 dan 3:2 “only with difficulty if at all.” Hal-hal di atas menunjukkan bahwa beberapa bagian dari
• Jika kita bersetuju bahwa cerita Rahab ini merupakan sumber terpisah yang dimasukkan ke dalam kitab Yosua maka para ahli menempatkan cerita ini pada periode Zaman Perunggu Akhir/Besi Awal (ca. 1400-1000 SZB).
• Untuk itu perlu digambarkan tentang tentang latar belakang sosio-historis pada periode tersebut yang dapat dipahami dengan
memperhatikan dinamika hubungan ekonomis, sosial, politik dan ekonomi di antara bangsa Kanaan sendiri dengan negara super power yang berkuasa pada saat itu yaitu Mesir.
• Penelitian arkeologi sendiri tidak menyediakan informasi tentang keberadaan kota-kota Kanaan di daerah Yeriko. Namun informasi utama yang berhubungan dengan keadaan militer, ekonomi dan arsitek di beberapa kota besar di Kanaan seperti Megiddo
memberikan kepada kita gambaran tentang bagaimana raja di
• Di dalam Rahab, raja Yeriko digambarkan sebagai
seseorang yang selalu berada “on the top of his
game” dalam menjaga keamanan kotanya
membangun gerbang kota yang ditutup pada
malam hari untuk melindungi kota dari bahaya;
memerintahkan penjagaan ketat untuk
mengetahui siapa yang masuk dan keluar di
kotanya.
• Analisa kelas sosial menunjukkan kondisi sosial
politik di Yeriko dapat digambarkan dengan
• Piramida kekuasaan di atas menunjukkan dinamika kelas sosial yang dapat kita tangkap di dalam cerita Rahab.
• Raja memberikan pajak yang sangat besar kepada rakyat baik untuk membayar pajak kepada Mesir
maupun untuk memperkaya diri. Rakyat seperti Rahab dan keluarganya diperas habis-habisan untuk
memenuhi harapan para elit.
• Raja dengan kekuasaan militernya mengasumsikan bahwa rakyat akan taat dan loyal kepadanya. Di dalam cerita Rahab, ia begitu percaya pada anggapan ini
sehingga ketika para pasukannya bertemu dengan Rahab mereka percaya begitu saja pada apa yang dikatakan oleh Rahab.
• Raja tidak menyangka bahwa rakyat seperti
Rahab yang kemungkinan telah muak dan
menderita dengan keadaan yang ditimpakan
kepada mereka dapat saja menunjukkan bentuk
perlawanannya dengan cara bekerja sama
dengan para pengintai yang kemungkinan berada
dalam kelompok kelas bawah seperti dirinya.
• Coote and Whitelam, Chaney mengatakan
bahwa Rahab dan klannya bagian dari kelas
petani yang menolak kekuasaan sistem
Rahab: Memasuki Ruang Ketiga
• Membaca cerita Rahab dengan memperhatikan
lapisan redaksi awal yang disebut para ahli
sebagai cerita mandiri yang disebarkan di
kalangan orang Israel untuk menjelaskan
keberadaan klan Rahab di tengah-tengah bangsa
tersebut akan menghantarkan kita pada peran
Rahab sebagai seorang “trickster” atau
“perempuan cerdik.” Hal ini bisa kita lihat dari
caranya untuk mengibuli rajanya sendiri dan para
pengintai Israel guna menjamin keselamatan
• Di sini, cerita ini merefleksikan konflik dan ketegangan di antara Rahab – sang pelacur kelas bawah – dengan rajanya. Rahab dengan berani menantang kekuasaan sang raja. Dia juga dengan cerdiknya menawarkan
pertolongan kepada kedua pengintai Israel – dua orang asing yang juga termasuk kaum marginal – dan
mengunakan bahasa mereka hesed and berît untuk
memaksa mereka membuat sebuah perjanjian
dengannya bagi keselamatannya di masa yang akan datang.
• Sebagai seorang “trickster,” Rahab menggunakan kesempatan yang ada guna mengatasi
ketertindasannya dan memainkan “kartunya” secara strategis dalam rangka mencapai tujuannya tersebut.
• Kesan tentang peranan Rahab sebagai seorang
trickster/perempuan cerdik dengan kepribadian
yang ambigu yang menipu orang lain sebagai cara
untuk mempertahankan diri di dunianya yang
keras dapat kita lihat di sepanjang cerita.
• Di dalam perjumpaannya dengan kedua orang
Israel dan rajanya sendiri, Rahab tahu bahwa baik
sang raja maupun kedua orang asing tersebut
sangat tertarik kepadanya dan melihat rumahnya
sebagai tempat pertemuan. Lokasinya rumahnya
di dalam tembok kota memudahkannya untuk
berpindah secara bebas dari dunia yang dihuni
oleh pemimpin kotanya dan dunia di luar batasan
kebudayaannya.
• Posisi Rahab ini setara dengan apa yang
dikatakan oleh Barbara Babcock yang melihat
karakter “trickster” sebagai orang yang
mendiami dua belah sisi atau berada di
perbatasan dua sisi / ruang di antara. Di
sinilah lokasi/tata letak keberdiaman fisiknya
memberikan Rahab kesempatan untuk
menyajikan sebuah penampilan yang sangat
menyakinkan di mana ia memberikan kesan
bahwa dia adalah teman kedua orang Israel
dan bahwa ia bekerja sama dengan baik
• Hal ini dapat dilihat di dalam ayat 4-5 ketika
Rahab mengijinkan para utusan rajanya untuk
mengasumsikan bahwa kedua orang Israel
memang telah datang ke rumahnya sebagai
kliennya. Rahab kemudian mengambil saja
perkataan yang telah digunakan oleh rajanya
sendiri di dalam proses investigasi yang penuh
dengan implikasi seksual (bo’ /“come into/to):
“Orang-orang itu telah masuk ke dalam (tubuhmu)” “Ya, orang-orang telah masuk ke dalam (tubuhku)”
“Orang-orang yang telah datang berasal dari kaum Israel” “Tapi aku tidak tahu dari mana asal mereka”
“Keluarkan mereka sekarang” “Tetapi mereka telah pergi”
o Dari percakapan Rahab ini seolah-olah menunjukkan
bahwa sebagai pelacur, ia tidak tertarik untuk menyelidiki dari
mana datangnya para kostumernya atau ke mana mereka pergi. Dia menggunakan pelacuran sebagai alat pelindung untuk mengklaim bahwa ia tidak bersalah dan juga mengklaim haknya untuk tidak peduli terhadap situasi yang terjadi. Dan dengan melakukan hal ini ia memelintir stigma dan asumsi sebagai pelacur yang melekat
pada dirinya dan membuat stigma itu melayani tujuannya pada saat itu.
• Lebih lanjut, kecerdasan dan kecerdikan Rahab juga terlihat dalam caranya berhubungan dengan orang Israel. Dia
bersusah payah menyembunyikan kedua pengintai
tersebut, mempertaruhkan nyawanya sendiri dan dengan demikian memberikan kesan yang efektif kepada kedua orang Israel tersebut bahwa mereka aman di tangannya. Namun ketika pintu telah tertutup dan kedua orang ini telah terperangkap di dalam kota tersebut maka
tersadarlah mereka tentang kerapuhan dan
ketidakberdayaan mereka di tangan sang perempuan
tersebut. Mereka tidak punya pilihan kecuali melihat Rahab sebagai seseorang yang memiliki agenda tersebunyi. Rahab dengan demikian adalah seorang perempuan yang pandai, proaktif dan tidak takut untuk melawan dan mengibuli
rajanya sendiri dan menggunakan kecerdikannya untuk memperoleh apa yang menjadi tujuannya.
• Tindakannya tersebut dengan kata lain berfungsi sebagai
perlawanan yang mengancam memampuan sang raja dan para pengintai untuk memahami dan mengontrolnya sebagai subjek penindasan mereka.
• Pertanyaannya adalah apa yang memicu Rahab untuk mengelabui para penjaga Yeriko, membalikkan punggungnya terhadap rajanya sendiri dan memilih untuk mempertaruhkan nyawanya sendiri
untuk menyelamatkan dua orang Israel tersebut? Apakah ia seorang penghianat?
• Analisa sosiologi saya yang sangat sensitif terhadap keadaan sosial ekonomi dan politik dari perempuan miskin dan termarginalisasi seperti Rahab di dalam konteks masyarakat Kanaan pada Zaman Perunggu Akhir/Besi Awal, menunjukkan adanya pilihan hidup Rahab yang berbeda dengan harapan yang dimiliki masyarakat untuk seorang perempuan yang berasal dari kelas petani kecil seperti dirinya. Hal ini merupakan konsekuensi dari keadaan
• Seperti yang telah saya katakan sebelumnya bahwa akibat dari kehadiran Mesir di tengah-tengah bangsa Kanaan
adalah sangat besar. Orang-orang yang terpinggirkan harus berurusan dengan berbagai macam bentuk penindasan
seperti pembayaran pajak yang sangat besar, kehilangan hak kepemilikan tanah, dan bentuk eksploitasi lainnya yang mengancam kemanusiaan mereka sementara orang-orang elit dan kelas penguasa menerima perlakuan yang berbeda dari imperial Mesir.
• Lebih lanjut, penguasa mereka sendiri yang diberikan kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan secara otonom oleh pihak Mesir memimik/meniru mentalitas kepemimpinan Mesir dan menindas rakyatnya sendiri
dengan kejamnya. Orang-orang kecil seperti Rahab dipaksa untuk melakukan apapun yang mereka bisa guna menjamin kelangsungan perekonomian mereka.
• Dalam kondisi itu, perempuan seperti Rahab dipaksa untuk menggunakan tubuhnya sendiri sebagai alat untuk menyediakan jasa seksual dengan imbalan pembayaran.
• Sebagai seorang perempuan Kanaan, Rahab
mengalami berbagai bentuk penjajahan. Ia dijajah oleh rajanya sendiri dan ia dijajah oleh sistem patriarki yang melihat kehadirannya sebagai seorang pelacur sebagai sesuatu yang dapat ditoleransi tetapi dikutuk. Ia adalah seorang perempuan yang berdiri di luar batas-batas
yang dapat diterima oleh masyarakat. Ia memiliki
sejumlah stigma yang melekat pada dirinya. Ia dilihat sebagai seorang perempuan egois yang hanya
memedulikan keuntungannya sendiri dan sebagai seseorang yang menukarkan moral/harga dirinya sendiri demi uang.
• Di samping itu, penting pula untuk
menekankan bahwa Rahabpun melakukan apa
yang dilakukan guna mempertahankan
kehidupan keluarganya/rumah bapa “bet ‘ab”
yang pada saat itu terancam hancur karena
kesulitan perekonomian yang disebabkan oleh
penjajahan berlapis yang keluarganya beserta
dengan komunitasnya alami. Pentingnya bet
‘ab di dalam konteks Israel kuno tidak bisa
dianggap sepele karena identitas seseorang
dibentuk dan didasarkan pada bet ‘ab-nya.
• Tindakan perlawanan Rahab untuk
membebaskan dirinya dari berbagai bentuk
penindasan yang dialaminya lebih lanjut
digarisbawahi melalui caranya untuk
berhubungan dengan kedua pengintai Israel.
Guna menjamin keselamatannya di masa yang
akan datang, Rahab secara efektif
mengingatkan para pengintai tentang
ketulusan dan kebaikan yang telah
diberikannya secara cuma-cuma kepada
bangsa Israel.
• Secara hati-hati ia menamakan tindakan tersebut sebagai hesed dan menuntut tindakan balasan yang setara dari para penerima hesed tersebut. Dalam hal ini sepertinya Rahab, sang trickster/perempuan cerdik, juga memiliki pengetahuan tentang hesed (belas
kasih/kebaikan) yang memiliki hubungannya dengan pembuatan perjanjian (berît) yang ada di tradisi Israel.
Glueck mendefinisikan hesed sebagai “tindakan yang dilakukan sesuai dengan hubungan timbal balik dari hak dan kewajiban, sesuai dengan hubungan yang ‘saling’ yang dikarakteristikkan dengan sikap yang timbal balik, saling membantu, tulus, ramah, penuh
• Di dalam hal ini, Rahab berada di dalam posisi untuk memaksa kedua tamunya untuk melaksanakan
permintaannya karena jelas ia masih memiliki kontrol yang penuh atas situasi yang ada dan nasib kedua
tamunya berada di tangannya. Dengan pemikirannya yang cerdik Rahab menyadari bahwa kondisi ini bisa saja berubah terbalik begitu para pengintai berhasil memasuki wilayahnya.
• Demikianlah dalam rangka menjamin bahwa kedua pengintai tersebut akan membalas tindakan hesed –nya di masa yang akan datang maka ia memaksa
mereka untuk membuat perjanjian dengannya. Hal ini dilakukan dengan sangat cerdiknya yaitu dengan
mendahului kata hesed dengan ‘āśâ (“untuk
mengikat”) – suatu ekspresi yang sering berhubungan dengan loyalitas terhadap komitmen perjanjian.
• Hal ini menunjukkan bahwa Rahab tahu hubungan antara hesed dan berît (covenant/oath) yang mana
keabadian hesed dijamin oleh kehadiran sebuah berît.
• Di samping itu Rahab juga menyegel negosiasi ini dengan membawa serta nama Yahweh di dalam
perjanjian tersebut sehingga membuat para pengintai ini berkewajiban untuk memenuhi janji mereka
tersebut. Karena jika tidak maka mereka bukan lagi
hanya harus berhadapan dengan Rahab saja melainkan dengan Yahweh sendiri yang akan menghukum mereka jika perjanjian tersebut dilarang. Di sinilah hesed telah menjadi alat/sarana bagi Rahab untuk menyelamatkan dirinya dan keluarganya dan dengan demikian
• Di dalam proses transformasi ini ruang ketiga menjadi
tempat perlawanan sekaligus sebuah tempat untuk berbagi. • Menciptakan ruang ketiga inilah yang dilakukan oleh Rahab.
Di sini ia menuntut orang Israel untuk meruntuhkan batasan yang mereka ciptakan dan menerima
keberadaannya di tengah-tengah mereka namun pada saat yang sama ia tetap mempertahankan keberadaan dirinya yang tidak termasuk di dalam kategori “kita” atau “mereka.” Ia berada di suatu tempat yang ada di tengah-tengah, yang baru dan dinamis. Di tempat itu masih tetap ada ruang
untuk “meragu” seperti yang dimiliki oleh Rahab terhadap orang Israel dan Israel terhadapnya yang nantinya akan ditunjukkan melalui respon mereka terhadapnya ketika mereka berinisiatif untuk merevisi perjanjian yang mereka buat kepadanya.