• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERDA KOTA BIMA NO 14 TAHUN 2005

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERDA KOTA BIMA NO 14 TAHUN 2005"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN DAERAH KOTA

BIMA

NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG

RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN ATAU PERTOKOAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BIMA

Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya Undang – undang Nomor 13 Tahun 2002 tentang pembentukan kota bima, pemerintah kota adminitrasi bima meningkat statusnya menjadi daerah otonom dengan segala kewenangan dan kemampuan yang dimilikinya yang dalam penyelenggaraannya perlu dilakukan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, akuntabilitas serta kondisi obyektif daerah;

b. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pembangunan, pemerintah dan peninkatan pelayanan terhadap masyarakat perlu digali sumber-sumber pendapatan yang berasal dari retribusi derah yang menjadi kewenangan daerah;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana huruf a dan b diatas, maka perlu diatur Retribusi sewa Kios dan Toko yang ditetapkan dengan Pertauran Daerah.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana ( Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209 ):

2. Undang – undang Nomor 19 Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksaan ( Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 42 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3686 );

3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

4. Undang – undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Perubarang atas Undang – undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Tahun 2000 );

5. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kota Bima di Propinsi Nusa Tenggara Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4188);

6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

7. Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 menjadi Undang-Undang-Undang-Undang (Lembaran

(2)

Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);

8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 119 Tahun 2001, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139);

10.Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 6 Tahun 2003 tentang Kewenangan Daerah Kota Bima (Lembaran Daerah Kota Bima Tahun 2003 Nomor 6);

11.Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 11 Tahun 2003 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kota Bima Tahun 2003 Nomor 11).

MENETAPKAN : PERATURAN DAERAH KOTA BIMA TENTANG RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN ATAU PERTOKOAN

BAB I K E T E N T U A N

Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Daerah Kota Bima;

b. Pemerintah Daerah adalah Walikota beserta perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah;

c. Walikota adalah Walikota Bima;

d. Wakil Walikota adalah Wakil Walikot Bima;

e. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bima ;

f. Badan adalah Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Bima;

g. Pasar Grosir dan atau pertokoan adalah Pasar Grosir dan atau Pertokoan yang meliputi Pasar Grosir berbagai jenis Barang , termasuk Tempat Pelelangan Ikan (TPI ),Ternak, Hasil Bumi, dan fasilitas Pasar/ Pertokoan yang di kontrakkan, di sediakan / di selenggaraan oleh Pemerintah Daerah;

h. Retribusi Pasar Grosir dan atau Pertokoan milik Pemerintah Daerah dan Pemberian Izin tertentu yang selanjutnya disebut Retribusi adalah Pungutan Daerah sebagai Pembayaran atas jasa atau Pemberian Izin tertentu yang disedikan dan atau diberikan olh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan;

i. Wajib Retribusi adalah orang atau badan yang menurut Peraturan Daerah ini wajib membayar retribusi termasuk pemungut atau pemotong retribusi;

j. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa perIzinan dari Pemerintah Daerah;

(3)

l. Surat Ketetapan Retribusi Dearah yang selanjutnya di singkat SKRD adalah surat ketetapan yang menentukan besarnya Jumlah Retribusi Terutang;

m. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya di singkat STRD adalah Surat untuk melakukan Tagihan Retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bungan atau denda ;

n. Badab adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik Negara dan Daerah dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan firma, kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis.lembaga danah pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya.

o. Kas daerah adalah Kas Daerah Kota Bima.

BAB I I

NAMA, SUBYEK, DAN OBYEK RETRIBUSI Pasal 2

(1) Dengan Nama Retribusi Pasar Grosir dan atau Pertokoan dipungut Retribusi atas setiap penggunaan Pasar grosir dan atau Pertokoan;

(2) Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan atau memanfaatkan pasar grosir dan atau pertokoan ;

(3) Obyek Retribusi adalah Bentuk penggunaan Pasar grosir dan atau Pertokoan milik Pemerintah Daerah:

BAB III

GOLONGAN RETRIBUSI DAN WILAYAH PUNGUTAN

Pasal 3

Retribusi Pasar grosir dan atau Pertokoan tergolong retribusi jasa usaha. Pasal 4

Retribusi dipungut diwilayah daerah Kota Bima BAB IV

CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 5

(1) Untuk menempati pasar grosir dan atau pertokoan harus mendapatkan izin dari Walikota atau pejabat yang berwenang ;

(2) Khusus untuk tempat pelelangan ikan ( TPI ) dan pasar ternak tidak diperlukan izin ; (3) Untuk mendapatkan izin dimaksud ayat 1 ( satu ) Pasal ini harus mengajukan surat

permohonan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia kepada Walikota ;

(4) Tata Cara memperoleh izin sebagaimana dimaksud ayat 1 (satu) pasal ini diatur dengan keputusan Walikota.

B A B V

PRINSIP, SASARAN DAN PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI

(4)

Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi didasarkan atas tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan pantas yang diterima oleh pengusaha swasta yang sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorentasi pada harga pasar.

BAB VI

STRUKTUR DAN BESARNYA RETRIBUSI Pasal 7

(1) Retribusi Pasar Grosir dan atau Pertokoan dipungut atas dasar izin penggunaan pasar grosir dan atau pertokoan milik Pemerintah Daerah ;

(2) Besarnya Retribusi pasar grosir dan atau pertokoan ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Besarnya Retribusi / sewa atas penggunaan pasar grosir dan atau pertokoan ditetapkan sebagai berikut :

1. Kelompok Pasar Bima

- Blok A = 20 Kios x 7.500,- /hari = Rp. 150. 000,- - Blok B = 16 Kios x 7.500,- /hari = Rp. 120. 000,- - Blok C = 32 Kios x 7.500,- /hari = Rp. 240. 000,- - Blok D = 20 Kios x 7.500,- /hari = Rp.150. 000,- - Blok E = 30 Kios x 7.500,- /hari = Rp. 225. 000,-

2. Kelompok Pasar Raya Bima = 6 Kios x 7. 500,- /hari = Rp. 45.000,-3. Pasar Baru Penaraga = 8 Kios x 2. 500,- /hari = Rp.

20.000,-4. Pasar Lama Penaraga = 20 Kios x 2. 500,- /hari = Rp. 50.000,-5. Pasar Rabangodu = 4 Kios x 4. 500,- /hari = Rp. 18.6. Pasar Jati Baru = 4 Kios x 2. /hari = Rp. 8. 7. Pasar Kumbe Baru = 4 Kios x 3. /hari = Rp. 12. 000,-8. Pasar Kumbe Lama = 20 Kios x 3. 000,- /hari = Rp.

60.000,-9. Obyek-obyek lainya diluar obyek poin 1 s/d 7 ketetapanya ditentuakan dalam surat Walikota

BAB VII

WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 8

(1) Penetapan Retribusi berdasarkan SPTRD dengan menerbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan ;

(2) Dalam hal SPTRD tidak dipenuhi oleh Wajib Retribusi sebagaimana mestinya, maka STRD diterbitkan oleh pejabat yang berwenang;

(3) Bentuk dan isi STRD sebagaimana dimaksud ayat (2) Pasal ini ditetapkan oleh Walikota.

BAB VIII

TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 9

(1) Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan ;

(5)

BAB IX

SANKSI ADMINISTRASI Pasal 10

Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % ( dua porsen ) setiap bulan dari retribusi yang terutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.

BAB X

TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 11

(1) Pembayaran retribusi harus dilakukan di kas Daerah atau di tempat lain yang di tunjuk sesuai waktu yang di tentukan dengan menggunakan SKRD:

(2) Dalam hal pembayaran yang dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, maka hasil penerimaan retribusi harus di setor ke kas Daerah selambat-lambatnya 1 x 24 jam.

Pasal 12

(1) Pembayaran Retribusi harus dilakukan secara tunai / lunas;

(2) Walikota dapat memberi izin kepada wajib retribusi untuk mengangsur retribusi terutang dalam jangka waktu tertentu dengan alasan yang dapat dipertanggung jawabkan;

(3) Tata cara Pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud ayat ( 2 ) Pasal ini di tetapkan oleh Walikota;

(4) Walikota dapat mengizinkan wajib Retribusi untuk menunda pembayaran Retribusi sampai batas waktu yang ditentukan dengan alasan yang dapat dipertanggung jawabkan.

Pasal 13

(1) Pembayaran Retibusi sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 Peraturan Daerah ini diberikan tanda bukti pembayaran;

(2) Setiap Pembayaran dicatat dalam buku penerimaan;

(3) Bentuk, isi, Kualitas ukuran buku dan tanda bukti pembayaran retribusi ditetapkan oleh Walikota.

BAB XI

TATA CARA PEMBUKUAN DAN PEMERIKSAAN Pasal 14

(1) Walikota berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi dalam rangka melaksanakan peraturan perundang – undangan retribusi.

(2) Wajib Retribusi, yang diperiksa wajib:

(6)

b. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dianggap perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan.

c. Memberikan keterangan yang diperlukan. Pasal 15

(1) Besarnya penetapan dan penyetoran retribusi dihimpun dalam buku jenis retribusi; (2) Atas dasar buku jenis retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal dibuat

daftar penerimaan dan tunggakan persejenis retribusi;

(3) Berdasarkan daftar penerimaan dan tunggakan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2 ) pasal ini dibuat laporan realisasi penerimaan dan tunggakan per jenis retribusi sesuai masa retribusi;

(4) Tatacara pemeriksaan retribusi diatur lebih lanjut dengan Keputusan Walikota BAB XII

TATA CARA PENAGIHAN RETRIBUSI Pasal 16

(1) Pengeluaran surat teguran / peringatan / surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan segera setelah 7 ( tujuh ) hari sejak jatuh tempo pembayaran ;

(2) Dalam jangka waktu 7 ( tujuh ) hari setelah diterimanya surat teguran / peringatan / surat lain yang sejenis, wajib retribusi harus melunasi retribusinya yang terutang; (3) Surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) pasal ini dikeluarkan oleh

Walikota atau pejabat yang berwenang ; Pasal 17

Bentuk formulir yang dipergunakan untuk pelaksanaan Penagihan Retribusi Daerah sebagaimana dimaksud Pasal 12 ayat (1) Peraturan Daerah ini ditetapkan oleh Walikota. Atau pejabat yang berwenag.

BAB XIII

TATA CARA PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI

Pasal 18

(1) Walikota dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi; (2) Tata cara pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini ditetapkan oleh Walikota; BAB XIV

TATA CARA PEMBETULAN , PENGURANAGAN KETETAPAN, PENGHAPUSAN ATAU PENGURANGAN

Pasal 19

(7)

(2) Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga dan kenaikan retribusi yang terutang dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kehilafan wajib retribusi atau bukan karena kesalahannya;

(3) Wajib retribusi dapat mengajukan permohonan pengurangan atau pembatalan ketetapan retribusi yang tidak benar;

(4) Permohonan Pembetulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini pengurangan ketetapan, penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud ayat ( 2 ) pasal ini dan pembatalan sebagaimana dimaksud ayat ( 3 ) pasal ini harus disampaikan secara tertulis dalam bahasa Indonesia oleh wajib retribusi kepada Walikota paling lama 30 hari sejak tanggal diterima SKRD dan STRD dengan memberikan bahasa yang jelas dan meyakinkan untuk mendukung permohonannya.

(5) Keputusan atas permohonan sebagaimana dimaksud ayat ( 2 ) pasal ini dikeluarkan oleh Walikota paling lama 3 ( tiga) bulan sejak permohonan diterima.

(6) Apabila setelah lewat 3 ( tiga ) bulan sebagaiman dimaksud pada ayat ( 5 ) pasal ini Walikota tidak memberikan keputusan, maka permohonan pembetulan, pengurangan ketetapan, penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi dan pembatalan dianggap dikabulkan.

BAB XV

KETENTUAN PIDANA Pasal 20

(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibanya sehingga Merugikan Keuangan Daerah diacam pidana kurungan paling lama 6 (enam bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah retribusi terutang.

(2) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud ayat ( 1 ) pasal ini adalah pelanggaran.

BAB XVI P E N Y I D I K A N

Pasal 21

(1) Pejabat Pengawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah.

(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud ayat ( 1 ) adalah :

a. Menerima, Mencari, Mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah agar keterangan atau laporan menjadi lebih lengkap dan jelas;

b. Meneliti, Mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah;

c. Meminta Keterangan dan barang bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah;

d. Memeriksa buku – buku, catatan – catatan dan dokumen – dokumen lain bekenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah;

e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen – dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut;

f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah;

(8)

h. Memanggil orang untuk didengar keteranganya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

i. Menghentikan penyidikan;

j. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan . (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) memberitahukan dimulainya

penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikanya kepada penuntut umum. Sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang – undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

BAB XVII

KETENTUAN PENUTUP Pasal 22

Hal – hal yang belum diatur dalam peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaanya akan diatur lebih lanjut dengan keputusan Walikota.

Pasal 23

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar upaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Bima

Ditetapkan di Raba – Bima, Pada Tanggal 1 September 2005

WALIKOTA BIMA

Diundangkan di Raba

Pada tanggal 1 September 2005 M. NUR A LATIF

Plt. SEKRETARIS DAERAH

Ir. M. QURAISY

Pembina utama muda IV/c Nip. 010 006 158

(9)

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 14 TAHUN 2005

TENTANG

RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN ATAU PERTOKOAN A. PENJELASAN UMUM

Pasar merupakan salah satu pusat kegiatan masyarakat dan merupakn sektor penggerak roda perekonomian sehinggga keberadaan mutlak sangat diperlukan oleh karena itu pada tempat-tempat terntu pemerintah daerah menyelenggrakan/mendirikan pasar dan berkewejiban untuk mengupayakan agar aktivitas yang berjalan dipasar selalu dapat terselenggara dan berlangsung dengan baik.

Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan retribusi daerah sebagaiamana dirubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah.

Sejalan dengan penyesuaian nomenklatur tersebut, dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), di dalam peraturan daerah ini juga diatur mengenai penyesuaian/kenaikan tarif.

B. PENJELASA PASAL DEMI PASAL Pasal 1

Cukup Jelas Pasal 2

Pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan mengandung prinsip komersial meliput:

a. Pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekeyaan daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal

b. Pelayanan oleh pemerintah daerah serpanjang belum memadai disediakan oleh pihak swasta

Pasal 3

Cukup Jelas Pasal 4

Cukup Jelas Pasal 5

Cukup Jelas Pasal 6

Cukup Jelas Pasal 7

Cukup Jelas Pasal 8

Cukup Jelas Pasal 9

Cukup Jelas Pasal 10

(10)

Pasal 11

Cukup Jelas Pasal 12

Cukup Jelas Pasal 13

Cukup Jelas Pasal 14

Cukup Jelas Pasal 15

Cukup Jelas Pasal 16

Cukup Jelas Pasal 17

Cukup Jelas Pasal 18

Cukup Jelas Pasal 19

Cukup Jelas Pasal 20

Cukup Jelas Pasal 21

Cukup Jelas Pasal 22

Cukup Jelas Pasal 23

Referensi

Dokumen terkait

(2) Permohonan pembetulan, pengurangan ketetapan, penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi dan pembatalan sebagaimana dimaksud ayat (1), harus disampaikan

(4) Permohonan pembetulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pengurangan ketetapan, penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud ayat

(4) Permohonan pembetulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, pengurangan ketetapan, penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud

(4) Permohonan pembetulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pengurangan ketetapan, penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

(4) Permohonan pembetulan sebagaimana dimaksud ayat (1), pengurangan ketetapan penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan

(4) Permohonan pembetulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pengurangan ketetapan, penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud ayat

(4) Permohonan pembetulan sebagaimana dimaksud ayat (1), pengurangan ketetapan, penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan

(4) Permohonan pembetulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pengurangan ketetapan, penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud ayat