• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kemiri Sunan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kemiri Sunan"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PRODUKSI,

PRODUKTIVITAS DAN MUTU

TANAMAN TAHUNAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

PEDOMAN TEKNIS

(2)

KATA PENGANTAR

Sebagaimana diketahui bahwa dalam rangka percepatan penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuel), pemerintah telah menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2006. Dalam Instruksi Presiden tersebut menginstruksikan kepada 13 Menteri/ Menteri Negara, Gubernur dan Bupati untuk melaksanakan kegiatan yang mendukung percepatan penyediaan dan pemanfaatan biofuel sesuai dengan kompetensinya masing-masing.

Indonesia yang kaya akan keanekaragaman hayati memiliki beberapa jenis tumbuhan penghasil sumber energi pengganti BBM yang salah satunya adalah tanaman Kemiri Sunan. Kemiri Sunan atau Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw memiliki potensi menghasilkan minyak nabati dari buahnya yang dapat diolah menjadi biodiesel, namun potensi tersebut belum banyak diketahui dan dimanfaatkan.

(3)

laut, dan sangat cocok sebagai tanaman konservasi.

Berkenaan dengan gambaran singkat tersebut diatas, maka dalam rangka penyediaan bahan baku bahan bakar nabati, secara bertahap dilakukan fasilitasi pengembangan tanaman kemiri sunan. Terkait dengan hal tersebut, maka untuk pelaksanaan kegiatan dimaksud perlu disusun Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kemiri Sunan tahun 2013 yang diharapkan dapat sebagai acuan bagi penanggung jawab kegiatan agar dalam pelaksanaannya dapat menghasilkan seperti yang diharapkan. Selanjutnya, pedoman ini untuk dijabarkan lebih rinci dalam bentuk JUKLAK bagi para petugas Provinsi dan JUKNIS bagi para petugas Kabupaten/Kota.

Semoga buku pedoman teknis ini dapat memberikan manfaat untuk kelancaran dan terselenggaranya tertib administrasi.

Jakarta, Desember 2012 Direktur Jenderal Perkebunan

Ir. GAMAL NASIR, MS NIP. 19560728 198603 1 001.

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... ... 1

B. Sasaran Nasional . ... 7

C. Tujuan . ... 7

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN ... 9

A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan ... 9

B. Spesifikasi Teknis ... 12

III. PELAKSANAAN KEGIATAN ... 13

A. Ruang Lingkup ... 13

B. Pelaksana Kegiatan ... 13

C. Lokasi, Jenis dan Volume ... 17

D. Simpul Kritis ... 17

IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN BANTUAN ... 18

V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN. ... 19

VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN ... 20

VII. PEMBIAYAAN ... 22

(5)

LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lokasi dan Volume Bantuan

Kegiatan Pengembangan Kemiri

(6)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Krisis energi yang melanda dunia telah membangunkan kesadaran banyak negara untuk memikirkan jalan keluar dalam mengatasi berkurangnya sumber energi yang semakin lama semakin berkurang akibat eksploitasi dan konsumsi yang semakin meningkat. Harga BBM mengalami fluktuasi yang cukup tajam sejak awal tahun 1970an. Untuk mengatasi hal tersebut banyak negara mencari alternatif lain dalam pencairan sumber energi yang sangat vital dan dibutuhkan tersebut. Di tengah krisis BBM yang melanda Indonesia, sejak tahun 2005 telah digali berbagai tanaman yang dapat diolah menjadi bahan bakar pengganti minyak bumi seperti solar. Pencairan sumber energi alternatif lain yang ramah lingkungan terus dicari dengan mempertimbangkan beberapa segi untung ruginya.

(7)

(CO2) di udara yang merupakan sisa-sisa pembakaran dan itu merupakan dampak dari hilangnya sebagian besar hutan dunia yang pohon-pohonnya menyerap karbondioksida tersebut, sehingga suhu meningkat dan gunung es mencair.

Keberadaan pohon dan hutan sangat penting untuk mengatasi bahaya dari dampak pemanasan global dan untuk mengantisipasi hal tersebut upaya pelestarian hutan dan penanaman pohon sebanyak-banyaknya merupakan aksi konkret kegiatan pelestarian lingkungan hidup.

(8)

dapat menghasilkan efek pendinginan yang senilai dengan sepuluh alat pendingin yang beroperasi 20 jam sehari.

Terkait dengan dua masalah diatas, maka harus ada pilihan yang mampu mengatasi kedua masalah tersebut, yaitu mengatasai lahan kritis sekaligus menghijaukan kembali serta dapat menghasilkan energi terbarukan.

Pemilihan jenis tanaman tersebut harus merupakan titik temu antara kedua kepentingan tersebut, mempunyai nilai ekonomis sehingga layak diproduksi sekaligus aktifitasnya mempunyai peran dalam pengembangan lingkungan dan menggerakkan ekonomi kerakyatan yang bisa mengentaskan kemiskinan masyarakat, dan yang lebih penting tidak merupakan tanaman penghasil pangan.

(9)

atau Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw memiliki potensi menghasilkan minyak nabati dari buahnya yang dapat diolah menjadi biodiesel sebagai Bahan Bakar Nabati (BBN). Keunggulan lainnya dari tanaman kemiri sunan adalah tingkat produktifitas dan rendemen minyak kasar yang tinggi, tidak bersaing dengan kebutuhan untuk pangan, biji dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Selain itu produk samping (byproduct) yang berupa kulit buah (husk), cangkang (Shell) dan bungkil (Cake) dapat diproses menjadi pupuk organik dan biogas (ISICRI, 2010). Namun potensi tersebut belum banyak diketahui dan dimanfaatkan.

(10)

rontok pada musim kering sehingga dapat membentuk humus yang cukup tebal. Buahnya mengandung biji dengan kadar minyak tinggi dan tidak cocok untuk bahan pangan karena mengandung racun.

Di Indonesia terdapat lahan-lahan kritis yang luasnya mencapai 59,2 juta hektar, sangat berpeluang untuk pengembangan kemiri sunan. Pengembangan Kemiri Sunan untuk reboisasi areal bekas hutan, tambang, maupun pada tanah marjinal lainnya disamping dapat memperbaiki struktur tanah, juga dapat membuka lapangan kerja dan sentra-sentra agorindustri baru, meningkatkan pendapatan masyarakat dan daerah sehingga pada akhirnya dapat mengentaskan kemisikinan. Adanya kandungan zat racun yang terdapat pada hampir seluruh bagian tumbuhan ini sangat menguntungkan karena jarang terserang hama maupun diganggu oleh ternak.

(11)

Dahulu jenis ini tumbuh liar di tempat terbuka dan hutan-hutan kampung di Jawa Barat. Beberapa tahun yang silam Kemiri Sunan ditanam secara besar-besaran dalam perkebunan di daerah Karawaci dan Cilongok (Tangerang) sebagai tanaman penghasil minyak pakal (Heyne, 1987). Biji tersebut banyak dibeli oleh pengusaha Tionghoa sehingga jenis ini dikenal dengan nama Kemiri Cina. Saat ini daerah Karawaci telah berubah menjadi pemukiman sehingga tanaman Kemiri Sunan di daerah tersebut sudah jarang ditemukan. Kemiri Sunan juga banyak ditanam di sekitar Bandung dan menyebar ke tempat lain sehingga di daerah Majalengka tanaman ini dikenal juga dengan nama Kemiri Bandung. Selain Majalengka, saat ini tanaman kemiri sunan dapat dijumpai juga di sekitar Cirebon dan Garut.

(12)

diperlukan suatu Pedoman Teknis sebagai acuan.

B. Sasaran Nasional

Dalam rangka menjamin keamanan pasokan energi dalam negeri dan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan, Pemerintah telah menerbitkan serangkaian peraturan antara lain Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional yang mentargetkan sasaran peranan Bahan Bakar Nabati/BBN (”biofuel”) dalam mencukupi konsumsi energi nasional pada tahun 2025 adalah lebih dari 5%.

Berdasarkan rencana strategik Direktorat Tanaman Tahunan tahun 2010-2014 diharapkan pada tahun 2014, proyeksi luas areal kemiri sunan tahun 2014 mencapai 10.000 Ha dengan produksi 4.800 ton dan tingkat produktivitas 259 kg/ha.

C. Tujuan

Tujuan Pengembangan Tanaman Kemiri Sunan adalah :

a. Mendorong perluasan areal tanaman kemiri sunan sebagai tanaman penghasil bahan baku bahan bakar nabati;

(13)
(14)

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan :

a. Daerah yang berpotensi untuk pengembangan kemiri sunan.

b. Petani atau kelompok tani sasaran adalah petani / pekebun / kelompok tani didaerah sasaran seperti pada butir 1, yang telah diseleksi. Selanjutnya Calon Petani (CP) yang telah diseleksi ditetapkan oleh Pemerintah Daerah (Bupati) setempat atau Kepala Dinas yang membidangi perkebunan Kabupaten setempat.

c. Calon Lahan (CL), adalah lahan milik petani seperti pada butir 2, yang tidak dalam sengketa dan secara teknis memenuhi persyaratan agroklimat.

d. Kriteria Calon Petani dan Calon Lahan (CP/CL) dapat diatur lebih rinci dalam Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK) yang disusun oleh Provinsi sesuai dengan kondisi wilayah yang ada, kemudian

e. Pelaksanaan kegiatan diatur secara spesifik dalam Petunjuk Teknis (JUKNIS) oleh Kabupaten/Kota sesuai kondisi petani dan budaya setempat.

(15)

g. Paket bantuan merupakan hibah dan pelaksanaan pengadaan kegiatan pengembangan kemiri sunan mengacu kepada PEDOMAN PENGADAAN DAN PENGELOLAAN BARANG DAN JASA LINGKUP SATKER DITJEN PERKEBUNAN TAHUN 2013 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian;

h. Standar Teknis

Pengembangan tanaman kemiri sunan melalui penanaman tanaman sebagai upaya untuk memperluas area tanaman kemiri sunan untuk bahan baku bahan bakar nabati.

Persyaratan teknis untuk penanaman kemiri sunan meliputi 2 (dua) aspek yaitu tanah dan iklim yang dapat diuraikan sebagai berikut:

- Kondisi Tanah : Kemiri Sunan dapat

tumbuh pada tanah berkapur, tanah podsolik latosol, regosol dan alluvial dan topografi mulai dari yang datar sampai miring namun tumbuh baik pada tanah berdrainase dan aerasi baik dengan pH tanah sekitar 5-7, solum tanah tebal sampai agak tebal. (Puslitbangbun, 2009).

- Kondisi Iklim : Kemiri Sunan dapat

(16)

berkisar 18,7 – 26,2o

C, dengan curah hujan berkisar antara 1.000 – 2.500 mm/tahun, dengan jumlah bulan kering 3-5 bulan dan memiliki musim kemarau yang jelas. Hujan yang terlalu tinggi pada fase pembungaan akan menyebabkan banyaknya bunga yang gugur.

Perbanyakan secara vegetatif dilakukan

dengan menyambung, setek

pucuk/batang dan cangkok. Penyambungan dapat dilakukan dengan batang bawah berasal dari biji dari pohon lokal dan sebagai batang atas adalah pucuk yang berasal dari pohon terpilih. Perbanyakan tanaman melalui vegetatif memiliki jaminan bahwa sifat genotipenya sama dengan induknya tetapi tidak mempunyai akar tunggang sehingga kurang berfungsi sebagai tanaman konservasi (Luntungan, Herman, Hadad dalam Balitri, 2009). .

Jarak tanam kemiri sunan dibuat minimal 7,5 x 7,5 m.

(17)

B. Spesifikasi Teknis

Spesifikasi teknis bibit kemiri sunan siap salur, adalah :

a) Benih yang digunakan adalah benih bina, berasal dari sumber benih yang telah ditetapkan melalui Keputusan Direktur Jenderal Perkebunan dan Dinas Perkebunan;

b) Spesifikasi teknis bibit siap salur, yaitu : 1) Spesifikasi mutu genetik berasal dari

Blok Penghasil Tinggi yang ditetapkan sebagai sumber benih atau varietas/klon unggul yang sudah dilepas.

2) Spesifikasi bibit berupa bibit siap tanam dalam polybag, tumbuh sehat dan seragam

3) Benih Bebas hama dan penyakit yang membahayakan

4) Telah disertifikasi.

(18)

III.PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Ruang Lingkup

Wilayah pengembangan kemiri sunan seperti pada Lampiran 1.

B. Pelaksana Kegiatan

Tugas dan fungsi aparat tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota, sebagai berikut:

a. Kegiatan Tingkat Pusat

1) Menyusun Pedoman Teknis,

2) Menyelenggarakan rapat Koordinasi dan sinkronisasi dengan instansi terkait serta pemangku kepentingan (Stakeholder) lainnya,

3) Menyusun anggaran dari dana yang bersumber dari APBN dan memfasilitasi tersedianya anggaran dari sumber lain.

4) Mengadakan Sosialisasi dan Pembinaan,

5) Melaksanakan Pengawalan dan Pendampingan,

6) Melaksanakan Monitoring dan Evaluasi, 7) Menyusun laporan pelaksanaan

(19)

b. Kegiatan Tingkat Provinsi

1) Menetapkan Tim Pembina di tingkat Provinsi, ditetapkan melalui Surat Keputusan Kepala Dinas yang membidangi Perkebunan.

2) Menyusun Petunjuk Pelaksanaan (Juklak),

3) Menetapkan kelompok sasaran,

4) Melakukan pengawalan dan monitoring serta evaluasi kegiatan,

5) Menyelenggarakan pertemuan koordinasi dan sosialisasi,

6) Menyusun laporan kegiatan dan mengirim ke Pusat.

c. Kegiatan Tingkat Kabupaten

Kegiatan di Dinas Kabupaten yang membidangi Perkebunan

1) Menetapkan KPA/Penanggung Jawab kegiatan, Pejabat Pembuat Komitmen (P2K), Tim Teknis dan Bendahara

dengan Surat Keputusan

Bupati/Walikota atau pejabat lain yang ditunjuk.

2) Kegiatan administrasi lainnya adalah : Menyusun Petunjuk Teknis (Juknis), Melakukan sosialisasi program dan

kegiatan

(20)

Penyelenggaraan fungsi keuangan dan administrasi,

Mengadakan pengawalan, monitoring serta evaluasi dan

Menyusun laporan kegiatan yang dialokasikan dalam DIPA/ POK dan mengirim ke Provinsi dengan tembusan Pusat.

3) Melakukan identifikasi Lokasi dan penetapan Petani Peserta untuk program pengembangan baru, yaitu : Identifikasi Lokasi

Identifikasi lokasi Pengembangan Tanaman Kemiri Sunan

Dilaksanakan oleh Tim Teknis

Kabupaten untuk

mengidentifikasikan calon lahan yang sesuai dengan persyaratan agroklimat dan persyaratan lahan untuk pengembangan kemiri sunan. Calon lahan (CL) untuk pengembangan kemiri sunan ini dilaksanakan pada tanah milik petani dan diusahakan dalam satu hamparan.

Penetapan Petani dan Kelompok

Sasaran Pengembangan Tanaman

Kemiri Sunan

(21)

Sedangkan Calon Petani (CP) adalah anggota dari kelompok tersebut.

Sosialisasi rencana kegiatan

pengembangan Kemiri Sunan

Sosialisasi rencana pengembangan kemiri sunan dalam bentuk pertemuan dengan para petani calon kelompok sasaran di tempat yang disepakati untuk menyamakan persepsi tentang kegiatan ini, dengan melibatkan instansi terkait dan pemuka masyarakat.

Kegiatan di Kelompok Tani

a) Bagi kelompok tani yang melaksanakan penyediaan bibit secara swakelola adalah melaksanakan persemaian, pengisian polibag dan pembibitan serta penyaluran bibit siap salur. Sedang bagi kelompok tani yang bekerjasama dengan pihak ketiga sebagai penangkar adalah melaksanakan koordinasi dan pemantauan serta berperan aktif dalam penyaluran bibit.

b) Persiapan lahan untuk penanaman (pembersihan lahan dan pembuatan lubang tanam).

(22)

tani pada saat curah hujan memenuhi syarat.

d) Dianjurkan waktu penanaman pada awal musim hujan dan menghindari pelaksanaan penanaman pada akhir musim hujan agar tidak terjadi kekeringan dimusim kemarau yang sangat kering dan relatif lama. Selain mempersiapkan bahan untuk mengurangi dampak kekeringan seperti dengan mulching.

C. Lokasi, Jenis dan Volume

Lokasi, jenis dan volume bantuan kegiatan seperti pada Lampiran 1.

D. Simpul Kritis

1. Koordinasi antara Direktorat Tanaman Tahunan, petugas Dinas Provinsi, Dinas Kabupaten, Puslit/Balit/Instansi terkait, dan petugas lapang.

(23)

3. Ketepatan waktu pengadaan dan pengiriman bahan tanaman dan saprodi untuk pengembangan tanaman tahunan, sehingga tidak menyebabkan keterlambatan.

4. Teknologi budidaya yang akan diterapkan harus sesuai dengan baku teknis serta kondisi di lapangan.

5. Penetapan waktu, frekuensi, parameter pengamatan untuk meningkatkan produktivitas tanaman tahunan.

6. Ketersediaan bahan tanaman dan saprodi yang akan digunakan sebagai paket teknologi budidaya tanaman tahunan diusahakan tepat waktu dan tepat sasaran.

IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN BANTUAN

Proses pengadaan dan penyaluran bantuan kegiatan pengambangan tanaman kemiri sunan dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :

(24)

dilakukan proses pengadaan benih unggul bermutu bersertifikat siap tanam dan saprodi.

b. Prosedur pengadaan dan penyaluran mengacu pada Perpres 54 Tahun 2010 berikut perubahannya serta Pedoman Pengadaan dan Penatausahaan Barang Lingkup Satker Ditjen. Perkebunan Tahun 2013.

c. Kontrak pengadaan benih dan saprodi tersebut telah ditandatangani paling lambat akhir triwulan I tahun 2013. d. Penyaluran benih siap tanam dan atau

saprodi lainnya kepada petani paling lambat menjelang awal musim hujan tahun 2013.

e. Penyaluran benih dan saprodi tersebut kepada petani dengan dibuat berita acara serah terima barang sebagaimana format yang telah ditetapkan.

IV. PEMBINAAN, PENGENDALIAN,

PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN

(25)

b. Pengawasan dilakukan oleh aparat pengawas fungsional (Inspektorat Jenderal, Badan Pengawas Daerah (BAWASDA) dan instansi lainnya seperti Badan Pengawas Keuangan Pemerintah (BPKP), Badan Pengawasan Keuangan (BPK). Disamping pengawasan dari masyarakat termasuk perangkat desa, anggota kelompok tani dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

V. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

Monitoring, evaluasi dan pelaporan mengacu kepada Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 31/Permentan/OT.140/3/2010, tanggal 19 Maret 2010 tentang Pedoman sistem pemantauan, evaluasi dan pelaporan pembangunan pertanian. Dinas yang membidangi perkebunan kabupaten dan provinsi wajib melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan secara berjenjang dilaporkan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan, dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Jenis pelaporan

a. SIMONEV yang meliputi:

 Kemajuan pelaksanaan kegiatan sesuai indikator kinerja;

(26)

lapangan berikut realisasi fisik dan keuangan;

 Permasalahan yang dihadapi dan upaya penyelesaian di tingkat Kabupaten dan Provinsi;

 Format laporan menggunakan format yang telah ditentukan;

b. Laporan perkembangan fisik yang sesuai tahapan pelaksanaan kegiatan dengan materi meliputi: nama

petani/kelompok tani,

desa/kecamatan/kabupaten, luas areal (target dan realisasi), waktu pelaksanaan, perkembangan, kendala dan permasalahan, upaya pemecahan masalah.

c. Laporan akhir kegiatan yang menyangkut seluruh pelaksanaan kegiatan ini

2. Waktu penyampaian laporan:

a.SIMONEV dibuat perbulan dengan ketentuan:

 Pelaporan dinas yang membidangi perkebunan kabupaten ditujukan kepada provinsi disampaikan paling lambat setiap tanggal 5 bulan laporan.

(27)

Tahunan disampaikan paling lambat setiap tanggal 7 bulan laporan.

b. Laporan perkembangan fisik dibuat pertriwulan, ditujukan kepada Direktorat Tanaman Tahunan, Direktorat Jenderal Perkebunan, disampaikan paling lambat setiap tanggal 5 bulan laporan.

c. Laporan akhir ditujukan kepada Direktorat Tanaman Tahunan, Direktorat Jenderal Perkebuann, disampaikan paling lambat tanggal 31 Desember 2013.

VI. PEMBIAYAAN

(28)

VII.PENUTUP

Pedoman Teknis ini merupakan acuan bagi semua pihak terkait khususnya penanggung jawab dan petugas dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan kemiri sunan sebagai bahan baku bahan bakar nabati.

Hal-hal yang belum tercantum dalam Pedoman Teknis ini akan dijabarkan lebih lanjut dan ditambahkan dalam Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis) sesuai kondisi setempat.

Jakarta, Desember 2012

(29)

Lampiran 1.

Lokasi dan Volume Bantuan Kegiatan

Pengembangan Tanaman Kemiri Sunan tahun 2013

PROVINSI KABUPATEN VOLUME

1 JABAR 1 Sumedang 5,00 Ha

2 Subang 5,00 Ha

3 Majalengka 5,00 Ha

4 Indramayu 5,00 Ha

5 Garut 5,00 Ha

(30)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Sehubungan dengan akan dilaksanakannya Pembuktian Kualifikasi untuk paket pekerjaan Perencanaan Pasar Kota Bahagia - Kuala Terubu dengan ini kami undang Saudara untuk dapat hadir

[r]

Sehubungan dengan akan dilaksanakannya Pembuktian Kualifikasi untuk paket pekerjaan Perencanaan Peningkatan Jaringan Irigasi D I Panton Teungku Kec Kuala Batee dengan ini kami

Studies were undertaken to compare the detection of anti-listeriolysin O antibodies (ALLO) and isolation of Listeria monocytogenes from meat and milk samples of sheep and goats..

karchura) possess better anthelmintic activity than piperazine phosphate against earthworms and tape- worms though the activity against hookworms and nodular worms does not

1 Biaya Pemasangan Listrik Dihitung 1,000 unt.

Dietary treatments were different supplemental protein sources: cottonseed meal (CT; 41% CP, DM basis), corn gluten meal (CG; 73% CP, DM basis), hydrolyzed feather meal (FT; 90% CP,