• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedoman Teknis Pembinaan Usaha Perkebunanan Berkelanjutan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pedoman Teknis Pembinaan Usaha Perkebunanan Berkelanjutan"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

DUKUNGAN PASCAPANEN

DAN PEMBINAAN USAHA

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

DESEMBER 2012

PEDOMAN TEKNIS

PEMBINAAN USAHA PERKEBUNAN

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat rahmat, hidayah serta karunia-Nya bahwa Pedoman Teknis kegiatan Pembinaan Usaha Perkebunan Tugas Pembantuan (TP) Tahun Anggaran 2013 yang ditampung pada DIPA Satker Dinas Provinsi yang membidangi Perkebunan dapat diselesaikan.

Pedoman teknis ini disusun sebagai referensi dalam melaksanakan Tugas Pembantuan (TP) kegiatan pembinaan usaha bagi petugas Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota, khususnya dalam melaksanakan pertemuan sosialisasi legalitas dan peraturan perizinan usaha perkebunan.

Secara garis besar Pedoman Teknis ini berisi judul kegiatan, pendahuluan, pendekatan pelaksanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan, Pembinaan, pengawasan, pengawalan, pendampingan, monitoring, evaluasi, pelaporan, pembiayaan dan penutup.

(3)

ii

Kami menyadari bahwa Pedoman Teknis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik serta masukan yang konstruktif untuk perbaikan dan penyempurnaan sebagai referensi pelaksanaan kegiatan di daerah.

Jakarta, Desember 2012 Direktur Jenderal Perkebunan,

(4)

iii I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang B.Sasaran Nasional C.Tujuan II. PENDEKATAN PELAKSANAAN

KEGIATAN

A.Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan B.Materi Sosialisasi

... III. PELAKSANAAN KEGIATAN

A.Ruang Lingkup

B.Pelaksanaan Kegiatan C.Lokasi, Jenis dan Volume D.Simpul Kritis

... IV. PEMBINAAN, PENGENDALIAN,

PENGAWALAN DAN

PENDAMPINGAN ... 12 V. MONITORING, EVALUASI DAN

(5)

1

PEDOMAN TEKNIS

PEMBINAAN USAHA PERKEBUNAN

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Perkebunan merupakan salah satu sub sektor strategis yang secara ekonomis, ekologis, dan sosial budaya memainkan peranan penting dalam pembangunan nasional. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan memiliki fungsi antara lain: a) fungsi ekonomi yaitu peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat serta penguatan struktur ekonomi wilayah dan nasional; b) fungsi ekologi, yaitu peningkatan konservasi tanah dan air, penyerap karbon, penyedia oksigen dan penyangga kawasan lindung; dan c) sosial budaya yaitu sebagai perekat dan pemersatu bangsa.

(6)

2

merupakan bahan baku industri baik untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.

Pemberian Izin Usaha Perkebunan berdasarkan peraturan Menteri Pertanian Nomor : 26/Permentan/OT.140/2/2007 perusahaan wajib memenuhi berbagai ketentuan antara lain legalitas, manajemen, penyelesaian hak atas tanah, realisasi pembangunan kebun dan atau unit pengolahan, kepemilikan sarana dan prasarana dan sistem pencegahan dan pengendalian kebakaran, kepemilikan sarana prasarana dan sitem pencegahan dan pengendalian organisme pengganggu tanaman, penerapan AMDAL atau UKL dan UPL, penumbuhan dan pemberdayaan masyarakat/koperasi setempat dan pelaporan.

(7)

3

Menteri Pertanian Nomor 486.1/Kpts/OT.100/2003 tentang Klasifikasi dan dilakukan sejak tahun 1972/1973 dan sampai tahun 1988/1989 dilaksanakan setiap 5 tahun dan selanjutnya dengan mempertimbangkan bahwa Perkebunan besar berkembang cukup pesat maka sejak tahun 1988/1989 dipercepat menjadi 3 tahun sekali, yang menjadi penilaian dalam usaha Perkebunan antara lain legalitas, manajemen, penyelesaian hak atas tanah, realisasi pembangunan kebun dan/atau unit pengolahan, kepemilikan sarpras dan sistem pencegahan dan pengendalian organisme pengganggu tanaman, kepemilikan sarpras dan sistem pencegahan dan pengendalian kebakaran, penerapan AMDAL, atau UKL dan UPL, penumbuhan dan pemberdayaan masyarakat/koperasi setempat dan pelaporan.

(8)

4

(32,20 %) dengan luas 2.207.556,32 ha, kebun kelas III (cukup) sebanyak 478 kebun (33,82 %) dengan luas 1.465.511,55 ha, kebun kelas IV (kurang) sebanyak 170 kebun (12,03 %) dengan luas 433.844,37 ha serta kebun kelas V (sangat kurang) sebanyak 110 kebun (7,78 %) dengan luas 269.477,23 ha.

Hak Guna Usaha merupakan hak untuk pengusahaan tanah yang langsung dikuasai oleh Negara (termasuk didalamnya areal kawasan hutan yang sudah dilepas) dalam jangka waktu tertentu untuk usaha pertanian atau usaha Perkebunan. Berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 26 Tahun 2007, bagi perusahaan yang telah mendapatkan izin (IUP, IUP-B atau IUP-P) harus menyelesaikan hak atas tanah selambat-lambatnya 2 (dua) tahun sejak diterbitkannya.

(9)

5

Kehutanan dan Kepala Badan Pertanahan Nasional.

Lebih lanjut saat ini Peraturan Menteri Pertanian Nomor 26 Tahun 2007 sedang dalam tahap pembahasan yang intensif guna penyempurnaan dan diharapkan peraturan penggantinya dapat segera diterbitkan pada akhir tahun 2012, sehingga memerlukan penyebarluasan /diseminasi dan sosialisasi yang intensif pada setiap kesempatan pada semua pihak terkait.

(10)

6

B.Sasaran Nasional

1) Sasaran pelaksanaan sosialisasi yaitu petugas Dinas Provinsi yang membidangi Perkebunan dan Kabupaten/Kota serta instansi terkait (BPN dan Kehutanan);

2) Sasaran pembinaan usaha perkebunan yaitu perusahaan Perkebunan (PBS dan PBN) serta petani pekebun (perkebunan rakyat).

C.Tujuan

Kegiatan ini bertujuan :

1) Terlaksananya pertemuan sosialisasi legalitas, peraturan perizinan usaha perkebunan;

2) Memperoleh masukan dari peserta untuk bahan perbaikan program dan kebijakan pembinaan usaha perkebunan ke depan;

3) Meningkatkan pemahaman dan kompetensi petugas Dinas Provinsi yang membidangi Perkebunan dan Kabupaten/Kota;

4) Terlaksananya pendataan/pendaftaran (STD-B) usaha perkebunan rakyat

dengan pengusahaan lahan ≤ 25 ha;

(11)

7

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN

A.Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan :

Melakukan koordinasi dengan instansi terkait baik di tingkat pusat maupun daerah serta fasilitasi pelaksanaan sosialisasi kepada petugas Dinas Provinsi yang membidangi Perkebunan dan Kabupaten/Kota dan pelaku usaha perkebunan (PBS, PBN dan petani).

B.Materi Sosialisasi

Materi yang terkait dengan peraturan perizinan usaha perkebunan :

- Undang-Undang Nomor 18 tahun 2004 tentang Perkebunan;

- Peraturan Menteri Pertanian Nomor 26/Permentan/OT.140/2/2007 Tahun 2007 tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan; atau

- Peraturan Menteri Pertanian tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunnan yang baru, sebagai pengganti Permentan Nomor 26 Tahun 2007;

(12)

8

Pengelolaan Lahan Gambut Untuk Budidaya Kelapa Sawit;

- Peraturan Menteri Pertanian Nomor 07/Permentan/OT.140/2/2009 tentang Pedoman Penilaian usaha Perkebunan;

- Peraturan Menteri Pertanian Nomor 19/Permentan/OT.140/3/2011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (ISPO).

III. PELAKSANAAN KEGIATAN

A.Ruang Lingkup

Kegiatan ini dibiayai dengan dana APBN (Tugas Pembantuan Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian) yang dialokasikan pada DIPA SATKER Dinas Provinsi yang membidangi Perkebunan, terdiri atas 2 (dua) kegiatan pokok :

1) Pembinaan usaha perkebunan (inti dan plasma) dan pendaftaran usaha perkebunan rakyat ≤ 25 ha;

(13)

9

Lokasi Pelaksanaan pertemuan sosialisasi legalitas, peraturan perizinan usaha Perkebunan

No. Provinsi Kabupaten

1. Aceh 20

2. Sumatera Utara 25 3. Sumatera Barat 10 4. Bengkulu 8

5. Riau 10

6. Kepulauan Riau 2

7. Jambi 9

8. Sumatera Selatan 13 9. Kep. Bangka Belitung 6 10. Lampung 10 11. Banten 2 12. Jawa Barat 15 13. Jawa Tengah 17 14. Jawa Timur 13

15. Bali 4

16. NTB 3

17. NTT 2

(14)

10

No. Provinsi Kabupaten

27. Gorontalo 4 28. Maluku Utara 3 29. Maluku 3 30. Papua 3 31. Papua Barat 3

Total 260

B.Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan dilaksanakan oleh Dinas Provinsi yang membidangi Perkebunan sebagai berikut :

- Penyusunan rencana kerja pelaksanaan (petunjuk teknis)

- Inventarisasi usaha perkebunan rakyat dengan luasan kurang dari 25 ha yang dilaksanakan oleh petugas Dinas Provinsi yang membidangi Perkebunan bersama petugas Kabupaten/Kota;

- Koordinasi dengan Instansi terkait (BPN dan Kehutanan) dalam pemutakhiran data;

(15)

11

- Pelaksanaan pertemuan sosialisasi legalitas, peraturan perizinan usaha perkebunan dengan peserta dari Dinas Provinsi yang membidangi Perkebunan dan Kabupaten/Kota serta instansi terkait;

- Penyusunan dan pembahasan laporan pelaksanaan kegiatan sosialisasi;

- Tindak lanjut pelaksanaan pembinaan usaha perkebunan;

- Dinas perkebunan provinsi melaporkan hasil kegiatannya kepada Ditjen. Perkebunan, Gubernur dan Bupati/Walikota terkait dengan pelaksanaan pembinaan usaha perkebunan;

- Waktu pelaksanaan pada triwulan I sampai triwulan III tahun 2013.

C.Lokasi, Jenis dan Volume

(16)

12

D.Simpul Kritis

1) Koordinasi dilakukan antara Direktorat Jenderal Perkebunan, Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota, instansi terkait dan perusahaan Perkebunan Besar Swasta (PBS) dan Perkebunan Besar Negara (PTPN) serta Perkebunan Rakyat.

2) Direktorat Jenderal Perkebunan wajib melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan dan anggaran dana Tugas Pembantuan pada Dinas Provinsi yang membidangi Perkebunan.

3) Pengelola anggaran dana Tugas Pembantuan pada Dinas Provinsi yang membidangi Perkebunan wajib mengkoordinasikan perencanaan, pengelolaan, monitoring dan evaluasi serta pelaporan pelaksanaan dana Tugas Pembantuan di wilayahnya.

4) Direktorat Jenderal Perkebunan wajib menyusun Pedoman Teknis (Pedumtek) pelaksanaan kegiatan dalam rangka memberikan bimbingan administrasi, teknis operasional dan pengendalian pelaksanaan di tingkat Provinsi.

(17)

13

Teknis (Juknis) dalam rangka memberikan bimbingan administrasi, teknis operasional dan pengendalian pelaksanaan kegiatan; monitoring, evaluasi dan laporan capaian kinerja pelaksanaan kegiatan.

6) Mekanisme pelaporan pelaksanaan dana Tugas Pembantuan (TP) dilakukan secara berkala (bulanan, triwulan dan akhir tahun) dan berjenjang, yaitu dari Provinsi menyampaikan laporan kepada Gubernur, Direktorat Jenderal Perkebunan dan instansi terkait.

IV. PEMBINAAN, PENGENDALIAN,PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN

1)Pembinaan kepada stakeholder dan pelaku usaha perkebunan dilakukan secara berkelanjutan sehingga mampu menerapkan peraturan perundangan yang berlaku.

2)Tanggung jawab teknis pelaksanaan berada pada Dinas Provinsi yang membidangi Perkebunan dan Kabupaten/Kota.

3)Tanggung jawab koordinasi pembinaan berada pada Dinas yang membidangi Perkebunan di tingkat Provinsi.

(18)

14

berada pada Direktorat Pasacapanen dan Pembinaan Usaha, Direktorat Jenderal Perkebunan.

5)Pengendalian melalui jalur struktural dilakukan oleh Bidang/Seksi yang menangani pengelolaan usaha perkebunan pada Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan. Pengendalian kegiatan dilakukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (P2K) dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) di Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan.

6)Pengawasan dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku agar penyelenggaraan kegiatan dapat menerapkan prinsip-prinsip partisipatif, transparansi dan akuntabel. Pengawasan dilakukan oleh Pemerintah melalui aparat pengawas fungsional (Inspektorat Jenderal, Badan Pengawas Daerah maupun Lembaga Pengawas lainnya) dan oleh masyarakat.

V. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

(19)

ex-15

ante), saat dilakukan kegiatan (on-going) dan setelah dilakukan kegiatan (ex-post).

2)Monitoring, evaluasi dan pelaporan dilakukan secara berjenjang yang mencakup:

- Perkembangan pelaksanaan kegiatan sesuai indikator kinerja;

- Perkembangan pelaksanaan kegiatan (realisasi fisik dan keuangan);

- Permasalahan yang dihadapai dan upaya penyelesaian yang dilakukan;

- Format pelaporan menggunakan format yang telah disepakati dan dituangkan dalam Petunjuk Teknis;

- Laporan pelaksanaan kegiatan disampaikan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan, Gubernur dan instansi terkait lainnya.

VI. PEMBIAYAAN

(20)

16

Komponen Biaya dari kegiatan tersebut adalah (a) Belanja Bahan (b) Belanja Barang Non Operasional lainnya (c) Belanja Jasa Profesi (d) Honor yang terkait dengan Output Kegiatan (e) Belanja Jasa Lainnya (f) Belanja Perjalanan Lainnya.

VII.PENUTUP

Penyusunan Pedoman Teknis kegiatan Pembinaan Usaha Perkebunan Tahun Anggaran 2013 merupakan acuan secara umum yang perlu dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis di tingkat provinsi. Diharapkan dengan pedoman teknis ini pelaksanaan kegiatan tahun 2013 dapat terlaksana sesuai dengan tujuan dan sasaran yang direncanakan.

Jakarta, Desember 2012

Direktur Jenderal Perkebunan,

(21)

17

E. Indikator Kinerja

Secara umum indikator kinerja dari kegiatan pembinaan usaha perkebunan :

1). Masukan

Tersedianya dana, sumber daya manusia (SDM), peraturan dan informasi.

2). Keluaran

(22)

18

perizinan usaha perkebunan dan pendaftaran usaha perkebunan rakyat dengan luasan kurang dari 25 ha.

3). Hasil

Diperolehnya tambahan pengetahuan bagi petugas Dinas Provinsi yang membidangi Perkebunan dan Kabupaten/Kota terkait dengan perizinan usaha perkebunan serta data dan informasi perkembangan usaha perkebunan inti dan plasma.

4). Manfaat

- Memperoleh masukan dari peserta untuk bahan perbaikan dalam rangka pelaksanaan pembinaan usaha perkebunan ke depan.

- Diperoleh solusi penyelesaian masalah atau penanganan gangguan usaha perkebunan.

5). Dampak

- Pengelolaan serta pembinaan usaha perkebunan inti (PBS dan PBN) serta perkebunan rakyat berjalan lancer;

- Menigkatnya kepatuhan pelaku usaha perkebunan terhadap peraturan dan ketentuan yang berlaku.

Referensi

Dokumen terkait

6.5 Borang-borang penyertaan mengikut acara hendaklah diisi dengan lengkap dan dikembalikan kepada Pengerusi Jawatankuasa Pengelola Regatta pada tarikh yang

analisis regresi digunakan untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung serta memprediksi nilai variabel tergantung dengan menggunakan variabel

Penambahan sampah daun dapat meningkatkan daya serap air dan daktilitas juga menurunkan densitas, berat jenis, kuat lentur, kuat tekan dan kuat tarik papan panel

​ Results: The recurrence of schizophrenic patients relates to the amount of information support, instrumental support satisfaction and medication obedience, education..

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian jus kombinasi jahe ( Zingiber officinale rosc. ), bawang bombai ( Allium cepa L.), jeruk mandarin (Citrus reticulata

Nama Dokter, SIP, alamat, telepon, paraf atau tanda tangan dokter serta tanggal penulisan resep sangat penting dalam penulisan resep agar ketika Apoteker

Terkait dengan Perlindungan Konsumen dan Transaksi Elektronik Indonesia telah memiliki Undang- Undang No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Undang- Undang

19 Saya mengikuti pembelajaran permainan bola voli karena diberikan latihan sesuai seperti yang saya inginkan. SM M TM STM 20 Di lingkungan sekolah saya, bola