• Tidak ada hasil yang ditemukan

PESAN DAKWAH KHATIB JUM’AT : STUDI KUALITATIF DI MASJID NURUL FATTAH JL. DEMAK KECAMATAN KREMBANGAN SURABAYA EDISI MEI 2014 MINGGU KE-5 OLEH UST. UMAR HAQQI AR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PESAN DAKWAH KHATIB JUM’AT : STUDI KUALITATIF DI MASJID NURUL FATTAH JL. DEMAK KECAMATAN KREMBANGAN SURABAYA EDISI MEI 2014 MINGGU KE-5 OLEH UST. UMAR HAQQI AR."

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

PESAN DAKWAH KHATIB JUM’AT

(Studi Kualitatif Di Masjid Nurul Fattah Jl. Demak Kecamatan Krembangan

Surabaya Edisi Mei 2014 Minggu Ke-5 oleh Ust. Umar Haqqi AR )

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Progam Sarjana

Komunikasi Dan Penyiaran Islam (S.kom.I)

Oleh:

RIZA ABDILLAH

NIM: B31210044

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(2)
(3)
(4)

MOTTO :                                                                   

“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”.(QS. Al Jumu’ah:9-10).

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan untuk abah dan ibuku, karena didikannya, do’a dan kasih

sayangnyalah aku bisa menjalani hidup sampai sekarang ini, dan semoga dengan

skripsi ini menjadikan suatu kebanggaan untuk beliau. Untuk mbak dan adikku

tersayang, yang selalu ada untukku dengan penuh ikhlas, serta keluarga besarku,

(5)
(6)

ABSTRAK

RIZA ABDILLAH, NIM B31210044, 2015. PESAN DAKWAH KHATIB

JUM’AT. (Studi Kualitatif Di Masjid Nurul Fattah Jl. Demak Kecamatan Krembangan Surabaya Edisi Mei 2014 Minggu Ke-5 oleh

Ust. Umar Haqqi AR). Skripsi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam

Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata kunci : Pesan Dakwah, Khutbah Jum’at,

Persoalan yang dikaji dalam karya ilmiah berupa skripsi ini yaitu “Bagaimana pesan dakwah khatib jum’at di Masjid Nurul Fattah Jl. Demak kecamatan krembangan Surabaya edisi mei 2014 minggu ke-5 oleh ust. Umar Haqqi?

Dari rumusan masalah tersebut bertujuan untuk menegetahui pesan dakwah khatib jum’at di Masjid Nurul Fattah Jl. Demak kecamatan krembangan Surabaya edisi mei 2014 minggu ke-5 oleh ust. Umar Haqqi.

Untuk mengidentifikasi rumusan masalah tersebut, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan melakukan observasi, dokumentasi dan wawancara, kemudian data dianalisis dengan menggunakan analisis wacana model Teun A Van Djik.

Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa pesan dakwah yang di sampaikan oleh khatib

jum’at di Masjid Nurul Fattah Jl. Demak kecamatan krembangan Surabaya edisi mei 2014

(7)

DARTAR ISI

Halaman

Judul ...i

Persetujuan Pembimbing ...ii

Pengesahan Tim Penguji………..iii

Motto Dan Persembahan ...iv

Pernyataan Pertanggung Jawaban………...v

Abstrak ...vi

Kata Pengantar ...vii

Daftar Isi ... ix

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ...6

D. Manfaat Penelitian ...7

E. Konseptualisasi ...8

F. Sistematika pembahasan ...10

BAB II : KAJIAN KEPUSTAKAAN ...12

A. Kajian Kepustakaan ...12

1. Pesan Dakwah ...12

a) Pengertian Pesan Dakwah... ..12

b) Jenis-jenis Pesan Dakwah………..13

c) Macam-macam Pesan Dakwah... ...17

d) Karakteristik Pesan Dakwah………..22

2. Khutbah Jum’at………25

a) Pengertian Khutbah………25

b) Hukum Khutbah……….26

c) Unsur-unsur khutbah…..………27

d) Syarat dua khutbah………27

e) Rukun-rukun Khutbah………...28

f) Sunnah-sunnah Khutbah………30

g) Larangan Selama sholat dan Khutbah………...32

h) Khutbah dengan Bahasa Arab………...34

i) Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam khutbah.35 j) Adzan Jum’at……….37

(8)

BAB III :METODE PENELITIAN... ...40

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian...,... ...40

B. Unit Analisis... ...42

C. Jenis dan Sumber Data………...43

D. Tahapan Penelitian...44

E. Teknik Pengumpulan Data...47

F. Teknik Analisis Data...48

BAB IV : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA………....58

A. Deskripsi obyek penelitian ...58

B. Penyajian Data... ...72

C. Analisis Data...76

D. Hasil Analisis Penelitian……….86

BAB V : PENUTUP...90

A. Kesimpulan ...90

B. Saran... ...92 Daftar Pustaka

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah agama yang berisi dengan petunjuk-petunjuk agar manusia

secara individual menjadi manusia yang baik, beradab, dan berkualitas, selalu

berbuat baik sehingga mampu membangun sebuah peradaban yang maju, sebuah

tatanan kehidupan yang manusiawi dalam arti kehidupan yang adil. Di samping

itu Islam juga disebut agama dakwah, maksudnya agama yang disebarluaskan

dengan cara damai tidak dengan kekerasan1.

Pada dasarnya dakwah merupakan seruan agama, seruan tersebut mempunyai

maksud dan tujuan yaitu untuk mengubah masyarakat sasaran dakwah ke arah

lebih baik dan lebih sejahtera, lahiriah maupun batiniah baik secara individu

maupun kelompok. Agar tujuan tersebut tercapai secara efektif, maka para

penggerak dakwah harus mengorganisir segala komponen dakwah secara tepat

dan salah satu komponen itu adalah dari unsur medianya.

Dakwah pada hakikatnya adalah upaya untuk menumbuhkan kecenderungan

dan ketertarikan pada apa yang anda serukan, yakni islam, oleh karenanya dakwah

islam tidak hanya terbatas pada aktivitas lisan semata, tetapi mencakup seluruh

aktifitas lisan atau perbuatan yang ditujukan dalam rangka menumbuhkan

kecenderungan dan ketertarikan pada islam. Komitmen seorang muslim dengan

dakwah islam mengharuskan dirinya untuk memberikan contoh hidup dari apa

1

(10)

yang serukannya melalui lisannya, sekaligus memberikan gambaran islam sejati

melalui keterikatannya secara benar dengan islam itu sendiri2.

Menyeru manusia ke jalan Allah Swt. Merupakan kewajiban sekaligus ibadah

yang bisa mengantarkan pelakunya untuk dekat dengan Tuhannya. Dakwah juga

mengajarkan pelakunya bahwa kedudukannya di hadapan Allah adalah sangat

tinggi, Allah akan mengangkat kedudukannya didunia maupun diakhirat.

Sedemikian pentingnya peran dakwah dalam kerangka mengajak umat

manusia untuk berbuat baik, maka dakwah dalam islam memiliki hukum wajib.

Hak ini dapat dilihat dari beberapa ayat, diantaranya Surat Q.S. an Nahl, Ayat

125:

















































Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari

jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk3.

Dakwah juga memiliki beberapa variasi dalam pelaksanaan, diantara salah

satunya yaitu khutbah, khutbah adalah pidato agama yang bersifat wajib dalam

pelaksanaan sholat jum’at, dikatakan wajib karena khutbah termasuk dalam salah

satu rukun sholat jum’at. Peneliti menggunakan khutbah sebagai obyek kajian

karena yakin bahwa kegiatan dakwah yang dikemas dalam bentuk khutbah sangat

2

(11)

kompetitif dan fleksibel, karena hanya dengan menggunakan even yang rutin

dilakukan setiap seminggu sekali yaitu hari jum’at.

Dalam pembahasan lebih lanjut, khutbah yang peneliti maksud adalah khutbah

jum’at. Hari jum’at adalah salah satu even yang sangat baik untuk dijadikan

renungan bagi masyarakat tentang pentingnya memahami ajaran agama islam.

Maka pada waktu sebelum sholat jum’at terdapat khutbah yang bisa menjadi salah

satu bahan renungan umat muslim di hari yang suci tersebut.

Khutbah Jum’at merupakan salah satu rangkaian ibadah yang terdapat pada

pelaksanaan shalat Jum’at, karena khutbah menjadi bagian yang tak terpisahkan

dari rangkaian ibadah Jum’at. Pelaksanaan khutbah tersebut merupakan hal yang

amat penting berkaitan dengan dengan pesan-pesan dakwah bagi umat islam pada

saat itu. Dalam al Qur’an surat Al Jumu’ah ayat 9 Allah berfirman:

















































Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sembahyang pada hari Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui4.

Khutbah Jum’at juga sebagai salah satu media yang strategis dalam rangka

memberikan masukan yang positif kepada umat Islam, karena bersifat rutin dan

dihadiri oleh kaum muslimin secara berjamaah. Khutbah Jum’at memiliki

kedudukan penting dalam Islam, karena merupakan penopang utama dalam pesan

dakwah Islam di seluruh dunia. Khutbah juga merupakan salah satu sarana penting

4Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al Qur’an, Al Qur’

(12)

guna menyampaikan pesan dan nasehat kepada orang lain atau suatu kaum. Hal

ini sebagaimana kaidah yang ada dalam Islam : “menyeru kepada kepada

kebaikan dan mencegah kemungkaran”.

Secara lebih khusus Khutbah Jum’at merupakan syiar besar Islam yang

menjadi nilai istimewa. Tidak diragukan lagi bahwa khutbah dalam syiar agama

kita mempunyai kedudukan yang tinggi. Demikian karena khutbah mempunyai

peran yang besar dalam rangka menasehati umat dan mewujudkan tugas dakwah

islam.

Disyariatkan bagi kaum muslimin untuk berkumpul di dalam hari itu sebagai

peringatan bagi mereka akan besarnya nikmat Allah kepada mereka dan

disyariatkan khutbah untuk memperingatkan mereka dengan adanya nikmat

tersebut, juga menganjurkan kepada mereka agar selalu mensyukurinya.

Secara umum khutbah tersebut bertujuan untuk memuji dan memuliakan Allah

SWT serta kesaksian bahwa dia adalah Esa, juga kesaksian bahwa pada diri

Rasulullah SAW terdapat risalah yang bertujuan untuk memberikan peringatan

bagi para hamba. Khutbah memiliki kedudukan dan manfaat yang sangat besar

dari pelaksanaan shalat Jum’at, karena didalamnya mengandung dzikir kepada

Allah, peringatan bagi kaum muslimin serta nasehat bagi yang mendengarkannya.

Khutbah Jum’at mempunyai dua sisi, sebagai ibadah khusus yang

berhubungan erat dengan shalat jum’at dan sebagai media dakwah yang berkaitan

erat dengan pembinaan umat5. Bisa juga dikatakan, selain ritual ibadah, Khutbah

Jum’at juga merupakan salah satu media dakwah yang mempunyai kaitan

langsung dengan pembinaan umat. Khutbah Jum’at mempunyai posisi yang sangat

5

(13)

strategis, dalam hal pelaksanaannya, khutbah Jum’at tak terpisahkan dengan shalat

Jum’at yang dilaksanakan rutin seminggu sekali. Pada posisi ini, khutbah Jum’at

bisa menjadi media yang terprogram dengan muatan yang berkesinambungan dari

mingu ke minggu. Isi khutbah pun dapat disesuaikan dengan kebutuhan jamaah

atau masyarakat setempat. Melalui Khutbah Jum’at ini pembinaan umat bisa

dilaksanakan secara berkelanjutan.

Dengan perkembangan zaman maka materi khutbah yang disampaikan harus

sesuai perkembangan zaman. Sehingga para khatib tidak berpacu pada khutbah

yang biasanya sering di sampaikan. Maka dari itu peneliti tertarik ingin meneliti

tentang materi khutbah yang di sampaikan oleh khatib di Masjid Nurul Fattah

Jl.Demak kecamatan Krembangan Surabaya. Alasan peneliti meneliti di Masjid

Nurul Fattah Karena Masjid ini merupakan salah satu masjid terbesar dan

menjadi kiblat bagi masjid-masjid yang ada di kecamataan Krembangan Surabaya.

Kemudian alasan yang kedua peneliti tertarik dengan Masjid Nurul Fattah karena

Masjid ini berada di lingkungan bekas tempat lokalisasi yaitu dusun Bangunsari

yang pada tahun 2012 resmi ditutup oleh pemerintah Surabaya. Kemudian alasan

yang ketiga peneliti tertarik dengan Masjid Nurul Fattah adalah dengan para

khatibnya. Karena para khatib disini merupakan khatib-khatib pilihan yang dipilih

bukan sembarang khatib akan tetapi khatib disini sudah mempunyai ilmu yang

tidak diragukan lagi keilmuannya. Dan diantaranya adalah banyak lulusan

pesantren dan juga perguruan tinggi sehingga dari para khatib disini banyak yang

sudah mempunyai gelar sarjana ,baik Doktor maupun Kyai..

Dan dari beberapa khatib yang bertugas pada bulan Mei 2014, peneliti

(14)

tertarik dengan pesan khutbah yang di sampaikan oleh Ust.Umar Haqqi AR yaitu

pada minggu kelima di bulan Mei 2014. Karena menurut peneliti, dari kelima

khatib yang bertugas di bulan Mei 2014 hampir sama menjelaskan tentang bulan

Rajab akan tetapi khutbah yang disampaikan oleh Ust.Umar Haqqi AR beda

dengan para khatib-khatib yang bertugas pada bulan Mei 2014 yaitu menjelaskan

tentang Tiga golongan manusia yang dilindungi Allah swt dari godaan iblis dan

bala tentaranya. Kemudian alasan yang kedua adalah dengan gaya retorikanya

bagus artinya cara penyampaiannya sangat jelas dan tegas, serta bahasa yang

disampaikan mudah dipahami dan dimengerti.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas dapat di ambil rumusan masalah yaitu,

bagaimana pesan dakwah khatib jum’at di Masjid Nurul Fattah Jl. Demak

kecamatan Krembangan Surabaya edisi mei 2014 minggu ke-5 oleh Ust. Umar

Haqqi AR?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka tujuan

dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pesan dakwah khatib jum’at di Masjid

Nurul Fattah Jl. Demak kecamatan krembangan Surabaya edisi Mei 2014 minggu

(15)

D. Manfaat Penelitian

1. secara teoritis.

1) Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan pengetahuan serta

pengalaman baru bagi penulis dalam melaksanakan penulisan dan penerapan

ilmu pengetahuan

2) Dapat memberikan wacana baru bagi pembaca tentang pesan khutbah jumat

dalam meningkatkan pengetahuan agama masyarakat.

3) Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memperluas cakrawala

keilmuan dakwah bagi peneliti pribadi khususnya maupun bagi berbagai pihak

yang memiliki ketertaikan untuk mengkaji mengenai dinamika keilmuan

dakwah.

4) Sebagai bahan tambahan dan masukan bagi pihak-pihak yang terkait, guna

untuk memilih pesan dakwah yang baik dan sesuai dengan perkembangan

zaman.

2 secara praktis.

1) Sebagai pengalaman tersendiri bagi peneliti dan pengetahuan bagi pembaca

penelitian ini

2) Dapat menjadi referensi bagi penulis-penulis yang akan datang.

3) Penelitian ini di harapkan memberi keragaman hasil penelitian di fakultas

(16)

E. Definisi Konsep

Untuk memudahkan dan menghindari kesalahan pahaman dalam memahami judul

penelitian skrpsi ini yaitu Pesan Dakwah Khatib Jum’at (Studi Kualitatif di Masjid Nurul Fattah Jl. Demak Kecamatan Krembangan Surabaya edisi Mei

2014 Minggu ke-5 oleh Ust. Umar Haqqi AR). Maka dipandang perlu untuk

menjelaskan terlebih dahulu beberapa pengertian di dalamnya.

1. Pesan Dakwah

Dalam ilmu Komunikasi pesan dakwah adalah massage, yaitu

simbol-simbol. Dalam literatur berbahasa arab, pesan dakwah disebut maudlu’ al

-da’wah. Istilah pesan dakwah dipandang lebih tepat untuk menjelaskan, “isi

dakwah berupa kata, gambar, lukisan dan sebagainya yang diharapkan dapat

memberikan pemahaman bahkan perubahan sikap dan perilaku mitra dakwah.

“ Jika dakwah melalui tulisan umpamanya, maka yang ditullis itulah pesan

dakwah. jika dakwah melalui lisan, maka itulah yang diucapkan pembicara

itulah pesan dakwah, jika melalui tindakan, maka perbuatan baik yang

dilakukan itulah pesan dakwah6.

Jadi pesan dakwah disini adalah suatu materi yang di sampaikan oleh

khatib terhadap mad’u/makhtub yang bersumber dari alquran dan hadis,

mencakup masalah aqidah, syariah dan akhlaq. Dan dalam pesan dakwah yang

disampaikan khatib pada Minggu ke-5 bulan Mei 2014 oleh Ust. Umar Haqqi

adalah mengenai tentang akidah.

6

(17)

2. Khutbah

khutbah adalah pidato yang disampaikan untuk menunjukkan kepada

pendengar mengenai pentingnya suatu pembahasan. Pidato diistilahkan

dengan khitabah dalam bahasa Indonesia sering ditulis dengan khutbah atau

khotbah7. Sedangkan khutbah jumat adalah pidato yang disampaikan oleh

seorang khatib di depan jama’ah sebelum shalat Jum’at dilaksanakan dengan

syarat-syarat dan rukun tertentu, baik berupa tadzkiroh (peringatan,

penyadaran), mau’idzoh (pembelajaran) maupun taushiyah (nasehat). Dan

khutbah itu sendiri tidak syah kalau tidak di penuhi dengan syarat dan

rukunnya. Oleh karena itu, wajib hukumnya bagi setiap khatib untuk

mengetahui syarat dan rukun khutbah.

Adapun khutbah yang disampaikan oleh khatib di bulan Mei 2014

minggu ke-5 oleh Ust. Umar Haqqi AR adalah dengan tema tiga golongan

manusia yang dilindungi dan dijaga oleh Allah dari godaan iblis dan bala

tentaranya.

3. Khatib jum’at

Adalah seseorang yang menyampaikan khutbah. Kedudukan khatib

dalam berkhutbah adalah sebagai pemimpin umat dan pembimbing

masyarakat dalam mengarahkan umatnya untuk melakukan tugas dan

kewajiban sebagai hamba Allah dan wakil Allah di muka bumi.

7

(18)

Oleh karena itu setiap khatib dalam berkhutbah harus bersikap

sempurna sehingga terkesan berwibawa. Berpenampilan rapi, tegas dalam

berbicara, sopan santun, ramah, anggun dan bijaksana8.

Dan khatib yang bertugas di Masjid Nurul Fattah Jl. Demak

Kecamatan Krembangan Surabaya edisi Mei 2014 minggu ke-5 adalah Ust.

Umar Haqqi AR.

F. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan dalam memahami skripsi ini , maka peneliti menyusun

sistematika pembahasan. Adapun sistematika pembahasan yang akan peneliti

jadikan sebagai penelitian diantaranya:

BAB I :PENDAHULUAN

Pada bab Pendahuluan ini berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, dan sistematika

pembahasan.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini berisikan tentang kerangka teoritik, yang terdiri atas kajian

pustaka dan kajian penelitian yang terdahulu

BAB III : METODE PENELITIAN

Pada bab ini berisikan tentang pendekatan dan jenis penelitian, unit analisis,

tahapan penelitian, teknik pengumpulan data teknik analisis data.

8A. Haris Ma’moen,

(19)

BAB IV: PENYAJIAN DATA

Pada bab ini berisikan tentang Penyajian dan analisis data berisikan deskripsi

biografi khatib, penyajian data yaitu materi khutbah dan analisis data dan hasil

penelitian.

BAB V : PENUTUP

Pada bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berisikan

(20)

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. Kerangka Teoritik

1. Pesan dakwah

a. Pengertian Pesan Dakwah

Pesan adalah keseluruhan dari pada yang disampaikan oleh

komunikator. Namun ada juga yang mengartikan pesan adalah sesuatu

yang disampaikan pengirim kepada komunikan, pesan merupakan isyarat

atau simbol yang disampaikan oleh seseorang untuk saluran tertentu

dengan harapan bahwa pesan itu akan mengutarakan atau menimbulkan

suatu makna tertentu dalam diri orang lain yang hendak diajak

berkomunikasi9.

Dalam ilmu Komunikasi pesan dakwah adalah massage, yaitu

simbol-simbol. Dalam literatur berbahasa arab, pesan dakwah disebut maudlu’ al

-da’wah. Istilah ini lebih tepat dibanding dengan istilah “materi dakwah”

yang diterjemahkan dalam bahasa arab menjadi maaddah al-da’wah.

Sebutan yang terakhir ini bisa menimbulkan kesalahpahaman sebagai

logistik dakwah. istilah pesan dakwah dipandang lebih tepat untuk

menjelaskan, “isi dakwah berupa kata, gambar, lukisan dan sebagainya

yang diharapkan dapat memberikan pemahaman bahkan perubahan sikap

dan perilaku mitra dakwah. “ Jika dakwah melalui tulisan umpamanya,

maka yang ditullis itulah pesan dakwah. jika dakwah melalui lisan, maka

9

(21)

itulah yang diucapkan pembicara itulah pesan dakwah, jika melalui

tindakan, maka perbuatan baik yang dilakukan itulah pesan dakwah10.

Pada prinsipnya, pesan apapun dapat dijadikan sebagai pesan dakwah

selama tidak bertentangan dengan sumber utamanya, yaitu Al-Qur’an dan

Hadist. Dengan demikian, semua pesan yang bertentangan terhadap

Al-Qur’an dan hadis tidak dapat disebut sebagai pesan dakwah. Semua orang

dapat berbicara tentang moral, bahkan dengan mengutip ayat Al Qur’an

sekalipun. Akan tetapi, jika hal itu dimaksudkan untuk pembenaran atau

dasar bagi kepentingan nafsunya semata, maka demikian itu bukan

termasuk pesan dakwah.

b. Jenis Pesan dakwah

Pesan dakwah pada garis besarnya terbagi menjadi dua bagian yaitu pesan

utama (Al-Qur’an dan hadis) dan pesan tambahan atau penunjang (selain Al

-Qur’an dan hadis). Adapun jenis-jenis pesan dakwah diantaranya:

1. Ayat-ayat Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah wahyu penyempurna. Seluruh wahyu yang

diturunkan Allah swt. Kepada nabi-nabi terdahulu termaktub dan

teringkas dalam Al-Qur’an. Dengan Al-Qur’an seeorang dapat

mengetahui kandungan kitab taurat, Kitab zabur, kitab Injil, shahifah

(lembaran wahyu) Nabi Nuh.a.s, Shahifah nabi Ibrahim a.s, Shahifah

Nabi Musa.a.s dan shahifah yang lain. selain itu Al-Qur’an juga

memuat keterangan diluar wahyu-wahyu yang terdahulu. Semua pokok

10

(22)

ajaran islam tersebut disebutkan secara global dalam Al-Qur’an,

sedangkan detailnya dijelaskan dalam hadis11.

2. Hadis Nabi SAW

Adalah Segala hal berkenaan dengan Nabi Muhammad saw.

Yang meliputi ucapan, perbuatan, ketetapan, sifat, bahkan ciri fisiknya

dinamakan hadis. Untuk melihat kualitas kesahihan hadis, pendakwah

tinggal mengutip hasil penelitian dan penilaian ulama hadis. Tidak

harus menelitinya sendiri. Pendakwah hanya perlu cara mendapatkan

hadis yang sahih serta memahami kandungannya. Jumlah hadis Nabi

SAW yang termaktub dalam beberapa kitab hadis sangat banyak12.

3. Pendapat Para Sahabat Nabi Saw.

Orang yang hidup semasa dengan Nabi SAW, pernah bertemu

Nabi dan beriman kepadanya adalah sahabat Nabi saw. Pendapat

sahabat Nabi saw. Memiliki nilai tinggi, karena kedekatan mereka

dengan nabi dan proses belajarnya yang langsung dari beliau. Diantara

para sahabat nabi saw, ada yang termasuk sahabat senior (kibar

al-shahabah) dan sahabat yunior (shighar al-shahabah). Sahabat senior

diukur dari waktu masuk islam, perjuangan, dan kedekatannya dengan

Nabi saw. Hampir semua perkataan sahabat dalam kitab-kitab hadis

berasal dari sahabat senior13.

11

Moh. Ali Aziz, Edisi RevisiIlmu Dakwah, h. 319 12

Moh. Ali Aziz, Edisi Revisi Ilmu Dakwah, h. 321 13

(23)

4. Pendapat para ulama

Meski ulama berarti semua orang yang memiliki ilmu

penegtahuan secara mendalam, namun maksud ulama disini

dikhususkan untuk orang yang beriman, menguasai ilmu keislaman

secara mendalam dan menjalankannya. Dengan pengertian ini, kita

menghindari pendapat ulama yang buruk (ulama al-su’), yakni ulama

yang tidak berpegang pada Al-Quran dan hadis sepenuhnya. Penadapat

ulama dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu pendapat yang telah

disepakati dan pendapat yang masih diperselisihkan14.

5. Hasil penelitian Ilmiah

Tidak sedikit ayat Al-Qur’an yang bisa kita pahami lebih

mendalam dan luas setelah dibantu dengan hasil sebuah penelitian

ilmiah. Inilah hasil penelitian yang menjadi salah satu sumber pesan

dakwah. Masyarakat modern amat menghargai hasil penelitian.

Bahkan orang sekuler lebih mempercayainya dari pada kitab suci15.

6. Kisah dan Pengalaman Teladan

Ketika mitra dakwah merasa kesulitan dalam mencerna

konsep-konsep yang kita sampaikan, kita mencari uapaya-upaya yang

memudahkannya. Ketika mereka kurang antusias dan kurang yakin

terhadap pesan dakwah, kita mencari keterangan yang menguatkan

argumentasinya atau bukti-bukti nyata dalam kehidupan. Salah satu

14

Moh. Ali Aziz, Edisi Revisi Ilmu Dakwah, h. 323 15

(24)

diantaranya adalah menceritakan pengalaman seseorang atau pribadi

yang terkait dengan topik16.

7. Berita dan Peristiwa

Pesan dakwah bisa berupa berita tentang suatu kejadian.

Peristiwanya lebih ditonjolkan daripada pelakunya. Berita (kalam

khabar) menurut istilah „ilmu al Balaghah dapat benar atau dusta.

Berita dikatakan benar jika sesuai dengan fakta. Jika tidak sesuai

disebut berita bohong. Hanya berita yang diyakini kebenarannya yang

patut dijadikan pesan dakwah17.

8. Karya Satra

Pesan dakwah kadang kala perlu ditunjang dengan karya sastra

yang bermutu sehingga lebih indah dan menarik. Karya sastra ini dapat

berupa: syair, puisi, pantun, nasyid, atau lagu. Dan sebagainya, tidak

sedikit para pendakwah yang menyisipkan karya sastra dalam pesan

dakwah. hampir setiap karya sastra memuat pesan-pesan bijak.

9. Karya Seni

Karya seni juga memuat nilai keindahan yang tinggi. Jika karya

sastra menggunakan komunikasi verbal (diucapkan), karya seni banyak

mengutarakan komunikasi nonverbal (diperlihatkan). Pesan dakwah

jenis ini mengacu pada lambang yang terbuka untuk ditafsirkan oleh

siapapun. Jadi bersifat subjektif. Tidak semua orang mencintai atau

memberikan apresiasi karya seni. Bagi pecinta karya seni, pesan

16

Moh. Ali Aziz, Edisi Revisi Ilmu Dakwah, h. 326 17

(25)

dakwah jenis ini lebih banyak membuatnya berpikir tentang Allah

swt18.

c. Macam-Macam Pesan Dakwah

1. Akidah

Akidah berasal dari bahasa arab „aqidah yang bentuk jamaknya adalah

a’qa’id dan berarti faith belief (keyakinan, kepercayaan) sedang menurut

Loouis Ma’luf ialah ma „uqidah „alayh al qalb wa al-dlamir. Yang artinya

sesuatu yang mengikat hati dan perasaan. Dari etimologi diatas bisa diketahui

bahwa yang dimaksud dengan ”akidah” ialah keyakinan atau keimanan. Dan

hal itu diistilahkan sebagai akidah („aqidah) karena ia mengikatkan hati

seseorang kepada suatu yang diyakini atau diimaninya dan ikatan tersebut

tidak boleh dilepaskan selama hidupnya. Inilah makna asal “aqidah” yang

merupakan derivasi dari kata „aqada-ya’qidu-„aqada yang artinya mengikat19.

Sedangkan pengertian aqidah islam adalah akidah yang dapat

menyelamatkan umat manusia yang penuh dengan segala kekurangan dan

kelemahan dari berbagai penyimpangan dan penyelewengan yang berakibat

kepada kezhaliman. Karenanya akidah islam yang merupakan akidah yang

bersumber dari zat yang Maha Mencipta dan Maha Mengatur, Yang Maha

Tahu dengan segala persoalan yang dihadapi oleh para hambanya, berfungsi

untuk menuntun agar manusia tersebut dapat menjalani kehidupannya

sebagaimana layaknya seorang hamba Allah yang sesungguhnya20.

18

Moh. Ali Aziz, Edisi Revisi Ilmu Dakwah, h. 330 19

Tim Penyusun Studi Islam IAIN Sunan Ampel Surabaya, Pengantar Studi Islam (Surabaya,2012), h. 84

20

(26)

Kalau kita berbicara tentang akidah maka yang menjadi topik

pembicaraan adalah masalah keimanan yang berkaitan dengan rukun-rukun

iman dan peranannya dalam kehidupan beragama.

Rukun iman meliputi:

a. Iman kepada Allah.

b. Iman kepada malaikat Allah

c. Iman kepada kitab-kitab Allah.

d. Iman kepada para Nabi dan Rasul.

e. Iman kepada hari kiamat.

f. Iman kepada Qadla dan Qadar.

2. Syari’ah

Syari’ah dalam islam berhubungan erat lahir (nyata) dalam rangka

mentaati semua peraturan atau hukum Allah guna mengatur hubungan antara

manusia dengan tuhannya dan mengatur pergaulan hidup antar sesama

manusia. Artinya masalah-masalah yang berhubungan dengan syari’ah bukan

hanya terbatas pada ibadah kepada Allah, akan tetapi masalah-masalah yang

berkenaan dengan pergaulan hidup antar sesama manusia juga diperlukan

juga. Seperti hukum jual beli, berumah tangga, warisan, kepemimpinan, dan

amal-amal shaleh lainnya21.

Syari’ah dalam islam adalah berhubungan erat dengan amal lahir

(nyata) dalam rangka mentaati semua peraturan atau hukum Allah guna

21

(27)

mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya dan mengatur pergaulan

hidup antar sesama manusia. Yakni meliputi22:

a. Ibadah (dalam arti khas):

- Thaharah (bersuci) adalah merupakan keadaan yang terjadi sebagai akibat

hilangnya hadas atau kotoran23.

- Sholat adalah suatu ibadah yang mengandung perkataan dan perbuatan

tertentu yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.

- Zakat adalah ibadah maliyah yang diperuntukan memenuhi kebutuhan

pokok orang-orang yang membutuhkan (miskin).

- Shaum (puasa) adalah suatu ibadah yang diperintahkan Allah yang

dilaksanakan dengan cara menahan makan dan minum dan hubungan

seksual dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari.

- Haji adalah perjalanan mengunjungi ke ka’bah untuk melakukan ibadah

tawaf, sai’I, wukuf dan manasik-manasik lain untuk memenuhi panggilan

Allah SWT serta mengharapkan keridloannya24.

b. Muamallah (dalam arti luas) meliputi:

- Muamallah (hukum niaga) mengenai masalah hukum perniagaan atau

perdagangan, dapat dibedakan menjadi dua macam, pertama bentuk

perdaganagan yang halal disebut ba’i (jual beli) sedangkan perdagangan

yang haram disebut riba25.

22

Moh Ali Aziz, Edisi Revisi Ilmu Dakwah, h.94-95. 23

Rahman Tinonga dkk, Fiqh Ibadah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), hal. 87 24

Rahman Tinonga dkk, Fiqh Ibadah, h. 209 25

(28)

- Munakahat (hukum nikah) berkaitan dengan hukum pernikahan dan segala

macam bentuk permasalahan didalam pernikahan, menurut sumber hukum

perkawinan dalam islam adalah Al-Qur’an, serta sunnah Rasul.

- Waratsah (hukum waris) permasalahan yang menyangkut persoalan harta

benda dan hak kepemilikan. Seperti pembagian harta kepada ahli waris

sesuai dengan hukum yang berlaku. Al-Qanunul’am (hukum publik)

meliputi Hinayah (hukum pidana) yang berkaitan dengan persoalaan

hukum tindak kriminalitas seperti: pencurian, penipuan dan sebagainya.

- Khilafah (hukum Negara) yang berkaitan dengan permasalahan hukum

yang telah ditetapkan oleh suatu negara seperti Undang-Undang Dasar

sebagai landasan hukum negara.

- Jihad (hukum perang dan damai) yang berkaitan dengan hukum dalam

islam seperti: larangan membunuh anak-anak dan wanita hamil di waktu

peperangan baik itu menurut syari’at islam atau negara.

c. Akhlak

Ditinjau dari segi bahasa, kata akhlak berasal dari bahasa arab akhlaq

yang merupakan bentuk jamak dari khuluq, yang berarti budi pekerti,

perangai, tingkah laku, sabda Nabi Muhammad SAW: Aku (Muhammad)

diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. (HR.Malik).

Menurut Ibnu Maskaweh dalam kitabnya Tahzibul Akhlak. Khuluq

adalah keadaan dalam jiwa seseorang yang mendorong untuk melakukan

pekerjaan tanpa didahului oleh pemikiran dan pertimbangan. Jadi akhlak

digambarkan sebagai sikap jiwa yang dari padanya tumbuh kemampuan untuk

(29)

nilai, karena sikap itu telah mendarah daging atau tabiat yang diperoleh dari

kebiasaan berulang-ulang dilatihkan26.

Modal Dasar yang paling utama dalam hidup bermasyarakat antar sesama

manusia adalah “akhlakul karimah” (akhlak yang terpuji). Karena, dengan

memiliki akhlakul karimah, kehidupan manusia dimuka bumi ini akan bisa

aman dan tentram. Demikian sebaliknya jika manusia-manusia itu memiliki

akhlak yang bejat (tercela), maka dapat dipastikan kehidupan mereka akan

menjadi berantakan serta kacau balau27.

Masalah akhlak dalam aktifitas dakwah (sebagai materi dakwah)

merupakan pelengkap saja, yakni untuk melengkapi keimanan dan keislaman

seseorang. Meskipun akhlak ini berfungsi sebagai pelengkap, bukan berarti

masalah akhlak kurang penting dibandingkan dengan masalah keimanan dan

keislaman, akan tetapi akhlak adalah sebagai penyempurna keimanan dan

keislaman28. Adapun macam-macam akhlak yakni ada akhlak kepada Allah

dan akhlak kepada sesama makhluk.

Iman adalah akidah, islam merupakan syariah, ihsan ialah akhlak. Terhadap

ketiga pokok ajaran islam ini, beberapa pendapat ulama, antara lain:

1) ketiga komponen ini diletakkan secara hirarkhis. Artinya, mula-mula

orang harus memperteguh akidah, lalu menjalankan syari’at, kemudian

menyempurnakan akhlak. Pada posisi puncak inilah maksud diurusnya

Nabi SAW, yakni menyempurnakan akhlak. Dengan asumsi ini, maka

mengarahkan seseorang menjadi yang baik, pendakwah harus

26

M. Romly Arief, Kuliah Akhlaq Tasawuf (Jombang: Unhasy Press, 2006), h. 1-2 27

Labib Mz, Merajut Akhlak nabi Dalam Kehidupan (Surabaya: Bintang Usaha Jaya,), h. 5 28

(30)

memperkuat imannya terlebih dahulu. Jika imannya telah teguh,

barulah ia mengajarkan cara-cara menjalankan agama.

2) Ketiganya diletakkan secara sejajar. Maksudnya, akidah yang

bertempat diakal, syari’at dijalankan anggota tubuh, dan akhlak berada

di hati. Pendakwah mengajarkan bahwa menjalankan shalat harus

dengan pikiran yang yakin, mematuhi syari’at dan rukunnya, serta hati

yang ikhlas. Banyak umat islam yang menjalankan agamanya dengan

keimanan yang tipis serta hati yang kurang bersih, sehingga tidak

menghasilkan akhlak yang terpuji29.

d. Karakteristik Pesan Dakwah

Orisinal dari Allah, Orisinalitas merupakan karakteristik pesan dakwah

dari teks Al-Qur’an dan Hadis. Orisinalitas tersebut dimaksudkan bahwa

pesan dakwah islam benar-benar berasal dari Allah swt. Allah Swt, telah

menurunkan wahyu melalui malaikat jibril kepada Nabi Muhammad saw.

Selanjutnya Nabi Muhammad saw mendakwahkan wahyu tersebut untuk

membimbing manusia ke jalan yang benar. Wahyu Allah ini tidak

diperuntukan kepada bangsa tertentu dan untuk waktu tertentu, melainkan

untuk seluruh umat manusia sepanjang masa.

Dakwah mengajarkan rasionalitas ajaran islam. Salah satu buktinya

adalah ajaran keseimbangan (al-mizan). Keseimbangan merupakan posisi

ditengah-tengah diantar dua kecenderungan. Dua kecenderungan yang

saling bertolak belakang pasti terjadi dalam kehidupan manusia. Ketika

ada manusia diliputi nafsu keserakahan, pasti ada manusia yang tertindas.

29

(31)

Islam mengatur hal ini dengan kewajiban zakat. Keseimbangan yang lain

tercermin pada ajaran washiyat (pesan memberikan harta kepada seseorang

sebelum meninggal dunia) yang dibatasi hanya sepertiga bagian, tidak

seluruhnya, ajaran sholat hanya wajib lima waktu, bukan sehari penuh,

ajaran puasa hanya wajib selama satu bulan ramadlan, tidak lebih dari itu,

ajaran Al-Qur’an dan ibadah sunah lainnya ditekankan pada keajegan

(istiqomah), bukan banyaknya. Ajaran menikah dan larangan seks bebas

atau hidup membujang dan seterusnya30.

Karakteristik pesan dakwah lainnya adalah universal, artinya

mencakup semua bidang kehidupan dengan nilai-nilai mulia yang diterima

oleh semua manusia beradab. Ajaran islam menagatur hal-hal yang paling

kecil dalam kehidupan manusia hingga hal yang paling besar. Islam

mengajarkan kesetaraan manusia tanpa membedakan ras, warna kulitnya,

mendorong kerja, dan nilai-nilai universal lainnya yang dijunjung tinggi

oleh manusia beradab sampai sekarang31.

Kemudahan ajaran islam juga menjadi karakter pesan dakwah. semua

perintah islam bisa ditoleransi dan diberi keringanan jika memenuhi

kesulitan dalam pelaksanaannya. Dalam keadaan terpaksa, perbuatan yang

dilarang dapat dimaafkan asalkan proposional dan tidak merugikan orang

lain. seperti makan daging babi diperbolehkan ketika tidak ada makanan

lain dan kehidupan terancam. Sekalipun kelaparan, tidak dibenarkan

mencuri makanan orang lain.

30

Moh Ali Aziz, Edisi Revisi Ilmu Dakwah, h. 341 31

(32)

Dengan demikian, tujuh karakter pesan dakwah adalah orisinal

dari Allah swt, mudah, lengkap, seimbang, universal, masuk akal, dan

membawa kebaikan. Sebagai perbandingan yang tidak jauh berbeda,

„Abd. Al-Karim Zaidan juga mengemukakan lima karakter pesan dakwah,

yaitu

1. Berasal dari Allah swt. (annahu min „indillah);

2. Mencakup semua bidang kehidupan (al-syumul)

3. Umum untuk setiap tindakan (al-„umum);

4. Ada balasan untuk setiap tindakan (al-jaza’ fi al-islam); dan

5. Seimbang antara idealitas dan realitas (al-mitsaliyyah wa al-waqi’iyyah).

Asep Muhiddin, merumuskan lebih banyak karakteristik pesan dakwah

sebagai berikut:

1. Islam sebagai agama fitrah.

2. Islam sebagai agama rasioanal pemikiran.

3. Islam sebagai agama ilmiah, hikmah, dan fiqhiyyah.

4. Islam sebagai agama argumentatif (hujjah) dan demostratif (bir-han).

5. Islam sebagai agam hati (qalb), kesadaran (wijdan), dan nurani (dlamir)

6. Islam sebagai agama kebebasan (hurriyah) dan kemerdekaan (istiqlal)32.

32

(33)

2. KHUTBAH JUM’AT a. Pengertian khutbah

Kata khutbah berasal dari susunan tiga huruf, yaitu, kha’. Tha’, dan ba’

yang dapat berarti pidato atau meminang. Arti asal khutbah adalah

bercakap-cakap tentang masalah yang penting. Berdasar pengertian ini maka khutbah

adalah pidato yang disampaikan untuk menunjukkan kepada pendengar

mengenai pentingnya suatu pembahasan. Pidato diistilahkan dengan khitabah

dalam bahasa Indonesia sering ditulis dengan khutbah atau khotbah. Orang

yang berkhutbah disebut khatib33.

Makna khutbah sudah tergeser dari pidato secara umum menjadi pidato

khusus atau ceramah agama dalam ritual keagamaan. Aboe Bakar Atjeh

mendefinisakan khutbah sebagai dakwah atau tabligh yang diucapkan dengan

lisan pada upacara-upacara agama, seperti khutbah jum’at, khutbah hari raya

idul fitri dan idul adha, khutbah nikah, dan ritual-ritual agama lainnya, yang

memiliki corak, rukun, dan syarat-syarat tertentu.

Dengan pengertian khutbah yang sudah tergeser dari pidato atau

ceramah menjadi pidato yang khusus pada acara ritual keagamaan diatas,

maka yang memebedakan khutbah dengan pidato pada umumnya terletak pada

adanya aturan waktu, isi, dan cara penyamapain pada khutbah. Khutbah

jum’at, misalnya hanya bisa disampaikan ketika pelaksanaan sholat jum’at dan

tidak dibenarkan disampaikan dengan humor atau Tanya jawab sebagaimana

ceramah pada umumnya34.

33

Moh Ali Aziz, Edisi Revisi Ilmu Dakwah. h. 28 34

(34)

Maka yang di maksud khutbah jumat adalah pidato atau ceramah yang

disampaikan oleh seorang khatib di depan jama’ah sebelum shalat Jum’at dan

dilaksanakan dengan syarat-syarat dan rukun tertentu, baik berupa tadzkiroh

(peringatan, penyadaran), mau’idzoh (pembelajaran) maupun taushiyah

(nasehat).

b. Hukum Khutbah

Termasuk satu rangkaian pelaksanaan shalat jum’at adalah khutbah

yang disampaikan sebelum shalat dua rakaat. Menurut Hasan Al Bashri, Daud

Dhadiri dan Juwaini, Abdul Malik bin habib dan juga Ibnul Majisyun dari

golongan Maliki menganggap khutbah jum’at hanya sunat. Namun

kebanyakan ulama menetapkan khutbah jum’at hukumnya wajib dan menjadi

syarat sahnya shalat jum’at35

.berdasarkan firman Allah dalam Al Qur’an surat

Al Jumu’ah ayat9-10:

                                                                  

Artinya: Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak

supaya kamu beruntung36.

35

Moh. Ali Aziz, Teknik Khutbah Komunikatif (Surabaya: 2011), h. 36 36

(35)

c. Unsur-unsur khutbah

Adanya unsur dalam suatu kegiatan memang sangat diperlukan, demi

terciptanya suatu kegiatan tersebut. Adapun unsur-unsur dari khutbah itu

sendiri sebenarnya tidak jauh berbeda dengan unsur-unsur yang terdapat pada

kegiatan, karena sebenarnya khutbah adalah merupakan salah satu pembagian

dari sub-sub dakwah.

a. Khatib yang merupakan fa’il dari pada fi’il madhi pada tashrif kata

dasar kho’, tho’, dan ba’ yang berarti pelaku khutbah yang

berkhutbah diatas mimbar atau tidak dalam even-ven tertentu,

seperti sebelum sholat jum’at, setelah sholat idul fitri dan idul adha.

Serta acara akad nikah.

b. Makhtub adalah audiens atau biasa juga disebut sebagai mad’u

yaitu para jama’ah yang menerima pesan-pesan atau wasiat yang

telah diuraikan dan disampaikan oleh khatib.

c. Materi khutbah atau biasa disebut dengan pesan khutbah adalah

uraian-uraian yang dijadikan sebagai bahan wacana atau bahasan

yang di klasifikasikan menjadi tiga pokok penting yaitu tentang

keimanan(aqidah), nilai ibadah( syari’ah), dan akhlaq (budi

pekerti).

d. Syarat dua Khutbah

1. Hendaklah kedua khutbah itu dimulai sesudah tergelincir matahari,

keterangan amal rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari.

2. Sewaktu berkhutbah hendaklah berdiri jika kuasa keterangan amal

(36)

3. Khatib hendaklah duduk diantara dua khutbah, sekurang-kurangnya

berhenti sebentar, keterangan amal Rasulullah SAW yang diriwayatkan

oleh Muslim.

4. Hendaklah dengan suara yang keras kira-kira terdengar oleh bilangan yang

sah jum’at dengan mereka, karena yang dimaksud dengan mengadakan

khutbah itu, ialah untuk pelajaran dan nasehat kepada mereka.

5. Hendaklah berturut-turut, baik rukunnya, atau jarak keduanya, maupun

antara kedua dengan sembahyang.

6. Khatib hendaklah suci daripada hadast dan najis keterangan.

7. Khatib hendaklah menutup auratnya37.

e. Rukun-rukun Khutbah

1. Menyampaikan puji-pujian kepada Allah swt

Penegasan ini didasarkan pada hadist nabi saw yang menggambarkan: “adalah khutbah Nabi saw pada hari jum’ah ia mulai dengan

Alhamdulillah dan memuji kepada Allah.(HR. Muslim dari jabir.a).

2. Menyampaikan shalawat kepada Nabi Muhammad saw

Dalam hal ini tidak ada hadist yang menerangkan perihal bacaan

shalawat dalam khutbah, akan tetapi para ulama salaf dan khalaf telah

mufakat bahwa dalam khutbah-khutbah mereka selalu disertai shalwat

kepada Nabi saw.

3. Mengucapkan kesaksian atau syahadat.

Penegasan ini didasarkan pada sabda Rasulullah saw: “khutbah yang

didalamnyatidak diucapkan syahadah, samalah halnya dengan tangan

yang bunting”.(HR. Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi) .

37

(37)

4. Mewasiatkan taqwa kepada Allah

Wasiat ini merupakan intinya khutbah sebab hakikat dari wasiat ini

dimaksudkan untuk mengembalikan manusia ke dalam posisi asalnya

selaku makhluk yang taslim, menyerah pasrah kepada al-Khaliq.

Mengembalikan manusia ke posisi yang lurus, ke posisi yang bersih

setelah mengembara ke tengah-tengah masyarakat ramai selama satu

minggu, di mana kemungkinan-kemungkinan pengaruh yang buruk dan

jahat sempat pula menempel pada perilakunya. Justru oleh karena itu,

wasiat ini sangat penting artinya bagi pembinaan pribadi muslim.

Penegasan wasiat taqwa ini didasarkan pada hadist Rasulullah saw: “adalah Rasulullah saw senantiasa mewsiatkan kepada Allah didalam

khutbahnya. (HR. Muslim dari Jabir r.a).

5. Membaca ayat Al-qur’an

Dalam khutbahnya hendaklah khatib menguraikan satu tema yang

disandarkan pada firman Allah, sebagaimana khutbah yang dilakukan oleh

Rasululah. “Rasulullah saw berkhutbah sambil berdidri dan beliau duduk

di antara dua khutbah, membaca ayat-ayat Al qur’an serta member

nasihat kepada manusia”(HR. jamaah kecuali Bukhori dan Turmudzi dari

Jabir bin Samurah r.a)38.

6. Memanjatkan do’a di akhir khutbah.

Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa setiap khutbah selalu

diakhiri dengan do’a untuk rahmat dan pengampunan kaum muslimin

secara keseluruhan. Kita menyaksikan beberapa macam cara berdo’a yang

dilakukan para khatib. Ada yang tanpa mengangkat tangan, ada yang

mengangkat kedua tangan dan ada pula yang mengangkat jari penunjuk. .

38

(38)

f. Sunnah-sunnah Khutbah

1. Hendaklah khutbah berdiri diatas mimbar atau tempat yang bisa dilihat

oleh kebanyakan jama’ah dan menggunakan tongkat.

Dari Hakam bin Hazn al Kalafi, ia berkata, “Aku pernah dating kepada Nabi saw. Aku termasuk di antara tujuh atau Sembilan orang (yang dating pada waktu itu), kemudian kami tinggal bebrapa hari bersamanya, kami mengikuti salat jum’at pada sa’at itu, lalu Nabi berdiri sambil memegang busur atau-katanya-Rasulullah berpegang pada tongkat, kemudian ia membaca hamdalah dan memuji Allah dengan kalimatyang pendek, bagus lagi mengundang kebaikan, lalu bersabda: Hai manusia, sesungguhnya kamu tidak akan dapat mengerjakan atau tidak akan mampu mengerjakan apa saja yang diperintahkan kepada kamu,

tetapi berbuat baiklah dan gembiralah. (H.R. Ahmad dan Abu Daud)39.

2. Menghadapkan wajahnya kepada jama’ah kemudian memberi salam

’Atha’ dan Asy-Sya’bi berkata; ”Rasulullah apabila naik ke atas mimbar, beliau menghadapkan wajahnya kepada manusia, lalu beliau

mengucapkan, ’Assalamu ’alaikum.” (HR. Ibnu Abi Syaibah).

3. Mengucapkan hamdalah, syahadat, dan seterusnya secara berurutan

sebagaimana dicontohkan dalam khutbah Rasulullah.

Dari Ibnu Mas’ud, bahwa Nabi saw bila memulai khutbahnya beliau

mengucapkan:

“Sesungguhnya segala puji milik Allah. Kita memujiNya, meminta pertolongan kepadaNya dan memohon ampun kepadaNya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan keburukan amal perbuatan kita. Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya. Dan barangsiapa disesatkan oleh Allah maka tidak ada yang bisa memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah qemata, tiada sekutu bagiNya. Dan aku

bersaksi bahwasanya Muhammad adalah hambaNya dan utusanNya"40.

39

Moh. Ali Aziz, Teknik Khutbah Jum’at Komunikatif, h. 51 40

(39)

4. Menyampaikan khutbah dengan singkat dan padat dengan bahasa yang

mudah dipahami.

Dari Ammar bin Yassir, ia berkata, aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya panjangnya sholat seseorang dan khutbahnya yang pendek menunjukkan kecerdasannya. Oleh karena itu

panjangkanlah sholat dan pendekkanlah khutbah”. (HR. Ahmad dan

Muslim)41.

5. Menyampaikan khutbah dengan suara yang keras dan penuh semangat.

Jabir bin ’Abdillah berkata; ”Nabi apabila berkhutbah, kedua matanya memerah, suaranya meninggi, dan kemarahannya sangat. Sehingga bagaikan komandan pasukan perang yang sedang berkata, ’Musuh menyerang kalian pada pagi hari dan sore hari...!!! (HR. Muslim).

Imam An-Nawawi berkata; ”Hadits tersebut menunjukkan bahwa

disunnahkan bagi khatib untuk memantapkan urusan khutbah,

meninggikan suaranya, membesarkan perkataannya, dan hendaknya

pembicaraannya sesuai dengan bagian yang dibicarakan, dari targhib

(penekanan) atau tarhib (ancaman). Dan dimungkinkan kemarahan terlihat

sungguh-sungguh pada waktu ia memperingatkan suatu urusan yang

sangat besar, dan mengancam dengan seruan yang sangat penting”42

6. Berpakaian tutup aurat, rapi dan sopan.

Khatib akan berdiri diatas mimbar dan menjadi pusat pandangan dan

perhatian orang banyak, maka ia harus berpakain yang terbaik agar

menyenangkan untuk dipandang dan menambah kegairahan jam’ah untuk

mengikuti khutbah yang disampikan. Jika jama’ah telah mengikuti sunnah

Nabi untuk berpakaian yang terbaik dan menggunakan wangi-wangian,

41

Moh. Ali Aziz, Teknik Khutbah Jum’at Komunikatif, h. 52 42

(40)

maka imam dan khatib seharusnya juga melakukan hal yang sama atau

lebih maksimal.

7. Duduk diantara dua khutbah dan tidak berbicara dalam duduk tersebut

Dalilnya adalah hadits ’Ibnu ’Umar, ia berkata; ”Nabi berkhutbah dengan dua khutbah, beliau duduk diantara keduanya.” (HR. Bukhari)

Jabir bin Samurah berkata; ”Aku melihat Nabi berkhutbah dengan berdiri, lalu beliau duduk dan tidak berbicara.” (HR. Abu Dawud)

Para ulama’ membatasi lamanya duduk sekedar untuk duduk istirahat,

waktunya seperti membaca surat Al-ikhlash43.

g. Larangan Selama Sholat dan Khutbah.

1. Berbicara ketika khutbah berlangsung

Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa mendengarkan khutbah

adalah wajib hukumnya. Oleh sebab itu setiap muslim dilarang berbicara,

berdzikir, member nasihat orang dan segala hal yang menyebabkan ia

sendiri tidak mendengarkan khutbah. Apalagi sampai membuat jama’ah

lain terganggu konsentrasinya dalam mendengarkan khutbah. Akhir-akhir

ini bunyi nada panggilan mobile phone atau telpon seluler sering

mengganggu jama’ah. Oleh sebab itu setiap pemilik telpon tersebut wajib

memperhatikan hal ini dengan mematikannya di saat berada dalam

masjid44.

Dari ibnu Abbas r.a. bahwa Nabi saw bersabda:

“Barangsiapa berbicara pada hari jum’at diwaktu imam berkhutbah,

maka ia adalah seperti keledai yang memikul kitab. Dan barang siapa mengingatkan orang (yang sedang berbicara) tersebut dengan kata-kata “diamlah”, maka tidak sah (sempurna) salat jum’atnya”. (HR. Ahmad, Ibnu Abi Syaibah, Bazzar dan Thabrani).

43

Abu Hafizhah, Fiqh Jum’at, h. 26 44

(41)

2. Melangkahi orang-orang yang telah datang lebih awal.

Dari Abdullah bin Busr katanya:

“Ada seseorang yang datang (waktu jum’at) dan melangkahi pundak orang lain ketika Rasulullah sedang berkhutbah, maka beliau menegur”duduklah”. Engkau telah mengganggu orang dan terlambat datang”. (HR. Abu Daud, Nasa’I dan Ahmad).

Hukum ini dikecualikan bagi imam atau bagi seseorang yang melihat

bahwa dimuka ada tempat kosong tapi tidak diisi oleh orang-orang yang

datang sebelum itu. Juga bagi seseorang yang hendak kembali ke tempat

asalnya disebabkan suatu keperluan terpaksa keluar, dengan syarat tidak

sampai mengganggu orang lain45.

3. Melakukan perdagangan atau usaha bisnis lainnya padahal yang

bersangkutan mestinya berkewajiban mengikuti sholat jum’at. Dalam

Al-Qur’an Allah berfirman surat Al Jumu’ah ayat 9-10:

“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat

Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli[1475]. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”.

Ayat diatas memerintahkan setiap muslim untuk meninggalkan semua

kesibukan perniagaan dan bisnis lainnya ketika waktu sholat jum’at sudah

masuk. Ketika sholat sudah selesai maka perniagaan untuk mencari rezeki

yang melimpah dari Allah dapat dilanjutkan46.

45

Moh. Ali Aziz, Teknik Khutbah Jum’at Komunikatif, h. 33 46

(42)

h. Khutbah Dengan Bahasa Arab

Ada beberapa pendapat tentang bahasa pengantar khutbah. Diantaranya:

1. Menurut Madzhab Maliki dengan tegas menyatakan bahwa khutbah jum’at

harus bahasa arab, meskipun jama’ah yang hadir bukan orang berbahasa

Arab. Khatib harus mempelajari khutbah dengan bahasa arab itu dan

membacanya di mimbar, walaupun hadirin tidak mengerti.

2. Menurut Madzhab Hanafi berpendapat boleh saja memakai khutbah

bahasa selain bahasa arab walaupun dihadapan hadirin yang mengerti

bahasa arab, ataupun orang-orang arab.

3. Menurut Madzhab Hambali, jika khatib bisa, maka berkhutbah dengan

bahasa arab merupakan keharusan. Tidak boleh menyampaikan khutbah

dalam bahasa selain arab. Jika tidak bisa, boleh memakai bahasa yang lain

tetapi ayat-ayat Al-Qur’an harus di baca menurut teks aslinya.

4. Menurut Madzhab Syafi’I, disyaratkan kedua khutbah itu dalam bahasa

arab. Tidaklah memenuhi syarat berkhutbah dengan bahasa selain arab

kalau masih bisa dipelajari bahasa arab. Tetapi kalau tidak mungkin,

barulah boleh dipakai bahasa selain arab. Sekalipun demikian, ayat-ayat

Al-Qur’an tetap dengan teks aslinya. Adapun selain dari lima rukun

khutbah sebagaimana disebutkan dimuka boleh saja disampaikan dalam

bahasa selain arab.

Dalam Kongres Umat islam di Mekkah pada ramadlan 1395 semua

peserta sepakat bahwa terhadap bangsa arab sendiri hendaklah khutbah

dengan bahasa arab yang fasih. Adapun terhadap kaum muslimin yang

(43)

tujuan khutbah ialah member pelajaran atau nasihat agama kepada

jama’ah47

.

i. Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan dalam khutbah.

Khatib jum’at sebaiknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Untuk keshahihan isi khutbah tidak dibenarkan mengutip Al-Qur’an,

hadist ataupun pendapat ulama hanya berdasar ingatan tanpa mengetahui

sumber aslinya. Mengutip dengan cara ingatan sangat berbahaya.

Kemungkinan terjadinya kesalahan sangat besar.

2. Khutbah lebih terhormat menekankan isi pesannya pada persoalan iman,

islam, dan ihsan atau taqwa, ibadah dan akhlak daripada persoalan politik.

Perlu diingat bahwa jama’ah yang hadir tidaklah homorgin dalam satu

aliran partai politik. Su’ud Al „Unazi dengan mengutip firman Allah” dan

sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah

kamu menyembah seorangpun didalamnya di samping menyembah Allah”.

(QS Al Jin :18) beliau mengatakan khutbah tidak boleh dijadikan media

propaganda atau tujuan politik tertentu. Khatib harus menjunjung kalimat

Allah diatas semua ideologi dan isme lain48.

3. Dikalangan umat islam sampai saat ini masih dijumpai perbedaan

pendapat mengenai beberapa teknik pelaksanaan ibadah, seperti qunut

shubuh, ziarah qubur, tahlil, tempat sholat hari raya dsb. Masalah-maslah

sejenis tidak bijaksana disampaikan dalam khutbah walaupun masjid

tersebut diklaim sebagai masjid aliran tertentu. Sebab sekali lagi masjid

bersifat umum.

47

Moh. Ali Aziz, Teknik Khutbah Jum’at Komunikatif, h.44-45 48

(44)

4. Hindari khutbah yang berisi ulasan yang panjang lebar tentang masalah

aktual yang sedang menjadi sorotan surat kabar, televisi dan media massa

lainnya seperti masalah korupsi, gempa bumi, konflik social. Sebab

diantara jama’ah tidak sedikit yang akses informasinya lebih banyak

daipada khatib. Akan tetapi lebih baik disinggung sedikit kemudian

dijelaskan berdasarkan Al-Qur’an dan hadis baik secara normative

(petunjuk-petunjuk agama yang seharusnya dilakukan) maupun secara

historis.

5. Khatib hendaklah berpakain yang sopan dan terhormat dan memperhatikan

kebiasaan pakaian yang lazim dipakai oleh para jama’ah di masjid

setempat. Khatib akan dipandang tidak memiliki kesopanan jika

menyampaikan khutbah dengan berdasi ditengah-tengah jma’ah pada

masyarakat tradisional yang umumnya berbaju lengan panjang dan

bersarung. Atau khatib berbaju lengan pendek tanpa tutup kepala didepan

para jama’ah yang menggunakan gamis dan bersurban.

6. Khutbah memliki makna yang sangat penting dalam sholat jum’at. Oleh

sebab itu ketika khutbah disampaikan semua hadirin diharuskan diam.

Bacaan dzikirpun juga dilarang. Semuanya harus mendengarkan dengan

penuh perhatian. Oleh sebab itu, khatib harus menghindari penyampaian

pesan yang mengundang tawa hadirin. Begitu sakralnya khutbah jum’at

samapai tidak pernah ada khatib yang meminta maaf atas kekhilafan yang

mungkin disampaikannya sebagaimana pada ceramah agama lainnya49.

49

(45)

7. Khutbah hendaknya disampaikan secara singkat dan padat agar hadirin

tidak merasa bosan. Tidak ada ukuran waktu yang pasti untuk khutbah.

10-20 menit bisa dikatakan durasi waktu yang ideal untuk khutbah jum’at.

Akan tetapi dalam kondisi tertentu karena adanya suatu peristiwa dan

hadirin yang sangat membtuhkan informasi yang lengkap untuk

kepentingan kaum muslimin pada umumnya maka khutbah yang panjang

tidaklah dilarang sebagaimana dikatakan oleh imam Su’ud Al Unazi.

8. Kutipan dalam khutbah hendaknya lebih banyak dari Al-Qur’an dan hadis

daripada kutipan dari pakar atau ilmuwan. Kutipan yang terakhir memang

diperlukan tapi berfungsi sebagai pelengkap semata. Khatib harus dapat

membedakan antara khutbah dengan makalah seminar.

9. Jika mimbar yang tersedia untuk khutbah terdiri dari tiga tingkatan atau

tanjakan yang tinggi maka hendaklah berdiri pada tingkat kedua dan duduk

pada tingkat ketiga sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah saw. Jike

lebih dari tiga tingkat maka khatib dapat menyesuaikan diri pada tingkat

mana ia seharusnya berdiri dan duduk50.

j. Adzan Jum’at

Ada beberapa perbedaan mengenai tentang adzan jum’at. Ada yang

memakai dua adzan dan ada pula yang memakai satu adzan.

Dari Sa’id bin Yazid, ia berkata:

Pada mulanya adzan jum’at pada masa Nabi SAW, Abu Bakar dan Umar dimulai ketika telah duduk diatas mimbar. Kemudian setelah masa Ustman dan manusia menjadi semakin banyak maka beliau menambah adzan ketiga (yang dilakukan) di Zaura’, sedang Nabi Saw tidak mempunyai

muadzin melainkan seorang(HR Bukhori, Nasa’I dan Abu Daud).

50

(46)

Zaura’ dalam hadist diatas adalah satu tempat di pasar Madinah

sedangkan yang dimaksud adzan ketiga adalah adzan yang dikumandangkan

sebelum imam naik ke atas mimbar. Disebut adzan ketiga karena tambahan

dari adzan ke satu ketika imam di atas mimbar setelah salam dan adzan kedua

yaitu bacaan iqamat ketika imam turun dari mimbar untuk melaksanakan

sholat51.

Menurut riwayat Ahmad dan Nasa’i:

Bilal selalu mengumandangkan adzan ketika Nabi Saw telah duduk diatas mimbar dan ia mengumandangkan iqamat ketika Nabi Saw telah turun

(HR. Ahmad dan Nasa’i).

B. Penelitian Terdahulu

Dari hasil pengamatan selama proses penelitian berlangsung, peneliti

menemukan beberapa penelitian terdahulu yang relevan dan akurat, diantaranya

yaitu:

1. Peneliti dilakukan oleh Imam Syafi’I Mahasiswa komunikasi penyiaran

Islam IAIN Surabayaa. Dengan judul “Pemilihan Materi Dakwah

Khatib Ko’ordinasi Masjid Surabaya”. Penelitian ini menggunakan

sebuah rumusan masalah bagaimana pemilihan materi dakwah khatib

koordinasi masjid Surabaya? Serta apa yang melatar belakangi pemilihan

materi dakwah koordinasi masjid Surabaya?

Imam Syafi’I menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif yang

dilakukan diyayasan koordinasi Masjid (Koormas) Surabaya di kembang

kuning Surabaya pada tahun 2008.

51

(47)

Dari penelitian ini menghasilkan temuan bahwa, para khatib di kormas

Surabaya memelilih materi sendiri tanpa campur tangan dari yayasan

kormas Surabaya. Dan yang melatar belakangi pemilihan materi adalah

didasarkan pada perbedaan kondisi masyarakat, usia, isu-isu yang aktual

serta latar belakang budaya dan momentum.

2. Penelitian selanjutnya yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian

yang dilakukan oleh M.Ali Subki mahasiswa komunikasi penyiaran islam

dengan judul Analisis isi khutbah Ustadz H. Sunarto, As. Di Surabaya

Pada Bulan April-mei 2009. Penelitian ini menggunakan rumusan

masalah bagaimana isi pesan dakwah yang disampaiakan oleh H.M

sunarto pada bulan april –mei 2009 di Surabaya? M Ali Subki

menggunakan metode analisis wacana van djik untuk menganalisa dan

menginterpretasikan pesan dakwah yang disampaikan H sunarto.

Dai penelitian ini menghasilkan temuan bahwa pesan yang disampaiakan

dapat dilihat dari tiga unsur yaitu tematik, skematik dan semantic.

Jika dilihat persamaan antara penelitian ini dengan kedua penelitian

terdahulu yang relevan diatas, adalah bahwa penelitian kita memiliki

kesamaan dalm meneliti sebuah kegiatan dakwah dalam hal materi

khutbah.

Dan untuk penelitian yang kedua yang dilakukan bahwa dalam

penelitian kita , memiliki kesamaan dalam menganalisis pesan dakwah

suatu iklan yang menggunakan analisis wacana model teun A Van Djik.

Dimana penelitian ini sendiri bersifat penelitian kualitatif non kancah.

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Pe

Gambar

Tabel. Struktur Wacana van Djik61

Referensi

Dokumen terkait