• Tidak ada hasil yang ditemukan

Permen PU No 05 Tahun 2007

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Permen PU No 05 Tahun 2007"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 05/ PRT/ M/ 2007

TENTANG

PEDOMAN TEKNI S PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTI NGKAT TI NGGI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PEKERJAAN UMUM,

Menimbang : a. bahwa untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan menengah bawah dan berpenghasilan rendah terutama di kota metropolitan/ besar, perlu dibangun rumah susun sederhana bertingkat tinggi;

b. bahwa rumah susun sederhana bertingkat tinggi merupakan bangunan gedung fungsi hunian yang harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan gedung;

c. bahwa untuk melaksanakan Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2006 tentang Tim Koordinasi Percepatan Pembangunan Rumah Susun di Kawasan Perkotaan, perlu ditetapkan persyaratan teknis yang mengatur pembangunan rumah susun sederhana bertingkat tinggi;

d. bahwa Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 60/ PRT/ M 1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun dipandang belum mencukupi untuk mengatur rumah susun sederhana bertingkat tinggi, maka perlu dibuat peraturan menteri yang lebih komprehensif dan melengkapi peraturan yang sudah ada;

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik I ndonesia Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun (Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 1985 Nomor 75 Tambahan Lembaran Negara Republik I ndonesia Nomor 3317);

(2)

Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 2005 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4532);

4. Keputusan Presiden Republik I ndonesia Nomor 187/ M Tahun 2004 tentang Kabinet I ndonesia Bersatu;

5. Peraturan Presiden Republik I ndonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik I ndonesia;

6. Peraturan Presiden Republik I ndonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik I ndonesia; jo Peraturan Presiden Republik I ndonesia Nomor 15 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Republik I ndonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik I ndonesia;

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 60/ PRT/ M/ 1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun;

8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/ PRT/ M/ 2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM TENTANG PEDOMAN TEKNI S PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTI NGKAT TI NGGI .

BAB I

KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu

Pengertian

Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:

(3)

untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama.

2. Satuan Rumah Susun ( Sarusun) adalah unit hunian rumah susun yang dihubungkan dan mempunyai akses ke selasar/ koridor/ lobi dan lantai lainnya dalam bangunan rumah susun, serta akses ke lingkungan dan jalan umum.

3. Prasarana dan Sarana Rumah Susun adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan rumah susun dapat berfungsi sebagaimana mestinya, yang antara lain berupa jaringan jalan dan utilitas umum, jaringan pemadam kebakaran, tempat sampah, parkir, saluran drainase, tangki septik, sumur resapan, rambu penuntun dan lampu penerangan luar.

4. Rumah Susun Sederhana ( Rusuna) adalah rumah susun yang diperuntukan bagi masyarakat berpenghasilan menengah bawah dan berpenghasilan rendah. 5. Masyarakat Berpenghasilan Rendah adalah masyarakat yang mempunyai

pendapatan diatas Rp. 1.000.000,- sampai dengan Rp. 2.500.000,- per bulan, atau sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Negara Perumahan Rakyat. 6. Masyarakat Berpenghasilan Menengah Baw ah adalah masyarakat yang

mempunyai pendapatan diatas Rp. 2.500.000,- sampai dengan Rp. 4.500.000,- per bulan, atau sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Negara Perumahan Rakyat.

7. Rusuna Bertingkat Tinggi adalah bangunan gedung rumah susun sederhana dengan jumlah lantai bangunan lebih dari 8 lantai dan maksimum 20 lantai.

8. Penyelenggara Rusuna Bertingkat Tinggi adalah pengembang, penyedia jasa konstruksi, dan pengguna Rusuna Bertingkat Tinggi.

9. Persyaratan Teknis Rusuna Bertingkat Tinggi meliputi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung.

Bagian Kedua Maksud, Tujuan dan Lingkup

Pasal 2

(1) Pedoman Teknis ini dimaksudkan sebagai petunjuk pelaksanaan bagi para penyelenggara dalam melaksanakan pembangunan rusuna bertingkat tinggi.

(2) Pedoman Teknis ini bertujuan:

a. Terwujudnya bangunan gedung rusuna bertingkat tinggi yang sesuai dengan fungsi, persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan serta serasi dan selaras dengan lingkungannya.

b. Rusuna Bertingkat Tinggi diselenggarakan dengan tertib, efisien dalam penggunaan sumber daya dan terjangkau, efektif dengan mempertimbangkan aspek budaya dan pola hidup calon penghuni, serta berkelanjutan.

(4)

BAB I I

PERSYARATAN BANGUNAN RUSUNA BERTI NGKAT TI NGGI Bagian Kesatu

Kriteria Perencanaan

Pasal 3

(1) Kriteria Perencanaan Rusuna Bertingkat Tinggi meliputi Kriteria Umum dan Kriteria Khusus.

(2) Kriteria Umum yang dimaksud pada ayat (1) adalah kriteria persyaratan untuk pemenuhan tujuan pengaturan bangunan gedung.

(3) Kriteria Khusus yang dimaksud pada ayat (1) adalah kriteria persyaratan untuk pemenuhan tujuan pengaturan bangunan rusuna bertingkat tinggi.

Bagian Kedua Ketentuan Administratif

Pasal 4

Ketentuan administratif rusuna bertingkat tinggi yang meliputi kejelasan status hak atas tanah, status kepemilikan bangunan, status perizinan termasuk izin mendirikan bangunan gedung (I MB).

Bagian Ketiga Ketentuan Teknis

Pasal 5

(1)Ketentuan teknis rusuna bertingkat tinggi meliputi:

a. Ketentuan teknis tata bangunan yang meliputi persyaratan peruntukan lokasi dan intensitas, arsitektur, serta persyaratan dampak lingkungan.

b. Ketentuan teknis keandalan bangunan yang meliputi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan.

(5)

Bagian Keempat

Pengaturan Pelaksanaan Persyaratan Teknis Rusuna Bertingkat Tinggi

Pasal 6

(1) Persyaratan teknis rusuna bertingkat tinggi disamping mengikuti ketentuan sebagaimana dimaksud dalam peraturan menteri ini tetap mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 60/ PRT/ M/ 1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun.

(2) Dalam melaksanakan pembinaan rusuna bertingkat tinggi, Pemerintah melakukan peningkatan kemampuan aparat Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/ Kota maupun masyarakat dalam memenuhi ketentuan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 untuk terwujudnya penataan bangunan dan lingkungan, serta terwujudnya keandalan rusuna bertingkat tinggi.

(3) Dalam melaksanakan pengendalian penyelenggaraan rusuna bertingkat tinggi Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/ Kota wajib mengikuti Pedoman Teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2.

(4) Terhadap aparat Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan/ atau Kabupaten/ Kota yang bertugas dalam penentuan dan pengendalian rusuna bertingkat tinggi yang melakukan pelanggaran ketentuan dalam Pasal 5 dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(5) Terhadap penyelenggara rusuna bertingkat tinggi yang melakukan pelanggaran ketentuan dalam Pasal 5 dikenakan sanksi administratif dan/ atau sanksi pidana sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kelima Ketentuan Biaya

Pasal 7

(1) Ketentuan biaya bangunan rusuna bertingkat tinggi meliputi: a. Umum;

b. Biaya pembangunan fisik;

c. Biaya yang dapat dioptimasi; dan

d. Biaya-biaya yang dapat disubsidi/ dibiayai oleh Pemerintah dan/ atau pemerintah daerah.

(6)

BAB I I I

KETENTUAN PERALI HAN

Pasal 8

Semua peraturan pelaksanaan yang berkaitan dengan pedoman teknis pembangunan rusuna bertingkat tinggi sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan ini, dinyatakan tetap berlaku.

BAB I V

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 9 (1) Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

(2) Peraturan ini disebarluaskan kepada pihak-pihak yang bersangkutan untuk diketahui dan dilaksanakan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 14 Maret 2007

MENTERI PEKERJAAN UMUM,

ttd

(7)

Lampiran

Peraturan Menteri Pekerj aan Umum Nomor 05/ PRT/ M/ 2007

Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Susun Sederhana Bertingkat Tinggi

DAFTAR ISI

BAB I KETENTUAN UMUM 1

I. 1. PENGERTIAN 1

I. 2. MAKSUD DAN TUJUAN 1

I. 3. SASARAN 2

I. 4. KRITERIA PERENCANAAN 2

1. Krit eria Umum 2

2. Krit eria Khusus 3

I. 5. LINGKUP PENGATURAN 4

BAB II KETENTUAN ADMINISTRATIF 6

II. 1. STATUS HAK ATAS TANAH 6

II. 2. STATUS KEPEMILIKAN RUSUNA BERTINGKAT TINGGI 6

II. 3. STATUS PERIZINAN

BAB III KETENTUAN TEKNIS TATA BANGUNAN 7

III. 1. PERUNTUKAN DAN INTENSITAS BANGUNAN 7

III. 2. ARSITEKTUR BANGUNAN GEDUNG 8

1. Persyarat an Penampil an Bangunan Gedung 8

2. Perancangan Ruang Dal am 9

3. Persyarat an Tapak Basemen Terhadap Lingkungan 9

4. Sirkul asi dan Fasil it as Parkir 10

5. Pert andaan (Si gnage) 10

6. Pencahayaan Ruang Luar Bangunan Gedung 10

(8)

III. 4. RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL) 11

BAB IV KETENTUAN TEKNIS KEANDALAN BANGUNAN 13

IV. 1. PERSYARATAN KESELAMATAN 13

1. Persyarat an St rukt ur Bangunan Gedung 13

2. Persyarat an Kemampuan Bangunan Rususna Bert ingkat 17

Tinggi Terhadap Bahaya Kebakaran

3. Persyarat an Kemampuan Bangunan Rususna Bert ingkat 21

Tinggi Terhadap Bahaya Pet ir dan Bahaya Kel ist rikan

IV. 2. PERSYARATAN KESEHATAN BANGUNAN GEDUNG 22

1. Persyarat an Sist em Penghawaan 22

2. Persyarat an Sist em Pencahayaan 22

3. Persyarat an Sist em Air Minum dan Sanit asi 23

4. Persyarat an Penggunaan Bahan Bangunan 26

IV. 3. PERSYARATAN KENYAMANAN BANGUNAN RUSUNA BERTINGKAT 26

TINGGI

1. Persyarat an Kenyamanan Ruang Gerak dal am Bangunan 26

Gedung

2. Persyarat an Kenyamanan Kondisi Udara dal am Ruang 26

3. Persyarat an Kenyamanan Pandangan 27

4. Persyarat an Kenyamanan Terhadap Tingkat Get aran dan 28

Kebisingan

IV. 4. PERSYARATAN KEMUDAHAN BANGUNAN RUSUNA BERTINGKAT 28

TINGGI

Persyarat an Hubungan Ke, Dari, dan di Dal am Bangunan 28

Rusuna Bert ingkat Tinggi

IV. 5. CONTOH DESAIN BANGUNAN RUSUNA BERTINGKAT TINGGI 30

BAB V KETENTUAN BIAYA BANGUNAN RUSUNA BERTINGKAT 31 TINGGI

(9)

V. 2. BIAYA PEMBANGUNAN FISIK 31

V. 3. BIAYA YANG DAPAT DIOPTIMASI 31

V. 4. BIAYA-BIAYA YANG DAPAT DISUBSIDI/ DIBIAYAI OLEH 32

PEMERINTAH DAN / ATAU PEMERINTAH DAERAH

LAMPIRAN:

-

CONTOH DESAIN BANGUNAN RUSUNA BERTINGKAT TINGGI SIMETRIK GANDA SEJAJAR
(10)

BAB I KETENTUAN UMUM

I. 1. PENGERTIAN

1. Rumah Susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, yang berfungsi untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama.

2. Satuan Rumah Susun ( Sarusun) adalah unit hunian rumah susun yang dihubungkan dan mempunyai akses ke selasar/ koridor/ lobi dan lantai lainnya dalam bangunan rumah susun, serta akses ke lingkungan dan jalan umum. 3. Prasarana dan Sarana Rumah Susun adalah kelengkapan dasar fisik

lingkungan yang memungkinkan lingkungan rumah susun dapat berfungsi sebagaimana mestinya, yang antara lain berupa jaringan jalan dan utilitas umum, jaringan pemadam kebakaran, tempat sampah, parkir, saluran drainase, tangki septik, sumur resapan, rambu penuntun dan lampu penerangan luar.

4. Lingkungan adalah sebidang tanah/ lahan dengan batas-batas yang jelas, diatasnya dibangun rumah susun termasuk prasarana dan sarana serta fasilitasnya, yang secara keseluruhan merupakan kesatuan tempat permukiman.

5. Utilitas Umum adalah pelayanan yang diberikan oleh kabupaten/ kota berupa penyambungan jaringan listrik, air minum, telepon dan gas.

6. Rumah Susun Sederhana ( Rusuna) adalah rumah susun yang diperuntukan bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

7. Masyarakat Berpenghasilan Rendah adalah masyarakat yang mempunyai pendapatan diatas Rp. 1.000.000,- sampai dengan Rp. 2.500.000,- per bulan, atau sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Negara Perumahan Rakyat.

8. Masyarakat Berpenghasilan Menengah Baw ah adalah masyarakat yang mempunyai pendapatan diatas Rp. 2.500.000,- sampai dengan Rp. 4.500.000,- per bulan, atau sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Negara Perumahan Rakyat.

9. Rusuna Bertingkat Tinggi adalah bangunan gedung rumah susun sederhana dengan jumlah lantai bangunan lebih dari 8 lantai dan maksimum 20 lantai.

10. Penyelenggara Rusuna Bertingkat Tinggi adalah pengembang, penyedia jasa konstruksi, dan pengguna Rusuna Bertingkat Tinggi.

11. Persyaratan Teknis Rusuna Bertingkat Tinggi meliputi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung

I. 2. MAKSUD DAN TUJUAN

(11)

harus diikut i oleh Penyelenggara Rumah Susun Sederhana Bert ingkat Tinggi.

2. Dengan Pedoman ini diharapkan :

a. Terwuj udnya bangunan gedung rusuna bert ingkat t inggi yang sesuai dengan f ungsi, persyarat an kesel amat an, kesehat an, kenyamanan, dan kemudahan sert a serasi dan selaras dengan lingkungannya. b. Rusuna Bert ingkat Tinggi diselenggarakan dengan t ert ib, ef isien

dalam penggunaan sumber daya dan t erj angkau, ef ekt if yang mempert imbangkan aspek budaya dan pola hidup calon penghuni, sert a berkelanj ut an.

I. 3. SASARAN

Sasaran f ungsional yang diharapkan dari Pedoman Teknis ini adalah sebagai berikut :

1. Terarahnya pelaksanaan Program Pembangunan dan Peningkat an Kualit as Perumahan dan Permukiman, khususnya pembangunan Rusuna Bert ingkat Tinggi di kot a-kot a Met ropolit an dan kot a-kot a Besar.

2. Sebagai landasan perencanaan dan perancangan, bagi Perencana dan Perancang, sert a Pengembang Kawasan dalam pembangunan Rusuna Bert ingkat Tinggi.

3. Acuan bagi Pemerint ah Daerah dalam pengendalian pelaksanaan pembangunan Rusuna Bert ingkat Tinggi.

4. Tersusunnya Pedoman Teknis Perencanaan Rusuna Bert ingkat Tinggi sebagai produk perat uran yang aplikat if .

Sasaran Operasional yang dit arget kan dari Pedoman Teknis ini adalah agar Pedoman Teknis Pembangunan Rusuna Bert ingkat Tinggi ini dapat dioperasionalkan pada Tahun 2007.

I. 4. KRITERIA PERENCANAAN 1. Kriteria Umum

Penyelenggaraan Rusuna Bert ingkat Tinggi harus memenuhi krit eria umum perencanaan sebagai berikut :

a. Bangunan Rumah Rusuna Bert ingkat Tinggi harus memenuhi persyarat an f ungsional, andal, ef isien, t erj angkau, sederhana namun dapat mendukung peningkat an kualit as lingkungan di sekit arnya dan peningkat an produkt ivit as kerj a.

b. Kreat ivit as desain hendaknya t idak dit ekankan kepada kemewahan mat erial, t et api pada kemampuan mengadakan sublimasi ant ara f ungsi t eknik dan f ungsi sosial bangunan, dan mampu mencerminkan keserasian bangunan gedung dengan lingkungannya;

(12)

d. Desain bangunan rusuna bert ingkat t inggi dibuat sedemikian rupa, sehingga dapat dilaksanakan dal am wakt u yang pendek dan dapat dimanf aat kan secepat nya.

e. Bangunan rusuna bert ingkat t inggi harus diselenggarakan oleh pengembang at au penyedia j asa konst ruksi yang memiliki Surat Ket erangan Ahli sesuai dengan ket ent uan perat uran perundang-undangan.

2. Kriteria Khusus

a. Rusuna bert ingkat t inggi yang direncanakan harus mempert imbangkan ident it as set empat pada wuj ud arsit ekt ur bangunan t ersebut ;

b. Masa bangunan sebaiknya simet ri ganda, rasio panj ang lebar (L/ B) < 3, hindari bent uk denah yang mengakibat kan punt iran pada bangunan;

c. Jika t erpaksa denah t erlalu panj ang at au t idak simet ris : pasang dilat asi bil a dianggap perlu;

d. Lant ai Dasar dipergunakan unt uk f asos, f asek dan f asum, ant ara lain : Ruang Unit Usaha, Ruang Pengelola, Ruang Bersama, Ruang Penit ipan Anak, Ruang Mekanikal-El ekt rikal, Prasarana dan Sarana lainnya, ant ara lain Tempat Penampungan Sampah/ Kot oran;

e. Lant ai sat u dan lant ai berikut nya diperunt ukan sebagai hunian yang 1 (sat u) Unit Huniannya t erdiri at as: 1 (sat u) Ruang Duduk/ Keluarga, 2 (dua) Ruang Tidur, 1 (sat u) KM/ WC, dan Ruang Service (Dapur dan Cuci) dengan t ot al luas per unit maksimum 36 m2. f . Luas sirkul asi, ut ilit as, dan ruang-ruang bersama maksimum 30%

dari t ot al l uas lant ai bangunan;

g. Denah unit rusuna bert ingkat t inggi harus f ungsional, ef isien dengan sedapat mungkin t idak menggunakan bal ok anak, dan memenuhi persyarat an penghawaan dan pencahayaan;

h. St rukt ur ut ama bangunan t ermasuk komponen penahan gempa (dinding geser at au rangka perimet ral) harus kokoh, st abil, dan ef isien t erhadap beban gempa;

i. Set iap 3 (t iga) lant ai bangunan rusuna bert ingkat t inggi harus disediakan ruang bersama yang dapat berf ungsi sebagai f asilit as bersosialisasi ant ar penghuni.

j . Sist em konst ruksi rusuna bert ingkat t inggi harus lebih baik, dari segi kualit as, kecepat an dan ekonomis (sepert i sist em

f ormwork

dan sist em pracet ak) dibanding sist em konvensional;

k. Dinding l uar rusuna bert ingkat t inggi menggunakan bet on pracet ak sedangkan dinding pembat as ant ar unit / sarusun menggunakan bet on ringan, sehingga beban st rukt ur dapat lebih ringan dan menghemat biaya pembangunan.

l. Lebar dan t inggi anak t angga harus diperhit ungkan unt uk memenuhi keselamat an dan kenyamanan, dengan lebar t angga minimal 110 cm;

m.

Rail l ing

/ pegangan rambat balkon dan sel asar harus
(13)

memperhat ikan est et ika sehingga t idak menimbulkan kesan masif / kaku, dilengkapi dengan

bal ust rade

dan

rail l ing

;

n. Penut up l ant ai t angga dan selasar menggunakan keramik, sedangkan penut up l ant ai unit hunian menggunakan plest er dan acian t anpa keramik kecuali KM/ WC;

o. Penut up dinding KM/ WC menggunakan pasangan keramik dengan t inggi maksimum adal ah 1. 80 met er dari level lant ai.

p. Penut up mej a dapur dan dinding mej a dapur menggunakan keramik. Tinggi maksimum pasangan keramik dinding mej a dapur adalah 0. 60 met er dari level mej a dapur;

q. Elevasi KM/ WC dinaikkan t erhadap elevasi ruang unit hunian, hal ini berkait an dengan mekanikal-elekt rikal unt uk menghindari sparing air bekas dan kot or menembus pel at lant ai;

r. Mat erial kusen pint u dan j endel a menggunakan bahan allumunium ukuran 3x7 cm, kusen harus t ahan bocor dan diperhit ungkan agar t ahan t erhadap t ekanan angin. Pemasangan kusen mengacu pada sisi dinding luar, khusus unt uk kusen yang t erkena langsung air huj an harus dit ambahkan det ail mengenai penggunaan

seal ant

; s. Plaf ond memanf aat kan st rukt ur pelat lant ai t anpa penut up

(

exposed

);

t . Seluruh inst alasi ut ilit as harus melalui

shaf t

, perencanaan

shaf t

harus memperhit ungkan est et ika dan kemudahan perawat an;

u. Ruang-ruang mekanikal dan elekt rikal harus dirancang secara t erint egrasi dan ef isien, dengan sist em yang dibuat seef ekt if mungkin (misalnya : sist em plumbing dibuat dengan sist em

posit ive suct ion

unt uk menj amin ef ekt ivit as sist em).

v. Penggunaan lif direncanakan unt uk lant ai 6 keat as, bil a diperlukan dapat digunakan sist em pemberhent ian lif di lant ai genap/ ganj il .

I. 5. LINGKUP PENGATURAN

Pedoman Teknis Pembangunan Rusuna Bert ingkat Tinggi, mengat ur t ent ang :

1. Ketentuan Umum, berisi t ent ang pengert ian-pengert ian, maksud dan t uj uan, sasaran, krit eria perencanaan, dan l ingkup pengat uran.

2. Ketentuan Administratif Rusuna Bertingkat Tinggi, meliput i kej elasan st at us t anah, st at us kepemilikan rusuna, dan izin mendirikan bangunan gedung (IMB) rusuna bert ingkat t inggi.

3. Ketentuan Teknis Tata Bangunan Rusuna Bert ingkat Tinggi, meliput i persyarat an perunt ukan lokasi dan int ensit as, arsit ekt ur, dan dampak lingkungan.

(14)
(15)

BAB II KETENTUAN ADMINISTRATIF

Set iap penyelenggaraan rusuna bert ingkat t inggi harus memenuhi ket ent uan administ rat if bangunan gedung, yang meliput i:

II. 1. STATUS HAK ATAS TANAH

Bangunan rusuna bert ingkat t inggi hendaknya dibangun di at as t anah/ lahan yang mempunyai kej elasan st at us hak at as t anah dan t idak dalam sengket a.

II. 2. STATUS KEPEMILIKAN RUSUNA BERTINGKAT TINGGI

Kepemilikan unit rusuna bert ingkat t inggi menj adi hak milik pembeli dalam hal Rusuna dibangun sebagai Rumah Susun Sederhana Milik (Rusunami), sesuai dengan ket ent uan perat uran perundang-undangan.

II. 3. STATUS PERIZINAN

(16)

BAB III KETENTUAN TEKNIS TATA BANGUNAN

III. 1. PERUNTUKAN DAN INTENSITAS BANGUNAN

1. Bangunan rusuna bert ingkat t inggi harus diselenggarakan sesuai dengan perunt ukan lokasi yang diat ur dalam ket ent uan t at a ruang dan t at a bangunan dari l okasi yang bersangkut an yang dit et apkan dal am: a. Rencana Tat a Ruang Wilayah (RTRW) Daerah;

b. Rencana Rinci Tat a Ruang (RRTR); dan/ at au

c. Perat uran bangunan set empat dan Rencana Tat a Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

2. Bangunan rusuna bert ingkat t inggi yang dibangun harus memenuhi persyarat an kepadat an (Koef isien Dasar Bangunan) dan ket inggian (Jumlah Lant ai Bangunan, Koef isien Lant ai Bangunan) bangunan gedung berdasarkan rencana t at a ruang wilayah daerah yang bersangkut an, rencana t at a bangunan dan lingkungan yang dit et apkan, sert a perat uran bangunan set empat , dengan t et ap mempert imbangkan:

a. kemampuan dalam menj aga keseimbangan daya dukung lahan dan opt imalisasi int ensit as bangunan;

b. t idak mengganggu lalu lint as udara.

3. Dalam hal pembangunan rusuna bert ingkat t inggi dibangun dalam skala kawasan, maka perhit ungan KDB-nya didasarkan pada t ot al luas lant ai dasar bangunan rusuna bert ingkat t inggi t erhadap t ot al luas daerah/ kawasan perencanaan.

4. Bangunan rusuna bert ingkat t inggi harus memenuhi ket ent uan garis sempadan bangunan dan j arak bebas ant ar bangunan gedung, dengan ket ent uan sebagai berikiut :

a. Dalam hal bangunan rusuna bert ingkat t inggi dibangun berbat asan dengan j al an, maka t idak boleh melanggar garis sempadan j alan yang dit et apkan unt uk j alan yang bersangkut an.

b. Dalam hal bangunan rusuna bert ingkat t inggi dibangun berbat asan dengan sungai, maka t idak boleh melanggar garis sempadan sungai yang dit et apkan unt uk sungai yang bersangkut an.

c. Dalam hal bangunan rusuna bert ingkat t inggi dibangun di t epi pant ai/ danau, maka t idak boleh melanggar garis sempadan pant ai/ danau yang bersangkut an.

d. Jarak bebas bangunan rusuna bert ingkat t inggi t erhadap bangunan gedung lainnya minimum 4 m pada lant ai dasar, dan pada set iap penambahan lant ai/ t ingkat bangunan dit ambah 0, 5 m dari j arak bebas lant ai di bawahnya sampai mencapai j arak bebas t erj auh 12, 5 m.

(17)

(1) dalam hal kedua-duanya memiliki bidang bukaan yang saling berhadapan, maka j arak ant ara dinding at au bidang t ersebut minimal dua kali j arak bebas yang dit et apkan;

(2) dalam hal salah sat u dinding yang berhadapan merupakan dinding t embok t ert ut up dan yang lain merupakan bidang t erbuka dan/ at au berlubang, maka j arak ant ara dinding t ersebut minimal sat u kali j arak bebas yang dit et apkan;

(3) dalam hal kedua-duanya memiliki bidang t ert ut up yang saling berhadapan, maka j arak dinding t erluar minimal set engah kali j arak bebas yang dit et apkan.

f . Ket ent uan t ent ang garis sempadan dan j arak bebas ant ar bangunan dit et apkan oleh pemerint ah daerah set empat dan/ at au perat uran ment eri.

III. 2. ARSITEKTUR BANGUNAN GEDUNG

1. Persyaratan Penampilan Bangunan Gedung

a. Bent uk denah bangunan gedung rusuna bert ingkat t inggi sedapat mungkin simet ris dan sederhana, guna mengant isipasi kerusakan yang diakibat kan oleh gempa.

b. Dalam hal denah bangunan gedung berbent uk T, L, at au U, at au panj ang lebih dari 50 m, maka harus dilakukan pemisahan st rukt ur at au delat asi unt uk mencegah t erj adinya kerusakan akibat gempa at au penurunan t anah.

c. Denah bangunan gedung berbent uk sent ris (buj ursangkar, segibanyak, at au lingkaran) lebih baik daripada denah bangunan yang berbent uk memanj ang dalam mengant isipasi t erj adinya kerusakan akibat gempa.

(18)

pemisahan struktur

pemisahan struktur

pemisahan struktur

pemisahan struktur

> 50 m

2. Perancangan Ruang Dalam

a. Bangunan rusuna bert ingkat t inggi sekurang-kurangnya memiliki ruang-ruang f ungsi ut ama yang mewadahi kegiat an pribadi, kegiat an keluarga/ bersama dan kegiat an pelayanan.

b. Sat uan rumah susun sekurang-kurangnya harus dilengkapi dengan dapur, kamar mandi dan kakus/ WC.

3. Persyaratan Tapak Besmen Terhadap Lingkungan

a. Kebut uhan besmen dan besaran koef isien t apak besmen (KTB) dit et apkan berdasarkan rencana perunt ukan lahan, ket ent uan t eknis, dan kebij aksanaan daerah set empat .

(19)

4. Sirkulasi dan Fasilitas Parkir

a. Sirkulasi harus memberikan pencapaian yang mudah, j elas dan t erint egrasi dengan sarana t ransport asi baik yang bersif at pelayanan publik maupun pribadi.

b. Sist em sirkulasi yang direncanakan harus t elah memperhat ikan kepent ingan bagi aksesibilit as pej alan kaki t ermasuk penyandang cacat dan l anj ut usia.

c. Sirkulasi harus memungkinkan adanya ruang gerak vert ikal

(cl earance)

dan lebar j alan yang sesuai unt uk pencapaian darurat

oleh kendaraan pemadam kebakaran, dan kendaraan pelayanan lainnya.

d. Sirkulasi perlu diberi perlengkapan sepert i t anda penunj uk j al an, rambu-rambu, papan inf ormasi sirkulasi, elemen pengarah sirkulasi (dapat berupa elemen perkerasan maupun t anaman), guna mendukung sist em sirkulasi yang j elas dan ef isien sert a memperhat ikan unsur est et ika.

e. Set iap bangunan rusuna bert ingkat t inggi diwaj ibkan menyediakan area parkir dengan rasio 1 (sat u) l ot parkir kendaraan unt uk set iap 5 (lima) unit hunian yang dibangun.

f . Penyediaan parkir di pekarangan t idak boleh mengurangi daerah penghij auan yang t elah dit et apkan.

g. Perlet akan Prasarana parkir bangunan rusuna bert ingkat t inggi t idak diperbolehkan mengganggu kelancaran lalu lint as, at au mengganggu lingkungan di sekit arnya.

5. Pertandaan (Signage)

a. Penempat an pert andaan

(signage)

, t ermasuk papan iklan/ reklame, harus membant u orient asi t et api t idak mengganggu karakt er lingkungan yang ingin dicipt akan/ dipert ahankan, baik yang penempat annya pada bangunan, kaveling, pagar, at au ruang publik.

b. Unt uk penat aan bangunan dan lingkungan yang baik unt uk lingkungan/ kawasan t ert ent u, Kepala Daerah dapat mengat ur pembat asan-pembat asan ukuran, bahan, mot if , dan lokasi dari signage.

6. Pencahayaan Ruang Luar Bangunan Gedung

a. Pencahayaan ruang luar bangunan harus disediakan dengan memperhat ikan karakt er lingkungan, f ungsi dan arsit ekt ur bangunan.

b. Pencahayaan yang dihasilkan harus memenuhi keserasian dengan pencahayaan dari dalam bangunan dan pencahayaan dari j alan umum.

(20)

III. 3. PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN

1. Set iap kegiat an dalam penyelenggaraan rusuna bert ingkat t inggi t idak diperbolehkan menimbulkan dampak pent ing t erhadap lingkungan yang meliput i:

a. perubahan pada sif at -sif at f isik dan/ at au hayat i lingkungan, yang melampaui baku mut u lingkungan menurut ket ent uan perat uran perundang-undangan;

b. perubahan mendasar pada komponen lingkungan yang melampaui krit eria yang diakui, berdasarkan pert imbangan ilmiah;

c. hal-hal yang mengakibat kan spesies-spesies yang langka dan/ at au endemik, dan/ at au dilindungi menurut ket ent uan perat uran perundang-undangan t erancam punah, at au habit at alaminya mengalami kerusakan;

d. hal-hal yang menimbulkan kerusakan at au gangguan t erhadap kawasan lindung (hut an lindung, cagar alam, t aman nasional , suaka margasat wa, dan sebagainya) yang t elah dit et apkan menurut ket ent uan perat uran perundang-undangan;

e. hal-hal yang merusak at au memusnahkan benda-benda dan bangunan peninggalan sej arah yang bernilai t inggi;

f . hal-hal yang mengubah at au memodif ikasi areal yang mempunyai nilai keindahan alami yang t inggi;

g. hal-hal yang mengakibat kan/ menimbulkan konf lik at au kont roversi dengan masyarakat , dan/ at au pemerint ah.

2. Kegiat an pembangunan rusuna bert ingkat t inggi yang menimbulkan dampak t idak pent ing t erhadap lingkungan, at au secara t eknologi dapat dikelola dampak pent ingnya, t idak perlu dilengkapi dengan AMDAL, t et api diharuskan melakukan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemant auan Lingkungan (UPL) sesuai ket ent uan perat uran perundang-undangan.

3. Ket ent uan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pembangunan bangunan Rusuna Bert ingkat Tinggi dan lingkungannya yang harus memperhat ikan ket ent uan perat uran perundang-undangan t ent ang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

III. 4. RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL)

1. Dalam hal pembangunan rusuna bert ingkat t inggi merupakan bagian dari suat u pengembangan kawasan t erpadu, maka pengembangannya harus disusun berdasarkan Rencana Tat a Bangunan dan Lingkungan kawasan yang bersangkut an.

2. RTBL merupakan t indak lanj ut rencana t at a ruang wilayah dan/ at au rencana t eknik ruang kabupat en/ kot a, dan sebagai panduan rancangan kawasan, dalam rangka perwuj udan kesat uan karakt er, kualit as bangunan gedung dan l ingkungan yang berkelanj ut an, sert a merupakan inst rumen guna meningkat kan:

(21)

b. Kualit as bangunan gedung; dan c. Lingkungan yang berkelanj ut an

3. RTBL t ersebut digunakan sebagai panduan dalam pengendalian pemanf aat an ruang suat u lingkungan/ kawasan, yang memuat :

a. Program Bangunan dan Lingkungan b. Rencana Umum dan Panduan Rancangan c. Rencana Invest asi

d. Ket ent uan Pengendalian Rencana dan Pedoman Pengendalian Pelaksanaan

(22)

BAB IV KETENTUAN TEKNIS KEANDALAN BANGUNAN

IV. 1. PERSYARATAN KESELAMATAN

1. PersyaratanStruktur Bangunan Gedung a. St rukt ur Bangunan Gedung

i. Set iap bangunan rusuna bert ingkat t inggi, st rukt urnya harus direncanakan dan dil aksanakan agar kuat , kokoh, dan st abil dalam memikul beban/ kombinasi beban dan memenuhi persyarat an keselamat an

(saf et y)

, sert a memenuhi persyarat an kelayanan

(serviceabil it y)

sel ama umur layanan yang direncanakan dengan mempert imbangkan f ungsi bangunan gedung, lokasi, keawet an, dan kemungkinan pelaksanaan konst ruksinya.

ii. Kemampuan memikul beban diperhit ungkan t erhadap pengaruh-pengaruh aksi sebagai akibat dari beban-beban yang mungkin bekerj a selama umur layanan st rukt ur, baik beban muat an t et ap maupun beban muat an sement ara yang t imbul akibat gempa, angin, pengaruh korosi, j amur, dan serangga perusak.

iii. Dalam perencanaan st rukt ur bangunan rusuna bert ingkat t inggi t erhadap pengaruh gempa, semua unsur st rukt ur baik bagian dari sub st rukt ur maupun st rukt ur gedung, harus diperhit ungkan dapat memikul pengaruh gempa rencana sesuai dengan zona gempanya.

iv. St rukt ur bangunan rusuna bert ingkat t inggi harus direncanakan secara dakt ail sehingga pada kondisi pembebanan maksimum yang direncanakan, apabil a t erj adi kerunt uhan kondisi st rukt urnya masih dapat memungkinkan penghuni menyelamat kan diri.

v. Dalam hal lant ai dasar merupakan ruang t erbuka at au ruang semi t erbuka, st rukt ur harus direncanakan dengan memperhat ikan bat asan perbedaan kekakuan ant ar t ingkat sepert i dipersyarat kan SNI 03-1726-2002. Jika diperlukan komponen pengaku t ambahan di lant ai dasar, perencanaannya harus dikoordinasikan dengan perencana arsit ekt ur.

b. Pembebanan pada Bangunan Rusuna Bert ingkat Tinggi

i. Analisis st rukt ur harus dilakukan unt uk memeriksa respon st rukt ur t erhadap beban-beban yang mungkin bekerj a selama umur kelayanan st rukt ur, t ermasuk beban t et ap, beban sement ara (angin, gempa) dan beban khusus.

ii. Penent uan mengenai j enis, int ensit as dan cara bekerj anya beban harus mengikut i:

(1) SNI 03-1726-2002 Tat a cara perencanaan ket ahanan gempa unt uk rumah dan gedung, at au edisi t erbaru; dan

(23)

(3) SNI 03-2847-2002; Tat a Cara Perencanaan St rukt ur Bet on unt uk Bangunan Gedung.

Dalam hal masih ada persyarat an lainnya yang belum t ert ampung, at au yang belum mempunyai SNI, digunakan st andar baku dan/ at au pedoman t eknis.

c. St rukt ur At as Bangunan Rusuna Bert ingkat Tinggi i. Konst ruksi bet on

Perencanaan konst ruksi bet on harus mengikut i:

(1) SNI 03-1734-1989 Tat a cara perencanaan bet on dan st rukt ur dinding bert ulang unt uk rumah dan gedung, at au edisi t erbaru;

(2) SNI 03-2847-1992 Tat a cara penghit ungan st rukt ur bet on unt uk bangunan gedung, at au edisi t erbaru;

(3) SNI 03-3430-1994 Tat a cara perencanaan dinding st rukt ur pasangan blok bet on berongga bert ulang unt uk bangunan rumah dan gedung, at au edisi t erbaru;

(4) SNI 03-3976-1995 Tat a cara pengadukan pengecoran bet on, at au edisi t erbaru;

(5) SNI 03-2834-2000 Tat a cara pembuat an rencana campuran bet on normal, at au edisi t erbaru; dan

(6) SNI 03-3449-2002 Tat a cara rencana pembuat an campuran bet on ringan dengan agregat ringan, at au edisi t erbaru. Sedangkan unt uk perencanaan dan pel aksanaan konst ruksi bet on pracet ak dan prat egang harus mengikut i:

(1) Tat a Cara Perencanaan dan Pel aksanaan Konst ruksi Bet on Pracet ak dan Prat egang unt uk Bangunan Gedung;

(2) Met oda Penguj ian dan Penent uan Paramet er Perencanaan Tahan Gempa Konst ruksi Bet on Pracet ak dan Prat egang unt uk Bangunan Gedung; dan

(3) Spesif ikasi Sist em dan Mat erial Konst ruksi Bet on Pracet ak dan Prat egang unt uk Bangunan Gedung.

Dalam hal masih ada persyarat an lainnya yang belum t ert ampung, at au yang bel um mempunyai SNI, digunakan st andar baku dan/ at au pedoman t eknis.

ii. Konst ruksi Baj a

Perencanaan konst ruksi baj a harus mengikut i:

(1) SNI 03-1729-2002 Tat a cara perencanaan bangunan baj a unt uk gedung, at au edisi t erbaru;

(2) Tat a Cara dan/ at au pedoman lain yang masih t erkait dalam perencanaan konst ruksi baj a;

(3) Tat a Cara Pembuat an at au Perakit an Konst ruksi Baj a; dan (4) Tat a Cara Pemeliharaan Konst ruksi Baj a Selama

(24)

Dalam hal masih ada persyarat an lainnya yang belum t ert ampung, at au yang bel um mempunyai SNI, digunakan st andar baku dan/ at au pedoman t eknis.

d. St rukt ur Bawah Bangunan Rusuna Bert ingkat Tinggi i. Pondasi Langsung

(1) Pondasi langsung hanya diperbolehkan unt uk menyangga komponen non st rukt ural at au dinding-dinding pengisi bukan st rukt ur bangunan ut ama.

(2) Kedalaman pondasi langsung harus direncanakan sedemikian rupa sehingga dasarnya t erlet ak di at as lapisan t anah yang mant ap dengan daya dukung t anah yang cukup kuat dan selama berf ungsinya bangunan t idak mengalami penurunan yang melampaui bat as.

(3) Perhit ungan daya dukung dan penurunan pondasi dilakukan sesuai t eori mekanika t anah yang baku dan lazim dalam prakt ek, berdasarkan paramet er t anah yang dit emukan dari penyel idikan t anah dengan memperhat ikan nilai t ipikal dan korelasi t ipikal dengan paramet er t anah yang lain.

(4) Pelaksanaan pondasi langsung t idak bol eh menyimpang dari rencana dan spesif ikasi t eknik yang berlaku at au dit ent ukan oleh perencana ahli yang memiiki sert if ikasi sesuai.

(5) Pondasi langsung dapat dibuat dari pasangan bat u at au konst ruksi bet on bert ulang.

ii. Pondasi Dalam

(1) Pondasi dalam digunakan dalam hal lapisan t anah dengan daya dukung yang t erlet ak cukup j auh di bawah permukaan t anah, sehingga penggunaan pondasi langsung dapat menyebabkan penurunan yang berlebihan at au ket idakst abilan konst ruksi.

(2) Perhit ungan daya dukung dan penurunan pondasi dilakukan sesuai t eori mekanika t anah yang baku dan lazim dalam prakt ek, berdasarkan paramet er t anah yang dit emukan dari penyelidikan t anah dengan memperhat ikan nilai t ipikal dan korelasi t ipikal dengan paramet er t anah yang lain.

(3) Percobaan pembebanan pada pondasi dalam harus dilakukan dengan berdasarkan t at a cara yang lazim dan hasilnya harus dievaluasi oleh perencana ahli yang memiliki sert if ikasi sesuai.

(25)

(5) Dalam pelaksanaan konst ruksi pondasi dalam harus memperhat ikan gangguan yang mungkin dit imbulkan t erhadap lingkungan.

(6) Dalam hal lokasi pemasangan t iang pancang t erlet ak di daerah t epi laut yang dapat mengakibat kan korosif harus memperhat ikan pengamanan baj a t erhadap korosi.

(7) Dalam hal perencanaan at au met ode pelaksanaan menggunakan pondasi yang belum diat ur dalam SNI dan/ at au mempunyai pat en dengan met ode konst ruksi yang belum dikenal, harus mempunyai sert if ikat yang dikeluarkan inst ansi yang berwenang.

(8) Apabila perhit ungan st rukt ur menggunakan perangkat lunak, harus menggunakan perangkat lunak yang diakui oleh asosiasi t erkait

.

iii. Basemen

(1) Pada galian basemen harus dilakukan perhit ungan t erinci mengenai keamanan galian.

(2) Unt uk dapat melakukan perhit ungan keamanan galian, harus dilakukan t est t anah yang dapat mendukung perhit ungan t ersebut sesuai St andar Teknis dan Pedoman Teknis sert a ket ent uan perat uran perundang-undangan. (3) Angka keamanan unt uk st abilit as galian harus memenuhi

syarat sesuai St andar Teknis dan Pedoman Teknis sert a ket ent uan perat uran perundang-undangan. Fakt or keamanan yang diperhit ungkan adalah dalam aspek syst em galian, sist em penahan t anah lat eral,

heave

dan

bl ow in

.

(4) Analisis pemompaan air t anah (

dewat ering

) harus memperhat ikan keamanan lingkungan dan memperhat ikan urut an pel aksanaan pekerj aan. Analisis

dewat ering

perlu dilakukan berdasarkan paramet er-paramet er desain dari suat u uj i pemompaan (

pumping t est

).

Dalam hal masih ada persyarat an lainnya yang belum t ert ampung, at au yang belum mempunyai SNI, digunakan st andar baku dan/ at au pedoman t eknis.

e. Keandalan Bangunan Rusuna Bert ingkat Tinggi i. Keselamat an St rukt ur

(1) Unt uk menent ukan t ingkat keandalan st rukt ur Bangunan rusuna bert ingkat t inggi, harus dilakukan pemeriksaan keandalan bangunan secara berkala sesuai dengan ket ent uan dalam Pedoman/ Pet unj uk Teknis Tat a Cara Pemeriksaan Keandalan Bangunan Gedung.

(26)

(3) Pemeriksaan keandalan bangunan rusuna bert ingkat t inggi dilaksanakan secara berkala, unt uk mencegah t erj adinya keunt uhan st rukt ur yang t idak diharapkan, dan harus dilakukan at au didampingi oleh ahli yang memiliki sert if ikasi sesuai keahl iannya.

ii. Persyarat an Bahan

(1) Bahan st rukt ur yang digunakan harus sudah memenuhi semua persyarat an keamanan, t ermasuk keselamat an t erhadap lingkungan dan pengguna bangunan, sert a sesuai st andar t eknis (SNI) yang t erkait .

(2) Bahan yang dibuat at au dicampurkan di lapangan, harus diproses sesuai dengan st andar t at a cara yang baku unt uk keperluan yang dimaksud.

(3) Bahan bangunan pref abrikasi harus dirancang sehingga memiliki sist em hubungan yang baik dan mampu mengembangkan kekuat an bahan-bahan yang dihubungkan, sert a mampu bert ahan t erhadap gaya angkat pada saat pemasangan/ pelaksanaan.

Dalam hal masih ada persyarat an lainnya yang belum t ert ampung, at au yang bel um mempunyai SNI, digunakan st andar baku dan/ at au pedoman t eknis.

2. Persyaratan Kemampuan Bangunan Rusuna Bertingkat Tinggi Terhadap Bahaya Kebakaran

a. Bangunan rusuna bert ingkat t inggi harus dil engkapi dengan sist em prot eksi pasif dan sist em prot eksi akt if .

b. Sist em Prot eksi Pasif

i. Set iap bangunan rusuna bert ingkat t inggi harus mempunyai sist em prot eksi pasif t erhadap bahaya kebakaran yang memprot eksi hart a milik berbasis pada desain at au pengat uran t erhadap komponen arsit ekt ur dan st rukt ur bangunan gedung sehingga dapat melindungi penghuni dan benda dari kerusakan f isik saat t erj adi kebakaran.

ii. Penerapan sist em prot eksi pasif didasarkan pada f ungsi/ klasif ikasi resiko kebakaran, geomet ri ruang, bahan bangunan t erpasang, dan/ at au j umlah dan kondisi penghuni dalam bangunan gedung.

iii. Pada sist em prot eksi pasif yang perlu diperhat ikan meliput i: persyarat an kinerj a, ket ahanan api dan st abilit as, t ipe konst ruksi t ahan api, t ipe konst ruksi yang diwaj ibkan, kompart emenisasi dan pemisahan, dan perlindungan pada bukaan (

f ire st op)

.

iv. Sist em prot eksi pasif t ersebut harus mengikut i:

(1) SNI 03-1736-2000 Tat a cara perencanaan sist em prot eksi pasif unt uk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung, at au edisi t erbaru; dan

(27)

bahaya kebakaran pada bangunan gedung, at au edisi t erbaru.

Dalam hal masih ada persyarat an lainnya yang belum t ert ampung, at au yang belum mempunyai SNI, digunakan st andar baku dan/ at au pedoman t eknis.

c. Sist em Prot eksi Akt if

i. Set iap bangunan rusuna bert ingkat t inggi, harus dilindungi t erhadap bahaya kebakaran dengan prot eksi akt if .

ii. Penerapan sist em prot eksi akt if didasarkan pada f ungsi, klasif ikasi, luas, ket inggian, volume bangunan, dan/ at au j umlah dan kondisi penghuni dalam bangunan rusuna bert ingkat t inggi.

iii. Pada sist em prot eksi akt if yang perlu diperhat ikan meliput i:

-

Sist em Pemadam Kebakaran baik berupa APAR,

sprinkl er

, hidran box maupun hidran pilar/ halaman;

-

Sist em Det eksi & Alarm Kebakaran;

-

Sist em Pengendalian Asap Kebakaran; dan

-

Pusat Pengendali Kebakaran

iv. Sist em prot eksi akt if t ersebut harus mengikut i:

(1) SNI 03-3987-1995 Tat a cara perencanaan, pemasangan pemadam api ringan unt uk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung;

(2) SNI 03-1745-2000 Tat a cara perencanaan dan pemasangan sist em pipa t egak dan slang unt uk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung, at au edisi t erbaru; (3) SNI 03-3985-2000 Tat a cara perencanaan, pemasangan

dan penguj ian sist em det eksi dan alarm kebakaran unt uk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung, at au edisi t erbaru;

(4) SNI 03-3989-2000 Tat a cara perencanaan dan pemasangan sist em springkler ot omat ik unt uk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung, at au edisi t erbaru; (5) SNI 03-6571-2001 Sist em pengendalian asap kebakaran

pada bangunan gedung, at au edisi t erbaru; dan

(6) SNI 03-0712-2004 Sist em manaj emen asap dalam mal, at rium, dan ruangan bervolume besar, at au edisi t erbaru. Dalam hal masih ada persyarat an lainnya yang belum t ert ampung, at au yang belum mempunyai SNI, digunakan st andar baku dan/ at au pedoman t eknis.

d. Persyarat an Jalan Keluar dan Aksesibilit as unt uk Pemadaman Kebakaran

(28)

pemasangan sarana j alan keluar unt uk penyelamat an t erhadap bahaya kebakaran.

ii. Persyarat an j alan kel uar dan aksesibilit as unt uk pemadaman kebakaran t ersebut harus mengikut i:

(1) SNI 03-1735-2000 Tat a cara perencanaan akses bangunan dan akses lingkungan unt uk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung, at au edisi t erbaru; dan

(2) SNI 03-1736-2000 Tat a cara perencanaan dan pemasangan sarana j alan keluar unt uk penyelamat an t erhadap bahaya kebakaran pada gedung, at au edisi t erbaru.

Dalam hal masih ada persyarat an lainnya yang belum t ert ampung, at au yang belum mempunyai SNI, digunakan st andar baku dan/ at au pedoman t eknis.

e. Persyarat an Pencahayaan Darurat , Tanda Arah Keluar/ Eksit , dan Sist em Peringat an Bahaya

i. Persyarat an pencahayaan darurat , t anda arah keluar/ eksit , dan sist em peringat an bahaya dimaksudkan unt uk memberikan arahan yang j elas bagi pengguna bangunan rusuna bert ingkat t inggi dalam keadaan darurat unt uk dapat menyelamat kan diri, yang meliput i:

(1) Sist em pencahayaan darurat ; (2) Tanda arah keluar/ eksit ; dan (3) Sist em Peringat an Bahaya.

ii. Pencahayaan darurat , t anda arah keluar, dan sist em peringat an bahaya dalam gedung harus mengikut i SNI 03-6573-2001 Tat a cara perancangan pencahayaan darurat , t anda arah dan sist em peringat an bahaya pada bangunan gedung, at au edisi t erbaru.

Dalam hal masih ada persyarat an lainnya yang belum t ert ampung, at au yang belum mempunyai SNI, digunakan st andar baku dan/ at au pedoman t eknis.

f . Persyarat an Komunikasi Dalam Bangunan Rusuna Bert ingkat Tinggi

i. Persyarat an komunikasi dalam bangunan rusuna bert ingkat t inggi dimaksudkan sebagai penyediaan sist em komunikasi baik unt uk keperluan int ernal bangunan maupun unt uk hubungan ke luar, pada saat t erj adi kebakaran dan/ at au kondisi darurat lainnya. Termasuk ant ara lain: sist em t elepon, sist em t at a suara, sist em

voice evacuat ion

, dll.

ii. Penggunaan inst alasi t at a suara pada wakt u keadaan darurat dimungkinkan asal memenuhi pedoman dan st andar t eknis yang berlaku.

g. Persyarat an Inst alasi Bahan Bakar Gas

(29)

(1) Rancangan sist em dist ribusi gas pembakaran, pemilihan bahan dan konst ruksinya mengikut i perat uran yang berlaku dari inst ansi yang berwenang, at au ket ent uan lainnya sepanj ang t idak bert ent angan.

(2) Inst alasi pemipaan (mulai dari kat up penut up, met er-gas at au regulat or) mengikut i perat uran yang berlaku dari inst ansi yang berwenang, at au ket ent uan lainnya sepanj ang t idak bert ent angan. Kat up penut up, met er-gas at au regulat or harus dit empat kan di luar bangunan. (3) Pada inst alasi unt uk pembakaran, harus dilengkapi

dengan peralat an khusus unt uk mendet eksi kebocoran gas yang secara ot omat is memat ikan aliran gas.

ii. Dalam hal rusuna bert ingkat t inggi menggunakan gas pembakaran Inst alasi gas elpj i (LPG), maka harus memenuhi ket ent uan:

(1) Rancangan sist em dist ribusi gas pembakaran, pemilihan bahan dan konst ruksinya mengikut i perat uran yang berlaku dari inst ansi yang berwenang, at au ket ent uan lainnya sepanj ang t idak bert ent angan.

(2) Inst alasi pemipaan unt uk rumah t angga (domest ik) dan gedung (komersial) mengikut i perat uran yang berlaku dari inst ansi yang berwenang, at au ket ent uan lainnya sepanj ang t idak bert ent angan.

(3) Bila pasokan dari beberapa t abung silinder digabung ke dalam sat u manipol (

manif ol d

at au

header

), maka harus mengikut i perat uran yang berlaku dari inst ansi yang berwenang, at au ket ent uan lainnya sepanj ang t idak bert ent angan. Tabung-t abung silinder yang digabung harus dit empat kan di luar bangunan rusuna bert ingkat t inggi. Dalam hal t abung-t abung t ersebut harus dit empat kan dalam bangunan, maka harus dilet akkan di lant ai dasar dan salah sat u dinding ruangan gas t ersebut merupakan dinding l uar dari bangunan dan dinding lainnya harus memiliki TKA 120/ 120/ 120. Tabung-t abung Tabung-t ersebuTabung-t dapaTabung-t pula dileTabung-t akkan di l anTabung-t ai Tabung-t eraTabung-t as bangunan rusuna bert ingkat t inggi.

(4) Pada inst alasi unt uk pembakaran, harus dilengkapi dengan peralat an khusus unt uk mendet eksi kebocoran gas yang secara ot omat is memat ikan aliran gas, dan t anda “ DILARANG MEROKOK” .

h. Manaj emen Penanggulangan Kebakaran

Set iap bangunan rusuna bert ingkat t inggi harus memiliki unit manaj emen pengamanan kebakaran.

3. Persyaratan Kemampuan Bangunan Rusuna Bertingkat Tinggi Terhadap Bahaya Petir dan Bahaya Kelistrikan

(30)

mengurangi secara nyat a risiko kerusakan yang disebabkan oleh pet ir t erhadap bangunan gedung yang diprot eksi, t ermasuk di dalamnya manusia sert a perlengkapan bangunan lainnya.

ii. Persyarat an prot eksi pet ir harus memperhat ikan sebagai berikut :

(1) Perencanaan sist em prot eksi pet ir; (2) Inst alasi Prot eksi Pet ir; dan

(3) Pemeriksaan dan Pemeliharaan

iii. Persyarat an sist em prot eksi pet ir harus memenuhi SNI 03-7015-2004 Sist em prot eksi pet ir pada bangunan gedung, at au edisi t erbaru.

Dalam hal masih ada persyarat an lainnya yang belum t ert ampung, at au yang belum mempunyai SNI, digunakan st andar baku dan/ at au pedoman t eknis.

b. Persyarat an Sist em Kelist rikan

i. Sist em kel ist rikan dalam rusuna bert ingkat t inggi harus memenuhi Persyarat an sist em kelist rikan yang meliput i sumber daya list rik, panel hubung bagi, j aringan dist ribusi list rik, perlengkapan sert a inst alasi list rik unt uk memenuhi kebut uhannya.

ii. Sist em kel ist rikan dalam rusuna bert ingkat t inggi harus dapat menj amin aspek kesel amat an manusia, keamanan inst alasi list rik besert a perlengkapannya, keamanan gedung sert a isinya dari bahaya kebakaran akibat list rik, dan perlindungan lingkungan.

iii. Persyarat an sist em kelist rikan harus memperhat ikan: (1) Perencanaan inst alasi list rik;

(2) Jaringan dist ribusi list rik; (3) Beban list rik;

(4) Sumber daya list rik; (5) Transf ormat or dist ribusi;

(6) Pemeriksaan dan penguj ian; dan (7) Pemeliharaan

iv. Persyarat an sist em kelist rikan harus mengikut i:

(1) SNI 04-0227-1994 Tegangan st andar, at au edisi t erbaru; (2) SNI 04-0225-2000 Persyarat an umum inst alasi list rik

(PUIL 2000), at au edisi t erbaru;

(3) SNI 04-7018-2004 Sist em pasokan daya list rik darurat dan siaga, at au edisi t erbaru; dan

(31)

IV. 2. PERSYARATAN KESEHATAN BANGUNAN GEDUNG 1. Persyaratan Sistem Penghawaan

a. Set iap bangunan rusuna bert ingkat t inggi harus mempunyai vent ilasi al ami dan/ at au vent ilasi mekanik/ buat an sesuai dengan f ungsinya.

b. Bangunan rusuna bert ingkat t inggi harus mempunyai bukaan permanen, kisi-kisi pada pint u dan j endela dan/ at au bukaan permanen yang dapat dibuka unt uk kepent ingan vent il asi alami. c. Persyarat an t eknis sist em vent ilasi, kebut uhan vent ilasi, harus

mengikut i:

i. SNI 03-6390-2000 Konservasi energi sist em t at a udara pada bangunan gedung, at au edisi t erbaru;

ii. SNI 03-6572-2001 Tat a cara perancangan sist em vent ilasi dan pengkondisian udara pada bangunan gedung, at au edisi t erbaru;

iii. St andar t ent ang t at a cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan sist em vent ilasi; dan

iv. St andar t ent ang t at a cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan sist em vent ilasi mekanis.

Dalam hal masih ada persyarat an lainnya yang belum t ert ampung, at au yang bel um mempunyai SNI, digunakan st andar baku dan/ at au pedoman t eknis.

2. Persyaratan Sistem Pencahayaan

a. Set iap bangunan rusuna bert ingkat t inggi harus memenuhi persyarat an sist em pencahayaan alami dan/ at au pencahayaan buat an, t ermasuk pencahayaan darurat sesuai dengan f ungsinya. b. Bangunan rusuna bert ingkat t inggi harus mempunyai bukaan

unt uk pencahayaan alami yang opt imal , disesuaikan dengan f ungsi bangunan hunian dan f ungsi masing-masing ruang di dalamnya.

c. Pencahayaan buat an harus direncanakan berdasarkan t ingkat iluminasi yang dipersyarat kan sesuai f ungsi ruang-dalam bangunan rusuna bert ingkat t inggi dengan mempert imbangkan ef isiensi, penghemat an energi yang digunakan, dan penempat annya t idak menimbulkan ef ek sil au at au pant ulan.

d. Pencahayaan buat an yang digunakan unt uk pencahayaan darurat harus dipasang pada bangunan rusuna bert ingkat t inggi, sert a dapat bekerj a secara ot omat is dan mempunyai t ingkat pencahayaan yang cukup unt uk evakuasi yang aman.

e. Semua sist em pencahayaan buat an, kecuali yang diperlukan unt uk pencahayaan darurat , harus dilengkapi dengan pengendali manual, dan/ at au ot omat is, sert a dit empat kan pada t empat yang mudah dicapai/ dibaca oleh penghuni.

(32)

g. Persyarat an pencahayaan harus mengikut i:

i. SNI 03-6197-2000 Konservasi energi sist em pencahayaan buat an pada bangunan gedung, at au edisi t erbaru;

ii. SNI 03-2396-2001 Tat a cara perancangan sist em pencahayaan alami pada bangunan gedung, at au edisi t erbaru; dan

iii. SNI 03-6575-2001 Tat a cara perancangan sist em pencahayaan buat an pada bangunan gedung, at au edisi t erbaru.

Dalam hal masih ada persyarat an lainnya yang belum t ert ampung, at au yang belum mempunyai SNI, digunakan st andar baku dan/ at au pedoman t eknis.

3. Persyaratan Sistem Air Minum dan Sanitasi

a. Set iap bangunan rusuna bert ingkat t inggi harus menyediakan sist em air minum yang memenuhi ket ent uan:

i. Sist em air minum harus direncanakan dan dipasang dengan mempert imbangkan sumber air minum, kualit as air bersih, sist em dist ribusi, dan penampungannya.

ii. Sumber air minum dapat diperoleh dari sumber air berlangganan dan/ at au sumber air lainnya yang memenuhi persyarat an kesehat an sesuai pedoman dan st andar t eknis yang berlaku.

iii. Perencanaan sist em dist ribusi air minum dalam bangunan gedung harus memenuhi debit air dan t ekanan minimal yang disyarat kan.

iv. Penampungan air minum dalam bangunan gedung diupayakan sedemikian rupa agar menj amin kualit as air.

v. Penampungan air minum harus memenuhi persyarat an kelaikan f ungsi bangunan gedung.

vi. Persyarat an plambing dalam bangunan rusuna bert ingkat t inggi harus mengikut i:

(1) Kualit as air minum mengikut i Perat uran Pemerint ah Nomor 16 Tahun 2005 t ent ang Pengembangan sist em Air Minum dan Permenkes 907/ 2002, sedangkan inst alasi perpipaannya mengikut i Pedoman Plambing; dan

(2) SNI 03-6481-2000 Sist em Plambing 2000, at au edisi t erbaru.

Dalam hal masih ada persyarat an lainnya yang belum t ert ampung, at au yang belum mempunyai SNI, digunakan st andar baku dan/ at au pedoman t eknis.

b. Sist em Pengolahan dan Pembuangan Air Limbah/ Kot or

(33)

ii. Pert imbangan j enis air limbah dan/ at au air kot or diwuj udkan dalam bent uk pemilihan sist em pengaliran/ pembuangan dan penggunaan peralat an yang dibut uhkan.

iii. Pert imbangan t ingkat bahaya air limbah dan/ at au air kot or diwuj udkan dalam bent uk sist em pengolahan dan pembuangannya.

iv. Air limbah yang mengandung bahan beracun dan berbahaya t idak boleh digabung dengan air limbah domest ik.

v. Air limbah yang berisi bahan beracun dan berbahaya (B3) harus diproses sesuai dengan ket ent uan yang berlaku.

vi. Air limbah domest ik sebelum dibuang ke saluran t erbuka harus diproses sesuai dengan pedoman dan st andar t eknis yang berlaku.

vii. Persyarat an t eknis air limbah harus mengikut i:

(1) SNI 03-6481-2000 Sist em plambing 2000, at au edisi t erbaru;

(2) SNI 03-2398-2002 Tat a cara perencanaan t angki sept ik dengan sist em resapan, at au edisi t erbaru;

(3) SNI 03-6379-2000 Spesif ikasi dan pemasangan perangkap bau, at au edisi t erbaru; dan

(4) Tat a cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan sist em pembuangan air limbah dan air kot or pada bangunan gedung mengikut i st andar baku sert a ket ent uan t eknis yang berlaku.

Dalam hal masih ada persyarat an lainnya yang belum t ert ampung, at au yang belum mempunyai SNI, digunakan st andar baku dan/ at au pedoman t eknis.

c. Persyarat an Pemat usan/ penyaluran Air Huj an

i. Set iap bangunan rusuna bert ingkat t inggi dan pekarangannya harus dilengkapi dengan sist em penyaluran air huj an.

ii. Sist em penyaluran air huj an harus direncanakan dan dipasang dengan mempert imbangkan ket inggian permukaan air t anah, permeabil it as t anah, dan ket ersediaan j aringan drainase lingkungan/ kot a.

iii. Kecuali unt uk daerah t ert ent u, air huj an harus diresapkan ke dalam t anah pekarangan dan/ at au dial irkan ke sumur resapan dan/ at au sumur penampungan sebelum dialirkan ke j aringan drainase lingkungan/ kot a sesuai dengan ket ent uan yang berlaku.

iv. Pemanf aat an air huj an diperbolehkan dengan mengikut i ket ent uan yang berlaku.

(34)

vi. Sist em pemat usan/ penyaluran air huj an harus dipelihara unt uk mencegah t erj adinya endapan dan penyumbat an pada saluran.

vii. Persyarat an penyaluran air huj an harus mengikut i:

(1) SNI 03-4681-2000 Sist em plambing 2000, at au edisi t erbaru;

(2) SNI 03-2453-2002 Tat a cara perencanaan sumur resapan air huj an unt uk lahan pekarangan, at au edisi t erbaru;

(3) SNI 03-2459-2002 Spesif ikasi sumur resapan air huj an unt uk lahan pekarangan, at au edisi t erbaru; dan

(4) St andar t ent ang t at a cara perencanaan, pemasangan, dan pemel iharaan sist em penyaluran air huj an pada bangunan gedung;

Dalam hal masih ada persyarat an lainnya yang belum t ert ampung, at au yang belum mempunyai SNI, digunakan st andar baku dan/ at au pedoman t eknis.

d. Persyarat an Tempat Sampah, Penampungan Sampah, dan/ at au Pengolahan Sampah.

i. Sist em pembuangan sampah padat direncanakan dan dipasang dengan mempert imbangkan f asil it as penampungan dan j enisnya.

ii. Pert imbangan f asilit as penampungan diwuj udkan dalam bent uk penyediaan t empat penampungan kot oran dan sampah pada masing-masing bangunan rusuna bert ingkat t inggi, yang diperhit ungkan berdasarkan j umlah penghuni, dan vol ume kot oran dan sampah.

iii. Pert imbangan j enis sampah padat diwuj udkan dalam bent uk penempat an pewadahan dan/ at au pengolahannya yang t idak mengganggu kesehat an penghuni, masyarakat dan lingkungannya.

iv. Ket ent uan pengel olaan sampah padat

(1) Bagi pengembang perumahan waj ib menyediakan wadah sampah, alat pengumpul dan t empat pembuangan sampah sement ara, sedangkan pengangkut an dan pembuangan akhir sampah bergabung dengan sist em yang sudah ada.

(2) Pot ensi reduksi sampah padat dapat dilakukan dengan mendaur ulang, memanf aat kan kembali beberapa j enis sampah sepert i bot ol bekas, kert as, kert as koran, kardus, aluminium, kaleng, wadah plast ik dan sebagainya.

(35)

Dalam hal masih ada persyarat an lainnya yang belum t ert ampung, at au yang belum mempunyai SNI, digunakan st andar baku dan/ at au pedoman t eknis.

4. Persyaratan Penggunaan Bahan Bangunan

a. Bahan bangunan rusuna bert ingkat t inggi yang digunakan harus aman bagi kesehat an penghuni dan t idak menimbulkan dampak negat if t erhadap lingkungan.

b. Penggunaan bahan bangunan yang t idak berdampak negat if t erhadap lingkungan harus:

i. menghindari t imbul nya ef ek silau dan pant ul an bagi pengguna bangunan gedung lain, masyarakat , dan lingkungan sekit arnya;

ii. menghindari t imbul nya ef ek peningkat an t emperat ur lingkungan di sekit arnya;

iii. mempert imbangkan prinsip-prinsip konservasi energi; dan

iv. menggunakan bahan-bahan bangunan yang ramah lingkungan.

Dalam hal masih ada persyarat an lainnya yang belum t ert ampung, at au yang belum mempunyai SNI, digunakan st andar baku dan/ at au pedoman t eknis.

IV. 3. PERSYARATAN KENYAMANAN BANGUNAN RUSUNA BERTINGKAT TINGGI 1. Persyaratan Kenyamanan Ruang Gerak dalam Bangunan Gedung

a. Persyarat an Kenyamanan Ruang Gerak dan Hubungan Ant arruang i. Unt uk mendapat kan kenyamanan ruang gerak dalam

bangunan gedung, harus mempert imbangkan:

(1) f ungsi ruang, j umlah pengguna, perabot / peralat an, aksesibilit as ruang, di dalam bangunan gedung; dan (2) persyarat an keselamat an dan kesehat an.

ii. Unt uk mendapat kan kenyamanan hubungan ant arruang harus mempert imbangkan:

(1) f ungsi ruang, aksesibilit as ruang, dan j umlah pengguna dan perabot / peralat an di dalam bangunan gedung; (2) sirkulasi ant arruang horizont al dan vert ikal ; dan (3) persyarat an keselamat an dan kesehat an.

Dalam hal masih ada persyarat an lainnya yang belum t ert ampung, at au yang belum mempunyai SNI, digunakan st andar baku dan/ at au pedoman t eknis.

2. Persyaratan Kenyamanan Kondisi Udara Dalam Ruang a. Persyarat an Kenyamanan Termal Dalam Ruang

(36)

ii. Unt uk mendapat kan t ingkat t emperat ur dan kenyamanan t ermal dalam ruang harus memperhat ikan let ak geograf is dan orient asi bangunan, penggunaan bent uk masa yang menimbulkan

shading

(bayangan), vent ilasi alami dan penggunaan bahan bangunan.

iii. Unt uk mendapat kan t ingkat t emperat ur dan kelembaban udara di dalam ruangan dapat dilakukan dengan alat pengkondisian udara yang mempert imbangkan:

(1) prinsip-prinsip penghemat an energi dan ramah lingkungan;

(2) kemudahan pemeliharaan dan perawat an.

iv. Persyarat an kenyamanan t ermal dalam ruang harus mengikut i:

(1) SNI 03-6389-2000 Konservasi energi selubung bangunan pada bangunan gedung, at au edisi t erbaru;

(2) SNI 03-6390-2000 Konservasi energi sist em t at a udara pada bangunan gedung, at au edisi t erbaru;

(3) SNI 03-6196-2000 Prosedur audit energi pada bangunan gedung, at au edisi t erbaru; dan

(4) SNI 03-6572-2001 Tat a cara perancangan sist em vent ilasi dan pengkondisian udara pada bangunan gedung, at au edisi t erbaru.

Dalam hal masih ada persyarat an lainnya yang belum t ert ampung, at au yang belum mempunyai SNI, digunakan st andar baku dan/ at au pedoman t eknis.

3. Persyaratan Kenyamanan Pandangan

a. Persyarat an Kenyamanan Pandangan (Visual)

i. Unt uk mendapat kan kenyamanan pandangan (visual ) harus mempert imbangkan kenyamanan pandangan dari dalam bangunan ke luar dan dari luar ke dalam bangunan.

ii. Kenyamanan pandangan (visual) dari dalam bangunan ke luar harus mempert imbangkan:

(1) gubahan massa bangunan, rancangan bukaan, t at a ruang-dalam dan l uar bangunan, dan rancangan bent uk l uar bangunan; dan

(2) pemanf aat an pot ensi ruang luar bangunan gedung dan penyediaan RTH.

iii. Kenyamanan pandangan (visual) dari luar ke dalam bangunan harus mempert imbangkan:

(1) rancangan bukaan, t at a ruang-dalam dan ruang-luar bangunan, dan rancangan bent uk luar bangunan gedung;

(2) keberadaan bangunan gedung yang ada dan/ at au yang akan ada di sekit arnya; dan

(37)

iv. Unt uk kenyamanan pandangan (visual) pada bangunan gedung harus dipenuhi persyarat an t eknis, yait u St andar kenyamanan pandangan (visual ) pada bangunan gedung. v. Dalam hal masih ada persyarat an lainnya yang belum

t ert ampung, at au yang belum mempunyai SNI, digunakan st andar baku dan/ at au pedoman t eknis.

4. Persyaratan Kenyamanan Terhadap Tingkat Getaran dan Kebisingan

a. Persyarat an Get aran

i. Unt uk mendapat kan t ingkat kenyamanan t erhadap kebisingan dan get aran pada bangunan rusuna bert ingkat t inggi harus mengikut i st andar t at a cara perencanaan kenyamanan t erhadap get aran pada bangunan gedung.

ii. Dalam hal masih ada persyarat an lainnya yang belum t ert ampung, at au yang belum mempunyai SNI, digunakan st andar baku dan/ at au pedoman t eknis.

b. Persyarat an Kebisingan

i. Unt uk mendapat kan t ingkat kenyamanan t erhadap kebisingan pada bangunan rusuna bert ingkat t inggi harus mempert imbangkan j enis kegiat an, penggunaan peralat an, dan/ at au sumber bising lainnya baik yang berada pada bangunan gedung maupun di luar bangunan gedung.

ii. Set iap bangunan rusuna bert ingkat t inggi harus dipenuhi st andar t at a cara perencanaan kenyamanan t erhadap kebisingan pada bangunan gedung.

iii. Dalam hal masih ada persyarat an lainnya yang belum t ert ampung, at au yang belum mempunyai SNI, digunakan st andar baku dan/ at au pedoman t eknis.

IV. 4. PERSYARATAN KEMUDAHAN BANGUNAN RUSUNA BERTINGKAT TINGGI 1. Persyaratan Hubungan Ke, Dari, dan di Dalam Bangunan Rusuna

a. Persyarat an Kemudahan Hubungan Horisont al dalam Bangunan Rusuna Bert ingkat Tinggi

i. Set iap bangunan rusuna bert ingkat t inggi harus memenuhi persyarat an kemudahan hubungan horizont al berupa t ersedianya pint u dan/ at au koridor yang memadai unt uk t erselenggaranya f ungsi bangunan gedung t ersebut .

ii. Jumlah, ukuran, dan j enis pint u, dalam suat u ruangan dipert imbangkan berdasarkan besaran ruang, f ungsi ruang, dan j umlah pengguna ruang.

iii. Arah bukaan daun pint u dalam suat u ruangan dipert imbangkan berdasarkan f ungsi ruang dan aspek keselamat an.

(38)

b. Persyarat an Kemudahan Hubungan Vert ikal

i. Set iap bangunan rusuna bert ingkat t inggi harus menyediakan sarana hubungan vert ikal ant arlant ai yang memadai unt uk t ersel enggaranya f ungsi bangunan gedung t ersebut berupa t ersedianya t angga dan lif .

ii. Jumlah, ukuran, dan konst ruksi sarana hubungan vert ikal harus berdasarkan f ungsi l uas bangunan, dan j umlah pengguna ruang, sert a keselamat an penghuni bangunan gedung.

iii. Jumlah, kapasit as, dan spesif ikasi lif sebagai sarana hubungan vert ikal dalam bangunan rusuna bert ingkat t inggi harus mampu melakukan pel ayanan yang opt imal unt uk sirkulasi vert ikal pada bangunan, sesuai j umlah pengguna bangunan gedung.

iv. Salah sat u lif yang t ersedia harus memenuhi persyarat an lif kebakaran. Lif kebakaran dapat berupa lif khusus kebakaran at au lif penumpang biasa at au lif barang yang dapat diat ur pengoperasiannya sehingga dalam keadaan darurat dapat digunakan secara khusus oleh pet ugas kebakaran.

c. Persyarat an Sarana Evakuasi

i. Set iap bangunan rusuna bert ingkat t inggi harus menyediakan sarana evakuasi bagi semua orang t ermasuk penyandang cacat dan lansia yang meliput i sist em peringat an bahaya bagi pengguna, pint u keluar darurat , dan j al ur evakuasi yang dapat menj amin penghuni bangunan gedung unt uk melakukan evakuasi dari dalam bangunan gedung secara aman apabila t erj adi bencana at au keadaan darurat .

d. Persyarat an Aksesibilit as Bagi Penyandang Cacat dan Lansia

i. Set iap bangunan rusuna bert ingkat t inggi harus menyediakan f asilit as dan aksesibilit as unt uk menj amin t erwuj udnya kemudahan bagi penyandang cacat dan lansia masuk dan keluar, ke, dan dari bangunan gedung sert a berakt ivit as dalam bangunan gedung secara mudah, aman, nyaman dan mandiri.

ii. Fasilit as dan aksesibilit as meliput i t oilet , t empat parkir, t elepon umum, j alur pemandu, rambu dan marka, pint u, ram, t angga, dan lif bagi penyandang cacat dan lansia.

iii. Penyediaan f asilit as dan aksesibilit as disesuaikan dengan luas dan ket inggian bangunan gedung.

e. Persyarat an Kemudahan harus mengikut i:

(39)

ii. SNI 03-1746-2000 Tat a cara perencanaan dan pemasangan sarana j alan keluar unt uk penyelamat an t erhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung, at au edisi t erbaru; dan

iii. SNI 03-6573-2001 Tat a cara perancangan sist em t ransport asi vert ikal dalam gedung (lif ), at au edisi t erbaru;

Dalam hal masih ada persyarat an lainnya yang belum t ert ampung, at au yang belum mempunyai SNI, digunakan st andar baku dan/ at au pedoman t eknis.

IV. 5. CONTOH DESAIN BANGUNAN RUSUNA BERTINGKAT TINGGI

(40)

BAB V KETENTUAN BIAYA BANGUNAN RUSUNA BERTINGKAT TINGGI

V. 1. UMUM

1. Biaya bangunan rusuna bertingkat tinggi terdiri dari :

a. Biaya produksi yang terdiri atas perencanaan, pengawasan, perizinan, dan

biaya pembangunan fisik

yang terdiri atas pekerjaan arsitektur, struktur, mekanikal elektrikal.

b. Biaya prasarana dan sarana lingkungan serta biaya penyambungan utilitas umum

c. Biaya komponen lain seperti PPn, BPHTB, sertifikat/ pertelaan hak milik sarusun, akad kredit/ provisi, transaksi PPAT, dan lain sebagainya.

2. Biaya produksi serta biaya prasarana dan sarana rusuna bertingkat tinggi besarnya dihitung berdasarkan harga yang berlaku disetiap daerah.

3. Biaya pembangunan rusuna bertingkat tinggi dijadikan sebagai dasar penetapan harga jual dengan mempertimbangkan daya beli masyarakat berpenghasilan menengah bawah dan berpenghasilan rendah.

V. 2. BIAYA PEMBANGUNAN FISIK

1. Komponen

biaya pembangunan fisik

rusuna bertingkat tinggi terdiri atas biaya untuk pekerjaan arsitektur, struktur, mekanikal elektrikal.

2. Biaya pembangunan fisik rusuna bertingkat tinggi harus mempertimbangkan pemenuhan persyaratan keandalan bangunan gedung yang meliputi : persyaratan keselamatan, kesehatan, kemudahan, dan kenyamanan sesuai ketentuan dalam BAB I I I dan BAB I V.

V. 3. BIAYA YANG DAPAT DI OPTIMASI

1. Optimasi biaya pembangunan fisik dapat dilakukan untuk pekerjaan terkait dengan persyaratan kenyamanan dan persyaratan kemudahan, namun tidak boleh dilakukan untuk pekerjaan yang terkait dengan persyaratan keselamatan dan persyaratan kesehatan.

2. Biaya yang dapat dioptimasi untuk pekerjaan yang terkait dengan persyaratan kenyamanan dan persyaratan kemudahan meliputi :

(41)

b. Lantai, dinding luar, dan dinding penyekat antar unit sarusun, dapat menggunakan beton pracetak

c. Bahan penutup lantai d. Plafon/ langit-langit e. Dinding partisi

f. Daun pintu dan jendela g. Finishing interior

h. Sebagian tata udara i. Sebagian

elevator/

lif j. Tata suara

k. Telepon dan PABX l. Saluran televisi

3. Biaya yang tidak dapat dioptimasi untuk pekerjaan terkait dengan persyaratan keselamatan dan persyaratan kesehatan meliputi :

a. Pekerjaan struktur baik struktur bawah termasuk pondasi dalam, besmen, dan struktur atas

b. I nstalasi pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran c. I nstalasi listrik termasuk genset

d. Penangkal petir

e. Pencegahan bahaya rayap, serangga dan jamur f. Pekerjaan sistem pencahayaan

g. Pekerjaan sanitasi meliputi : plambing, saluran air hujan, saluran pembuangan air kotor, dan tempat sampah

h. Fasilitas dan aksesibilitas penyandang cacat

V. 4. BIAYA-BIAYA YANG DAPAT DISUBSIDI/ DIBIAYAI OLEH PEMERINTAH DAN/ ATAU PEMERINTAH DAERAH

1. Untuk masyarakat berpenghasilan menengah bawah biaya yang dapat disubsidi/ dibiayai oleh Pemerintah dan/ atau pemerintah daerah meliputi:

a. Biaya perizinan b. Pajak dan retribusi

c. Subsidi bunga bank KPR Rusuna

(42)

b. Biaya perizinan c. Pajak dan retribusi

d. Biaya pekerjaan mekanikal dan elektrikal e. Biaya penyediaan fasos dan fasum f. Biaya prasarana dan sarana lingkungan g. Biaya penyambungan utilitas umum h. Subsidi bunga bank untuk KPR Rusuna

Ditetapkan di Jakarta

pada ta

Referensi

Dokumen terkait

99.687.500,- (Sembilan Puluh Sembilan Juta Enam Ratus Delapan Puluh Tujuh Ribu Lima Ratus Rupiah) pada Tahun Anggaran 2016 sebagai berikut :. NO NAMA PERUSAHAAN ALAMAT

Demikian pengumuman ini kami sampaikan sebagai bahan untuk diketahui, atas perhatiannya diucapkan banyak terima kasih. Tanggal, 5 September

Penulisan ilmiah ini membahas tentang bagaimana membuat sebuah animasi walkthrough dimana memanfaatkan replika tiga dimensi sebuah gedung yang kemudian dianimasikan dengan

Berdasarkan Penetapan Pemenang Nomor : 060/014/ULP/PUSKESWAN/VIII/2016 tanggal 04 Agustus 2016 Pada hari ini Kamis tanggal Empat bulan Agustus tahun Dua Ribu Enam Belas ,

Penciptaan karya seni lukis merupakan kegiatan yang bersifat pribadi, dimana lukisan merupakan cerminan dari perasaan, kreativitas, individualitas atau kepribadian

Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pencapaian konsep dapat meningkatkan hasil belajar IPS dan aktivitas siswa di Sekolah Dasar

[r]

[r]