1 BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Pokok dan landasan agama Islam adalah akidah. Pendidikan akidah
menjelaskan tentang hakikat manusia yang sebenarnya dan tujuan diciptakannya
manusia di permukaan bumi ini. Potensi dan fitrah yang dimiliki manusia dalam
beragama menuntun pada kesadaran mereka untuk bertuhan atau menuhankan
sesuatu. Banyaknya bukti historis dan antropologis menunjukkan bahwa
manusia-manusia terdahulu yang tidak pernah mendapatkan informasi mengenai Tuhan,
ternyata mempercayai adanya wujud Tuhan. Mereka meyakini Tuhan sebatas
pada khayalan mereka yang berupa benda-benda alam misterius di sekeliling
mereka, seperti pohon besar yang berusia ratusan tahun, batu besar dan
sebagainya. Mereka menyembahnya, menjaganya dan mempercayai adanya
kekuatan dalam benda-benda alam tersebut, kepercayaannya disebut dengan
dinamisme. Pada perkembangan selanjutnya kekuatan misterius dari benda-benda
alam itu tergantikan oleh istilah roh yang memiliki karakter, yang kepercayaannya
disebut dengan animisme. Lalu masih ada lagi kepercayaan politeisme, yaitu suatu
kepercayaan ketika roh-roh itu dipersonifikasikan berbentuk dewa yang berjumlah
banyak dan masing-masing memiliki kekuatan khusus.3
Kenyataan-kenyataan tersebut tidak lain menunjukkan bahwa pada diri
manusia terdapat potensi yang sangat besar untuk bertuhan. Namun dikarenakan
potensi yang tidak diarahkan, manusia cenderung mengambil bentuk keyakinan
3
yang bermacam-macam sehingga keadaannya serba relatif. Dalam situasi tersebut,
Allah mengutus para Nabi dan Rasul kepada mereka untuk mengajarkan bahwa
Tuhan yang mereka cari sesungguhnya adalah Allah yang memiliki sifat-sifat
sebagaimana yang tertulis dalam kitab yang dibawa para Nabi dan Rasul.4
Saat ini manusia memiliki kemampuan yang sangat besar untuk menguasai
alam dan luar angkasa. Manusia telah melakukan loncatan-loncatan besar dalam
bidang sains, teknologi, ilmu-ilmu sosial dan pendidikan. Manusia memperoleh
kenikmatan dan kenyamanan dari alat-alat yang mempermudah mereka untuk
mencapai segala kebutuhannya. Kemampuan untuk menguasai sumber-sumber
energi dari atom, matahari, ombak, laut serta angin, kini bukanlah merupakan
suatu khayalan belaka, tetapi benar-benar telah menjadi realitas dalam kehidupan
manusia di jaman ini. Akan tetapi banyak pemikir yang merasa resah atas semua
realitas zona nyaman ini. Mereka memikirkan situasi dimana kekuatan-kekuatan
fisik serta pengetahuan ilmiah dan kebudayaan manusia berbanding terbalik
dengan pencapaian kepentingan individu untuk memecahkan persoalan-persoalan
kehidupan dari segi moral. Hal tersebut tidak lain terjadi karena pengetahuan dan
science terpisah dari nilai. Manusia telah memperluas jangkauan dan kuantitas
pengetahuan, tetapi belum bisa memahami tujuan, cita-cita perseorangan dan
realisasi diri (self-realization). Manusia telah memperoleh keamanan dan
kenikmatan, tetapi pada waktu yang sama, mereka merasa tidak aman,
4
dikarenakan tidak adanya keyakinan akan arti kehidupan dan tidak adanya sebuah
arah yang benar dalam kehidupan mereka.5
Pada saat yang lain, sebagian umat muslim tidak dapat mengambil makna
dan hikmah dari ibadah-ibadah yang dilakukannya, yang disebabkan oleh
pemahaman akidah yang kurang atau terdapat penyimpangan dari pemahaman
akidah yang benar. Ketika seseorang mengerjakan suatu ibadah, seharusnya ia
tidak lagi merasakan kekeringan spiritual dalam hidupnya karena ibadah yang
dilakukan dengan khusyuk tidak mungkin menimbulkan kebosanan. Nilai-nilai
akidah yang kurang pada kehidupan spiritual seorang muslim telah menyebabkan
sikap, penghayatan, dan daya spiritualitas yang kurang pula. Ilmu akidah yang
tidak difahami dengan baik juga membuat kebanyakan kaum muslimin terjebak
pada pengamalan agama formalistik, yakni mengamalkan ibadah dengan susah
payah akan tetapi tidak bermakna, sehingga membuatnya tidak dapat merasakan
nilai-nilai spiritual yang sebenarnya terkandung di dalam ibadah tersebut.6
Umat Islam membutuhkan petunjuk yang benar dan bernilai mutlak untuk
meraih kepuasan dan kebahagiaan jasmani dan rohani, dunia dan akhirat. Maka di
samping akal, Allah juga membekali keistimewaan lain yang akan membimbing
gerak akal, yaitu agama Islam. Agama Islam adalah agama yang fitrah, sehingga
pokok-pokok isi ajaran Islam tentunya sesuai dengan fitrah manusia. Sebagai
agama fitrah, substansi ajaran Islam akan tumbuh dan berkembang secara serasi
bersama dengan perkembangan fitrah manusia tersebut dan beradaptasi serta
5
Abuddin Nata, dkk, Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum, (Jakarta: Rajawali Pers: 2005), hlm. 1-4.
6
berinteraksi dengan setiap sistem hidup dan lingkungan budaya yang dijumpai
umat Islam sesuai dengan jamannya.7
Faktor lain yang menyebabkan seorang Muslim harus memahami ajaran
akidah ialah kehidupannya yang senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik
yang datang dari dalam dirinya maupun dari luar. Tantangan dari dalam diri dapat
berupa dorongan hawa nafsu, adapun tantangan dari luar dapat berupa bisikan
setan yang berbentuk jin dan manusia, yang membentuk rekayasa-rekayasa dan
upaya-upaya untuk memalingkan dirinya agar menjauh dari Allah. Tantangan lain
bagi seorang Muslim untuk berakidah dengan baik dan benar adalah orang-orang
kafir. Mereka dengan sukarela mengeluarkan biaya, tenaga dan pikiran yang
dimanifestasikan dalam bentuk kebudayaan, yang di dalamnya mengandung misi
agar umat islam tidak lagi menjalankan ketaatan pada agamanya. Oleh karena itu,
pemahaman serta pendidikan akidah yang benar wajib ditanamkan pada diri setiap
muslim sebagai upaya pembentengan dirinya dari pemikiran akidah yang
menyimpang dan tantangan kehidupan yang semakin meningkat.8
Salah satu usaha menyimpangkan akidah tersebut adalah pendidikan
orientalis barat, yang dalam mengajarkan studi Islam selalu mengangkat citra
bahwasanya Islam senantiasa penuh dengan perbedaan dan konflik. Para ulama
digambarkan tidak pernah sepakat dalam hal-hal pokok ajaran Islam. Selalu ada
perbedaan dan perselisihan pendapat dalam berbagai masalah seperti akidah,
sumber hukum Islam, maupun dalam aspek politik. Mereka berusaha membuat
kesan bahwasanya Islam tidak satu dan memiliki banyak macam sehingga tidak
7
Sahilun A. Nasir, Pengantar Ilmu Kalam, (Jakarta: Rajawali Pers, 1996), hlm. 11-12. 8
perlu meyakini satu paham Islam tertentu. Keadaan semacam ini sengaja dibuat
agar umat Islam digiring untuk menerima relativisme tafsir akidah dan relativisme
kebenaran. Gambaran orientalis tentang Islam yang semacam itu akan berujung
pada sikap skeptis terhadap kebenaran yang dibawa oleh Islam.9
Ulama kaum muslimin telah berhasil menepis tuduhan tersebut, salah
satunya adalah ulama tafsir (al-mufassirūn). Mereka berusaha untuk menjelaskan
kebenaran kepada umat Islam seiring dengan munculnya berbagai macam
problematika kehidupan. Hal ini menimbulkan kesadaran mengenai urgensi
memahami dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam ayat-ayat
al-Qur‟an. Oleh karena itu lahirlah berbagai macam tafsir al-Qur‟an yang
dikembangkan oleh para mufasir. Metode-metode tersebut dikembangkan untuk
menghasilkan penafsiran al-Qur‟an yang representatif, yang diharapkan akan
menjadi solusi dari berbagai permasalahan yang dihadapi oleh kaum muslimin
dan sebagai pemecahan dari masalah-masalah kontemporer yang sedemikian
kompleks.10
Berdasarkan berbagai masalah dalam diri dan lingkungan yang terjadi
sepanjang sejarah manusia di atas, peneliti melihat pentingnya pendidikan akidah
Islam sebagai solusi. Salah satu sumber yang sarat akan nilai-nilai pendidikan
akidah adalah ibrah dari perjalanan hidup Nabi Ibrahim AS, berupa doa-doa yang
beliau panjatkan kepada Allah. Nabi Ibrahim merupakan sosok yang bertaqwa,
sabar, teguh pada pendirian, dan memiliki sifat ideal lainnya yang sudah
9
Hasan Abdul Rauf, Abdurrahman Ghirah, penj. H Andi Subarkah, Orientalisme dan Misionarisme. Menelikung Pola Pikir Umat Islam, (Bandung: Rosda, 2008), hlm. 18-21.
10
seharusnya melekat pada diri setiap muslim. Secara eksplisit Nabi Ibrahim
disebutkan oleh Allah sebagai suri teladan bagi umat muslim di seluruh dunia,
sebagaimana dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya, telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Nabi Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannyaṬ” (QSṬ al-Mumtahanah: 4)
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih
jauh nilai-nilai pendidikan akidah yang terkandung dalam salah satu doa Nabi
Ibrahim dalam al-Qur‟an, yaitu pada surat Ibrahim ayat 35-41. Peneliti
merumuskan nilai-nilai pendidikan akidah apa saja yang terdapat pada ayat
tersebut setelah menelaah dua buah kitab tafsir. Peneliti memilih untuk menelaah
dua kitab tafsir mutaqoddimin, yaitu Tafsir ar-R z yang merupakan at-tafs r bi
ar-ra‟yi dan Tafsir at- abar yang merupakan at-tafs r bi al-ma‟ ur. Kedua kitab
tafsir tersebut merupakan kitab tafsir besar dan monumental, yang penafsirannya
menggunakan metode tahlili (analitis), sehingga pembahasannya sangat terperinci
serta mencakup banyak hal.
Peneliti mencari penafsiran ayat dengan menelaah lebih dalam dua kitab
tafsir menggunakan metode perbandingan, yaitu metode muqarin atau komparatif.
Peneliti melihat adanya kelebihan dalam menggunakan metode komparatif
tersebut, yaitu memberikan wawasan yang lebih luas dibandingkan metode tafsir
yang lainnya. Peneliti berharap penelitian ini akan mendatangkan solusi bagi
B.Rumusan Masalah
Peneliti harus merumuskan masalah pada penelitiannya agar penelitian
dapat dilaksanakan sebaik-baiknya dan jelas darimana harus memulai, kemana
harus pergi dan dengan apa dia akan meneliti. Memilih masalah penelitian adalah
suatu langkah awal dari suatu kegiatan penelitian. Masalah dalam penelitian
tersebut dirumuskan dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai
dengan tujuan penelitian. Rumusan masalah harus berhubungan dengan pokok
masalah penelitian sebagaimana yang tertuang dalam latar belakang masalah.11 Berikut ini adalah rumusan masalah pada penelitian ini:
1. Bagaimana penafsiran ar-R z dan at- abar terhadap surat Ibrahim ayat 35-41
dalam kitab Tafsir ar-R z dan Tafsir at- abar?
2. Apa saja nilai-nilai pendidikan akidah yang terkandung dalam doa Nabi
Ibrahim berdasarkan telaah Tafsir ar-R z dan Tafsir at- abar terhadap surat
Ibrahim ayat 35-41?
3. Apa saja implikasi nilai-nilai pendidikan akidah tersebut dalam pendidikan
Islam di Indonesia?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian memuat secara spesifik rumusan tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian. Pada dasarnya tujuan penelitian adalah mencari jawaban
atas masalah yang telah dirumuskan. Secara umum tujuan dari penelitian kualitatif
adalah memberikan teori baru, memperkuat teori yang telah ada, mengadakan
11
penilaian terhadap produk atau proses, dan merumuskan kebijakan.12 Maka dari itu peneliti merumuskan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Mengetahui penafsiran ar-R z dan at- abar terhadap surat Ibrahim ayat
35-41 dalam kitab Tafsir ar-R z dan Tafsir at- abar.
b. Menyebutkan nilai-nilai akidah yang terkandung dalam doa Nabi Ibrahim
berdasarkan telaah Tafsir ar-R z dan Tafsir at- abar terhadap surat
Ibrahim ayat 35-41.
c. Menyebutkan implikasi nilai-nilai pendidikan akidah tersebut dalam
pendidikan Islam di Indonesia
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat yang luas baik dari sisi
akademis maupun secara praktis. Berikut ini adalah beberapa manfaat penelitian
ini baik secara akademis maupun secara praktis.
a. Manfaat Akademis
1) Penelitian ini dapat menjadi pengembangan bagi ilmu pendidikan Islam
khususnya dalam bidang pendidikan akidah, baik di Indonesia maupun
dalam dunia Islam pada umumnya.
2) Penelitian ini dapat menjadi tambahan wawasan serta keilmuan peneliti
dan juga pembaca, terkait dengan nilai-nilai pendidikan akidah yang
terkandung dalam doa Nabi Ibrahim pada surat Ibrahim ayat 35-41.
12
3) Penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi dan bahan kajian bagi
peneliti lain dalam bidang pendidikan Islam secara khusus, maupun bagi
pembaca secara umum.
4) Penelitian ini dapat memenuhi syarat bagi peneliti untuk menyelesaikan
program studi magister pendidikan Islam di Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
b. Manfaat praktis
1) Secara umum penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif bagi
dunia pendidikan Islam, khususnya dalam bidang pendidikan akidah.
2) Bagi pembaca, mereka dapat memahami serta mengamalkan nilai-nilai
pendidikan akidah yang telah peneliti kemukakan sebagai hasil dari
telaah tafsir atas doa Nabi Ibrahim pada surat Ibrahim ini.
3) Bagi pemerintah, maka penelitian ini dapat menjadi landasan referensi
dibuatnya peraturan-peraturan pemerintah serta dapat menjadi dasar
materi-materi pelajaran pendidikan agama Islam.
4) Bagi masyarakat, agar senantiasa memperbaiki diri dengan merefleksikan
ajaran dan nilai pendidikan akidah yang benar, terutama nilai pendidikan
yang telah tertuang pada hasil penelitian ini.
D. Telaah Pustaka
Telaah pustaka merupakan pelacakan penelitian-penelitian terdahulu, yang
terkait dengan tema penelitian, terutama dalam bentuk tesis dan disertasi. Fungsi
merupakan sesuatu yang orisinil. Informasi yang dipilih dalam telaah pustaka
harus terkait dengan domain dari pokok penelitian.13
Sejauh penelusuran pustaka yang peneliti lakukan baik di perpustakaan
UMS maupun diluar perpustakaan UMS, peneliti tidak menemukan adanya
penelitian maupun buku dengan judul yang sama dengan judul penelitian ini.
Namun ada beberapa penelitian berbentuk tesis dan skripsi yang menyinggung
pendidikan Islam secara umum maupun pendidikan akidah secara khusus dan
beberapa penelitian yang membahas kisah Nabi Ibrahim secara umum. Berikut ini
beberapa penelitian berbentuk tesis yang peneliti temukan, diantaranya adalah:
1. Tesis yang ditulis oleh Al Furqon Hasbi (2006), berjudul: Konsep Pendidikan
Islam Menurut Ibn Qayyim: Relevansinya Dengan Pendidikan Modern.14 Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library reasearch) yang
menjadikan bahan-bahan tertulis berupa buku sebagai bahan utamanya. Metode
yang digunakan adalah heurmenetik. Dalam menemukan pembaharuan konsep
pendidikan Ibnu al-Qoyyim peneliti membandingkan konsep Ibnu al-Qoyyim
dengan para pakar pendidikan sebelumnya. Hasilnya adalah bahwasanya
konsep pendidikan Ibnu al-Qoyyim lebih komperhensif dari para pakar
sebelumnya karena tujuan pendidikan Ibnu al-Qoyyim yang berorientasi pada
dunia dan akhirat. Pada penelitian ini dijelaskan konsep pendidikan Islam akan
tetapi tidak secara spesifik pada pendidikan akidah.
13
Sudarno Shobron, dkk, Pedoman Penulisan Tesis, (Surakarta: Sekolah Pascasarjana UMS, 2014), hlm. 9.
14
2. Tesis yang ditulis oleh Sahirman (2013), berjudul: Strategi Keberhasilan Nabi
Ibrahim bagi Pendidikan Anak dan Relevansinya dalam Kurikulum Pendidikan
Agama Islam (Telaah Atas Tafsir Surat As-Shaffat Ayat 99-113).15 Penelitian ini meneliti masalah kualitas dan nilai pendidikan pada anak, dengan mengkaji
peristiwa mimpi Nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya yaitu Ismail dalam
al-Qur‟an Surat As-Shaffat: 99-113. Penelitian ini bersifat kualitatif yang
mengacu pada data-data berupa karya ilmiyah, dan menggunakan pendekatan
tafsir dengan metode tematik (maudhu‟i). Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa strategi Nabi Ibrahim dalam mendidik anak adalah
dengan metode pensucian jiwa, berada pada lingkungan yang baik dan
terkontrol, memiliki visi, misi dan tujuan, melakukan komunikasi yang baik,
memiliki semangat berkorban dan memiliki rumus “Balasan adalah semisal
dengan perbuatan”. Nilai yang dihasilkan adalah: banyak berdoa, mendirikan
shalat, memiliki kekuatan tekad, kejujuran, kesabaran dan tanggung jawab.
Pada penelitian ini dijelaskan mengenai nilai pendidikan Islam yang dimiliki
oleh Nabi Ibrahim namun tidak secara spesifik menjelaskan nilai-nilai
pendidikan akidah.
3. Tesis yang ditulis oleh Ayu Budi Wijayati (2012), berjudul: Kajian Nilai
Pendidikan Akidah Akhlak dalam Film Ketika Cinta Bertasbih.16 Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) sehingga metode yang
digunakan adalah metode dokumentasi, sedangkan analisis data yang
15
Sahirman, Strategi Keberhasilan nabi Ibrahim bagi Pendidikan Anak dan Relevansinya dalam Kurikulum Pendidikan Agama Islam ,Telaah Atas Tafsir Surat As-Shaffat Ayat 99-113, Tesis (Program Pascasarjana UMS, 2013).
16
digunakan adalah analisis semiotik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
penggambaran nilai pendidikan akidah dan akhlak dalam film ketika cinta
bertasbih mengarah pada penciptaan manusia yang selalu mendekatkan diri
kepada Allah melalui perjalanan hidup sang tokoh dengan berbekal iman. Latar
belakang cerita tersebut adalah lembaga pendidikan Islam Universitas
Al-Azhar Kairo dan segala aktivitasnya baik di dalam lembaga maupun di luar
lembaga tersebut. Penggambaran sang tokoh juga terhiasi oleh akhlak terpuji
seperti tawakkal, takwa, cinta kepada Allah, sabar, bergaul dengan baik,
mencari ilmu yang bermanfaat, bersungguh-sungguh dalam melakukan
sesuatu, menjaga lisan, menghormati guru, hormat dan patuh pada orang tua
dan menghindari rasa sombong dan dengki. Penelitian ini meneliti tentang nilai
pendidikan akidah secara umum namun tidak terkait dengan doa Nabi Ibrahim
sebagai sumber nilai pendidikan akidah tersebut.
Berdasarkan telaah atas hasil penelitian-penelitian di atas ada beberapa
penelitian yang terkait dengan penelitian ini, baik dari sisi metode, pendekatan,
maupun variabel penelitian, akan tetapi tidak ditemukan judul maupun substansi
penelitian yang sama dengan penelitian yang akan peneliti lakukan. Oleh sebab itu
penelitian ini termasuk penelitian baru dan orisinil, karena tidak mengikuti atau
menjiplak penelitian yang telah ada.
E. Landasan Teori
Teori adalah seperangkat konsep, proposisi dan definisi yang digunakan
untuk melihat fenomena secara sistematik melalui spesifikasi hubungan antar
Mencari teori serta konsep yang digunakan dalam penelitian merupakan sebuah
langkah penting dalam penelitian yang dapat digunakan oleh peneliti sebagai
landasan teoritis agar penelitian tersebut memiliki dasar yang kokoh. Adanya
landasan teoritis ini sebagai tanda bahwa penelitian tersebut memiliki cara ilmiah
dalam mendapatkan data.17 Berikut ini adalah landasan teori yang akan peneliti gunakan dalam penelitian ini.
1. Nilai-nilai Pendidikan Islam
Hakikat dan makna nilai banyak didefinisikan oleh para pakar sebagai
norma, etika, peraturan, undang-undang, adat kebiasaan, aturan agama dan
rujukan lainnya yang memiliki harga dan dirasakan berharga untuk dijalankan
dalam kehidupan seseorang. Nilai bersifat abstrak dan tidak dapat ditulis, akan
tetapi dapat dirasakan sebagai dasar dari sebuah tindakan. Dalam makna yang
lebih luas nilai dapat diartikan sebagai ukuran untuk menentukan sesuatu itu baik
atau buruk.18
Pendidikan agama merupakan pendidikan yang memberikan pengetahuan
dan membentuk sikap, kepribadian dan keterampilan peserta didik dalam
mengamalkan ajaran agamanya. Adapun pendidikan Islam dapat dimaknai sebagai
sebuah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk
mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertakwa dan berakhlak
mulia dalam menjalankan ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur‟an dan hadist.
17
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 79-80.
18
Maka tujuan dari pendidikan agama Islam itu adalah membentuk peserta didik
yang beriman dan bertakwa serta memiliki akhlak yang mulia.19
Berdasarkan penjelasan diatas maka nilai-nilai pendidikan agama Islam
terdiri atas tiga unsur yaitu akidah, syariah dan akhlak. Akidah merupakan
keimanan sehingga cakupan pendidikan akidah adalah rukun iman yang enam,
yaitu iman kepada Allah, malaikat, kitab suci, Nabi dan rasul, hari akhir/kiamat,
dan takdir atau qada dan qadar. Syariat secara etimologi adalah jalan yang harus
ditempuh, sedangkan secara terminologi syariat adalah sistem norma ilahi yang
mengatur hubungan manusia dengan Allah (ibadah), hubungan manusia dengan
manusia dalam kehidupan sosial, hubungan manusia dengan benda dan alam
lingkungan sekitarnya (muamalah). Displin ilmu khusus yang membahas syariah
disebut dengan ilmu fikih. Akhlak merupakan sikap yang menimbulkan kelakuan
baik atau buruk. Akhlak berasal dari kata khuluk yang berarti perangai, sikap,
prilaku, watak dan budi pekerti. Secara garis besar pendidikan akhlak mencakup
prilaku seorang muslim terhadap al-Khaliq dan makhluq.20 2. Dasar-dasar Pendidikan Akidah
Secara etimologi akidah berarti ikatan atau sangkutan. Disebut demikian
karena ia mengikat dan menjadi sangkutan atau gantungan segala sesuatu. Akidah
juga memiliki istilah lain yaitu iman dan keyakinan. Kedudukan akidah sangat
fundamental karena akidah adalah asas segala sesuatu dalam Islam, dan juga
merupakan titik tolak kegiatan setiap muslim. Akidah Islam berawal dari
keyakinan terhadap zat mutlak Yang Maha Esa yaitu Allah Swt, sedangkan ilmu
19
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan,hlm. 2. 20
yang membahas tentang kemahaesaan Allah disebut dengan tauhid. Apabila
manusia menerima tauhid sebagai prima causa21, maka rukun iman yang lainnya hanyalah akibat logis dari penerimaan tauhid yang merupakan rukun iman yang
pertama. Berdasarkan penjelasan diatas maka akidah Islam berarti beriman
dengan penuh kepastian dan keteguhan yang muncul dari lubuk hati yang paling
dalam dan tidak bercampur dengan kebimbangan atau tidak tercemar dengan
keraguan sedikitpun terhadap seluruh rukun iman yang enam, dan seluruh apa
yang datang dari Allah dan Rasul-Nya tentang pokok-pokok agama serta hal-hal
ghaibiyah.22
3. Sumber-sumber Akidah Islam
Sumber akidah Islam adalah metode yang harus ditempuh dalam
menetapkan muatan-muatan akidah Islam. Sumber akidah tersebut adalah
Al-Quran, As-Sunnah dan akal sehat. Dasar-dasar rasional penentuan hukum akal
terdiri dari sejumlah sumber yang merupakan landasan bagi struktur pengetahuan
manusia. Tanpa landasan tersebut manusia tidak akan memperoleh hasil
pengetahuan. Dasar-dasar tersebut yaitu: Pertama, informasi dan pengetahuan
yang diserap melalui pengalaman pengindraan dan pancaindra. Kedua,
pengetahuan-pengetahuan dan aksioma-aksioma dasar yang bersifat absolut.
Ketiga, pengetahuan bawaan (fitrah). Keempat, pengetahuan yang diperoleh
melalui rangkaian aktivitas perenungan, penelitian, analisa, dan semacamnya baik
bersifat abstrak maupun konkrit. Dalam membentuk kerangka logika dan analisa,
akal juga harus memahami keterkaitan dan keterpaduan antara keempat dimensi
21
Asal pertama yang merupakan sebab terjadinya segala sesuatu. 22
tersebut dengan sesuatu yang akan diberikan hukum tertentu. Bila keterkaitan dan
keterpaduan tersebut tidak ada, maka hukum-hukukm akal dengan sendirinya
menjadi salah dan batal.23 F. Metode Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (Library research),
sehingga paradigma penelitian yang digunakan adalah paradigma penelitian
kualitatif. Peneliti berusaha menemukan gambaran lengkap tentang makna teks
serta maksud dari sumber data yang dikaji daripada memerincinya menjadi
variabel-variabel sebagaimana penelitian dengan paradigma kuantitatif. Peneliti
juga banyak membaca referensi berupa buku-buku dan artikel agar hasil penelitian
yang didapatkan sesuai dengan landasan teori yang digunakan.
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan studi teks dan dokumentasi. Peneliti lebih
menitik beratkan penelitian ini pada analisis atau interpretasi bahan tertulis yang
merupakan sumber data berdasarkan konteksnya. Teks yang merupakan sumber
data primer menggunakan bahasa arab, sehingga peneliti terlebih dahulu
menerjemahkan teks tersebut kedalam bahasa Indonesia secara bebas, kemudian
peneliti menyusunnya kembali sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia dan
menambahkan poin-poin sehingga mudah untuk dipahami.
23
3. Sumber Data
Pada penelitian ini sumber data terbagi menjadi dua macam, yaitu sumber
data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer pada penelitian ini
adalah kitab Tafs r Ar-R z atau Maf tihul Gaib cetakan pertama oleh Darul Fikri
Beirut tahun 1981, dan kitab Tafs r At- abar atau lebih dikenal dengan J miul
Bay n „An Ta‟wli yil Qur‟ n cetakan pertama oleh Markaz al-Buhuts Wa
ad-Dirasat al „Arabiyah Wa al Islamiyah dan Dar Hijr Kairo tahun 2001. Sumber data
sekunder penelitian ini adalah buku-buku yang memuat permasalahan akidah dan
pendidikan Islam.
4. Analisis Data
Metode analisis data yang peneliti gunakan adalah analisis isi (content
analysis), dimana peneliti berusaha mengungkapkan secara kontekstual maksud
dari teks dan dokumentasi yang akan diteliti dan mencari jawaban dari rumusan
masalah pada penelitian. Adapun metode analisis tafsir yang digunakan oleh
peneliti adalah metode perbandingan atau metode komparasi, yaitu
membandingkan tafsir ar-R z dan at- abar. Peneliti membandingkan jenis,
metodologi, serta corak dari kedua tafsir tersebut. Sebagai hasil dari penelitian ini,
peneliti menyebutkan poin-poin yang merupakan nilai-nilai pendidikan akidah
yang terdapat dalam penafsiran tersebut.
G. Sistematika Pembahasan
Pada sub bab sistematika pembahasan ini, akan diuraikan susunan
dimana pada setiap bab terdapat sub bab yang memperinci pembahasan pada bab
tersebut.
1. Bab I : Pendahuluan. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, telaah pustaka,
landasan teori, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Bab ini
merupakan gambaran awal terhadap penelitian sehingga penelitian dapat
berjalan sesusai dengan gambaran awal tersebut.
2. Bab II : Landasan Teori. Pada bab ini akan dibahas mengenai teori yang
digunakan dalam penelitian meliputi pendidikan akidah dalam Islam,
nilai-nilai pendidikan akidah, metodologi penafsiran ayat al-Qur‟an, profil Nabi
Ibrahim As serta doa Nabi Ibrahim dalam al-Qur‟an.
3. Bab III : Telaah Tafsir Ar-R z dan At- abar pada Surat Ibrahim Ayat
35-41. Pada bab ini akan dibahas mengenai biografi ar-R z dan at- abar,
tinjauan terhadap doa Nabi Ibrahim pada surat Ibrahim ayat 35-41, Telaah
tafsir ar-R z terhadap surat Ibrahim ayat 35-41, telaah tafsir at- abar
terhadap surat Ibrahim ayat 35-41 serta perbedaan tafsir ar-R z dan tafsir
at-Tabari.
4. Bab IV : Nilai-Nilai Pendidikan Akidah dalam Doa Nabi Ibrahim. Pada
bab ini akan dibahas mengenai nilai-nilai pendidikan akidah yang
terkandung dalam doa Nabi Ibrahim pada surat Ibrahim ayat 35-41, serta
implikasinya dalam pendidikan agama Islam.
5. Bab V : Penutup. Pada bab ini akan dimuat kesimpulan penelitian, saran