BAB 1 LINGKARAN I. Lingkaran
Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik yang berjarak sama terhadap suatu titik tertentu. Titik tertentu disebut pusat lingkaran sedangkan jarak merupakan jari jari lingkaran. Sehingga unsur utama lingkaran adalah titik pusat dan jari-jari lingkaran.
II. Persamaan Umum Lingkaran 1. (x - a)2 + (y - b)2 = r2
Persamaan lingkaran di atas memiliki titik pusat (a, b) dan jari-jari = r Contoh:
Tentukan persamaan lingkaran yang bertitik pusat (1, 2) dan jari-jari 3 ! Jawab:
(x - 1)2 + (y - 2)2 = 9 2. x2 + y2 + Ax + By + C = 0
Persamaan lingkaran di atas memiliki titik pusat (−1
2𝐴, −1
2𝐵) dan r =
√1
4(𝐴2+ 𝐵2) − 𝐶 Contoh:
Tentukan titik pusat lingkaran dan jari-jari pada persamaan x2 + y2 + 8x - 10y + 5 = 0 !
Jawab:
Pusat P(-4,5) Jari-jari = √1
4(82+ (−10)2) − 5 = 6
III. Hubungan Jari-jari dan Garis Singgung Lingkaran yang berpusat di P(a, b) dan:
1. Menyinggung sumbu koordinat
P(a,b) y
P(a,b)
x
Menyinggung sumbu x r = |yp|
Menyinggung sumbu y r = |xp|
2. Menyinggung garis Ax + By + C = 0
IV. Hubungan Dua Lingkaran 1. Tidak berpotongan
2. Bersinggungan luar
3. Berpotongan di 2 titik
4. Bersinggungan dalam
5. Sepusat (konsntris)
P(a,b)
Ax + By +C = 0
P1 P2
r2
r1
P1 P2
r2
r1
P1 P2
r2
r1
r2
r1
P1 P2
P1 P2
3. Melalui titik (c,d)
P(a,b)
Q(c,d)
r = √(𝑎 − 𝑐)2+ (𝑏 − 𝑑)2
|P1 P2| > r1 + r2
|P1 P2| = r1 + r2
|P1 P2| < r1 + r2
|P1 P2| = r1 - r2
|P1 P2| = 0 r = |𝐴 .𝑎 + 𝐵 .𝑏 + 𝐶
√𝐴2+𝐵2 |
V. Persamaan Garis Singgung Lingkaran 1. Jika diketahui titik singgungnya
Persamaan garis singgung lingkaran yang menyinggung di titik P(x1, y1) diperoleh dengan cara mengubah persamaan lingkaran menjadi persamaan garis.
2. Garis singgung melalui titik diluar lingkaran
Contoh:
Tentukan persamaan garis singgung x2 + y2 = 25 yang ditarik dari titik T(7,-1) ! Jawab:
Persamaan garis polar:
Sehingga diperoleh titik singgung A(3, -4) dan B(4, 3) Persamaan garis singgung di A(3, -4) → 3x - 4y = 25 Persamaan garis singgung di B(4, 3) → 4x + 3y = 25 3. Persamaan garis singgung bergradien m
Diketahui persamaan lingkaran (x - a)2 + (y - b)2 = r2. Persamaan garis singgung lingkaran yang bergradien m adalah (𝑦 − 𝑏) = m (x − a) ± r√𝑚2+ 1
Contoh:
x2 + y2 + Ax + By + C = 0
P(x1, y1 )
A
B
T (x1, y1) Garis AB = garis polar
Pgs: 𝑥1x + 𝑦1 y + 𝐴
2(𝑥1+ x) + 𝐵
2(𝑦1+ y) + C = 0
Pgs: 𝑥1x + 𝑦1 y + 𝐴
2(𝑥1+ x) + 𝐵
2(𝑦1+ y) + C = 0
T (x1, y1)
x2 + y2 = 25 x2 + (7x - 25)2 = 25 50x2 - 350x + 600 = 25 x2 - 7x + 12 = 0 (x - 3) (x - 4) = 0 x = 3 atau x = 4 x1x + y1y = 25
7x - y = 25 y = 7x - 25
Tentukan persamaan garis singgung lingkaran (x - 2)2 + (y + 3)2 = 20 yang bergradien 2 !
Jawab:
(x - 2)2 + (y + 3)2 = 20 → r = √20 diketahui m adalah 2
Persamaan garis singgung: 𝑦 + 3 = 2(x − 2) ± √20 ∙ √22+ 1 → 𝑦 = 2𝑥 − 7 ± 10
VI. Kedudukan Garis Terhadap Lingkaran
Kedudukan garis terhadap lingkaran dapat ditentukan dengan membandingkan jarak pusat lingkaran dengan jari-jari lingkaran (r) ke garis (d), atau dengan memperhatikan nilai diskriminan (D). Nilai D diperoleh dari persamaan kuadrat hasil mensubstitusikan persamaan garis ke persamaan lingkaran.
VII. Panjang Garis Singgung yang Ditarik dari Suatu titik di Luar Lingkaran
Diketahui lingkaran dengan persamaan 𝑥2+ 𝑦2+ 𝐴𝑥 + 𝐵𝑦 + 𝐶 = 0 dan titik T(𝑥1, 𝑦1) di luar lingkaran.
Panjang ruas garis singgung AT =
√𝑥12+ 𝑦12+ 𝐴𝑥1+ 𝐵𝑦1+ 𝐶
VIII. Irisan Dua Lingkaran
1. Garis singgung persekutuan luar dan garis singgung persekutuan dalam
Panjang garis singgung persekutuan luar = AB = √(𝑀𝑁)2− (𝑅 − 𝑟)2 Menyinggung
D = 0 atau d = r Memotong di dua titik
berbeda D > 0 atau d < r
Tidak memotong dan tidak menyinggung
D < 0 atau d > r
Panjang garis singgung persekutuan dalam = AB = √(𝑀𝑁)2− (𝑅 + 𝑟)2 Contoh:
Tentukan panjang garis singgung persekutuan antara lingkaran 𝑥2+ 𝑦2− 2𝑥 + 6𝑦 + 1 = 0 dan lingkaran 𝑥2+ 𝑦2+ 4𝑥 − 6𝑦 − 12 = 0 !
Jawab:
𝑥2+ 𝑦2− 2𝑥 + 6𝑦 + 1 = 0 → Pusat P1 = (1, −3) dan R1 = √1 + 9 − 1 = 3 𝑥2+ 𝑦2+ 4𝑥 − 6𝑦 − 12 = 0 → Pusat P2 = (−2, 3) dan R2 = √4 + 9 + 12 = 5
|𝑃1𝑃2| = √(−2 − 1)2+ (3 + 3)2= √45 = 3√5, R1 + R2 = 8
Karena |𝑃1𝑃2| < R1 + R2 maka kedua lingkaran berpotongan di dua titik, sehingga panjang garis singgung persekutuan luar = √(|𝑃1𝑃2|)2− (𝑅2− 𝑅1)2 = √45 − 4 =
√41
2. Kedudukan titik terhadap lingkaran
Diketahui persamaan lingkaran L: 𝑥2+ 𝑦2+ 𝐴𝑥 + 𝐵𝑦 + 𝐶 = 0 dan titik T(𝑥1, 𝑦1).
Kedudukan titik T terhadap lingkaran L adalah:
a) Di dalam lingkaran jika 𝑥12+ 𝑦12 + 𝐴𝑥1+ 𝐵𝑦1+ 𝐶 < 0 b) Pada lingkaran jika 𝑥12+ 𝑦12+ 𝐴𝑥1+ 𝐵𝑦1+ 𝐶 = 0 c) Di luar lingkaran jika 𝑥12+ 𝑦12+ 𝐴𝑥1+ 𝐵𝑦1+ 𝐶 > 0
Nilai 𝑥12+ 𝑦12+ 𝐴𝑥1+ 𝐵𝑦1 + 𝐶 disebut kuasa titik T(𝑥1, 𝑦1) terhadap lingkaran 𝑥2+ 𝑦2+ 𝐴𝑥 + 𝐵𝑦 + 𝐶 = 0.
Contoh:
Diketahui titik T(3,2) dan lingkaran 𝑥2+ 𝑦2 − 2𝑥 + 𝑦 − 1 = 0.
Jawab:
Nilai kuasa titik T: K = 32+ 22− 2 ∙ 3 + 2 − 1 = 8. Karena K > 0 maka T berada di luar lingkaran.
3. Perpotongan dua lingkaran
L1: 𝑥2+ 𝑦2+ 𝐴1𝑥 + 𝐵1𝑦 + 𝐶1 = 0 L2: 𝑥2+ 𝑦2+ 𝐴2𝑥 + 𝐵2𝑦 + 𝐶2 = 0
Koordinat titik potong L2 dan L1 adalah akar persekutuan dari dua persamaan lingkaran.
a) Jika terdapat dua pasang harga x dan y, maka kedua lingkaran berpotongan pada dua titik berbeda.
b) Jika terdapat satu pasang harga x dan y, maka kedua lingkaran bersinggungan, baik bersinggungan di dalam maupun di luar.
i) Bersinggungan dalam → jarak kedua pusat = |𝑅1− 𝑅2| ii) Bersinggungan luar → jarak kedua pusat = |𝑅1+ 𝑅2|
c) Jika tidak terdapat nilai x dan y, maka kedua lingkaran tidak berpotongan.
Contoh:
Selidiki hubungan dua lingkaran 𝑥2+ 𝑦2− 24𝑥 + 71 = 0 dan 𝑥2+ 𝑦2− 25 = 0.
Jika kedua lingkaran berpotongan, tentukan titik potong kedua lingkaran!
Jawab:
𝑥2+ 𝑦2− 24𝑥 + 71 = 0 → pusat 𝑃1 = (12,0), 𝑅1 = √144 + 0 − 71 = √73 𝑥2+ 𝑦2 = 25 → pusat 𝑃2 = (0,0), 𝑅2 = 5
|𝑃1𝑃2| = 12, 𝑅1 + 𝑅2 = √73 + 5, karena |𝑃1𝑃2| < 𝑅1+ 𝑅2 maka kedua lingkaran berpotongan di dua titik.
𝑥2+ 𝑦2− 24𝑥 + 71 = 0 𝑥2+ 𝑦2− 25 = 0
−24𝑥 + 96 = 0 → 𝑥 = 4 → 16 + 𝑦2− 25 = 0 → 𝑦2 = 9 → 𝑦 = −3 atau 𝑦 = 3
Titik potong kedua lingkaran adalah (4, −3) dan (4,3).
4. Persamaan garis kuasa dua lingkaran
Garis kuasa dua lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik yang mempunyai kuasa yang sama terhadap kedua lingkaran tersebut.
a) Jika kedua lingkaran berpotongan, maka garis kuasa kedua lingkaran merupakan tali busur kedua lingkaran.
b) Jika kedua lingkaran bersinggungan luar, maka garis kuasa kedua lingkaran merupakan garis singgung persekutuan.
c) Jika kedua lingkaran tidak berpotongan, maka garis kuasa kedua lingkaran merupakan garis yang tegak lurus pada garis hubung kedua pusat lingkaran (garis sentral).
Garis kuasa antara L1 dan L2 diperoleh dari: L1 - L2 = 0 Contoh:
Tentukan garis kuasa antara lingkaran L1: 𝑥2+ 𝑦2 = 25 dan L2: 𝑥2+ 𝑦2− 6𝑥 − 8𝑦 − 11 = 0 !
Jawab:
𝑥2+ 𝑦2 = 25 𝑥2+ 𝑦2− 6𝑥 − 8𝑦 − 11 = 0
6𝑥 + 8𝑦 + 11 = 25 → 6𝑥 + 8𝑦 − 14 = 0 5. Bundel lingkaran
Bundel lingkaran adalah kumpulan lingkaran (banyaknya tak berhingga) yang masing-masing lingkaran melalui titik potong dua lingkaran tertentu.
Jika: L1: 𝑥2+ 𝑦2+ 𝐴1𝑥 + 𝐵1𝑦 + 𝐶1= 0 L2: 𝑥2+ 𝑦2+ 𝐴2𝑥 + 𝐵2𝑦 + 𝐶2 = 0 Maka persamaan bundel lingkaran:
L1 + λ L2 = 0 atau L1 + λ (L2 - L1) = 0, dengan λ adalah parameter yang merupakan bilangan real. Untuk setiap λ terdapat satu persamaan lingkaran yang merupakan anggota dari bundel lingkaran tersebut.
Contoh:
Tentukan persamaan lingkaran yang melalui titik asal O(0, 0) dan melalui titik-titik potong lingkaran 𝑥2+ 𝑦2− 6𝑥 − 8𝑦 − 11 = 0 dan 𝑥2+ 𝑦2− 4𝑥 − 6𝑦 − 22 = 0
!
Jawab:
L1: 𝑥2+ 𝑦2− 6𝑥 − 8𝑦 − 11 = 0 L2: 𝑥2+ 𝑦2− 4𝑥 − 6𝑦 − 22 = 0 L1 - L2: −2𝑥 − 2𝑦 + 11 = 0
Persamaan lingkaran berbentuk: L1 + λ (L2 - L1) = 0 𝑥2+ 𝑦2− 6𝑥 − 8𝑦 − 11 + λ(−2𝑥 − 2𝑦 + 11) = 0 Melalui (0, 0) → −11 + λ (11) = 0 → λ = 1
Persamaan lingkaran yang dimaksud:
𝑥2+ 𝑦2− 6𝑥 − 8𝑦 − 11 + 1(−2𝑥 − 2𝑦 + 11) = 0 𝑥2+ 𝑦2− 8𝑥 − 10𝑦 = 0
IX. Tambahan Teori Seputar Garis
1. Persamaan garis melalui titik (𝑥1, 𝑦1) dan mempunyai gradien m
T (x, y) m
𝑦 − 𝑦1 = 𝑚(𝑥 − 𝑥1)
2. Jarak titik ke garis
3. Jarak antara dua garis yang sejajar
4. Gradien garis yang membentuk sudut α dengan sumbu x positif
5. Dua garis sejajar → 𝒎𝟏= 𝒎𝟐
6. Dua garis saling tegak lurus → 𝒎𝟏∙ 𝒎𝟐 = −𝟏
P (a, b) d
𝐴𝑥 + 𝐵𝑦 + 𝐶 = 0
𝑑 = |𝐴 ∙ 𝑎 + 𝐵 ∙ 𝑏 + 𝐶
√𝐴2+ 𝐵2 |
d
𝐴𝑥 + 𝐵𝑦 + 𝐶1= 0
𝐴𝑥 + 𝐵𝑦 + 𝐶2= 0 𝑑 = | 𝐶2− 𝐶1
√𝐴2+ 𝐵2|
α
𝑚 = tan 𝛼
X+
BAB 2 POLINOMIAL I. Pengertian Suku Banyak
Sistem persamaan polinomial (suku banyak) adalah sistem persamaan dengan pangkat tertingginya lebih besar dari 2 ( > 2). Bentuk umum dari polinomial adalah sebagai berikut:
Dimana :
Derajat (n) adalah pangkat tertinggi dalam suatu suku banyak.
Variabel (x) adalah bilangan yang dimisalkan dengan huruf misalnya x.
Koefisien (a) adalah bilangan yang mengikuti variabel.
Contoh persamaan dari sistem polinomial adalah 2x3+5x2+6x=8 = 0.
II. Operasi pada Suku Banyak
Suatu persamaan polinomial memiliki operasi dasar yang sama dengan sistem persamaan kuadrat yaitu : operasi penjumlahan, pengurangan, dan perkalian suku banyak. Teorema nya adalah sebagai berikut : jika f(x) dan g(x) berturut-turut adalah suku banyak berderajat m dan n, maka :
f(x) ± g(x) adalah suku banyak berderajat maksimum m atau n.
f(x) x g(x) adalah suku banyak berderajat (m + n).
Contohnya : 1. Penjumlahan
2. Pengurangan
III. Kesamaan Suku Banyak
Misalkan terdapat suku banyak yaitu :
Dan suku banyak yang lain adalah :
Jika f(x) ≡ g(x) maka haruslah an= bn, an-1= bn-1, ……… a1= b1 f(x) ≡ g(x) disebut dengan kesamaan polinomial.
Dua buah sistem persamaan polinomial dikatakan memiliki kesamaan jika keduanya :
Memiliki derajat yang sama.
Memiliki variabel dan koefisien seletak yang sama antara polinomial ruas kiri dengan kanan.
Pada kesamaan polinomial tidak berlaku pindah ruas atau kali silang seperti yang terjadi pada operasi aljabar.
IV. Pembagian Suku Banyak
Suatu fungsi suku banyak dapat dilakukan operasi pembagian terhadap fungsi lainnya.
Ada dua cara yang dapat dilakukan yaitu pembagian suku banyak dengan cara bersusun dan dengan metode horner (bagan).
1. Pembagian suku banyak dengan strategi pembagian bersusun
Misalkan suku banyak fx= a2x2+a1x+ a0 dibagi dengan (x-k) memberikan hasil bagi H(x) dan sisa S, sehingga diperoleh hubungan :
Untuk menentukan hasil bagi H(x) dan sisa S digunakan pembagian suku banyak dengan cara pembagian bersusun berikut ini :
Jadi, Hasil bagi H(x) = a2x + a2k + a1 (pada bagian atas) dan sisa S (pada bagian bawah)
= a0+ a1k + a2k2
2. Pembagian suku banyak menggunakan metode horner
Aturan penggunaan metode horner pada operasi pembagian adalah sebagai berikut :
1. Letakkan seluruh koefisien dari derajat tertinggi sampai nol di bagian atas (selalu dimulai dari pangkat tertinggi dan berurutan). Apabila terdapat suku banyak yang tidak ada contohnya 2x4 + 3x2-5x-9 = 0. Maka koefisien untuk pangkat x3 dapat ditulis 0.
2. Letakkan faktor pengali di samping kiri.
3. Baris bawah bagian kiri adalah hasil bagi, sedangkan bagian kanan adalah sisa.
Atau dapat ditulis sebagai berikut :
Proses pembagian menggunakan metode horner dapat dijelaskan seperti dibawah ini :
Jadi, hasil bagi H(x) = a2x+a2k+ a1 dan sisa S = a2k2+a1k+ a0
Contoh soal :
a. Metode pembagian bersusun
b. Metode horner
Dari persamaan diatas, hasil bagi dan sisa yang diperoleh adalah sama yaitu 2x4+x3+2x2-2x-7/2 dan sisanya = -5/2
V. Teorema Sisa (Dalil Sisa)
Teorema ini digunakan untuk menentukan nilai sisa pembagian suatu suku banyak tanpa mengetahui suku banyak dan/atau hasil baginya. Bentuk umum dari teorema sisa
adalah adalah sebagai berikut : Misalkan suku banyak f(x) dibagi dengan P(x) memberikan hasil bagi H(x) dan sisa S(x), maka akan diperoleh hubungan :
Jika F(x) suku banyak berderajat n dan P(x) adalah pembagi berderajat m, dengan m ≤ n, maka diperoleh :
1. H(x) adalah hasil bagi berderajat (n-m).
2. S(x) adalah sisa pembagian berderajat maksimum (m-1).
Syarat pembagi menggunakan teorema sisa terdapat dengan dua cara yaitu : a. Pembagian dengan (x-k)
Teorema Sisa bagian 1: “ jika suku banyak f(x) berderajat n dibagi dengan (x-k) maka sisanya S=f(k), sisa f(k) adalah nilai suku banyak x=k yang dapat ditentukan dengan strategi substitusi atau strategi skema (bagan) ”.
b. Pembagian dengan (ax+b)
Contoh soal : Teorema Sisa (Dalil Sisa)
1. Carilah sisa pembagi suku banyak 8x3-2x2+5 dengan (x+2) Pembahasan :
a. Menggunakan substitusi
b. Menggunakan skema (bagan) dengan pembagian (x-k)
Jadi, sisanya S = f(-2) = -67 menggunakan teorema sisa.
VI. Teorema Faktor
Teorema faktor dapat digunakan untuk menentukan faktor lain atau akar-akar rasional dari sistem persamaan suku banyak menggunakan metode horner. Pada teorema faktor menjelaskan 2 konsep yaitu :
1. Jika P(x) habis dibagi q(x) atau mempunyai sisa nol, maka q(x) adalah faktor dari P(x)
2. Jika P(x) = f(x). g(x) maka f(x) dan g(x) adalah faktor dari P(x).
Contoh soal teorema faktor
1. Jika salah satu akar dari f(x) = x4+ mx3-6x2+7x-6 adalah 2, tentukan akar linear lainnya!
Pembahasan :
Langkah pertama : carilah terlebih dahulu nilai m dengan substitusi polinomial f(2) = 0, karena nilai 2 termasuk akar dari f(x), maka diperoleh :
Kemudian gunakan metode horner untuk menentukan faktor atau akarainnya, yaitu :
Sehinga faktor (x) yang lain adalah (x-2), (x+3), dan (x2-x+1). Oleh sebab itu, faktor lain dari akar linearnya adalah -3.