PEMBEDAAN BANGSA DOMBA BERDASARKAN KARAKTERISTIK SUARA, FENOTIPE TUBUH
DAN TINGKAH LAKU
(The Differentiation of Sheep Breeds Based on Call Sound, Fenotipe and Behaviour Characteristic)
ABSTRAK
Informasi mengenai pendugaan jarak genetik dan pembedaan bangsa domba sangat diperlukan dalam program persilangan antar bangsa dan program pelestarian.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan memanfaatkan keragaman pada peubah-peubah karakteristik suara dan ukuran tubuh untuk pembedaan bangsa domba. Penelitian dilakukan di Kandang Percobaan Domba Balai Penelitian Ternak Cilebut dan Bogor, pada bulan Juni 2009 hingga Pebruari 2010. Lima bangsa domba yang digunakan adalah domba Barbados Black Belly Cross (BC), Komposit Garut (KG), Lokal Garut (LG), Komposit Sumatera (KS) dan St. Croix Cross (SC), dengan jumlah sampel 100 ekor untuk penelitian karakteristik suara, 323 ekor untuk penelitian ukuran tubuh dan 50 ekor untuk penelitian sifat tingkah laku. Sebanyak 24 peubah karakteristik suara, 19 peubah ukuran tubuh, tujuh nilai indeks morfologi dan 10 peubah sifat tingkah laku diamati dalam penelitian ini. Analisis ragam dan pengujian signifikansi untuk pembandingan antar bangsa dilakukan untuk semua data kuantitatif karakteristik suara, ukuran tubuh dan tingkah laku menggunakan PROC GLM dari Program SAS ver 9.0.
PROC CANDISC, digunakan untuk analisis diskriminan kanonikal, hierarchical clustering dilaksanakan dengan PROC CLUSTER menurut Metode Average Linkage (Unweighted Pair-Group Method Using Arithmetic Averages, UPGMA), dan dendogram untuk kelima bangsa domba dibuat dengan PROC TREE. Frekuensi dan persentase setiap sifat kualitatif dihitung menggunakan PROC FREQ. PROC CORRESP digunakan untuk melakukan multiple correspondence analysis (MCA) di antara peubah kategori sifat kualitatif. Peubah pembeda bangsa untuk karakteristik suara adalah frekuensi kuartil ketiga, frekuensi tengah, frekuensi maksimum dan waktu frekuensi kuartil pertama, sedangkan lebar ekor, lingkar pangkal tanduk, panjang tanduk dan peubah panjang ekor, panjang badan serta lebar tengkorak adalah peubah-peubah pembeda bangsa untuk ukuran tubuh. Sementara itu, peubah pembeda bangsa untuk sifat tingkah laku adalah lama berdiri dan lama makan. Bangsa domba SC jantan berkorespondensi dengan sifat tidak bertanduk dan sifat profil muka cembung, sedangkan bangsa domba BC jantan berkorespondensi kuat dengan sifat orientasi tanduk agak melengkung dan tonjolan serta warna tanduk coklat. Bangsa-bangsa domba berjenis kelamin betina tidak mempunyai korespondensi yang kuat terhadap sifat kualitatif kepala tertentu yang membedakannya dengan bangsa-bangsa yang lain.
Bangsa domba SC jantan terkait erat dengan sifat pola warna polos atau satu warna, sedangkan bangsa domba SC betina berkorespondensi erat dengan sifat warna tubuh dominan putih. Sementara itu, bangsa domba betina KG berkorespondensi erat dengan pola warna campuran dua warna, warna belang putih, coklat muda dan coklat tua, serta persentase belang 1-10%. Bentuk tubuh domba KG terlihat lebih panjang, lebih lebar bagian rump dan proporsi dalam dada lebih tinggi dibandingkan bangsa domba yang lain. Nilai indeks kumulatif, yang mempunyai nilai relatif tetap sepanjang hidup dan
menyediakan sebuah gambaran akurat dari tipe bangsa, tertinggi dimiliki oleh domba KG. Berdasarkan bentuk tubuh dan nilai indeks kumulatif terlihat bahwa domba KG mempunyai tipe dan fungsi sebagai bangsa domba tipe daging. Plotting kanonikal karakteristik suara dapat membedakan domba LG, KS dan BC, sedangkan domba SC, KG dan KS sulit untuk dibedakan. Plotting berdasarkan ukuran tubuh dapat membedakan domba SC (dan KS) dengan domba BC, LG dan KG, sedangkan domba SC dan KS sulit untuk dibedakan. Sementara itu, plotting berdasarkan sifat tingkah laku dapat membedakan domba BC, KS dan LG (bersama KG dan SC). Dendogram berdasarkan karakteristik suara meletakkan bangsa domba KG pada kelompok yang kurang tepat. Pengelompokan domba berdasarkan ukuran tubuh menghasilkan hasil yang lebih tepat yaitu kelompok pertama yang terdiri dari bangsa domba SC, KS dan BC dan kelompok kedua yang terdiri dari bangsa LG dan KG. Sementara itu, dendogram berdasarkan sifat tingkah laku menghasilkan pengelompokkan bangsa domba yang kurang akurat.
Kata kunci : karakteristik suara, ukuran tubuh, tingkah laku, pembedaan, jarak genetik
ABSTRACT
Information of the estimation of genetic distances and differentiation among sheep breeds are needed in crossing programs and conservation programs. The aims of research were utilizing the diversity of sound call characteristic variables and body sizes for the differentiation of the sheep breeds. The study was conducted at Cilebut and Bogor Animal House of Indonesian Research Institute for Animal Production, in June 2009 until February 2010. Five of sheep breeds used were Barbados Black Belly Cross (BC), Garut Composite (KG), Garut Local (LG), Sumatera Composite (KS) and St.
Croix Cross (SC). Total sample was 20 heads for the characteristics of call sound study, 323 heads for the body sizes study and 50 heads for the behavior study. A total of 24 variables characteristics of call sound, 19 variables of body size, seven morphological index values and 10 variables of behavior traits were observed in this study. Analysis of variance and significance tests were applied to compare between sheep breeds performed for all of quantitative data call sound characteristics, body size and behavior using PROC GLM of SAS Program ver. 9.0. PROC CANDISC was used for canonical discriminant analyses, hierarchical clustering performed using the PROC CLUSTER by Average Linkage method (Unweighted Pair-Group Method Using Arithmetic Averages, UPGMA), and the dendogram for the five sheep breeds was described using PROC TREE. Frequency and percentage of qualitative traits were calculated using PROC FREQ. PROC CORRESP used to perform multiple correspondence analyses (MCA) between the variable of qualitative categories. Differentiator variables for sound call characteristics was the third quartile frequencies, middle frequencies, maximum frequencies and time of the first quartile frequencies, while the tail width, horn base circumference, long horns, long tail, body length, and skull width were the differentiator variables for body sizes. Meanwhile, the differentiator variables for the behavior traits were standing and feeding duration. SC male sheep have a correspondence with absence of horns and convex face profiles, while the BC male sheep corresponded strongly with slightly curved horns, scurs and brown color horns. All of five female sheep breeds did not have a strong correspondence to the head qualitative traits that could differentiated from other breeds. SC male sheeps were closely related to one
color, while the SC female sheeps corresponded closely to the dominant body color of white. Meanwhile, the KG female sheeps corresponded closely to the two colors mix, striped colors white, brown and dark brown, and the percentage of mottle 1-10%. KG sheep has a longer body shape, wider part of the rump and higher proportion of chest than the other sheeps. Cumulative index value, which has a relative value fixed throughout life and provides an accurate picture of the type of breed, the highest belonged to KG sheep. Based on body shape and the value of the cumulative index, KG sheep can be categorized into a meat type sheep. Plotting canonical sound characteristics could differentiate LG, KS and BC sheeps, while the SC, KG and KS sheeps were difficult to differentiated. Plotting based on body sizes could differentiate SC (and KS) with BC, LG and KG sheeps, while the SC and KS sheeps was difficult to differentiated. Meanwhile, the plotting based on behavioral characteristics could differentiate BC, KS and LG (with KG and SC) sheeps. Dendogram based on call sound characteristics put KG sheep on groups that were less precise. The grouping of sheep based on the body sizes produces more precise results i.e. the first group consisting of SC, KS and BC and the second group consisting of LG and KG.
Meanwhile, the dendogram based on the behavior traits produced sheep grouping that are less accurate.
Keywords: call sound, body sizes, body index, behavior, differentiation, genetic distance
PENDAHULUAN
Beberapa cara atau analisa untuk menduga jarak genetik dan pembedaan bangsa atau subpopulasi domba telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Cara atau analisa yang telah dilakukan studi-studi terdahulu adalah menggunakan analisa molekuler, baik DNA maupun protein, atau menggunakan data morfometri melalui analisa multivariate. Beberapa peneliti terdahulu telah melaporkan pendugaan jarak genetik dan pembedaan bangsa pada domba menggunakan analisa DNA (Wu et al.
2003; Tapio et al. 2010; Kusza et al. 2010) dan protein (Shahrbabak et al. 2010).
Walaupun demikian, pekerjaan yang berkaitan dengan protein dan DNA tersebut memerlukan peralatan laboratorium yang relatif lengkap, biaya yang relatif mahal dan penguasaan teknik yang memadai. Pengumpulan data ukuran tubuh memiliki kelebihan relatif lebih mudah dan tidak memerlukan biaya yang besar dibandingkan dengan pengumpulan data DNA maupun protein.
Metode analisa multivariate dapat digunakan untuk menentukan apakah sebagian populasi sudah berbeda dan membentuk subpopulasi tersendiri atau masih sama dengan sebagian populasi yang lain atau belum membentuk subpopulasi yang baru. Beberapa peneliti terdahulu dengan metode analisa multivariate telah berhasil melakukan penghitungan jarak genetik dan pembedaan beberapa subpopulasi domba di Indonesia (Suparyanto et al. 1999; Mansjoer et al. 2007; Gunawan dan Sumantri 2008).
Menggunakan cara analisa yang sama Salamena et al. (2007) telah membuktikan bahwa dari tiga subpopulasi domba Kisar di Maluku yang diamati belum menunjukkan terbentuknya subpopulasi baru yang berbeda dengan subpopulasi domba Kisar yang lain. Hasil yang sama juga telah dilaporkan untuk spesies ternak yang lain yaitu kerbau lokal di Jawa Tengah (Johari et al. 2009) dan kerbau lokal Maluku (Salamena dan Papilaja 2010), dari beberapa subpopulasi yang diamati belum menunjukkan terbentuknya subpopulasi baru.
Pada spesies burung, perbedaan suara kicauan/nyanyian adalah kriteria yang paling diandalkan dalam pembedaan spesies burung (Mahler dan Gil 2009). Rusfidra (2004) telah membandingkan dan dapat membedakan karakteristik suara ayam Balenggek dengan ayam Pelung, ayam Bekisar, ayam kampung dan burung Perkutut.
Nowak et al. (2008) menyatakan bahwa bangsa-bangsa domba seperti individu juga berbeda karakteristik suaranya. Keragaman karakteristik suara yang terdapat pada
spesies domba antar bangsa domba diduga juga dapat digunakan untuk pendugaan jarak genetik dan pembedaan bangsa domba. Metode ini tidak perlu menangkap ternak/hewan sampel sehingga tidak banyak menimbulkan stress pada ternak/hewan sampel dan memudahkan dalam penelitian pada hewan-hewan liar.
Telah diketahui bahwa tingkah laku suatu individu hewan lebih banyak mirip dengan individu anggota-anggota populasi tersebut dibandingkan dengan individu anggota populasi yang lain Craig (1981). Beberapa studi tingkah laku telah dilakukan untuk pembedaan bangsa hewan pada beberapa spesies, sebagai contoh terdapat perbedaan karakteristik tingkah laku pada bangsa anjing Spaniel dan Basenjis (McFarland 1999) dan perbedaan suara nyanyian spesies jangkrik T. oceanicus, T, commodus dan hibridnya (Bentley dan Hoy 1972).
Analisa multivariate belum pernah digunakan untuk pembedaan bangsa domba berdasarkan karakteristik peubah suara dan tingkah laku. Sebagaimana data ukuran tubuh, data suara dan tingkah laku juga memiliki banyak peubah. Setidaknya 24 peubah dapat diukur dari suara yang dihasilkan oleh seekor domba dengan bantuan Software Raven 1.3 Pro (Charif et al. 2008). Hafez et al. (1969) mengelompokkan tingkah laku menjadi 9 macam jenis tingkah laku sedangkan Ewing et al. (1999) membagi tingkah laku hewan lebih terperinci lagi menjadi 14 tipe tingkah laku. Berdasarkan karakteristik suara dan tingkah laku yang mempunyai banyak peubah ini maka pembedaan bangsa domba berpeluang dilakukan dengan analisa multivariate.
Informasi mengenai pendugaan jarak genetik dan pembedaan bangsa domba sangat diperlukan dalam program persilangan antar bangsa. Persilangan antar bangsa domba dengan jarak genetik yang jauh akan memaksimalkan efek heterosis dan efek suplementasi pada keturunannya (Warwick et al. 1990). Di samping itu, informasi jarak genetik dan pembedaan bangsa domba atau sub populasi domba juga diperlukan dalam mempertimbangkan program pelestarian bangsa domba. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mempelajari keragaman pada peubah-peubah karakteristik suara, fenotipe tubuh dan tingkah laku untuk pembedaan bangsa domba. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif cara untuk membedakan bangsa domba berdasarkan karakteristik suara, fenotipe tubuh dan sifat tingkah laku.
MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada dua Kandang Percobaan Domba Balai Penelitian Ternak yaitu di Kandang Percobaan yang berlokasi di Cilebut dan Bogor. Penelitian berlangsung selama 9 bulan yang dilakukan pada bulan Juni 2009 hingga Pebruari 2010.
Materi Penelitian
Domba yang digunakan dalam penelitian karakteristik suara, fenotipe (sifat kualitatif dan kuantitatif/ukuran tubuh) dan tingkah laku adalah domba dewasa (berumur ≥ 2 tahun) dari lima bangsa domba yang dipelihara di Kandang Percobaan Cilebut dan Bogor. Kelima bangsa domba tersebut adalah Domba Barbados Black Belly Cross (BC) (komposisi genetik 50% Lokal Sumatera 50% Barbados Black Belly), Komposit Garut (KG) (50% Lokal Garut 25% St. Croix 25% Moulton Charolais), Lokal Garut (LG), Komposit Sumatera (KS) (50% Lokal Sumatera 25% St. Croix 25%
Barbados Black Belly), St. Croix Cross (SC) (50% Lokal Sumatera 50% St. Croix).
Jumlah masing-masing bangsa domba yang digunakan dalam penelitian seperti tercantum pada Tabel 9.
Tabel 9. Jumlah sampel bangsa domba Barbados Black Belly cross (BC), Komposit Garut (KG), Lokal Garut (LG), Komposit Sumatera (KS) dan St. Croix cross (SC) yang digunakan dalam penelitian karakteristik suara, fenotipe dan tingkah laku
Jenis Penelitian Jenis Kelamin
Jumlah sampel (ekor) Total
BC KG LG KS SC
Karakteristik Suara Jantan 5 5 5 5 5 25
Betina 15 15 15 15 15 75
Total 20 20 20 20 20 100
Karakteristik Fenotipe Jantan 15 18 8 25 17 83
Betina 39 37 28 70 66 240
Total 54 55 36 95 83 323
Karakteristik Tingkah laku Jantan 5 5 5 5 5 25
Betina 5 5 5 5 5 25
Total 10 10 10 10 10 50
Metode Penelitian
Penelitian Karakteristik Suara. Sebanyak minimal tiga contoh suara panggilan (call sound) dari setiap domba direkam dengan digital voice recorder (CENIX Tipe W900) dalam format file MP3. Sebelum dianalisis lebih lanjut, sampel suara dibersihkan dari suara noise (gaduh/riuh) dan suara hiss (desis/suit) serta suara-suara yang tidak dikehendaki (seperti suara langkah, suara domba-domba lain, dll), dengan bantuan software Wavepad Sound Editor Ver. 4.28. Suara domba sampel yang tercampur dengan domba yang lain tidak digunakan dalam analisa. Selanjutnya analisis suara domba dilakukan dengan bantuan Software Analisis Suara Interaktif Raven Pro 1.3 for Windows yang dibuat oleh Cornell Lab of Ornithology. Software tersebut diunduh dan dibeli dari situs web http://birds.cornell.edu/.
Dua puluh empat peubah yang mampu dihitung oleh software Raven 1.3 Pro (Charif et al. 2008) diukur dari setiap suara domba sampel. Peubah-peubah yang diukur adalah :
1. Lama Suara/Delta Waktu (DELWAK) = perbedaan antara waktu mulai bersuara dan akhir waktu bersuara untuk suara yang dianalisa (detik).
2. Panjang Wafeform (PJWAFE) = jumlah frame yang terkandung di dalam suara yang dianalisa (frame).
3. Amplitudo Maksimum (AMPMAK) = nilai amplitudo maksimum dari semua nilai sampel di dalam suara yang dianalisa (unit).
4. Waktu Amplitudo Maksimum (WAMPMAK) = waktu dimana amplitudo maksimum terjadi (detik).
5. Amplitudo Minimum (AMPMIN) = nilai amplitudo minimum dari semua nilai sampel di dalam suara yang dianalisa (unit).
6. Waktu Amplitudo Minimum (WAMPMIN) = waktu dimana amplitudo minimum terjadi (detik).
7. Puncak Amplitudo (PUNAMP) = nilai absolut terbesar dari amplitudo maksimum dan amplitudo minimum (unit).
8. Waktu Puncak Amplitudo (WPUNAMP) = waktu dimana puncak amplitudo terjadi (detik).
9. Root-Mean-Square Amplitudo/Amplitudo Efektif (AMPRMS) = dihitung oleh Software Raven 1.3 Pro (dalam satuan unit) dengan rumus (Charif et al. 2008) :
Keterangan :
n = jumlah sampel di dalam suara yang dianalisa
= amplitudo sampel ke-i di dalam suara yang dianalisa
10. Frekuensi Kuartil Pertama (FREKQ1) = frekuensi yang membagi suara menjadi dua interval frekuensi yang mengandung 25% dan 75% energi dalam suara yang dianalisa (Hz).
11. Waktu Frekuensi Kuartil Pertama (WFREKQ1) = titik waktu yang membagi suara menjadi dua interval waktu yang mengandung 25% dan 75% energi dalam suara yang dianalisa (detik).
12. Frekuensi Kuartil Ketiga (FREKQ3) = frekuensi yang membagi suara menjadi dua interval frekuensi yang mengandung 75% dan 25% energi dalam suara yang dianalisa (Hz).
13. Waktu Frekuensi Kuartil Ketiga (WFREKQ3) = titik waktu yang membagi suara menjadi dua interval waktu yang mengandung 75% dan 25% energi dalam suara yang dianalisa (detik).
14. Daya Rata-rata (DYRT) = nilai rata-rata spektrum daya dari suara yang dianalisa (jumlah nilai spektrum daya di antara batas frekuensi atas dan bawah dibagi jumlah bin frekuensi di dalam suara yang dianalisa) (dB).
15. Frekuensi Tengah (FREKTGH) = frekuensi yang membagi suara yang dianalisa menjadi dua interval frekuensi berenergi sama (Hz).
16. Waktu Frekuensi Tengah (WFREKTGH) = titik waktu dimana suara yang dianalisa dibagi menjadi dua interval waktu berenergi sama (detik).
17. Energi (ENERGI) = dihitung oleh Software Raven 1.3 Pro (dalam satuan dB) dengan rumus (Charif et al. 2008) :
Keterangan :
dan = batas frekuensi bawah dan atas dari sampel suara yang dianalisa dan = jumlah frame awal dan akhir dari sampel suara yang dianalisa
= nilai referensi daya
= spectrogram power spectral density di frame t pada frekuensi f (dalam dB)
Δf = ukuran bin frekuensi (sama dengan sampling rate dibagi ukuran Discrete Fourier Transform (DFT))
18. Perbedaan Frekuensi Kuartil Pertama dan Ketiga (BDFREKQ13) = perbedaan antara frekuensi kuartil pertama dan kuartil ketiga (Hz).
19. Perbedaan Waktu Frekuensi Kuartil Pertama dan Ketiga (WBDFREKQ13) = perbedaan waktu antara saat Frekuensi Kuartil Pertama terjadi dan saat Frekuensi Kuartil Ketiga terjadi (detik).
20. Panjang Spektrogram (PJSPEKTR) = jumlah frame spectra yang yang terkandung di dalam suara yang dianalisa (frame).
21. Frekuensi Maksimum (FREKMAK) = frekuensi dimana daya maksimum terjadi dalam suara yang dianalisa (Hz).
22. Daya Maksimum (DYMAK) = daya maksimum yang terjadi pada suara yang dianalisa. Pada grayscale spectrogram, daya maksimum adalah titik tergelap pada suara yang dianalisa (dB).
23. Waktu Daya Maksimum (WDYMAK) = waktu dimana titik spektrogram sama dengan daya maksimum (detik).
24. Waktu Frekuensi Maksimum (WFREKMAK) = waktu dimana frekuensi maksimum terjadi (detik).
Penelitian Fenotipe Tubuh. Karakteristik sifat fenotipe kualitatif dan kuantitatif dari setiap bangsa domba diamati. Beberapa karakteristik dari sifat kualitatif yang diamati dalam penelitian ini mengikuti petunjuk Handiwirawan et al. (2007) yaitu :
1. Keberadaan tanduk (1=ada, 2=tidak),
2. Warna tanduk (1=hitam, 2=coklat, 3=putih/kuning gading),
3. Orientasi tanduk (1=lurus, 2=agak melengkung, 3=melingkar, 4=tonjolan), 4. Profil muka (1=cekung, 2=cembung, 3=lurus),
5. Warna tubuh dominan adalah warna dominan yang terdapat pada tubuh (1=putih, 2=coklat muda, 3=coklat tua, 4=abu-abu, 5=hitam),
6. Pola warna tubuh adalah jenis-jenis warna yang terdapat pada tubuh (1=satu warna, 2=campuran dua warna, 3=campuran tiga warna, 4=totol),
7. Warna belang adalah warna yang ada di samping warna dominan (1=putih, 2=coklat muda, 3=coklat tua, 4=abu-abu, 5=hitam),
8. Penyebaran belang adalah persentase belang yang terdapat pada tubuh (1=1 – 10%, 2=>10 – 20%, 3=>20 – 30%, 4=>30 – 40%, 5=>40 – 50%).
Karakteristik sifat kuantitatif yang diamati adalah bobot badan dan ukuran beberapa bagian tubuh domba yaitu :
1. Bobot badan (BB), ditimbang pada pagi hari sebelum domba diberi makan (kg), 2. Panjang tengkorak (PJTGK) adalah jarak antara titik tertinggi sampai titik
terdepan tengkorak (cm),
3. Lebar tengkorak (LBTGK) adalah jarak antara titik penonjolan tengkorak kiri dan kanan (cm),
4. Tinggi tengkorak (TGTGK) adalah jarak antara titik tertinggi tengkorak sampai titik terendah rahang bawah (cm),
5. Panjang tanduk (PJTA) adalah panjang dari pangkal tanduk sampai ke ujung tanduk mengikuti alur putaran tanduk sebelah luar (cm),
6. Lingkar pangkal tanduk (LGPT) adalah ukuran lingkar pada pangkal tanduk (cm),
7. Panjang telinga (PJTEL) adalah jarak antara pangkal daun telinga sampai titik ujung telinga (cm),
8. Lebar telinga (LBTEL) adalah jarak antara dua titik terluar daun telinga secara tegak lurus terhadap panjang telinga (cm),
9. Tinggi pundak (TGPU) adalah jarak tertinggi pada pundak tegak lurus sampai ke tanah menggunakan tongkat ukur (cm),
10. Panjang badan (PJBD) adalah jarak dari tepi tulang processus spinocus sampai benjolan tulang tapis (tulang duduk/os ischium) (cm),
11. Lebar dada (LBDD) adalah jarak antara penonjolan sendi bahu (os scapula) kiri dan kanan (cm),
12. Lingkar dada (LGDD) adalah ukuran lingkar rongga dada tepat di belakang sendi bahu (os scapula) tegak lurus sumbu tubuh (cm),
13. Dalam dada (DLDD) adalah jarak bagian tertinggi pundak sampai dengan dasar dada (cm),
14. Lingkar kanon (LGKN) adalah ukuran lingkar di tengah-tengah tulang pipa kaki depan sebelah kanan (cm),
15. Tinggi pantat (TGPA) adalah jarak tertinggi sacrum tegak lurus ke tanah (cm), 16. Lebar pinggul (LBPG) adalah jarak titik terluar antara pinggul kiri dan kanan
(cm),
17. Panjang pantat (PJPA) adalah jarak pinggul (tuber coxae) sampai tuber ischii (cm),
18. Panjang ekor (PJEK) adalah jarak dari pangkal ekor sampai ujung ekor (cm), 19. Lebar ekor (LBEK) adalah jarak lebar antara titik sisi kiri dan kanan pangkal
ekor (cm).
Penelitian Tingkah Laku. Pengamatan tingkah laku domba dilakukan dengan menggunakan seperangkat peralatan CCTV (Close Circuit Televisi). Dua pen kandang yang bersebelahan dengan ukuran sama yaitu 11 m2 diisi masing-masing 5 ekor domba dari bangsa dan jenis kelamin yang sama. Segala aktivitas tingkah laku domba selama 24 jam terekam oleh 2 kamera yang dipasang di masing-masing pen kandang. Keempat kamera tersebut terhubung dengan peralatan 4CH STANDALONE DVR (Digital Video Recorder) sebagai alat perekam dan televisi sebagai alat monitor yang diletakkan di ruangan khusus pengamatan. Berhubung kapasitas harddisk DVR hanya mampu menyimpan data rekaman selama ±100 jam (400 GB) maka secara reguler data rekaman dibackup dengan bantuan flash disk berkapasitas 16 GB. Kemampuan DVR hanya memungkinkan untuk melakukan backup data rekaman sekitar 1 GB setiap kali backup sehingga file data rekaman 24 jam harus dipecah-pecah. File berekstension .VVF hasil backup di flashdisk kemudian disimpan di eksternal harddisk berkapasitas antara 1- 1.5TB.
Sifat tingkah laku domba yang diamati seperti yang dikemukakan oleh Hafez et al. (1969) dan Ewing et al. (1999), dengan sedikit modifikasi meliputi 10 tingkah laku yaitu :
1. Makan (ingestif) : lama tingkah laku domba yang memakan konsentrat, rumput atau mineral blok (menit).
2. Bermain (playing) : lama tingkah laku domba yang berlari dan meloncat senang, biasanya diikuti domba yang lain dalam kelompok tersebut (menit).
3. Berkelahi/agresif (agonistic) : lama tingkah laku domba yang aktif menyerang (menanduk domba lain) atau melawan dengan menanduk juga (bertubrukan kepala dengan kepala) serta tingkah laku yang menggesekkan atau menandukkan tanduk ke dinding atau tiang kandang (menit).
4. Membuang kotoran (eliminatif) : lama tingkah laku domba membuang feses (defekasi) atau urine (urinasi) (menit).
5. Merawat diri (care giving) : lama tingkah laku domba merawat diri bagian tubuh yang gatal diantaranya dengan cara menggigit bagian tubuh sendiri seperti bagian kaki depan atau belakang, badan bagian samping, paha dan sebagainya, atau menggarukan kaki belakang ke bagian tubuh seperti leher, kepala, kaki depan, dan sebagainya, atau menggesek-gesekkan pantat, badan bagian samping dan pundak ke dinding kandang (menit).
6. Melangkah/berjalan (locomotion) : lama tingkah laku domba melangkah atau berjalan (menit).
7. Berdiri (standing) : lama tingkah laku domba berdiri (tidak melangkah), biasanya diiringi dengan aktivitas regurgitasi, remastikasi dan redeglutasi atau melihat/mengamati sesuatu (menit).
8. Istirahat tidur (sleeping) : lama tingkah laku domba berbaring dengan posisi kepala rebah atau bersandar dan mata tertutup (menit).
9. Istirahat berbaring (resting) : lama tingkah laku domba berbaring dengan posisi kepala tegak dan mata terbuka, biasanya diringi dengan aktivitas regurgitasi, remastikasi dan redeglutasi (menit).
10. Minum (drinking) : lama tingkah laku domba meminum air di tempat/bak air minum (menit).
File data rekaman dibuka dengan software VVF Player dan kemudian hasil rekaman diterjemahkan dalam bentuk data kuantitatif berupa durasi lama (menit) suatu sifat tingkah laku dilakukan. Terbatasnya waktu yang tersedia menyebabkan data rekaman tingkah laku hanya dapat diamati selama durasi 5 jam, yang dipilih pada waktu-waktu yang dianggap dapat mewakili aktivitas domba dari data rekaman 24 jam.
Periode waktu yang diamati adalah pada pukul 07.00 – 08.00 (domba mulai melakukan aktivitas di pagi hari dan makan), 10.00 – 11.00 (aktivitas makan dan aktivitas umum lain), 13.00 – 14.00 (aktivitas tingkah laku umum dan berbaring istirahat), 19.00 – 20.00
(aktivitas mulai berkurang, biasanya berdiri atau berbaring istirahat) dan 01.00 – 02.00 (aktivitas berbaring tidur atau berdiri diam) WIB.
Analisa Data
Koreksi data dilakukan sebelum analisa statistik dilakukan untuk setiap data kuantitatif. Setiap nilai peubah karakteristik suara dan tingkah laku dikoreksi terhadap jenis kelamin, sedangkan untuk data ukuran tubuh terlebih dahulu dikoreksi terhadap jenis kelamin dan umur. PROC GLM dari software SAS ver. 9.0 digunakan untuk penentuan nilai konstanta faktor koreksi yang dilakukan dengan cara penambahan atau pengurangan RKT data. Data karakteristik suara dan tingkah laku dikoreksi terhadap RKT domba betina sedangkan data ukuran tubuh dikoreksi terhadap RKT domba jantan dan kelompok umur di atas 3 tahun.
Analisa ragam dari setiap peubah suara, ukuran tubuh dan tingkah laku dilakukan dengan software SAS ver. 9.0 (SAS 2002) dengan PROC GLM dan dilakukan uji signifikansi untuk penentuan perbedaan antar bangsa domba. PROC CANDISC dari software SAS ver 9.0, digunakan untuk analisis diskriminan kanonikal berupa penghitungan jarak Mahalanobis, koefisien kanonikal dan interpretasi visual dari perbedaan bangsa domba. Berdasarkan matriks jarak Mahalanobis yang telah dihasilkan dari analisis sebelumnya, hierarchical clustering dilaksanakan dengan PROC CLUSTER menurut Metode Average Linkage (Unweighted Pair-Group Method Using Arithmetic Averages, UPGMA), kemudian dari output yang dihasilkan dibuat dendogram untuk kelima bangsa domba dengan PROC TREE dari software SAS ver 9.0 (SAS 2002).
Penghitungan indeks morfologi dilakukan menurut petunjuk Salako (2006) dan Alderson (1999) untuk menaksir tipe dan fungsi dari lima bangsa domba penelitian.
Indeks morfologi yang dihitung adalah sebagai berikut :
1. Kemiringan (slope) tinggi (SLPTG) = tinggi pundak – tinggi pantat 2. Indeks panjang (INDPJG) = panjang badan / tinggi pundak
3. Kemiringan (slope) lebar (SLPLBR) = lebar pinggul / lebar dada 4. Indeks dalam (INDDLM) = dalam dada / tinggi pundak
5. Panjang kaki depan (PJKKDPN) = tinggi pundak – dalam dada
6. Keseimbangan (keserasian) (SEIMB) = (panjang pantat x lebar pinggul) / (dalam dada x lebar dada)
7. Indeks kumulatif (INDEKUM) = (bobot badan / rataan bobot badan bangsa) + indeks panjang + keseimbangan
Analisa ragam dari setiap peubah suara, ukuran tubuh, indeks ukuran tubuh dan tingkah laku dilakukan menggunakan software SAS ver. 9.0 dengan PROC GLM, dan dilakukan uji signifikansi untuk melihat perbedaan antar bangsa domba. Model persamaan linier yang digunakan adalah :
Yij = µ + Bi + εij
dimana :
Yij = Pengamatan pada perlakuan bangsa ke-i dan ulangan ke-j µ = Rataan umum
Bi = Pengaruh bangsa ke-i, (i = 1, 2, 3, 4, 5)
εij = Pengaruh acak karena pengaruh bangsa ke-i dan ulangan ke-j
Frekuensi dan persentase setiap sifat kualitatif dihitung menggunakan PROC FREQ dari software SAS ver 9.0 yang membuat tabulasi silang antara sifat kualitatif yang diamati dengan bangsa domba. PROC CORRESP digunakan untuk melakukan multiple correspondence analysis (MCA) di antara peubah kategori sifat kualitatif.
Plot yang dihasilkan dari data keluaran PROC CORRESP menunjukkan grafik hubungan antara kategori-kategori dari peubah kategori (SAS 2002). Berdasarkan grafik ini dapat ditentukan apakah terdapat keterkaitan antara peubah kualitatif tertentu dengan bangsa domba tertentu sehingga sifat kualitatif tersebut menjadi ciri spesifik bangsa tertentu.
HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaman Karakteristik Suara
Karakteristik suara dari lima bangsa domba yang terdiri atas 24 peubah ditampilkan pada Tabel 10. Lama domba bersuara bervariasi antara 0.96 - 1.52 detik.
Lama bersuara domba SC dan KG tidak berbeda, namun kedua bangsa domba tersebut berbeda dengan domba BC, LG dan KS. Suara dengan amplitudo maksimum dikeluarkan oleh domba SC (29 584.8 unit) sedangkan yang terendah dikeluarkan oleh domba KS (24 162.3 unit). Energi suara domba LG (102.3 dB) sama dengan domba SC (101.4 dB) dan KG (99.9 dB) tetapi lebih tinggi dibandingkan domba BC (97.1 dB) yang sama dengan domba KS (97.7 dB).
Frekuensi maksimum domba LG (1 202.5 Hz) sama dengan domba SC (1 408.5 Hz), tetapi lebih rendah dibandingkan dengan domba KS (1 800.6 Hz) dan domba BC (1 642.7Hz). Shillito-Waser dan Hague (1980) juga menemukan dan melaporkan bahwa dari hasil analisa sonografi beberapa parameter suara bernada tinggi menunjukkan perbedaan antara domba Clunt Forest, Jakob, Dalesbred dan Border Leicester. Daya maksimum suara domba BC dan KS lebih rendah dibandingkan domba SC dan LG. Peubah amplitudo, energi dan daya berkaitan dengan kuat atau lemahnya suara, sedangkan peubah frekuensi menunjukkan tinggi rendahnya nada suara.
Berdasarkan analisis total struktur kanonikal peubah karakteristik suara terdapat beberapa peubah yang memberikan pengaruh kuat terhadap pembeda bangsa domba.
Peubah pembeda bangsa tersebut adalah FREKQ3, FREKTGH, dan FREKMAK (kanonikal 1) berturut-turut dengan nilai 0.700361, 0.670637, dan 0.526933 serta WFREKQ1 (kanonikal 2) dengan nilai 0.515125 (Tabel 11).
Tabel 10. Rataan kuadrat terkecil beberapa peubah wafeform dan spektrogram dari suara bangsa domba Barbados Black Belly Cross (BC), Komposit Garut (KG), Lokal Garut (LG), Komposit Sumatera (KS) dan St. Croix Cross (SC)
Peubah Bangsa domba
BC KG LG KS SC
DELWAK (detik) 0.92a±0.06 1.13b±0.05 1.52c±0.06 0.96a±0.05 1.15b±0.06
PJWAFE (frame) 29 332.09a±1 748.84 36 098.80b±1704.56 48 251.90c±1 748.84 30 558.41a±1 663.48 36 270.70b±1 748.84 AMPMAK (unit) 25 810.82ab±1 335.10 26.904.14abc±1 301.30 29 245.16bc±1 335.10 24 162.28a±1 269.94 29 584.77c±1 335.10
WAMPMAK (detik) 0.47b±0.03 0.48b±0.03 0.52b±0.03 0.35a±0.03 0.36a±0.03
AMPMIN (unit) 24 910.87a±1 339.35 27 022.66ab±1 305.44 29 161.82b±1 339.35 24 010.97a±1 273.97 28 998.03b±1 339.35 WAMPMIN (detik) 0.46bc±0.04 0.47bcd±0.04 0.55cd±0.04 0.36a±0.03 0.39ab±0.04 PUNAMP (unit) 26 431.83ab±1 327.002 27 719.09ab±1 293.40 29 742.96b±1 327.002 24 846.21a±1 262.23 30 145.85b±1 327.002
WPUNAMP (detik) 0.47b±0.03 0.48b±0.03 0.56c±0.03 0.35a±0.03 0.37a±0.03
AMPRMS (unit) 5 229.33a±386.86 6 077.97a±377.07 7 529.58b±386.86 5 444.41a±367.98 7 206.82b±386.86 FREKQ1 (Hz) 1 169.72c±60.67 1 099.10ab±59.14 867.83a±60.67 1 249.48c±57.71 986.61bc±60.67
WFREKQ1 (detik) 0.36b±0.02 0.35b±0.02 0.42c±0.02 0.28a±0.02 0.33b±0.02
FREKQ3 (Hz) 2 441.25b±66.70 1 969.11a±65.01 1 824.96a±66.70 2 304.66b±63.44 1 908.07a±66.70 WFREKQ3 (detik) 0.63ab±0.04 0.73c±0.04 0.96d±0.04 0.57a±0.04 0.72bc±0.04
DYRT (dB) 76.56a±0.86 78.25ab±0.84 79.65b±0.86 76.82a±0.82 79.88b±0.86
FREKTGH (Hz) 1 875.38c±64.26 1 601.79b± 62.63 1 360.77a±64.26 1 872.44c±61.12 1 492.37ab±64.26 WFREKTGH (detik) 0.48ab±0.03 0.55b±0.03 0.66c±0.03 0.41a±0.03 0.51b±0.03 ENERGI (dB) 97.13a±0.96 99.92bc±0.93 102.26c±0.96 97.75ab±0.91 101.40c±0.96 BDFREKQ13 (Hz) 1 271.55b±64.25 812.35a±62.62 957.12a±64.25 995.37a±61.11 921.48a±64.25
Tabel 10 (Lanjutan). Rataan kuadrat terkecil beberapa peubah wafeform dan spektrogram dari suara bangsa domba Barbados Black Belly Cross (BC), Komposit Garut (KG), Lokal Garut (LG), Komposit Sumatera (KS) dan St. Croix Cross (SC)
Peubah Bangsa domba
BC KG LG KS SC
WBDFREKQ13 (detik) 0.31a±0.03 0.41b±0.03 0.56c±0.03 0.31a±0.03 0.41b±0.03 PJSPEKTR (frame) 229.21a± 3.44 287.02b±13.10 376.93c±13.44 239.92a±12.79 282.25b±13.44 FREKMAK (Hz) 1 642.69cd±82.51 1 540.55bc±80.42 1 202.48a±82.51 1 800.62d±78.48 1 408.45ab±82.51 DYMAK (dB) 99.25a±0.82 100.96ab±0.80 101.91b±0.82 98.78a±0.78 101.96b±0.82 WDYMAK (detik) 0.46ab±0.04 0.51bc±0.04 0.57c±0.04 0.39a±0.04 0.43ab±0.04 WFREKMAK (detik) 0.46ab±0.04 0.51bc±0.04 0.58c±0.04 0.38a±0.04 0.43ab±0.04
Keterangan :
Huruf superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05)
DELWAK = Lama Suara, PJWAFE = Panjang Wafeform, AMPMAK = Amplitudo Maksimum, WAMPMAK = Waktu Amplitudo Maksimum, AMPMIN = Amplitudo Minimum, WAMPMIN = Waktu Amplitudo Minimum, PUNAMP = Puncak Amplitudo, WPUNAMP = Waktu Puncak Amplitudo, AMPRMS = Root- Mean-Square Amplitudo/Amplitudo Efektif, FREKQ1 = Frekuensi Kuartil Pertama, WFREKQ1 = Waktu Frekuensi Kuartil Pertama, FREKQ3 = Frekuensi Kuartil Ketiga, WFREKQ3 = Waktu Frekuensi Kuartil Ketiga, DYRT = Daya Rata-rata, FREKTGH = Frekuensi Tengah, WFREKTGH = Waktu Frekuensi Tengah, ENERGI
= Energi, BDFREKQ13 = Perbedaan Frekuensi Kuartil Pertama dan Ketiga, WBDFREKQ13 = Perbedaan Waktu Frekuensi Kuartil Pertama dan Ketiga, PJSPEKTR = Panjang Spektrogram, FREKMAK = Frekuensi Maksimum, DYMAK = Daya Maksimum, WDYMAK = Waktu Daya Maksimum, WFREKMAK = Waktu Frekuensi Maksimum
49
Tabel 11. Struktur total kanonik peubah wafeform dan spektrogram dari suara bangsa domba Barbados Black Belly Cross (BC), Komposit Garut (KG), Lokal Garut (LG), Komposit Sumatera (KS) dan St. Croix Cross (SC)
Peubah Kanonikal 1 Kanonikal 2
DELWAK -0.804159 0.172014
PJWAFE -0.804284 0.174587
AMPMAK -0.296069 0.148056
WAMPMAK -0.217527 0.381652
AMPMIN 0.337187 -0.100833
WAMPMIN -0.284509 0.350645
PUNAMP -0.288600 0.137820
WPUNAMP -0.352241 0.442150
AMPRMS -0.531255 0.064922
FREKQ1 0.492905 -0.226207
WFREKQ1 -0.418608 0.515125
FREKQ3 0.700361 0.080604
WFREKQ3 -0.730589 0.305336
DYRT -0.351557 0.017223
FREKTGH 0.670637 -0.105598
WFREKTGH -0.614365 0.350807
ENERGI -0.490680 0.023601
BDFREKQ13 0.346765 0.402662
WBDFREKQ13 -0.744970 0.191884
PJSPEKTR -0.810407 0.162897
FREKMAK 0.526933 -0.279258
DYMAK -0.342765 0.077705
WDYMAK -0.333054 0.248247
WFREKMAK -0.364816 0.271570
Keterangan :
DELWAK = Lama Suara, PJWAFE = Panjang Wafeform, AMPMAK = Amplitudo Maksimum, WAMPMAK = Waktu Amplitudo Maksimum, AMPMIN = Amplitudo Minimum, WAMPMIN = Waktu Amplitudo Minimum, PUNAMP = Puncak Amplitudo, WPUNAMP = Waktu Puncak Amplitudo, AMPRMS = Root-Mean-Square Amplitudo/Amplitudo Efektif, FREKQ1 = Frekuensi Kuartil Pertama, WFREKQ1 = Waktu Frekuensi Kuartil Pertama, FREKQ3 = Frekuensi Kuartil Ketiga, WFREKQ3 = Waktu Frekuensi Kuartil Ketiga, DYRT = Daya Rata-rata, FREKTGH = Frekuensi Tengah, WFREKTGH = Waktu Frekuensi Tengah, ENERGI = Energi, BDFREKQ13 = Perbedaan Frekuensi Kuartil Pertama dan Ketiga, WBDFREKQ13 = Perbedaan Waktu Frekuensi Kuartil Pertama dan Ketiga, PJSPEKTR = Panjang Spektrogram, FREKMAK = Frekuensi Maksimum, DYMAK = Daya Maksimum, WDYMAK = Waktu Daya Maksimum, WFREKMAK = Waktu Frekuensi Maksimum
Keragaman Sifat Kualitatif
Gambar 9 memperlihatkan grafik keberadaan, warna dan orientasi tanduk domba jantan dan betina dari bangsa domba BC, KG, LG, KS dan SC. Sementara itu, Gambar 11 adalah foto yang memperlihatkan keragaman sifat-sifat tersebut.
Gambar 9. Keberadaan tanduk (a = jantan dan b = betina), warna tanduk (c = jantan dan d = betina) dan orientasi tanduk (e = jantan dan f = betina domba Barbados Black Belly Cross (BC), Komposit Garut (KG), Lokal Garut (LG), Komposit Sumatera (KS) dan St. Croix Cross (SC)
80 77.8
100 60
17.6
20 22.2
0 40 82.4
BC LG SC
0% 50% 100%
(a) Jantan
Bertanduk Tidak Bertanduk
0 5.4
7.1 0 0
100 94.6
92.9 100 100
BC LG SC
0% 50% 100%
(b) Betina
Bertanduk Tidak Bertanduk
BC KG LG KS SC Tidak
Bertanduk 20 22.2 0 40 82.4 Tanduk Hitam 53.6 16.7 87.5 24 5.9 Tanduk
Coklat 13.2 0 0 0 0 Tanduk
Kuning 13.2 55.6 12.5 36 11.7 Tanduk Hitam
Kuning 0 5.5 0 0 0 10 0
20 30 40 50 60 70 80 90 100
%
(c) Warna Tanduk Domba Jantan
BC KG LG KS SC Tidak
Bertanduk 100 94.6 92.9 100 100 Tanduk Hitam 0 2.7 7.1 0 0 Tanduk
Kuning 0 2.7 0 0 0
0 20 40 60 80 100 120
%
(d) Warna Tanduk Domba Betina
BC KG LG KS SC Tidak
Bertanduk 20 22.2 0 40 82.3 Lurus 6.7 16.7 0 0 0
Agak
Melengkung 33.3 16.7 25 12 11.8 Melingkar 0 22.2 75 0 0 Tonjolan 40 22.2 0 48 5.9
10 0 20 30 40 50 60 70 80 90
%
(e) Orientasi Tanduk Domba Jantan
BC KG LG KS SC Tidak
Bertanduk 100 94.6 92.9 100 100
Lurus 0 0 7.1 0 0
Tonjolan 0 5.4 0 0 0 0
20 40 60 80 100 120
%
(f) Orientasi Tanduk Domba Betina
Domba Lokal Garut berjenis kelamin jantan seluruhnya mempunyai tanduk (Gambar 9a), yang sebagian besar berorientasi melingkar (75 %) (Gambar 9e) dan sebagian besar berwarna hitam (87.5 %) (Gambar 9c). Sementara itu, domba BC, KG dan KS berjenis kelamin jantan sebagian besar mempunyai tanduk, sedangkan domba SC berjenis kelamin jantan hanya sebagian kecil yang mempunyai tanduk (17.6%).
Warna tanduk domba jantan BC lebih bervariasi dengan warna hitam, coklat dan kuning dan lebih setengahnya berwarna hitam (53.6 %) (Gambar 9c). Domba KG hanya mempunyai dua warna tanduk yaitu hitam dan kuning namun berkebalikan dengan domba BC, tanduk domba KG jantan dominan umumnya berwarna kuning (55.6). Domba jantan KS dan SC hanya memiliki dua jenis warna tanduk yaitu hitam dan kuning.
Domba KG jantan mempunyai orientasi atau bentuk tanduk yang lebih bervariasi, sementara itu domba KS dan SC hanya mempunyai dua bentuk tanduk yaitu agak melengkung dan tonjolan. Bentuk tanduk yang berupa tonjolan lebih banyak dimiliki oleh domba jantan BC dan KS, berturut-turut sebesar 40 % dan 48 % (Gambar 9e).
Domba betina pada umumya tidak memiliki tanduk seperti diperlihatkan pada Gambar 9b. Domba betina BC, KS dan SC seluruhnya tidak bertanduk, sementara itu domba betina KG dan LG dalam persentase kecil memiliki tanduk (5.4 % dan 7.1 %).
Domba betina KG yang bertanduk seluruhnya memiliki bentuk berupa tonjolan (Gambar 9f) berwarna hitam atau kuning (Gambar 9d), sedangkan domba betina LG yang bertanduk berorientasi tanduk lurus (Gambar 9f) dan berwarna hitam (Gambar 9d).
Gambar 10. Profil muka domba Barbados Black Belly Cross (BC), Komposit Garut (KG), Lokal Garut (LG), Komposit Sumatera (KS) dan St. Croix Cross (SC) berjenis kelamin jantan (a) dan betina (b)
0 27.8
25 16
35.3
100 72.2
75 84
64.7
0% 50% 100%
BC KG LG KS SC
(a) Jantan
Cembung Lurus
0 2.7
7.1 0
25.8
100 97.3
92.9 100
74.2
0% 50% 100%
BC KG LG KS SC
(b) Betina
Cembung Lurus
Gambar 11. Keragaman keberadaan tanduk (a, b, c, d, e, f, i, = domba jantan bertanduk; h = domba betina bertanduk; g, j = domba jantan tidak bertanduk), warna tanduk (d, h = hitam; a, b, e, f, i = kuning; c = hitam kuning), orientasi tanduk (d, f = lurus; b, i = agak melengkung; a, c = melingkar; e = tonjolan), profil muka (b, i =cembung; d, j = lurus)
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
(g) (h)
(i) (j)
Gambar 12. Warna tubuh dominan domba Barbados Black Belly Cross (BC) jantan (a) dan betina (b), Komposit Garut (KG) jantan (c) dan betina (d), Lokal Garut (LG) jantan (e) dan betina (f), Komposit Sumatera (KS) jantan (g) dan betina (h), St. Croix Cross (SC) jantan (i) dan betina (j)
Coklat Muda 40%
Coklat Tua 47%
Hitam 13%
(a) Domba BC Jantan
Putih 10%
Coklat Muda 51%
Coklat Tua 36%
Hitam 3%
(b) Domba BC Betina
Putih 67%
Coklat Muda 5%
Coklat Tua 17%
Abu-abu 5%
Hitam 6%
(c) Domba KG Jantan
Putih 76%
Coklat Muda 5%
Coklat Tua
8% Hitam
11%
(d) Domba KG Betina
Putih 25%
Coklat Tua 37%
Hitam 38%
(e) Domba LG Jantan
Putih 39%
Coklat Muda 7%
Coklat Tua
7%
Hitam 47%
(f) Domba LG Betina
Putih 68%
Coklat Muda 12%
Coklat Tua 20%
(g) Domba KS Jantan
Putih Coklat 54%
Muda 30%
Coklat Tua 12%
Hitam 4%
(h) Domba KS Betina
Putih 100%
(i) Domba SC Jantan
Putih 100%
(j) Domba SC Betina
Sebagian besar domba jantan maupun betina dari kelima bangsa mempunyai profil muka lurus, bahkan domba jantan dan betina BC dan domba betina KS seluruhnya berprofil muka lurus (Gambar 10 dan 11). Domba betina yang berprofil muka cembung lebih sedikit dibandingkan yang berjenis kelamin jantan untuk setiap bangsa domba.
Kelima bangsa domba memiliki karakteristik warna tubuh dominan yang berbeda- beda. Domba SC jantan seluruhnya memiliki warna tubuh dominan putih (Gambar 12i), dan bangsa domba jantan yang memiliki warna tubuh dominan umumnya putih adalah domba jantan KG (67 %) dan KS (68 %) (Gambar 12c dan 12g). Coklat tua adalah warna tubuh dominan bagi bangsa domba BC (47 %) dan LG (37 %) jantan.
Diantara kelima bangsa domba jantan tersebut domba KG memiliki warna tubuh dominan lebih bervariasi, disamping umumnya berwarna putih juga terdapat domba jantan yang berwarna abu-abu, coklat muda, coklat tua dan hitam.
Domba betina pada umumnya mempunyai jenis warna tubuh dominan lebih banyak dibandingkan domba jantan untuk setiap bangsa (Gambar 12) kecuali bangsa domba betina KG memiliki 4 macam warna dimana yang jantan memiliki 5 macam warna (Gambar 12d) dan domba betina SC memiliki jenis warna yang sama dengan domba jantan SC (Gambar 12i).
Gambar 13. Pola warna tubuh domba Barbados Black Belly Cross (BC), Komposit Garut (KG), Lokal Garut (LG), Komposit Sumatera (KS), St. Croix Cross (SC) jantan (a) dan betina (b)
BC KG LG KS SC Satu warna 20 27.8 25 36 100 Campuran 2
warna 80 50 37.5 44 0 Campuran 3
warna 0 22.2 37.5 20 0 0
20 40 60 80 100 120
%
(a) Jantan
BC KG LG KS SC Satu warna 33.3 29.7 39.3 24.3 78.8 Campuran 2
warna 53.9 59.5 42.9 45.7 15.2 Campuran 3
warna 12.8 10.8 17.9 24.3 4.6 Totol-totol 0 0 0 5.7 1.5
10 0 20 30 40 50 60 70 80 90
%
(b) Betina
Gambar 14. Warna belang domba Barbados Black Belly Cross (BC) jantan (a) dan betina (b), Komposit Garut (KG) jantan (c) dan betina (d), Lokal Garut (LG) jantan (e) dan betina (f), Komposit Sumatera (KS) jantan (g) dan betina (h), St. Croix Cross (SC) jantan (i) dan betina (j)
Polos 20%
Putih 33%
Coklat Muda 7%
Hitam 40%
(a) BC Jantan
Polos 33%
Putih 10%
Coklat Muda 5%
Coklat Tua
3%
Hitam 36%
Putih Hitam
10%
Coklat Muda Hitam 3%
(b) BC Betina
Polos 28%
Putih 5%
Coklat Muda 22%
Coklat Tua 11%
Hitam 11%
Putih Coklat
Tua 6%
Putih Abu-abu
6%
Putih Hitam 11%
(c) KG Jantan
Polos 30%
Putih 5%
Coklat Muda 46%
Coklat Tua
3%
Hitam 5%
Putih Coklat Muda 3%
Putih Hitam 5%
Coklat Tua Hitam
3%
(d) KG Betina
Polos 25%
Putih 25%
Hitam 12%
Putih Hitam
25%
Coklat Tua Hitam
13%
(e) LG Jantan
Polos 39%
Putih 14%
Coklat Tua
3%
Hitam 25%
Putih Coklat
Muda 4%
Putih Hitam 4%
Coklat Tua Hitam
11%
(f) LG Betina
Polos 36%
Putih 4% Coklat
Muda 12%
Coklat Tua
8%
Coklat Muda Hitam 4%
Hitam 20%
Putih Coklat Muda 12%
Coklat Tua Hitam
4%
(g) KS Jantan
Polos 24%
Putih 10%
Putih Coklat
Tua Hitam
2%
Coklat Muda 20%
Coklat Tua
7%
Hitam 9%
Putih Hitam
14%
Coklat Muda Hitam 6%
Coklat Tua Hitam
4%
Coklat Muda Tua Hitam
4%
(h) KS Betina
Polos 100%
(i) SC Jantan
Polos 79%
Coklat muda 14%
Hitam 1%
Coklat muda hitam 3%
Coklat tua hitam
1%
Coklat muda tua hitam
2%
(j) SC Betina
Hanya terdapat 4 macam warna tubuh dominan yang dimiliki domba betina untuk semua bangsa yaitu putih, coklat muda, coklat tua dan hitam kecuali domba betina SC yang hanya memiliki satu macam warna tubuh dominan.Warna tubuh dominan putih umumnya dimiliki oleh domba betina bangsa KG (Gambar 12d), KS (Gambar 12h) dan SC (Gambar 12i), sedangkan domba betina BC umumnya berwarna coklat muda (Gambar 12b) dan domba betina LG berwarna hitam (Gambar 12f).
Pola warna tubuh domba jantan KG, LG dan KS lebih bervariasi yang terdiri dari polos atau satu warna, campuran dua warna dan campuran tiga warna (Gambar 13).
Domba jantan KG dan KS umumnya memiliki pola warna campuran dua warna, sedangkan domba jantan LG lebih banyak yang memiliki campuran dua atau tiga warna.
Domba jantan BC memiliki dua macam pola warna yaitu polos atau satu warna dan campuran dua warna. Pola warna polos atau satu warna hanya dimiliki oleh domba jantan SC (Gambar 13a).
Domba betina dari kelima bangsa memiliki pola warna polos, campuran dua warna dan campuran tiga warna, kecuali domba betina KS dan SC disamping memiliki pola warna tersebut juga mempunyai pola warna totol-totol (Gambar 13b). Empat bangsa domba (BC, KG, LG dan KS) pada umumnya mempunyai pola warna campuran dua warna, sedangkan domba betina SC umumnya memiliki satu warna.
Jumlah macam warna belang domba jantan KG dan KS paling banyak dibandingkan bangsa domba yang lain (Gambar 14c dan 14g) yaitu tujuh warna sedangkan domba jantan BC mempunyai warna belang paling sedikit yaitu tiga warna (Gambar 14a). Domba jantan SC tidak mempunyai warna belang atau hanya mempunyai satu warna (polos) yaitu putih.
Domba betina pada umumnya memiliki jumlah warna belang lebih banyak dibandingkan domba jantan (Gambar 14), kecuali domba KG jantan maupun betina memiliki tujuh macam warna belang. Warna belang domba KS betina paling bervariasi dibandingkan domba betina dari kelima bangsa yang lain, yang memiliki sembilan macam warna belang. Sementara itu, domba betina yang memiliki paling sedikit macam warna belang adalah domba betina SC dengan 5 macam warna belang.
Persentase warna belang domba jantan maupun betina dari kelima bangsa domba seperti terlihat pada Gambar 15a. Sebagian besar domba jantan BC memiliki warna belang dengan persentase 1 – 10 %, demikian pula dengan domba jantan KG.
Disamping persentase belang kecil, domba jantan KG juga ada yang memiliki persentase belang antara >30 – 50 %. Domba jantan KS memiliki persentase belang antara 1 – 20 %. Persentase belang yang dimiliki domba jantan LG adalah 1-10 % atau
>40 – 50 %.
Persentase belang domba betina lebih bervariasi dibandingkan domba jantan dari kelima bangsa (Gambar 15b). Domba betina KS memilki persentase belang lebih bervariasi (1-50 %) sedangkan yang paling sedikit variasinya adalah domba betina SC (1-10 %). Persentase warna belang 1-10 % lebih banyak dimiliki oleh domba betina dari empat bangsa domba (KG, LG, KS dan SC), sedangkan domba betina BC lebih banyak yang memiliki persentase belang antara >10 – 20 %.
Gambar 15. Persentase warna belang domba Barbados Black Belly Cross (BC), Komposit Garut (KG), Lokal Garut (LG), Komposit Sumatera (KS), St.
Croix Cross (SC) jantan (a) dan betina (b)
Setiap bangsa domba menunjukkan variasi fenotipe seperti terlihat pada Gambar 16 (BC), Gambar 17 (KG), Gambar 18 (LG), Gambar 19 (KS) dan Gambar 20 (SC).
Definisi bangsa ternak menurut FAO (2000) adalah sekelompok ternak domestik dengan karakteristik eksternal yang dapat didefinisikan dan dapat dikenali yang memungkinkan kelompok tersebut dapat dibedakan secara visual dari kelompok yang lain di dalam spesies yang sama. Dari kelima bangsa domba, bangsa domba SC dan BC mempunyai karakteristik fenotipe yang relatif lebih seragam.
BC KG LG KS SC Polos 20 27.8 25 36 100 1-10% 80 44.4 37.5 56 0
>10-20% 0 0 0 8 0
>30-40% 0 5.6 0 0 0
>40-50 0 22.2 37.5 0 0 0
20 40 60 80 100 120
%
(a) Jantan
BC KG LG KS SC Polos 33.3 29.7 39.3 24.3 78.8 1-10% 23.1 62.2 32.2 48.6 21.2
>10-20% 38.4 5.4 14.3 10 0
>20-30% 2.6 0 7.1 7.1 0
>30-40% 2.6 2.7 7.1 5.7 0
>40-50 0 0 0 4.3 0 10 0
20 30 40 50 60 70 80 90
%
(b) Betina
Gambar 16. Keragaman warna tubuh domba Barbados Black Belly Cross (BC) jantan (a, b, c, d) dan betina (e, f, g, h, i, j)
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
(g) (h)
(i) (j)
Gambar 17. Keragaman warna tubuh domba Komposit Garut (KG) jantan (a, b, c, d) dan betina (e, f, g, h, i, j)
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
(g) (h)
(i) (j)
Gambar 18. Keragaman warna tubuh domba Lokal Garut (LG) jantan (a, b, c, d) dan betina (e, f, g, h, i, j)
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
(g) (h)
(i) (j)
Gambar 19. Keragaman warna tubuh domba Komposit Sumatera (KS) jantan (a, b, c, d) dan betina (e, f, g, h, i, j)
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
(g) (h)
(i) (j)
Gambar 20. Keragaman warna tubuh domba St. Croix Cross (SC) jantan (a, b, c, d) dan betina (e, f, g, h, i, j)
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
(g) (h)
(i) (j)