• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENENTUAN ZONA PRODUKTIF BERDASARKAN DATA WIRELINE LOGGING PADA SUMUR X LAPANGAN Y PT ELNUSA Tbk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENENTUAN ZONA PRODUKTIF BERDASARKAN DATA WIRELINE LOGGING PADA SUMUR X LAPANGAN Y PT ELNUSA Tbk"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN ZONA PRODUKTIF BERDASARKAN DATA WIRELINE LOGGING

PADA SUMUR ‘X’ LAPANGAN ‘Y’

PT ELNUSA Tbk

LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh

Bela Muhammad Akbar NIM 14010214

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN

INDRAMAYU 2019

(2)

i

PENENTUAN ZONA PRODUKTIF BERDASARKAN DATA WIRELINE LOGGING

PADA SUMUR ‘X’ LAPANGAN ‘Y’

PT ELNUSA Tbk

LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh

Bela Muhammad Akbar NIM 14010214

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN

INDRAMAYU 2019

(3)

ii

PENENTUAN ZONA PRODUKTIF BERDASARKAN DATA WIRELINE LOGGING

PADA SUMUR ‘X’ LAPANGAN ‘Y’

PT ELNUSA Tbk

Nama : Bela Muhammad Akbar

NIM : 14010214

Pembimbing 1 : Guntur Setiawan, M. T Pembimbing 2 : Desi Kusrini, M.T Pembimbing Lapangan : Erna Supriyatna

ABSTRAK

Wireline Logging adalah metode atau teknik untuk mengambil data mengenai sifat fisik batuan dan tipe fluida pengisi beserta ketebalan reservoir, sedangkan log adalah hasil rekaman dalam fungsi kedalaman terhadap proses logging. Sebelum melakukan logging, terlebih dahulu kita harus mengetahui penilaian formasinya. Tujuan dari penilaian formasi yaitu untuk mengetahui ketebalan dari suatu lapisan, mengetahui nilai dari porositas efektif dan saturasi air dengan menggunakan metode simandoux, dan untuk mengetahui ada atau tidaknya hidrokarbon dan jenis hidrokarbon pengisi zona produktif. Metode yang di lakukan untuk menilai suatu formasi dengan cara interpretasi cepat (quick look, dari data yang telah di analisis didapatkan hasil zona produktif pada kedalaman 452,5 ft, 460 ft dan 478 ft. memiliki tebal kedalaman sebesar 25,5 ft. Kemudian Sw pada masing masing kedalaman adalah 0,314, 0,087, 0,249. Didapatkan porositas dengan masing-masing kedalaman adalah 452,5 ft dengan porositas 0.241, 460 ft dengan porositas 0.286, 478 ft dengan porositas 0.259. Jenis fluida pengisi batuan pada zona produktif dengan kedalaman 452.5 ft sampai 478 ft berdasarkan quick look dan berdasarkan crossover antara log RHOB dan NPHI maka diperkirakan hidrokarbon yang terkandung adalah minyak.

Kata kunci: Penilaian formasi, wireline logging, hasil interpretasi.

(4)

iii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Bela Muhammad Akbar

NIM : 14010214

Program Studi : Teknik Perminyakan

Judul Tugas Akhir : Penentuan Zona Produktif Berdasarkan Data Wireline Logging Pada Sumur ‘X’ Lapangan ‘Y’

PT Elnusa Tbk

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Laporan Tugas Akhir ini adalah benar-benar karya saya sendiri dan bukan hasil plagiat dari karya orang lain. Semua sumber yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

2. Apabila dikemudian hari terbukti diketahui bahwa isi Laporan Tugas Akhir saya merupakan hasil plagiat, maka saya bersedia menanggung akibat hukum dari keadaan tersebut.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala kesadaran dan tanpa paksaan.

Indramayu, November 2019 Yang menyatakan

Bela Muhammad Akbar NIM 14010214

(5)

iv

LEMBAR PENGESAHAN

PENENTUAN ZONA PRODUKTIF BERDASARKAN DATA WIRELINE LOGGING

PADA SUMUR ‘X’ LAPANGAN ‘Y’

PT ELNUSA Tbk

Periode, 02 September 2019 – 02 Oktober 2019

oleh

Bela Muhammad Akbar NIM 14010214

Disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Diploma III (D-III)

Pada Program Studi Teknik Perminyakan, Akamigas Balongan Indramayu

Indramayu, November 2019 Disahkan oleh

Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2

Guntur Setiawan, M.T Desi Kusrini, M.T

NIDN. 0419057906 NIDN. 04525128702

Mengetahui,

Ketua Program Studi Teknik Perminyakan

Desi Kusrini, M.T NIDN. 04525128702

(6)

v

DI DEPAN PENGUJI SIDANG TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN

AKAMIGAS BALONGAN

Hari/Tanggal : Sabtu, 23 November 2019

PENENTUAN ZONA PRODUKTIF BERDASARKAN DATA WIRELINE LOGGING PADA SUMUR ‘X’ LAPANGAN ‘Y’

PT ELNUSA Tbk

Bela Muhammad Akbar NIM 14010214

NO NAMA PENGUJI JABATAN TANDA TANGAN

1 Guntur Setiawan, M.T Penguji 1 1.

2 Desi Kusrini, M.T Penguji 2 2.

3 Agung Setiawan, M.T Pembanding 3.

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul Penentuan Zona Produktif Berdasarkan Data Wireline Logging Pada Sumur ‘X’ Lapangan ‘Y’.

Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan tugas akhir ini, yaitu :

1. Bapak Drs. H. Nahdudin Islamy, M.T. selaku Ketua Yayasan Bina Islami, Indramayu;

2. Ibu Hj. Hanifah Handayani, M.Si. selaku Direktur Akamigas Balongan, Indramayu;

3. Ibu Desi Kusrini, M.T. selaku Ketua Prodi Teknik Perminyakan Akamigas Balongan;

4. Bapak Guntur Setiawan, M.T. selaku Dosen Pembimbing 1 Tugas Akhir;

5. Ibu Desi Kusrini, M.T. selaku Dosen Pembimbing 2 Tugas Akhir;

6. Bapak Erna Supriyatna, selaku Pembimbing Lapangan 7. Kedua Orang Tua yang selalu mendukung setiap saat,

Penulis sepenuhnya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari manapun datangnya sangat Penulis harapkan.

Indramayu, November 2019

Bela Muhammad Akbar

(8)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

LEMBAR ORISINALITAS ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR PERSAMAAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tema Tugas Akhir ... 3

1.3 Tujuan ... 3

1.3.1 Tujuan Umum ... 3

1.3.2 Tujuan Khusus ... 3

1.4 Manfaat ... 4

1.4.1 Manfaat Bagi Mahasiswa ... 4

1.4.2 Manfaat Bagi Akamigas Balongan ... 4

1.4.3 Manfaat Bagi Perusahaan ... 4

(9)

viii

BAB II TINJAUAN TEORI ... 6

2.1 Latar Belakang Penilaian Formasi ... 6

2.1.1 Mud Logging ... 7

2.1.2 Cutting ... 7

2.1.3 Coring ... 8

2.1.4 Well logging ... 8

2.2 Macam – macam Log ... 10

2.2.1 Log Permeable ... 10

2.2.2 Log Resistivity ... 12

2.2.3 Log Porosity ... 15

2.3 Zona Batuan Reservoir ... 17

2.4 Litologi Batuan ... 19

2.5 Jenis Fluida Pengisi Formasi ... 21

2.6 Jenis Cairan Pengisi Formasi ... 22

2.7 Saturation Water ... 23

2.8 Analisa Kuantitatif Berdasarkan Data Log ... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 27

3.1 Pendahuluan ... 27

3.2 Pengambilan Data ... 27

3.3 Pengolahan Data ... 28

3.4 Diagram Alir ... 29

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 30

4.1 Profil PT Elnusa Tbk ... 30

(10)

ix

4.2 Visi dan Misi PT Elnusa Tbk ... 31

4.3 Struktur Manajerial Perusahaan PT Elnusa Tbk ... 32

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

5.1 Data Sumur ... 33

5.2 Analisis Data Kuantitatif ... 34

5.2.1 Pada Kedalaman 442,5 Ft ... 38

5.2.2 Pada Kedalaman 452,5 Ft ... 40

5.2.3 Pada Kedalaman 460 Ft ... 42

5.2.4 Pada Kedalaman 478 Ft ... 44

5.2.5 Pada Kedalaman 488 Ft ... 46

5.3 Pembahasan Hasil Analisis Data Kuantitatif ... 50

BAB VI PENUTUP ... 54

6.1 Kesimpulan... 54

6.2 Saran ... 54

6.1.1 Saran Untuk Akamigas Balongan ... 54

6.1.2 Saran Untuk Mahasiswa... 55 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(11)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Contoh Header Log ... 11

Gambar 2.2 Litologi Batu Pasir ... 19

Gambar 2.3 Litologi Batu Serpih ... 20

Gambar 2.4 Litologi Batu Gamping ... 20

Gambar 2.5 Litologi Batu Bara ... 21

Gambar 3.1 Diagram Alir ... 29

Gambar 4.1 Logo Pertamina EP ... 30

Gambar 5.1 Stratigrafi Cekungan Tarakan ... 34

Gambar 5.2 Data SCAL ... 34

Gambar 5.3 Chart Log ... 34

Gambar 5.4 Crossover Log RHOB dan NPHI ... 36

Gambar 5.5 Header Log ... 37

(12)

xi

Halaman Tabel 5.1 Hasil Pengamatan Pembacaan Nilai Chart Log ... 36 Tabel 5.2 Hasil Data Header Log dan SCAL ... 37 Tabel 5.3 Hasil Analisis Data Kuantitatif... 49

(13)

xii

DAFTAR PERSAMAAN

Halaman

Persamaan 2.1 GR Indeks ... 25

Persamaan 2.2 Vshale (Linier) ... 25

Persamaan 2.3 Porosity Density log ... 25

Persamaan 2.4 Porosity Density Shale ... 25

Persamaan 2.5 Porosity Density Corr ... 25

Persamaan 2.6 Porosity Neutron Log ... 25

Persamaan 2.7 Porosity Neutron Corr... 25

Persamaan 2.8 Porosity Efektif ... 25

Persamaan 2.9 Temperatur Formasi ... 25

Persamaan 2.10 Rmf ... 25

Persamaan 2.11 Resistivity Water ... 26

Persamaan 2.12 Saturasi Water (Simandoux) ... 26

Persamaan 2.13 Saturasi Hidrokarbon ... 26

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ada tiga macam metode untuk mengidentifikasi suatu formasi dan merupakan bagian dari operasi pemboran, yaitu well test (uji sumur) dilakukan pada saat produksi, analisa core dilakukan pada saat eksplorasi, khususnya untuk menganalisa parameter dari batuan dalam formasi, dan logging dilakukan pada saat eksplorasi dan eksploitasi.

Dugaan adanya potensi hidrokarbon pada suatu area didapat dari penelitian geologi dan geofisika (seismik, magnetik, dan gravitasi). Data yang diperlukan untuk membuktikan ada atau tidaknya potensi hidrokarbon pada suatu area, yaitu data permukaan (peta geologi dan measured stratigrafi atau stratigrafi terukur) dan data di bawah permukaan (seismic, logging, coring dan cutting). Dari data permukaan seismik kemudian dilakukan untuk mendapatkan data di bawah permukaan berupa litologi batuan. Jika litologi batuan mengindikasikan adanya suatu reservoir, maka untuk membuktikan ada tidaknya hidrokarbon dilakukan pemboran lubang sumur serta serangkaian pengukuran di dalam sumur (logging) dan evaluasi data hasil rekaman untuk memastikan ada tidaknya kandungan hidrokarbon di bawah tanah.

Salah satu faktor untuk menentukan kualitas sumur adalah dengan melakukan penilaian formasi batuan (evaluasi formasi). Penilaian formasi adalah suatu proses analisis ciri dan sifat batuan di bawah tanah dengan menggunakan

(15)

2

hasil pengukuran lubang sumur (logging). Penilaian formasi dapat dilakukan dengan interpretasi pintas atau quick look atau dengan menggunakan software.

Interpretasi pintas atau quick look adalah membuat suatu evaluasi log pada zona bersih (clean formation) dengan cepat di lapangan tanpa menggunakan koreksi dampak lingkungan lubang bor tersebut.

Evaluasi formasi batuan adalah suatu proses analisa ciri dan sifat batuan di bawah tanah dengan menggunakan hasil pengukuran lubang bor. Pengukuran pada lubang sumur ini dapat digolongkan menjadi empat kategori log operasi pemboran, analisa core, log sumur dengan kabel, dan uji produksi kandungan lapisan.

Logging adalah kegiatan pengukuran atau perekaman kondisi didalam sumur dengan cara menurunkan suatu alat ke dasar lubang bor kemudian alat tersebut dengan kecepatan tetap ditarik dan kemudian mencatat hasil pengukuran yang berupa defleksi-defleksi pada suatu chart, atau disebut juga log. Untuk mendapatkan data yang akurat, maka logging dilakukan beberapa kali perekaman dengan kombinasi alat yang berbeda. Hasil analisa data logging dapat digunakan untuk mengetahui zona prospek hidrokarbon, perhitungan cadangan hidrokarbon yang ada di suatu lapangan, perkiraan perolehan hidrokarbon.

Log yang menunjukan zona permeable adalah Log spontaneous potential dan Log gamma ray. Lalu Log yang mengukur resistivity formasi sebagai berikut Log deep resistivity, Log medium resistivity dan Log micro spherically focused log. Kemudian yang terakhir Log yang mengukur porosity adalah Log density, Log neutron dan Log sonic.

(16)

Dengan dilakukannya penilaian formasi maka dapat ditentukan zona mana yang prospek untuk di produksi, sehingga keuntungan pun dapat diperoleh.

1.2 Tema Tugas Akhir

Tema yang diambil dalam Tugas Akhir ini adalah “Penentuan zona produktif berdasarkan data wireline logging pada sumur ‘X’ lapangan ‘Y’ . Adapun dalam prakteknya juga di analisa hal-hal terkait pada proses wireline logging tersebut.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

1. Terbentuknya pemahaman yang utuh pada mahasiswa tentang proses pemecahan masalah yang dihadapi di lapangan.

2. Menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di bangku kuliah.

3. Mengenal dunia kerja yang sesungguhnya, sehingga dapat memahami dan beradaptasi dengan baik saat terjun ke dunia kerja nantinya.

4. Menambah daya kreatifitas dan keahlian mahasiswa.

5. Menambah wawasan mahasiswa tentang kegiatan operasi pemboran, khususnya di bidang penilaian formasi yaitu logging.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menentukan ketebalan lapisan pada zona produktif berdasarkan data wireline logging.

2. Mengetahui nilai porositas efektif zona produktif berdasarkan data density log dan neutron log.

(17)

4

3. Mengetahui nilai saturasi air zona produktif dengan metode simandoux.

4. Mengetahui ada atau tidaknya hidrokarbon dan jenis hidrokarbon pengisi zona produktif sumur berdasarkan data wireline logging secara quick look.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Bagi Mahasiswa

1. Dapat mengetahui berbagai masalah di lapangan.

2. Mendapat pengetahuan dan keterampilan yang lebih aplikatif dalam bidang logging.

3. Bekerja dengan baik untuk memecahkan masalah.

4. Dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap perusahaan.

5. Mengenal lebih dekat kondisi lingkungan kerja yang sebenarnya.

1.4.2 Manfaat Bagi Akamigas Balongan

1. Terbinanya suatu jaringan kerjasama dengan institusi tempat kerja praktek dalam upaya meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antara substansi akademik dengan pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam dunia industri.

2. Tersusunnya kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan nyata di lapangan.

1.4.3 Manfaat Bagi Perusahaan

1. Dapat memanfaatkan tenaga mahasiswa untuk membantu kegiatan operasional.

(18)

2. Dapat mengembangkan kemitraan dengan Akamigas Balongan, baik untuk kegiatan penelitian maupun pengembangan.

3. Perusahaan mendapatkan alternatif calon karyawan pada spesialisasi di perusahaan tersebut.

(19)

6

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Latar Belakang Penilaian Formasi

Penilaian formasi atau disebut juga evaluasi formasi merupakan suatu proses analisa ciri dan sifat batuan di bawah tanah dengan menggunakan hasil dari pengukuran lubang sumur. Evaluasi formasi membutuhkan berbagai macam pengukuran dan analisis yang dapat saling melengkapi satu dengan yang lain.

Tujuan utama dari evaluasi formasi adalah untuk mengidentifikasi cadangan hidrokarbon dan memperkirakan perolehan hidrokarbon.

Evaluasi formasi umumnya dilakukan secara berurutan dan sistematis, daerah yang dianggap adanya potensi hidrokarbon awalnya ditentukan melalui survei (seismic, magnetic dan gravitasi). Dari data permukaan seismic kemudian dilakukan untuk mendapatkan data di bawah suatu permukaan berupa lithology batuan. Jika lithology batuan mengindikasikan adanya suatu reservoir, maka untuk membuktikan ada tidaknya hidrokarbon dilakukan pemboran lubang sumur serta semua rangkaian pengukuran di dalam sumur (logging) dan evaluasi data hasil dari rekaman untuk memastikan ada tidaknya kandungan hidrokarbon di bawah tanah.

Selain tujuan utama, penilaian formasi juga memiliki tujuan yang lain, yaitu untuk mengetahui ada tidaknya potensi minyak, untuk mengetahui secara tepat dimana letak hidrokarbon, untuk dapat menghitung berapa banyak hidrokarbon yang terkandung pada suatu formasi. Serta, untuk mengetahui

(20)

apakah hidrokarbon yang ditemukan potensial atau tidak untuk di produksi. Saat mata bor tersebut telah mencapai kedalaman tertentu maka logging dapat dilakukan. Penjelasan mengenai metode-metode yang digunakan dalam evaluasi formasi adalah sebagai berikut :

2.1.1 Mud Logging

Mud logging merupakan proses mensirkulasikan dan memantau perpindahan mud dan cutting pada sumur selama pemboran. Dua tugas utama dari seorang mud logger adalah memantau parameter pengeboran dan memantau sirkulasi gas atau cairan atau padatan sumur agar pengeboran dapat berjalan aman dan lancar, serta menyediakan informasi sebagai bahan evaluasi bagi petroleum engineering department. Alat mud logging unit akan dikirim ke kantor pusat berupa mud log yang berisi :

1. Pembacaan gas yang diperoleh dari detektor gas.

2. Pengecekan terhadap gas beracun H2S

3. Laporan analisis cutting yang telah dideskripsikan.

4. Rate of penetration (ROP)

5. Indikasi keberadaan hidrokarbon yang terdapat dalam sampel.

2.1.2 Cutting

Cutting merupakan material hancuran batuan oleh mata bor yang dibawa oleh lumpur pemboran ke permukaan. Cutting tersebut dibersihkan dan diamati dengan mikroskop yang ada di mud logging unit dan hasil deskripsi tersebut dibawa ke kantor pusat pengolahan data, agar informasi tersebut berguna maka ada standar deskripsi baku yang harus dilakukan yaitu meliputi:

(21)

8

1. Tekstur 2. Warna 3. Sortasi 4. Kekerasan 5. Porositas 6. Permeabilitas.

2.1.3 Coring

Coring merupakan metode yang digunakan untuk mengambil batu inti (core) dari dalam lubang bor, coring penting untuk mengkalibrasi model petrofisik dan mendapat informasi yang tidak diperoleh melalui log.

Core tersebut memewakili kondisi batuan tempatnya semula berada dan relatif tidak mengalami gangguan sehingga banyak informasi yang bisa didapat oleh data core tersebut, antara lain :

1. Tipe mineral 2. Kehadiran fracture.

2.1.4 Well logging

Well logging dalam bahasa perancis disebut carrotage electrique yang berarti electrical coring itu merupakan definisi awal dari well logging ketika pertama kali ditemukan pada tahun 1927. Well logging merupakan suatu proses perekaman karakteristik dari suatu formasi batuan yang diperoleh melalui pengukuran pada sumur bor. Data yang dihasilkan disebut well log. Berdasarkan proses kerjanya, logging dibagi menjadi 2 jenis yaitu wireline logging dan logging while drilling.

(22)

Wireline logging merupakan proses perekaman karakteristik bawah permukaan dengan menggunakan kabel, dalam metode ini dilakukan saat pemboran sudah berhenti dan kabel untuk mentransmisikan data dari alat berupa sonde, Sedangkan logging while drilling tidak menggunakan kabel dan dapat dilakukan bersamaan saat proses pemboran berlangsung. Saat ini logging while drilling lebih banyak digunakan karena lebih praktis sehingga waktu yang diperlukan lebih efisien.

Logging adalah kegiatan pengukuran atau perekaman kondisi di dalam sumur dengan cara menurunkan suatu alat ke dasar lubang bor kemudian alat tersebut dengan kecepatan tetap ditarik dan kemudian mencatat hasil pengukuran yang berupa defleksi-defleksi pada suatu chart atau disebut juga log, Log adalah suatu grafik kedalamn dari suatu set kurva yang menunjukkan parameter yang diukur secara berkesinambungan dari dalam sebuah sumur.

Logging tools (peralatan utama logging, berbentuk pipa pejal berisi alat pengirim dan sensor penerima sinyal) diturunkan ke dalam sumur melalui tali baja berisi kabel listrik ke kedalaman yang diinginkan. Biasanya pengukuran dilakukan pada saat logging tools ini ditarik ke atas. Logging tools akan mengirim sesuatu “sinyal” ke dalam formasi lewat dinding sumur. Sinyal tersebut akan dipantulkan oleh berbagai macam material di dalam formasi dan juga material dinding sumur. Pantulan sinyal kemudian ditangkap oleh sensor penerima di dalam logging tools lalu dikonversi menjadi data digital dan ditransmisikan lewat kabel logging ke unit di permukaan. Sinyal digital tersebut lalu diolah oleh seperangkat komputer menjadi berbagai macam grafik dan

(23)

10

tabulasi data yang diprint pada continuos paper yang dinamakan log. Kemudian log tersebut akan diintepretasikan dan dievaluasi oleh geologist dan ahli geofisika. Hasilnya sangat penting untuk pengambilan keputusan baik pada saat pemboran ataupun untuk tahap produksi nanti. Hasil analisa data logging dapat digunakan untuk mengetahui antara lain :

1. Menentukan zona prospek hidrokarbon.

2. Perhitungan cadangan hidrokarbon yang ada di suatu lapangan.

3. Perkiraan perolehan hidrokarbon.

4. Data logging akan tampak sebagai kurva yang dilengkapi tergantung pada jenis alat pengukuran.

5. Untuk menentukan zona permeable, yaitu digunakan log spontaneous potential dan log gamma ray.

Sebuah log umumnya memiliki judul/kepala pada bagian atas yang mencantumkan semua informasi yang berhubungan dengan sumur, misalnya:

jenis instrumen yang dipakai, kalibrasi instrumentasi, komentar-komentar mengenai pengukuran, skala kurva dan informasi lain.

(24)

Gambar 2.1 Contoh Header Log (Sumber : Harsono, 1997:4) 2.2 Macam – Macam Log

2.2.1 Log Permeable 1. Log Gamma Ray

Prinsip dari GR adalah perekaman radioaktivitas alami bumi.

Radioaktivitas GR berasal dari 3 unsur radioaktif yang ada dalam batuan yaitu

(25)

12

Uranium -U, Thorium -Th dan Potasium -K, yang secara kontinu mamancarkan GR dalam bentuk energi radiasi tinggi. Sinar Gamma ini mampu menembus batuan dan dideteksi oleh sensor sinar gamma yang umumnya berupa detector sintilasi, setiap GR yang terdeteksi akan menimbulkan kurva.

Pada formasi batuan sedimen, log ini biasanya mencerminkan kandungan unsur radioaktif di dalam formasi, formasi bersih biasanya mempunyai tingkat radioaktif yang sangat rendah, kecuali apabila formasi tersebut terkena kontaminasi radioaktif misalnya dari debu vulkanik atau granit.

Log gamma ray dapat digunakan pada sumur yang telah di cassing, dan log ini juga sering digunakan bersama-sama dengan log SP atau dapat juga sebagai pengganti log SP pada sumur yang di bor menggunakan lumpur salt mud, atau oil base mud. Peralatan berupa GR sonde memiliki detektor untuk mendeteksi yang dinamakan detektor scintillation.

Log gamma ray memiliki satuan API (American Petroleum Institute), dimana tipikal kisaran API biasanya berkisar antara 0 s/d 150. Walaupun terdapat juga suatu kasus dengan nilai gamma ray sampai 200 API untuk jenis organic rich shale.

2. Log Spontaneous Potential

Kurva SP adalah rekaman perbedaan potensial antara elektroda yang bergerak didalam lubang bor dengan elektroda dipermukaan. Satuannya adalah millivolt. SP digunakan untuk

a. Identifikasi lapisan-lapisan permeabel.

b. Mencari batas-batas lapisan permeabel dan korelasi antar

(26)

sumur berdasarkan batasan lapisan itu.

c. Menentukan nilai resistivitas air-formasi, Rw.

d. Memberikan indikasi kualitatif lapisan serpih,.

Pada lapisan serpih, kurva SP umumnya berupa garis lurus yang disebut garis dasar serpih, sedangkan pada formasi permeabel kurva SP menyimpang dari garis dasar serpih dan mencapai garis konstan pada lapisan permeabel yang cukup tebal, yaitu garis pasir. Penyimpangan SP dapat ke kiri atau ke kanan tergantung pada kadar garam dari air formasi dan filtrasi lumpur. SP tidak dapat direkam didalam lubang sumur yang diisi oleh lumpur yang tak konduktif karena diperlukan medium yang dapat menghantarkan arus listrik antara elektroda alat dan formasi. jika filtrasi lumpur dan kadar garam air formasi (resistivitas) hampir sama, penyimpangan SP akan kecil dan kurva SP menjadi kurang berguna.

3. Log Caliper

Caliper log merupakan suatu kurva yang memberikan gambaran kondisi diameter lubang bor dan lithologi terhadap kedalaman lubang bor. Untuk menyesuaikan dengan lubang bor, peralatan caliper log dilengkapi dengan pegas yang dapat mengembang secara fleksibel. Ujung paling bawah dari pegas tersebut dihubungkan dengan rod, dan posisi rod ini tergantung pada kompresi dari spring dan ukuran lubang bor. Manfaat caliper sangat banyak, yang paling utama adalah untuk menghitung volume lubang bor guna menentukan volume semen pada operasi sementing, selain itu dapat berguna untuk pemilihan bagian gauge yang tepat untuk setting packer. Satuan ukuran dalam caliper yaitu (inch).

(27)

14

2.2.2 Log Resistivity 1. Lateral Log

Resistivitas atau tahanan jenis suatu batuan adalah suatu kemampuan batuan untuk menghambat jalannya arus listrik yang mengalir melalui batuan tersebut. Alat DLT memfokuskan arus listrik secara lateral kedalam formasi dlm bentuk lembaran tipis. Ini dicapai dengan menggunakan arus-pengawal (bucking current) yang fungsinya untuk mengawal arus utama (measured current) masuk kedalam formasi sedalam-dalamnya. Dengan mengukur tegangan listrik yang diperlukan untuk menghasilkan arus listrik utama yang besarnya tetap, resistivitas dapat dihitung dengan hukum Ohm. Sebenarnya alat DLT terdiri dari 2 bagian:

satu bagian mempunyai elektroda yang berjarak sedemikian rupa untuk memaksa arus utama masuk sejauh mungkin kedalam formasi dan mengukur LLD, resistivitas leterolog dalam. Yang lain mempunyai elektroda berjarak sedemikian rupa membiarkan lembar arus utama terbuka sedikit, dan mengukur LLS, resistivitas laterolog dangkal. Hal ini tercapai karena arus yang dipanarkan adalah arus bolak - balik dengan frekuensi yang berbeda. arus LLd menggunakan frekuensi 28 kHz, sedangkan frekuensi arus LLS adalah 35 kHz.

Lateral log direkomendasikan pada lubang bor yang menggunakan lumpur bor sangat konduktif (salt mud) dan Lateral log karena menggunakan peralatan yang sensitif terhadap resistivitas sangat akurat digunakan pada formasi dengan resistivitas sedang sampai tinggi. Lateral log menggunakan satuan (Ωm) sebagai satuan ukurannya.

(28)

2. Induction Log

Sonde terdiri dari 2 set kumparan disusun dalam batangan fiber glass non - konduktif Suatu rangkaian osilator menghasilkan arus konstan ke kumparan pemancar. Dari hukum fisika kita pelajari bahwa bila sebuah kumparan dialirkan arus listrik bolak - balik akan menghasilkan medan magnet, dan sebaliknya medan magnet akan menimbulkan arus listrik pada kumparan. Sehingga arus listrik yang mengalir dalam kumparan alat induksi ini menghasilkan medan magnet di sekeliling sonde. Medan magnet ini menghasilkan arus-eddy (eddy current) didalam formasi disekitar alat sesuai dengan hukum Faraday. Formasi konduktif disekitar alat bereaksi seperti kumparan - kumparan kecil. Bisa dibayangkan terdapat berjuta juta kumparan - kumparan kecil didalam formasi yang mengalirkan arus eddy terinduksi. Arus eddy pada gilirannya menghasilkan medan magnet sendiri yg dideteksi dengan kumparan penerima. Kekuatan dari arus pada penerima adalah sebanding dengan kekuatan dari medan magnet yang dihasilkan dan sebanding dengan arus eddy dan juga konduktivitas dari formasi.

Maka alat induksi disebut alat konduktivitas, sedangkan alat leterolog yang telah kita bahas didepan disebut alat resistivitas, walaupun kedua alat itu memberikan satu pengukuran akhir yang sama yaitu Rt.. Perbedaan ini perlu dimengerti dengan baik untuk menentukan jenis alat mana yang paling sesuai dengan kondisi lumpur dan formasi untuk program logging.

Log Induksi biasanya direkomendasikan untuk lubang bor yang menggunakan lumpur bor konduktif sedang (oil base mud) dan pada lubang bor yang berisi udara.

(29)

16

Alat induksi, karena sangat sensitif terhadap konduktivitas baik digunakan pada formasi batuan dengan resistivitas rendah sampai sedang.

3. Micro Spherically Focused Log

Sistem SFL adalah satu set dari elektroda pada sonde Induksi. Sistem ini beroperasi dengan model yang serupa dengan Leterolog kecuali fokusnya lebih dangkal. Sinyalnya juga dirubah ke arus DC yang sebanding dengan konduktivitas, dan di kirim ke komputer. Satuan yang digunakan pada log ini adalah (Ωm).

2.2.3 Log Porositas 1. Log Densitas

Log Densitas merekam Bulk density formasi batuan. Bulk density merupakan densitas total dari batuan meliputi matriks padat dan fluida pengisi pori. Secara geologi, bulk density merupakan fungsi dari densitas mineral yang membentuk batuan tersebut dan volume fluida bebas yang menyertainya.

Batu pasir tanpa porositas mempunyai bulk density 2,65 g/cm3, densitas murni berasal dari kuarsa. Apabila porositasnya 10%, bulk density batu pasir tersebut tinggal 2,49 g/cm3, hasil rata-rata dari 90% butir kuarsa (densitasnya 2,65 g/cm3) dan air (densitasnya 1,0 g/cm3), Batu shale dengan bulk density 2,592 g/cm3 , Batu limestone dengan bulk density 2,72 g/cm3 , dan Batuan dolomite dengan bulk density 2,81 g/cm3.

Prinsip kerja adalah dengan sebuah sumber radioaktif yang diarahkan ke dinding bor mengeluarkan sinar gamma berenergi sedang ke dalam formasi. Sinar gamma tersebut bertumbukan dengan elektron yang ada didalam formasi. Pada

(30)

tiap kali tumbukan, sinar gamma kehilangan sebagian energinya yang diserap oleh elektron. Sinar gamma tersebut terus bergerak dengan energinya yang tersisa. Jenis interaksi dikenal dengan sebagai hamburan compton. Hamburan sinar gamma tersebut kemudian ditangkap oleh detektor yang ditempatkan didekat sumber sinar gamma. Jumlah sinar gamma yang kembali tersebut kemudian digunakan sebagai indikator dari densitas formasi. Satuan yang digunakan dalam RHOB ini adalah (gr/cc).

2. Log Neutron

Prinsip dasar dari log neutron adalah mendeteksi kandungan atom hidrogen yang terdapat dalam formasi batuan dengan menembakan atom neutron ke formasi dengan energi yang tinggi. Neutron adalah suatu partikel listrik netral yang mempunyai massa hampir sama dengan atom hidrogen. Partikel - partikel neutron memancar menembus formasi dan bertumbukan dengan material formasi, akibat dari tumbukan tersebut neutron akan kehilangan energi. Energi yang hilang saat benturan dengan atom di dalam formasi batuan disebut sebagai porositas formasi (ф N). Hilangnya energi paling besar bila neutron bertumbukan dengan sesuatu yang mempunyai massa sama atau hampir sama, contohnya atom hidrogen. Dengan demikian besarnya energi neutron yang hilang hampir semuanya tergantung banyaknya jumlah atom hidrogen dalam formasi.

Peralatan logging neutron meliputi GNT (gamma neutron tool) dan SNP (sidewall neutron tool). GNT merupakan detektor yang sensitif terhadap energi tingga sinar gamma dan panas dari neutron. GNT dapat digunakan pada lubang bor dengan atau tanpa cassing. Meskipun perlengkapan ini respon utamanya

(31)

18

adalah terhadap porositas, GNT juga bisa mendeteksi pengaruh akibat salinitas fluida, suhu, tekanan, ukuran lubang bor. Sedangkan pada peralatan SNP detektornya hanya mampu mendeteksi neutron yang memiliki energi sekitar 0,4eV. Log ini menggunakan satuan (v/v) sebagai satuan ukurannya.

3. Log Sonic

Fungsi dari alat sonic adalah untuk mengukur waktu rambatan gelombang suara melalui formasi pada jarak tertentu, interval transit time suatu batuan formasi tergantung dari litologi dan porositasnya. Pada dasarnya diperlukan pemancar dan penerima yang dipisahkan dalam jarak tertentu. Akan tetapi ada kemungkinan terjadi masalah dengan pengaturan dari pemancar dan penerima ini, sebagai contoh kikisan besar akan mempengaruhi sinyal sonik sehingga alat Sonik tidak lagi membaca sinyal dari formasi melainkan sinyal lumpur. Untuk mengatasi masalah ini digunakan rangkaian 2 buah penerima.

Tetapi masih ada masalah lain yaitu pengaruh kemiringan alat, maka untuk menghilangkan masalah ini, diciptakan suatu sistem balik ganda (double inverted system) dengan 2 pemancar dan 4 penerima. Di lapangan sistem ini dikenal sebagai Borehole Compensated (BHC).

2.3 Zona Batuan Reservoir

Batuan reservoir merupakan batuan sedimen yang berpori-pori sehingga minyak dan gas bumi yang dihasilkan oleh batuan induk (source rock) akan tersimpan disini.

(32)

Batuan reservoir dapat dibedakan dengan zona batuan kedap dengan melihat bentuk-bentuk kurva log. Adapun kenampakan antara lapisan batuan kedap dengan batuan permeable pada log adalah :

1. Zona batuan kedap atau lapisan non permeable dapat diketahui dari chart log. Untuk zona kedap defleksi sinar gamma (gamma ray) relatif tinggi dan caliper log relatif rendah. Contohnya batuan shale atau serpih. Zona batuan kedap dapat dicirikan oleh :

a. Tingginya aktivitas sinar gamma

b. Tidak terbentuk mud cake, diameter lubang bor kadang-kadang membesar (tidak selalu)

c. Adanya separasi negatif pada kurva-kurva mikrolog

d. Harga porositas neutron lebih tinggi daripada harga porositas densitas.

2. Zona permeable juga dapat diketahui dari chart log. Untuk zona permeable defleksi sinar gamma atau gamma ray relatif rendah dan caliperlog relatif tinggi. Zona batuan reservoir yang sarang dicirikan :

a. Harga kurva sinar gamma yang rendah

b. Harga kurva spontaneous potential menjauhi garis dasar serpih c. Mempunyai harga porositas menengah sampai tinggi

d. Adanya separasi positif pada mikro log.

2.4 Litologi Batuan

Selain kita mengetahui batuan tersebut permeable atau tidak kita juga harus mengetahui litologi batuan tersebut. Jenis litologi zona reservoir dapat

(33)

20

ditentukan berdasarkan kenampakan defleksi log tanpa melakukan perhitungan.

Adapun kenampakan litologi batuan reservoir adalah sebagai berikut : 1. Batu pasir (sandstone) :

a. Defleksi sinar gamma rendah

b. Terjadi separasi porositas pada kurva tahanan jenis mikro

c. Kadang-kadang mempunyai diameter lubang bor yang relatif lebih kecil karena cenderung membentuk kerak lumpur yang tebal d. Defleksi NPHI (neutron) dan RHOB (density) kecil.

Gambar 2.2 Litologi Batu Pasir (Sumber : Modul Prakikum Penfor, 2017 )

2. Batu serpih (shale) :

a. Defleksi sinar gamma besar (terbesar)

b. Spontaneous potential log tak mengalami defleksi atau garis lurus (shale base line).

c. Defleksi kurva NPHI (neutron) dan RHOB (density) relatif besar.

d. Defleksi sonic log relatif besar.

(34)

Gambar 2.3 Litologi Batu Serpih (Sumber : Modul Praktikum Penfor, 2017) 3. Batu gamping (limestone) :

a. Defleksi kurva sinar gamma rendah.

b. Harga b lebih tinggi (lebih tinggi daripada batu pasir).

c. Kurva neutron berhimpit dengan kurva densitas.

d. Lubang bor kadang-kadang membesar.

Gambar 2.4 Litologi Batu Gamping (Sumber : Modul Praktikum Penfor, 2017)

4. Batu bara (coal) :

a. Defleksi sinar gamma relatif kecil.

b. Resistivitas mempunyai harga yang sangat besar.

c. Defleksi RHOB rendah atau kecil sedangkan NPHI relatif besar.

(35)

22

d. Defleksi DT (sonic) relatif tinggi.

Gambar 2.5 Litologi Batu Bara (Sumber : Modul Praktikum Penfor, 2017)

2.5 Jenis Fluida Pengisi Formasi

Untuk membedakan jenis cairan yang terdapat dalam formasi, apakah air, minyak dan gas ditentukan dengan melihat log tahanan jenis dan gabungan log densitas dan neutron. Zona hidrokarbon ditunjukkan oleh adanya separasi antara harga tahanan jenis zona terusir (Rxo) dengan harga dari tahanan jenis formasi (Rt). Separasi tersebut dapat positif dan negatif tergantung pada harga Rmf atau Rw > 1, harga perbandingan Rxo dengan Rt akan maksimum dan hampir sama dengan harga Rmf atau Rw di dalam zona air. Nilai Rxo atau Rw lebih rendah dari harga maksimum tersebut maka menunjukkan adanya hidrokarbon dalam formasi. Pada lubang bor dimana harga Rmf lebih kecil daripada Rw.

Untuk membedakan gas atau minyak yang terdapat di dalam air formasi dapat dilihat pada gabungan log neutron – densitas. Zona gas oleh harga porositas neutron lebih kecil dari harga porositas densitas. Jadi akan ditunjukkan oleh separasi kurva log neutron yang lebih besar. Dalam zona minyak kurva neutron dan kurva densitas membentuk separasi positif yang lebih sempit daripada zona

(36)

gas (dalam formasi bersih). Pada zona lempungan kurva neutron dan densitas berhimpit atau membentuk separatif negatif (harga porositas neutron lebih besar dari pada harga porositas densitas). Zona ditunjukkan oleh separasi neutron dan densitas yang saling berhimpit. Zona air dibedakan dengan zona minyak dengan menunjukkan harga tahanan jenis formasi (Rt) yang lebih tinggi daripada zona air.

2.6 Jenis Cairan Pengisi Formasi

Untuk membedakan jenis cairan yang terdapat didalam formasi apakah air, minyak, atau gas dapat ditentukan dengan melihat log:

1. Zona prospektif minyak

a. Pada kurva GR terlihat bahwa sinar gamma-nya rendah, terlihat defleksi menjauhi shale base line.

b. Kurva resistivitas (LLD) menunjukkan nilai resistivitas yang semakin tinggi.

c. Kurva log porositas yaitu log densitas (RHOB) dan log neutron (NPHI) Terlihat pada kurva RHOB bentukan garis mengarah pada pengurangan porositasnya (semakin kekanan) dan penambahan densitas (semakin ke kiri). Sedangkan kurva log NPHI memperlihatkan hal yg sebaliknya, dimana terlihat kurva mengarah pada pertambahan porositasnya (semakin ke kiri).

2. Zona prospektif gas

a. Pada kurva GR terlihat bahwa sinar gamma-nya rendah, jauh dari shale base line.

(37)

24

b. Kurva resistivitas (LLD) menunjukkan nilai resistivitas yang semakin tinggi.

c. Kurva log porositas yaitu log densitas (RHOB) dan log neutron (NPHI) dengan harga resistivitas yang tinggi maka zona itumerupakan zona gas.

Kedua kurva ini memperlihatkan bentukan kolom separasi (+) cross over yang besar (membentuk seperti butterfly effect), hal ini menandakan jenis fluida adalah gas. Zona gas juga ditandai dengan harga porositas neutron yang jauh lebih kecil dari harga porositas densitas, sehingga akan menunjukkan adanya separasi yang lebih besar.

3. Zona prospektif air

a. Zona ini dapat dikenali dari logresistivitasnya (LLD). Log ini digunakan untuk mendeterminasi zona hidrokarbon dan zona air. Zona air akan menunjukkan harga tahanan jenis formasi yang lebih rendah daripada zona minyak. Dari log resistivitas yang diberikan terlihat bahwa defleksinya melurus, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa zona ini merupakan zona saline water. Bila defleksinya membelok (resistivitasnya semakin membesar) maka merupakan fresh water.

b. (RHOB) lapisan tersebut berada disebelah kanan kurva neutron.

c. Harga kurva NPHI dan RHOB yang kecil.

2.7 Saturation Water

Metode simandoux menggunakan log densitas dan log neutron untuk menentukan porositas. Adapun fraksi lempung dapat ditentukan dari log gamma ray, SP dan indikator kehadiran shale lainnya. Metode ini telah menjadi tulang

(38)

punggung bagi service company, dan program interpretasi untuk shaly sand selama 10 tahun terakhir. Metode ini baik digunakan pada pasir yang mengandung dispersed dan laminated shale. (Dewan, J. T., 1983) Dalam bentuk yang berbeda, dan pada reservoir yang terdiri dari batu pasir.

Metode Simandoux ini memiliki kelebihan diantaranya pada persamaan ini kehadiran shale sudah mulai diperhitungkan. Selain itu, metode ini sangat baik dalam melakukan perhitungan water saturation pada formasi yang memiliki kadar salinitas air yang tinggi atau saline water.

2.8 Analisis Kuantitatif Berdasarkan Data Log

Berikut merupakan formula – formula penting yang dikutip dari (Harsono. Adi, 1997) dan (Asquith. G dan Daniel. Krygowski , 2004) serta (Sembodo dan Asri, 2012) dalam analisa kuantitatif untuk mencari nilai porositas dan saturasi batuan berdasarkan data log :

a. GR Indeks

I GR = GR Read-GR min

GR max - GR min ... ( Persamaan 2.1 ) b. V Shale (Linier)

Vsh = I GR ... ( Persamaan 2.2 ) c. Porositas Densitas Log

∅D = ρ matrik- ρ densitas

ρmatrik- ρ fluida ... ( Persamaan 2.3 ) d. Porositas Densitas Shale

∅Dsh

ρ matrik- ρ sh

ρmatrik- ρ fluida... ( Persamaan 2.4 )

(39)

26

e. Porositas Densitas Corr

∅D𝑐𝑜𝑟𝑟 = ∅ − (∅Dsh x Vsh) ... ( Persamaan 2.5 ) f. Porositas Neutron Log

∅N = (1,02x∅NPHI)+0,0425 ... ( Persamaan 2.6 ) g. Porositas Neutron corr

∅N𝑐𝑜𝑟𝑟 = ∅N − (∅NshxVsh) ... ( Persamaan 2.7 ) h. Porositas Effective

∅e = √(∅Dcorr)2+(∅Ncorr)2

2 ... (Persamaan 2.8 )

i. Menghitung Temperatur Formasi

Tf = [(BHT-TSTDL) x D]+ TS ... ( Persamaan 2.9 ) j. Menghitung Rmf

Rmf@Tf = (Ts+21.5) x Rmf@TS

Tf+21.5 ... ( Persamaan 2.10 ) k. Resistivity Water (Ratio Method)

Rw = ( RmfRxo ) Rt ... ( Persamaan 2.11 ) l. Saturasi Water (Simandoux)

Sw = 2x∅effaxRwm[( 4∅eff

m

axRwxRt

+

Rshvsh)-Rshvsh] ... ( Persamaan 2.12 ) m. Saturasi Hidrokarbon

Shc = 1-Sw ... ( Persamaan 2.13 )

(40)

27

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam melaksanakan tugas akhir mahasiswa diharapkan mampu melakukan studi kasus yaitu mengangkat suatu kasus yang dijumpai di tempat tugas akhir menjadi suatu kajian sesuai dengan bidang keahlian yang ada atuapun melakukan pengamatan terhadap suatu proses atau alat untuk kemudian dikaji sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki.

Untuk mendukung tugas akhir dan kajian yang telah dilakukan, maka dapat dilakukan beberapa metode pelaksanaan (Gambar 3.1), yaitu antara lain : 3.1 Pendahuluan

Dengan cara menelaah literature-literature yang berhubungan dan bersesuaian, baik literature dari perusahaan maupun dari luar perusahaan, wawancara dan observasi lapangan di perusahaan

3.2 Pengambilan Data

Data yang dibutuhkan adalah data sumur, data logging, data mud logging dan data SCAL. Data sumur yang dibutuhkan adalah Total Depth Length, Pressure Formation, Temperature Surface, Bottom Hole Temperature. Data logging yang dibutuhkan gamma ray. Data mud logging yang dibutuhkan adalah resistivity. Dan data SCAL yang dibutuhkan adalah volume matriks.

(41)

28

3.3 Pengolahan Data

Sebelum menentukan nilai saturasi water dan saturasi hidrokarbon maka dilakukan perhitungan evaluasi terlebih dahulu yaitu mencari IGR Indeks, volume shale, porositas efektif dan saturasi water.

1. Menginput data LAS pada software IP v3.5

2. Melakukan analisis kualitatif untuk menentukan zona permeable litologi batuan serta fluida pengisi batuan

3. Melakukan analisis kuantitatif.

3.2.1 Analisa Kuantitatif Berdasarkan Data Log Gamma Ray a. GR Indeks

b. V Shale

3.2.2 Analisa Kuantitatif Berdasarkan Data Log Porositas a. Porositas Densitas Log

b. Porositas Densitas Effective c. Porositas Densitas Corr d. Porositas Neutron Log e. Porositas Neutron f. Porositas Efektif

3.2.3 Analisa Kuantitatif Berdasarkan Data Log Resistivitas a. Menghitung Temperatur Formasi

b. Menghitung Rmf c. Resistivity Water

d. Saturasi Air (Simandoux).

(42)

3.4 Diagram Alir

Gambar 3.1 Diagram Alir DATA LOG :

1. Gamma Ray 2. Pf

3. Psh 4. Ts 5. TDL

6. ØNsh @GR max 7. BHT

Pendahuluan

Penentuan zona produktif PENGOLAHAN DATA 1. Menentukan ketebalan lapisan

pada zona produktif

2. Menentukan nilai porositas efektif 3. Menentukan nilai saturasi air

dengan metode simandoux 4. Mengetahui ada atau tidaknya

hidrokarbon dan jenis hidrokarbon

Kesimpulan Pengumpulan Data

DATA SCAL 1. Pma (sandstone) DATA MUD

LOGGING : 1. Rmf@Tf 2. Rsh @GR max 3. LLD

4. MSFL

(43)

30

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1 Profil PT Elnusa Tbk

Gambar 4.1 Logo PT Elnusa Tbk (Sumber : PT Elnusa Tbk, 2019) Nama Perusahaan : PT Elnusa Tbk

Alamat : Jl.Raya Mundu Kedokan Bunder,Karangampel, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Indonesia Tanggal Berdiri : 9 September 1971

Direktur Utama : Tolingul Anwar Ketua Warehouse : Iriawan

Status Perusahaan : Perseroan Terbatas (PT) dengan status Anak Perusahaan Pertamina Persero

Bidang Usaha : Industri Minyak dan Gas, meliputi :

Perforation Well & TCP, Plug & Packer Setting, Production Logging, C/O & Sigma Log, Cement

& Casing Evaluation, Pipe Recovery Service.

(44)

4.2 Visi dan Misi PT Elnusa Tbk VISI

Menjadi perusahaan kelas dunia kebanggaan nasional di bidang jasa hulu migas secara total untuk memberikan nilai tambah optimal bagi stakehoder.

MISI

1. Memberikan jasa pelayanan bermutu tinggi secara terintegrasi untuk kepuasaan dan loyalitas pelanggan, yang di dukung oleh profesionalisme sumber daya manusia, ketersediaan peralatan, penguasaan teknologi dan pengembangan inovasi produk.

2. Melaksanakan seluruh kegiatan usaha berdasarkan kaidah good engineering practices dengan standar kelas dunia serta mewujudkan operation excellence melalui penerapan kaidah-kaidah dan HSE (Quality Assurance and Health, Safety & Environment ) yang benar dan konsisten sebagai realisasi keunggulan perusahaan.

3. Meningkatkan pertumbuhan skala usaha secara berkesinambungan yang disertai dengan peningkatan kinerja finansial maupun non finansial.

4. Meningkatkan nilai pemegang saham secara berkelanjutan serta kesejahteraan maupun kesempatan untuk tumbuh kembang karyawan.

Membina hubungan yang harmonis dan saling menguntungkan dengan pemerintah, mitra kerja maupun masyarakat di mana perusahaan beroperasi.

(45)

32

4.3 Struktur Manajerial Perusahaan PT.Elnusa Tbk

STRUKTUR ORGANISASI

Manager of Jawa Area

Supervisor Warehouse and Inventory

Field Operation Manager

Inventory Store HSE Officer Administrasi

Maintenance Staff (Instrument Engineer,

Sonde)

TCP Coordinator

Engineer in Charge RES (Desk Engneer)

Quality Control

Engineer

Foreman

Explosive Officer Operator

(46)

33

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Data Sumur

Penelitian di lakukan pada sumur BN-179 lapangan bunyu di daerah pulau bunyu, letak reservoir berada dikedalaman 452.5 – 478 ft dimana ketebalan lapisan mencapai 25,5 ft. Sumur BN-179 berada di Cekungan Tarakan pada Formasi Sembakung dan Batu Lempung Malio.

Stratigrafi regional cekungan tarakan, batuan dasar pada cekungan kalimantan timur terdiri dari sedimen sedimen berumur tua, meliputi formasi danau (Heriyanto dkk., 1996) atau disebut juga Formasi Damiu, Formasi Sembakung dan Batulempung Malio. Sedimen sedimen tersebut telah terkompaksi, terlipatkan dan tersebarkan.

(47)

34

Gambar 5.1. Stratigrafi Regional Cekungan Tarakan

Dari hasil penelitian di dapatkan beberapa data yaitu data logging di mana data tersebut berisi gamma ray, data mud logging berisi log resistivity, dan data SCAL.

(48)

5.2 Analisis Data Kuantitatif

Gambar 5.2 Data SCAL ( Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017)

Data diatas merupakan hasil dari laboratorium Special core analysis (SCAL) dimana data tersebut akan digunakan dalam rumus Sw simandoux yang digunakan dalam penentuan Saturation Water. Data yang akan digunakan yaitu porosity exponent (m).

(49)

36

Gambar 5.3 Chart Log Sumur ‘’X’’

( Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017 ) Non Produktif

Non Produktif Produktif

(50)

Gambar diatas adalah beberapa sampel perkiraan kedalaman zona tidak produktif (442,5 ft, 488 ft) dan zona produktif (452,5 ft, 460 ft, 478 ft) yang diambil berdasarkan quick look atau disebut juga dengan interpretasi pintas yang dilakukan dengan menganalisis log gamma ray, log resistivity serta log porosity pada chart log sumur yang digunakan.

Pada zona tidak produktif (442,5 ft dan 488 ft) berdasarkan pembacaan nilai gamma ray yang tinggi, kemudian nilai resistivity yang menunjukan pembacaan rendah serta tidak menunjukan adanya crossover pada log densitas dan log neutron maka diperkirakan itu merupakan zona tidak produktif secara quick look, sedangkan untuk zona yang di perkirakan produktif (452,5 ft, 460 ft dan 478 ft) berdasarkan nilai gamma ray yg relative rendah menunjukan zona permeable, kemudian resistivity yang tidak terlalu rendah dan tidak tinggi pula serta terjadinya crossover antara log densitas dan log neutron dimana yang mengindikasikan terdapat hidrokarbon pada zona tersebut, maka dari itu diperkirakan pada kedalaman tersebut produktif dan berpotensi mengandung hidrokarbon.

(51)

38

Gambar 5.4 Crossover RHOB dan NPHI ( Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017 )

Tabel 5.1 Hasil Pengamatan Pembacaan Nilai Chart Log Depth

(ft)

GR (API)

LLD (Ω𝐦)

MSFL (Ωm)

NPHI

(v/v) RHOB

442,5 121 6,51 4,56 0,37 2,134

452,5 118 6,37 3,69 0,355 2,113

460 104 23,1 4,63 0,278 2,001

478 111 8,03 3,66 0,345 2,085

488 127 3,78 3,86 0,45 2,152

Tabel diatas merupakan hasil pengamatan pada software interactive petrophysics 3.5 yang diambil berdasarkan data kedalaman yang diperkirakan zona tidak produktif dan zona produktif, data yang diambil adalah data gamma ray, log LLD, log MSFL, log NPHI dan log RHOB yang kemudian akan dilakukan perhitungan secara kuantitatif menggunakan perangkat Microsoft Excel.

(52)

Gambar 5.5 Header Log ( Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017)

Gambar diatas merupakan data header log sumur yang diamati dan didapatkan data berupa Pf, BHT, Ts, TDL, Rmf@Ts. Selanjutnya akan dilakukan perhitungan analisis data kuantitatif dimana data yang didapatkan adalah :

Tabel 5.2 Hasil Data Header Log dan SCAL DATA HEADER LOG DAN SCAL

GRmax 161 °API BHT 124 °F Rsh (LLD GR max) 4,1 Ω m

GRmin 43 °API Ts 78 °F

Ø Nsh (NPHI GR max )

0,435 v/v

Pf 1,07 gr/cc TDL 583 ft Pma (Sandstone)

2,65 gr/cc

Psh 2,592 gr/cc Rmf@Ts

0,183 Ω m

a dan m 1 dan 1,69

(53)

40

Setelah data Chart log, Header log dan SCAL sudah tersedia. Kemudian data yang akan dicari adalah IGR, Vshale, Porositas Efektif dan Saturasi Water dengan menggunakan perhitungan pada bagian 2.10 analisis data kuantitatif dengan menggunakan Microsoft Excel. Dibawah merupakan data yang didapatkan

5.2.1 Pada Kedalaman 442,5 ft Jawab :

I GR = GR read − GR min GR max − GR min

= 161−43121−43

= 0,661 °API

Vsh = I GR

= 0,661

= 0,661

∅D = ρma−ρbρma−ρf

= 2,65−2,1342,65−1,07

= 0,327

∅Dsh = ρma−ρshρma−ρf

= 2,65−2,5922,65−1,07

= 0,037

∅D𝑐𝑜𝑟𝑟 = ∅D − (∅Dsh x Vsh)

= 0,327 - (0,037 x 0,661)

= 0,302

∅N = (1,02 x ∅NPHI) + 0,0425

(54)

= (1,02 x 0,37)+0,0425

= 0,420

∅N𝑐𝑜𝑟𝑟 = ∅N − (∅Nsh x Vsh)

= 0,420 − (0,435 x 0,661)

= 0,132

∅eff = ∅Dcorr2+∅Ncorr2 2

= 0,302

2+0,1322 2

= 0,233

Tf = [(BHT−TSTDL) x D]+TS

= [(124−78583) x 442,5]

+

78

= 112,914 °F

Rmf@Tf = (TS+21,5TF+21,5) x Rmf@TS

= (78 + 21,5112,914 + 21.5)x0,183

= 0,135 Ω m Rw = [RmfRxo] x Rt

= [0,1354,56]x 6,51

= 0,193 Ω m

Sw = a x Rw

2x(∅eff)m

x [(

4 x(∅eff)

m

a x Rw x Rt

+

vsh

Rsh

)

Rshvsh

]

= 1 x0,193

2x(0,233)1,69x[(4x(0,233)

1.69

1x0,193x6,51+0,661

4,1 )0,6614,1 ]

= 0,307

(55)

42

Shc = 1-Sw

= 1 - 0,307

= 0,693

Jadi, pada kedalaman 442,5 ft nilai saturasi air sebesar 0,307 dan nilai saturasi hidrokarbon sebesar 0,693. Diperkirakan ini merupakan sumur tidak produktif karena mengindikasikan harga Sw yang cukup besar seperti harga Shc.

5.2.2 Pada Kedalaman 452,5 ft

Jawab :

I GR = GR read − GR min GR max − GR min

= 161−43118−43

= 0,636 °API

Vsh = I GR

= 0,636

= 0,636

∅D = ρma−ρbρma−ρf

= 2,65−2,1132,65−1,07

= 0,340

∅Dsh = ρma−ρshρma−ρf

= 2,65−2,5922,65−1,07

= 0,037

∅Dcorr = ∅D − (∅Dsh x Vsh)

= 0,340 (0,037 x 0,636)

(56)

= 0,317

∅N = (1,02 x ∅NPHI) + 0,0425

= (1,02 x 0,355)+0,0425

= 0,405

∅Ncorr = ∅N − (∅Nsh x Vsh)

= 0,405 − (0,435 x 0,636)

= 0,128

∅eff = ∅Dcorr2+∅Ncorr2 2

= 0,317

2+0,1282 2

= 0,241

Tf = [(BHT−TSTDL) x D]

+

TS

= [(124−78583) x 452,5]+ 78

= 113,703 °F Rmf@Tf = (TS+21,5TF+21,5)xRmf@TS

= (78 + 21,5113,703 + 21.5)x0,183

= 0,135 Ω m Rw = [RmfRxo]x Rt

= [0,1353,69]x6,37

= 0,232 Ω m

Sw = a x Rw

2x(∅eff)m

x

[(4 x (∅eff)

m

axRwxRt

+

Rshvsh)- Rshvsh]

(57)

44

= 1 x0,232

2x(0,241)1.69

x

[(4x(0,241)

1.69

1x0,232x6,37

+

0,6364,1 )0,6364,1 ]

= 0,314

Shc = 1-Sw

= 1 - 0,314

= 0,686

Jadi, pada kedalaman 452,5 m nilai saturasi air sebesar 0,314 dan nilai saturasi hidrokarbon sebesar 0,686. Diperkirakan ini merupakan kedalaman produktif karena harga Sw rendah 0.314 dibandingkan Shc, tapi ini masih perkiraan zona peralihan antara tidak produktif ke zona produktif, dimana mengindikasikan kandungan minyak yang tidak terlalu banyak.

5.2.3 Pada Kedalaman 460 ft Jawab :

I GR = GR read − GR min GR max − GR min

= 161−43104−43

= 0,517 °API

Vsh = I GR

= 0,517

= 0,517

∅D = ρma−ρbρma−ρf

= 2,65−2,0012,65−1,07

= 0,411

(58)

∅Dsh = ρma−ρshρma−ρf

= 2,65−2,5922,65−1,07

= 0,037

∅Dcorr = ∅D − (∅Dsh x Vsh)

= 0,411 (0,037 x 0,517)

= 0,392

∅N = (1,02 x ∅NPHI) + 0,0425

= (1,02 x 0,278)+0,0425

= 0,326

∅Ncorr = ∅N − (∅Nsh x Vsh)

= 0,326 − (0,435 x 0,517)

= 0,101

∅eff = ∅Dcorr2+∅Ncorr2 2

= 0,392

2+0,1012 2

= 0,286

Tf = [(BHT−TSTDL) x D]+TS

= [(124−78583) x 460]+ 78

= 114,295 °F Rmf@Tf = (TS+21,5TF+21,5)xRmf@TS

= (78 + 21,5114,295 + 21.5)x0,183

= 0,134 Ω m

(59)

46

Rw = [RmfRxo]x Rt

= [0,1344,63]x23,1

= 0,669 Ω m

Sw = a x Rw

2x(∅eff)m

x [(

4 x (∅eff)

m

axRwxRt

+

vsh

Rsh

)

Rshvsh

]

= 1 x0,669

2x(0,286)1,69

x

[(4x(0,286)

1,69

1x0,669x23,1

+

0,5174,1 )0,5174,1 ]

= 0,087

Shc = 1 - Sw

= 1- 0,087

= 0,913

Jadi, pada kedalaman 460 m nilai saturasi air sebesar 0,087 dan nilai saturasi hidrokarbon sebesar 0,913. Diperkirakan ini merupakan kedalaman yang sangat produktif karena harga Sw rendah sebesar 0,087 sedangkan harga Shc sebesar 0,913 dimana mengindikasikan kandungan minyak yang banyak. Dari data perhitungan bisa dipastikan bahwa kedalaman tersebut merupakan zona produktif.

5.2.4 Pada Kedalaman 478 ft Jawab :

I GR = GR read − GR min GR max − GR min

= 161−43111−43

= 0,576 °API

Vsh = I GR

(60)

= 0,576

= 0,576

∅D = ρma−ρbρma−ρf

= 2,65−2,0852,65−1,07

= 0,358

∅Dsh = ρma−ρshρma−ρf

= 2,65−2,5922,65−1,07

= 0,037

∅Dcorr = ∅D − (∅Dsh x Vsh)

= 0,358 (0,037 x 0,576)

= 0,336

∅N = (1,02 x ∅NPHI) + 0,0425

= (1,02 x 0,345) + 0,0425

= 0,394

∅Ncorr = ∅N − (∅Nsh x Vsh)

= 0,394 − (0,435 x 0,576)

= 0,144

∅eff = ∅Dcorr2+∅Ncorr2 2

= 0,336

2+0,1442 2

= 0,259

Tf = [(BHT−TSTDL) x D]+TS

Gambar

Gambar 2.1 Contoh Header Log  (Sumber : Harsono, 1997:4)  2.2  Macam – Macam Log
Gambar 2.3 Litologi Batu Serpih  (Sumber : Modul Praktikum Penfor, 2017)  3.  Batu gamping (limestone) :
Gambar 2.5 Litologi Batu Bara  (Sumber : Modul Praktikum Penfor, 2017)
Gambar 3.1 Diagram AlirDATA LOG : 1.  Gamma Ray 2.  Pf 3.  Psh 4.  Ts 5.  TDL 6.  ØNsh @GR max 7
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait