• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Bentuk Hukum Perusahaan Persekutuan Yang Diterapkan di Indonesia Maupun Malaysia Menurut Peraturan yang Berlaku di Masing-Masing Negara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of Bentuk Hukum Perusahaan Persekutuan Yang Diterapkan di Indonesia Maupun Malaysia Menurut Peraturan yang Berlaku di Masing-Masing Negara"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Bentuk Hukum Perusahaan Persekutuan Yang Diterapkan di Indonesia Maupun Malaysia Menurut Peraturan yang Berlaku di

Masing-Masing Negara

Muhammad Hildan Yudanto Nugroho

Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum, Universitas Indonesia E-mail korspondensi: hildan_yudhanto@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian hukum ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk hukum persekutuan perdata yang diterapkan di Indonesia mauapun Malaysia menurut peraturan yang berlaku di negara tersebut. Berdasarkan hasil penelitian ini, bahwa terdapat 2 perusahaan persekutuan yang digunakan yaitu Persekutuan yang diatur dalam ketentuan Partnership Act 1961 dan Limited Liability Partnership yang diatur dalam ketentuan Partnership 2012 dan terdapat perbedaan diantara keduanya yaitu di LLP seluruh anggota ataupun sekutu tidak secara individu bisa bertanggung jawab terhadap seluruh hutang Maupin kewajiban yang terdapat di perusahaannya, sementara Partnership seluruh anggotanya diwajibkan membayar seluruh hutang perusahaan yang dibayarkan oleh aset pribadi yang dimilikinya. Selain itu dalam pengaturan persekutuan yang diterapkan Indonesia dengan Malaysia berbeda hal ini disebabkan di Indonesia bekas jajahan Belanda sehingga menerapkan peraturan perusahaan persekutuan yaitu KUHD dan KUHPer sedangkan Malaysia merupakan negara bekas jajahan Inggris dan menjadi salah satu negara persemakmurannya sehingga peraturan perusahaan persekutuan yang diterapkan adalah Partnership Act 1961 dan Limited Liability Partnership Act 2012

Kata Kunci: Peraturan, Persekutuan, Perusahaan PENDAHULUAN

Semua negara tentu saja mempunyai suatu perusahaan dalam menggerakan perekonomian di negaranya, hal ini disebabkan karena negara tersebut menginginkan adanya peningkatan terhadap nilai perusahaan dengan menggunakan peningkatan kemakmuran terhadap pemilik maupun terhadap pemegang saham di perusahaan tersebut. Hal ini tidak terkecuali di Indonesia dan Malaysia yang sama-sama mempunyai perusahaan di dalamnya. Khusus di Indonesia terdapat sumber hukum maupun ruang lingkup mengenai hukum perusahaan yang terdapat di dalam Kitab-Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) maupun Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD).34

Apabila kita melihat jenis perusahaan menurut jumlah dari pemilik perusahaan tersebut maka bisa digolongkan kedalam bentuk perusahaan perseorangan maupun perusahaan persekutuan. Di dalam perusahaan perseorangan didirikan serta dipunyai hanya 1 orang saja, akan tetapi maatschap dan partnership didirikan oleh lebih dari 1

34 Agus Budianto, “PEMBAHARUAN KITAB HUKUM DAGANG INDONESIA: ANTARA KODIFIKASI, KOMPILASI DAN KONSOLIDASI”, Jurnal Ilmu Syari’ah Dan Hukum “Asy-Syir’ah”, Vol. 47 No. 2, 2013, hal 704.

(2)

yang dimana telah bekerja sama di dalam satu persekutuan.35 Menurut status hukum maka jenis perusahaan yang disebutkan sebelumnya bisa kita bedakan kedalam bentuk perusahaan badan hukum maupun perusahaan bukan badan hukum. kepemilikan dalam perusahaan badan hukum dapat dipunyai oleh negara yang sebagai contoh adalah Perusahaan Umum.36 Di dalam ketentuan KUHDP mempunyai 2 golongan bentuk-bentuk perusahaan ataupun bentuk-bentuk badan usaha adalah persekutuan dengan firma maupun Persekutuan Komanditer atau Commanditaire Vennootschap yang selanjutnya disingkat CV.37

Jika kita membahas mengenai Persekutuan Perdata maka di Indonesia memiliki ketentuan di dalam ketentuan KUHPerdata di dalam pasal 1618 yang memberikan definisinya adalah “suatu persekutuan antara dua orang atau lebih yang berjanji untuk memasukkan sesuatu ke dalam perseroan itu dengan maksud supaya keuntungan yang diperoleh dari perseroan itu dibagi diantara mereka.”38 Sedangkan definisi mengenai Perseroan Firma bisa kita lihat di dalam pasal 16 KUHD yaitu “suatu perseroan yang didirikan untuk melakukan suatu usaha di bawah satu nama bersama.”39

Dalam hakikatnya ketika kita membicarakan mengenai perusahaan persekutuan yaitu suatu perusahaan yang dipunyai minimal 2 orang atau lebih yang kemudian pihak tersebut disebut sekutu. Oleh sebab itu di dalam bentuk usaha yang dimaksud tersebut mempunyai suatu pengaturan hukum yang dimana mengatur mengenai hubungan hukum yang terjalin di antara para sekutu tersebut maka bisa disebut aspek hukum internal, sedangkan pengaturan yang mengatur mengenai hubungan hukum yang terjalin antara para sekutu terhadap pihak ketiga maka bisa disebut dengan aspek hukum eksternal.40

Sedangkan menurut Purwosutjipto yang di dalam bukunya menjelaskan pengertian dari CV adalah “suatu persekutuan dengan Firma sebagai suatu Maatschap, oleh sebab itu maka ketentuan yang sudah dijelaskan sebelumnya digunakan dalam bentuk perdata khusus yaitu Firma maupun CV.”41 Oleh sebab itu maka bisa kita lihat terpampang nyata jika CV merupakan Firma dan Firma merupakan Maatschap. Di Indonesia CV terdapat 2 sekutu yaitu sekutu komanditer dan sekutu komplementer. Dalam keberjalannya perusahaan tersebut sekutu komanditer diwajibkan untuk memberikan uang, barang atau keahlian kepada CV tersebut yang dimana hal tersebut merupakan suatu pemasukan dan juga sekutu tersebut tidak mempunyai kewenangan dalam melakukan pengurusan maupun penguasaan dalam keberlangsungan kegiatan. Mengenai status hukum bagi sekutu komanditer hanya bisa setara dengan orang yang dimana meminjamkannya

35 Julius Caesar Transon Simorangkir, “TANGGUNG JAWAB SEKUTU MAATSCHAP TERHADAP PIHAK KE 3 DALAM SUATU PERJANJIAN KONSORSIUM TERKAIT BUBARNYA MAATSCHAP ATAS KEHENDAK PARA SEKUTU (KASUS PERJANJIAN KONSORSIUM ANTARA PT AGRO BINTANG DHARMA NUSANTARA DENGAN PEMERINTAH DAERAH BALIKPAPAN, BONTANG”, Fiat Justisia: Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 9 No. 2, 2016, hal 235.

36 Rudhi Prasetya, “Maatschap, Firma dan Persekutuan Komanditer”, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002), hal 21.

37 Nindyo Pramono, “Perbandingan Perseroan Terbatas di Beberapa Negara”, (Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem Hukum Nasional Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I, 2012), hal 1.

38 Indonesia, KUHD Pasal 1618.

39 Ibid, pasal 16.

40 Yetty Komalasari Dewi, “Hukum Persekutuan di Indonesia Teori dan Kasus”, (Depok: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2017), hal 14.

41 HMN. Purwosutjipto, “Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia: Bentuk-Bentuk Perusahaan”, (Jakarta: Djambatan, 1987), hal 8.

(3)

ataupun menanamkan modalnya dalam perusahaan tersebut lalu harapan bagi penanam modal tersebut yaitu memiliki laba yang diperoleh berdasarkan modal yang telah dipinjamkan ataupun diinvestasikan.42 Sedangkan sekutu komplementer adalah suatu sekutu yang melaksanakan kegiatan operasional dalam CV tersebut dari awal, sehingga kebijakan maupun pelaksanaannya merupakan tanggung jawab dari sekutu komplementer tersebut.

Sama halnya dengan Indonesia maka pembangunan yang terjadi di Malaysia juga disokong oleh beberapa perusahaan yang melaksanakan kegiatan operasionalnya. Ketika kita melihat dalam sistem hukum Common Law yang digunakan oleh Malaysia maka mereka mengenal beberapa bentuk organisasi bisnis yang salah satunya adalah Sole Proprietorship. Definisi Sole Proprietorship yaitu “suatu perusahaan yang dimana hanya dipunyai oleh 1 orang saja yang dimana seluruh kegiatan dalam pengendalian maupun pengambil kebijakan mengenai keberjalanannya suatu perusahaan tersebut hanya di kuasai oleh pemilik perusahaan saja.”43

Partnership atau yang biasa dikenal dengan sebutan persekutuan merupakan perusahaan yang didirikan ataupun dipunyai minimal 2 orang yang dimana selanjutnya mereka dikenal dengan “sekutu”. Metode yang digunakan dalam bisnis ini terkadang lebih sesuai dengan perusahaan ataupun firma yang dijalankan oleh orang yang ahli di bidangnya. Sama halnya dengan Sole Proprietorship yang dimana hanya warga negara Malaysia yang bisa mendaftarkan perusahaan persekutuan tersebut. Limited Liability Partnership yang selanjutnya disebut LLP adalah “suatu gabungan antara persekutuan dengan Private Limited Company.”44 Dalam jenis tersebut mempunyai persamaan dengan persekutuan yang konvensional, akan tetapi dengan adanya suatu keuntungan sama halnya dengan Private Limited Company. Pengertian Private Limited Company / Sendirian Berhad (Sdn Bhd) merupakan “suatu perusahaan yang bentuknya tidak gabung oleh para pemegang perusahaanya yang dimana perusahaan yang dimaksud bisa kita sebut dengan

“legal person” yang bisa membuat kontrak ataupun transaksi, membat\yar pajak, menjual property dan menuntut ataupun dituntut di pengadilan.”45 Private Limited Company bisa kita katakan sebagai Perseroan Terbatasnya Indonesia maupun Public Limited Company / Berhad (Bhd) yaitu sama dengan Sdn Bhd akan tetapi di dalam saham yang ditawarkan bagi publik dalam waktu tertentu. Bhd dalam hal ini diwajibkan mempunyai jumlah lebih dari 50 orang anggota sedangkan jumlah paling banyaknya tidak mempunyai batasan.

Di dalam jenis badan usaha tersebut terkadang memasukkan perusahaan yang sebelumnya sudah terdaftar maupun di atur Komisi Sekuritas Malaysia. Banyak Business Entity yang berada di wilayah Malaysia dimana mereka memiliki persamaan terhadap jenis badan usaha yang berada di Indonesia, sama halnya mengenai Perusahaan

42 Muhammad Ramadhan dan Yunial Laily, “ANALISIS HUKUM PERJANJIAN KERJA SAMA INVESTASI ANTARA PERSEKUTUAN KOMANDITER DAN INVESTOR ASING MENURUT HUKUM INVESTASI DI INDONESIA”, Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 5 No.1, 2018, hal 774

43 PAUL HYPE PAGE&CO, “What are the 5 Types of Business Entity in Malaysia?”, www.paulhypepage.my/what-are-the-5-types-of-business-entity-in-malaysia/, diakses pada tanggal 5 November2022.

44 Jaswadi, “PENERAPAN GOOD GOVERNANCE PADA PERUSAHAAN SKALA KECIL DAN MENENGAH NON GO PUBLIC”, Journal of Research and Applications: Accounting and Management, Vol. 1 No. 3, 2016, hal 238.

45 Elias G. Carayannis and Ruslan Rakhmatullin, “THE QUADRUPLE/QUINTUPLE INNOVATION HELIXES AND SMART SPECIALISATION STRATEGIES FOR SUSTAINABLE AND INCLUSIVE GROWTH IN EUROPE AND BEYOND”, Journal of the Knowledge Economy, Vol. 5 No. 2, 2014, hal 215.

(4)

Persekutuan. Sesuai dengan ketentuan Malaysia Partnership Act 1961 yang menyebutkan

“Partnership is the relation which subsists between persons carrying on business in common with a view of profit”. Apabila kita melihat definisi sebelumnya maka mempunyai persamaan dengan Persekutuan yang dimana tercantum di ketentuan Pasal 1618 KUHPerdata. Selain itu LLP bisa disebut dengan Persekutuan Komanditer apabila di Indonesia yang dimana telah diatur di ketentuan Partnership Act 2012 di dalam hukum di wilayah Malaysia.46

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan dalam latar belakang, maka pokok permasalahan yang akan dibahas dalam jurnal ini adalah sebagai berikut: Bagaimana bentuk pengaturan Partnership maupun LLP di Negara Malaysia? Dan Bagaimana perbandingan bentuk hukum persekutuan di Indonesia dengan Malaysia menurut peraturan di masing-masing negara?

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis di dalam bentuk penyusunan makalah ini yaitu menggunakan penelitian hukum normatif yang berarti menggunakan sumber dari peraturan perundang-undangan, akan tetapi tidak membatasi bagi penulis dalam menggunakan bahan-bahan hukum yang lain seperti penelitian kepustakaan ataupun studi dokumen yang mengandung unsur doktrinal di dalamnya.47

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bentuk Pengaturan Partnership maupun Limited Liability Partnership (LLP) di Negara Malaysia

Di Malaysia terdapat 2 perusahaan persekutuan yaitu antara lain adalah Partnership serta Liability Partnership (LLP). Partnership serta Liability Partnership (LLP) adalah sebuah satu kesatuan akan tetapi diantara perusahaan tersebut mempunyai suatu perbedaan yang cukup signifikan maupun bisa kita lihat mengenai perbedaan tersebut. Ketika kita melihat peraturan perundang-undangan yang berlaku di Malaysia maka bisa kita katakan definisi mengenai Partnership yang terdapat di Article 1 Partnership Act 1961 merupakan

“suatu hubungan hubungan antara dua orang atau lebih yang menjalankan bisnis yang sama dengan tujuan mendapatkan suatu keuntungan.” sementara itu definisi mengenai LLP di dalam ketentuan Article 2 Limited Liability Partnersip Act. 2012 yaitu “Badan usaha yang tanggung jawab hukumnya terpisah dengan anggota sekutunya.”

Selain itu di Negara Malaysia apabila kita membahas mengenai Persekutuan (Firma) bisa kita lihat di dalam ketentuan Partnership Act 1961, sedangkan LLP bisa kita lihat di dalam ketentuan Partnership Act 2012. Perbedaan yang sangat terlihan antara Partnership dengan LLP yaitu di dalam keberjalanan perusahaan LLP yaitu seluruh anggota ataupun sekutu tidak secara individu bisa bertanggung jawab terhadap suatu hutang maupun kewajiban yang terdapat di perusahaanya, sementara itu bagi Partnership yaitu seluruh anggotanya untuk diwajibkannya membayar seluruh hutang perusahaan yang dibayarkan oleh aset pribadi yang dimilikinya. Oleh sebab itu maka di dalam

46 Ni Made Pratiwi Dharnayanti, Yohanes Usfunan, and I Made Sarjana, “HUBUNGAN HUKUM PERUSAHAAN INDUK BERBENTUK PERSEROAN TERBATAS DENGAN ANAK PERUSAHAAN BERBENTUK PERSEKUTUAN KOMANDITER”, Acta Comitas, Vol. 2 No. 1, 2017, hal 70.

47 Muhaimin, “Metode Penelitian Hukum”, (Mataram: Mataram University Press, 2020), hal 45.

(5)

Partnership semua anggota untuk diwajibkan untuk bertanggung jawab terhadap seluruh pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan selama dalam perjanjian persekutuan yang sedang dijalankan oleh perusahaan tersebut. Sementara itu di dalam pelaksanaan LLP maka seluruh pihak untuk diharuskannya hanya sekedar terhadap kontribusi yang sudah disetujui sebelumnya tersebut.48

Dasar yang digunakan oleh agensi LLP juga secara jelas bisa dikatakan beda dengan Partnership yang dimana hal tersebut disebabkan karena sekutu yang ada di LLP merupakan suatu agent yang hanya di LLP serta bukanlah berasal dari sekutu yang lainnya. Oleh sebab itu sehingga posisi dari seluruh sekutu tersebut mempunyai kedudukan yang setara dengan direktur di dalam perusahaan tersebut. Dalam ketentuan Limited Liability Partnership 2012 Acts s.23 (2) mengatur apabila di dalam kondisi ketika terdapat suatu sekutu yang melakukan kegiatan yang diluar dari kewenangannya maka LLP tentu saja tidak mempunyai tanggung jawab terhadap perbuatan yang dibuat oleh sekutu tersebut apabila dikemudian hari pihak dari luar tau mengenai hal tersebut jika sekutu yang dimaksud tidak mempunyai suatu kewenangan tersebut atau tidak tau apabila dia adalah sekutu yang berasal dari LLP. Selain itu wajib kita ketahui jika di dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai LLP maka secara khusus mengatur mengenai hukum yang memiliki kaitannya terhadap Partnership maka tidak berlaku juga untuk LLP.

Di dalam Article 34 Partnership Act 1961 mengatur mengenai partnership bisa berakhir jika jangka waktu yang sudah dibuat diawak telah berakhir dan apabila ada pelaksanaan terhadap pengambilalihan ataupun pembubaran yang terjadi sebabkan karean adanya pengambilalihan maupun apabi di dalam waktu yang sudah dibuat sekutu telah memerikan adanya suatu pengumuman terhadap sekutu yang lainnya atas adanya keinginan dia dalam melakukan pembubaran persekutuan. Sementara itu di dalam LLP terdapat 3 alasan yang bisa terjadinya pembubaran yaitu Winding-up, Dissolution, and Striking-off yang apabila diartikan ke dalam bahasa Malaysia berarti Penggulungan, Pembubaran, dan Pemotongan. Hal ini diatur di dalam ketentuan Pasal 49,50,51 LLC ACT.

Selain itu di dalam pelaksanaan terhadap adanya pembubaran maka bisa dilaksanakan oleh pihak-pihak tertentu saja yaitu antara lain:

a. Pengadilan (Mahkamah) yang sebabkan karena telah melanggar ketentuan yang terdapat di ketentuan Akta Syarikat (Companies Act) 1965 maupun Companies (Winding-up) Rules 1972[P.U. (a) 289/1972] dan

b. Pembubaran secara sukarela yang berasal dari adanya suatu persekutuan (LLC) jika LLC yang dimaksud sudah menjalankan seluruh kewajibannya ataupun berhenti dalam kegiatan operasionalnya maka bisa dimohonkan kepada pihak lembaga berwenang yaitu Chief Executive Office of the Commission atau dalam arti di bahasa Malaysia yaitu Ketua Pegawai Eksekutif Suruhanjaya yang digunakan dalam permohonan dalam pernyataan pembubarannya.

c. Pembubaran yang dilaksanakan oleh lembaga setempat yang memiliki wewenang/Pendaftar (Chief Executive Officer of the Commision atau diartikan ke dalam bahasa Malaysia berarti Ketua Pegawai Eksekutif Suruhanjaya) yang dimana jika LLC dirasa suda melanggar perjanjan yang tertera di dalam peraturan LLC Act

48 Zuhairah Ariff Abd Ghadas dan Engku Rabiah Adawiah Engku Ali, “THE DEVELOMPMENT OF PARTNERSHIP BASED STRUCTURE IN COMPARISON TO THE CONCEPT OF MUSHARAKAH (SHARIKAH) WITH SPECIAL REFERENCE TO MALAYSIA”, Journal of Islam in Asia, Vol. 8 No. 2, 2012, hal 301.

(6)

maka terdapat suatu kepentingan negara LLC tidak lagi mempunyai asset maupun tidak beroperasi kembali. Walaupun mempunyai tanggung jawab yang berbeda dengan LLP maupun Partnership akan tetapi mempunyai suatu kemiripan dengan LLP.

Beberapa kemiripan yang terdapat di dalam LLP dengan Partneship dalam beberapa cara yaitu antara lain merupakan:49

a. “Penggunaan istilah “sekutu”;

b. Persyaratannya minimum dua orang;

c. Fakta bahwa itu adalah asosiasi untuk memperoleh laba/keuntungan;

d. Fakta bahwa itu adalah hubungan hukum berdasarkan suatu perjanjian.”

Baik itu LLP maupun Partnership bisa dikatakan sama dalam menerapkan kebijakan dalam peraturan di internal perusahaan mereka maupun dalam sistem perpajakannya.

Mengenai kedua busimess entity yang dimaksud dalam hal ini yaitu keduanya bisa diatur sesuai dengan ketentuan dalam perjanjian yang terjalin diantara pihak sekutu ataupun para anggotanya. Tidak terdapatnya suatu konstitusi formal layaknya memorandum maupun anggaran dasar yang dibuatnya agar bisa menentukan bagaimana terjalinnya suatu hubungan di internal maka wajib untuk dibuat peraturannya. Ketika kita membicarakan mengenai perpajakan diantara kedua perusahaan tersebut maka mereka diwajibkan untuk lapor mengenai pendapatan ataupun kerugian yang diderita oleh bisnis tersebut terhadap pengembalian pajak masing-masing individu.50

Perbandingan Bentuk Hukum Persekutuan di Indonesia Dengan Malaysia Menurut Peraturan di Masing-Masing Negara

Baik Negara Indonesia dengan Negara Malaysia tentu saja mempunyai perbedaan dalam bentuk hukum persekutuan yang digunakan oleh masing-masing negaranya. Perihal ini berdasarkan karena adanya penerapan sistem hukum yang digunakan oleh negara yang bersangkutan.51Sumber dari penerapan hukum yang ada di Indonesia adalah bersumber dari peninggalan hukum Negara Belanda, hal ini digunakan sebab Negara Indonesia adalah negara bekas dari jajahan Belanda di zaman dahulu.52 Oleh sebab itu dalam penerapan hukum perdata di Indonesia hingga sekarang masih tetap menerapakan KUHPerdata yang bekas peninggalan dari kolonialisme Belanda. Selain itu dampak dari adanya penjajahan Belanda di Indonesia menyebabkan Indonesia menggunakan sistem hukum berupa Civil Law yang dimana berdampak bagi Indonesia memecah antara hukum publik dengan hukum privat yang akan tetapi tetap berada di dalam peradilan yang sama diantara keduanya. Sedangkan Malaysia adalah negara bekas jajahan dari Inggris yang kemudian menjadi salah satu negara anggota persemakmuran Inggris yang kemudian Malaysia tetap menggunakan kebiasaan hukum yang diterapkan oleh Inggris yaitu Common Law.53

49 Mohammad Rizal Salim, “LIMITED LIABILITY PARTNERSHIP IN MALAYSIA: A COORPORATE GOVERNANCE PERSPECTIVE”, International Company and Commercial Law Review, Vol. 12 No. 2, 2019, hal 423.

50 Zuhairah Ariff Abd Ghadas dan Engku Rabiah Adawiah Engku Ali, Op.cit., 303.

51 Wimmy Haliim, “DEMOKRASI DELIBERATIF INDONESIA: KONSEP PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM BENTUK DEMOKRASI DAN HUKUM YANG RESPONSI”, Jurnal Masyarakat Indonesia, Vol. 42 No. 1, 2016, hal 20.

52 Ahmad Yani, “SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA: PENDEKATAN TEORI DAN PRAKTEK KONSTITUSI UNDANG-UNDANG DASAR 1945”, Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum, Vol. 12 No. 2, 2018, hal 130.

53 Elsa Faleeda, “Perbandingan Struktur Sisten Hukum Malaysia dan Indonesia”, https://syariah.uin-

(7)

Selanjutnya penulis akan memberikan tabel perbandingan yang diterapkan persekutuan di Indonesia dengan Malaysia yang bersumber dari peraturan-peraturan di negaranya. Di Indonesia yang digunakan peraturan terkait perusahaan persekutuan yaitu bersumber dari KUHPer maupun KUHD, sementara itu yang digunakan peraturan terkait perusahaan persekutuan yaitu bersumber dari Partnership Act 1961 maupun Limited Liability Partnership Act 2012.

Tabel 1. Perbandingan Perusahaan Persekutuan di Indonesia dengan Malaysia

No Indonesia Malaysia

1. Pengertian

- Persekutuan Perdata menurut pasal 1618 KUHPer:

“Suatu perjanjian dimana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk sesuatu ke dalam perserikatan dengan maksud membagi keuntungan atau kemanfaatan yang diperolehnya.”

- Firma menurut pasal 16 KUHD: “Tiap-tiap perserikatan yang didirikan oleh dua orang atau lebih untuk menjalankan perusahaan dengan nama Bersama.”

- CV: “Persekutuan Firma yang mempunyai satu atau beberapa orang sekutu sekunder.”

Pengertian

- Partnership menurut Art. 1 Partnership 1961:

“Suatu hubungan antara dua orang atau lebih yang menjalankan bisnis yang sama dengan tujuan mendapatkan suatu keuntungan.”

- Firma menurut Art. 6 Partnership Act 1961: “Persekutuan yang berdasarkan Partnership Act 1961 melakukan suatu usaha dengan bersama."

- LLP menurut Art. W LLP Act 2012:

“Badan usaha yang tanggungjawab hukumnya terpisah dengan anggota sekutunya.”

2. Dasar Hukum

- Persekutuan Perdata diatur dalam Pasal 1618-1652 KUHPer

- Firma diatur dalam pasal 16-35 KUHD - CV diatur dalam pasal 19-21 KUHD

Dasar Hukum

- Persekutuan (Firma) yang diatur dalam Partnership Act 1961

- LLP yang diatur dalam Partnership Act 2012

3. Pendirian

- Persekutuan perdata diatur dalam pasal 22,23,28 KUHD yaitu “didirikan berdasarkan perjanjian dan tidak mengharuskan adanya syarat tertulis”

- Firma didirikan dengan akta otentik dan di daftarkan ke kepaniteraan Pengadilan Negeri dan diumumkan melalui Berita Negara

- CV didirikan melalui pembuatan suatu perjanjian pendirian karena melibatkan lebih dari satu orang dan selanjutnya pengusaha harus mendaftarkan CV pada Departemen Perindustrian dan Perdagangan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku

Pendirian

- Partnership (Firma) diatur dalam Art 7,8,9 Partnership Act 1961 yaitu “didirikan berdasarkan perjanjian yang harus disetujui oleh para pihak.”

- LLP diatur dalam Art 2 LLP Act 2012 yaitu

“didirikan berdasarkan perjanjian tertulis antara para sekutu dan selanjutnya didaftarkan ke Kementerian Perdagangan.”

4. Tanggung Jawab

- Persekutuan Perdata menurut ketentuan Pasal 1642,1644, dan 1639 KUHPerdata mengatur:

“Apabila seseorang mengadakan suatu hubungan hukum dengan pihak ketiga, maka sekutu yang bersangkutan saja yang bertanggung jawab atas perbuatan hukum yang dilakukan dengan pihak ketiga itu, walaupun dia mengatakan bahwa perbuatannya untuk kepentingan sekutu, kecuali jika

Tanggung Jawab

- Partnership (Firma) menurut ketentuan Art. 11 dan Art. 12 Partnership Act 1961 mengatur “merupakan tanggung jawab Bersama atas seluruh hutang dan kewajiban perusahaan.”

- LLP menurut ketentuan Art. 21 dan Art.

22 LLP Act 2012 mengatur: “Setiap kewajiban LLP baik yang timbul dalam malang.ac.id/index.php/komunitas/blog.fakultas/entry/perbandingan-struktur-sistem-hukum- malaysia-dan-indonesia, diakses 6 November 2022

(8)

sekutu-sekutu lainnya memang nyata-nyata memberikan kuasa atas perbuatannya itu.” Selain itu merupakan suatu tanggung jawab agar bisa mengganti kerugian jika dikemudian hari terdapat perjanjian yang tidak dilakukan maka terhadap perjanjian tersebut terbukti tidak dilakukan maka sekutu yang harus bertanggung jawab bisa digugat dalam terpenuhinya prestasi tersebut. Sekutu yang bertanggung jawab yaitu:

1. Sekutu yang melaksanakan hubungan hukum dengan pihak ketiga sehingga sekutu yang dimaksud wajib untuk bertanggung jawab seluruhnya meskipun sekutu tersebut beralasan hubungan hukum yang dibuat mempunyai tujuan terhadap kepentingan persekutuan tersebut.

2. Perbuatan hukum yang terjalin sebagai pengikat dengan sekutu lainnya apabila terdapat suatu surat kuasa yang bersumber sekutu lainnya maka keuntungan yang diperoleh secara real digunakan juga oleh persekutuan tersebut.

3. Para sekutu yang membuat hukum dengan pihak ke tiga sehingga para sekutu tersebut wajib untuk bertanggung jawab secara renteng walaupun ada atau tidaknya kesepakatan inbreng di dalam pertanggungjawabannya.

4. Jika terdapat pihak sekutu yang melaksanakan hubungan hukum dengan pihak yang ketiga berdasarkan nama persekutuan sehingga persekutuan yang dimaksud bisa langsung menggugat bagi pihak ketiga tersebut.

- Frima menurut Pasal 21 KUHD mengatur: “Setiap sekutu dalam Firma dapat melakukan perikatan atau hubungan hukum dengan pihak ketiga untuk dan atas nama perseroan, tanpa perlu adanya surat kuasa khusus dari sekutu lainnya, jadi semua sekutu bertanggung jawab secara tanggung jawab renteng.”

Selain itu tehadap sekutu yang telah diberikan kuasa dalam menjalankan tugas kepengurusan sehari-hari diatur sesuai dengan peraturan akta pendirian di firma tersebut. Apabila belum diatur oleh firma bersangkutan maka pengurus tersebut wajib diatur di dakam akta yang khusus serta didaftarkannya kepada Kepaniteraan PN setempat lalu kemudian wajib untuk diumumkan ke BNRI (Berita Negara Republik Indonesia) agar pihak ketiga yang menjalin kesepakatan dengan firma tersebut bisa tau mengenai siapa-siapa saja yang merupakan pengurus yang berhubungan dengannya. Di dalam Firma ini bisa dikatakan semua anggotanya dianggap bisa maupun diperbolehkan dalam melakukan tindakan keluar atas nama firma tersebut sehingga anggota dari firma tersebut bisa mengikat bagi anggota yang lain sehingga seluruh anggota tersebut dipandang mempunyai hak dalam penerimaan maupun pengeluaran dana bai katas nama maupun untuk kepentingan firma itu sendiri

kontrak maupun gugatan semata-mata merupakan kewajiban dari LLO itu sendiri.

LLP tidak bertanggung jawab secara pribadi, langsung dan tidak langsung, ganti rugi, kontribusi, semata-mata hanya menjadi sekutu dengan LLP dimana tidak akan mempengaruhi tanggung jawab pribadi persekutuan atas kelalaiannya ditanggung oleh LLP itu sendiri.”

(9)

- CV menurut Pasal 1619 KUHPer mengatur:

“tanggung jawab sekutu aktif yang disamping menanamkan modal kedalam perusahaan juga bertugas mengurus perusahaan, sedangkan sekutu pasif yang hanya memasukkan modal saja dan tidak terlibat atas pengurusan perusahaan. Akibatnya sekutu aktif bertanggung jawab tidak hanya atas kekayaan CV, tetapi juga kekayaan pribadi jika diperlukan. Namun, untuk sekutu pasif hanya bertanggung jawab sebatas modal yang dimasukkan ke dalam CV, apabila ikut melaksanakan pengurusan.”

5. Modal

- Persekutuan Perdata menurut Pasal 1619 BW:

“Modal dalam Persekutuan Perdata yaitu uanh, barang, dan tenaga/kerajinan.”

- Firma dan CV menurut Pasal 1619 KUHPer: “Tiap- tiap sekutu dalam firma diwajibkan memasukkan dalam kas persekutuan modal berupa uang, benda atau tenaga. Pemasukkan ini disebut dengan inbreng.”

Modal

- Partnership (Firma) menurut Art. 21, Art.

22 dan Art. 23 Partnership Act 1961 maka

“ditentukan dari kesepakatan antar sejutu, dapat berupa asset property atau uang.

- LLP: Modal di dalam perjanjian LLP harus dijelaskan jumlah kontribusi modal oleh masing-masing anggota sekutu, dalam hal ini modal untuk inbreng lebih merujuk pada uang saja karena tidak ada penjelasan untuk assets atau property seperti dalam Partnership Act 1961 Malaysia

6. Sekutu

- Persekutuan Perdata mempunyai 2 macam cara mengangkat sekutu yaitu Komplementer dan Komanditer

- Firma hanya mempunyai 1 jenis sekutu yaitu Sekutu Komplementer

- CV mempunyai 2 jenis sekutu yaitu Sekutu Komplementer dan Sekutu Komanditer.

Sekutu

- Partnerhip (Firma) mempunyai 4 jenis sekutu antara lain adalah: the active partner, the dormant or sleeping partner, the salaried partner and a partner by holding out.

- LLP: semua anggota yang ada bisa dibilang sebagai agent (ejen) yang dalam hal ini artinya seluruh anggota sekutu merupakan sekutu yang aktif sehingga mereka bisa mengikat dirinya untuk dan atas nama persekutuannya. Selain itu dalam menjalankan kegiatan usaha persekutuan tersebut hanya salah satu anggota sekutu yang dipilih sebagai compliance officer di bidang administratif supaya dia bisa mengurus keseluruhan dalam kepentingan mengenai administrasinya.

7. Berakhirnya

Persekutuan Perdata bisa berakhir jika telah memenuhi ketentuan di Pasal 1646 BW yaitu:

“Waktu yang ditentukan untuk bekerja telah lampau, barang yang menjadi objek usaha musnah atau usaha yang menjadi tugas pokok selesai, seseorang atau lebih sekutu mengundurkan diri atau meninggal dunia atau ditaruh di bawah pengampuan atau pailit, merupakan kehendak dari beberapa atau sesorang sekutu untuk mengakhiri persekutuan.”

Berakhirnya

Partnership (Firma) bisa berakhir jika telah memenuhi ketentuan di dalam peraturan Art. 34 Partnership Act 1961 yaitu “berakhir apabila jangka waktu yang ditetapkan berakhir, terjadi pengambilalihan atau pembubaran yang dikarenakan oleh pengambilalihan. Jika dalam waktu yang tidak ditentukan, sekutu memberi pemberitahuan kepada

(10)

Firma bisa berakhir / bubar jika telah memenuhi ketentuan di Pasal 1646-1652 BW yaitu:

“Waktu yang ditentukan untuk bekerja telah lampau, barang yang menjadi objek usaha musnah atau usaha yang menjadi tugas pokok selesai, seseorang atau lebih sekutu mengundurkan diri atau meninggal dunia atau ditaruh di bawah pengampuan atau pailit, merupakan kehendak dari beberapa atau sesorang sekutu untuk mengakhiri persekutuan.”

CV bisa berakhir/bubar jika telah memuat persyaratan-persyaratan yang terdapat di dalam ketentuan Pasal 31 KUHD yaitu:

1. “Berakhirnya jangka waktu CV yang ditetapkan dalam anggaran dasar

2. Akibat perubahan anggaran dasar

3. Akibat pengunduran diri atau pemberhentian sekutu.”

sekutu lain atas keinginannya membubarkan persekutuan.

LLP terdapat tiga hal yang bisa terjadinya suatu pembubaran yang diatur di dalam ketentuan Pasal 49, 50,51 LLC ACT antara lain adalah Winding-up, Dissolution, Striking-off yang mana dalam bahasa Malaysia disebut Penggulungan, Pembubaran, dan Pemotongan. Selain itu yang berhak dalam pelaksanaan pembubaran ini hanya bisa dilaksanakan oleh Pengadilan (Mahkamah), pembubaran secara sukarela dari persekutuan (LLC) maupun oleh Ketua Pegawai Eksekutif (Suruhanjaya).

KESIMPULAN DAN SARAN

Negara Malaysia menerapkan sistem hukum common law yang dimana sistem hukum tersebut berasal dari warisan kolonialisme Inggris dan Negara Malaysia merupakan salah satu negara persemakmuran Inggris. Sistem hukum common law yang digunakan oleh Malaysia mengerucutkan beberapa Business Entity yang terdapat di Negara Malaysia ke dalam 5 bentuk yang dimana 2 diantaranya yaitu Partnership / Persekutuan serta LLP.

Maksud dari Partnership di Malaysia mengatur mengenai suatu perusahaan yang dilaksanakan dengan cara tradisional yaitu dengan tujuan agar memperoleh keuntungan hasil dari proses operasional perusahaan tersebut. Sementara itu ketika membahas mengenai LLP maka terdapat sedikit perbedaan, akan tetapi pada hakikatnya tetap bersumber dari pengaturan yang berdasarkan Partnership itu sendiri yang merupakan dasar dalam melakukan kegiatan pelaksanaan kegiatan dengan cara menggabungkan dengan konsep dari company.

Ada juga perbedaan yang bisa dilihat mengenai bentuk maupun peraturan yang mengatur mengenai perusahaan persekutuan yang ada di Indonesia dengan perusahaan persekutuan yang ada di Malaysia. Peraturan yang diterapkan juga berbeda bagi kedua negara tersebut. Isi dari peraturan di kedua negara pun juga berbeda. Di Malaysia pengaturan mengenai Partnership di atur dalam ketentuan Partnership Act 2012. Isi dari peraturan itu ada beberapa perbedaan yaiyu LLP lebih mengatur mengenai perusahaan merupakan suatu subjek tersendiri maupun gabungan Partnership dengan perusahaan.

Isi dari Undang-Undang yang diterapkan di Malaysi sudah secara jelas mengenai pengaturan bagi perusahaan yang lebih spesifik perusahaan persekutuan yang berlaku di negaranya. Bentuk perusahaan persekutuan yang ada di Indonesia menggunakan persekutuan perdata, firma, dan CV yang dimana KUHPer maupun KUHD mengatur semua perusahaan persekutuan tersebut, sementara itu bentuk persekutuan yang diterapkan di Malaysia ada 2 yaitu partnership yang pengaturannya ada di peraturan Partnership Act 1961 yang selanjutnya dibentuk jenis usaha baru yang disebut dengan LLP yang dimana perusahaan tersebut adalah gabungan dari jenis partnership dengan company yang dimana pengaturan perusahaan tersebut tertera di dalam Limited Liability Partnership Act 2012.

Diharapkan bagi Pemerintah Indonesia agar bisa membuat suatu peraturan maupun

(11)

Undang-Undang yang khusus mengatur dalam bentuk usaha Persekutuan yang digunakan di Indonesia agar pengaturannya bisa gampang dimengerti bagi pelaku usaha seperti contohnya di Negara Malaysia yang dimana mereka terdapat pengaturan yang khusus di bidang tersebut. Hal ini disebkan karena di Indonesia pengaturan dalam bentuk perusahaan persekutuan, firma, dan CV masih diatur di dalam ketentuan KUHPer dan KUHD yang dimana kedua peraturan tersebut merupakan peninggalan dari Kolonialisme Belanda.

DAFTAR PUSTAKA

Budianto, Agus. “PEMBAHARUAN KITAB HUKUM DAGANG INDONESIA: ANTARA KODIFIKASI, KOMPILASI DAN KONSOLIDASI”. Jurnal Ilmu Syari’ah Dan Hukum

“Asy-Syir’ah”. Vol.47 No.2, 2013: 703-725.

Carayannis, Elias G., Ruslan Rakhmatullin. “THE QUADRUPLE/QUINTUPLE INNOVATION HELIXES AND SMART SPECIALISATION STRATEGIES FOR SUSTAINABLE AND INCLUSIVE GROWTH IN EUROPE AND BEYOND.” Journal of the Knowledge Economy 5, no. 2, 2014: 212–239.

Dewi, Yetty Komalasari. Hukum Persekutuan di Indonesia Teori dan Kasus. Depok: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2017.

Dharnayanti, Ni Made Pratiwi., Usfunan, Yohanes., Sarjana, I Made. “HUBUNGAN HUKUM PERUSAHAAN INDUK BERBENTUK PERSEROAN TERBATAS DENGAN ANAK PERUSAHAAN BERBENTUK PERSEKUTUAN KOMANDITER.” Acta Comitas 2, no. 1, 2017: 66–74.

Ghadas, Zuhairah Ariff Abd dan Engku Rabiah Adawiah Engku Ali. “THE DEVELOMPMENT OF PARTNERSHIP BASED STRUCTURE IN COMPARISON TO THE CONCEPT OF MUSHARAKAH (SHARIKAH) WITH SPECIAL REFERENCE TO MALAYSIA”. Journal of Islam in Asia 8, no. 2, 2012: 293-315.

Haliim, Wimmy. “DEMOKRASI DELIBERATIF INDONESIA: KONSEP PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MEMBENTUK DEMOKRASI DAN HUKUM YANG RESPONSIF.”

Jurnal Masyarakat Indonesia 42, no. 1, 2016: 19–30.

https://syariah.uin-

malang.ac.id/index.php/komunitas/blog.fakultas/entry/perbandingan-struktur- sistem-hukum-malaysia-dan-indonesia, diakses 6 November 2022

Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.

Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Jaswadi. “PENERAPAN GOOD GOVERNANCE PADA PERUSAHAAN SKALA KECIL DAN MENENGAH NON GO PUBLIC.” Journal of Research and Applications: Accounting and Management 1, no. 3, 2016: 236-248.

Malaysia, Article 1 Partnership Act 1961

Malaysia, Limited Liability Partnersip Act. 2012

Muhaimin. Metode Penelitian Hukum. Mataram: Mataram University Press. 2020.

Muhammad Ramadhan dan Yunial Laily, “ANALISIS HUKUM PERJANJIAN KERJA SAMA INVESTASI ANTARA PERSEKUTUAN KOMANDITER DAN INVESTOR ASING MENURUT HUKUM INVESTASI DI INDONESIA”, Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 5 No.1, 2018, hal 774

Pramono, Nindyo. Perbandingan Perseroan Terbatas di Beberapa Negara. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem Hukum Nasional Badan Pembinaan Hukum

(12)

Nasional Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I, 2012.

Prasetya, Rudhi. Maatschap, Firma dan Persekutuan Komanditer. Bandung: Nuansa Aulia, 2002.

Purwosutjipto, HMN. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia: Bentuk-Bentuk Perusahaan. Jakarta: Djambatan, 1987.

Salim, Mohammad Rizal. “LIMITED LIABILITY PARTNERSHIP IN MALAYSIA: A COORPORATE GOVERNANCE PERSPECTIVE”. International Company and Commercial Law Review 12, no. 2, 2019: 421-427.

Simorangkir, Julius Caesar Transon. “TANGGUNG JAWAB SEKUTU MAATSCHAP TERHADAP PIHAK KE 3 DALAM SUATU PERJANJIAN KONSORSIUM TERKAIT BUBARNYA MAATSCHAP ATAS KEHENDAK PARA SEKUTU (KASUS PERJANJIAN KONSORSIUM ANTARA PT AGRO BINTANG DHARMA NUSANTARA DENGAN PEMERINTAH DAERAH BALIKPAPAN, BONTANG”. Fiat Justisia: Jurnal Ilmu Hukum.

Vol.9 No.2, 2016: 233-255.

www.paulhypepage.my/what-are-the-5-types-of-business-entity-in-malaysia/, diakses pada 5 November 2022.

Yani, Ahmad. “SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA: PENDEKATAN TEORI DAN PRAKTEK KONSTITUSI UNDANG-UNDANG DASAR 1945.” Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum 12, no. 2, 2018: 119–135.

Referensi

Dokumen terkait

Cara pengenalan ini dapat dilakukan dengan mengajak anak untuk bermain tentang profesi ataupun mengajak anak untuk berkunjung ke tempat yang bertemakan profesi

• Persekutuan Perdata (pasal 1618 KUHPerdata); • Menjalankan perusahaan (pasal 16 KUHD); • Menggunakan nama bersama (pasal 16 KUHD); • Tanggung jawab sekutu bersifat pribadi

Namun, tidak semua orang yang melakukan pernikahan dapat merasakan kebahagian atau harmonis dalam keluarga namun ada juga menyebabkan Disharmoni hingga sampai mengalami

tentang Hak Tanggungan dan Pasal 124 ayat (2) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan

dan tata usaha keuangan Perseroan untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 serta Pengesahan Neraca dan Laporan Laba/Rugi untuk tahun buku 2014

Didalam penulisan hukum ini perlu diberikan batasan terhadap beberapa konsep berkaitan dengan judul yang dibuat, yaitu Pengendalian Pencemaran Lingkungan berkenaan

Selain itu sampai saat ini masih disenangi dan dipelihara dengan baik oleh masyarakat setempat karena di dalamnya terdapat nilai budaya seperti nilai sosial, nilai moral,

BALAI BESAR TAMAN NASIONAL BAGIAN TATA USAHA SUBBAG UMUM SUBBAG PERENCANAAN DAN KERJASAMA SUBBAG DATA, EVLAP DAN HUMAS.. BIDANG TEKNIS KONSERVASI TAMAN NASIONAL SEKSI