JURNAL RECHTEN: RISET HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
Pembentukan Undang-Undang Cipta Kerja dalam Perspektif Demokrasi
Sundari1, Zulfatul Amalia2.
1Universitas Nusa Putra, Sukabumi, Jawa Barat - [email protected],
2Universitas Nusa Putra, Sukabumi, Jawa Barat - [email protected],
Abstrak
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengkaji pembentukan perundang-undangan cipta kerja dalam perspektif demokrasi yang dipandang tidak sesuai dengan asas-asas demokrasi serta kurangnya partisipasi masyarakat dalam pembentukan peraturan perundang undangan tersebut. Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah; pertama, Apakah pembentukan Undang-Undang Cipta Kerja telah memenuhi asas demokrasi dalam persfektif HAM di Negara hukum; Kedua, Bagaimana pembentukan Undang-Undang Cipta Kerja berdasarkan asas peraturan perundang-undangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembentukan Undang-Undang Cipta Kerja ini bertabrakan dengan tata cara dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan menurut UU No. 12 Tahun 2011 dan banyak terjadi penolakan dari berbagai pemangku kepentingan utama seperti buruh dan kelompok lainnya. Selain daripada itu, dalam pembentukan peraturan perundang-undangan dalam Undang-undang cipta kerja dalam proses penyusunannya tidak menggunakan asa-asas pembentukan perundang-undangan, yang harusnya dalam setiap pembentukan peraturan perundang-undangan harus memuat asas-asas tersebut agar kemudian dalam prakteknya undang-undang yang dibentuk tidak menimbulkan konflik serta penolakan dari berbagai pihak.
Kata Kunci : Undang-Undang Cipta Kerja, Asas, Demokrasi.
A. PENDAHULUAN
Peraturan perundang undangan merupakan sumber hukum utama di Negara-negara yang menganut sistem hukum Eropa Kontinental atau civil law system.1 Indonesia sebagai Negara yang menganut sistem hukum eropa Kontinental menempatkan peraturan perundang- undangan sebagai sumber hukum utama dalam kehidupan bernegara. Peraturan perundang-undangan adalah peraturan yang tertulis yang memuat norma hukum
11Ahmad Redi, Hukum Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, Sinar Grafika, Jakarta Timur, 2018, Hlm 1
yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga Negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.2
Pembentukan peraturan perundang- undangan sendiri mempunyai suatu rangkaian proses yang mencakup tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan. Setiap peraturan perundang undangan memiliki materi muatan yang berbeda, perbedaan materi muatan tersebut
22Ibid hal. 1-2
JURNAL RECHTEN: RISET HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
dapat mempengaruhi cepat atau tidaknya pembentukan jenis perundang undangan tersebut, semakin rumit materi yang diatur semakin lama pula proses pembentukannya.
Undang-Undang cipta kerja menjadi salah satu peraturan perundang- undangan di Indonesia yang dibentuk oleh pemerintah dengan tenggat waktu yang sangat singkat serta pembahasan di dalamnya yang terbilang cepat dibandingkan dengan RUU lain, seperti RUU penghapusan kekerasan seksual (PKS) dan RUU pekerja rumah tangga (PRT). Dalam proses pembentukan Undang Undang Cipta Kerja terdapat beberapa permasalahan hukum yang timbul salah satunya adalah adanya norma hukum yang dianggap bertentangan dengan hak hak konstitusional warga Negara sebagaimana dijamin dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Selain dari pada itu pembentukan Peraturan
Perundang-undangan tidak
memperhitungkan efektivitas dalam masyarakat dan azas keterbukaan, guna memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk menyampaikan masukan baik dalam bentuk tulisan atau lisan pada pembentukan peraturan perundang-undangan.
Peraturan perundang undangan tidak dibuat dalam kondisi ataupun situasi yang netral, tetapi berada dalam dinamika kehidupan masyarakat luas dengan segala kompleksitasnya. Artinya masyarakat yang akan dituju oleh peraturan perundang- undangan menghadapi berbagai keterbatasan dalam menerima kehadiran suatu peraturan perundang-undangan.
Suatu peraturan perundang undangan yang dibuat secara sepihak oleh legislator, akan sangat mungkin kehadirannya ditolak karena tidak sesuai dengan rasa keadilan dimasyarakat. Maka disinilah pentingnya peran serta masyarakat dalam proses
3Saifudin, Partisipasi Publik dalam Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, Yogyakarta, FHUII Pres, 2009, hal. 33.
pembentukan peraturan perundang- undangan. Demokrasi yang partisipasif diharapkan akan menjamin bagi terwujudnya produk hukum yang responsif, karena masyarakat ikut membuat dan memiliki lahirnya suatu peraturan perundang-undangan.3
Memperhatikan secara seksama dalam pembentukan Undang Undang Cipta Kerja ini, dapat dikatakan bahwa keterlibatan masyarakat dalam proses penyusunannya kurang maksimal, sehingga menimbulkan penolakan dari berbagai kalangan masyarakat. Hal inilah yang menjadi problematika dalam pembentukan RUU cipta kerja sehingga dipandang tidak mempertimbangkan hak-hak masyarakat, selain daripada itu, pembentukan peraturan perundangannya dinilai bertentangan dengan asas demokrasi, dimana seharusnya dalam asas demokrasi setiap warga Negara memiliki hak untuk turut andil dalam proses pemerintahan termasuk dalam proses pembentukan peraturan perundang- undangan.
B. METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif dengan pendekatan deskriptif yang bermaksud untuk memberikan gambaran umum tentang pembentukan peraturan perundang-undangan di Indonesia. penelitian kualitatif deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata, gambar, bukan angka angka.
Menurut Saryono (2010), Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau digambarkan melalui pendekatan
JURNAL RECHTEN: RISET HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
kuantitatif.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengupulan data merupakan cara yang dilakukan peneliti untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan sesuai dengan fokus penelitiannya. Dalam teknik pengumpulan data, data yang dikumpulkan harus disesuaikan dengan metode penelitian dan fokus penelitian, sehingga dapat mempermudah peneliti untuk memperoleh data yang valid.
Teknik Analisa Data
Teknik analisis data kualitatif yang digunakan pada dasarnya dimulai dari pengumpulan data sampai pada penarikan kesimpulan penelitian. Analisis data ini mempergunakan pemikiran yang logis, penganalisisan dengan logika, dengan induksi, analogi, dan komparasi. Dalam hal ini peneliti merupakan instrumen utama dalam penelitian.
C. PEMBAHASAN
1. Pembentukan Undang Undang Cipta Kerja
Berdasarkan Asas Demokrasi
Pada era demokrasi, Negara tidak menjadi suatu entitas kekuatan absolut tanpa kontrol, sehingga dapat membuat hukum secara sewenang-wenang tanpa melihat kepentingan rakyat. Pada era demokrasi, rakyat mempunyai posisi yang dapat mempengaruhi jalannya kebijakan pemerintah. Hal ini tidak lain akibat pengaruh Negara hukum serta konstitusionalisme. Negara merupakan kekuatan yang memiliki infrastruktur secara politik, apabila dalam hal ini tidak terdapat control maka akan mengakibatkan adanya tindakan terhadap hak-hak rakyat.
4 Proses penyampaian rancangan dari
presiden/gubernur/bupati/walikota atau DPR/DPD setelah melalui tahap perencanaan.
Infrastruktur yang menjadi kekuatan Negara salah satunya adalah peraturan perundang undangan. Oleh karena itu hal ini penting dan harus adanya perlindungan, jaminan kepastian hukum yang adil atas hak masyarakat dalam pembentukan peraturan perundang-undangan. Dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan terdapat beberapa proses yang harus dilaksanakan yaitu sebagai berikut:
a. Perencanaan
− Perencanaan menjadi tahap
− Awal dalam menyusun
− Peraturan perundang
− Undangan. Dalam tahap ini
− Terdapat inventarisasi
− Masalah yang ingin
− Diselesaikan beserta latar
− Belakang dan tujuan
− Penyusunan peraturan
− Perundang-undangan.
− Setelah melalui pengkajian
− Dan penyelarasan terhadap
− Masalah yang ingin
− Diselesaikan yang
− Selanjutnya dituangkan
− Dalam naskah akademik.
− Setelah selesai dengan
− Naskah akademik kemudian
− Diusulkan untuk
− Dimasukkan ke dalam
− Program penyusunan
− Peraturan.
b. Penyusunan
− Penyusunan peraturan
− Perundang-undangan dapat
− Diartikan dalam dua hal.
− Yang pertama adalah
− Penyusunan dalam arti
− Proses.4 Pada proses ini
− Penyusunannya berbeda
JURNAL RECHTEN: RISET HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
− Untuk undang-undang,
− Peraturan pemerintah, dan
− Peraturan presiden. Kedua,
− Penyusunan dalam arti
− Teknik.5
C. Pembahasan
− Pembahasan merupakan
− Pembicaraan mengenai
− Substansi peraturan
− Perundang-undangan
− Diantara pihak-pihak yang
− Terkait. Untuk undang
− Undang, pembahasannya
− Dilakukan oleh DPR bersama
− Dengan presiden atau
− Menteri melalui tingkat
− Tingkat pembicaraan. Untuk
− Peraturan di bawahnya
− Pembahasan dilakukan oleh
− Instansi terkait tanpa
− Adanya keterlibatan DPR.
d. Pengesahan
− Untuk pembentukan
− undang-undang, rancangan undang- undang yang telah disetujui bersama oleh DPR dan presiden disampaikan oleh pimpinan DPR kepada presiden untuk disahkan menjadi undang- undang.
− Untuk peraturan perundang undangan dibawahnya disampaikan oleh kementerian hukum dan HAM kepada presiden melalui kementerian sekretariat Negara atau sekretariat kabinet.
e. Pengundangan
− Pengundangan merupakan penempatan peraturan perundang undangan dalam lembaga Negara republik Indonesia, tambahan lembaran Negara republik Indonesia, berita Negara republik Indonesia,
5Yaitu pengetahuan mengenai tatacara pembuatan judul, pembukaan, batang tubuh, penutup,
penjelasan, dan lampiran.
tambahan berita Negara republik Indonesia, lembaran daerah, tambahan lembaran daerah, atau berita daerah.
Tujuan dari pengundangan ini adalah agar masyarakat mengetahui isi peraturan perundang-undangan tersebut dan dapat dijadikan sebagai acuan kapan suatu peraturan perundang undangan mulai berlaku dan mengikat.
Peraturan perundang undangan berbentuk tertulis, yang di dalamnya memuat peraturan peraturan yang bukan berasal dari kata dari presiden. Akan tetapi ia tertulis.
Isi dari peraturan tertulis ini memuat norma hukum, tidak memuat norma agama, kesopanan atau kesusilaan. Norma hukum adalah norma yang bentuknya konkret.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa peraturan perundang-undangan berbeda dengan keputusan tata usaha. Setiap peraturan perundang-undangan mengikat secara umum, sementara
keputusan tata usaha Negara mengikat secara individu. Inilah yang menjadi dasar mengapa dalam suatu peraturan perundang undangan pada bagian akhir disebutkan bahwa agar setiap orang dapat mengetahuinya.
Dalam prosedur pembentukan peraturan perundang-undangan terkait dengan hal ini sudah ditetapkan dalam Undang-Undang No 12 Tahun 2011 dan peraturan lainnya. Apabila kementerian Negara atau presiden ingin membentuk atau menetapkan Peraturan Perundang- Undangan acuannya adalah prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang- undangan. Maka, dalam pembentukan peraturan perundang undangan ini tidak boleh suka-suka dalam prosedur pembentukannya, teknik dan format mana yang lebih dulu dalam penetapan atau
JURNAL RECHTEN: RISET HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
pengundangan itu sudah diatur secara baku dalam UU 12 Tahun 2011 dan aturan pelaksanaanya. Hal inilah yang menjadi pertimbangan mengapa konsideran dalam UU No 12 Tahun 2011 menyebutkan bahwa tujuan dibentuknya sebuah peraturan perundang-undangan adalah dibentuk secara sistematis dan baku.
Melihat dari kondisi peraturan perundang- undangan di Indonesia, dari sisi materi, dan persoalan yang sering kali timbul, seperti persoalan multi tafsir, potensi konflik, dan tidak operasional. Dalam norma peraturan perundang-undangan ini seingkali kabur, jika dilihat kekaburan ini bisa jadi karena kesengajaan sejak proses pembentukannya ataupun memang karena ketidaksengajaan.
Selain dari hal itu, peraturan perundang undangan itu bisa menimbulkan konflik.
Undang-Undang Nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja dianggap bertabrakan dan banyak terjadi penolakan dari berbagai pemangku kepentingan utama seperti buruh dan kelompok lainnya. Dalam proses pembentukannya Undang-Undang Cipta Kerja ini tidak sejalan dengan ketentuan dalam peraturan perundang- undangan, namun tetap saja disahkan.
Semua pembentukan Undang-Undang seharusnya mengikuti ketentuan yang ada dalam Undang-Undang No 12 tahun 2011.
Perlu diingat bahwa semua proses, teknik, dan pembentukan suatu Undang-Undang harus mengacu pada UU No 12 tahun 2011 tersebut. Pembentukan Undang Undang Cipta Kerja ini tidak memenuhi azas-azas yang diatur dalam peraturan perundang undangan yang baik.
Setiap peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh pejabat berdasarkan pembagian kewenangan yang jelas, menteri sebagai pembantu presiden dengan portofolio.
Belum pernah menteri tanpa portofolio menjadi pemerakarsa Undang-Undang.
Dan dari hal itu, menteri koordinator
6Adalah bahwa dalam pembentukan peraturan perundang-undangan mulai dari perencanaan,
bidang perekonomian kurang tepat menjadi pemerakarsa Undang Undang Cipta kerja.
Undang-Undang harus memenuhi azas lainnya yaitu dapat dilaksanakan.
Sehingga setiap pembentukan peraturan
perundang undangan harus
memperhitungkan efektivitas dalam masyarakat dan azas keterbuakaan guna memberikan kesempatan pada publik untuk memberi masukan. Dalam perubahan Undang-undang Cipta Kerja pasca disetujui di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bersama pemerintah, membuat Undang Undang ini inkonstitusional dikarenakan tidak memenuhi tahapan peraturan pembentukan perundang-undangan.
Proses pembentukan omnibus law Undang-Undang Cipta Kerja bertentangan dengan prosedur dan prinsip ketatanegaraan. Indikasinya adalah pengesahan RUU Cipta Kerja menjadi Undang-Undang yang dipercepat dan setelah pengesahan, draf final UU Cipta kerja berubah rubah. Hal ini melanggar moralitas dari demokrasi. Sebuah Negara demokrasi, paripurna adalah persetujuan bersama, perwujudan dari pasal 20 ayat (2) UUD 1945. Proses pembahasan RUU Cipta Kerja yang terburu-buru dan menabrak ketentuan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang pembentukan peraturan perundang undangan, salah satunya ialah asas keterbukaan. 6Oleh karena itu, seluruh lapisan masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas- luasnya untuk memberikan masukan dalam pembentukan peraturan perundang- undangan.
2. Pembentukan Undang Undang Cipta Kerja Berdasarkan Asas Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
Indonesia merupakan negara hukum yang memiliki peraturan
penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan bersifat
JURNAL RECHTEN: RISET HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
perundang-undangan dalam setiap kehidupan bernegaranya. Konsep inilah yang mengharuskan bahwa segala bentuk dan tindakan penyelenggaraan pemerintah harus didasarkan pada aturan hukum.
Perundang-undangan dalam sistem hukum Indonesia menjadi sangat
transparan dan terbuka.
penting, karena hal ini menjadi pendukung utama dalam penyelenggaran pemerintahan termasuk dalam bidang ketenagakerjaan.
Dalam teori hukum menurut Lawrence M.
Friedman, Sistem hukum (legal system) adalah satu kesatuan hukum yang terdiri dari tiga unsur yaitu struktur hukum, substansi hukum dan kultur hukum.7 Peraturan Perundang-undangan menurut UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan, menyatakan bahwa peraturan perundang undangan merupakan peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang- undangan.
Salah satu Peraturan
Perundang-undangan yang belum lama ini disahkan dan diundangkan dalam peraturan Perundang undangan di Indonesia, adalah Undang-undang Nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Pada pembentukan peraturan perundang- undangan ini telah menimbulkan konflik dan persoalan, karena banyak yang berpandangan bahwa UU Cipta Kerja banyak menimbulkan kerugian bagi bangsa Indonesia. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2020 ini telah diundangkan pada akhir tahun 2020, yang sebelumnya mendapatkan penolakan publik di berbagai daerah. Dalam pembentukannya undang-
7Lawrence M. Friedman,1975, The Legal System, Asocial Secience Perspective, Russel Sage Foundation, New York
undang cipta kerja ini dipenuhi dengan berbagai persoalan, contohnya: seperti kurangnya partisipasi publik, hingga jumlah halaman rancangan undang-undang yang tersebar dengan berbagai versi halaman sehingga menimbulkan kebingungan publik. Pembentukan peraturan perundang-undangan ini bersifat omnibus law yang artinya adalah teknik pembentukan dalam undang-undangnya memungkinkan satu undang-undang yang berisi perubahan atau bahkan penggantian banyak undang-undang. Dalam proses pembentukan undang undang yang ideal seharusnya dapat mewujudkan tujuan dan fungsi dari pembentukan peraturan undang undangannya, dimana di dalamnya terdapat asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang harus dipenuhi yang dijalankan dengan baik, salah satunya adalah adanya partisipasi publik, karena memang undang undang dasar menempatkan kedaulatan ditangan rakyat.
Dalam hal ini pembentukan undang undang cipta kerja yang menggunakan sistem omnibus law, menjadi pragmatis dan kurang demokratis apabila tidak dilakukan dengan hati-hati. Penggunaan sistem omnibuslaw inilah yang menimbulkan banyaknya persoalan, dengan tidak digunakannya asas asas dalam pembentukan peraturan perundang- undangan menjadikan pembentukan undang-undang cipta kerja ini tidak maksimal, dan malah menimbulkan persoalan dari berbagai pihak yang menolaknya. Maka berangkat dari hal itu dalam pembentukan Perundang-undangan harus dilakukan berdasarkan dengan asas pembentukan perundang-undangan itu sendiri baik yang meliputi: kejelasan tujuan, kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat dan kesesuaian antara jenis, hierarki serta materi muatan
JURNAL RECHTEN: RISET HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
yang dapat dilaksanakan dan kedayagunaannya serta kehasilgunaan, dan kejelasan rumusan serta keterbukaan. Dari asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan di atas, ini mencerminkan bentuk peraturan perundang-undangan yang baik. Jika diterapkan kedalam suatu peraturan perundang-undangan, maka akan terbentuk suatu peraturan perundang-undangan yang baik yang sesuai dengan asas asas yang sudah tercantum di dalam undang-undang tanpa meninggalkan prinsip-prinsip keadilan.
Maka dari itu dalam setiap pembentukan peraturan perundang- undangan, termasuk pembentukan undang- undang cipta kerja harus menggunakan asas-asas dalam pembentukan peraturan perundang-undangan, agar peraturan perundang-undangan tersebut bisa berjalan dengan baik dan memiliki tujuan jelas serta kepastian hukum yang dan dapat diterima.
Selanjutnya minimnya asas keterbukaan dan kejelasan rumusan menjadikan undang undang cipta kerja ini tidak maksimal dan bisa dibilang tidak sesuai dengan asas-asas pembentukan peraturan perundang- undangan. Dalam pembentukannya peraturan perundang-undangan harus dibuat dengan asas-asas yang telah ditentukan dalam undang-undang agar menjadikan undang-undang tersebut menjadi baik. Lebih lanjut, mengenai suatu asas dalam pembentukan peraturan perundang-undangan, Montesquieu dalam karyanya L’esperit des Lois mengemukakan sejumlah perspektifnya sebagai syarat yang harus dipenuhi dalam pembentukan
1. peraturan perundang-undangan, yaitu:
Gaya Penuturannya hendaknya padat dan sederhana. Yang artinya bahwa pengutaraan dengan menggunakan
8Dikutip oleh Sumali dari Disertasi Hamid S.
Attamimi. Lihat Sumali, Reduksi Kekuasaan Eksekutif
ungkapan kebesaran dan retorik hanya merupakan tambahan yang menyesatkan dan mubazir;
2. Istilah-istilah yang dipilih hendaknya bersifat mutlak dan relatif, sehingga dengan demikian memperkecil kemungkinan munculnya perbedaan pendapat yang individual;
3. Hukum hendaknya membatasi diri pada hal-hal yang riil dan aktual dengan menghindari hal-hal yang bersifat metaforis dan hipotesis;
4. Hukum hendaknya tidak dirumuskan dalam bahasa yang tinggi, oleh karena ia ditujukan kepada seluruh komponen rakyat dalam artian secara komprehensif;
5. Hukum hendaknya tidak merancukan pokok permasalahan dengan pencgecualian, pembatasan atau pengubahan, gunakan semua itu jika benarbenar diperlukan;
6. Hukum Hendaknya bersifat debatable (Argumentatif). Hal ini didasarkan kekhawatiran menimbulkan bahaya merinci alasan alasan yang memicu konflik;
7. Lebih dari itu semua, PembentukanHukum hendaknya mempertimbangkan masak masak dan mempunyai manfaat praktis dan hendaknya tidak menggoyahkan sendi- sendi pertimbangan dasar keadilan dan hakekat permasalahan8
Dalam asas pembentukan perundang-undangan yang perlu dipahami untuk memastikan bahwa suatu perundang- undangan yang dihasilkan merupakan suatu produk kekuasaan yang berdasarkan konsep negara hukum secara baik, atau disebut sebagai peraturan perundang-
di Bidang Peraturan Pengganti UU (Perpu), UMM Press, Malang, 2002, Hal. 124-125
JURNAL RECHTEN: RISET HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
undangan yang baik.9
Adapun asas-asas tersebut adalah:
a. Asas undang-undang tidak berlaku surut;
b. Asas hierarki, atau tata urutan peraturan perundang-undangan menurut teori jenjang norma hukum atau Stufenbautheorie yang dikemukakan Hans Kelsen.10Asas ini menyebutkan bahwa undang-undang yang dibuat oleh Penguasa yang lebih tinggi mempunyai kedudukan yang lebih tinggi pula11
c. Asas lex posteriore derogate lex priori (hukum yang baru mengalahkan hukum yang lama).12
d. Asas hukum lex spesialis derogate legi generalis (hukum yang lebih khusus mengalahkan hukum yang bersifat umum jika pembuatnya sama).
Adapun pembentukan peraturan negara yang baik, ini dibagi ke dalam dua asas, yaitu asas formal dan material. Asas-asas formal meliputi:
1. Asas tujuan yang jelas (beginsel van duidelijke doelstelling).
2. Asas organ/lembaga yang tepat (beginsel van het juitse orgaan).
3. Asas perlunya pengaturan (het moodzakelijheids beginsel).
4. Asas-asas dapatnya dilaksanakan (het beginsel van uitvoerbaarheid).
5. Asas konsensus (het beginsel van consensus).13
Asas-asas material meliputi:
1. Asas tujuan yang jelas (beginsel van duidelijke doelstelling).
2. Asas organ/lembaga yang tepat (beginsel van het juitse orgaan).
3. Asas perlunya pengaturan (het
9Bagir Manan, Dasar-dasar Perundang-undangan Indonesia, Penerbit IND-HILL.CO, Cetakan Pertama, Jakarta, 1992, hlm 13-15
10Natabaya, HAS , Sistem Peraturam Perundang undangan Indonesia, Penerbit Konstitusi Press dan Tatanusa, Jakarta, 2008, hlm 23-32.
moodzakelijheids beginsel).
4. Asas-asas dapatnya dilaksanakan (het beginsel van uitvoerbaarheid).
5. Asas konsensus (het beginsel van consensus).
Selanjutnya, dilihat dalam hal ini, pembentukan pertauran perundang- undngan harus melihat dan sesuai dengan asa-asas tersebut, karena agar konsep yang akan dibuat bisa sesuia dengan tujuan dan kebutuhan yang akan dicapai. Mengenai pembentukan peraturan perundang- undangan yaitu undang undang cipta kerja yang menimbulkan banyak persoalan dan konflik serta penolakan-penolakan dari berbagai pihak hal ini terjadi karena pembentukan peraturan perundang- undangannya tidak memuat pada asas-asas dalam pembentukan peraturan perundang undangan sehingga undang-undang tersebut menimbulkan banyaknya penolakan karena adanya pasal pasal yang dinilai memuat kejanggalan serta merugikan banyak pihak. Tidak ditelaah atau tidak digunakannya asas-asas pembentukan peraturan perundang undangan dalam undang-undang cipta kerja ini menjadi problematika yang membuat undang-undang ini menjadi tidak maksimal padahal seharusnya dalam pembentukan peraturan perundang-undangan sudah jelas harus adanya asas-asas yang digunakan untuk membuat suatu konsep peraturan perundang undangan yang maksimal jelas serta kepastian hukum nya pun dapat dilihat. Dalam pembentukan peraturan perundang-undangan asas ini sangat penting untuk digunakan untuk membuat suatu konsep peraturan perundang undangan yang baik dan maksimal karena
11 Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, Bahan P.T.H.I: Perundang-undangan dan Yurisprudensi, Penerbit Alumni, Bandung, 1986, hlm 16.
12 Ibid, hal. 17 13 Ibid, hal. 253
JURNAL RECHTEN: RISET HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
konsep inilah yang menjadi gagasan ataupun ide pikiran untuk mencapai suatu tujuan yang akan dibuat di dalam pembentukan peraturan perundang- undangan tersebut. Maka dalam hal ini pembentukan peraturan perundang undangan pada undang-undang cipta kerja seharusnya melihat asas asas dalam pembentukan peraturan perundang- undangan sehingga undang-undangnya dapat diterima dengan baik dan dijalankan secara bersama-sama tanpa merugikan salah satu pihak ataupun pihak yang lainnya.
D. PENUTUP
Dalam pembentukan peraturan perundang-undangan yang akan dibentuk harus memenuhi dan sesuai dengan asas asas pembentukan perundang-undangan yang ada. Apabila asas-asas yang tidak digunakan maka pembentukan perundang- undangan itu menjadi kurang maksimal dan bisa saja menimbulkan sebuah konflik serta penolakan dari berbagai pihak. Asas-asas dalam pembentukan peraturan perundang- undangan ini sangat penting karena ini menjadi suatu ide ataupun gagasan dari konsep pembuatan pembentukan peraturan perundang-undangan yang akan dibuat.
Konsep dalam sebuah pembentukan perundang undangan sangat diperlukan agar kemudian undang-undang tersebut dapat dijalankan dan dapat mencapai tujuan- tujuan yang diinginkan. Maka dari itu dalam proses pembentukannya harus lebih teliti serta melihat asas-asas dari pembentukan peraturan perundang undangan agar undang-undang itu bisa dianggap baik.
DAFTAR PUSTAKA Buku
Ahmad Redi, Hukum Pembentukan Peraturan Perundang Undangan, Sinar Grafika, Jakarta Timur, 2018.
Saifudin, Partisipasi Publik dalam Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan,
Yogyakarta, FHUII Pres, 2009.
Lawrence M. Friedman, The Legal System, Asocial Secience Perspective, Russel Sage Foundation, New York, 1975.
Bagir Manan, Dasar-dasar Perundang- undangan Indonesia, Penerbit IND- HILL.CO, Cetakan Pertama, Jakarta, 1992.
Natabaya, HAS, Sistem Peraturam Perundang-undangan Indonesia, Penerbit Konstitusi Press dan Tatanusa, Jakarta, 2008.
Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, Bahan P.T.H.I:
Perundang-undangan dan
Yurisprudensi, Penerbit Alumni, Bandung, 1986.
Karya Ilmiah/Hasil Penelitian
Ferry Irawan Febriansyah. "Konsep pembentukan peraturan perundang- undangan di Indonesia". Jurnal Perspektif STAI Muhammadiyah Tulungagung.
Surat Kabar dan Internet
Ilham Chairul Anwar “Apa saja asas-asas dalam pembentukan peraturan perundang-undangan? Di
akses dari https://tirto.id/apa-saja asas-asas-dalam pembentukan- peraturan perundangan-gdPV Ayomi Amindoni “UU Cipta Kerja:
Kesalahan 'fatal' pasal-pasal Omnibus Law akibat 'proses legislasi ugal-ugalan', apakah UU layak dibatalkan?” Di akses dari https://www.bbc.com/indonesia/ind onesia-54768000
Arasy Pradana “Proses Pembntukan Undang Undang” Di akses dari https://www.hukumonline.c
om/klinik/a/pembuatan undang
JURNAL RECHTEN: RISET HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
undang lt506c3ff06682e
Tsarina Maharani “Pakar Hukum : Pembentukan UU cipta kerja merupakan proseslegislsi terburuk”
Di akses dari
https://amp.kompas.com/nasional /read/2020/10/17/11113141/pakar -hukum pembentukan-uu-cipta- kerja merupakan-proses-legislasi terburuk