PERNEFRI K
OR
WIL J
AB
AR
Optimalisasi Peranan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Konsultan Ginjal Hipertensi di Bidang Nefrologi Intervensi
Optimalisasi Pelayanan Dialisis pada Era JKN
Proceeding
19 - 21 Februari 2015 | Hotel Hilton Bandung
WORKSHOP NEFROLOGI INTERVENSI &
SIMPOSIUM DIALISIS
2015
Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) Koordinator Wilayah Jawa Barat Divisi Ginjal Hipertensi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran RSUP. dr. Hasan Sadikin Bandung
Rully MA Roesli Rubin Surachno Gondodiputro Ria Bandiara Rudi Supriyadi
Afiatin
Editor:
Pr oceeding
WORKSHOP NEFROLOGI INTERVENSI &
SIM POSIUM DIALISIS
2 0 1 5
Tema:
Optimalisasi per anan dokter spesialis penyakit dalam konsultan ginjal hiper tensi di bidang nefr ologi inter vensi
Optimalisasi pelayanan dialisis pada er a JKN
Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) Koordinator Wilayah Jawa Barat Divisi Ginjal Hipertensi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Proceeding
WORKSHOP NEFROLOGI INTERVENSI &
SIMPOSIUM DIALISIS 2 0 1 5
Copyright @ 2015, PERNEFRI JABAR Diterbitkan Oleh
Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) Koordinator Wilayah Jawa Barat Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung
Jl. Pasirkaliki No.190 Bandung
Tim Editor: Rully MA Roesli Rubin Surachno Gondodiputro
Ria Bandiara Rudi Supriyadi
Afiatin
Hak cipta di lindungi oleh Undang-undang
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit
WORKSHOP yang memer lukan dialisis semakin meningkat di Indonesia, data dar i Indonesian Renal Registry menunjukkan peningkatan yang signifikan dan konsisten setiap tahunnya. Jumlah pasien bar u ter catat 15.128 dan pasien aktif 9.396 orang dengan jumlah tindakan hemodialisis sebanyak 706.527 kali selama tahun 2013. Angka ini tentunya semakin meningkat di era Jaminan Kesehatan Nasional dari BPJS kesehatan yang mulai ber laku Januar i 2014. Program ini memberi kesempatan lebih luas kepada masyarakat untuk mendapatkan akses dan pembiayaan dialisis baik hemodialisis maupun dialisis peritoneal.
Peningkatan jumlah pasien dan tindakan sew ajar nya harus disertai dengan peningkatan kebutuhan tenaga medis yang ter latih dialisis. Jumlah tenaga ter latih saat ini belum mencukupi kebutuhan dasar pelayanan dialisis untuk jumlah ter sebut. Keter batasan jumlah tenaga medis mulai dar i spesialis penyakit dalam konsultan ginjal hiper tensi, spesialis penyakit dalam dan perawat ter latih dialisis bukan mer upakan alasan pelayanan kurang optimal. Tenaga medis ini memer lukan pendidikan yang berkelanjutan dalam r angka meningkatkan kemampuan dasar dan update ilmu ter baru di bidang dialisis.
Simposium Dialisis & Wor kshop Nefr ologi Inter vensi tahun 2015 mer upakan pendidikan yang dihar apkan akan selalu ber wawasan ter kini (up t o dat e) untuk memper tahankan standar pr ofesi tenaga medis di bidang dialisis serta tuntutan pr ofesi.
vi
DAFTAR ISI
Pengantar ... v Daftar isi ... vi 01 Renal Denervasi sebagai Pilihan pada Hipertensi Resisten
Rubin Surachno Gondodiputro
1
02 Diagnosis Penyakit Ginjal Kronik ... Chandra Irwanadi Mohani
17
03 Inisisasi Dialisis pada Penyakit Ginjal Kronik ... Prof. Rully MA Roesli
33
04 Ketepatan Waktu untuk Melakukan Terapi Pengganti Ginjal pada Penderita Gangguan Ginjal Akut ... Abdul Hadi Martakusumah
43
05 Prinsip dan Teknik Transport Molekul pada Terapi Pengganti Ginjal ... Prof. Rully MA Roesli
59
06 Adekuasi Henodialisis ... Lilik Sukesi
83
07 Hemodialisis Konvensional ... Rudi Supriyadi
101
08 Hemodiafiltrasi ... Afiatin
131
09 PIRRT (Prolonged Intermittent Renal Replacement Therapy) ... Prof. Rully MA Roesli
vii
10 Prinsip Manajemen CAPD: Preskripsi dan Adekuasi CAPD
Ria Bandiara
12 Komplikasi Non Infeksi dan Infeksi pada CAPD ... Lilik Sukesi
14 Akses Hemodialisis ... Rudi Supriyadi
227
15 Hipertensi Intradialitik: Diagnosis dan Penatalaksanaan... Rubin Surachno Gondodiputro
239
16 Manajemen Pencegahan Penyakit Kardiovaskular pada Penderita Dialisis ... Erwan Martanto
275
17 Penatalaksanaan Anemia pada Penyakit Ginjal Kronik ... Zulkhair Ali
285
18 Neuropati Uremik ... Afiatin.
297
19 Prinsip Terapi Nutrisi pada Pasien Dialisis ... Haerani Rasyid
307
20 Penilaian Status Nutrisi Pasien Dialisis ... Ria Bandiara
331
21 Terapi Nutrisi pada Pasien Dialisis: Oral Nutritional
Support & Parenteral ... Afiatin
viii
22 Regulasi Unit Hemodialisis di Indonesia ... Dharmeizar
361
23 Manajemen Pengembangan Unit HD dalam Era JKN ... Ria Bandiara
375
24 Indonesian Renal Registry ... Afiatin
390
TEKNIK INSERSI KATETER
TENCKHOFF
Dengan M etode Bandung
Rudi Supriyadi
Divisi Ginjal & Hipertensi Departemen/SMFIlmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UNPAD RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung
SIM POSIUM DIALISIS
Rudi Supriyadi
178
TEKNIK INSERSI KATETER TENCKHOFF
Dengan M etode Bandung
Rudi Supriyadi
Divisi Ginjal & Hipertensi Departemen/SMF Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran UNPAD/RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung
ABSTRAK
Dialisis peritoneal berkesinambungan (CAPD) merupakan salah satu pilihan teknik dalam terapi pengganti ginjal. Kelebihan CAPD bagi pasien diantaranya adalah kebebasan dalam tempat dan mesin sehingga tidak tergantung pada mesin di klinik/rumah sakit, begitu pula dengan kesulitan geografis
Pemasangan kateter Tenckhoff untuk pemakaian dialisis peritoneal berkesinambungan atau CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal
Dialysis) meliputi berbagai teknik yaitu teknik bedah dan teknik bed side. Teknik bedah dapat dikerjakan dengan terbuka maupun secara
laparaskopik sedangkan teknik bed side dapat dikerjakan dengan teknik Seldinger, teknik peritonesokopik dan teknik trokar. Teknik Seldinger kemudian dikembangkan menjadi teknik perkutaneus dengan kawat pemandu (metode Bandung).
Teknik Insersi Kateter Tenckhoff dengan Metode Bandung
179
Dari Mei 2012–Juli 2013, telah dilakukan pemasangan kateter Tenckhoff terhadap 34 (21 laki-laki, 13 perempuan) penderita penyakit ginjal kronik stadium akhir. Usia rata-rata adalah 50.91 tahun (antara 14-77 tahun). Sayatan kulit 1-2 cm di bawah umbilikus sepanjang 3 cm yang diikuti dengan membuka jaringan secara tumpul sampai tampak peritoneum dilaksanakan dengan anastesi lokal. Jarum introducer dimasukkan ke dalam rongga panggul. Kawat pemandu dimasukkan melalui jarum, kemudian jarum tersebut dikeluarkan dan dimasukkan dilator melalui kawat pemandu. Kawat pemandu dan dilator dikeluarkan, kateter Tenckhoff dimasukkan dengan panduan stilet. Komplikasi awal, dalam 30 hari, setelah insersi kateter terjadi pada 5 penderita, yaitu 1 perdarahan (3%), 1 obstruksi outflow (3%), 1 malposisi (3%), 1 infeksi exit-site (3%) dan 1 peritonitis (3%) dimana pada penderita ini dilakukan pencabutan kateter. Komplikasi lanjut (> 30 hari) terjadi pada 1 penderita (3%) yaitu malposisi kateter yang tidak bisa diperbaiki, sehingga kateter harus dicabut.
Pengalaman dan keahlian dokter bersama pendekatan multidisiplin serta pemilihan dan pemilahan pasien untuk optimalisasi PD, teknik insersi kateter dan pencegahan komplikasi dapat meningkatkan kelangsungan hidup pasien dan mengurangi morbiditas.
Metode Bandung merupakan teknik pemasangan kateter Tenckhoff yang praktis, sederhana, efisien dari segi biaya, tidak memerlukan alat yang canggih dan ruang operasi, aman, dan komplikasi yang relatif rendah. Teknik ini sangat berguna bagi negara-negara berkembang.