• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERJUANGAN MOHAMMAD HOESNI THAMRIN SEBAGAI PERINTIS KEMERDEKAAN INDONESIA (1919-1941).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERJUANGAN MOHAMMAD HOESNI THAMRIN SEBAGAI PERINTIS KEMERDEKAAN INDONESIA (1919-1941)."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PERJUANGAN MOHAMMAD HOESNI THAMRIN SEBAGAI PERINTIS KEMERDEKAAN INDONESIA (1919-1941)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH

DORA ANDRIANI SINAGA 3103121016

FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Dora andriani sinaga. Nim.3103121016. Perjuangan mohammad hoesni thamrin sebagai perintis kemerdekaan Indonesia (1919-1941). Fakultas Ilmu Sosial. Universitas negeri medan

Penelitian ini membahas mengenai perjuangan Mohammad Hoesni Thamrin sebagai Perintis Kemerdekaan Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari heuristis, kritik, interpretasi dan historiografi. Dalam pembahasan dipaparkan mengenai perjuangan Mohammad Hoesni Thamrin dalam dewan kotapraja atau yang disebut juga dengan dewan lokal (Gementeraad) terhadap perbaikan kehidupan bangsa Indonesia melalui perkampungan-perkampungan kumuh dan perjuangan di dewan rakyat (Volksraad) terhadap oreintasi politik untuk orang Indonesia di Hindia guna mewujudkan Indonesia berparlemen hingga mencapai kemerdekaan Indonesia. Pengangkatannya sebagai Pahlawan Nasional dan dilihat pula situasi Hindia pada saat perjuangannya juga menjadi bahasan dalam penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan perjuangannya sebagai perintis kemerdekaan Indonesia melalui dewan-dewan rakyat pada saat setelah munculnya desentralisasi di Hindia. Pemaparan tentang perjuangannya dapat dilihat dari jasa-jasanya dalam memperbaiki kehidupan rakyat pribumi, penghapusan Ponale Sanctie, reorientasi politik, hingga pembentukan partai besar GAPI. Hasil penelitian ini adalah adanya kenyataan bahwa perjuangan Mohammad Hoesni Thamrin ditandai dengan pengangkatannya sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional oleh Presiden Republik Indonesia Soekarno yakni dengan membaca Surat Menteri Sosial tertanggal 15 Desember 1959 Nomor 175 Tahun 1960. Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan warna baru bagi historiografi Indonesia dan sebagai tauldan bagi yang membacanya.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah Subhanawata’ala

yang telah memberikan petunjuk, anugerah, rahmat dan rezeki kepada peneliti sehingga penelitian ini dapat terselesaikan tepat waktu. Kelahiran manusia adalah institusi yang paling sempurna bagi sebuah peradaban, begitu tandas Ibnu Rusy. Maka tak salah jika ucapan terima kasih yang kedua, saya sematkan kepada kedua orang tua yang telah melahirkan saya, terutama kepada Ibu saya Daharni Lubis yang telah membesarkan dan mendidik saya serta banyak membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini, tentunya rasa terimakasih juga saya tujukan kepada keluarga besar saya.

(7)

Terimakasih yang sebesar-besarnya juga kepada para informan yang telah bersedia membantu dalam penelitian skripsi ini, mereka adalah para staf Museum Hoesni Thamrin, Untung Supardi dan Iknatius Kumin. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada orang-orang yang membantu saya untuk bertemu dengan para informan ini. Tentunya saya juga berterimakasih kepada lembaga-lembaga yang telah berperan atas berjalannya riset selama penelitian karya ini. Adapun lembaga-lembaga itu adalah: Museum Mohammad Hoesni Thamrin, Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara, Pustaka Humaniora Universitas Negeri Medan (Unimed), Perpustakaan Pusat Universitas Negeri Medan, Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial Unimed.

(8)

terlibat selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini yang tak bisa disebutkan satu persatu.

Tak ada gading yang tak retak. Saya mohon maaf apabila karya ini masih jauh dari kesempurnaan. Masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Maka dari itu, segala saran yang ditujukan untuk menanggapi tulisan ini akan sangat membantu dalam perbaikan karya ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca khususnya bagi para pendidik dan dalam dunia pendidikan.

Medan, Maret 2014

(9)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

LEMBAR PENGESAHAN...ii

ABSTRAK...iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI...v

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL...vi

BAB I. PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Identifikasi Masalah...5

C. Pembatasan Masalah...5

D. Perumusan Masalah...6

E. Tujuan Penelitian...6

F. Manfaat Penelitian...7

BAB II. KAJIAN PUSTAKA……….………...8

A. Kerangka Konsep...8

B. Kerangka Berfikir...18

BAB III. METODE PENELITIAN………...……….....20

A. Metode Penelitian...20

B. Sumber Data...21

C. Teknik pengumpulan data...23

D. Teknik Analisa data...24

BAB IV. PEMBAHASAN………....26

A. Latar belakang keterlibatan Mohammad Hoesni Thamrin di dunia perpolitikan……...……...26

1. Masa kecil Thamrin...26

(10)

ix

3. Thamrin di awal kariernya………...32

B. Usaha-Usaha Mohammad Hoesni Thamrin Guna Meraih Kemerdekaan Indonesia...36

1. Mohammad Hoesni Thamrin dalam Gementeraad (1919 1927)...36

2. Dibentuknya organisasi Kaoem Betawi…….......40

3. Volksraad (1927-1931) Menjelang Masuknya Thamrin...51

4. Mohammad Hoesni Thamrin dalam Volksraad 1927-1941...53

5. Dibentuknya Fraksi Nasion...68

6. Pembelaan terhadap Pimpinan PNI (I)………... 69

7. Seputar Masalah Ekonomi Pada Masa Pemerintahan Gubernur de Jonge………...…..75

8. Seputar Masalah Ordonasi Sekolah Liar…...…... 78

9. Pembelaan terhadap Pimpinan PNI (II)………... 84

10.Kondisi Pada Masa Depresi ………... 87

11.Reorientasi Politik Pergerakan……...………... 98

12.Dibentuknya GAPI (Gabungan Politik Indonesia)...105

13.Masa-Masa Akhir Perjuangan Thamrin………... 113

C. Penghormatan Terhadap Mohammad Hoesni Thamrin Sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional……...………... 124

BAB V. KESIMPULAN....……....………...…... 130

DAFTAR PUSTAKA...134

(11)

xi

DAFTAR TABEL

TABEL

[image:11.595.94.519.88.572.2]
(12)

x

[image:12.595.94.519.97.582.2]

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR

Gr. 4.1. (hlm. 32) Suasana pembukaan Volksraad tahun 1918 oleh Gubernur jenderal van Limburg Stirum.

Gbr. 4.2. (hlm. 38) Salah satu proyek pembenahan perkampungan, yaitu dengan pembangunan Bandjir Kanal di pinggiran Batavia

Gbr. 4.3. (hlm. 45) Salah satu lingkungan perkampungan di Batavia yang penduduknya terlihat sedang beraktivitas mencuci di kali yang berada di salah satu sisi jalan.

Gbr. 4.4. (hlm. 47) Satu sisi wilayah perkotaan di Batavia dengan komplek rumah-rumah orang Eropa.

Gbr. 4.5. (hlm. 67) Para buruh wanita Jawa di Perkebunan tembakau di Sumatera Timur sekitar tahun 1920-an

(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada permulaan abad XX yakni tahun 1901 pemerintah kolonial mulai melakukan serangkaian perubahan-perubahan penting dalam kebijakan politiknya di Hindia-Belanda yang dikenal dengan Politik Etis. Ketiga prinsip dalam Politik Etis tersebut bertujuan meningkatkan harkat dan kemakmuran penduduk pribumi, terutama melalui prinsip pendidikan yang dibuat oleh pemerintah kolonial. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Robert Van Neil (Robert Van Neil 1984:102) bahwa : “ Tujuan dari semua pendidikan ini sebagaimana digambarkan di dalam politik Etis kolonial, adalah untuk membebaskan orang Indonesia menjalankan peranan yang

lebih aktif dalam masa depan politik, ekonomi dan sosial mereka.”

Pendidikan berorientasi Barat yang diperoleh kaum pribumi ternyata memunculkan kaum Elite yang bersikap anti Barat, seperti yang dikatakan Nasution (Nasution 2008:19) bahwa: “Pendidikan berorientasi Barat,

(14)

2

Namun elit ini menjadi juru bicara nasionalisme Indonesia yang anti Barat. Pendidikan yang seyogyanya mendekatkan bangsa Belanda dan Indonesia, dalam kenyataan menjauhkan mereka”.

Tahun 1903 Undang-undang Desentralisasi disahkan parlemen Belanda. Desentralisasi pemerintahan Hindia Belanda adalah penyerahan sebagian dari pada kekuasaan pemerintah pusat (central bestuur) kepada pemerintahan regional dan lokal (regionale en locale besturen) (Suradi 1997: 8). Setelah itu, dibentuklah dewan rakyat atau Volksraad tahun 1916 yang kemudian disahkan pada tahun 1918. Volksraad bukanlah parlemen sebagai suatu badan legistlatif. Kedudukan Volksraad merupakan sebagai pemberi nasihat terhadap persoalan mengenai anggaran, perhitungan dan juga memiliki wewenang untuk mengajukan petisi.

Salah satu anggota Volksraad yang muncul sebagai perintis kemerdekaan adalah Mohammad Hoesni Thamrin. Thamrin memang berpaham politik kooperatif yang diartikan sebagai orang yang bekerja sama dengan pemerintah Belanda dengan duduk sebagai anggota dewan.

(15)

3

Ia juga mengusulkan adanya penyiraman tiap hari untuk kampung-kampung yang berdebu dengan pemasangan pompa-pompa air (Bob Hering 2003:63). Kemudian Pada tanggal 16 Mei 1927 Thamrin resmi diangkat untuk duduk di kursi Volksraad.

Sejak pecahnya perang di Eropa dan pendudukan Belanda oleh Jerman, mengungsinya pemerintah Belanda ke London menyebabkan terlalu banyak perintah dari negeri Belanda terhadap pemerintah Hindia. Hal ini membutakan harapan dan aspirasi Thamrin akan kemerdekaan Indonesia.

Thamrin tetap gencar berusaha untuk mencari tempat lain sebagai media yang dapat merealisasikan kemerdekaan Indonesia. Namun ditengah-tengah usahnya itu, selalu ada lawan politik yang berusaha untuk menjatuhkannya.

Hari Senin pagi 6 Januari 1941 tiga orang reserse PID menggeledah kantor koran Pemandangan di Senen. Yang ditemukan salinan surat Thamrin kepada Thabrani 7 Mei 1940 yang memintanya untuk mengecam pemerintah Belanda karena mengungsi ke London. Akan tetapi surat asli yang dicari tidak ditemukan, namun hal itu dianggap cukup alasan untuk menggeledah rumah Thamrin yang dilakukan pada malam hari yang sama.

(16)

4

Rumahnya diisolasi sejak penggeledahan terjadi, dan pada pagi hari buta Sabtu 11 Januari 1941 ia menghembuskan nafas terakhirnya sebelum ulang tahunnya yang ke-47.

Seyogyanya, Thamrin diangkat menjadi pahlawan perintis kemerdekaan Indonesia mengingat jasa-jasanya sebagai pemimpin Indonesia, yang masa hidupnya karena terdorong oleh rasa cinta kepada Tanah air dan Bangsa memimpin suatu kegiatan yang teratur guna menentang penjajahan di Indonesia . Melalui keputusan Presiden No. 175 Tahun 1960 ditetapkan bahwa Sdr. Mohammad Hoesni Thamrin patut diberi penghargaan oleh Negara. Namun apa sebenarnya yang menjadi usaha-usaha yang dilakukannya di pergelutan politik sehingga mampu menjadikannya sebagai perintis kemerdekaan Indonesia? Bagaimana Thamrin yang dikenal sebagai nasionalis revolusioner mampu bergerak bebas untuk memperjuangkan aspirasi rakyat dalam konstitusi Hindia? Olehkarena itu tema ini perlu diangkat untuk membuka wawasan baru bagi historiografi Indonesia.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, beberapa masalah yang dapat diidentifikasikan diantaranya yaitu:

(17)

5

2. Latar belakang keterlibatan Mohammad Hoesni Thamrin di dunia perpolitikan

3. Usaha-usaha Mohammad Hoesni Thamrin di bidang politik guna meraih kemerdekaan Indonesia

4. Pemikiran-pemikiran Mohammad Hoesni Thamrin guna meraih kemerdekaan Indonesia

5. Hubungan politik Mohammad Hoesni Thamrin berhaluan ko dengan Soekarno yang berhaluan non ko

6. Mohammad Hoesni Thamrin sebagai Pahlawan Perintis Kemerdekaan Indonesia.

C. Pembatasan Masalah

Karena luasnya masalah yang harus dibahas, maka peneliti membatasi permasalahan dalam penelitian ini agar lebih terarah dan terfokus. Oleh karena itu, penelitian dibatasi berdasarkan identifikasi masalah, yaitu :

1. Latar belakang keterlibatan Mohammad Hoesni Thamrin di dunia perpolitikan

2. Usaha-usaha Mohammad Hoesni Thamrin di bidang politik guna meraih kemerdekaan Indonesia

(18)

6 D. Rumusan Masalah

Sehubungan dengan identifikasi masalah di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana latar belakang keterlibatan Mohammad Hoesni Thamrin di dunia perpolitikan?

2. Apa saja usaha-usaha Mohammad Hoesni Thamrin di bidang politik guna meraih kemerdekaan Indonesia?

3. Mengapa Mohammad Hoesni Thamrin diangkat sebagai pahlawan perintis kemerdekaan Indonesia?

E. Tujuan penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui latar belakang keterlibatan Mohammad Hoesni Thamrin di dunia politik

2. Untuk mengetahui usaha-usaha Mohammad Hoesni Thamrin di bidang politik guna meraih kemerdekaan Indonesia.

3. Untuk mengetahui alasan penetapan Mohammad Hoesni Thamrin sebagai Pahlawan Perintis Kemerdekaan Nasional.

F. Manfaat penelitian

(19)

7

1. Untuk menambah pengetahuan bagi peneliti dan pembaca mengenai siapa dan bagaimana perjuangan Mohammad Hoesni Thamrin sebagai perintis kemerdekaan.

2. Memberikan informasi kepada pembaca bagaimana kesantunan Mohammad Hoesni Thamrin dalam berpolitik agar pembaca maupun peneliti dapat mencontoh beliau dalam berpolitik.

3. Untuk memperkaya sejarah Indonesia dengan fakta-fakta yang lebih akurat dan objektif.

4. Masukan kepada sejarawan pendidik Indonesia

(20)

130 BAB V

KESIMPULAN

Mohammad Hoesni Thamrin lahir di Sawah Besar, Batavia pada tanggal 16 Februari 1894. Pada masa kecilnya Thamrin masuk ke sekolah-sekolah Belanda, Bijbelschool dan kemudian melanjut ke Koning Willem Drie [KW III]. Setelah tamat ia magang di kantor kepatihan, kemudian ia

dipindahkan ke kantor Residen Batavia, dan kemudian ia bekerja di kantor pelayaran Hindia-Belanda di bagian pembukuan (KPM). Disana ia bertemu lalu bersahabat dengan Daan Vander Zee, Sam Koperberg dan E.F.E Douwes Dekker, yang merupakan orang-orang sosialis. Bermula dari persahabatannya itu Thamrin tergugah untuk berkecimpung di dewan rakyat, sebab sahabat-sahabatnya itu mendukung nya untuk masuk ke dewan kotapraja (Gementeraad).

Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, perjuangan Mohammad Hoesni Thamrin dimulai sejak ia masuk menjadi anggota Gementeraad pada tahun 1919 berikut ini disimpulkan usah-usaha yang

dilakukan Thamrin selama masa hidupnya.

(21)

131

perencanaan tersebut agar disediakan anggaran dana khusus demi memperbaiki fasilitas-fasilitas beberapa perkampungan yang tidak layak huni itu. Oleh karena itu, kemudian Hoesni Thamrin mengajak beberapa anggota dewan untuk ikut melakukan peninjauan terhadap perkampunga-perkampungan miskin di Batavia dan sekitarnya. Dan juga mengkritik kebijakan walikota terhadap peningkatan pajak bagi rakyat. 2. Semasa kedudukannya di Gementeraad, di luar dari itu,

Thamrin juga memimpin suatu perkumpulan orang-orang Betawi, tepatnya pada tahun 1923. Perkumpulan itu disebut “Kaoem Betawi” yang bertujuan untuk meningkatkan

pendidikan, kesehatan masyarakat Betawi khususnya dan Masyarakat Indonesia pada umumnya, dan juga untuk mendukung pemilihan kaum pribumi di saat pemilihan anggota dewan.

3. Pada tahun 1927, Mohammad Hoesni Thamrin diangkat menjadi anggota Volksraad. Ia kemudian membentuk Fraksi Nasional untuk membentuk suatu kekuatan politik dalam dewan rakyat itu.

4. Dalam Volksraad, Thamrin melakukan pembelaan terhadap pemimpin PNI yang ditahan oleh pemerintah Hindia.

(22)

132

cetak, akhirnya Ponale Sanctie kemudian dihapuskan oleh pemerintah Hindia.

6. Ketika terjadi masa-masa depresi di tahun 1930-an, ia juga banyak berbicara di Volksraad mengenai kebijakan-kebijakan pemerintah yang dianggap menyimpang dengan menurunkan gaji pegawai, meningkatkan biaya ekspor terhadap produksi perkebunan rakyat dan juga membatasi jumlah komoditi ekspor.

7. Thamrin juga dalam pidato-pidatonya di Volksraad juga mengkritik mengenai peraturan pemerintah terhadap pelarangan sekolah-sekolah liar yang milik rakyat dengan penutupan paksa sekolah-sekolah liar yang dibuka untuk mendidik kaum pribumi itu. Oleh karena usahanya tersebut, akhirnya peraturan tersebut dihapus pula oleh pemerintah Hindia.

(23)

133

9. Diakhir perjuangannya, Ia dituduh melakukan kerjasama dengan pihak Jepang. Senin 6 Januari 1941, rumahnya digeledah, dan Mohammad Hoesni Thamrin dikenai tahanan rumah oleh pemerintah Hindia. Pada saat itu Thamrin ternyata sedang berbaring di tempat tidurnya dalam keadaan demam. Dan pada tanggal 11 Januari 1941 ia menghembuskan nafas terakhirnya.

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Brousson, Clockener. 2004. Batavia Awal Abad 20. Komunitas Bambu; Jakarta

Gottschalk, Louis. 1985. Mengerti Sejarah penerjemah Notosusanto. UI Press; Jakarta

Hering, Bob. 2003. Mohammad Hoesni Thamrin. Hasta Mitra; Jakarta Hugiono. 1992. Pengantar Ilmu Sejarah. Rineka Cipta; Jakarta

Kansil, C.S.T dkk. 1988. Sejarah Perjuangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia. Erlangga; Jakarta

Kutojo, Sutrisno dan Mardanas Safwan. 1979. M.H Thamrin. Mutiara ; Jakarta

Leirissa, R.Z dkk. 1996. Sejarah Perekonomian Indonesia. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI; Jakarta

Lohanda, Mona. 2011. Membaca Sumber Menulis Sejarah. Ombak; Yogyakarta

Moleong, Lexy. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Rosda; Bandung

Nasution, S. 2008. Sejarah Pendidikan Indonesia. Bumi Aksara; Bandung

Nazir. Moh. 2013. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia; Bogor.

Niel, Robert Van. 1958. Munculnya Elite Modern. Pustaka Jaya; Jakarta Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto 1984. Sejarah

Nasional Indonesia V ; Balai Pustaka. Jakarta

Pringgodigdo, A.K. 1980. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia ; P.T Dian Rakyat Jakarta; Jakarta

(25)

Ruchiat, Rachmat dkk. 2010. Biografi Sepak Terjang Mohammad Hoesni Thamrin; UPT Museum Joang ’45 Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan DKI Jakarta; Jakarta

Ruchiat, Rachmat dkk. 2010. Sejarah Gedung Museum Moh. Hoesni Thamrin Suatu Penelusuran; UPT Museum Joang ’45 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta; Jakarta

Shiraishi, Takashi. 2005. Zaman Bergerak.Grafiti; Jakarta

Sjamsuddin, Helius. 2012. Metodologi Sejarah. Ombak; Yogyakarta

Suhartono. 2001. Sejarah Pergerakan Nasional. Pustaka Pelajar; Yogyakarta

Suradi. 1997. Haji Agus Salim. Sinar Harapan; Jakarta

Yunarti, D. Rini. 2003. BPUPKI, PPKI Proklamasi Kemerdekaan RI. Kompas; Jakarta

Warman Adam, Asvi. 2009. Membongkar Manipulasi Sejarah. Kompas; Jakarta

Wignjosoebroto, Soetandyo. 2005. Desentralisasi Dalam Tata Pemerintahan Kolonial Hindia-Belanda. Bayu Modia Publishing;Malang

Artikel Ilmiah

Fajrul muttaqin, Ade. “Keadaan Masyarakat Jawa Abad Ke-20”. Skripsi.

2008.

Artikel Maya

“Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2009 tentang gelar,

Gambar

TABEL Tabel 4.1 Komoditi Ekspor dan Impor 1929-1936
GAMBAR Gr. 4.1. (hlm. 32)  Gubernur  jenderal van Limburg Stirum.

Referensi

Dokumen terkait