• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Peran Investor dan Unit Pelayanan Terpadu (UPT) terhadap Perkembangan Usaha di Wilayah Surakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengaruh Peran Investor dan Unit Pelayanan Terpadu (UPT) terhadap Perkembangan Usaha di Wilayah Surakarta."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

i

(

(

U

U

P

P

T

T

)

)

T

T

E

E

R

R

H

H

A

A

D

D

A

A

P

P

P

P

E

E

R

R

K

K

E

E

M

M

B

B

A

A

N

N

G

G

A

A

N

N

I

I

K

K

L

L

I

I

M

M

U

U

S

S

A

A

H

H

A

A

D

D

I

I

W

W

I

I

L

L

A

A

Y

Y

A

A

H

H

S

S

U

U

R

R

A

A

K

K

A

A

R

R

T

T

A

A

Tesis

Diajukan kepada

Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar

Magister Dalam Ilmu Manajemen

Oleh:

N a m a

: BAMBANG SUDARMONO

N I M : P.1000 300 90

Program : Magister Manajemen

P

P

R

R

O

O

G

G

R

R

A

A

M

M

P

P

A

A

S

S

C

C

A

A

S

S

A

A

R

R

J

J

A

A

N

N

A

A

M

M

A

A

G

G

I

I

S

S

T

T

E

E

R

R

M

M

A

A

N

N

A

A

J

J

E

E

M

M

E

E

N

N

U

U

N

N

I

I

V

V

E

E

R

R

S

S

I

I

T

T

A

A

S

S

M

M

U

U

H

H

A

A

M

M

M

M

A

A

D

D

I

I

Y

Y

A

A

H

H

S

S

U

U

R

R

A

A

K

K

A

A

R

R

T

T

A

A

2

(2)

A. Latar Belakang

Dalam pembukaan Seminar Bank Dunia dengan Pemerintah

Republik Indonesia selama dua hari yang berjudul “Improving Indonesia

Investment Climate, Reform Experiences from the Region” tanggal 19

Nopember 2005, Wakil Presiden menekankan bahwa revitalisasi iklim

usaha sangat penting dalam rangka peningkatan ekonomi Indonesia dari

sekitar 6% menjadi 7% setahun, memperkecil pengangguran, dan

memperbaiki kesejahteraan masyarakat. Bank Dunia memaparkan

sejumlah indikator yang menunjukkan bahwa iklim investasi Indonesia

adalah yang terjelek di Asia Tenggara setelah negara Filipina. Negara

yang memiliki iklim usaha paling baik adalah Malaysia, dan tentu

Singapura. Menurut hasil survey Bank Dunia di 155 negara, maka

peringkat Indonesia menempati urutan tertinggi dalam biaya mem-PHK

karyawan, yaitu mencapai 145 gaji mingguan, lebih jelek daripada di

Vietnam yang mencapai biaya PHK 98 gaji mingguan karyawan (Saidi,

2005: 1).

Hal ini tidak berarti bahwa tidak ada kemajuan di bidang

perekonomian Indonesia. Ekonom Bank Dunia, “Homi Karas”,

menyatakan bahwa dalam satu tahun terakhir (tahun 2004) volume

(3)

dapat tumbuh double digit. Namun pemerintah wajib mereformasi

berbagai sektor terkait dengan investasi secara konsisten. Wakil Presiden

Jusuf Kalla menyatakan bahwa tahun 2005 begitu banyak kendala untuk

meningkatkan investasi, misalnya subsidi dan utang yang harus dibayar.

Harapan tahun 2006 akan jauh lebih baik dari sisi investasi maupun

pembangunan infrastruktur.

Dua urusan sektoral yang terkait dengan iklim investasi di

Indonesia yang cukup banyak mendapat sorotan masyarakat adalah sektor

perpajakan dan perburuhan. Sektor perpajakan dengan tarif 30%

merupakan angka yang cukup layak dan dianggap tidak memberatkan bagi

investor, karena negara Malaysia menerapkan pajak sebesar 28%.

Berkaitan dengan urusan perpajakan ternyata cukup menyita waktu bagi

pengusaha karena rata-rata ia harus menyisihkan waktu 560 jam setiap

tahun untuk mengurus perpajakan (Saidi, 2005: 1). Sektor perburuhan

dikarenakan biaya PHK yang terlalu tinggi, sehingga hal ini perlu

diadakan reformasi.

Berkait dengan iklim investasi di Indonesia, pemerintah telah

memiliki gagasan untuk membentuk tim perlindungan investasi dan hal

ini tidak saja bergulir di tingkat nasional, namun di beberapa daerah

termasuk Jawa Tengah wacana tersebut telah mengemuka, seperti yang

disampaikan oleh Gubernur Jawa Tengah Mardijanto seusai meresmikan

Gedung Pusat Promosi dan Rancang Bangun (PPRB) atau Java Design

(4)

perlindungan investasi muncul pada saat ramai-ramai orang membicarakan

hengkangnya perusahaan Sony dari Tangerang. Begitu sulit mengundang

investor asing masuk, mengapa yang sudah berinvestasi di Indonesia justru

keluar. Kenyataan ini cukup meresahkan. Bila hal ini atas pertimbangan

situasi makro yang serba kurang menguntungkan barangkali dapat

dimaklumi, namun apabila yang menjadi penyebab hengkangnya investor

keluar itu masalah peraturan atau gangguan keamanan ? Tentunya hal ini

sangat disayangkan.

Pemerintah melalui Undang-undang Nomor 1 tahun 1967 telah

mengatur hal-hal yang berkaitan dengan Modal Asing, dalam

Undang-Undang tersebut telah jelas diatur hal-hal yang berhubungan dengan

penanaman modal asing di Indonesia, seperti yang tercantum dalam Bab

III tentang bidang usaha modal asing, Bab IV tentang tenaga kerja, Bab V

tentang pemakaian tanah, Bab VI, tentang kelonggaran-kelonggaran

perpajakan dan pungutan-pungutan lain. Namun dalam prakteknya

permasalahan yang menjadi permasalahan bagi Investor antara lain

buruknya pelayanan, masalah perijinan, kurangnya transparansi sehingga

banyak perijinan yang berganda dan biaya sangat tingi. Hal ini

menyebabkan penyebab rendahnya iklim investasi (RED, 2004: 25-26).

Sementara itu dalam pengembangan iklim investasi di Jawa

Tengah khususnya di Wilayah Surakarta, sejak diberlakukannya

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang di-

(5)

adalah kesejahteraan yang semakin baik kepada masyarakat,

pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan. Jadi

kualitas layanan aparatur pemerintah kepada masyarakat merupakan

indikator keberhasilan otonomi daerah. Pemerintah khususnya di wilayah

se eks karesidenan Surakarta yang telah membentuk Unit Pelayanan

Terpadu (UPT), selanjutnya dalam penelitian ini disebut wilayah

Surakarta yang terdiri dari 7 UPT yaitu Kabupaten Sragen, kabupaten

Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri,

Kabupaten karanganyar, dan Kota Surakarta.

Maksud dan tujuan didirikannya UPT tersebut adalah untuk

menyelenggarakan pelayanan perijinan dan non perijinan yang prima

dalam pelayanan satu pintu. Hal ini diharapkan dapat mendorong

terciptanya iklim usaha yang kondusif bagi penanaman modal dan

investasi dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat. Adapun

prinsip dari pelayanan prima ini adalah sebagaimana yang tertuang dalam

keputusan Menpen Nomor 81 Tahun 1993, antara lain: sederhana, jelas

aman, transparan, efisien, ekonomis, adil dan tepat waktu.

Dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Peran Investor dan Unit

Pelayanan Terpadu (UPT) terhadap Perkembangan Iklim Usaha di

(6)

B. Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: apakah ada

pengaruh Peran Investor dan Unit Pelayanan Terpadu (UPT) terhadap

Perkembangan Iklim Usaha di Wilayah Surakarta ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk: mengetahui pengaruh

Peran Investor dan Unit Pelayanan Terpadu (UPT) terhadap

Perkembangan Iklim Usaha di Wilayah Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat

yaitu:

1. Memberikan sumbangan pemikiran guna pengembangan Ilmu

Manajemen Pemasaran dan Kantor Unit Pelayanan Terpadu (UPT)

di wilayah Surakarta berkaitan dengan peran investor dan peran

Unit Pelayanan Terpadu (UPT) terhadap perkembangan Iklim

Usaha di Wilayah Surakarta;

2. Memberikan masukan kepada para pelaksana pemerintah daerah

khususnya Unit Pelayanan Terpadu (UPT) dalam membuat

kebijakan dalam rangka meningkatkan usaha di Wilayah Surakarta

khususnya yang berkaitan dengan peran investor dan peran Unit

Referensi

Dokumen terkait

davek od dohodka pravnih oseb davčni inšpekcijski nadzor Davčna uprava Republike Slovenije Evropska unija evro Evropska skupnost Evropska gospodarska skupnost Generalni davčni

Dapat disimpulkan bahwa frekuensi nilai spiritual (religious), yang muncul dari berita atau tajuk suratkabar Singgalang, teridentifi kasi tidak merata setiap hari. Selain

• Pemeriksaan slit lamp pada pasien yang kooperatif bisa menunjukkan kelainan yang berhubungan dengan seperti defek transiluminasi iris (red reflex gelap karena

Pada kolektor penutup dua lapis, jarak penutup satu dengan penutup dua adalah 0.5 cm yang penutupnya terbuat dari kaca transparan seperti yang terlihat pada Gambar 2,

Disimpulkan bahwa hasil perhitungan dari masing-masing variabel dengan bobot pertanyaan 15, variabel harga dengan indikator keterjangkauan harga, kesesuaian harga dengan

Berdasarkan analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa biaya yang terjadi pada Dinas Perhubungan Kota Manado sebagai salah satu pusat pertanggungjawaban dari pemerintah Kota

[r]

Gotong royong dengan mengacu pendapat di atas juga dapat disebut dengan kearifan lokal, dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa sebagian besar responden