• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DENGAN FLY-ASH SEBAGAI SUBGRADE RUAS JALAN CIBARUSAH CIKARANG JAWA BARAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DENGAN FLY-ASH SEBAGAI SUBGRADE RUAS JALAN CIBARUSAH CIKARANG JAWA BARAT."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

Raisa Fadhila,2013

PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH LEMPUNG EKPANSIF

DENGAN FLY-ASH SEBAGAI SUBGRADE RUAS JALAN

CIBARUSAH CIKARANG JAWA BARAT

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Program Studi Teknik Sipil

Oleh :

RAISA FADHILA

0 8 0 7 8 0 1

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL-S1

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

(2)

Raisa Fadhila,2013

2013

LEMBAR PENGESAHAN

RAISA FADHILA (0 8 0 7 8 0 1)

PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH LEMPUNG EKPANSIF DENGAN FLY-ASH SEBAGAI SUBGRADE RUAS JALAN CIBARUSAH

CIKARANG JAWA BARAT

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I,

Drs. Supratman Agus, MT. NIP. 19521021 197903 1 002

Pembimbing I,

Herwan Dermawan, ST, MT. NIP. 19800128 200812 1 001

Diketahui oleh :

Ketua Jurusan Ketua Program Studi

Pendidikan Teknik Sipil FPTK UPI Teknik Sipil S-1 FPTK UPI

(3)

Raisa Fadhila,2013

ABSTRAK

Raisa Fadhila, 2013

“Peningkatan Daya Dukung Tanah Lempung Ekspansif Dengan Fly-Ash Sebagai Subgrade Ruas Jalan Cibarusah Cikarang Jawa Barat

Jalan raya Cibarusah Cikarang, Kabupaten Bekasi Jawa Barat merupakan jalan kolektor primer yang menghubungkan antar Kecamatan di Bekasi mengalami kerusakan parah yang menyebabkan kemacetan bahkan seringkali menyebabkan kecelakaan. Berdasarkan kelas jalan dan fungsi jalan, jalan lokal primer yang menjadi lokasi penelitian tidak memenuhi syarat sistem jalan dan pelayanan jalannya rendah. Jenis tanah di lokasi penelitian yaitu lempung ekspansif yang memiliki kembang susut yang tinggi, aktifitas yang sangat tinggi, nilai CBR dan daya dukung yang rendah menjadi salah satu hal yang diidentifikasi menyebabkan kerusakan jalan Cibarusah.

Untuk menurunan swelling dan tekanannya serta meningkatkan nilai CBR dan daya dukungnya maka perlu dilakukan perbaikan pada tanah yang menjadi subragde

ruas jalan Cibarusah, dalam penelitian ini digunakan fly-ash yang memiliki kandungan silika yang memiliki kemampuan untuk menstabilkan kadar air. Dengan mencampurkan fly-ash kedalam mix design dengan persentase 0%, 2%, 5%, 10%, 20% dan 30% diharapkan akan menurunkan nilai swelling dan tekanan pengembangan serta meningkatkan nilai CBR dan daya dukungnya serta mendapatkan nilai daya dukung paling optimal dari mix design.

(4)

Ii

Raisa Fadhila,2013

ABSTRACT

Raisa Fadhila, 2013, “Enhancement Bearing Capacity of Expansive Clay Soil, With Fly-Ash as Subgrade of Cibarusah Cikarang West Java Road

Cibarusah road of Cikarang, Bekasi West Java regency was primary collector road which connecting sub-district in Bekasi run into severe damage it cause traffic jam even accident on road. Based on road class and road function, the primary collector road which become the research location was not conform to road system specification and low service road. The type of soil in research location is expansive clay it have high swelling, high value of activity, low value of CBR and bearing capacity become problems that identified cause the road’s damage in Cibarusah.

To reduce swelling, swelling’s preasure, increase CBR design and bearing capacity so that the subgrade of Cibarusah road has to be improve. This research used fly-ash that contain many of silica which has ability to stabilize the water content. With mixing fly-ash into mix design in percentage 0%, 2%, 5%, 10%, 20% and 30% its expect will reduce swelling value, swelling pressure, increase the CBR design and the bearing capacity. And get the optimum value of bearing capacity from the mix design.

(5)

Raisa Fadhila,2013

1.2 Identifikasi masalah……… 3

1.3 Maksud dan Tujuan ….. ... . 6

1.4 Pembatasan Masalah … ... 7

1.5 Lokasi Penelitian ….. ... 8

BAB II LANDASAN TEORI….. ... 9

2.1 Klasifikasi Jalan Raya ….. ... 10

2.1.1 Klasifikasi Menurut Fungsi Jalan... ….. 10

2.1.2 Klasifikasi Menurut Kelas Jalan ... ….. 11

2.1.3 Klasifikasi Menurut Layanan Administrasi ... ….. 12

2.2 Sistem Pembebanan Lalu Lintas ….. ... 13

2.2.1 Survey Lalu Lintas (Traffic Counting) ... ….. 10

2.2.2 Beban Sumbu Standar ... ….. 11

2.2.3 Konfigurasi Sumbu dan Pembebanan ... ….. 17

2.2.4 Muatan Sumbu Terberat ….. ... 18

2.3 Klasifikasi Lapisan Jalan ….. ... 19

2.4 Elemen dan Jenis-Jenis Tanah Dasar ... ….. 22

2.4.1 Pengertian Tanah Dasar ….. ... 10

2.4.2 Klasifikasi Tanah Dasar ... ….. 23

2.4.3 Persyaratan Bahan Tanah untuk Tanah Dasar ... ….. 26

2.4.4 Daya Dukung Tanah Dasar ... ….. 27

2.5 Klasifikasi Bahan Uji... ….. 30

2.5.1 Lempung Ekspansif ... ….. 31

2.5.2 Fly Ash ….. ... 35

2.6 Kerusakan Konstruksi Jalan di Atas Tanah Ekspansif….. ... 39

2.6.1 Deformasi ….. ... 39

2.6.2 Retak (Crack) ….. ... 43

2.6.3 Pengangkatan Tanah ….. ... 47

2.6.4 Penurunan Permukaan ….. ... 47

2.6.5 Longsoran ….. ... 47

2.7 Metode Stabilisasi... ….. 49

2.7.1 Metode Peningkatan dan Stabilitas Tanah ... ….. 49

2.7.2 Pelaksanaan Stabilisasi ….. ... 50

2.8 .. Ruang Lingkup Pengujian Laboratorium……… 52

2.8.1 Uji Berat Isi dan Kadar Air Tanah ... ….. 52

(6)

vii

3.3 Jenis dan Prosedur Uji Penelitian Laboratorium….. ... 63

3.3.1 Index Properties….. ... 63

3.3.2 Engineering Properties ... ….. 70

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... ….. 78

4.1 Lokasi Pengambilan Sampel ... ….. 78

4.2 Identifikasi Sampel Uji di Lapangan….. ... 79

4.3 Identifikasi Sampel Uji di Laboratorium….. ... 80

4.3.1 Index Properties….. ... 80

4.4.2 Hasil Pengujian swelling, tekanan pengembangan dan CBR ... 106

(7)

vii

Raisa Fadhila,2013

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1.1 Peta Lokasi Penelitian ...….. 8

Gambar 2.1 Penyebara Gaya Pada Jalan ...….. 13

Gambar 2.2 Lapisan Jalan ...….. 13

Gambar 2.3 Korelasi Nilai CBR dan DDT ...….. 28

Gambar 2.4 Fly-Ash ...….. 36

Gambar 4.1 Lokasi Pengambilan Sampel Uji ...….. 78

Gambar 4.2 Sampel Uji ...….. 79

Gambar 4.3 Grafik Cassagrande Plasticity USCS (1948) ...….. 84

Gambar 4.4 Distribusi Ukuran Butir ...….. 86

Gambar 4.5 Grafik Kompaksi Tanah Asli ...….. 91

Gambar 4.6 Grafik Kompaksi Tanah + 2% flyash ...….. 94

Gambar 4.7 Grafik Kompaksi Tanah + 5% flyash ...….. 96

Gambar 4.8 Grafik Kompaksi Tanah + 10% flyash ...….. 98

Gambar 4.9 Grafik Kompaksi Tanah + 20% flyash ...….. 100

Gambar 4.10 Grafik Kompaksi Tanah + 30% flyash ...….. 102

Gambar 4.11 Grafik Kadar Air Optimum ...….. 104

Gambar 4.12Grafik Berat Isi Kering ...….. 105

Gambar 4.13 Grafik Swelling ...….. 106

Gambar 4.14 Swelling Rata-Rata Tiap Campuran ...….. 106

(8)

vii

Raisa Fadhila,2013

Gambar 4.16 Grafik Nilai CBR ...….. 107

Gambar 4.17 Grafik CBR Design Tanah asli ...….. 110

Gambar 4.18 Grafik CBR Design Tanah asli + 2% flyash ...….. 111

Gambar 4.19 Grafik CBR Design Tanah asli + 5% flyash ...….. 112

Gambar 4.20 Grafik CBR Design Tanah asli + 10% flyash ...….. 113

Gambar 4.21 Grafik CBR Design Tanah asli + 20% flyash ...….. 114

Gambar 4.22 Grafik CBR Design Tanah asli + 30% flyash ...….. 115

Gambar 4.23 Grafik CBR Design ...….. 116

Gambar 4.24 Grafik Korelasi CBR dan DDT ...….. 118

(9)

Raisa Fadhila,2013

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jalan raya Cibarusah Cikarang, Kabupaten Bekasi merupakan jalan kolektor

primer yang menghubungkan antar Kecamatan di Bekasi sering diberitakan

kerusakan yang terjadi di ruas jalan ini sudah menjadi permasalahan yang kritis,

kerusakan Jalan Cibarusah berupa lubang-lubang, retakan, patahan dan amblas

yang terjadi menyebabkan kemacetan yang parah bahkan seringkali menyebabkan

kecelakaan.

Jika dilihat dari keadaan yang terjadi di lapangan Jalan Cibarusah merupakan

jalan dengan perkerasan lentur yang tidak memenuhi ketentuan jalan yang berlaku.

Jalan kolektor dalam ketentuannya fungsi jalan minimal berukuran 7 meter tetapi

keadaan lapangan menunjukan ukuran jalan sekitar 5 meter, permasalahan lain

dapat ditinjau dari kendaraan yang melintas di jalan tersebut, Jalan Cibarusah

peruntukannya adalah untuk kendaraan-kendaraan dengan batas muatan sumbu

terberat 8 ton, tetapi yang kendaraan yang melintas adalah bis dan truk yang

bertonase sampai dengan 20 ton. Secara singkat Jalan Cibarusah yang didesain

untuk jalan kelas II dipergunakan untuk jalan kelas I, hal itu dilakukan secara

kontinyu bertahun-tahun sehingga menyebabkan Jalan Cibarusah rusak jauh lebih

cepat dari umur rencana. Rendahnya kesadaran para pengemudi untuk mematuhi

peraturan yang berlaku menjadi faktor pedukung kerusakan, pelanggaran dapat

terjadi karena sengaja melanggar, ketidaktahuan terhadap arti aturan yang berlaku

ataupun pura-pura tidak tahun akan ketentuan peruntukan jalan, hal tersebut

(10)

Raisa Fadhila,2013

disediakannya prasarana lain yang menunjang maka para pengendara kendaraan

besar memakai jalan yang seharusnya hanya bisa dilewati kendaraan kecil. Kurang

tegasnya peraturan lalu lintas dari pemerintah Kabupaten pun membuat hal ini

terus dilakukan berulang selama bertahun-tahun.

Akibat dari kerusakan jalan tersebut adalah timbul permasalahan kemacetan dan

kecelakaan, pertama dalam segi ekonomi dengan rusak nya jalan otomatis akan

meningkatnya biaya operasi kendaraan baik dari segi bahan bakan dan perawatan

kendaraan, bagi kendaraan yang membawa muatan yang harus sampai ditempat

tujuan tepat waktu akan mengalami kerugian dikarenakan kemacetan. Kedua faktor

sosial kerusakan Jalan Cibarusah telah terjadi selama bertahun-tahun. Warga

setempat sering melakukan aksi protes kepada pihak pemda sebagai bentuk

kekecewaan terhadap jalan yang tidak kunjung dapat digunakan dengan aman dan

nyaman. Ketiga faktor keselamatan dan kenyamanan jalan yang rusak, retak dan

berlubang sangat membahayakan pemakai jalan terutama bagi pemakai sepeda

motor, seringkali pengendara motor masuk kedalam lubang. Begitu hal nya dengan

pengguna kendaraan roda empat pun kerap kali terjadi kecelakaan. Dalam keadaan

hujan keadaan jalan menjadi lebih parah dikarenakan tanah yang menjadi bahu

jalan akan mengembang dan berubah menjadi lumpur.

Berbagai upaya perbaikan permukaan jalan telah dilakukan dari sekedar

menaburkan batu-batu kerikil, menambal lubang-lubang hingga melapis ulang

seluruh permukaan jalan telah dilakukan tetapi hasilnya tetap nihil, membuat pihak

pemerintah Kabupaten kewalahan dan akhirnya angkat tangan terhadap masalah ini

tanpa ada solusi selama bertahun-tahun. Upaya perbaikan yang telah dilakukan

sudah benar tetapi mengingat hasil yang masil nihil nampaknya perbaikan yang

(11)

Raisa Fadhila,2013

masalah dengan tanah dasarnya. Sering kali bangunan maupun jalan rusak karena

perilaku tanah dasar yang memiliki kembang susut yang ekstrim dimana kondisi

tanah sangat kering saat kemarau dan sangat lembek mendekati lumpur saat

penghujan. Sebagai bahan perbandingan diambil satu lokasi uji di area perumahan

Lippo Cikarang yang berjarak sekitar 1 KM dari ruas jalan Cibarusah. Kondisinya

adalah sama seperti yang terjadi di ruas jalan Cibarusah jalan perumahan Lippo

Cikarang, yaitu terjadi retakan-retakan memanjang, jalan berlubang dan amblas.

Padahal jalan perumahan Lippo Cikarang terlihat memiliki spesikasi yang bagus

lebar jalan yang besar, overlay yang baik. Sebagai kesimpulan bahwa ruas-ruas

jalan di daerah ini bermasalah. Dilihat dari aspek strukturnya, ruas jalan tersebut

terdiri diri berbagai unsur lapisan bukan hanya dari bahan pelapis permukaan

teratas saja tetapi ada lapis pondasi, lapis pondasi bawah dan yang terakhir adalah

tanah dasar (subgrade). Banyak kemungkinan yang menyebabkan kerapuhan jalan, bisa dari faktor manusia seperti pengerjaan pembuatan jalan yang kurang baik,

perlakuan terhadap jalan yang buruk, spesifikasi bahan jalan yang tidak memenuhi

standar atau faktor alam seperti tanah dasar yang dijadikan alas jalan tersebut.

1.2 Identifikasi Masalah

Banyak hal yang menjadi penyebab kerusakan jalan, menyebabkan kerapuhan

jalan di ruas Jalan Cibarusah Kabupaten Bekasi kerusakan jalan dapat

diidentifikasi dengan cara mengkaitkan dengan faktor-faktor lain yang mungkin

menjadi penyebab kerusakan, dari semua penyebab-penyebab kerusakan jalan

diambil hipotesis atau dugaan sementara bahwa kesalahan terjadi di bagian bawah

jalan tersebut yaitu subgrade atau tanah dasarnya. Hal yang menjadi pertimbangan

(12)

Raisa Fadhila,2013

1. Faktor tanah dari hasil penelitian para peneliti terdahulu dan juga melihat peta

sebaran tanah. Daerah Karawang adalah salah satu sebaran tanah jenis

lempung ekspansif, yaitu merupakan tanah yang mempunyai sifat kembang

susut yang besar, sifat kembang susut ini sangat dipengaruhi oleh kandungan

air yang ada di dalam tanah tersebut.

2. Kedua adalah faktor cuaca keadaan cuaca Cikarang yang cenderung panas dan

terkadang hujan, hal ini sangat berpengaruh terhadap tanah jenis lempung

ekspansif. Sifat kembang susut yang besar dari lapisan tanah dasar (subgrade) ini dapat menimbulkan kerusakan pada lapisan perkerasan jalan yang berada di

atasnya. Dalam kondisi panas kadar air berkurang, maka terjadi retak tarik

akibat penyusutan tanah dasar dan dapat menjalar ke atas membentuk retak

refleksi. Jika kadar air turun sampai dengan batas susutnya, lempung ekspansif

akan mengalami penyusutan yang cukup tinggi. Sebaliknya saat musim hujan,

dimana kadar air bertambah, maka terjadi pengembangan pada tanah dasar

sehingga menyebabkan permukaan jalan menjadi cembung yang disertai

retak-retak pada puncak cembungan.

Perubahan bentuk tanah dasar akibat pembebanan, mengembang dan

menyusutnya tanah dasar akibat perubahan kadar air sehingga volume tanah

dasar berubah akan membawa dampak pada lapisan perkerasan yang ada di

atasnya. Apabila tanah dasar merupakan lempung (clay) yang memiliki daya

dukung rendah, akan menyebabkan ketidakstabilan pada perkerasan.Salah satu

penunjang kekokohan dan kerataan permukaan jalan demi keamanan dan

kenyaman jalan adalah baiknya kualitas tanah dasar. Tanah dasar merupakan

bagian penting dari sistem konstruksi jalan raya. Sebagai bagian terpenting dari

(13)

Raisa Fadhila,2013

mendukung beban jalan raya tersebut, dan menopang kinerja jalan raya

diatasnya. Perbaikan jalan harus terus dilakukan sejauh ini fenomena yang

terjadi di Jalan Cibarusah tidak bisa diselesaikan hanya dengan lapis ulang.

Oleh karena itu harus ada upaya perbaikan pada struktur jalan. Hal ini yang

didentifikasi bermasalah adalah tanah dasar yang berjenis lempung ekspansif

dengan suatu bahan yang diharapkan dapat meningkatkan daya dukungnya.

Dalam penelitian ini material lain yang akan digunakan dalam perbaikan tanah

ini adalah fly-ash yang merupakan limbah hasil pembakaran batu bara diharapkan selain dapat memperbaiki tanah juga dapat memanfaatkan limbah.

Jadi dapat diambil inti dari permasalahan yang merupakan dugaan

sementara dari penelitian ini adalah jenis tanah yang menjadi subgrade ruas

jalan Cibarusah memiliki daya dukung yang rendah dan sifat fisik yang kurang

baik.

Inti permasalahan diatas dapat diambil dengan melihat masalah-masalah

yang di identifkasi dari ruas Jalan Cibarusah Kabupaten Bekasi dan merupakan

bahan penelitian adalah :

1. Berdasarkan kelas jalan, jalan yang menjadi lokasi penelitian tidak memenuhi

klasifikasi menurut kelas jalan dimana jalan kelas II dengan batas muatan

sumbu terberat 8 ton dilalui oleh kendaraan dengan tonase mencapai 20 ton.

2. Jalan lokal yang tidak memenuhi kriteria dari fungsi jalan, yaitu lebar jalan

hanya berkisar 5 meter.

3. Rendahnya kesadaran para pengemudi untuk mematuhi peraturan yang berlaku.

4. Terjadinya kerusakan jalan yang parah di sepanjang lokasi penelitian

5. Kerusakan yang terjadi menyebabkan keresahan masyarakat, kemacetan dan

(14)

Raisa Fadhila,2013

6. Rendahnya pelayanan jalan.

7. Dilakukan penanganan lain untuk mengatasi kerusakan dengan menambal atau

melakukan lapis ulang tetapi tidak menyelesaikan masalah. Di identifikasi

bahwa kerusakan diakibatkan oleh tanah dasar yang tidak stabil.

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui karakteristik dan jenis tanah dasar di lapangan.

2. Melakukan pengujian swelling, tekanan pengembangan dan nilai CBR design

terhadap sampel tanah dasar yang didapatkan.

3. Meneliti dan melakukan treatment terhadap sampel tanah yang dicampur bahan

perbaikan dengan persentase tertentu.

4. Memperoleh nilai swelling, tekanan pengembangan dan nilai CBR design dari hasil treatment

5. Menentukan nilai daya dukung yanah yang sesuai dengan lalu lintas yang

bekerja di ruas jalan tersebut.

6. Hasil penelitian ini dapat diaplikasikan di lokasi penelitian atau daerah-daerah

yang memiliki karakteristik tanah dasar yang sama dengan tanah lokasi

(15)

Raisa Fadhila,2013

1.4 Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian identifikasi masalah yang diungkapkan diatas dan luasnya

lingkup penelitian, maka perlu adanya pembatasan masalah agar penelitian dapat

mencapai sasaran dengan optimal.

Dilihat dari identifikasi masalah disinyalir kerusakan jalan berasal dari tanah

dasar atau subgrade, sehingga ruang lingkup penelitian ini dibatasi hanya seputar

tanah dasar Jalan Cibarusah Kabupaten Bekasi. Banyak hal telah dilakukan untuk

meningkatkan performa tanah dasar salah satunya adalah mengganti material untuk

subgrade tetapi mengganti material dipandang tidak efisien dari segi biaya, oleh

sebab itu perlu dicari suatu cara untuk meningkatkan kualitas tanah yang ada

menjadi lebih baik dengan adalah memperbaiki tanah aslinya.

Penelitian yang akan dilakukan adalah berupa treatment pada tanah asli,

treatment dimaksudkan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah asli dengan cara antara lain menambahkan suatu bahan tertentu yang mengakibatkan perubahan sifat–sifat

tanah asli tersebut. Disamping itu, perbaikan tanah treatment ini diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah seperti indeks plastisitas tinggi, swelling yang tinggi dan sifat fisik yang buruk agar daya dukung tanah lebih baik sebagai tanah dasar

jalan. Dalam penelitian ini dilakukan treatment tanah dasar dengan cara mencampur tanah asli yang diduga lempung ekpansif dengan fly-ash atau abu batu yang merupakan limbah pengolahan batu bara di CV. Bumi Selaras Komplek GBA

2 Bandung, Jawa barat dengan harapan memperoleh kekuatan yang sesuai dengan

(16)

Raisa Fadhila,2013

1.5 Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini adalah ruas jalan Cibarusah Cikarang, Kabupaten Bekasi.

(17)
(18)
(19)

Raisa Fadhila,2013

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian pada tugas akhir ini bersifat research di laboratorium

dengan cara memperbaiki sampel tanah dasar yang diambil dari lapangan, dengan bahan

perbaikan dalam hal ini adalah fly-ash. Lokasi yang akan dijadikan lokasi penelitian

adalah ruas jalan Cibarusah Cikarang, Kabupaten Bekasi. Pengambilan sampel tanah

lempung ekspansif diambil dari daerah Lippo Cikarang yang berjarak satu kilometer dari

lokasi penelitian. Sebagai bahan perbaikan tanah yaitu fly-ash atau abu batu yang

merupakan limbah pengolahan batu bara diambil dari CV. Bumi Selaras Komplek GBA

2 Bandung, Jawa barat. Sedangkan lokasi untuk pengujian dilakukan di laboratorium

mekanika tanah FPTK UPI.

Penelitian diawali dengan mengambil sampel tanah dilapangan lalu dibawa ke

laboratorium untuk diuji, kandungan tanah dasar diuji terlebih dahulu untuk mengetahui

sifat fisik dan daya dukung tanah asli, kemudian dilakukan treatment terhadap tanah asli

menggunakan bahan perbaikan yaitu fly-ash, mix design dilakukan dengan berbagai

persentase bahan perbaikan untuk mencari persentase perbaikan yang dinilai mengalami

(20)

Raisa Fadhila,2013

(21)

Raisa Fadhila,2013

Jalan Cibarusah Cikarang Kabupaten Bekasi merupakan jalan lokal primer yang menghubungkan antar kecamatan, ketidaksesuain antara spesifikasi jalan dan pengguna jalan membuat kerusakan parah yang menimbulkan kemacetan,

dan kecelakaan

Studi literatur

1. Jalan lokal primer tidak memenuhi syarat 2. Perlakuan terhadap jalan tidak tepat

menyebabkan jalan rusak

3. Kerusasakan menyebabkan kemacetan dan kecelakaan

4. Karawang memiliki tanah lempung ekspansif yang tidak stabil untuk jalan

Fenomena di lapangan 1. Lalu lintas padat 2. Ukuran jalan kecil 3. Banyak kendaraan besar melintas

secara kontinyu 4. Jalan rusak parah

Rendahnya tingkat pelayanan jalan

Dilakukan peneltian dengan tujuan

1.Mengetahui karakteristik tanah dasar di lapangan.

2.Melakukan pengujian terhadap sampel tanah yang didapatkan. 3.Meneliti dan melakukan treatment terhadap sampel tanah. 4.Memperoleh nilai cbr yang optimal dari hasil treatment

5.Menentukan treatment yang paling sesuai untuk lalu lintas yang bekerja di ruas jalan tersebut. 1. Lempung ekspansif memiliki sifat

kembang susut yang besar 2. Lempung ekspansif tidak stabil untuk

subgrade jalan

3. diduga flyash dapat meningkatkan performa lempung ekspansif

Pembahasan dan laporan hasil

(22)

Raisa Fadhila,2013

(23)

Raisa Fadhila,2013

Solusi perbaikan tanah dasar jalan dengan treatment menggunakan flyash

Pengujian Lab

(24)

Raisa Fadhila,2013

Pengujian di laboratoeium terdiri dari index properties dan engineering

properties. Adapun pengujian yang dilakukan antara lain :

3.3.1 Index Properties :

1. Kadar air (SNI 03-1965-1990)

- Maksud dan tujuan serta aplikasi

Maksud percobaan ini adalah untuk mengukur sifat-sifat fisis

tanah. Tujuan dari uji ini adalah untuk mengklasifikasi tanah.

- Prosedur Uji

 Ambil beberapa gram sampel tanah yang ditempatkan di

cawan yang telah ditimbang sebelumnya.

 Cawan yang berisi contoh tanah ditimbang, kemudian

dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu 105o

C.

 Sesudah itu, contoh tanah yang sudah kering dimasukkan ke

dalam desikator ± 1 jam.

 Contoh tanah yang sudah dingin ditimbang didapat berat

kering.

2. Berat jenis (SNI 03-1964-1990)

- Maksud dan tujuan serta aplikasi

Berat jenis tanah digunakan pada hubungan fungsional antara

(25)

Raisa Fadhila,2013

diperlukan untuk perhitungan – perhitungan parameter indeks

tanah (index properties).

- Prosedur Uji

 Ambil contoh tanah seberat ± 60 g. Contoh tanah diremas

dan dicampur dengan aquades di dalam suatu cawan

sehingga menyerupai bubur yang homogen.

 Adonan tanah ini kita masukkan ke dalam piknometer dan

tambahkan aquades.

 Piknometer yang berisi contoh tanah ini diimasukkan ke

dalam piknometer dan tambahkan aquades.

 Piknometer yang berisi contoh tanah ini dipanaskan di oven

selama ± 10 menit supaya gelembung udranya keluar.

 Sesudah itu piknometer diangkat dari kompor dan ditambah

dengan aquades sampai batas kalibrasi, lalu diaduk sampai

suhunya merata.

 Piknometer direndam dalam suatu dish yang berisi agar

suhunya turun.

 Aduk agar temperaturnya merata. Setelah mencapai suhu

35°C diambil, bagian luar dikeringkan. Di sini permukaan

air turun maka perlu ditambahkan aquades sampai batas

kalibrasi, kemudian ditimbang.

 Suhu diturunkan lagi hingga mencapai 25°C. Piknometer

diambil, bagian luar dikeringkan, ditambah air hingga batas

(26)

Raisa Fadhila,2013

 Larutan tanah tersebut kemudian dituangkan dalam dish

yang telah ditimbang beratnya. Semua larutan harus bersih

dari piknometer, jika perlu bilas dengan aquades.

 Dish + larutan contoh tanah dioven selama 24 jam dengan

suhu 110°C.

 Berat dish + tanah kering ditimbang sehingga didapatkan

berat kering tanah (Ws).

 Dari percobaan di atas didapatkan 3 harga Gs yang

kemudian dirata-rata.

3. Atterberg limit ; Batas cair (SNI 03-1967-1990) dan Batas plastis

(SNI 03 1966-1990)

- Maksud dan tujuan serta aplikasi

Percobaan ini mencakup penentuan batas-batas Atterberg yang

meliputi Batas Plastis/ Plastic Limit, Batas Cair/ Liquid Limit,

Batas Susut / Shrinkage Limit.

- Prosedur Uji

Batas Plastis / Plastic Limit

 Masukkan contoh tanah dalam mangkok, diremas-remas

sampai lembut, ditambahkan aquades sedikit dan diaduk

(27)

Raisa Fadhila,2013

 Letakkan contoh tanah adukan itu di atas pelat kaca dan

digulung-gulung dengan telapak tangan sampai diameternya

kira-kira 1/8 inch (3mm). Akan dijumpa 3 keadaan :

 Gulungan terlalu basah sehingga dengan diameter 1/8 inch

tanah belum retak.

 Gulungan terlalu kering sehingga sewaktu diameter belim

mencapai 1/8 inch, gulungan tanah sudah mulai retak.

 Gulungan dengan kadar air tepat, yaitu gulungan mulai retak

sewaktu mencapai diameter 1/8 inch

 Timbang container atau cawan sebanyak 3 buah.

 Gulungan tanah yang berkadar iap countainer/cair tepat itu

dimasukkan ke dalam countainer atau cawan, tiap countainer

atau cawan berisi 5 buah gulungan, dengan berat

masing-masing gulungan minimum ± 5 gr. Ketiga countainer atau

cawan yang berisi gulungan tanah tersebut di masukkan ke

dalam oven ± 24 jam pada suhu 105-110°C.

 Harga rata-rata kadar air dari percobaan di atas adalah batas

plastisnya.

Batas Cair / Liquid Limit

1. Contoh tanah diambil secukupnya, ditaruh dalam cawan

porselin dan ditumbuk dengan penumbuk karet , diberi

(28)

Raisa Fadhila,2013

2. Pindahkan tanah tersebut ke atas plat kaca dan diaduk

sampai homogen dengan pisau dempul, bagian yang kasar

dibuang.

3. Ambil sebagian dari contoh tanah, dan dimasukkan dalam

alat Cassagrande, ratakan permukaannya dengan pisau.

Contoh tanah dalam mangkok Cassagrande dipotong dengan

grooving tool dengan posisi tegak lurus, sehingga didapat

jalur tengah.

4. Alat Cassagrande diputar dengan kecepatan konstan 2

putaran/detik. Mangkok akan terangkat dan jatuh dengan

ketinggian 10 mm (sudah distel).

5. Percobaan dihentikan jika bagian yang terpotong sudah

merapat, dan di catat banyaknya ketukan, biasanya harus

berkisar 10-50 ketukan.

6. Tanah pada bagian yang merapat diambil dan dimasukkan

dalam oven, ditempatkan dalam countainer atau cawan yang

telah ditimbang beratnya. Sebelum dimasukkan dalam oven,

tanah + countainer atau cawan ditimbang.

7. Setelah dioven selama 24 jam pada temperatur 105°-100°C,

baru masukkan desikator selama ± 1 jam untuk mencegah

penyerapan uap air dari dari udara.

8. Percobaan di atas lakukan 5 kali.

(29)

Raisa Fadhila,2013

10.Setelah kadar air didapat, di buat grafik hubungan antara

kadar air dengan jumlah ketukan dalam kertas skala

semi-log. Grafik ini secara teoritis merupakan garis lurus.

11.Kadar air dimana jumlah ketukan 25 kali disebut Batas Cair.

Batas Cair ini diulangi dengan tanah yang telah dimasukkan

dalam oven, tanah tersebut ditambahkan aquades

secukupnya, prosedur selanjutnya sama dengan di atas, dan

Batas Cair yang didapatkan disebut “wL oven”.

4. Analisis saringan (SNI 03-1968-1990)

- Maksud dan tujuan serta aplikasi

Metode ini mencakup penentuan dari distribusi ukuran butir

tanah yang tertahan oleh saringan No. 200

- Prosedur Uji

 Ayakan dibersihkan dengan menggunakan kuas kering,

sehingga lubang-lubang dari ayakan bersih dari butir-butir

yang menempel

 Masing-masing ayakan dan pan ditimbang beratnya.

 Kemudian ayakan tadi disusun menurut nomor ayakan

(ukuran lubang terbesar diatas)

 Ambil contoh tanah seberat 500 gram, lalu masukkan ke

(30)

Raisa Fadhila,2013

 Susunan ayakan dikocok dengan bantuan sieve shaker

selama kurang lebih 10 menit.

 Diamkan selama 3 menit agar debu-debu mengendap.

 Masing-masing ayakan dengan contoh tanah yang tertinggal

ditimbang, diperoleh berat tanah tertahan

5. Analisis hidrometer (SNI 03-3423-1994)

- Maksud dan tujuan serta aplikasi

Metode ini mencakup penentuan dari distribusi ukuran butir

tanah yang lolos saringan no.200, tetapi dilaksanakan pada

tanah yang lolos saringan no. 10.

- Prosedur Uji

 Larutan dimasukkan ke dalam satu tabung gelas dan tambah

air hingga volumenya 1000 cc. Tabung gelas yang satu lagi

diisi dengan air(aquades) untuk tempat hidrometer.

 Tabung yang berisi larutan tanah dikocok selama 30 detik,

hidrometer dimasukkan. Pembacaan dilakukan pada menit

ke 0, 1, 2, 3, 4 dengan catatan untuk tiap-tiap pembacaan,

hidrometer hanya diperkenankan 10 detik dalam larutan,

selebihnya hidrometer dimasukkan dalam tabung yang berisi

aquades. Temperatur juga diukur pada setelah pembacaan.

 Tabung dikocok lagi dan pembacaan diulang seperti di atas ;

(31)

Raisa Fadhila,2013

 Setelah ini dilanjutkan pembacaan tanpa mengocok,

pembacaan dilakukan pada menit ke 8, 60, 30, 40, 90, 210,

1290, 1440. Pada tiap-tiap pembacaan hidrometer diangkat

dan diukur temperaturnya.

 Setelah semua pembacaan selesai, larutan dituang dalam

dish yang telah ditimbang beratnya; kemudian dimasukkan

dalam oven selama 24 jam pada temperatur 105-110°C

untuk mendapatkan berat keringnya.

 Dari percobaan di atas dapat dihitung persen lebih halusnya,

dan dengan menggunakan chart dapat dihitung

ekuivalennya.

Dari hasil perhitungan di atas dapat dibuat grain size

distribution curvenya

3.3.2 Engineering Properties :

1. Uji Kompaksi (Proctor T-99)

- Maksud dan tujuan serta aplikasi

Tujuan uji kompaksi adalah untuk mendapatkan kadar air

optimum dan berat isi kering maksimum pada suatu proses

pemadatan. Kepadatan tanah biasanya dinilai dengan

menentukan berat isi keringnya (dry). Kadar air optimum

ditentukan dengan melakukan percobaan pemadatan di

(32)

Raisa Fadhila,2013

syarat-syarat yang harus dipenuhi pada waktu pemadatan di

lapangan. Pada percobaan di laboratorium, kadar air optimum

ditentukan dari grafik hubungan antara berat isi kering dengan

kadar air.

- Prosedur Uji

 Siapkan contoh tanah yag akan diuji 3 kg, dimana tanah

sudah dibersihkan dari akar-akar dan kotoran lain.

 Tanah dijemur sampai kering udara (air drained), atau

dikeringkan dalam oven dengan suhu 600C.

 Gumpalan-gumpalan tanah dihancurkan dengan palu karet

agar butir tanah tidak ikut hancur

 Tanah kering dalam keadaan lepas diayak dengan ayakan

no.4, hasil ayakan dipergunakan.

 Tanah hasil ayakan sebanyak ± 3 kg disemprot air untuk

mendapatkan hasil contoh tanah dengan kebasahan merata

sehingga bisa dikepal tapi masih mudah lepas (hancur)

 Mold yang akan dipergunakan dibersihkan, ditimbang

beratnya dan diukur volumenya (biasanya volume mold =

1/30 cu-ft). Isikan contoh tanah kedalam mold setelah 1” –

2” (modified) atau 2” –4” (standard)

 Tumbuk dengan hammer sebanyak 25 kali pada tempat yang

berlainan. Hammer yang dipergunakan disesuaikan dengan

(33)

Raisa Fadhila,2013

 Isikan lagi untuk lapis berikutnya dan tumbuk sebanyak 25

kali.

 Pengisian diteruskan sampai 5 lapis untuk modified dan 3

lapis untuk standard. Pada penumbukan lapisan terakhir,

harus dipergunakan sambungan tabung (collar) pada mold

agar pada waktu penumbukan hammer tidak meleset keluar.

 Buka sambungan tabung diatasnya dan ratakan permukaan

tanahnya dengan pisau

 Mold dan contoh tanah ditimbang

 Tanah dikeluarkan dengan bantuan dongkrak, kemudian

diambil bagian atas, tengah, dan bawah masing-masing ± 30

gram, kemudian di oven selama 24 jam.

 Setelah 24 jam dioven, cawan + tanah kering ditimbang

 Dengan mengambil harga rata-rata dari kadar air ketiganya,

di dapat nilai kadar airnya

 Percobaan dilakukan sebanyak 5 kali dengan setiap kali

menambah kadar airnya sehingga dapat dibuat grafik berat

isi kering terhadap kadar air.

2. CBR Laboratorium (SNI 03-1744-1989)

- Maksud dan tujuan serta aplikasi

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menilai kekuatan tanah

(34)

Raisa Fadhila,2013

dalam perancangan perkerasan. Hasil percobaan dinyatakan

dalam nilai CBR (dalam %) yang nantinya dipakai untuk

menentukan tebal perkerasan.

- Prosedur Uji

 Siapkan sampel tanah kering seperti pada percobaan

kompaksi sebanyak 3 sampel masing-masing 5 kg

 Tanah disaring dengan ayakan ukuran 20 mm

 Contoh tanah tersebut kemudian disemprot air sehingga

kadar airnya menjadi w optimum dari percobaan kompaksi

sebelumnya

 Sampel tanah didiamkan selama 24 jam agar kadar airnya

merata dan ditutup rapat-rapat agar air tidak menguap.

 Mold CBR disiapkan, spacer dish diletakan dibawah,

selanjutnya mold diisi dengan contoh tanah tadi sehingga

setelah ditumbuh mempunyai ketinggaian 1/5 tinggi mold

(modified) atau 1/3 tinggi mold standar.

 Penumbukan dilakukan setiap lapis seperti pada percobaan

kompaksi dengan jumlah tumbukan yang berbeada untuk

ketiga sampel.

(35)

Raisa Fadhila,2013

 Kemudian kedua permukaan tanah diberi kertas pori dalam

keadaan terbalik.

 Mold dan tanah yang telah dipadatkan kemudian direndam

didalam air selama 4 x 24 jam (soaking)

 Selama perendaman setiap hari dibaca besarnya swelling

yang terjadi. Dan dihitung swelling totalnya dalam %

terhadap tinggi tanah semula. Syarat swelling total yang baik kurang lebih 3%

 Dengan beban yang sama besar seperti pada perendaman

tadi, sampel tanah diperiksa nilai CBR nya yaitu dengan

penekanan penetration piston.

3. Sweliing

- Maksud dan tujuan serta aplikasi

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menilai seberapa besar

kembang susut tanah pengujian dimana hasilnya berapa besar

nilai swelling mempengaruhi terhadap daya dukung tanah dasar

- Prosedur Uji

 Siapkan sampel tanah kering seperti pada percobaan

(36)

Raisa Fadhila,2013

 Tanah disaring dengan ayakan ukuran 20 mm

 Contoh tanah tersebut kemudian disemprot air sehingga

kadar airnya menjadi w optimum dari percobaan kompaksi

sebelumnya

 Sampel tanah didiamkan selama 24 jam agar kadar airnya

merata dan ditutup rapat-rapat agar air tidak menguap.

 Mold CBR disiapkan, spacer dish diletakan dibawah,

selanjutnya mold diisi dengan contoh tanah tadi sehingga

setelah ditumbuh mempunyai ketinggaian 1/5 tinggi mold

(modified) atau 1/3 tinggi mold standar.

 Penumbukan dilakukan setiap lapis seperti pada percobaan

kompaksi dengan jumlah tumbukan yang berbeada untuk

ketiga sampel.

 Mold dibalikan, spacer dish dikeluarkan, lalu ditimbang.

 Kemudian kedua permukaan tanah diberi kertas pori dalam

keadaan terbalik.

 Mold dan tanah yang telah dipadatkan kemudian direndam

didalam air dan dipasang nanometer untuk pembacaannya.

 Selama perendaman setiap hari dibaca besarnya swelling

(37)

Raisa Fadhila,2013

terhadap tinggi tanah semula. Hasil swelling dibuat

grafiknya

4. Tekanan Pengembangan

- Maksud dan tujuan serta aplikasi

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menilai seberapa besar

tekanan pengembangan dari bahan uji, dimana nilai ini dapat

menentukan seberapa besar tanah dasar memberikan pengaruh

terhadap perkerasan jalan

- Prosedur Uji

 Siapkan sampel tanah kering seperti pada percobaan

kompaksi sebanyak 3 sampel masing-masing 5 kg

 Tanah disaring dengan ayakan ukuran 20 mm

 Contoh tanah tersebut kemudian disemprot air sehingga

kadar airnya menjadi w optimum dari percobaan kompaksi

sebelumnya

 Sampel tanah didiamkan selama 24 jam agar kadar airnya

merata dan ditutup rapat-rapat agar air tidak menguap.

 Mold CBR disiapkan, spacer dish diletakan dibawah,

selanjutnya mold diisi dengan contoh tanah tadi sehingga

setelah ditumbuh mempunyai ketinggaian 1/5 tinggi mold

(38)

Raisa Fadhila,2013

 Penumbukan dilakukan setiap lapis seperti pada percobaan

kompaksi dengan jumlah tumbukan yang berbeada untuk

ketiga sampel.

 Mold dibalikan, spacer dish dikeluarkan, lalu ditimbang.

 Kemudian kedua permukaan tanah diberi kertas pori dalam

keadaan terbalik.

 Mold dan tanah yang telah dipadatkan kemudian direndam

didalam air dan dipasang nanometer untuk pembacaannya

 Mold dimasukan ke dalam wadah yang diisi air dan dinaikan

ke atas alat yang dapat membaca tekanannya (dalam

penelitian ini digunakan alat CBR).

 Selama perendaman baca nilai tekanan pengembangannya

hingga pembacaan stabil dan tidak ada perubahan lagi, plot

(39)

Raisa Fadhila,2013

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dari penelitian tugas akhir ini maka dapat diambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil indeks properties yang telah dilakukan pada tanah yang diambil di lokasi penelitian yaitu Lippo Cikarang diperoleh nilai kadar air alami

(w) 8,41 % yang menunjukan kadar air alami lempung dalam kondisi kering,

Liquid Limit 75,21%, Plastic Limit 41,33 %, Indeks Plastisitas 33,88 %, Spesific Gravity didapat 2,489 dengan kandungan clay sebesar 78%. Dan sampel uji ini termasuk klasifikasi CH (clay high plastisity) dengan nilai aktifitas sebesar

4,667. Berdasarkan hasil ini material uji termasuk kedalam jenis lempung

2. Dari hasil analisis nilai aktifitas diperoleh nilai sebesar 4,667 dimana jika nilai

aktifitas lebih besar dari 1,25 hal ini menunjukan tanah tersebut aktif (John D.

Nelson 1992; 41), maka dapat diartikan sampel uji dikategorikan lempung

ekspansif.

3. Bahwa dengan penggunaan fly-ash yang memiliki kandungan silika sebagai bahan perbaikan tanah dasar pada pembangunan konstruksi jalan terbukti dapat

menurunkan nilai swelling, menurunkan tekanan pengembangan, meningkatkan nilai CBR dan mengingkatkan daya dukung tanah dasar yang sangat signifikan

dari 17,087 ton/m2 menjadi 28,945 ton/m2

4. Pengujian Kompaksi dengan modified proctor pada persentase 2%, 5%, 10%, 20% dan 30% didapat kadar air optimum (optimum moisture content) sebesar

(40)

Raisa Fadhila,2013

maksimum (Maximum Dry Density /MDD) sebesar 1,443 gr/cm3; 1,447 gr/cm3;

1,48 gr/cm3 ;1,53 gr/cm3 ;1,54 gr/cm3 dan 1,56 gr/cm3.

5. Untuk mendapatkan nilai CBR maksimum maka perlu penambah fly ash sebesar

17% sehingga didapatkan nilai CBR design sebesar 9,325% dimana syarat nilai CBR yang dibutuhkan untuk tanah dasar berdasarkan SNI 03-1744-1989/ SNI

1744-2012 adalah 6%, Dan syarat bahan timbunan jalan raya menurut

departemen pekerjaan umum sebesar CBR 6%. Dengan hasil CBR yang telah

didapatkan tanah yang telah diperbaiki sudah masuk kedalam kategori “baik”

untuk tanah dasar (Pedoman pekerjaan tanah dasar, Departemen Pekerjaan

Umum).

6. Tekanan pengembangan rata-rata menurun hingga 1,4013 ton/m2 , dimana berat

jalan dengan perkerasan lentur adalah kurang lebih 2 ton/m2 maka tekanan

pengembangan dari tanah dasar tidak akan merusak lapisan perkerasan.

7. Menurunnya nilai swelling dari 15,14 mm menjadi 8,627 mm membuktikan hasil soil improvement menggunakan fly-ash terbukti menurunkan nilai swelling

secara signifikan.

5.2 SARAN-SARAN

Dari keseluruhan penelitian terdapat beberapa saran yang dapat disampaikan

penulis untuk perbaikan bagi peneliti-peneliti berikutnya

1. Jika ingin mengambil lempung ekspansif sebagai sampel uji, usahakan pada

saat musim kemarau atau saat lempung ekspansif dalam keadaan kering, karena

jiga dalam keadaan basah lempung ekspansif sangat sulit untuk dilewati dan

(41)

Raisa Fadhila,2013

2. Penggunaan fly ash dianjurkan untuk perbaikan tanah dikarenakan fly ash dapat

memperbaiki performa tanah seperti halnya bahan stabilisasi lain seperti kapur

dan semen, tetapi yang berbeda adalah fly ash merupakan limbah sehingga

dapat menghemat biaya.

3. Pada penelitian ini tidak diuji secara spesifik fly ash yang dipakai, diharapkan peneliti berikutnya dapat menggunakan fly ash dengan kandungan mineral

yang lebih baik dalam mestabilkan tanah dikarenakan setiap jenis fly ash

walaupun secara umum memiliki kandungan yang serupa tetapi ada beberapa

kandungannya yang berbeda kadarnya.

4. Perbaikan tanah dengan flyash yang didapatkan di CV. Bumi Selaras Komplek GBA 2 Bandung, Jawa barat hanya mampu mencapai CBR design maksimum

9,325%, ada baiknya kepada peneliti berikutnya menggunakan flyash dengan kandungan silica yang lebih besar yang diharapkan mampu mendapatkan nilai

CBR design yang lebih baik lagi.

5. Dikarenakan pada penelitian ini tidak diteliti kandungan mineral pada lempung

ekspansif maka diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat melakukan

pengujian untuk mengetahui kandungan mineralnya.

6. Untuk peneliti berikutnya diharapkan dapat mengambil beberapa sampel di ruas

jalan karena untuk CBR peruntukan jalan lebih baik diambil sampel dengan

jarak setiap 100 meter agar dapat lebih dapat mewakili keadaan lapangan.

7. Solusi yang didapatkan dan dapat diaplikasikan di lokasi penelitian adalah; a.

perbaikan jalan dengan re-design jalan dari awal, atau perbaikan secara bertahap dengan cara yang telah dipaparkan pada pembahasan.

8. Jiga perbaikan tanah tidak memungkinkan tetapi jalan tetap harus dibuka maka

(42)

Raisa Fadhila,2013

9. Dilakukan lagi penelitian lebih lanjut oleh peneliti berikutnya terhadap

persentase campuran yang didapatkan melalui grafik polinomial sehingga dapat

memperkuat persamaan polinomial yang di dapat dari grafik

10. Kalibrasi semua alat sebelum penelitian, dan persiapkan semua alat uji karena

sedikit saja ketidak akuratan pada alat uji sangat berpengaruh kepada validitas

hasil penelitian.

11. Penambahan alat sangat diharapkan mengingat tingginya minat mahasiswa

(43)

Raisa Fadhila,2013

DAFTAR PUSTAKA

Adyawati (1996). “Sifat-Sifat Dasar Tanah Ekspansif di Beberapa Lokasi Di Jawa, Lippo Cikarang” : Seminar Nasional Geoteknik

Agus, Supratman. (2002). “Geometri Jalan Raya”. Bandung

Alfreds, Jumikis. “Soil Mechanics”. Van Nostrand.

Anonim “Annual Book of ASTM Standard”.

Ardhyan. (1997) “Studi Laboratorium Peningkatan Kekuatan Geser Tanah Ekspansif

Cikampek Dengan Stabilisasi Semen”

Braja M. Das (1995) “Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid I”.

Jakarta : Erlangga,

Departemen Pekerjaan Umum. “Teknik Bahan Perkerasan Jalan”. Badan Penerbit

Pekerjaan Umum.

Departemen Pekerjaan Umum. (2003). “Pusat Penelitian Dan Pengembangan

Prasarana Transportasi, Pengembangan Panduan Konstruksi Jalan Di Atas Tanah Ekspansif ” . Bandung

Departemen Pekerjaan Umum.(2005) “Penanganan Tanah Ekspansif untuk Konstruksi

Jalan”. Badan Penerbit Pekerjaan Umum.

Departemen Pekerjaan Umum. (2006) “Pedoman Pekerjaan Tanah Dasar

No:003-01/BM/2006”. Badan Penerbit Pekerjaan Umum.

Departemen Pekerjaan Umum. (2008). “Panduan Pelaksanaa Pekrjaan Tanah dan

(44)

Raisa Fadhila,2013

Departemen Pekerjaan Umum.(2009) “Teknik Pengelolaan Jalan”. Badan Penerbit

Pekerjaan Umum.

Gunawan. (2006). “Diktat Soal dan Penyelesaian Mekanika Tanah. Jakarta: Delta Teknik Group.

Hary, Christady Hardiyatmo. (1992) “ Mekanika Tanah I ” Jakarta : PT. Gramedia

Pustaka Utama

Hendricho, Barto. “Pengaruh Waktu Pemeraman Terhadap Potensi Pengembangan

(Swelling) Dari Tanah Ekspansif Yang Distabilisasi Pasir, Kapur Dan Semen”.

M. Suherman. (2005) “Penanganan Tanah Ekspansif Untuk Konstruksi Jalan

Puslitbang Prasarana Transportasi” Badan Penerbit Pekerjaan Umum.

Morlok, Edward. (1991). “Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi”.

Erlangga.

Nasution. (1996). “Manajemen Transportasi”. Jakarta: Ghalia Indonesia

Nelson, John (1992). “Expansive Soils”.Colorado: John Wiley, Inc.

Nugroho, Untoro. (2003) “Pengaruh Penambahan Kaparu dan Aspal Emulsi terhadap

Kembang-Susut dan Daya Dukung Tanah Ekspansif sebagai Subgrade Jalan”.

Semarang.

Nurul, Martiany. (2009). “Stabilisasi Lempung Cikopo Cikampek Menggunakan

Limbah Marmer” Bandung.

(45)

Raisa Fadhila,2013

Risman. “ Kajian Kuat Geser dan CBR Tanah Lempung yang distabilisai dengan Abu

Terbang dan Kapur”. Semarang

Robert Olshanky. (2002). “Damage to Foundation from Expansive Soils”.

Saodang, Hamirhan. (2009). “Konstruksi Jalan Raya”. Bandung : Nova.

Seta, Wijaya. ” Perilaku Tanah Ekspansif yang dicampur dengan Pasir untuk

Subgrade”. Semarang.

Shirley, “Geoteknik dan Mekanika Tanah”. Bandung : Nova.

Sudijanto, Agus. (2003). “Stabilisasi Tanah Lempung Ekspansif dengan Garam Dapur

(NaCl)”. Malang

Sugiyono. (2007). “Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D”. Bandung: Alfabeta

Sukirman, Silvia. (1992). “Perkerasan Lentur Jalan Raya” ; Nova.

Sukirman, Silvia. (1994). “Dasar Perencanaan Geometrik Jalan” Bandung; Nova.

Sukirman, Silvia. (2010). “Perencanaan Tebal Struktur Perkerasan Lentur” Bandung

Sunggono, Ir. (1979). “Buku Teknik Sipil”. Bandung: Nova.

Sunggono, Ir. (1984). “Mekanika Tanah”. Bandung: Nova.

(46)

Raisa Fadhila,2013

Taufik, Usman. (2008). “Pengaruh Stabilisasi Tanah Berbutir Halus Yang

Distabilisasi Menggunakan Abu Merapi Pada Batas Konsistensi CBR Rendaman”

Tjitro, Soejono. (2009) “Pengaruh Flyash terhadap Kekuatan Tekan dan Kekerasan Cetakan Pasir”. Surabaya

Turmudi. (2008). “Analisis Daya Dukung Tanah Ekspansif Dengan Campuran Kapur

Sebagai Stabilisasi Tanah Dasar”

Untung, Djoko. (1985). “Konstruksi Jalan Raya”. Jakarta: Badan Penerbit Pekerjaan Umum.

UPI. (2011). “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah”. Bandung: Terbatas untuk lingkungan UPI.

Wesley, Laurence. (2012). “Mekanika Tanah untuk Tanah Endapan & Residu”.

Yogyakarta: Andi.

Wibowo, Wahyu. (2010). “Pemindahan Tanah Mekanis dan Alat-alat Berat”

Wijayanti, Diah. (2006) “Pengaruh Penggunaan Flyash sebagai Soil Stabilizer pada Tanah Ekspansif yang Terfiltrasi Secara Vertikal oleh Air Laut”. Surabaya.

http://id.wikipedia.org/wiki/Jalanraya

http://id.wikipedia.org/wiki/Tanahdasar

http://www.earth.google.com

http://www.google.com

Gambar

Gambar 4.19 Grafik CBR Design Tanah asli + 5% flyash ...........................….. 112
Gambar 1.1 Peta Lokasi Penelitian
4.grafiknya  Tekanan Pengembangan

Referensi

Dokumen terkait

Semakin tinggi nilai aktifitas tanah lempung, maka se- makin ekspansif dengan mengembang dan mengerut yang tinggi seperti pada lempung monmorilonitik. Pada umumnya

2 Beberapa penelitian mengenai stabilitas tanah lempung telah banyak dilakukan salah satunya tanah lempung ekspansif adalah dengan memcampurkan tanah ekspansif dengan semen dan

Dari hasil penelitian Pengaruh Penggunaan Serat Plastik Terhadap Nilai Daya Dukung Tanah Lempung dapat ditarik kesimpulan, pada pengujian CBR unsoaked, nilai CBR untuk tanah yang

Nilai CBR adalah nilai yang menyatakan kualitas tanah dasar dibandingkan dengan bahan standar berupa batu pecah yang mempunyai nilai CBR sebesar 100 % dalam memikul

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan hasil seberapa besar pengaruh penambahan fly ash pada tanah lempung ekspansif terhadap nilai kuat

PENGARUH PENAMBAHAN SILICA FUME PADA NILAI KUAT GESER DAN SWELLING TANAH LEMPUNG EKSPANSIF “DI LOKASI PROYEK JABABEKA CIKARANG”.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan untuk memprediksi kembang vertikal, kembang horisontal dan kembang volumetrik tanah lempung ekspansif dengan klasifikasi CH khususnya

Semakin tinggi nilai aktifitas tanah lempung, maka se- makin ekspansif dengan mengembang dan mengerut yang tinggi seperti pada lempung monmorilonitik. Pada umumnya tanah