UPAYA KfYAf MEMBINA AKHLAQ SANTRI
MELALUI KEGIATAN PENGAJIAN PENDIDIKAN ISLAW
DI PONDOK PESANTREN KEMPEK CIREBON
Diajukan kepada Panitia Ujian untuk Memenuni Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Pendidikan Umum
Pads. Pascasarjana iKIP Bandung.
Oieh,
H. Rosyldi Abdulkadir
NIM 8832080/XX- 19
Program Pascasarjana
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
DISETUJUI DAN DISAHKAN UNTUK MAJU TAHAP II
OLEH
CI/
Prof. Dr. H. Moh. Djawad Dali:;.n_ ...
.ctr
PRO GRAM PASCASARJANA
ABSTRAK
Pesantren Kempek Cirebon, sejak berdiri pada awal abad ke-19 (1908) tetap
konsisten sebagai pesantren tradisional dengan berbagai ciri khas yang dimilikinya yaitu
model pengajaran al-quran dan pengajaran ilmu alat {nahwu dan sharaf). Walaupun
pesantren Kempek termasuk jenis pesantren tradisional, tetapi dalam pelaksanaan
program pembelajarannya menggunakan sistem kelas atau kelompok belajar yaitu
kelompok belajar al-quran, kelompok belajar ilmu alat dan kelompok belajar kitab
kuning fiqh di mana masing-masing kelompok memiliki peringkat. Ciri khas lainnya yaitu
pembinaan akhlaq secara intensif kepada para santrinya dan penegakkan qanuunul
/ra'/W (peraturan pesantren) yang ketat.Sebagai lembaga pendidikan tradisional yang hidup di tengah-tengah masyarakat
modern, diduga terjadi beberapa masalah yaitu 1) sistem pembelajaran yang tidak
merujuk kepada suatu teori pendidikan tertentu, sehingga sasarannya tidak jelas, 2)
pembinaan akhlaq dan penegakkan qaanunul ma'hadyang ketat sehingga banyak santri
yang sulit beradaptasi. Dari ketiga masalah ini, maka masalah penelitian ini adalah
bagaimana sistem pembinaan akhlaq yang dilakukan kiai sehingga santri merasa betah
di pesantren Kempek. Tujuan dari penelitian ini adalah penulis berusaha menggali upaya
dan motivasi kiai dalam membina akhlaq santri.Pelaksanaan penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif, sedangkan obyek
peneiitiannya adalah para kiai, santri, alumni, tokoh masyarakat dan pemerintah daerah
yang ada di lingkungan pesantren Kempek. Untuk memperoleh data yang akurat,
penulis melakukan wawancara mendalam, observasi mendalam dan studi dokumen.Hasil penelitian menunjukkan bahwa, 1) pembelajaran yang berlangsung di
pesantren Kempek adalah memperioritaskan program inti meliputi pembelajaran
al-quran, pembelajaran nahwu-sharafdan pembelajaran kitab kuning. Pada program inti,
metode yang digunakan adalah perpaduan antara rnetode sorogan dan hafalan;
sedangkan pada pembelajaran kitab kuning; digunakan metode halaqah dan
bandungan. 2) Pembinaan akhlaq yang dilakukan kiai terhadap santri adalah kiai
berusaha keras menanamkan sikap dan perilakunya yang sesuai dan/atau berujuk
kepada ajaran Islam dan perilaku sosiai yang selama ini dijadikan sebagai pedoman bagi
Dara santri di lingkungan pesantren Kempek. 3) Santri sebelum memperoleh pembinaan
al-quran, berbaju lengan pendek, berambut kepala panjang, dan sering berkata tidak
sopan. Tapi setelah akhlaqnya dibina, mereka tekun belajar dan mempelajari berbagai
kitab kuning di masjid, taat beribadah yaitu segera dalam mengikuti shalat fardlu
berjamaah, selalu melaksanakan shalat sunnah, gamar puasa sunah Senin dan Kemis,
berpakaian sopan dan berkata jujur. 4) Relevansi antara mated inti dengan akhlaq
sebelum dan sesudah menjadi santri adalah, santri diyakinkan bahwa al-quran dan
beberapa kitab kuning terkandung nilai akhlaq yang luhur sehingga bagi yang
mempelajarinya akan memiliki perangai yang sesuai dengan al-quran dan kitab kuning
yang dipelajarinya.
Temuan-temuan yang dianggap perlu untuk dipublikasikan antara lain, 1) santri
yang telah tammat al-quran ia memiliki kekhasan tersendiri dalam bacaan al-qurannya
yaitu model "Kempekan", 2) santri yang belum atau tidak hafal terhadap mated program
inti (al-quran dan tashrif nahwu sharaf) dikenakan hukuman klentung yaitu kakinya
dipukul dengan sapu lidi/panjalin kemudian duduknya dipisahkan dari teman-temannya
dan tidak boleh pulang sampai proses pengajian selesai, 3) di pondok Kempek terdapat
wilayah atau jalan khusus bagi santri putra dan santri putri. Santri yang melalui jaian
memasuki wilayah yang bukan jalan atau wilayahnya dikenakan hukuman.
Mengakhiri tesis ini, penulis merekomendasikan kepada pimpinan pesantren
Kempek agar 1) dalam memberikan hukuman berupa klentung, sebaiknya ditanyakan
dahulu kepada santri sebab ketidak siapanan/hafalannya itu apakah karena sakit, karena
lalai atau karena sengaja. Hukuman klentung, baiknya dikenakan kepada santri yang
ketidak siapan/hafalannya itu karena kesengajaan, karena itu bagi sakit atau lalai jangan
diberikan hukuman klentung. 2) Salah satu peraturan bagi santri Kempek adalah, tidak
boleh memasuki lembaga pendidikan sekolah kecuali hanya mengikuti pengajian
(pendidikan) yang telah ditetapkan. Seyogianya santri diberikan kesempatan untuk
belajar di lembaga pendidikan yang ada di lingkungan pesantren Kempek, sehingga
santri kelak akan memiliki dua pengetahuan sekaligus yaitu memperoleh pengetahuan
keagamaan dari pesantren Kempek dan memperoleh pengetahuan umum dari lembaga
pendidikan sekolah.
dAmARISI
halaman
ABSTRAK in
KATA PENGANTAR v
DAFTARISI vii
DAFTARTABEL x
DAFTARGAMBAR xj
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Beiakang Penelitian 1
B. Masalah Penelitian 9
C. Rumusan Masaiah 11
D. Relevansi Masalah dengan Pendidikan Umum 12
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 15
F. Asumsi Penelitian 18
G. Definisi Operasional 20
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Akhlaq dan Ilmu Akhlaq 24
i. Pengertian Akhlaq 24
2. Tujuan Akhiaq 28
3. Objek Akhlaq 30
4. Hubungan Akhlaq dengan Iman,.. 31
B. Sistem Pendidikan Di Pesantren 35
1. Pendidikan di Pesantren 36
2. Tujuan Pendidikan 37
3. Ruang Lingkup Pendidikan 38
5. Pola Pendidikan 55
6. Metode Pengajaran 57
C. Karakteristik Pesantren 59
D. Kiyai sebagai Pembimbing 60
E. Kiyai sebagai Manager of Learning Santri 63
F. Kiyai sebagai Supervisor Kegiatan Santri 68
G. Kiyai sebagai Pembina Kemandirian 71
H. Pendidikan Umum dalam Pendidikan Akhlaq 74
\B III PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian 80
B. Obyek Peneiitian 82
C. Teknik Pengumpulan Data 83
E. Teknik Anaiisis Data 83
\B IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian 88
B. Pembahasan Hasil Penelitian 100
C. Temuan Hasil dan Penerapan Implikasinya 115
\B V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpuian 135
B. Rekomendasi 141
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Penyelenggaraan sumber daya pendidikan selain dilakukan melalui jalur sekolah, dilakukan pula melalui pendidikan luar sekolah seperti pendidikan yang diselenggarakan oleh pesantren. Secara historis, pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia (Marwan Saridjo, dkk., 19o2:7). Sedangkan secara sosiologis, pondok pesantren merupakan suatu sistem sosiai, bahkan merupakan suatu masyarakat baik dalam arti community maupun .society dengan segala nilai, norma dan pola perilaku para anggotanya (Djamaii, 1985:7). Bahkan ^ ikut berperan serta mencerdaskan bangsa melahirkan ulama dan pimpinan
/ masyarakat, baik dalam penyebaran Islam, kewiraswastaan, perubahan sosiai budaya.
/
I
'
'/
j maupun dalam perjuangan kemerdekaan (Djamari, 1985:18).
(
,, Alumni pondok pesantren bukan saja ahli dalam bidang agama, tetapi ju«a f
/ada yang berfungsi sebagai seniman, pedagang, sastrawan, prajurit, politisi dan
[
dalam urusan kenegaraan (M. Abdullah, 1980). Menurut Hiroko Horikoshi
(l987:xviii); dalam penelitian tentang Kiai Tarji menunjukkan bahwa kiai berperan
kreatif dalam perubahan sosiai.
Kiprah pesantren sebagai penyelenggaraan pendidikan islam tercatat dalam
sejarah sejak zaman Walisongo, Sheikh Malik Ibrahim dianggap sebagai pendiri
pondok pesantren pertama di tanah Jawa. Perkembangan berikutnya pondok
pesantren bukan hanya menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran ilmu agama
saja, melainkan ada sebagian yang melengkapinya dengan komponen-komponen • /pendidikan lain: seperti misalnya: pendidikan kepramukaan, pendidikan kesenian,?
pendidikan olah raga dan kesehatan pendidikan keterampilan (Zeini Ahmad Syis^
/
1983:6-7)
^
Sebaliknya, kehidupan akhlak siswa dan mahasiswa para lembaga pendidikan sekolah seperti sekolah lanjutan tingkat atas dan perguruan tinggi yang kebanyakan bertempat di kota-kota besar, sangat memprihatinkan. Kepribadian atas merosotnya akhlak siswa tersebut, dapat dilihat dan dibaca dengan jelas melalui "media massa
sebagai berikut:
dr. Muchtadi, M.Sc, menyimpulkan penelitiannya enam persen pelajar sekolah
lanjutan tingkat atas (SLTA) di Jawa Tengah pernah melakukan hubungan seks bebas. Bahkan
60% dari mereka melakukan seks bebas itu dirumahnya sendiri. Sisanya (40%), dipenginapan atau hotel. Menurut data dari Kanwil Depkes, saat ini terdapat 630.283 siswa yang tersebar di
1.783 SLTA di seluruh Jawa Tengah (Republika, Senin, 10 April 1995).
kekerasan dan copet. Dari sembilan tersangka yang ditangkap sebagian remaja dan
masih berstatus pelajar SLTA, kata Kapoltabes Semarang Kolonel Pol. Drs. H.M.
Adang Rismanto, MBA. Selain itu, tersangka mengaku sebagai pengedar obat
terlarang dan konsumennya para remaja di Semarang (Media Indonesia, Rabu, 26
April 1995).
Perkembangan berikutnya ada berita yang memalukan yaitu:
tentang "perkelahian mahasiswa". Sekali lagi, hari Sabtu yang lalu, kita dibikin tertegun oleh peristjwa memalukan yang menimpa dua kelompok mahasiswa. Bertempat di Kampus Universitas Pancasila, Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Kedua kelompok mahasiswa
itu dari Universitas Par.casila dan Institut Sains dan Teknologi Nasiona] terlibat dalam baku
hantam dan perkelahian masal. Sebelum peristiwa itu, belum lama ini juga pecah perkelahian
antar kelompok mahasiswa. Kejadiannya di Bandung, dan melibatkan mahasiswa Sekolah
Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri dengan mahasiswa Akademi Milker Jurusan Udara. (Tajuk
Republika, 26 September 1995).
Kedua lembaga pendidikan tinggi ini, seperti kita tahu dalam kreda
pendidikan dan pengajarannya sangat menekankan penanaman sikap dan perilaku
dan budaya disiplin bagi mahasiswa. Ada beberapa pelajaran menarik yang dapat ditarik dari kasus perkelahian mahasiswa ini. Disengaja atau tidak disengaja
perkelahian itu telah menimbulkan kerugian bagi kepentingan dan ketertiban umum
(publik order). Disamping kemacetan lalu lintas di jalur padat, perkelahian itu
menyebabkan pula kerugian material yang diakibatkan ulah pengrusakan kendaraan.
Sebagian besar mahasiswa swasta berasal dari keluarga berada. Namun ternyata, berkat ini rentan sekali terhadap kecawanan kondisi lingkungan pertama dan kedua dalam proses pendidikan; lingkungan keluarga yang sangat sibuk dan
diperkuat akarnya dalam kebijaksanaan pendidikan nasionah yaitu "iman, taqwa dan budi pekerti luhur", ternyata tidak selalu didukung oleh realitas yang serba
keduniawian yang digeluti keluarga dan dipertontonkan oleh dinamika sosiai ekonomi di masyarakat tempat mahasiswa didewasakan.
Ketika penulis melakukan studi pendahuluan di pondok pesantren Kempek Ciwaringin Kabupaten Cirebon, yang didirikan oieh almarhuin hadrat Al-Syeikh KH. Harum tahun 1908, diperoleh data : (1) santri laki-laki 2.400 orang, (2) asrama 66 kompleL (3) santri putri 600 orang, dilengkapi dengan asramanya 7 (tujuh) komplek, (4) masjid milik pesantren tiga buah, masjid jami milik pemermtah desa satu buah. Luas pesantren tersebut di atas tanah 4 (empat) hektar.
Asrama putri yang 6 komplek tersebut langsung dikelola dan dibina oleh masing-masing pemiliknya, yaitu pondok pesantren putri: Ny. Hj. 'Aisyah Syatorih, Ny. Hj. Mu'minah Harun, Ny. Aminah, KH. Fadlu Abbas, KH. Syarif Usman Yahya, Ny. Hj. Daimah Nasir. Lokasi asrama putri ini satu komplek dengan asrama atau pondok putra, dan rumah Kiai. Tidak ada tembok dan batas yang nyata sebagai pemisah, antara pondok putra dan pondok putri. Cuma ada daerah atau jalan yang khusus untuk santri putri, dan merupakan larangan bagi santri putra. Hal irii pun tidak diketahui oleh "umum", kecuali oleh para santrinya sendiri. Komplek pesantren Kempek ini berada ditengah-tengah perkampungan.
Penduduk sekitamya tidak kelihatan memasuki lokasi pesantren. Hubungan santri
putra dan putri tidak kelihatan campur, ada daerah dan lokasi masing-masing.
Seolah-olah ada rambu-rambu yang mengatur kehidupannya walaupun tidak tertulis. Belum
pernah terdengar dan diperoleh data, tentang kasus seks antara santri putra dan putri,
kasus perkelahian dam sejenis penyimpangan perilaku santri berkaitan dengan
kemorosotan akhlak seperti diungkapkn media masa. Ada tempat-tempat tertentu untuk santai dan bermainnya santri putra-putri. Warung untuk santri putra dan putri
tidak dicampur. Kelihatannya tertib, menarik walaupun sederhana sesuai ciri
kedesaannya
Di kantor pengurus pesantren, penulis mencatat monografi struktur
kepengurusannya dikelola oleh para santri secara mandiri. Bermula dari ketua,
sekretaris, bendahara, seksi pendidikan, seksi keuangan. DKM (Dewan Kemakmuran Masjid), balong (seksi pemberian hukuman bagi santri yang melanggar peraturan
pesantren), qayyim (seksi pengelolaan kamar mandi dan kakus), seksi penerangan,
seksi penerbitan majalah bulanan dan seksi keamanam Sedangkan peranan Kiai
dalam kepengurusan pesantren bersifat membina dan mengawasi. Pengajian
(pendidikan dan pengajaran) kepada santri langsung dilaksanakan oleh Kiai sepuh
dibantu para ustadz. Kiai masih menyempatkan pengajian khusus untuk ibu dan
daerah sekelilingnya, pada hari Jum'at. Pengajian untuk para bapak dari daerah
sekitamya tennasuk pegawai dan para Kiai dari daerah lain, dilaksanakan pada hari
Ahad. Kabamya pengajian "Ahadan" dan "jum'atan" ini dilaksanakan sejak zaman
penjajahan Belanda yang sengaja disediakan untuk pegawai pabrik gula PTP XIV.
perkembangan berikutnya, terbentuk kerja sama antara pihak pesantren dengan
pengurus KORPRI setempat untuk mengadakan pengajian rutin setiap hari Ahad yang
berbentuk lembaga pengajian katulistiwa. Pengajjian yang diselenggarakan hari Ahad
dengan pegawai, disebut pengajian "jiping" (pengajian kuping atau semacam
ceramah). Materinya masalah akidah dan fiqih..
Kehidupan santri tampak sangat disiplin dan ketat. Selain mengurus pesantren
seperti diungkapkan di atas, kelihatannya tawadhu' (rendah hati, tidak sombong),
misalnya:
a. Ketika waktu shalat tiba, para santri sudah berkumpul di masjid.
Melantunkan syair 3'ang berisi pujian kepada Allah, bakti kepada orang
tua, hormat kepada guru dan kiai dan sesama manusia, mengutamakan
ilmu dan memulyakan kitab.
b. Sajadah milik para santri digelar di lantai masjid tempat imam jalan
menuju mihrab (tempat imam bershalat). Maksudnya mencari berkah kiai.
agar dapat ilmu yang manfaat dan menjadi 'aalimun yang shaleh atau
ilmuwan yang berbudi luhur.
c. Tampak para santri sangat hormat melayani tamu dengan baju lengan
pamang/kemeja, rambut dipangkas (gundul). Rambut santri yang digundul
menyelesaikan satu kitab, akan ganti kitab baru. Sedangkan santri senior,
cirinya antara lain memelihara rambut seperti lazimnya pemuda.
d. Pukul 21.00 situasi dipesantren sudah sunyi. Tidak tampak para santri
berada diluar. Para santri masuk kamar pondok (kamar tidur) terkecuali
petugas keamanan pondok. Pukul 04.00 (pagi) para santri dan situasi
pondok sudah ramai untuk pergi ke masjid, melakukan shalat tahajud
dilangsungkan shalat subuh.
e. Tidak terdengar suara radio baik dikamar santri maupun di tempat-tempat
umum.
Para santri Kempek -mengurus kebutuhan hidupnya secara mandiri, misalnya
masalah masak-memasak untuk makannya, mencuci pakaian, sampai perbaikan jam
tangan dan potong rambut. Untuk memenuhi kebutuhan kitab dan alat tuiis, beras dan
bahan pokok lainnya santri mendirikan koperasi pondok. Dikelola oleh santri sendiri,
berdasarkan rapat anggota (santri).
Pada waktu tahun 1999 biaya makan seorang satu bulan Rp. 15.000
Perinciarmya untuk beli beras Rp. 8.000, beli lauk Rp. 5.000, beli minyak tanah Rp.
2.000. Pengurus asrama (komplek) membuat aturan; ada santri yang" memasak,
mencuci pakaian, piket, menjaga keamanan masing-masing asramanya secara
bergiliran. Disesuaikan dengan jadwal pengajian masing-masing santrinya.
Setiap santri, berdasarkan daerahnya masing-masing, membentuk organisasi
dari santri senior kepada santri baru. Tempat kebanyakan di kamar masing-masing
santri.
Dalam kaitan aktifitas kemasyarakatan dengan warga sekelilingnya, termasuk dengan pemerintah, pengurus pesantren bekerja sama dengan Lion Club, dan puskesmas membuka praktek pengobatan di pesantren untuk kepentingan masyarakat umum. Menurut subjek penelitian, pengurus pesantren membuka hubungan dengan masyarakat untuk mendidik santri agar mempunyai rasa kepedulian. Para tenaganya selain petugas dari petugas dari Departemen Kesehatan (dokter, perawat), santri dikenakan giliran ikut praktek. Pelayanannya selain tugas-tugas rutin seperti Keluarga Berencana, pengobatan kesehatan harian, melakukan operasi katarak mata dan operasi bibir sumbing secara cuma-cuma. Pasien tidak dipungut bayaran. Dan pekerjaan yang dilakukan para santri yang mendapat tugas dari pengurus pesantren, berpengaruh sekali bagi santri untuk menambah wawasan berpikir sampai taraf kepedulian bermasyarakat. Perilakunya kelihatan bisa beradaptasi dengan para petugas Puskesmas dari Lion Club. Santri bercelana panjang (tidak pakai sarung), pakai sepatu dan ramah melayani pasien yang kebanyakan orang desa. Upaya kiai membina akhlak terhadap santri ini diharapkan dapat bisa memenuhi rational intelligence (kecerdasan akal) dan emotional intelligence (kecerdasan yang penuh
pesantren salaf (tradisional). Pola kepemimpinannya masih tertumpu pada seorang
kiai sepuh, yaitu KH. Umar Sholeh (71 tahun) yang cukup berwibawa dan
kharismatik bahkan
cukup dominan
sebagai
pengambil
keputusan
dalam
penyelenggaraan pesantren tersebut. Pola pendidikan yang dikembangkan, sejak
pertama sampai sekarang masih tidak berubah. Tidak menyelenggarakan pendidikan madrasah seperti misalnya Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah. Materi pengajarannya mengkhususkan nahwu sharaf (gramatika bahasa Arab), Fiqih dan AI Qur'an.
Tenggang waktu belajamya 7 (tujuh) tahun. Model pengajarannya dengan sistem setor hafalan, yaitu santri menghafalkan ilmu nahwu sharaf dengan membuat latihan
(tadribat atau drill) dihadapan kiai selama tiga tahun. Sebagai evaluasi penguasaan
gramatika tersebut, pengajaran dilanjutkan dengan belajar membaca kitab Fathul
Oarib (fiqih) dengan cara sorongan dan bandungan, selama 2 (dua tahun). Selama
tujuh tahun tersebut santri diharapkan bisa memenuhi tujuan pendidikan pesantren, yaitu: bisa membaca kitab kuning (KK) dengan benar sesuai gramatika, dan hafal al Qur'an model Kempek sekaligus sebagai mufassir (ahli Tafasir).
Secara sosiologis pesantren merupakan suatu sistem sosiai, dengan segala
nilai, norma dan perilaku para anggotanya. Pesantren Kempek ini hampir tidak ada
Tidak pemah menerima sumbangan bangunan dari pemerintah, meskipun banyak
dikunjungi para pejabat. Dan apabila santrinya yang sudah tamat tidak meneruskan
belajar lagi, peneliti melihat catatan para alumninya kebanyakan mendirikan
pesantren salafy seperti Kempek, menjadi pengusaha dan petani.
Hal tersebut, bisa kelihatan ketika pesantren mengadakan Khotimin
al-Our'an pada akhir sanah (tutup tahun pelajaran) dihadiri alumnus yang berlimpah,
dan pejabat pemerintah, orang tua santri, sekalipun menjemput pulang anaknya yang
tamat belajar dengan memperoleh predikat fuqaha (ahli fiqih), hafldz (hafal
al-Qur'an), mufassir (ahli tafsir), ahli 'alat (gramatika), orator yang tawadhu' yaitu
(rendah hati) dan peka. Memperhatikan keadaan seperti ini, menggugah peneliti
untuk lebih tahu dan meneliti ada rahasia dan managemen apa dibalik
kesederhanaannya itu.
B. Masalah Penelitian
Memperhatikan uraian dan penjelasan pada latar belakang diatas nampak
bahwa para siswa (selanjutnya disebut santri) di pesantren Kempek Cirebon bisa
hidup sederhana dan rukun dalam satu komunal yang berasal dari berbagai daerah.
Belurn terdengar adanya kemerosotan akhlak yang mencolok, sehingga menjadi
perhatian pihak keamanan. Peran santri bisa berkomunikasi dengan masyarakat
sekitamya, bisa bekerja sama dengan pemerintah. Misalnya dalam mengenai
/kesehatan masyarakat, kebersihan kampung dan menghormati pahlawan bangsanya
\subcultur (nilai) pesantren yang selalu dipertahankan dalam pembinaan akhlak dan
/ pribadi santri secara utuh. Namun, bila mengamati kehidupan siswa dan mahasiswa
i
pada umumnya dilembaga pendidikan lain terdapat kemorosotan akhlak yang
memperihatinkan crang tua, para pendidik dan pihak keamanan dalam menyelamatkannya sebagai asset bangsa.
Adanya fenomena yang tampak kontradiktif, menimbulkan rasa penulis ingin meneliti pesantren tersebut Apa yang dilaksanakan kiai dan bagaimana membina
akhlak mulia santri di pesantren Kempek Kabupaten Cirebon ?
C. Rumusan Masalah
Mengingat fokus masalah masih menunjukkan karakteristik yang luas dan kompleks, maka peneliti perlu untuk memberikan rumusan masalah yang dituangkan
dalam bentuk pertanvaan sebagai berikut: , • C ' •
1. Bagaimana model upaya pembinaan akhlak mulia santri yang dilakukan
kiai?
•'•''''' f
/••
.!»; ' *-.•••,
*.. • v
2. Bagaimana akhlak santri sebelum diproses dalam pembinaan akhlak
mulia yang dilakukan oleh kiai?
3. Bagaimana gambaran akhlak mulia santri setelah pembinaan yang
dilakukan oleh kiai?
/it*'-" '
ivrF-4. Apa kaitan pengajian al-qur'-an, nahwu-sharaf, dan fiqih dengan
pembinaan aidilak-se'Caia aktual dan empirik?
-5. Apa hambatan yang ditemui kiai dalam pembinaan akhlak mulia santri di pesantren.
D. Relevan Masalah dengan Pendidikan Umum
Penulisan tesis ini untuk memenuhi tugas akhir program strata dua pendidikan umum. Oleh karena itu, selayaknya bila masalah penelitian ada relevansinya dengan pendidikan umum
Ada tiga masalah utama yang memungkinkan masalah tesis ini masuk dalam
ruang lingkup pendidikan umum.
Pertama, ditilik dari tujuan perndidikan pondok pesantren yang hendak
dicapai antara lain:
1. Difokuskan agar mampu berakhlak luhur, berfikir kritis, berjiwa dinamis
dan istiqamah.
2. Mendidik siswa/santri untuk mengembangkan kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat membangun dirinya dan bertanggung jawab kepada pembangunan bangsa dan negara (Zaini
Akhmad Syis, dkk, 1980:12-13).
Dengan demikian tujuan yang hendak dicapai oleh kiai dalam membina
akhlak dan pribadi santri terkait dengan pendapat T.R. Mc. Connel yang menyatakan
mengembangkan kepribadian yang utuh. Maka tujuan pendidikan islami yang diselenggarakan di pesantren sejalan dengan pendidikan umum bahkan meiebihi, karena pendidikan Islami membentuk manusia taqwa dengan lingkungannya.
Kedua, ditilik dari tujuan dan metode yang diajarkan di pesantren tentang pendidikan akhlak adalah dengan membiasakan kebaikan (al-'adah) dan mengajarkan kebaikan mengacu kepada pendapat imam Ghazali dalam Mushthafa
Al-Ghalayaini (1913:188) sebagai berikut:
(A! Tarbiyatu hiya gharsu al-akhlaqi al-fadhilati ft nufuusi al-naasyi wa saqyuhaa bima'I al-irsyadi wa al-nashihati hatta tusbiha malatan mm trialakali al-nafsi tsumma takuuna tsamaratuhaa al-fadliilali wa al-khaira wa
hubba al- 'amali li nafl al-wathanij
Artinya: Pendidikan ialah menanamkan budi pekerti yang utama dalam hati anak, dan menyirami dengan petunjuk yang benar dan baik sehingga keutamaan melekat menjadi watak anak tersebut. Buahnya yaitu sifat yang ^utama dan tingkah laku baik, senang kepada amal untuk kepentingan tanah
air.
(Fain 'uwwida al-khayra wa 'ullimahu nasyaa' a ' alaihi wa sa 'idafi aldunya
wa al-akhirat)
mengembangkan kepribadian yang utuh. Maka tujuan pendidikan islami yang
diselenggarakan di pesantren sejalan dengan pendidikan umum bahkan melebihi, karena pendidikan Islami membentuk manusia taqwa dengan lingkungannya.
Kedua, ditilik dari tujuan dan metode yang diajarkan di pesantren tentang pendidikan akhlak adalah dengan membiasakan kebaikan (al-'adah) dan mengajarkan kebaikan mengacu kepada pendapat imam Ghazali dalam Mushthafa
Al-Ghalayami (1913:188) sebagai berikut:
(Al Tarbiyatu hiya gharsu al-akhlaqi al-fadhilati ft nufuusi al-naasyi wa saqyuhaa bima'I al-irsyadi wa al-nashihati hatta tusbiha malaian min malakati al-nafsi tsumma takuuna tsamaratuhaa al-fadliilati wa al-khaira wa
hubba al- 'amali li nap] al-wathani)
Artinya: Pendidikan ialah menanamkan budi pekerti yang utama dalam hati anak, dan menyirami dengan petunjuk yang benar dan baik sehingga keutamaan melekat menjadi watak anak tersebut. Buahnya yaitu sifat yang utama dan tingkah laku baik, senang kepada amal untuk kepentingan tanah air.
(Fain 'uwwida al-khayrawa 'ullimahu nasyaa' a 'alaihiwasa'idafi aldunya wa al-akhirat)
Artinya: Apabila anak dibiasakan melakukan kebaikan insya Allah mendapat
14
Memperhatikan tujuan pendidikan pesantren seperti diungkapkan di atas,
adalah sedikit mempunyai kemiripan dengan pendidikan umum yang dikemukakan
oleh Paul L. Dressel Margareth F. Lorimel (Chester W. Harris, 1960:570) sebagai
berikut:
The purpose of general education are to prepare men and women for a
satisfying personal life, happyfamily and social relationship, and responsible
citizenship in free society by acquanting them with our common culture
heritage by helping them to integrate the suject matter of related discipline,
and by developing skills, abilities, attitudes, and values which will enable
them to more effectively with their personal pronlem and those of society in
which they life.
Tujuan pendidikan umum diatas menekankan bahwa pendidikan umum
ditujukan untuk seseorang atau siswa agar memiliki kehidupan pribadi yang baik, dan
mempunyai hubungan keluarga dan masyarakat yang bahagia, dapat menjadi warga
negara yang bertanggung jawab, yang dapat menghadapi masalah-masalah pribadi dan masyarakat sekitamya secara aktif.
Tujuan di atas cukup singkat, namun sangat jelas yang menyebutkan bahwa
pendidikan umum bertujuan mengembangkan seluruh kepribadian peserta didik
secara utuh agar menjadi warga negara yang baik dan demokratik. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan umum secara singkat adalah untuk
membina siswa, mahasiswa atau santri menjadi pribadi, anggota keluarga, warga masyarakat dan warga negara 3'ang baik,-:terdidik, demokratik dan bertanggung
jawab. Indikasi tersebut ada relevansinj'a dengan tujuan pendidikan di pesantren
I J
Ketiga, proses pendidikan yang mencakup belajar mengajar di pesantren yan«
bedandaskan pendidikan islami mengarahkan manusia untuk -beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mempunyai relevansi dengan pendidikan umum di pendidikan tinggi, yaitu "untuk mempersiapkan mahasiswa agar dalam memasuki kehidupan masyarakat, menjadi anggota keluarga yang bahagia, menjadi warga negara yang bertanggung jawab dari negara kesatuan republik indonesia" (SK Dirjen Dikti Depdikbud No. 32 / DJ/ Kep/1983)
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian
ini adalah sebagai berikut: •. i")a * /»,' r-L'' ' i *
1. Untuk mengetahui upaya kiai membina akhlak_santri di pesantren Kempek
yang meliputi akhlak tawadhu' (rendah hati tidak sombong), berbakti kepada orang tua, menghormati guru, kiai, dan sesamanya; 'iffah (memelihara diri dari sesuatu yang haram); „akhlak santri agar bisa menjadi warga negara yang baik. ^
2. Untuk mengetahui upaya kiai membina akhlak santri secara induktif yang
diharapkan menjadi paradigma akhlak para santri lainnya. Dengan kata
16
Tujuan-tujuan tersebut, bila dirangkum menjadi satu selaras dengan
pendidikan umum, yakni membina anak secara utuh menjadi paradigma etika masa
depan. Apabila tujuan-tujuan tersebut bisa dicapai dengan berhasil, diharapkan
penelitian ini akan berguna memberikan sumbangan dalam memperkaya khazanah
keputusan pendidikan moral (akhlak) yaitu:1. Untuk memperoleh informasi yang dapat dikembangkan dalam penelitian
lebih lanjut untuk pendidik akhlak bagi santri (remaja) sebagai paradigma
etika masa depan yang tanggap dan terampil terhadap perubahan sosiai.
2. Untuk memperoleh informasi menyusun program pendidikan akhlak yang
sangat krusial bagi pembangunan pribadi seutuhnya dalam arus
globalisasi.
3. Untuk memperoleh cara mendidik "manusia yang utuh menuntut
pandangan yang tuntas mencerdaskan manusia kaffah, dalam arti satunya
niat, ucap, pikir perilaku dan tujuan yang direalisasikan dalam hidup
bermasyarakat, semua itu diperhadapkan kepada Allah SWT." (M. D.
Dahlam, 1988:14).
2. Manfaat Penelitian
^_^
Ada dua manfaat hasil penelitian ini khususnya bagi penulis dan umumnya
yang dilaksanakan di pondok pesantren yang telah maklum dengan metode
sorogannya. Pondok pesantren dengan metode khasnya (terutama metode sorogan dan hatalan) itu, telah Derhasil niembentuk pribadi muslim yang berakhlaq al-kariemah. Melalui metode ini, figur dan kekharismahan kiai sangat berpengaruh
dalam menanamkan perilaku yang baik bahkan kiai dalam waktu sungkat dalam menilai kemampuan dan kemauan santri. Begitu juga dengan tegasnya pelaksanaan peribadatan dan ketaatan dalam penerapan amar ma'rufnahy mxmkar di lingkungan pondok pesantren. Karena itu, lembaga ini telah banyak memberikan andil dan berhasil dalam manusia yang beriman, bertaqwa dan bcramal shalih.
Sedangkan manfaat secara praktis, penelitian ini berusaha menginformasikan pembinaan akhlaq yang dilaksanakan di pondok pesantren Kempek. Dengan oenanaman amal shalih dan penegakkan qanunul ma'had, pondok pesantren
18
p. Asumsi Penelitian
j. ,;
Pembinaan akhlak, sangat penting dan utama dalam pembentukan kepribadian
manusia yang utuh karena itu mempakan kewajiban bersama antara orang tua di
lingkungan keluarga, kiai, ulama dan tokoh masyarakat di lingkungan masj'arakat dan
guru di lingkungan lembaga pendidikan sekolah serta pemerintah.
Dalam melaksanakan kewajibannya itu, masing-masing lembaga pendidikan:
di hngkungnan keluarga, di lingkungan masyarakat (termasuk pondok pesantren) dan lembaga pendidikan sekolah menerapkan metode sesuai dengan kemampuan dan
kemauannya masing-masing.
Berdasarkan pernyataan dan kenyataan di atas, penulis berasumsi sebagai
berikut:
1. Pendidikan dan pembinaan akhlak santri di pesantren mempakan bagian dari pendidikan umum, bahkan sudah termasuk subkultur (nilai) yang sudah menjadi tradisi di pesantren, karena pembinaan akhlak mulia terhadap santri berfungsi sebagai pembinaan terhadap warga negara yang
baik.
19
3. Pembinaan akhlak mulia terhadap santri, diupayakan kiai melalui
penanaman sikap dan tauladan yang baik sudah dilakukan sejak jaman
Walisongo. Pembinaan itu dilakukan melalui penyelenggaraan pendidikan
Islami yang materinya berkaitan dengan seluruh aspek-aspek ajaran Islam
yang berkaitan dengan pikiran-pikiran para ulama penulis kitab kuning
(KK) fiqih, hadits, tafsir, tauhid (teologi Islam), akhlak dan tasawuf yang
hidup antara abad ke-7 sampai dengan abad ke-13, namun tidak
terbelenggu dalam aspirasi yang ditetapkan para ulama tersebut
(Zamakhasyari Dhofer, 1989:1)
4. Pesantren Kempek Kecamatan Ciwaringin Kabupaten Cirebon di samping
terkenal sebagai pesantren "alat" (gramatika Bahasa Arab), fiqih dan
al-qur'an juga disiplin dalam pembinaan akhlak mulia terhadap. Disiphn
dalam menegakkan qaanunul ma'had, tampak dalam kehidupan santri
sehari-hari, misalnya santri harus memakai kemeja berlengan panjang,
tidak boleh berkaos dalam walaupun di dalam kamarnya sendiri dan
rambut kepala hams gundhul atau tidak lebih dari 2 (dua) cm.
Ke empat asumsi tersebut di atas (terutama asumsi ke tiga dan keempat),
menurut penulis tampak bahwa upaya yang dilakukan kiai dalam pembinaan akhlaq
terhadap santri mempakan salah satu model yang mampu mengendalikan perilaku
negatif atau kenakalan remaja. Pada saat itu juga kiai telah mampu membentuk
20
sosiai. Tatanan nilai seperti ini, tetap dipertahankan eksistensinya di lingkungan
pondok pesantren Kempek walaupun sistem pendidikan di pesantren lainnya banyak
yang telah mengalami perubahan.
G. Definisi Operasional
1. Pembina Akhlak Mulia Santri
Upaya Kiai membina akhlak mulia santri adalah kegiatan yang terns menems
dilakukan kiai untuk menciptakan yang baik untuk mencapai tujuan yang diharapkan syara'. Keteladanan yang baik dari kiai adalah untuk menanamkan, rnenyadari budi pekerti luhur dan mengembangkan kepribadian anak santri, dilakukan melalui janngan disiplin menjalankan qaanun ma 'had (peraturan pesantren).
Qaanun ma 'had tersebut antara lain santn harus mengikuti pengajian (belajar
mengajar) sesuai peraturan: santri hams mengikuti shalat jama'ah di masjid; kemit santri (petugas) harus bertanggung jawab mencakup air keperluan pesantren menjaga kebersihan dan keamanan; santri hams mkun dengan teman-temannya; santri hams tertib makan, mandi, buang air besar pada tempatnya yang ditentukan; santri tidak boleh melakukan perkara yang dilarang syara' dan pemerintah; santri tidak boleh pakai baju lengan pendek; santri tidak boleh memelihara rambut kepala (hams gundul); santri harus rendah hati kepada sesama manusia; santri hams menghormati ilmu, gum, dan orang tua; santri harus mencari teman yang baik.
21
baik, ke dalam sanubari santri. Mewaspadai semua akhlak setiap tingkah lakunya
sesuai dengan tingkat dan perkembangan permasalahannya. Untuk mencapai tingkat
kedewasaan santri, kiai mendidik dan membina perilakmvya secara langsung dalam lingkungan pesantren yang dianggap seperti dalam lingkungan keluarga sendiri.
Pengertian akhlak mulia santri adalah tingkah laku yang didasarkan pada norma yang berlaku. Norma tersebut baik yang berasal dari ajaran agama maupun dari adat tradisional )'ang muhkamat menjadi nilai-nilai pendidikan pesantren. Nilai
tersebut senantiasa dilestarikan oleh kiai, karena mengandung dua unsur yaitu (1)
takhliyah yakni menjauhkan diri dari segala kejahatan dan kemaksiatan (2) al-tahliyah yakni mengisi jiwa dengan perbuatan terpuji. Ada perbuatan lain yang dibiasakan pesantren tentang upaya memperbaiki akhlak melalui kebaikan yang sudah menjadi nilai-nilai pesantren.
Adapun akhlak mulia santri yang menjadi indikator dalam penelitian ini ialah: (1) meluruskan niat belajar, mengutamakan ilmu, memuliakan kitab, (2) mengagungkan guru, kiai, orang tua, dan menghormati teman, (3) rajin belajar, berdo'a tawakal, (4) tawadhu' (rendah hati, tidak sombong) terhadap sesama manusia, (5) 'iffah (memelihara kesucian dari hal-hal yang haram), (6) menjadi
•>•)
2. Kegiatan Pengajian
Kegiatan pengajian pendidikan Islami dimaksudkan dalam penelitian ini ialah
kiai sebagai pemimpin pendidikan di pesantren mengajarkan program pendidikan inti
(al-qur'an, nahwu, fiqih) yang sejak lama diajarkan di pesantren.
Sistem pengajian yang disampaikan kiai kepada santri antara lain: (a) santri
setor hafalan materi nahwu (gramatika) dan al-qur'an kepada kiai; (b) sistem individual yakni sitem sorongan (direct method) yang diberikan kiai kepada santn yang telah mengusai bacaan al-qur'an; (c) sistem bandungan disebut pula sistem halaqah atau sekelompok santri yang belajar di bawah pimpinan seorang kiai membacakan kitab kuning; (d) sistem musyawarah, caranya santri membawa kitab
masing-masing untuk dipelajari, kiai memimpin kelas musyawarah seperti dalam
bentuk sebuah seminardan lebih banyak dalam bentuk perubahan masalah.
Adapun kaitan materi pengajian al-qur'an, nahwu-sharaf, dan fiqih dengan
pembinaan akhlak mulia santri adalah Pertama, pesantren Kempek sejak berdiri
sampai sekarang masih tetap mempertahankan pengajian al-qur'an al-hadits sebagai
23
fiqih dengan pembinaan akhlak mulia santri yang dilakukan kiai melalui amal shaleh
dan qaanun pesantren dengan keteladanannya.
so
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Peneiitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif anaiitik dengan
pendekatan kualitatif naturalistik. Metode ini dipilih karena masalah yang dikaji
menyangkut hal 3'ang sedang beriangsung dalam masyarakat, khususnya fenomena
yang sedang beriangsung di lingkungan pondok pesantren Kempek Kabupaten
Cirebon. Dengan pendekatan kualitatif naturalistik, diharapkan deskripsi atas
fenomena yang terjadi di lapangan bisa diinterpretasi dan dianalisis maknanya yang
lebih mendalam.Pendekatan kualitatif naturalistik dipilih dengan alasan, data tentans
"ejala-gejala yang akan diperoleh dari lapangan lebih banyak menyangkut perbuatan dan
kata-kata dari subjek penelitian, bersifat alami, apa adanya dan tidak dipengaruhi dari
luar. Subino Hadisubroto (1988 : 2) berpendapat bahwa, data yang dikumpulkan
melalui nenelitian kualitatif lehih henina kata-kata darinada aneka-aneka. Walunun
demikian, peneliti tetap mengambil dan menggunakan data yang bersifat dokumen,
sepanjang data tersebut menunjang dalam mencapai tujuan penelitian. Pendekatan ini
mengarah kepada situasi dan individu-individu secara holistik (menyeluruh). Jadi
pokok kajianm'R. baik sebuah organisasi atau individu. tidak akan diredusir
(disederhanakan) kepada variabel yang telah ditata atau sebuah hipotesa yang telah
direncanakan sebelumnya, akan tetapi akan dilihat sebagai bagian dari sesuatu yang
utuh (Robert Bogdan dan Steven J. Taylor, 1993 : 30).
./
/ / i
Bogdan dan Taylor (1993 : 22) mendefmisikan metode kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif bempa kata-kata tertulis atau
lisan dan perilaku yang dapat diamati dari orang-orang atau subjek itu sendiri.
Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik.
Pendekatan tersebut sejalan dengan pendekatan yang disampaikan S. Nasution
(1992 : 5 ) bahwa, penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam
lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan
tafsiran mereka tentang dunia sekitamya. Dengan demikian penggunaan metode
penelitian kualitatif mengutamakan kemampuan peneliti untuk mengakrabkan diri
dengan fokus permasaiahan 3;ang diteliti.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena data dari penelitian
ini yang berkenaan dengan perilaku manusia dalam situasi pendidikan dan pembinaan
akhlak santri di pesantren, sehingga datanya bersifat lunak artinya penuh penghavatan
dan penafsiran. Data tersebut dalam kehidupan merupakan data situasi berwujud
adegan wajar, karena diperolehnya secara alami. Nasution (1992:90) menyebutnya
natural setting.
Dalam pelaksanaannya, penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu tahap orientasi, tahap eksplorasi, dan tahap member check (Nasution, 1988 :33; Lincoln & Guba, 1985: 253). Mengenai ketiga tahap'penelitian kualitatif tersebut Lincoln & Cuba (1985: 33) menjclaskan:
82
2. Tahap eksplorasi adalah tahap untuk memperoleh informasi secara mendalam mengenai eiemen-elemen yang telah ditentukan untuk dicari keabsahannya.
3. Tahap member check adalah tahap untuk mengkonfirmasikan bahwa lapoian yang diperoleh dari subjek penelitian sesuai dengan data yang ditampilkan subjek, dengan cara mengoreksi, merubah dan memperluas data tersebut sehingga menampilkun kasus terpercaya.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang dimaksudkan dalam penelitian ini ada yang bersifat
menyeluruh yaitu semua pengelola pondok pesantren Kempek, dan ada hanya
beberapa orang saja yang ditentukan oleh penulis melalui observasi awal. Keutuhan
kehidupan lingkungan pesantren dimaksudkan untuk mengamati interaksi sosiai dan
pendidikan santri secara umum melalui observasi. Sedangkan subjek yang ditentukan
melalui wawancara yaitu sebagai berikut:
1. Para ustadz yang ditetapkan dari kelompok pengajian al-Quran, kelompok pengajian kitab nahwu-sharaf dan kelompok pengajian kitab fiqih, yang aktif dalam pembinaan akhlak santri. Dasar penentuan ini adalah atas hasil observasi awal yang dilakukan peneliti, hasil wawancara silang, dan saran kiai sepuh. Cara demikian diharapkan agar diperoleh data yang lebih sahih dan
kredibel.
2. Kiai sepuh yang secara struktur hirarkis di pesantren adalah pengasuh dan pemimpin pesantren 3'ang terkenal 'alim dalam bidang garamatikanya dan berwibawa, dan termasuk dua badaT(wakil kiai) yang membidangi kesantrian
dan pengajian.
orang yang aktif dalam kegiatan di kelompok pengajiannya, dan ttga santn
biasa yang tidak aktif. C. TeknikPengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga cara
yaitu: observasi mendalam, wawancara mendalam dan mempelajari dokumen.
1. Teknik Observasi
Secara intensif teknik observasi ini digunakan untuk memperoleh data
mengenai kegiatan kiai sepuh dengan para ustadz dalam membina akhlak santn.
Observasi ini dilaksanakan dalam setiap aktifitas baik melalui penerapan amal shaleh
(uswalun hasanah), maupun melalui penerapan qaanunul ma'had. Melalui kedua
model ini, dicankan esensi persoalan yang menjadi ibkus penelitian. Apabila kegiatan
tersebut sudah cenderung untuk menerapkan pembinaan akhlak melalui proses
uswatun hasanah, maka observasi lebih menitikberatkan pada eksplorasi esensi
hubungan dan interaksi secara interpersonalnya. Sedangkan apabila kegiatan
pesantren cenderung untuk menerapkan qaanun dan sanksin3'a, maka observasi
ditujukan untuk mencari upaya-upaya kiai sepuh dan para ustadz, termasuk pengurus
pesantren dalam mengisi kegiatan tersebut; baik dalam konteks hubungan dan
interaksi secara interpersonal di lingkungan pesantren, maupun dalam bentuk ucapan
dan tindakan yang mengandung pendidikan nilai-nilai islami.Jenis observasi yang digunakan adalah observasi non-sistematis, yakni tidak
S4
sepuh, para ustadz, dan santri. Tetapi pengamatan dilakukan secara spontan, dengan cara mengamati apa adanya pada saat ustadz, dan kiai melakukan upa3'a pembinaan akhlak mulia santri. Selain itu mengamati pula aktifitas-katifitas keagamaan santri sebagai akibat dari peran kiai dan para ustadz dalam upaya pembinaannya.
2. Teknik Wawancara
Melalui teknik wawancara data yang berupa ucapan, pikiran perasaan dan tindakan dari para ustadz, dan kiai sepuh diharapkan akan lebih mudah diperoleh. S. Nasution mengemukakan (1988: 73) bahwa, dalam teknik wawancara terkandung
maksud untuk mengetahui apa yang ada dalam pikiran dan perasaan subjek
penelitian. Itulah sebabnya, maka dalam melakukan wawancara secara mendalam dengan subjek penelitian penulis berpegang teguh pada arah dan ibkus penelitian.
Untuk menghindari terjadi bias penelitian, peneliti tetap berpegang pada
pedoman wawancara yang ada kaitan dan disesuaikan dengan sumber data. Pedoman
wawancara tersebut bersifat fleksibel yang sewaktu-waktu dapat berubah sesuai
perkembangan data yang terjadi di lapangan. Namun tetap fleksibel mengacu pada Ibkus penelitian, yaitu menegenai upa3'a kiai membina akhlak mulia santri di pondok
pesantren Kempek.
85
melakukan wawancara, peneliti mencatat data yang dianggap perlu sebagai data
penelitian, terkadang merekam pembicaraan sumber atas persetujuannva.
3. Teknik Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang bersifat dokumenter yang
terdapat di lapngan. Data yang bersifat dokumenter ini bempa dokumen resmi tentang
kebijakan pesantren, karya tuiis almarhamah kiai Hamn bempa KK nahwu dan sharaf
(gramatika) yang sampai sekarang masih dipergunakan oleh santri, foto yang diambil
pada acara akhir tahun pengajian dan nama-nama alumni.
Dalam kegiatan penelitian ini, peneliti sendiri beriaku sebagai instrumen atau _,. sebagai alat penelitian. Lincoln & Guba ( 1985: 39) menyatakan tentang kelebihan peneliti sebagai instrumen yaitu.,...that all instruments interact with respondents and
objects but that only the human instrumen is capable in grasping and evaluating (he
meaning of (hat differential interaction Oleh sebab itu, menurut Moleong, (1994:
129) mengenai diri sendiri pada prinsipp'a mempakan bagian penting dari persiapan peneliti supaya benar-benar siap di lapangan, temtama persiapan akan melakukan
sebagai instrumen.
86
inengubah arah inkuiri, merubah hipotesis sewaktu berada di lapangan, dan mengetes hipotesis tersebut pada responden.
D. Pengumpulan Data Penelitian
Pelaksanaan pengumpulan data didasarkan pada petunjuk-petujuk dalam
penelitian kualitatif. khususn3'a untuk masalah studi kasus. Teknik tersebut dilaksanakan secara bemmtan terdiri atas empat tahap yaitu: (1) orientasi, yaitu mulai
dari pemberian surat izin penelitian, survei pendahuluan ke pondok pesantren
Kempek Kabupaten Cirebon, dan mencari infonnasi-infonnasi yang bersifat umum-untuk menentukan fokus penelitian; (2) eksplorasi, yaitu menggali dan menjaring
data dari lapangan melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi; (3) member
check, yaitu meminta pendapat para responden untuk menilai kebenaran data, tafsiran dan kesimpulannya terhadap data sementara yang diperoleh di lapangan, guna mempertinggi validitasnya; dan (4) triangulasi, yaitu untuk mencheck kebenaran data dengan mencari informasi lagi dari sumber-sumber lain guna mencari kredibilitasnya.
E. Analisis Data
Menurutnya sifat kualitatif lebih sesuai dianalisis secara induktif dari pada
deduktif, karena dengan cara tersebut konteksnya akan lebih mudah dideskripsikan.
Selain itu, dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam kehidupan pesantren baiwak terdapat peristiwa induksi, seperti yang dikemukakan oleh Pranjoto Setjatmojo (1988: 18) bahwa banyak contoh peristiwa induksi, baik dari peristiwa ilmu maupun kehidupan sehari-hari. UnPk mendapat gambaran operasionalnya, maka bisa ditelaah melalui tahap-tahap proses reduksi, interpretasi, dan analisis data dengan mengikuti alur pendekatan tersebut. Proses reduksi dilakukan untuk mencari
/
/ inti atau bagian pokok dari data yang diperoleh. Interpretsi dilakukan, untuk merumuskan kembali hasil reduksi sebagai bahan untuk menganalisis atau
menyimpulkan hasil-hasil temuan. Analisis dimaksudkan untuk menemukan esensi
BABV
KESEVIPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Mencermati hasil penelitian mengenai upaya kiai membina akhlak mulia santri di
Pondok Pesantren Kempek, dapafdisimpulkari sebagai berikut:
1. Upaya pembinaan akhlak santri yang dilakukan kiai melaui dua manhaj
._ (paradigma), yaiP 'amal shalih dan qaanunul ma'had (peraturan pesantren).
'Amal shaleh yang ditanamkan kepada santri yaitu:
a) Niat ikhlas dalam melakukan perbuatan apapun; Perilaku ini
dicontohkan kiai dalam menerima santri sebagai amanat orang tuanya untuk
dididik dan diberi pelajaran agama dan selalu mendoakan kepada santri agar
menjadi 'alim (ahli ilmu agama) yang shalih dan bennanfaat, begitu juga
dengan pelaksanaan pengajian al-quran, kitab nahwu-sharaf dan kitab bidang
fiqih, b) shalat fardlu secara berjamaah dan dianjurkan selalu melaksanakan
shalat-shalat sunnah rawatib, c) menggalakkan puasa sunnah, d) melakukan
ziarah kubur mendoakan sesepuh pendiri pesantren, orang tua, gum-gum, dan
kaum muslimin dan muslimat yang telah meninggal maupun yang masih
hidup, e) uswatun hasanah (keteladanan yang baik) yang ditampilkan para
ustadz, santri senior dan para pengums pondok pesantren, f) menjaga
pergaulan yang baik sesuai akhlak rasulullah, g) sikap pengabdian diri
terhadap semua aspek dan perilaku yang dinilai bagus, h) selalu istiqamah
136
yaitu atsubut minal iman wal ibadah artinya konsisten dari keimanan dan
ibadah.
Dalam upaya pembinaan akhlaq, kiai juga menegakkan manhaj yang
kedua yaitu qaanunul ma'had atau peraturan pesantren yang mencakup
beberapa hal yaitu:
a) Mengikuti pengajian yang diselenggarakan pondok pesantren, b) rukun
dengan sesama santri, c) tidak boleh memakai baju berlengan pendek, d) tidak
keluar malam hari tanpa seijin pengurus pondok, f) tidak bergurau dan
membuat kotor di lingkungan masjid ataupun di tempat-tempat lain, g) tidak
gaduh terhadap santri yang sedang mengaji dan tidak menyoraki tamu,
sebaliknya tamu hamis dihormati, h) tidak mandi dan kencing di kamar mandi
yang ada di luar, i) tidak menggedor-gedor kamar mandi ketika menanti
antrian, j) tidak menjual beras ataupun bekel sehari-hari lainnya kepada orang
lain, k) tidak melanggar peraturan agama dan pemerintah, 1) tidak boleh
memanjangkan rambut kepala, m) tidak boleh main catur ataupun main bola
(keduanya dinilai mengganggu konsentrasi belajar), n) tidak membawa radio
ke kamar, o) tidak nongkrong di pinggir jalan, p) berangkat ke masjid untuk
shalat jum'at jangan melewati pukul 12.00, q) dilarang melewati jalan khusus
untuk santri putri, dan r) dilarang keluar dari lingkungan pesantren tanpa
berpakaian rapuh.
137
adalah sebagai berikut:
a) dalam membawa kitab kuning (KK) atau buku pelajaran, hams didekap di dada tidak boleh disamakan seperti membawa makanan, b) pada saat berangkat ke pengajian tidak boleh memakai baju berlengan pendek, karena dinilai kurang adab, c) duduk di atas tegel yang telah digaris kuning, d) tafa'itlan kepada ulama terkenal agar diberi hati yang bening, e) dalam
mengaji KK yang menggunakan sorogan, duduk tertib, lutut kaki hams lurus setiap akan maju untuk bergilir dan kedua kakinya hams tertutup, f) santri yang 'udzur harus memberi tahu dan meminta ijin, g) jangan dumeh atau over
action.
2. Akhlak santri sebelum dibina akhlaknya oleh kiai ialah:
3. Gambaran akhlak santri setelah pembinaan akhlaq yang dilakukan kiai,
bisa dipantau di tempat-tempat kumpulnya para santri di masjid ketika shalat
jamaah, di saat kegiatan pengajian dan di lingkungan sekitar dalam komplek.
Bagi santri lama, tampak perilakunya di masjid sebagai berikut:
ajTawadbu' (rendah hati) dan tidak sombong, b) Peduli terhadap santri
atau orang yang bam bertemu, sopan dan menghormati tamu, c) Khusyu'
setiap membaca doa-doa tertentu, d) Pakaiannya rapih dengan baju berlengan
'"""' panjang, e) Memanfaatkan masjid untuk belajar kitab kuning (KK).
Waktu berlangsungnya pengajian, mereka kelihatan: a) membawa KK dan
buku pelajaran didekap di dada, b) duduknya tertib sesuai qaanunul ma'had,
tumit kaki tertutup kain sarung, c) setor hafalannya lancar baik dikelompok
pengajian al-quran, KK nahwu-sharaf ataupun kelompok pengajian KK fiqih
mereka tampak lancar membaca KK sesuai tarkibul jumlah (essentials arabic
sentences structure), d) ta'dzin (hormat) kepada kiai.
Pengums pesantren terdiri atas santri-santri senior, kelihatan terampil
melaksanakan tugasnya, seperti a) melayani peneliti selama melakukan
penelitian, b) sabar menghadapi santri bam, menerapkan sanksi
dipertimbangkan secara bertahap, kecuali kepada santri lama, c) mempunyai
data santri-santri yang sering melakukan pelanggaran nilai-nilai islami yang
tidak lazim dipesantren.
Santri senior yang terkena giliran bertugas di Puskesmas, bisa
139
dengan para pasien. Mereka bisa beradaptasi dengan tidak memakai kain
sarung dalam bekerja dan melaksanakan pekerjaan administrasi yang
disetorkan ke pengurus pesantren.
4. Kaitan pengajian al-quran KK nahwu-sharaf dan KK fiqih dengan
pembinaan akhlak secara aktual dan empirik yaitu: Di pondok pesantren
Kempek, materi yang diajarkan sejak awal sampai sekarang adalah al-qur'an,
nahwu-sharaf dan fiqih secara tradisional (metode setoran hafalan, sorongan
'"""' dan bandungan). Kaitan materi-materi ini dengan pembinaan akhlkaq santri
vaitu:
a) Al-quran sebagai sumber sistem nilai islam dan memberikan petunjuk
kepada yang lebih dan memberi kabar gembira kepada orang mu'min
yang mengajarkan amal shaleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar
(QS. Al-Isra, 9). Kaitannya dengan upaya pembinaan akhlak mulia, selain
materinva yang relevan juga sebagai media pengajian para santri. Dengan
kalimat lain, upaya pembinaannya tetap menggunakan amal shaleh dan
qaanun pesantren.
b) Nahwu-sharaf adalah ilmu tata bahasa arab berfungsi untuk mengetahui
kedudukan kalimat yang ada di al-quran, al-hadirs, dan beberapa KK hasil
ijtihad ulama. Apalagi dalam al-quran yang ditemukan ayat-ayat
muhkamat dan mutasyabihat. Tanpa menguasai nahwu sharaf tidak
mungkin santri bisa memahami tafsir al-quran dan al-hadits dan KK
140
digunakan sebagai media kumpulnya santri dalam belajar. Model upaya pembinaan akhlaknya menggunakan amal shaleh dan qaanun.
c) Fiqih ialah ilmu yang memahami hukum syara' ('aqidah, S3'ari'ah, akhlak)
yang bersifat praktis dari clalil-dalil yang terurai. Kaitannya dengan pembinaan akhlak adalah menyangkut berkaitan dengan nilai-nilai ajaran Islam. Namun dalam proses belajar mengajar santri, kelompok fiqih 3'ang
dimaksudkan sebagai medianya. Sedangkan kaitan dengan upa3'a
pembinaan akhlak tetap digunakan 'amal shalih dan qaanunul ma'had.
Secara aktual pengajian al-quran nahwu-sharaf dan fiqih, kaitannya dengan pembinaan akhlak adalah menyangkut mmaterinya, medianya. Secara empirik kaitannya dengan upaya pembinaan akhlak aadalah
menggunakan amal shaleh dan qaanun.
5. Hambatan yang ditemui kiai dalam proses pembinaan akhlak mulia
santri di pesantren, ada tiga macam sebagai berikut:
a. Menghadapi santri baru yang pindahan dari pesantren lainnya. Santri-santri ini hampir kebanyakan sudah dewasa. Sering mereka over tingkah lakunya dan tidak sesuai dengan nilai-nilai yang sudah menjadi stibkultur di pondok pesantren, penerapan pembinaan amal shaleh dan qaanun yang berbeda denganpesantren lainnya. Santri ini kebanyakan puiang tanpa permisi pengums, dan sebagian kecil hanya ingin mencari barokah kemudian puiang dengan baik.
141
rumah ke pesantren. Mengalami waktu rentang satu tahun pihak pengurus hams sabar mendidiknya. Penerapan sanksi juga dilakukan secara bertahap.
c. Menghadapi santri lama yang sering tertangkap keluar malam tidak ijin pengums. Alasannya menghadiri pengajian disuatu daerah. Kepada santri yang sering melakukan hal ini, pihak pengums menerapkan sanksi
semestinya.
d. Menghadapi hambatan-hambaten seperti diungkapkan diatas, kiai sudah menyadari bahwa dalam mencapai tujuan pendidikan ada resiko. Namun kiai berpegang beberapa hal, yaitu:
1) harus melumskan niat ikhlas dalam semua perkataan dan perbuatan untuk mendidik santri hanya karena Allah swt,
2) hams sabar dan tabah dalam belajar dan mendidik santri,
3) kiai belajar secara 'aqli dan syara' bahwa keburukan pada
seseorang itu dapat diupa3'akan bembah dengan menanamkan
akhlak yang baik dan mengajarkan ilmu-ilmu lainnya.
B. Rekemendasi
Memperhatikan kesimpulan-kesimpulan penelitian yang telah dikemukakan di atas, pada bagian ini diajukan beberapa rekomendasi. Pertama ditujukan kepada kiai sebagai pembina santri dan kedua ditujukan kepada pondok pesantren sebagai
rumah ke pesantren. Mengalami waktu rentang satu tahun pihak pengurus harus sabar mendidiknya. Penerapan sanksi juga dilakukan secara bertahap.
c. Menghadapi santri lama yang sering tertangkap keluar malam tidak ijin pengurus. Alasannya menghadiri pengajian disuatu daerah. Kepada santri yang sering melakukan hal ini, pihak pengurus menerapkan sanksi
semestip'a.
d. Menghadapi hambatan-hambatan seperti diungkapkan diatas, kiai sudah menyadari bahwa dalam mencapai tujuan pendidikan ada resiko. Namun kiai berpegang beberapa hal, 3'aitu:
1) harus meluruskan niat ikhlas dalam semua perkataan dan perbuatan untuk mendidik santri hap'a karena Allah swt,
2) hams sabar dan tabah dalam belajar dan mendidik santri,
3) kiai belajar secara 'aqli dan syara' bahwa kebumkan pada seseorang itu dapat diupa3'akan bembah dengan menanamkan akhlak yangbaik dan mengajarkan ilmu-ilmu lainnya.
!. Rekemendasi
Memperhatikan kesimpulan-kesimpulan penelitian yang telah dikemukakan di
tas, pada bagian ini diajukan beberapa rekomendasi. Pertama ditujukan kepada kiai
ebagai pembina santri dan kedua ditujukan kepada pondok pesantren sebagai
\ d l
1. Kepada Kiai sebagai Pembina Santri
Ada dua pokok yang diajukan kaitannya dengan upaya pembinaan akhlak
santri melalui model 'amal shalih dan qaanunul ma'had yang memerlukan
peningkatan, yaitu:
a. Peningkatan kemampuan etika musyawarah dan mujadalah/debat.
Kegiatan pengajian yang dilaksanakan kiai di pondok pesantren, bukan
semata-mata proses belajar-mengajar saja. Alangkah baiknya bila
santri dibekali ilmu manteq (logika) yang matang, kemudian
dikembangkan dalam bentuk latihan-latihan diskusi terprogram.
b. Alangkah baiknya bila kitab kaidah-kaidah sharaf bisa dimulkhas
(dtringkas) dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh semua lapisan
masyarakat yang tidak bisa pakai bahasa Jawa. Dengan kitab yang
sistematik, Insya Allah akan lebih memudahkan pemahaman bagi para
santri yang berasal dari daerah yang tidak mampu berbahasa atau
memahami bahasa Jawa.
2. Kepada Pengelola Program di Pondok Pesantren Kempek
Hasil penelitian mi banyak memberikan masukan bagi Lembaga
Pondidikan Pesantren Kempek yang menangani bidang pembinaan akhlak mulia
santri, maupun yang berkaitan dengan' proses belaiar mengajar (pengajian
wajib/sunah bagi santri). Dibawali ini ini diajukan beberapa rekomendasi yang
-t J
a. Pengembangan
program
pendidikan
akhlak.
untuk
mencapai
berhasilnya pendidikan akhlak/nilai bagi para santri, lebih efektif bila
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: Pertama,
mengidentifikasai kondisi lingkungan masyarakat daerah tingkat
propinsi dan kabupaten, sebagai tempat lembaga pendidikan pesantren
berada Kedua, mengidentifikasi karakteristik nilai-nilai kehidupan
perilaku moral di tengah masyarakat. Ketiga, mengantisipasi
nilai-nilai perilaku moral yang jelek dengan pengajian yang dilakukan para
santri sebagai praktek lapangan
Keempat, menyususn
tujuan
instruksional umum yang jelas terinci sebagai penjabaran lebih lanjut
oleh kiai dalam pepoisunan tujuan instruksional khusus.
b. Pengembangan kualifikasi kemampuan kiai. Untuk lebih mencapai
tujuan pembinaan akhlak mulia santri, kiranya bisa ditingkatkan
dengan mengundang para ahli dari berbagai bidang disiplin ilmu
Harapannya agar para santri lebih terbuka bisa mengikuti alur
perkembangan moral di tengah masyarakat teknologi maju, yang
banyak membawa perubahan sosiai. Dengan demikian para santri bisa
membuka wawasan, dan mengantisipasinya dengan nilai akhlak yang
t
Daftar Tustaka
Abdullah Nasihin Ulwan, Kaidah-kaidah Dasar rendidikan Anak
Menurut Islam, Remaja
Rosdakarya, Bandung, 19921Membentuk Kepribadian Islam, Al-Islakh, Jakarta, 1988.
t rendidikan Anak Menurut Islam, Mengembangkan Kepribadian Anak, Rosdakarya,
Bandung, 1990Abdurrahan Soleh Abdullah, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Quran Dipenegoro, BAndung,
Abu Bakar Muhammad, Membangun Manusia Seutuhnya Menurut Al-Qur'an, Al Ikhlas, Surabaya.
Abu Bakar Jabir El Jaziri, Tola Hidup Muslim, Remaja Seutuhnya
Menurut Al-Qur'an, Al Ikhlas, Surabaya
I
Ace Suxyadi, Tilaar HAR, Analisis Kebajikan Pendidikan Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya,
Bandung, 1993< Achmad Charis Zubari, Kuliah Etika, Rajawali Pers, Jakarta, 1986 » •
i
Al-Abrasyi. M. Athiyah, Dasar-Dasar Pokok rendidikan Islam, (Terjemahan H Bustami A. Cani,
Djohar Bahry), Bulan Bintang, Jakarta, 1970
Al-Chazali, Mutiara Ihya Ulumuddin, Mizan, Bandung, 1997
145
, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat,
Guna Insani Press, 1995.
Al-Suyuti, Al Jami 'ul Al Shaghir If Ahadits, Al Basyin Al Nadzir, Dar Al Dalam,
Qaliiroh, 1988.
Ainin Abdullah, M, Falsafah Kalam Dr Era Postmodernisme, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta. 1995.
AI-Gha/ali, Mutiara Hiya Ulumuddin, Mizan, Bandung, 1997.
, Mengohati Tenyakil Hati Membentuk Akhlak Mulia, Kharisma,
Bandung. 1994.
, Membangun Moral, Al-lkhlas, Surabaya, 1996.
Andi Mappiare, Tsikologi Remaja, Usaha Nasional, Surabaya, 1982.
Astrid S. Susanto, Sosiologi Pemhangunan, Bina Cipta, Jakarta, 1984.
Bertens, K. Etika, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1984.
Bouman. P.J. Ilmu Masyarakat Umum, Pemhangunan, Jakarta, 1984.
Brinton. Christopher, Wolf, History of CivHitation, 1, II, Pintice-Hall, New Jersey. 1962.
Bogdan C. Biklen, Sari Knopp, Oualitative Research For Education Introduction to
Theory and Methods, Allyn, Bandung, 1982.
IKbel. Rodger W, Sund, Robert B, Piagat For Education, Charles E. Merrill Publishing Co. A. Bell dan Hawell Company, Columbus, Ohio.
Departemen Agama. Al-Qur'an dan Terjemahannya, Madinah Al-Munawarroh, 1412 Dahlan. Ml)., Ciri-ciri Kepribadian Siswa Sl'C Negeri Di Jawa Barat Dikailkan
dengan Sikapnya Terhadap Jabalan Cum, (Desertasi). PPS IKIP
Bandung. 1982.
, (Penyunling), Landasan dan Tujuan Pendidikan Menurut Al-Qur'an
Serta Impfementasinva. Diponegoro, Bandung, 1991.
146
. Posisi Bimbingan dan Penyu/uhan Pendidikan Dalam Rangka Ilmu Pendidikan, Pidato Penyuluhan Jabatan Guru Siswa dalam Pendidikan
pada PIP IKIP, Bandung, 1988.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka, 1992.Dawam Rahardjo. M., (edit), Insan Kami!, Konsep Manusia Menurut Islam, Grafiti
Pers. Jakarta, 1992.
f'an'dah. Konsep Dasar Pendidikan Umum dan Mala Kuliah Dasar ('mum (MK/.)I j
serta Kedudukan MKDU dalam Pengembangan Program Pendidikan
Umum di PT, (Tesisi), PS IKIP Bandung, 1992.
Fund Amsyari. Islam Kaffah Tantangan Sosiai dan Aplikasmya, Jakarta, 1989. Gerungan, WA. Psikologi Sosiai, Eresco, Bandung, 1996.
Geertz, Clifford, Kebudayaan &• Agama, (terjemahan Budi Santoso), Kanisius.
Yogyakarta. 1995.
Glasner. Peter H.. Sosiologi Sekularisasi Suatu Kntik Konsep, (terjemahan M Moehtar Zoeni). Tiara Wacana. Y'ogyakarta, 1992.
Goode. J., William. Sosiologi Keluarga, Bina Aksara, Jakarta, 1985.
Giddens. Anthonv, ( 'apilalism and Modern Social Theory an analysis of Writing oj Marx. Durkhiem and Max Weber, (terjemahan Soeheba Kramadibrata).
HI Press. Jakarta, 1986.
Harris. Chester. W.. Encyclopedia of Education Research, The Mac Millan New-York. 1968
Ibnu Anas. Malik Al-muwathiha, Dar ihya Al-Tirat Al Arab Bayrut Libuan, 1985. Ibnu Tavmiyah. Taqiyudin Ahmad. Makanmul Akhlak, Darul Fikri, 1994.
Jalahiddin, l\ikologi Agama, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995.
James P. Share. William Strong, hoeing Value Decision: Ratio Hale-Building for
Teachers, Teachers College Press, London, 1982.
Kartini Kartono. Paiologi Sosiaf 1, 2, Raj awali Pers, Jakarta. 1992.
147
Kaswarsi, EM., Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000, Gramedia, Jakarta, 1993. Kurtmes. William M; Gerwitz, Jacob L, Moralitas Perilaku Moral dan
Perkembangan Moral, (terjemah M.I. Soelaeman), UI Press, Jakarta,
1992.
Lincoln S. Yvonna, and Guba, G, Egon, Naturalistic Inquiry, Sage Education, Inz,
California, 1985.
Mahmud Al-Sayid Sulthan, Majahimu Parbawiyah ji Al-lslam, Dar Al Ma'arif
Makkah Al-Mukarromah, 1981.
Machluf, Hasanudian, Ajmu'at Al Kulub Fi Bayani Adabi Al Amta'al/im, Qohiro,
1991.
Masyuri Amin. M., (ed), Moralitas Peinbangunan Perspektif Agama-agama di Indonesia , Pustaka Pelajar, Yogya, 1994.
Mohtar Mas'oed, Negara, Kapital dan Demokrasi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
1994
Moleng, Le\\' J., Melodo/ogi Penelitian Kualitatif, P3T, Depdikbud, Jakarta, 1988.
Muhammad Ra'fat Said, Al-Rasul Al Mu'a/im wa Manhajuhu Fit Ta'Iim, Dalam
Rasulullah SAW ProfiI Seorang Pendidik, Firdaus, Jakarta. 1994.
Musa Asy'arie. dkk., Agama Kebudayaan dan Pemhangunan Menyongsong Era
Industrialisasi, IAIN Sunan Kalijaga Press, Yogyakarta, 1988.
Mudjab, A. Maholi dan Umi Mujawazah Maholi, Kode Etik Kaum Santri, Al Bayan.
Bandung, 1989.
Muslim Nurdin. dkk. Moral dan Kognisi Islam. A! Fa'oeta. Bandung. W93.
Nourou/zaman Shiddiqi, Tamaddun Muslin Bunga Rampai Kebudayaan Muslim,
Bulan Bintang, Jakarta, 1986.
_, Jeram-jeram Peradaban Muslim, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 1996.
Noeng Muhadjir, Melodologi Penelitian Kualitatif, Reka Sarasin, Yog3'akarta, 1996.
148
, Kepemimpinan Adopsi Inovasi Untuk Peinbangunan Masyarakat,
Reka Press, Yogyakarta, 1987.
, Ilmu Pendidikan Dan Perubahan Sosiai Suatu Teori Pendidikan,
Reka Sarasin, Yogyakarta, 1993.
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta, 1992.
Raths E. I.uois, etc, lalues and Teaching, Charles E. Merril Publishing Company,
London, 1976.
Richard 11. Hersh, John P. Miller, Glen D. Fielding, Models of Moral Education an
Appraisal Longman, Inc, New Y'ork, 1980.
Ronald Duska, Marielen Whelen, Perkembangan Moral, Kanisius Yogyakarta, 1982.
Soelaeman. M.t., Pendidikan Dalam Keluar, Al-Fabeta, Bandung, 1994.
Soerjono Soekanto, Teori Sosiologi Tentang Perubahan Sosiai, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 1983.
. Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali, Jakarta, 1985.
Stephanus. OF., ('lira Manusia Budaya Timur dan Barat, Nusa lndah, Flores. 1987.
Sidi Gazalba, asas Kebudayaan Isa/am, Bulan Bintang, Jakarta, 1978.
Suharsimi Arikunto, Evaluasi Dalam Keluarga, Al-Fabeta, Bandung, 1994.
Sidney B. Simon, Reland B. Howe, Floward Kirschenbaum, Valvues ('larificatinn.
Dobb. Meed & Company, New York, 1978.
Taufik Abdullah, (edit), Metodologi Penelitian Agama Sebuah Pengantar, Tiara
Wacana. Yogyakarta, 1989.
Ulwan. Abdullah Nasihin, Kaidah-kaidah Dasar Pendidikan Anak Menurui Islam. Remaja Rosdakarya. Bandung. 1992.
, Membentuk Kepribadian Islam, Al-lslakh Press. Jakarta.
1988.
, Pendidikan Anak Menurut Islam, Mengembangkan
Kepribadian Anak, Rosdakarya, Bandung, 1990.
Virginia Hell, Etika Moral, Erlangga, Jakarta, 1989.
149
Wahjosumidjo, Kepemimpinan dan Mofivasi, Ghalia Indonesia Jakarta, 1978.
Zakiah Darajat, Pembinaan Remaja, Bulan Bintang, Jakarta, 1987.
- Membina Nilai-nilai Mora! di Indonesia, Bulan Bintang, Jakarta.
1985.
Will French and Associates, Behavioral Cood General Educatio