ffi
l(gr,ORlH
l(UKtt
IIIURIDSD
ilgeERI
t{o.15
IJ}IO
KNfl'UNNA rcEAHETAlt
EAHUIIA}IPSSEI
PUAR
f,ABTIPATEil
AGA}I
tnIP$
FE
esd
sfd
o,t,,
q-zt
o,s'{g*F"''pufi
W
a&fu
-Sd*f,ttc&*lran&ta4Qae.Falptwt{g{d+tsrm
Urfuwins"f,ntsfss
o6f
,'sil$r+Hrr
il8P.96120025
FAMTTIS
f,CDOICITRAN
uilnt€ns8rAs
AllDAlss
PEMERIT€AA]{
KofORAt{
KUKU
34URID
$D I{EGERI
No.l5
TTMO I(ATI{FUANG
KEC/IMA'TflT
BANUHAD,IPU
SET
PUAR
I(ABUPATEN AGAM
gKRIPSI
tDiajufo*
sefid4adsahfrs.tu
qwgt w*Qnune*p"6
ujia* afi$ir
SarjorcKpdoLtndn(S.Kd)aatatra&ttusKsdo?ilqan
Aniwrcius,nfllafas
O&fr.:
ss"sjRrArfTI
It8P.96120025
FAKULTAS KEDOKTERAN
UilMRSITAS
AI{DALAS
PADANG
2001
FIMER_II{$AAN KOTORAH KUKU
MURU} Sn
ilScERI
No. 15LIMO
KAMPUANG KE,CAMATAN BANUHAMPU
SEI PUAR
KABUPATEN AGAM
Shripsi
Otrch
Gp$RrANTr
NSP;$6tllXl25
Telrh
dfuctujui
oleh Pembimbingskripci Fakultrs Kedoktenu
unand
Perbin ,skrlpl
'Nrnr
'Jtbrtrn
Ttttilr
T*ngnn
Pcmbimbing
I
PEMERITGAAN KOTORAN KUKU MURII)
SDNEGERI
Ng. 15tts{O
S'K
II
ry{xult$lt
il..
""
KABTIPATEI{
AGA}T
' :i, .' l':
SLi'ipii
GUSRIANTT
NBP. !16120021t
. t:.. :.
:.:
: ..,'l
'Sa@
ouat,W?
'uwfi* fe
&
4ad.e.errs@a
yag
*cg@'.
(laq'Srya
:9'10
l
lra
l*lal
funtaladal
taalw
lep*'d*fefu
la*
uutknlal.4ta,
tirlag
0d4tt-6atlry
W l.cerfry. e{4
adakl?lhlt
4&?ltad&f.
tQttraatae.
oblTrlt4tr*
4at Aea4t)
gataa, az.fa.
gg
6aa7an&Mttt ilnr
4aErdnt V*g
4lrrtdltalrQil,
oclnglaa 4h.,iia&at
as*telr
lary
ta* xnfal&
lanta&4b
*ah
ttb
gfut
dk
4@
u*t*to
la*
tpw
a&
fida
l4'dAael.
ffi,
,&egaw4t
4a'dt*n{Twrral
te.
I
Serrru ourap 6a,eau, &4s4&
e2'on4,
ryg
6euml
Sw et, ry,
lon*4t
&*aia hcnatr
eter'cry
ryg lottm
S€ne
ry W
l€,4t4
&iaaa A&4atloW-ory
gry
tlilae
ctffiul
'ou.q
Wa(rtp
bwa.fd*qa
fuonSer&??ufua
e4,,
W,
ta#faq
lh4.a 4/a4r4il
ry
a€tlat 7a4 taat daanfurnd,aqa'an
W
low*a* eahr*. d& 6#ri4
tlzrae
{a&d da, es44Fad'4QercAailel
dnl4
44a d4la* 14ft.,f&addrlhh
ullil'
dla"'rh,Kc
rnmlx
r&h-?ltr'lta
/4th4. ., . . ../aara.
&il..e
?dalKu
Autut afuufr.t n
d& iataae*
?dilKu
ft*fatai
atzJla*an
oadato'dado,aln
Ku
tt*paltar
w
&'at
td
tatih
?af
rybl*
zat9
Fafa'-?fttzth44
fuo r{pabehta.
earda
t4l4t4l
ala*
wgp u&la
e#14/a.ta.*,
tn're
tad&tAl
faeilut&
alqafu
tac 444telful{aul f.lro{atutt*.
!"rt
k444a
aet-air&t
(Rtoc,Raa,
Rara daaRilil
todnahail
ataa chetaryg
tc$*
m*t.
ry rlkl
irqaqa$
(nawa.
fut w
t&.4rrate
(?rkt?tn.?al
d4
?e.
PaI
EtdKau. Pal
ttd
Ku.
?a(
eil
r*.
?a'(Daa
?ul,
?rhe"afaq,
tlraq
-(itt.
td
?e.tat
uttc.ta e44fsfu.t
?at*a
6aatl*t
ac7alldowt&
&a,oan'q*
W9 &fudlal
dmlet.
&at
aad*u-uz&4natn
tow4?
&l?lttl*tfu&
/a44ft.
Sta&rha, Saaralat
Rlasllal
tadnata.tl
tdua
dtryal
geg
6catuABSTRACT
STUDENT'S
NAIL CLEANLNES
EXAIVTINATIOI{
I|I
SDNEGERI
NO.r5
LIMO
KAIVTPUAI\IGKECAIVTATAI{
BANU HAMPU
SEIPUAR
KABUPATEN
AGA}I
By
GUSRIANTI
Ascaris lumbricoides is an infectious
wolm
through soilstill
being a healthproblem
in
lndonesiamostly
in
rural
areas.The
primary
schoolNo.
15 Limo
Kampuang
is
situattjdin
rural areas,low
sosio economically, poor sanitation and poor self-cleanlinesin
childrenlike
growing long anddirty
nails.Research had been done
in
SD Negeri No.15Limo
Kampuang KecamatanBanuhampu
Sei Puar
Kabupaten
Agam
studentsto
know
the
frequency
of
student's
positifl.
Iwnbricoides eggin
theirnail's dirt.
The design
of
this research is descriptif. Data's provided by examining thenail's dirt
using IsmidModifikasi
Method.All
the studentsin
SD NegeriNo,l5
Limo Kampuang (
80 students ) were examinedfor
thenail's
dir!
providd
the
relative frequencyof
students positiveA.
lumbricoides eggin nail's dirt
was 25 o/o. The highestfrequency
ofA.
ABSTRAK
PEMERIKSAAN KOTORAI{ KUKU
IvIURID
SDNEGERI
No.
15LIMO
KAMPUANG KECAMA'TAN BANUHAMPU
SEI
PUAR
KABIJPATE}I AGAi}t
Oleh
,
GUSRIANTI
Cacing yang ditularkan
melalui
tanah salatr satunya Ascaris lumbricoides masih merupakan masalah kesehatan masyarakatdi
lndonesia terutamadi
daerah pedesaan. Sekolah DasarNo.
15Limo
Kampuang merupakan SD yang terletakdi
daerah pedesaan dengan keadaan sosio ekonomi
yang
rendah dan sanitasi yangjelek
sertamasih
kurangnya kebersihanpribadi
anak-anak sepertikuku
yangpanjang dan kotor.
Telah dilakukan penelitian pada
murid
SD NegeriNo.
15Limo
KampuangKecamatan Banuhampu
Sei
Puar Kabupaten
Agam
untuk
mengetbhui berapa frekuensi murid yang mengandung telur r{. lumbricoides pada kotoran kukunya.Desain penelitian
ini
adalahDeskriptif.
Data diperoleh dengan melakukan pemeriksaan kotoran kuku yang menggunakan MetodeModifikasi
Ismid.Seluruh
murid
SD
No.
15
Limo
Kampuang(80
orang anak)
diperiksa sampel kotoran kukunya,di
dapatkan frekuensirelatif
murid
yang mengandungtelur
24.lumbricoides
padakotoran
lcukunya25
%.'Frekuensi
A.
lumbricoidestertinggi
didapatkan pada kelasI
dan
II,
yaitu
3OJ6o/o dan 29,41yo. FrekuensiKATA PENGANTAR
Puji
syukur
penulis panjatkan kehadiratAllah
SWT,
berkat rahmat dankarunia-Nya akhirnya
penulis dapat
menyelesaikan
skripsi
dengan judul
"PEMERTKSAAN
KOTORAN KIJKU MT'RID
SD
NEGERI NO.
15LIMO
KAMPUANG
KECAMA'TAN BANIJHAIVIPU
SEI
PUAR
KABIIPATEN
AGAM".
Tidaklupajuga
shalawat dan salam kepadajunjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa cahaya iman kepadakita
semua. Slaipsiini
diajukan sebagaisalah
satu
syarat
untuk
menempuh
ujian
akhir
Sarjana
Kedokteran(S.Ked.) pada Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang.
Sehubungan dengan
ini
penulis
meyampaikan ucapanterima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :1.
Dekan Fakultas Kedoheran Universitas Andalas Padang2.
Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang yangdengan
gigih
dan sabar telahmendidik
penulis selama pendidikandi
Fakultas Kedokteran ini.3.
Ibu Dra. Nuzulia lrawati, MS, sebagai pembimbingI
dan Ibu Dra. Hasmiwati,M.
Kes
sebagaipembimbing
II
yang
dalam
kesibukannya menyempatkanwaktu membimbing penulis dengan sabar, memberi saran dan masukan dalam menyelesaikan penulisan skripsi
ini.
4.
BapakDr. Syatrir
Syafei,MS,
BapakDrs.
Adrial, M.
Kes danIbu Dr.
Arni
Amir,
MS, selaku dosen penguji skripsi.5.
BapakDr. H.K.
Suheimi. SpOG, selaku PembimbingAkademik yang
telahmemberi bimbingan, perhatian, saran
dan
nasehat
bagr penulis
dalammenjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran ini.
6.
Bapak danibu
staf pengajar dan karyawan Parasitologi Fakultas KedolceranUnand Padang
7.
Bapak dan
lbu
Guru
SD
Negeri
No.
15
Limo
Kampuang
atas
segalabantuannya selama penulis melakukan penelitian
ini.
8.
Orang tua tercinta danadik-adikku
(Rini,
Rina,Rita
danRiko) terima
kasihatas cinta
kasih,
semangat, dorongan dan doanya selamaini.
9.
Saudara-saudaraku semuadi
jalan
Dakwah,
serta rekan-rekan'96 yangtidak
dapat disebutkan satu persatu.
Dalam penulisan skripsi
ini
penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu penulis sangat mengbarapkankritik
dan saran yang membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan penulisanslnipsi
ini.
Dengan adanya hasil karyatulis ini
penulis mengharapkan karyaini
bermanfaat dan bisadijadikan
sebagai bahan masukkanbagi peneliti yang
lain
untuk
kemajuan danpengembangan
ilmu
pengetahuan khususnya dibidang kedokteran.Wassalam.
Padang5
Januari2fi)l
lv
DAFTAR
ISTHalaman
Abstract...
i
Abstrak...
ii
Kata
Pengantar...
iii
Daftar
Isi...
v
Daftar
Tabel...
vii
DaftarGambar...
...--i.vlll
BAB
I
PENDAIIULUAN
A.
LaArBelakang..
I
B. Perumusan
Masalah
..- .--....
3 C. TujuanPenelitian.
3D. Manfaat
Penelitian.
...-...
4BAB
II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A.
Klasifikasi...
5B. Hospes, Nama Penyakit dan
Habitat
5C.
Morfologr...
5D. Siklus
HiduP...
-..---.-.
8E.
Epidemiologi...
l0
F. Sistem
Penularan.
II
G. Patologi dan
Klinik
"""
""
1l
H.
Diagnosa
12I.
Pengobatan...
12J.
Prognosis...
15BAB
III
METODOLOGI PET{ELITIAN
A.
WaltudanTempatPenelitian.
l8
B. Desain
Penelitian.
l8
C. Populasi dan SamPel
D. Cara dan Teknik Pengumpulan
Data.--
l8
E. Batran dan
Alat...
19F. Cara
Kerja...
19G.
AnalisisData...
20BAB
IV
HASIL
PENELITIAN...
...
2I
BAB
V
DISKUSI
A.
Diskusi HasilPenelitian.
--.-.-
24B.
Kesimpulan...
26C. Penutup dan
Saran.
26DAFTAR
KEPUSTAI(AAN...
....
28LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel
l.
Distribusi frekuensi
infeksi
A.
lumbricoides
padamurid
SD NegeriNo.l5
Limo
lGmpuang
KecamatanBantrhampu Sei Puar Kabupaten
Agam...
'23
2.
Distribusi
frekuensi A.lumbricoides
pdt
murid
SDNNo.
15Limo
Kampuang menurutjenis
kelamin-.
233.
Distribusi
frekuensi
A.
Iwnbricoides dafi kelas
I-VI
pada
murid
SDNNo.l5
Limo
Kampuang
24 [image:12.437.28.388.127.341.2]DAFTAR GAMBAR
Gambar
l.
Cacing/.lumbricoides
dewasa,,
3.
4.
5.
Telurl
lumbricoidesyang tidak
dibuattiTeltn r4. lumbricoides yang berisi embrio.
Telur .4. lwnbr icoides yang dibuahi
Siklus hidup A.
lwbricoides
Halaman
6
7
7
7
9
BAB
I
PENDAHULUAI\
A.
Latar
BelakangInfeksi cacing
usus
masih
merupakan masalah
kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang. Salah satu spesies yang paling banyak ditemukanadalah Ascaris lumbricoides
(l).
l.
Iumbricoides adalatt salah satu cacing yangditularkan melalui tanah (2).
Di
Indonesia cacingini
tersebar luas, prevalensinya dapat mencapai 90%.Penelitian
Magdalena,Herjanto, Purnomo,
Harijani, Ayda,
Lianasari dan
futa
(1997)
tentang dampak pengobatan Albendazol dosis tunggal terhadap nematoda ususdi
SDFlores Timur
denganjumlah
sampel 127murid
didapatkan frekuensiA.
Iumbricoides 49,83% (3).Penelitian Suryq
Safar dan Johar(1985)
tentang beberapafaktor
sosialyang
ada hubungannya dengan prevalensicacing
gelang pada anak SDdi
Kota madya Padang didapatkan frekuensiA.
Iumbricoides 49,60 o/o(4).
Penelitian
lrawati, Ibrahim,
I&is,
Chaidir dan Syarif (1994)
tentangnematoda usus
pada
anak SDLubuk
Minturun
yang menggunakan 157 sampeldidapatkan
frekuensiA.
lnmbricodes
49,59 o/o(5).
Penelitian
Emilda
(2000) mengenai frekuensiSoil
Transmitted Helminths pada
SD
Negeri
No
15 Limo
Kampuang dengan
menggunakanTi
sampel didapatkan frekuensi A. Iumbricoides90,66
%(6).
Tingginya prevalensi penyakit cacing
ini
di
lndonesia
disebabkanIndonesia sebagai daerah yang
beriklim tropik
dengan kelembabantinggi
yangkarena tanah
masih
merupakantempat
membuangtinja
oleh
sebagian besar penduduk yang rendah pengetatruannya tentang hygiene dan sanitasi lingkungan, disamping itujuga
karena kemiskinan dan kepadatan pendudulq yang menunjangreinfeksi
terus-menerus(5).
Diperkirakan
kehidupandi
desa akanselalu
lebihrentan
terhadapinfeksi cacing
dari
pada
kehidupan
di
kota
(7).
Hat
yangmempermudatr penularan
dari
penderitake
orang
lain
adalah kebiasaan anakbermain
tanatrdan
tidak
membiasakanmencuci tangan
sebelummakan
sertaseringnya memakan makanan yang tercemar oleh telur cacing melalui lalat (8).
Transmisi
A.
lumbricoides
daptjuga
terjadi
dengan perantaraan kotoranlcnku yang mengandrmg telur
A.
lumbricoides yanginfektif.
Hal
ini
dapatdilihat
dari
beberapa penelitian yang telatr dilalrukan sebelumnya. Penelitian Kobayashi(l954)terhadap
anak
sekolahdiJepang
didapatkan frekuensi
telurl.
lumbri-coidespada kotoran lcuku 2,8 7o. Takemita dan
Tajima(1955)
menernukantelur
A.
lumbricoides pada kotoranhrkn murid laki-laki di
sekolatr dasarlebih
tinggt dibandingkanmurid
perempuanyaitu
11,8 o/o dan9,7
Vo.Ismid
dan Rukmonomenemukan lcular
positif telur
cacing pada3
diantara 312 penghuni panti asuhan4
yang berumur
antara3-20
tatrun.Kuku
seoranganak
perempuanberumur
l0
talrun
positif
telurl.
lumbricoides yang dibuahi, tinjanyajuga
mengandungtelur
A.
lumbricoides.Telur
A.
Iumbricoides yang dibuahijuga
ditemukan pada anaklaki-laki
yang
berumur
15 talrun dan
telur
A.
lunbricoides
didapatkan dalamjumlah
besar dalam tinjanya(9).
Penelitian Agusdkk
(1999) terhadapmurid
SDInpres Desa
Tertinggal
(IDT)
di
propinsi
SumateraBarat,
didapatkan frekuensiSekolah Dasar Negeri
No
15Limo
Kampuang Kecamatan Banuhampu SeiPuar Kabupaten Agam merupakan SD yang terletak dikawasan pedesaan
di
kakiGunung
Merapi
dengan
sebahagianbesar
penduduknyabermata
pencahariansebagai petani, sehingga
hd ini
mempermudah penularantelur
l.
Iumbricoidesyang ditularkan melalui tanah ditambah
lagi
dengan keadaan sanitasi yang belummemadai dan kebiasaan penduduk mencemari lingkungan dengan tinja.
B.
PerumusanMasalah
Sampai sekarang
infeksi
cacing yang ditularkan melalui
tanah terutamaA.
lumbricoides masih banyak terdapatdi
Indonesia tenrtamadi
daerah pedesaandan
daerah
kumuh.
Pada
penelitian Emilda (2000)
di
Sei Puar
didapatkanfrekuensi
l.
lumbricoides
90,66 o4.
Berbagai
faktor
ikun
berperan terhadaptingginya prevalensi
A.
Iumbricoidesdi
daerahini
antaralain
: daerahini
terletakdikawasan pedesaan dengan kelembaban
tinggi,
sebagran besar penduduk bermatapencarian
sebagaipetani,
keadaansaniasi yang belum
memadai,
kebiasaanpenduduk
mencemarilingkungan
dengantinja"
kebiasaan anak-anak bermaindengan tanah yang terkontaminasi
oleh
telur
cacing yang
infektif,
serta masih kurangnya kebersihan pribadi anak-anak seperti kuku yang panjang dankotor
dantidak
membiasakan
mencuci
tangan sebelum memakan
makanan
jajanan.Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian lanjutan tentang, berapakah
frekuensi
Murid
SD NegeriNo
15Limo
Kampuang Kecamatan Banuhampu SeiC.
Tujuan
Penelitian
Penelitian
ini
bernrjuan untuk mengetahui frekuensiMurid
SD NegeriNo
15
Limo
Kampuang Kecamatan BanuhampuSei
Puar
KabupatenAgam
yang mengandung telurl.
Iumbricoides pada kotorankukunya
D.
Manfaat
Penelitian
Penelitian
ini
diharapkan dapat bermanfaatbagi
instansiterkait
dan bagi Fakultas Kedolceran Unand sebagai sumberinformasi untuk
pemberantasan dan pencegahaninfeksi
cacingA.
lumhricoides
danuntuk
menarrbatr wawasanilmu
pengetahuan bagi pembacanya serta menanrbatr pengalaman belajar bagi penulis.A.
Klasifikasi
(fl)
BAB
TITINJAU{\
KEPUSTAKAAIi
: Nemathelmintes
:
Ascaroidea:
Ascaridae:
Ascaris:
Ascaris ltmtbricoides PhylumKlas
Famili
Genus
Spesies
B.Ilospes,
namapenyakit
danhabitat
Manusia merupakan satu- satunya hospes
Ascaris
lumbricoides. Penyakit yang disebabkannya disebut Askariasis. Cacing dewasa biasanyahidup
didalamrongga usus halus
tapi
pada keadaan yang luar biasa seperti demam,iritasi
karena obat anastesi dan manipulasi usus pada pembedahan, cacing mungftin bermigrasiketempat- tempat ektopik dan menyebabkan penyakit yang gawat (12).
C.
Morfologi
Cacing dewasa berbentuk
silindris
yangmengecil
pada keduaujungny4
berwama putih susu sampai coklat
muda
Cacing jantan panjangnya 10-30 cm danlebarnya
24
mm.
Cacing
janAn lebih kecil
dibanding cacing
betina
danmempunyai
ekor yang
membengkokdimana
terdapat duabuah spikulum
yangdapat keluar
dari kloaka.
Cacingbetina
lebih
besar, panjangnya22'35 cm
danlebarnya
3-6
mm
dan mernpunyaiekor
yanglurus.
Kepalanya mempunyai tigabibir
pada ujung anterior dan mempunyaigigi
kecit atau dentikel pada pinggirnya Bibirnya dapat ditutup dan dipanjangkan untuk memasulcan malianan. Pada cacingbetina, vulva terbulca pada perbatasan s€pertiga badan anterior dan tengah bagian
ini
lebih kecil dan dikenal sebagaicincin
kopulasi (12).Seekor cacing betina dapat mengeluarkan 200.000
butir telur
sehari,terdiri
dari telur yang dibuahi dan yang
tidali
dibuahi. Telur yang dibuahi besarnya 60x
45p
dan yangtak
dibuahi
besamya90
x 40p.
Dibagian
luar
ada lapisanal-buminoid yang berbenjol-benjol kasar dan berfungsi sebagai penambah rintangan dalam hal permeabilitas, tetapi lapisan
ini
kadang-kadangtidak
ada.Telur
mem-punyai
kulit hialin
yang tebal yang berfirngsi sebagai struk-tur penyokong.Telur
yang
tidak
dibuahi
berbentukamorf
danbutir-butir
yang
memantulkan cahaya [image:19.442.27.411.222.701.2](12,13,14,15).
Gambar
-
1
: Cacing A. lumbricoidesdewasaSumber
: Atlas ParasitologiKedokteran,1994
Gambar-2 :
Telurl.
Iumbricoidesyang tidak dibuahiGambar-3 : Telur A. Iumbricoides yangberisi embrio
Gambar4
: Telur A.lumbricoitles
yangdibuahiD.
Siklus hidup
Dalam lingkaran
hidupnya A.lumbricoide.s mempunyai
dua tahap
per-kembangan,
yaitu
perkembangan padatubuh
manusia dan pada tanah.Perkem-bangan
didalam tubuh
manusia,dimulai
dengan masuknyatelur
yang
matang kedalam tubuh melalui mulut dengan perantaraan tangan, makanan, atau minuman yang tercemartelur
matang.Di
dalamtubuh
manusia cacingmengalami
pende-wasaan(16).Cacing dewasa hidup didalam rongga usus
kecil
dimana cacing-cacingini
mendapat makanan
dari
hospesnya.Cacing betina
dapat
mengeluarkan telur 200.000butir
sehari.Telur
yangbelum
matangbila
dikeluarkan bersamatinja.,
dalam
lingkunganyang
sesuaitelur
yang dibuahi
berkembangmenjadi
bentukinfektif
dalamwaktu
kuranglebih
3
minggu.
Suhuoptimum
untuk pertumbuhantelur
antara2lo C
-
300 C.Bentuk
infektif ini bila
termakan oleh manusia akanmenetes diusus halus dan mengeluarkan
larv4
larvanya menembusdinding
usushalus menuju pembuluh
darah
atau
saluranlimfe,
lalu
dialirkan
ke
jantung,kemudian
mengikuti
aliran darah
ke
paru,
di
dalam
paru-paru
larva
akanmenembus
dinding
pembuluh darah,
dinding
alveolus
naik
ke
trakea
melaluibronkiolus
dan bronkusmenuju
farink
sehinggamenimbulkan
rangs.rngan padafarink.
Penderita batuk karena rangsanganini
akan menyebabkan larva masuk keesophagus,
lalu
menuju ke usus halus, diusus halus larva berubah menjadi cacing dewasa. Sejaktelur
matang tertelan sampaijadi
cacingdewasa
bertelur diperluE
t t
GI
a,
a
?r
alEI
fl
o'n
ila
rE
'"f,TffiF
\y?/
e,
-<@7
Trngrn mrnbe*r $r hleldl d.rlt n hYrtig btc.til obfi
rfrkrrle mrrucL. rYrrta&
d.bu. dtb.
Llvr molrmbor mskoc+ m'mr'
r,fO *Lrn nttt drnvul+ krlen'
nrlo lctran abn Patlr. rn''r'irb6
miuf d,rrof. U.tCend kult due
[image:22.450.17.411.49.594.2]bfi. nrrt ko rbnn PcmrPeslr' rmn kr crobgur mcr{rd nrfir d urtl.
Gambar
-5
:
Siklus hidup A- lumhricoiclesSumber
:
JeffreY dan Leach' 1993E.
Epidemiologi
A.
Iumbricoides adalah parasit ]-ang pentingbaik
di
daerah denganiklim
dingin
maupundi
daerahtropik, tapi
cacingini
lebih
urnulndi
neeeri panas danpaling banyak ditemukan ditempat dengan sanitasi buruk (14).
Askariasis
ditemukan pada semua urnur,tetapi paling
sering ditemukanpada anak-anak umur
5
sampai9
tahun yang belum sekolah dan anak-anak yangsudah sekolah
yaitu
yang
lebih
sering
berhubungan
dengan
tanah
yangterkontaminasi. Frekuensinya
kira-kira
sama pada keduajenis
kelamin (14).Di
lndonesia prevalensi Askarictsistinggi,
frekuensinyaantara
60-90%.Kurangnya pemakaian jamban keluarga menimbulkan pencemaran tanah dengan
tinja
disekitar halaman rumah, dibawah pohon,ditempt
mencuci dan ditempat pembuangan sampah. Dinegara tertentu terdapat kebiasaan memakaitinja
sebagai pupuk (13).Dari
suatu penelitianjuga
dilaporkan bahwa sayuran adalah sumber penularan dan kebiasaan pendudukmenyajikan lalapan
menyebabkan tingginyapenularan melalui sayuran (17).
Tanah liat,
kelembapantinggi
dan suhu berkisar antara 250C-
300C, merupakan hal sangat baik untuk perkembangan telurA
lum-bricoides menjadiinfektif
.'Telur
dapat bertahandidalam
tanah kebun sampai 7tahun, walaupun hanya
l0%
yang masih hidup(la).
Telur
rusakoleh
sinar matahari yang langsung dalamwaktu
15jam
danmati
pada suhulebih
daripada 400c,
sedangkan pada suhu 500c
mati
dalamwaktu I jam.
Telur
tahan terhadap desinfektankimiawi
dan terhadap rendamansementara
didalam
berbagai bahan
kimiawi
yang keras.
Telur
dapat
hidup berbulan-bulan didalam air selokan atautinja
(l4).
F. Sistem
penularan
Cara penularan cacing
ini
terutama terjadi karenatelur
infektif
dipindahkandari tangan yang telah berkontak dengan tanah dan makanan yan-q terkontaminasi dengan
telur
cacinginfektif ke mulut lalu
turun
ke
saluran cerna dan memulaisiklus hidupnya (
l8).
Penularan dapat melalui minuman .vang berasal dari air yang telah terkontaminasi dengantelurl.
Iumbricoidesinfektif
(19). Dibeberapa daerahdi
Eropa dan Timur jauhjuga
dapatmelalui
sayuran karenatinja
dipakai sebagaipupuk untuk tanaman sayur-mayur (14).
G.
Patologi danklinik
lnfestasi
A.
lumbricol:destidak
selalu menimbulkan gejala. Gejala
yangtimbul
tergantung padajumlah
cacing yang adadi
dalamtubuh
dan daya tahantubuh seseorang.
lnfeksi
biasanya mengandung10-20 ekor
cacing sering berlalutanpa diketahui hospes dan baru ditemukan pada pemeriksaan
tinja rutin
atau bilacacing dewasa keluar sendiri bersama
tinja
(14).Gejala yang
ditimbulkan
pada penderita dapat disebabkan oleh larvamau-pun cacing dewasa (
l2).
Gangguan karena larva biasanyaterjadi
pada saat larva berada di paru-
paru yang dinamakan dengan Ascaris Pneumonitis dengan gejala antaralain
demam,batuk daneosinofilia.
Padafoto thorak
tampakinfiltrat
yangmenghilang dalam
waktu 3
minggu(13),
kumpulan gejala-gejalaini
dikenal de-nganSindroma
Loelfler.
Kadang-kadangmigrasi dapat
terjadi ke
organ-organvital
sepertiotak,
paru, mata
dan
organ
lain
yang
bisa
membahayalian (14). Gangguan yang disebabkanoleh cacing
dewasadi
dalam
usus biasanya ringan seperti mual, nafsu makanberkurang, diare dannyeri
perut (13). Meskipun padainfeksi
ringan
jarang
ditemukan adanya kelainan, seekor
cacing
dapatmenimbulkan kelainan
yang
serius karena adanya
kecendrun-sandari
cacingdewasa untuk bermigrasi.
Migrasi
cacing dapatterjadi
karena rangsangan sepertidemam (biasany'a
diatas
38,90C), pen-sgunaan anestesiumum
ataukondisi
ab-normal lainnya
(20).
Migasi
cacing tersebut dapat menimbulkan obstruksi usus,pankreatitis haemoragik, peritonitis dan komplikasi lainnya (14).
Cacing
A.
Iumbricnides dervasa mendapatkan makanan dengan merampils sari-
sari makanan hospes. Diketahui bahwa 20 ekor cacing dewasa makan 2,8 grhidrat arang dan 0,7 gr protein sehari (14).
Akibat
ganggu^n unsur-unsurgizi
akan berpengaruh terhadap kecerdasan anak terutamabila
anak anemia. Pada penelitian Askariasis dan anemia pada anak sekolah dasardi
Jakarta Utara didapatkan 56,30/oanemia dan 20,9Yo diantaranya disebabkan
oleh
defisiensibesi
da/,
49,1-72,7Vo yang terinfeksil.
Iumbricoides(2l).
H.
DiagnosisCara menegakan diagnosis penyakit adalah dengan pemeriksaan
tinja
secara langsung. Adanyatelur
dalamtinja
memastikan dia-enosis Askaria.si.s. Selain itudiagnosa dapat dibuat
bila
cacing dewasa keluarsendiri baik
melaluimulut
atauhidung karena muntah, maupun melalui tinja ( 12,13).
[.
PengobatanPemilihan macam obat yang akan digunakan hendaknya ditentukan terlebih
dahulu
apakah
untuk
pengobatanindividual atau
pengobatanmasal. Untuli
pengobatan induvidual hendaknya obat aman,
mudah
didapat,dijual
bebas tanpa resep doLter dan harganva murah.Pada pengobatan
masal
pemilihan
macam
obat
bergantungjuga
pada beberapa hal, antaralain
:a.Spesies cacing yang dianggap terpenting dalam daerah pemberantasan.
b.Kelompok usia yang akan diberi pengobatan .
c.Jumlah biaya yang ada.
Obat yang akan digunakan
selain
murah, hendaklah aman,efek
sampingminimal dan mudah
cara Pemakaiannya (22).l.
PiperazinPiperazin
efektif
sekali
terhadapA.
Iumbricoides,
dan
O. vermicularis. Piperazin menyebabkan paralisisotot
cacing sehing-ea cacing mudah dikeluarkanoleh usus.Untuk pengobatan A.skariasis pada orang dawasa diberikan 3,5
gr
sekali sehari. Dosis pada anak 75mglkgbb
sekali sehari. Obat diberikan 2 hariberturut-turut.
Piperazin dianggap obatcacing yang paling
aman.Efek
samping hampir tidak ada. Gejala ringan dan bersifat sementara yang mungkintimbul
adalah mual, muntah dan diare (23).2. Pirantel Pamoate
Pirantel
pamoate terutamadigunakan
untuk
memberantascacing
gelangcacing
kremi
dan cacing
tambang.Pirantel
p.rmoate menyebabkan depolarisaipada otot cacing dan meningkatkan frekuensi impuls, sehingga cacing,mati dalam keadaan spastis.
Obat
ini
cukupefektif bila
diberikan
dengan dosistunggal
l0
mgikgBB (23).
Efek
sampingobat
ini
adalah rasamual,
mencret, pusing, ruampada
kulit
dan demam (24).3- Mabendazol
Mabendazol secara
selektif
dan
ireversibel
memblokir
pengambilanglukosa
oleh
nematodadan
selanjutnya menin-skatkan peng,zunaan persediaankarbohidrat endogen yang mengakibatkan matinya nematoda. Obat
ini
dinyatakanpolivalen dan hampir
tidali
diserap oleh saluran makanan.Mabendazol
dapat dipakai
untuk
pengobatan askaria.sis,trichuriasis,
oksiuria.sis dan
infeksi
cacing tamban*s. Dosis yangdipakai
adalah2
x
100 m-esehari
selama3
hari. Untuk
pemberian
praktis,
terutama
untuk
pengobatankelompok dilakukan pemberian dosis tun-egal 500 mg.
Efek
samping dari obatini
adalah cacing dapat mengembara
dahulu
sebelummati
sehinggaterjadi
migrasi eratik (25).4. Albendazol
Dosisnya
400 mg, dosis tunggalefektif
terhadap infeksi A.
lumbricoides, T.tri-chiura, cacing tambang dan O.vermicularis. Efek sampin-e ringan dan kebanyakan
dari keluhan-keluhan itu berasal dari saluran pencernaan (25).
Obat kombinasi
Obat kombinasi
ini
dikemas untuk mendapatkan obat yang berspektrum luas dan efek samping yang minimal.l.
Kombinasi Mabendazol dan Pirantel PamoateDengan kombinasi
ini
diharapkan efek migrasi eratik yang kadang-kadangterjadi
karenaMabenda'ol
yang bekerja lambat dapat ditiadakan olehefek
kerjayang cepat dari pirantel pamoate. Dosis yang
dipakai
I
tablet yangterdiri dari
150mg mabendazol dan 100 mg pirantel pamoate, dosis tunggal (25).
2. Kombinasi Oxantel dengan Pirantel Pamoate
Kombinasi
ini
terdiri
dari dua senvawa vang mempunJ'ai kesamaan kimia. Keduanya sukar diserap usus sehingga dapatdicapai
konsentrasiefektif
untuk pengobatan cacing usus, tanpa menimbulkan efek samping yang membahay'akan.Komponen
pirantel
pamoateditujulian untuk
pengobatan yang digunakan 10-15mg/l(g
BB
dari
masing-masingobat infeksi cacins
tambang
dan
oksiuriasis.Komponen oksantel pamoate khususnya
untuk
trikuriasis.
Dosis yang
diguna-kanl0-l5m$kg
BB dari masing-masing obat, dosis tunggal (25).J. Prognosis
Pada umumnya askariasis mempunyai prognosis
baik, infeksi
cacing ini
dapat sembuh
sendiri
dalamwaktu
1,5 tahun, dengan pengobatan kesembuhan diperoleh antara 80-99 Vo (12,13).I(.
Pencegahan dan Pemberantasanl.
Pengobatan massaluntuk
jangka pendek penaggulangan yang tepat adalah pengobatan massalterhadap
kelompok
sasaran.Dalam
hal
ini
anak
sekolah dasar
merupakankelompok beresiko
tinggi
terhadapinvestasi
danju-ea kelompok
yang
palingmudah
dipantau. Sebelumdilakukan
pengobatan massal secaraselektif,
makadilakukan
pemeriksaantinja
untuk
menemukantelur
cacing.
Anak yang
men-gandung
telur
cacingdiberi
obat sepertipirantel pamoate
dan mabendazol, dan pengobatan harus diulang tiap 4 bulan, setelah dilakukan pemeriksaantinja
ulang (26).2. Penyuluhan.
Setiap kegiatan
di
mas;-arakatharus
disertai
dengan penyuluhan, baikmen_eenai
kegiaun
program maupun mehgenai masalah -'-an-u akan ditanggulangi.Pada program
ini
akandiberi
penyuluhan adalahkelompok
guru sekolah, orangtua
murid dan murid
sekolah.
Materi penluluhan harus
disesuaikan dengantingkat pemahaman masing-masing kelompok (26). 3. Peningkatan status
gizi
Penyuluhan mengenai
grri
penting, terutama
mengenai
menu
makansehari-hari yang cukup berkualitas dan masih terjangkau oleh masyarakat rendah seperti menganjurkan tempe, tahu sebagai pengganti
protein
hewani danlainlain
(26).4. Perbaikan lingkungan
Lingkungan disekitar tempat
tinggal kelompok
sasaran biasanya tercemar dengantelur
cacing, sehinggatelur
cacing dapatdipakai
seba-sai indicatorkeber-sihan
suatu pemukiman.Demi
mengurangitransmisi cacing
kepada manusia,maka perlu dilakukan
peningliatanperbaikan sanitasi lingliungan
dengan carapengadaan
air
bersih dan'saranaMCK.
Selainitu
perlu dilakukan
pembersihanjamban, halaman dan parit serta penangganan sampah secarzr benar (26). 5. Peningkatan hygiene perorangan
Hal
ini
dapat dilaksanakan dengancara mencuci
tangan dengan benar setelah buangair
besar, main dengan tanah dan sebelum makan. Makanan harusdilindungi
dengan tudung makanan agar tidak tercemar lalat, kecoa atau tikus (26)6. Peningkatan peran serta masyarakat
Kegiatan pemberantasan dapat berlangsun-q secara berkesinambungan
bila
masyarakat dapat berperan
aktif
dalam" program.Agar
memperoleh dukunganmasyarakat
perlu diyakini
kegunaanprogram
tersebut.Untuk
itu
harus
dilak-sanakan penyuluhan terhadap
kelompok
masyarakat,guru
dan orangtua
murid(26).
BAB
III
'\IETODOLOGI
PENELITIA\
A.
Waktu
danTempat Penelitian
Penelitian
ini
dilahsanakanmulai
tanggal 7 Agustus 2000. Lokasi peneliti-an adalahSD Negeri
No.l5
Limo
Kampuang Kecamatan BanuhampuSei
Puar Kabupaten Agam. Pemeriksaandilakukan
di
Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Unand Padang.B.
DesainPenelitian
Jenis penelitian
ini
adalah Survei deskriptif.C.
Populasi dan SampelPopulasi adalah seluruh
murid
SD
NegeriNo.l5
Limo
Kampuang Keca-matan Banuhampu Sei Puar Kabupaten Agam. Sampel adalah seluruh murid yangberkuku panjang dari masing-masing kelas.
D.
Cara
danTeknik
Pengumpulan Data
Di
Lapangan
Pertama-tama
diadakan penyuluhan
kesehatansekaligus
menerangkantujuan penelitian
ini
padamurid
SD dan guru. Setelahitu
dilakukan pengumpulansampel secara bertahap
mulai
dari murid
kelas satu sampai denganmurid
kelas enam. Pemotongankuku
dilakukan oleh peneliti sendiri. Kotoran kuku yang telahdipotong
dimasukkanke
dalam kertas
minyak yang telah diberi label
untukE.
Bahan danAlat
Bahan dan
alat
yang
dipaliai
untuk
pemeriksaan kotorankuku
menurutmodifikasi
Ismid:
Kertas minyak, pipet, kaca objelq cawan petri, tabung sentrifus, alat sentri-fus, gunting kulcu, mikroskop, deck glass, kotoran k-uler, larutan NaOH 0,23 yo.
F.
Cara
Kerja Di Laboratorium
1.
Masukkan potongan kuku kedalam tabung sentrifus.2.
Tambahkan 5ml larutanNaOH
0,23o/o.3.
Kocok kuat selama 5 menit.4.
Tuangkan ke cawan petri dan keluarkan potongan lcuku.5.
Masukan cairan kembali ke dalam tabung sentrifus.6.
Tabung disentrifus dengan kecepatan 2000 rpm selama 2 menit.7.
Buang supernatan, endapan disedot dengan pipet dan teteskan ke kacaobjek.
8.
Tutupdengandeck
glass.9.
Periksa
dibawah mikroskop
dengan
pembesaranl0
X
l0
denganmelihat seluruh lapangan pandang secara teratur dari
kiri
ke kanan dankemudian
dari
kananke
kiri
untuk melihat
lapangan pandangberikut-nya, demikian seterusnya.
Hasil
pemeriksaan berupatelur
cacing
yang
ditemukan dalam
sediaankotoran kuku. Hasilnya positif
jika
dalam
sediaanditemukan
telur
cacinq
d-hasilnya negatif
jika
dalam3
buah
sediaandari
sampelyang
sama tetap tidak ditemukantelur
cacing. Kemudian data yangdiperoleh disajikan
dalam bentuktabel.
G.
Analisis
DataHasil
yang diperoleh disajikan dalam bentuk
tabel distribusi
frekuensi(27).
Rumus:
Fr:
!
x
rco%
n
Keterangan:
a
:
Jumlah murid yang kotoran kukunya mengandungtelurl.
lumbricoides.n
:
Jumlah murid yang kotoran kukunya diperiksa.Fr
:
Frekuensirelatif
murid yang kotoran kukunya mengandun g telurA.
lum -bricoides.BAB
IV
HASIL PEI{ELITIAN
Penelitian pada
murid
sD
Negeri
No.
15
Limo
Kampuang KecamatanBanuhampu
Sei
Puar
KabupatenAgam
dilakukan
denganmengambil
sampelkotoran kuku seluruh
murid
SDdari
kelasI-M
yang berkuku panjang.Dari
163murid
SD NegeriNo.
15Limo
Kampuang27
murid tidak
hadir, dan 56
orangtidak berkuku panjang, sehingga sampel kotoran kuku yang bisa
diambil
hanya 80sampel. Seluruh sampel
kuku
dibawa
ke
Laboratorium Parasitologi
FakultasKedoLteran Universitas Andalas
untuk
diperiksa dengan caraModifikasi
Ismid
dan
didapatkan20
orang
anakpositif
mengandungtelur
A
lumbricaides
padakotoran kukunya. Frekuensi
relatif murid
yang mengandung telurA.
Iumbricoidespada kotoran kukunya adalah :
a
rr
:-n
:20
x
loo%
80
:25
o/oKeterangan:
a :
Jumlah murid yang kotoran kukunya mengandung telur,..{. lumbricoides.n
:
Jumlah murid yang kotoran kukunya diperiksa.Fr
=
Frekuensirelatif
murid
yang kotoran kukunya mengandungtelur
A.
Tabel.l
Distribusi
frekuensi
A.
lumbricoides
pada
murid
Limo
Kampuang Kecamatan Banuhampu
SeiAgam menurut jenis kelamin
SD Negeri No
15Puar
Kabupaten
Jenis
kelamin
Jumlah
A.lumbricoides
+ %
Perempuan )I 9 24,32
Laki-laki
43n
25,58Jumlah
80 20Dari Tabel.
I
diatasterlihat murid
perempuan yang terinfetr*siA
lumbri-.coides sebanyak
9
orang (24,32yo) danmurid
laki-laki
yang terinfeksiA
lumbri-.coides sebanyak I
I
orang (25,58 Vo).Tabel.2
Distribusi
frekuensi
A.
lumbricoides
dari
kelasI
-
VI
padamurid
SI)Negeri No.
15
Lima
Kampuang Kecamatan Banuhampu Sei
Puar
Kabupaten Agam
Kelas
Jumlah
A.Iambricoides
+ %I
II
m
TVV
VT 26t7
l3
17 4 2 8 5 J 4 0 0 30,76 29,41 23,07)a s)
Jumlah
80 20Hasil
yang diperoleh menunjukkan bahwa persentaseA. Iumricoides
dan kelasl-II
hampir
samayaitu
kelasI
30,76 Yo dan kelasII
29,41olo, kelasIII
dankelas
IV
juga hampir
samayaitu kelas
lll
23,07
%;odan kelas
IV
23,52
o/o.Sedangkan pada murid kelas
V
danVI
tidak
ditemukan telur A. lumbricoides pada kotoran kukunya (Tabel. 2).BAB
V
DISKUSI
A.
Diskusi Hasil Penelitian
Dari
penelitian
yang telah dilalcukan untuk mengetahuifrekuensi
muridSD Negeri
No.
15Limo
Kampuang Kecamatan Banuhampu Sei Puar KabupatenAgarn yang
mengandungtelur
A.
lumbricoides
padzkotoran kukunya
denganmengambil sampel kotoran lcuku sebanyak 80 sampel
dari
163muri4
kemudiandiperiksa
di
Laboratorium Parasitologi Universitas Andalas Padang dengan caramodifikasi
Ismid
didapatkan20
murid
mengandungtelur
A.
lumbrico,ides padakotoran kukunya dengan frekuensi
relatif
muridzs
%.Hasil
yang diperoleh
padapenelitian
ini
lebih tinggi
bila
dibandingkan dengan hasil penelitian yang sama yang telah dilakukan sebelumnyaoleh
Koba-yashi
(1954) terhadap anak Sekolah Dasardi
Jepangdi
dapatkantelw
A
lum-.bricoides pada kotoran
kuku
10,5 o/o(9),juga lebih
tinggr
dari
penelitian Agusdkk
(1999) terhadapmurid
SD desaIDT
dan nonIDT di
Propinsi Sumatera Barat didapatkanhasil
16,25% dmt 8,2o/o dengan rata-rata 12,3 yo (10).Tingginya infeksi
A.
lumbricoidesdi
daerahini
mungkindi
sebabkan oleh beberapa faktor diantaranya sanitasi lingkungan yang buruk, higiene pribadi anak-anak yangjelek
seperti kuku yang panjang dankotor,
serta kebiasaan bermaindi
tanah yang telah terkontaminasi sebelumnya oleh
tinja
yang mengandung telurA.lumbricoides
yanginfektif,
selainitu
kehidupandi
desalebih
rentan terhadapBerdasarkan
jenis
kelamin
didapatkan frekuensi
A.
lumbricoides
padamurid laki-laki
lebih
tinggi
dari
murid
perempuan, dimana padamurid
lakiJaki
25,58o/o dan pada
murid
perempuan 24,32Vo(Tabel.
l),
hasil
ini
lebihtinggi
darihasil
penelitian
yang dilakukan oleh
Takemita
dan Tajima
padatahun
1955menemukan telur
l.
Iumbricoides pada kotorankuku
murid laki-laki
11,8 o/o dan padamurid
perempuan9,7
o/o(9). Menurut Brown (1979)
anaklaki-laki
sedikitlebih tinggi
frekuensinya dibanding anak perempuan karena mereka lebih banyakbermain diluar rumah (14).
Frekuensi
A.
Iumbricoides menurut urutan kelas (Tabel.
2)
didapatkanferkuensi
A.
lzmbricoides tertinggi
pada
murid
kelas
I
dan
II
yaitu
sebesar30,760/o dan 29,41Yo, sedangkan frekuensi
A.
lumbricoides
padamurid
kelasIII
dan
IV
lebih
rendahyaitu
23,07 Vo dan 23,52oh dan padamurid
kelasV
danVltidak
ditemukantelur
A.
lumbricoides
pda
kotoran
kukunya.
Murid
kelas
I
sampai
IV
berumur antara 6-10 tahun.Hal
ini
sesuai dengan yang dinyatakan olehBrown
(1979) bahwa Askariasis ditemukam pada
semuaurnur,
tetapi
paling sering ditemukan pada anak golonganumur 5-9 tahun
(la).
Hal
ini
disebabkan pada usiaini
anak lebihaktif
bermain dan kurang memperhatikan kebersihan.Tidak
ditemukan telurl.
lumbricoides pada kotoran kukumurid kelas V
dan
VI
mungkin
disebabkan karenaanak
sudahmulai
ada perhatian terhadapkebersihan dirinya seperti sudah bisa memotong kuku atas keinginan sendiri tanpa
diperinah
oleh orangtua
atau guru. Penelitian Eddydkk
(1988) terhadap murid Sekolah Dasardi
Desa TelagaBali
di
dapatkan kesimpulan bahwa mereka yangtidak
biasa membersihkankukunya
mempunyairesiko terinfeksi cacing
secarafeco-oral
l,l9
kali
lebih
besar
dari
pada mereka
yang
biasa
membersihkan kukunya (29).Penelitian yang telah
dilakukan
sebelumnyaoleh Emilda
(2000) pada SDini
terhadaptinja murid
didapatkanfrekuensi A.
lumbricoides 90,660/o. sedangkan padapenelitian
ini
didapatkan 25o/o padakotoran
kuku. Hasil
yang didapatkanpada penelitian
ini
menunjukkan bahwakuku mempunyai
pefanan yang cukup besar dalam penularan .t4 skariasis.B.
Kesimpulan
Hasil penelitian kotoran
kuku
pada
murid SD
Negeri
No.
15 Limo
Kampuang Kecamatan Banuhampu Sei Puar Kabupaten Agam dapat disimpulkan sebagai
berikut:
l.
Frekuensi
Murid
SD
Negeri
No.l5
Limo
Kampuang
KecamatanBanuhampu
Sei
Puar
Kabupaten
Agam yang terinfeksi oleh
A.lum-.bricoides
yaituZl
o/o2.
Frekuensi
A.
Iumbricoides
lebih tinggr
padamurid laki-laki dari
murid
perempuan.
3.
PersentaseA.
lumbricoides dali kelasI-II
hampir sama hasilnyayaitu
kelasI
(30,76%),
kelasll'(2g,41
o/o), danbegitujuga murid
kelasIII
dan
tV
yaitu (23,07 o/o) dankelas
tV
(23,52o/o).C.
Penutup
dan SaranAlhamdulillah
dengan
izin Allah
SWT
maka penelitian dan
penulisanskripsi
ini
dapat diselesaikan. Semoga hasilnya dapat bermanfaat bagikita
semua.Amin.
Sebaiknya penelitian
ini
dilakukan ulang olehpeneliti
yang lebih berpengalaman untuk kesempurnaannya.Berdasarkan hasil penelitian
ini
maka penulis menyarankan:l.
Pendidikan kesehatan perorangan terutama mengenai kebersihan pribadiseperti memotong
kuku
sampai pendek dan menjaga kebersihannya barumencuci
tangan sebelum makan
dan
tidak
membiasakan
memakanmakananjajanan.
2.
Kesehatan lingkunganlebih ditingkatkan
seperti kebiasaan buangair
besar dikakus. Selainitu
perludilakukan
pembersihan jamban.3.
Pelaksanaan kegiatan terpadu yang mencakup pengobatan massal terhadapkelompok
sasaran,secara
berkesinambunganmulai
jalur
puskesmas, posyandu dan lain-lain.DAF"IAR
KEPUSTAKAA,I{
l.
Rampean,A.S.L.
Pencemaran tanah olehtelur
cacing Ascaris lumbricoidespada
dua pemukimon dengan keadaan sosial ekonomiyang
berbeda.Maj. Ked.
FK
UKI.
1995;25:91-5.2.
Harun,M.,
Ismi4
I.S.,Diana,Y.
Pengaruh cuci tangan terhadap reinfelcsi A. Iumbrico ides.Maj.
Parasitol.Ind.
1994;2.1 -5.3.
Magdalena,L.J.H.,
Purnomo,Harijani,
A.M.,
Ayda
R.,
Winaga,
L.,
Rita
M.D.
Dampak pengobatan
Albenda:ol
dosis
tunggal
terhadapnematoda
ususpada anak SD
di
daerah
pedesaan.Ebers
Papynts.1997;4:251-8.
4.
Suryu,M.N.,
Safar,R., Djohar,
I.
Beberapafaktor
sosial budayayang
ada hubungannya denganprevalensi cacing gelang
pada
anak
SD
di
Kotamadya
Padang.
LaporanPenelitian
Fakultas KedokteranUnand
Padang, 1985.5.
Irawati,
N.,
Ibrahim,
Idris,
E., Chaidif,
K.,
Syarif,I-
Nematoda ususpada
anak sekolah dasar
di
lokasi
tempat pembuangan sampahakhir
LubukMinturun.
Lembaga Penelitian Unand, Padang, 1994:-l'20.6.
Emilda. Frekuensi'
Soil TransmittedHelminths"
Pada lulurid SDNegeri
No.15
Limo
Kampuang Kecamotan
Banuhampu
Sei
Puar
KabupatenAgam. Skripsi. Fakultas Kedokteran Unand" Padang,2000.
7.
Depari,
A.A. Soi/
TransmittedHelminthiasis Dilcalangan
siswabaru
suatusekolah Permryatan Kesehatan
di Medan Medika
1998;l l:716-8.8.
Safar, R.,Djohar,
I.., Arnes,A.
dan SuryaM.N.
PenemuanA.
lumbricoidespada Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran
Unand selamatahun
1976-1978.
Laporan
Penelitian
Fakultas
Kedokteran
Unand, Padang, 1978.g.
Margono, S.S. Pemeriksaan tanah debu,usapjari,dan
kotoran kuku terhadap A. lumbricoides.MKI.
1996;I I:621-8.10. Agus,
2,
Hafni,
B.,
Masrul dan lrawati,
N.
Srr.rdi efektifitas pengobatankecacingan secara masal
pada murid
sekolahdasar
di
DesaIDT
di
Propinsi Sumatera
Barat.
Laporan
Penelitian
Fakultas
KedokleranUnand, Padang, 1999:40-1.
I
l.
Dey
N.C.,Dey
T.K,
M.
DeySinha
MedicalParasitologt,lOh
edition.1992. 12. hmez,A. Helmintologi Parasitologi
Kedokteran2.
Padang: PenerbitFKUA,
13.
Margono, S.S.
Soil
TransmittedHelminth
Dalarn:
Husada GandaS.,
eds.Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI,
1990.14. Brown, H.W.
BasicClinical
Parasitologt,
Edisi
3
(1996)Bintari
Rukmono,Penedemah. Dasar
Parsitologi Klinis,
Jakarta: Gramedia, 1979.15.
Irawati,N.
EfekAnthelmintik Eekstrk Daun Dadap Ayam(Erytrina Orientalis
Linn),
TerhadapCacing
Ascaridia
Galli
Skraraft. Laporan PenelitianFakultas Kedokteran
Unan4
Padang 1992:8-13.16.
Rasad,R.,
Abidin,
S.A.N. PengaruhInfeksi
As;carislumbricoitles
TerhatlapPencernaan
dan
Penyerapan
ht
Makanan
Hospes.
MKI.
1987;2:13843.
17. Abidin, S.A.N.
Tanah danSryuran
sebagai SumberInfeksi
Askariasis.MKI.
1988;2:734.
18.
Jeffrey H.C., Leach R.lvLAtlas of Medical Helminthologt
andProtozoologt
Edisi
3
(1991).
Soedarto, Penerjemah.
Atlas
Helminthologi
danProtozoologi kedokteran. Jakarta: EGC, I 993 :6.
19.
ChatterjeeK.D. Parasitologt
@roto=oologt andHelminthologt,l2s
edition.Calcuta: Chette{ee Medical Publisher, 1998.
20.
Garcia,L.S., Brukner
David A.
Diagnostig Medicaal
Parasitologt
(1988).Mukmian Robby,
Penerjemah.Diagnostik
Parasitologi
Kedokteran. Jakarta: EGC, 19993:13745.
21.
Hadidjajq
P.,Abidin,
S.A.N.,Ismi{
I.S., Harun,M., Arifin,
S.M., Margono,S.S.lstariasis
dan anemiapada
anak Sekolah Dasar diJakarta
Uara.
MKI.
1995;3:19l-5.22. Abidin,
S.A.N.,
Bintari, R.
Evaluasi Berbagai Obat Anthelmintik
SintetikYang Digunakan
Dalam Penyakit Kecacingan
Medika
l99l;
ll:893-900.
23.
Sukarno, S., Sardjono,O.
S.Anthelmintik
Farmakologi dan Terapi edisi
4(1995). Balai Penerbit
FKUI,
1995: 523-36.24.
Pohan,T.H.
Penyakit
Cacingyang ditularkan Melalui
tanah.
Buku Ajar
Ilmu
Penyakit DalamJilid I
edisi 3. Jakarta.Balai
PenerbitFKUI,
1996:513-14.
25.
Abidin,
S.A.N.
PerkembanganMutakhir
Pengobatanpenyakit
Parasitik.Maj.
Parasitol.Ind.
1996;4: 208-13.26.
Hadidjja,
P. Masalah Penyakit Kecacingandi
Indonesia dan27.
28.
Budiman- Chandra. Pengantar Statistik Kesehataq Jakarta: EGC, 1995.
Juni-Prianto
LA,
Chandra,P.U.,
Derwanto.Atlas
Parasitologi
Kedokteran. Gramedia" 1994.Eddy-Hartono, Ida-BagUs-Putus-Widiarsa, Ida-Bagus-Nyoman-Banjar,
Ketut-ngfrratr. Prevaensi
Cacing
Ususyang
Ditularkan Melalui
tanah PadaMurid
Sekolah Dasardi
Desa TelaagaBali. Medika.
1988;8;7334.
29.
l.
Nama2.
No Bp3.
Tempat /Tgl Lahir
4.
Agama5.
Alamat6.
Nama Ayah7.
Nama Ibu8.
Alamat9.
Tahun MasukFKUA
RTWAYAT
PENDIDIKAN
RN}'AYAT
HIDUP
:
GUSRIANTI
: 96120025
: Tanjung
Alam
/
13 Agustus 1976 : lslam: Jati
VI
no
16 Padang:
Alamuri
: Rosmarvati
: Desa Ganting
XII
Koto
no 17 TanjungAlam
:1996
I.
TK
2.
SD3.
SMP4.
SMA
5.
FakultasBunga
Tanjung
TanjungAlam
SD Inpres Tanjung
Alam
SMP Negeri Tanjung
Alam
SMA
Negeri Batu SangkarKedokteran
UNAND
:
1983-
1984:
1984-
1990:
1990-
1993:
1993-
1996