• Tidak ada hasil yang ditemukan

Utang Telah "Mengikat" RI pada Neoliberalisme.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Utang Telah "Mengikat" RI pada Neoliberalisme."

Copied!
1
0
0

Teks penuh

(1)

Pikirall

Rakyat

123

17 18 19

o

Jan

0

Peb

o

Selasa

(1

Rabu

456 7

20 21 22

o

Mar OApr

.Mei

o

Katnis

0

Jumal

8

9

10~

11

23

24

~

26

OJun

OJul

0

Ags

o

Sabtu

0

Minggu

~":"

12 13 14 15 16 ,

27

28

29

30

--31

P

OSep OOkl ONov ~..

..

\

.

Utang Telah "Mengikat"

-- - -

-

-

---

-

- --- -

~ -

RI

-- ~

pada N eoliberalisme

---"-U

TANG dan ketidak-mampuan pemerin-tahan dalam menge-lolanya telah menjadikannya sebagai masalah yang se-akan laten, bahkan menjadi besar. lnilah yang dinamakan Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran, Prof. Soeharsono Sagir, sebagai sebuah kenyataan bahwa kita berada dalam kungkungan neoliberalisme.

Untuk mengetahui lebihjauh, kami mewawancarai Prof Soeharsono Sagir.

Menurut persepsi Anda, se-betulnya apakah paham neo-liberalis itu?

Berdasarkan Undang-Un-dang Dasar 1945, negara kita tidak mengenal sistem liberal ataupun neoliberal karena me-mang tidak ada kebebasan yang sebebas-bebasnya seperti penganut paham liberal. Se-dan~n,~am ~oliberal itu dikeluarkan untuk mengoreksi sistem liberalisme yang telah ambruk seabad silam. Jadi, se-karang ini di seluruh dunia su-dah tidak ada yang menganut paham liberal. Yang ada ada-lah campur tangan pemerintah jika diperlukan melalui kebi-jakan fiskal dan moneter. Me-nurut saya, pertumbuhaft eko-nomi akan berhasil jika per-bankan berada di bawah pem-binaan dan pengawasan bank

sentral (Bank Indonesia) se-hingga mampu menjadi lem-baga intermediasi serta me-ngumpulkan dana dari masya-rakat untuk disalurkan ke du-nia bisnis. Dan untuk meng-aturnya, dikeluarkan kebijak-an moneter oleh bkebijak-ank sentral atau dalam hal ini dewan gu-bernut BI. Sementara itu, pe-merintah fiIrut campur hanya untuk memberi pengarahan agar BI mampu mengendali-kan inflasi dan menjaga kesta-bilan nilai tukar.

-- -

""--OOK.

"PR-PROF. Soeharsono Sagir. *

Apa sebetulnya yang Anda maksudkan bahwa neolibera-lisme telah teTjadidi Indone-sia?

Banyaknya masyarakat In-donesia yang menolak sistem neoliberal itu karena keba-nyakan dari mereka tidak me-ngetahui mengapa saat ini

.-bangsa kita seakan menjadi bagian dari sistem ekonomi pasar bebas itu. Sejak tahun 1967 hingga sekarang, peme-rintah tidak pernah bisa mem-biayai pelayanan publik dari anggaran belanja pembangun-an. Selalu saja defisit sehingga untuk menyediakan modal pembangunan harns memin-jam dari piliak lain atau dalam hal ini dari luar negeri seperti bank dunia maupun IMF. Le-bili dari itu, ketidakmampuan mengendalikan dan mengelola pembangunan ekonomi me-nyebabkan pemerintah tidak bisa membayar utang tepat waktu ataujatuh tempo. Yang ingin saya tekankan, siapa pun nanti yang akan duduk dalam tampuk pimpinan tidak akan bisa keluar dari soal utang ini.

Apa ini berarti prinsip eko-nomi kerakyatan bisa dilaku-kan ditengah situasi ekonomi _yang nec.!!.iberalis?_ __

_ __ J...

Tentu saja. Asalkan peme-rintah menjalankan enam pri-oritas ekonomi kerakyatan yai-tu mencerdaskan rakyat, membebaskan rakyat miskin, menciptakan lapangan peker-jaan, mengurangi defisit kas negara, mengoptimalkan ki-nerja perbankan, serta melak-sanakan pembangunan yang sustainable (berkelanjutan).

Bagaimana tanggapan An-da tentang ketakutan diper-budak asing jika neoliberalis-me menguasai perekonomian bangsa?

Indonesia tidak mungkin di-perbudak <fsingjika pemerintah tetap mempertahankan priori-tas fondasi ekonomi kerakyat-annya. Menurut saya, kita seha-rusnya bisa optimistis untuk keluar dari masalah tanpa ha-rns kembali ke titik semula, mi-salnya dengan menjalankan sistem ekonomi tertutup seper-. ti Cinaseper-. (Eva Fahas/"PR")***

---Kliring

Hum as

Unpad

Referensi

Dokumen terkait