ANALISIS UNSUR-UNSUR INTRINSIK DALAM SYI`IR ﺎﺑﺭ ﷲ ﺎﺑ ﺖﻴﺿﺭ/ RADHITU BILLAHI RABBA/OLEH MAHER ZAIN
SKRIPSI SARJANA
OLEH
ASSA’ADAH 130704018
DEPARTEMEN SASTRA ARAB FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
ANALISIS UNSUR-UNSUR INTRINSIK DALAM SYI`IR ﺏﺭ ﷲ ﺎﺑ ﺖﻴﺿﺭ/
RADYITU BILLAHI RABBA /OLEH MAHER ZAIN
DISUSUN
O L E H
U
ASSA’ADAH NIM. 130704018 Pembimbing,
U
Dr. Nursukma Suri, M.Ag NIP. 19651225 198703 2 001
Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Linguistik Dalam Bidang Ilmu Bahasa Arab
PROGRAM STUDI BAHASA ARAB FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2017
PENGESAHAN:
Diterima oleh:
Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana linguistik
Dalam ilmu Bahasa pada Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, pada:
Hari : Tanggal : Pukul :
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Dekan
196008051987031001 Dr. Budi Agustono, M.S
No. Nama Panitia Ujian
1. Prof. Dr Khairina Nasution (...)
2. Drs. Bahrum Saleh, M.Ag (...)
Disetujui oleh:
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PROGRAM STUDI BAHASA ARAB
Ketua Jurusan Sekretaris Jurusan
Dra. Rahlina Muskar M.Hum Ph. D
NIP. 196112161987032001 NIP. 196209191999031003
Drs. Bahrum Saleh M.Ag
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan di dalam daftar pustaka.
Apabila pernyataan yang saya perbuat tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.
Medan,_________ ___
Penulis
130704018 ASSA’ADAH
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil `alamīn dengan rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : ANALISIS UNSUR-UNSUR INTRINSIK DALAM SYI`IR
ﺏﺭ ﷲ ﺎﺑ ﺖﻴﺿﺭ/
RADYITU BILLAHI RABBA /OLEH MAHER ZAIN. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan disebabkan oleh pengetahuan dan kemampuan serta pemahaman penulis yang terbatas.Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan masukan, kritik dan saran yang bersifat membangun kearah perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Cukup banyak kesulitan yang penulis temui dalam penulisan skripsi ini, tetapi Alhamdullilah dapat penulis atasi dan selesaikan dengan baik.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT.
Medan, Januari 2018 Peneliti
UAssa’Adah NIM.130704018
UCAPAN TERIMA KASIH
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur yang sebanyak-banyaknya atas rahmad dan petunjuk yang diberikan Allah SWT kepada penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dan semoga kita semua mendapatkan rahmad dan karunia Allah SWT baik di dunia maupun diakhirat. Shalawat tak bosan penulis hadiahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW, semoga dengan banyak mengucapkan shalawat kepada beliau mudah-mudahan kita termasuk dalam golongan orang- orang yang mendapat naungannya dihari kiamat nanti.
Peneliti Mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang banyak membantu dalam penelitian ini, dan rasa terima kasih tersebut peneliti tujukan kepada:
1. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Nazaruddin Daud Ahmad S.Sos dan Ibunda Biva Ros Mayanti yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan kasih sayang yang tulus hingga penulis dapat menyelesaikna pendidikan di perguruan tinggi.
Allāhummagfilī wa liwālidayya wa-irham humā kamā rabbayaānī sagīran.
2. Bapak Dr. Budi Agustono M.S, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara beserta Bapak Drs. Mauly Purba,M.A, Ph.D selaku wakil dekan 1 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, ibunda Dra. Heristina Dewi, M.Pd selaku wakil dekan 2 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, bapak Prof.
Ikhwanuddin Nasution M.Si selaku wakil dekan 3 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Dan kepada sivitas akademika yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
3. Ibunda Dra. Rahlina Muskar Ph.D Selaku Ketua Program Studi Bahasa Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dan kepada Bapak Drs.Bahrum Shaleh M.Ag selaku sekretaris Program Studi Bahasa Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
4. Yang terhormat dosen Penasihat Akademik Ibunda Prof. Dr Khairina Nasution.
5. Ibunda Prof. Dr Khairina Nasution.dan 2. Bapak Drs. Bahrum Saleh, M.Ag selaku dosen Penguji penelitian ini yang telah meluangkan pikirannya dalam membantu proses penelitian ini hingga selesai tepat pada waktunya.
6. Ibunda Dr. Nursukma Suri, M.A.g selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan membimbing peneliti serta memberikan inspirasi dalam penulisan skripsi 7. Seluruh Staf pengajar di Program Studi Bahasa Arab Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara. Yang telah memberikan banyak ilmunya semenjak peneliti terdaftar menjadi mahasiswa Bahasa Arab FIB USU sampai sekarang sudah menyelesaikan skripsi ini, berkat ibu dan bapak dosen semua.
8. Teman-teman mahasiswa jurusan Sastra Arab yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab (IMBA) Universitas Sumatera Utara.
9. Terima kasih kepada seluruh kawan-kawan stambuk 2013, Zulfa Khairani S.s, Imam Mujahid, Muttaqin Hrp yang telah memberikan bantuan moril maupun materil yang tidak terhingga kepada peneliti. Terima kasih untuk segalanya
10. Terima Kasih kepada kak Fitri selaku Tata Usaha di Program Studi Bahasa Arab Fakultas Ilmu Budaya yang telah membantu administrasi peneliti.
11. Terima Kasih saya juga kepada bunda Nur Asiah dan bunda Habibah, Abusyik yang sudah mendukung akademik peneliti dan memberikan semangat kepada peneliti.
12. Serta keluarga besar Aceh Pidie dan Aceh Tenggara yang telah , memberikan support kepada peneliti
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu. Jazākumullāhu khairan
Medan, Januari 2018
Peneliti
NIM.130704018 Assa’Adah
DAFTAR SINGKATAN
1. IMBA : Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab 2. FIB : Fakultas Ilmu Budaya
3. No : Nomor
4. Q.S : Qur’an Surah
5. SAW : Sallallahu Alaihi Wassalam 6. HMI : Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab 7. USU : Universitas Sumatera Utara 8. SWT : Subhanahu Wa Ta ‘ala 9. T.t. : Tanpa tahun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMAKASIH ... iiii
DAFTAR ISI...v
ABSTRAK ...x
BAB I PENDAHULUAN ...1
1.1Latar Belakang Masalah ...1
1.2 Rumusan Masalah ...4
1.3 Tujuan Penelitian ...4
1.4 Manfaat Penelitian ...5
1.5 Metode Penelitian ...5
BAB II TINJAUN PUSTAKA ...8
2.1 Kajian Terdahulu ... 7
2.2 Pengertian Syair ... 8
2.3 Pengertian Unsur-unsur Intrinsik Dalam Sastra ... 11
2.4 Unsur-unsur Puisi Intrinsik ... 12
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ...28
3.1 Analisis Unsur-unsur Intrinsik syi`ir ﺎﺑﺭ �ﺎﺑ ﺖﻴ ِﺿﺭ /Radyitu Billahi Rabba/ Oleh Maher Zain ...27
3.1.2 Analisis ﻒﻁﺎﻌﻟﺍﺓ /`Aṭifah /Rasa ...27
3.1.3 Analisis
ﻝﺎﻴﺨﻟﺍ
/Khayal/ Imajinasi ...323.1.4 Analisis
ﺓﺮﻜﻔﻟﺍ
/Fikrah/ (Gagasan) ...403.1.5 Analisis
ﺓﺭﻮﺼﻟﺍ
/Shurah/ Bentuk ...40BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ...46
4.2 Saran ...47
DAFTAR PUSTAKA ...48
LAMPIRAN ...49
ﺔﻳﺪﻳﺮﺠﺗ ﺓﺭﻮﺻ
ﺩﺎﻌﺷﺍ ﺓ
، ۱۳۰۷۰٤۰۱۸ ﻞﻴﻠﺤﺘﻟﺍ
ﺎﺧﺪﻟﺍ ﺮﺻﺎﻨﻌﻟﺍ ﻝ
ﺔﻳ ﺮﻌﺷ ﻲﻓ ﺏﺭ ﷲ ﺎﺑ ﺖﻴﺿﺭ
ﻦﻳﺯﺮﻫﺎﻣ ﻦﻣ ﺔﻴﻠﻛ .
ﻡﻮﻠﻌﻟﺍ
ﺔﻓﺎﻘﺜﻟﺍ
، ﺚﺤﺒﻟﺍ ﺍﺬﻫ ﻦﻣ ﺽﺮﻐﻟﺍ.ﻥﺍﺪﻴﻣ :ﺔﻴﻟﺎﻤﺸﻟﺍ ﺓﺮﻄﻣﻮﺳ ﺔﻌﻣﺎﺟ ﺎﺧﺪﻟﺍ ﺮﺻﺎﻨﻌﻟﺍ
ﻝ ﺔﻳ ﺮﻌﺷ ﻲﻓ ﺏﺭ ﷲ ﺎﺑ ﺖﻴﺿﺭ
ﻦﻳﺯﺮﻫﺎﻣ ﻦﻣ ﻞﻤﺸﺗ ﻲﺘﻟﺍﻭ ﺐﻴﺸﻟﺍ ﺪﻤﺣﺍ ﺔﻳﺮﻈﻧ ﻡﺍﺪﺨﺘﺳﺎﺑ
ﻒﻁﺎﻌﻟﺍ ،ﺓ ﻝﺎﻴﺨﻟﺍ ، ﺓﺮﻜﻔﻟﺍ ، ﺓﺭﻮﺼﻟﺍ ﻮﻫ ﺚﺤﺒﻟﺍ ﺍﺬﻫ .
) ﺔﻴﺒﺘﻜﻤﻟﺍ ﺔﺳﺍﺭﺪﻟﺍ library Research
ﺔﻴﺟﺎﺘﻨﺘﺳﻹﺍ ﺔﻘﻳﺮﻁ ﻪﻴﻓﻭ ( ﻝﺪﺗ ﺚﺤﺒﻟﺍ ﺍﺬﻫ ﻦﻣ ﺞﺋﺎﺘﻨﻟﺍﻭ .
ﺮﺻﺎﻨﻌﻟﺍ
ﺎﺧﺪﻟﺍ ﻝ ﺔﻳ ﻦﻴﺒﺗ ﻒﻁﺎﻌﻟﺍ ﺔﺛ ﻼﺛ ﻰﻠﻋ ﻦﻴﺒﺗ ﻭ،ﺓ ﺔﻔﻁﺎﻌﻟﺍ ﻕﺪﺻ
، ﺔﻔﻁﺎﻌﻟﺍ ﺓﻮﻗ
، ﺖﺒﺛ ﺔﻔﻁﺎﻌﻟﺍ ، ﺔﻔﻁﺎﻌﻟﺍ ﻮﻤﺳ ،ﻝﺎﻴﺨﻟﺍ .
:ﻡﺎﺴﻗﻻﺍ ﻰﻠﻋ ﻢﺴﻘﻳ ﻝﺎﻴﺨﻟﺍ ﺭ ﺎﻜﺘﺑﺍ ﻞﻴﺧ
، ﻒﻴﻟ ﺄﺗ ﻞﻴﺧ
، .ﻥﺎﻴﺑ ﻞﻴﺧ ﻰﻠﻋ ﻦﻴﺒﺗ ﺓﺭﻮﺼﻟﺍ ﻭ ﺓﺮﻜﻔﻟﺍ
ﻕﺪﺻ ﺓﺭﻮﺼﻟﺍ
. ﻒﻴﻟﺎﺗ ﺄﺑ ﻑﺮﻌﺗ ﺔﻐﻠﻟﺍ ،ﻦﻌﻤﻟﺎﺑ ﺔﻐﻠﻟﺍ ،ﺮﻌﺸﻟﺎﺑ ﻑﺮﻌﺗ ﺔﻐﻠﻟﺍ ،ﻞﻴﻤﺠﻟﺍ ﺔﻐﻠﻟﺍ ﺔﺴﻤﺧ
ABSTRAK
Assa’Adah,130704018 Analisis Unsur-Unsur Intrinsik Dalam Syi`ir ﺎﺑﺭ ﷲ ﺎﺑ ﺖﻴﺿﺭ/ Radyitu Billahi Rabba/Oleh Maher Zain. Program Studi Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara: Medan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui unsur-unsur intrinsik dalam Syi`ir ﺎﺑﺭ ﷲ ﺎﺑ ﺖﻴﺿﺭ / Radyitu Billahi Rabba / oleh Maher Zain dengan menggunakan teori Ahmad al-Syayib.Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (Library Research) menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian ini di dapati bentuk unsur-unsur intrinsik menunjukkan bahwa rasa, dan Rasa memiliki ukuran-ukuran sebagai berikut: kebenaran rasa, kekuatan rasa, kelanggenggan rasa, ragam rasa, tingkat rasa.
Imajinasi, Imajinasi di bagi menjadi tiga macam: imajinasi kreatif, imajinasi asosiatif, imajinasi interpretative. Gagasan dan bentuk bentuk memiliki empat ukuran-ukuran sebagai berikut: bahasa sastra bersifat lugas, bahasa sastra berbeda karena perbedaan perasaan, bentuk sastra terkait dengan makna, bentuk sastra berbeda karena perbedaan penulis.
TRANSKRIPSI FONETIK
Arab Nama Latin Lambang Fonetik
ﺏ ba’ b b
ﺕ ta’ t t
ﺙ sa’ s θ
ﺝ jim j ʝ
ﺡ ha’ h ħ
ﺥ kha’ kh x
ﺩ dal d d
ﺫ zal z ð
ﺭ ra’ r r
ﺯ zai z z
ﺱ sin s s
ﺵ syin sy ʃ
ﺹ sad s ʂ
ﺽ dad d ɖ
ﻁ ta’ t ʈ
ﻅ za’ z ʑ
ﻉ ‘ayn ‘ ʕ
ﻍ ghayn gh ɤ
ﻑ fa’ f f
ﻕ qaf q q
ﻙ kaf k k
ﻝ lam l l
ﻡ mim m m
ﻥ nun n n
ﻭ wau w w
ء hamzah ‘ ʔ
ﻱ ya’ y y
ﻩ ha’ h h
_ a
_ i
_ u
ﺍ_ a:
ﻱ_ i:
ﻭ_ u:
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Pedoman transliterasi yang digunakan adalah Sistem Transliterasi Arab-Latin Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158/1987 dan No. 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.
A. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
ﺍ Alif - tidak dilambangkan
ﺏ Ba B Be
ﺕ Ta T Te
ﺙ Sa ṡ es (dengan titik di
atas)
ﺝ Jim J Je
ﺡ Ha ḥ ha (dengan titik di
bawah)
ﺥ Kha Kh ka dan ha
ﺩ Dal D De
ﺫ Zal Ż zet (dengan titik di
atas)
ﺭ Ra R Er
ﺯ Zai Z Zet
ﺱ Sin S Es
ﺵ Syin Sy es dan ye
ﺹ Sad ṣ es (dengan titik di
bawah)
ﺽ Dad ḍ de (dengan titik di
bawah)
ﻁ Ta ṭ de (dengan titik di
bawah)
ﻅ Za ẓ zet (dengan titik di
bawah)
ﻉ ‘ain ‘ koma terbalik (di
atas)
ﻍ Gain G Ge
ﻑ Fa F Ef
ﻕ Qaf Q Ki
ﻙ Kaf K Ka
ﻝ Lam L El
ﻡ Mim M Em
ﻥ Nun N En
ﻭ Waw W We
ﻩ Ha H Ha
ء Hamzah ` Apostrof
ﻱ Ya Y Ye
B. Konsonan Rangkap
Konsonan rangkap (tasydid) ditulis rangkap Contoh :
ﺔﻣﺪﻘﻣ : muqaddimah
ﺓﺭﻮﻨﻤﻟﺍ ﺔﻨﻳﺪﻤﻟﺍ : al-madīnah al-munawwarah
C. Vokal
1. Vokal Tunggal
Vokal Tunggal /fathah/ ditulis “a” contoh : ﺐﺘﻛ [kataba]
Vokal Tunggal /kasrah/ ditulis “i” contoh : ﺐﺠﺣ [karima]
Vokal Tunggal /dhammah/ ditulis “u” contoh : ﺱﺪﻗ [qudusu]
2. Vokal Rangkap
Vokal Rangkap /fathah dan ya/ ditulis “ai” contoh : ﺐﻳﺭ [raiba]
Vokal Rangkap /fathah dan waw/ ditulis “au” contoh : ﺔﻟﻭﺩ [daulah]
D. Vokal Panjang
Vokal panjang /fathah/ ditulis “a:” contoh : ﻡﺎﻧ [na:ma]
Vokal panjang /kasrah/ ditulis “i:” contoh : ﻢﻳﺮﻛ [kari:mun]
Vokal panjang /dhammah/ ditulis “u:” contoh : ﺭﻭﺮﺿ [ɖaru:run]
E. Hamzah
Huruf hamzah (ء) di awal kata ditulis dengan vokal tanpa didahului oleh tanda apostrof (‘)
Contoh : ﻞﻛﺃ : [‘akala]
ﺬﺧﺃ : [‘aɤaða]
F. Lafzul -Jalalah
Lafzul –jalalah (kata ﷲ) yang berbentuk frase nomina ditransliterasikan tanpa hamzah Contoh : ﷲ ﻥﺎﺤﺒﺳ [subħa:nallah]
ﷲ ﻞﺒﺣ [hablullah]
G. Kata Sandang “al-”
1. Kata sandang “al-“ tetap ditulis “al-“, baik pada kata yang dimulai dengan huruf qamariyah maupun syamsiah.
Contoh : ﺱﻭﺪﻘﻟﺍ ﻚﻠﻤﻟﺍ [al-maliku al-quddu:su]
ءﺎﻤﺴﻟﺍ [al-sama:ʔu]
2. Huruf “a” pada kata sandang “al-“ tetap ditulis dengan huruf kecil meskipun merupakan nama diri.
Contoh : ﻷﺍ [al-ʔrɖu] ﺽﺭ ﻝﺰﻐﻟﺍ [al-ɤaʑal]
ﺐﻬﻠﻟﺍ [al-lahab]
3. Kata sandang “al-“ di awal kalimat dan pada kata “al-Qur`an” ditulis huruf kapital Contoh : Al-Fatih adalah seorang penakluk konstantinopel
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Sebuah karya sastra memiliki unsur seni atau keindahan
ﻞﻴﻤﺠﻟﺍ ﻲﻓ ﺏﺩﻻﺍ
/al-adabu fi al- jamīli/ artinya sastra itu seni yang indah.Dalam bahasa Arab, sastra disebut adab. Bentuk jamak (plural)-nya adalah Adâb. Secara leksikal, kata adab selain berarti sastra, juga etika (sopan santun), tata cara, filologi, kemanusiaan, kultur, dan ilmu humaniora. Sebagaimana makna etimologis dan terminologis, adab atau sastra dalam literature Arab terkait dengan pendidikan,pikiran, dan etika. Makna etimologis, bahkan terminologis sastra seperti itu juga terjadi dalam bahasa Indonesia. Sastra berasal dari bahasa Sanskerta dari kata sas yang berarti mengajar, mengarahkan,memberi petunjuk, dan tra yang artinya alat atau sarana. (Kamil, 2012 : 3-7 )
ﻰﻨﻌﻤﻟﺎﺑ ﺏﺩﻷﺍ ﺎﻤﻫﺪﺣﺃ :ﻦﻴﻔﻠﺘﺨﻣ ﻦﻴﻴﻨﻌﻣ ﺏﺩﻷﺍ ﺔﻤﻠﻜﻟ ﻥﺍ ﻪﻌﻣﺎﺳﻭ ﻪﺋ ﺭﺎﻗ ﺲﻔﻧ ﻰﻔﯩﺬﻟﺍ ﺪﻴﺠﻟﺍ ﻡﻼﻜﻟﺍ ﻮﻫﻭ ﺹﺎﺨﻟﺍ
ﺙﺪﺤﻳ ﻱ ﻱﺬﻟﺍ ﻲﻠﻘﻌﻟﺍ ﺝﺎﺘﻧﻻﺍﻮﻫﻭ ﻡﺎﻌﻟﺍ ﻰﻨﻌﻤﻟ ﺎﺑ ﺏﺩﻷﺍ ﻲﻧ ﺎﺜﻟﺍﻭ .ﺍﺮﺜﻧ ﻡﺃ ﺍﺮﻌﺷ ﻡﻼﻜﻟﺍ ﺍﺬﻫ ﻥﺎﻛﺃ ءﺍﻮﺳ ،ﺔﻴﻨﻓ ﺓﺬﻟ ﺐﺘﻜﻟﺍ ﻰﻓ ﺐﺘﻜﻳﻭ ،ﻡﻼﻜﻟﺍ ﻰﻓ ﺭﻮﺻ
/Inna likalimatu al-adabu maʻnayaini mukhtalifani: ahadahumā al-adabu bilma’nā alkhāssi wa huwa al-kalāmu al-jayyidu al-lazi yuhdasu fī nafsi qāri`ihi wasāmiʻhi lazzatun fanniyyatun, sawā`un `akāna hazā al-kalāmu syiʻran am nasran. Wa alsānī al-`adabu bilmaʻnā al-ʻāmmi wa huwa al-`intaju al-`aqli al-lazī yusawwiru fī al-kalāmi, wa yaktubu fī al-kutubi./
Kata adabterbagi kepada dua arti yang berbeda: pertama adalah adab dengan arti khusus yaitu kata-kata indah yang dapat menimbulkan kelezatan estetika dalam jiwa pembaca dan pendengar, baik kata- kata itu berupa puisi maupun berupa prosa. Kedua adalah adab dengan arti umum yaitu karya yang ditimbulkan oleh pikiran, tergambar dalam kata-kata, dan tertulis dalam buku.
Secara istilah adab adalah:
ﻦﻋ ﺪﻌﺒﻳﻭ ﺔﻠﻴﻀﻔﻟﺍ ﻦﻋ ﺪﻌﺒﻳﻭ ﺔﻠﻴﻀﻔﻟﺍ ﻰﻟﺍ ﻮﻋﺪﻳﻭ ﻖﻠﺨﻟﺍ ﺏﺬﻬﻳﻭ ﺲﻔﻨﻟﺍ ﻲﻓ ﺮﺷﺆﻳ ﺮﺸﻧ ﻭﺍﺮﻌﺷ ﻞﻛ ﺏﺩﻻﺍ
ﻞﻴﻤﺟ ﺏﻮﻠﺳ ﺎﺑ ﺔﻠﻳﺫﺮﻟﺍ
/al-adabu kullu syi’rin aw nasrin yu’asiru fi al-nafsi wa yuhazzibu al-khuluqi wa yad’u ila al- fadilati wa yubai’du’an al-razilati bi uslubin jamilin/ Sastra adalah setiap puisi atau prosa yang memberi pengaruh kepada kejiwaan, mendidik budi pekerti dan mengajak kepada akhlak yangmulia serta menjauhkan perbuatan tercela dengan menggunakan gaya bahasa yang indah ( Muzakki, 2006: 32)
Secara singkat sastra adalah pembayangan atau pelukisan kehidupan dan pikiran imajinatif kedalam bentuk-bentuk dan struktur-struktur bahasa yang meliputi kondisi insani atau manusia, yaitu kehidupan dengan segala perasaan, pikiran, dan wawasannya.
Sastra terbagi atas 3 jenis yaitu prosa, puisi, dan drama. Puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal. Penyair dalam menciptakan puisi memikirkan bunyi yang merdu seperti musik dalam puisinya. Kata-kata disusun begitu rupa sehingga yang menonjol adalah rangkaian bunyinya yang merdu seperti musik yaitu dengan mempergunakan orkestrasi bunyi. Ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.
Syair termasuk jenis puisi lama yang berlagu. Lagu adalah sebuah alunan nada dan bunyi yang dapat didengarkan oleh manusia, lagu merupakan karya sastra yang disenangi oleh masyarakat. Hal itu dikarenakan lagu mempunyai daya pikat dari segi keindahan bahasa, tema dan susunan kalimat juga rangkaian musiknya. Nyanyian-nyanyian yang kita dengarkan tidaklah semata-mata hanya lagunya yang indah, tetapi terlebih lagi isi puisinya mampu menghibur manusia.
Puisi sebagai karya seni sastra yang dapat dikaji bermacam-macam aspeknya.
Puisi juga dapat dikaji dari struktur dan unsur-unsurnya, mengingat bahwa puisi itu adalah struktur yang tersusun dari bermacam-macam unsur dan sarana-sarana kepuitisan. Begitu juga, puisi dapat dikaji dari sudut kesejarahannya, mengingat bahwa sepanjang sejarahnya, dari waktu ke waktu puisi selalu ditulis dan selalu dibaca orang.
Sepanjang zaman puisi selalu mengalami perubahan dan perkembangan.
Salah satu bentuk dari karya sastra adalah puisi. Puisi merupakan salah bentuk karya sastra yang paling tua. Banyak karya sastra di dunia ini yang ditulis dalam bentuk puisi. Di dalam puisi tersebut penyair sering menuangkan ide dan gagasannya tentang peristiwa atau kejadian yang terjadi di tengah kehidupan masyarakat. Dengan demikian puisi mempunyai hubungan yang erat dengan kehidupan dalam masyarakat.
Puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, mantra, rima serta penyusunan larik yang baik atau gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman hidup dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama dan makna khusus.
Unsur intristik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri.
Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur- unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Didalam bahasa Arab unsur intrinsik disebut dengan istilah
ﺔﻳ ﻝ ﺎﺧﺪﻟﺍ ﺮﺻﺎﻨﻌﻟﺍ
/al-‘anashir al- dakhiliyyah/, unsur-unsur yang membangun sebuah karya sastra. Dengan kata lain unsur intrinsik yaitu unsur yang terdapat dalam syi`ir yang ditulis oleh pengarangnya yang mengandung: rasa, imajinasi, gagasan dan bentuk.Adapun alasan peneliti memilih syi`ir
ﺏﺭ ﷲ ﺎﺑ ﺖﻴﺿﺭ /
Radyitu billahi rabba / karena syairnya mengandung sumpah, ikrar, perjanjian seorang Muslim terhadap dirinya dan keberadaan dirinya. Dan syi`ir ini mengandungﻒﻁﺎﻌﻟﺍ ﺓ
/`Aṭifah /rasa,ﻝﺎﻴﺨﻟﺍ
/ khayal / imajinasi,ﺓﺮﻜﻔﻟﺍ
/ Fikrah/ gagasan ,ﺓﺭﻮﺼﻟﺍ
/ Shurah / bentuk akan yang akan diteliti dari segi unsur-unsur intrinsik dengan istilahﺔﻳ ﻝ ﺎﺧﺪﻟﺍ ﺮﺻﺎﻨﻌﻟﺍ
(al-‘anashir al- dakhiliyyah), syi`ir ini juga telah dinyanyikan sekaligus pencipta oleh Maher Zain dalam bahasa Arab.syi`ir
ﺏﺭ ﷲ ﺎﺑ ﺖﻴﺿﺭ /
Radyitu billahi rabba / akan diteliti oleh peneliti dari segi unsur-unsur intrinsik .1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa saja unsur-unsur intrinsik dalam syi`ir
ﺏﺭ ﷲ ﺎﺑ ﺖﻴﺿﺭ/
Radyitu billahi rabba /oleh Maher Zain?1.3 TUJUAN PENELITIAN
Sesuai rumusan masalah diatas, maka tujuan peneliti ini adalah :
1. Untuk mengetahui unsur-unsur intrinsik dalam syi`ir
ﺏﺭ ﷲ ﺎﺑ ﺖﻴﺿﺭ/
Radyitu billahi rabba /dari Maher Zain versi bahasa Arab?1.4 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan pengetahuan kepada Mahasiswa tentang syi`ir Maher Zain versi bahasa Arab tentang nilai didalam syi`ir tersebut untuk motivasi pembangun iman.
2. Manfaat Praktis
a. Dapat memberi kontrubusi ilmiah bagi kajian sastra Arab berkaitan dengan syi`ir
ﺏﺭ ﷲ ﺎﺑ ﺖﻴﺿﺭ/
Radyitu billahi rabba/.b. Dapat dijadikan sebagai motivasi dan acuan bagi penelitian lanjutan, sehingga memperoleh konsep baru yang akan memperkaya wawasan dan pengetahuan dalam bidang sastra.
c. Dengan mengetahui karya sastra yang biasanya dipengaruhi oleh pemikiran atau pengalaman pengarangnya, maka di harapkan penelitian dalam menganalisis syi`ir
ﺏﺭ ﷲ ﺎﺑ ﺖﻴﺿﺭ/
Radyitu billahi rabba/. ini dapat bermanfaat bagi pembangunan iman dan karakter pada diri dan masyarakat.1.5 METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah cara untuk memperoleh pengetahuan mengenai objek tertentu dan, karenanya, harus sesuai dengan kodrat keberadaan objek itu sebagaimana yang dinyatakan oleh teori (Faruk 2014:55).
Penelitian ini merupakan kajian kepustakaan (library research). Menurut M.Nazir (1988: 111) dalam nourman (2016:17) mengemukakan bahwa studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku,literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.
Dalam penelitian ini digunakan penelitian deskriptif analisis. Metode deskriptif analitik adalah metode yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Secara etimologis deskripsi dan anilisis berarti menguraikan. Metode deskriptif analitik juga dapat digabungkan dengan metode formal. Mula-mula data dideskripsikan, dengan maksud untuk menemukan unsur- unsurnya (Ratna, 2004:53).
Data dalam penelitian ini bersumber pada unsur-unsur intrinsik dalam syi`ir
ﺏﺭ ﷲ ﺎﺑ ﺖﻴﺿﺭ/
Radyitu billahi rabba/” menganalisis syi`ir ini sesuai dengan teori Muzakki dalam bukunya Pengantar Teori Sastra Arab.Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk memperoleh jawaban dari rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Mengumpulkan data yang berkaitan dengan objek penelitian berupa syi`ir
ﺏﺭ ﷲ ﺎﺑ ﺖﻴﺿﺭ/
Radyitu billahi rabba/ dengan analisis unsur-unsur intrinsik2. Mengumpulkan referensi yang berkaitan dengan konsep penelitian.
3. Menyusun dan mengklasifikasikan syi`ir secara cermat, menerjemahkan dan memahami syi`ir
4. Menginterpretasikan hasil penelitian secara sistematis yang akan disajikan dalam bentuk skripsi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Terdahulu
Adapun penelitian-penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan antara lain :
Fitri (2010) Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara ia meneliti tentang “ Analisis Nilai Religius Dalam Lirik Lagu
ﷲ ءﺎﺷ ﻥﺇ
/in syā`a `allāhu/ Oleh Maher Zain versi bahasa Arab. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui analasis struktur fisik, analisis struktur batin dan analisis semiotik. Penelitian ini menyimpulkan struktur batin lirik laguﷲ ءﺎﺷ ﻥﺇ
/in syā`a `allāhu/memiliki tema keTuhanan atau religius, bernada menasehati dan amanatnya adalah kenyakinan dan kepasrahan diri terhadap Tuhan. Penelitian ini menggunakan teori Soewondo (1994) berkaitan dengan nilai-nilai religius. Penelitian tersebut di atas sudah tentu akan berbeda dengan penelitian ini, yakni dalam penelitian ini akan dikaji unsur-unsur intrinsik dalam syair
ﺏﺭ ﷲ ﺎﺑ ﺖﻴﺿﺭ /
Radyitu billahi rabba / Aku Rida Allah Subhanahu Wata'ala sebagai Tuhanku dengan teori Muzakki (2011), didalam teori ini peneliti akan dikaji unsur-unsur intrinsik diantaranya adalah Rasa, Imajinasi, Gagasan, dan Bentuk.Sebayang (2016) Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, ia meneliti tentang
“Analisis amanat dalam lirik lagu
ﺖﻧﺍ ﻦﻛ /
kun anta/ oleh humood al-khuder”. . tujuan penelitian ini menganalisis struktur batin yang meliputi Tema, Rasa, Nada, Amanat. Penelitian ini menggunakan teori waluyo. Penelitian ini menyimpulkan amanat dalam lagu ini kita harus percaya akan diri kita sendiri. Jangan pernah takut untuk berkarya. Penelitian tersebut di atas sudah tentu akan berbeda dengan penelitian ini, yakni dalam penelitian ini akan dikaji unsur-unsur intrinsik dalam syairﺖﻴﺿﺭ ﺏﺭ ﷲ ﺎﺑ /
Radyitu billahi rabba / Aku Rida Allah Subhanahu Wata'ala sebagai Tuhanku dengan teori Muzakki (2011), didalam teori ini peneliti akan dikaji unsur-unsur intrinsik diantaranya adalah Rasa, Imajinasi, Gagasan, dan Bentuk.Hanum ( 1999) Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, ia meneliti tentang “ Analisis Syair Arab Pada Masa Jahiliah Karya Imru ul Qais” penelitian ini menganalisis fisik dan batinnya. Syair ini menengaskan bagaimana fisik syair tersebut dan apa saja struktur batinnya, syair ini menggunakan teori Waluyo. Dalam penyusunan diksi syairnya, Imru ul Qais banyak menggunakan perbandingan-perbandingan antara hal positif dan negatif serta menggunakan
diksi yang memiliki arti yang mudah dipahami dan memiliki makna yang jelas. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini lebih memfokuskan pada unsur-unsur intrinsik dengan menggunakan teori Muzakki dan syi`ir Radyitu billahi rabba karya Maher Zain sebagai objek kajian penelitian.
2.2 Pengertian Syair
Kata syair berakar dari kata
ﺍﺭﻮﻌﺷ – ﺍﺮﻌﺷ -ﺍﺮﻌﺸﻳ - ﺮﻌﺷ /
sya’aro/ yas’uru/syi’rān/syu’ūrān/ yang berarti mengetahui, merasakan, sadar, mengkomposisi, atau mengubah sebuah syair. Syair berarti nyanyian (al-ghina`), lantunan (insyadz), atau melagukan (tartil). Asal kata ini telah hilang dari bahasa Arab, namun masih ada dalam bahasa-bahasa lain, seperti
ﺭﻮﺷ
/syu’ūr/ dalam bahasa Ibrani yang berarti suara, bernyanyi,dan melantunkan lagu. Diantara sumber kata syi`ir adalahﺮﻴﺷ
(syir) yang berarti kasidah atau nyanyian (Muzakki, 2011:40)Sejarah menyebutkan bahwa orang-orang Yahudi lebih dahulu berkecimpung dalam dunia nazham dari pada orang Hijaz.dengan demikian, pengalaman dan kemahiran mereka telah memperkuat keberadaan kata syir yang berkaitan dengan kasidah atau nyanyian. Berdasarkan sumber itu, orang-orang Arab dipandang kuat telah mengambil kata syi`r dari orang Yahudi untuk menyebutkan istilah kasidah. Kemudian mereka mengganti huruf ya` dalam kata
ﺮﻴﺷ
dengan huruf`ain, maka jadilah kata syi`r (ﺮﻌﺷ) dan selanjutnya kata ini dipergunakan pada pengertian syair secara umum (Muzakki, 2011:41)
Bagi orang Arab, kata syi`r mempunyai arti tersendiri sesuai dengan pengetahuan, kemampuan, dan kebiasaan mereka. Dalam pandangan mereka, syi`r berarti pengetahuan atau kepandaian (`ilm/fathanah), dan penyair itu sendiri disebut dengan al-fathin (cerdik pandai).
Para ahli `arudh mengatakan bahwa pengertian syi`r itu sama (muradif dengan nadzam.
Mereka mengungkapkan:
ﻊﻳﺪﺒﻟﺍ ﻝﺎﻴﺨﻟﺍ ﺭﻮﺻ ﻦﻋ ﺎﺒﻟﺎﻏ ﺮﺒﻌﻤﻟﺍ ﻰﻔﻘﻤﻟﺍ ﻥﻭﺯﻮﻤﻟﺍ ﺢﻴﺼﻔﻟﺍ ﻡﻼﻜﻟﺍ ﻮﻫ ﺮﻌﺸﻟﺍ
/
Assyi’ru huwa al-kalāmu al-faṢīḥu al-mauzūna al-muqaffā al mu’abbiru ghāliban ʻan Ṣuwari al- khayāli al-badī’i/“ Syi’ir adalah kata-kata fasih yang berirama dan berqafiah dan mengekspresikan bentuk-bentuk imajinasi yang indah.Syair dari segi isinya menjadi tiga macam:
Syair Cerita/epic poetry/ syi`ru qishashi
Syair cerita/epic poetry/ syi`ru qishashi yaitu syair yang berupa kasidah panjang yang menceritakan peristiwa-peristiwa sejarah, kemudian disusun dalam cerita kepahlawanan untuk dinyanyikan, contonya seperti Syahanamah al-firdaus, kisah orang Persia yang terdiri dari 60 ribu bait.
Syair Lirik/lyric poetry/ syi`ru ghina’i
Syair Lirik/lyric poetry/ syi`ru ghina’i yaitu syair yang secara langsung mengungkapkan perasaan, baik perasaan sedih maupun harapan dan lebih tepat untuk menggambarkan kepribadian seseorang. Jenis syair ini biasanya dipergunakan untuk tujuan memuji, meratap, merayu, mengejek dan sebagainya. Syair al-i’tirāf karya Abu Nuwas merupakan salah satu syair lirik/ syi`ru ghina’i yang mengungkapkan perasaan kesedihan dan penyesalannya terhadap dosa-dosa yang telah dilakukannya selama hidup.
Syair Drama/dramatic poetry/ syi`ru tamtsili
Syair Drama/dramatic poetry/ syi`ru tamtsili yaitu syair yang dibuat untuk disaksikan di atas panggung, dan bersifat obyektif yang mengungkapkan perasaan, buah pikiran, dan imajinasinya sendiri. Syair ini menyerupai syair cerita yang masih memerlukan peran aktor untuk mengungkapkan perasaan kepribadian yang berbeda-beda, maka jenis syair ini menyerupai syair lirik. Keberadaan syair drama ini menggabungkan dua syair yang ada, yaitu syair cerita dan syair lirik.
Syair dalam bahasa Indonesia disebut juga bentuk puisi yang tumbuh dalam masyarakat Indonesia (Melayu), syair dalam kesusastraan Melayu merujuk pada pengertian puisi secara umum. Puisi salah satu genre atau jenis sastra. secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau poesis pembuatan dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau poetry. Puisi diartikan “membuat” dan “pembuatan” karena lewat puisi pada dasarnya seseorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana tertentu baik fisik maupun batiniah ( Aminuddin 2000:134). Salah satu bentuk karya sastra yang kita kenal saat ini adalah puisi.Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Sugono 2008:1112) puisi diartikan sebagai ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, mantra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Luxemburg (1992:175) antara lain menyebutkan puisi adalah teks- teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur.
Puisi merupakan bentuk karangan yang terikat oleh rima, ritma, ataupun jumlah baris serta ditandai oleh bahasa yang padat. Bahasa sebagai medium, karya sastra merupakan sistem semiotik dan ketandaan, yaitu system ketandaan yang mempunyai arti.
Winarni mengumpulkan pengertian puisi yang pada umumnya, puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal, kata-kata disusun begitu rupa sehingga yang menonjol adalah rangkaian bunyinya yang merdu seperti musik, yaitu dengan mempergunakan orkestrasi bunyi.
Puisi adalah perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan(Wirnani:2016
Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya (Waluyo, 1987:25)
Puisi merupakan struktur yang bermakna dan mempunyai system tanda yang mempergunakan bahasa sebagai mediumnya. Puisi merupakan wacana kebahasan yang mengatakan sesuatu dengan maksud yang lain atau secara tidak langsung. Hal inilah yang membedakan puisi pada bahasa umumnya. Puisi mempunyai cara yang khusus dalam membawa maknanya.
Menganilisis puisi ini bertujuan memahami makna puisi, menangkap makna puisi atau memberi makna kepada teks pusi. Akan tetapi, sebelumnya perlu dikemukakan apa yang dimaksud dengan makna puisi. Makna karya sastra atau puisi itu bukanlah semata-mata arti bahasanya (arti denotatifnya), melainkan arti bahasa, suasana, perasaan, intensitas arti, arti tambahan (konotasi), daya liris, pengertian yang ditimbulkan oleh tanda-tanda kebahasaa atau tanda-tanda lain yang ditimbulkan oleh konvensi sastra, misalnya sajak (rima, persamaan bunyi), enjambement, baris sajak, homolog, tipografi, bahkan juga makna seni dan nilai seninya (Pradopo, 1999:281).
2.3 Pengertian Unsur-unsur Intrinsik dalam Sastra
Unsur , berasal dari bahasa Arab : ﺮﺼﻨﻋ yang didalam bahasa asalnya sering ditulis : ʻu n s u rʼ berarti: bahan atau zat. intrinsik berasal dari bahasa Inggris yaitu inheren yang artinya suatu peristiwa. Sastra berasal dari bahasa sanskerta yang didalam bahasa Indonesia kata tersebut ditulis : sastra. Artinya : hasil karya seni bahasa. Maka dengan demikian unsur-unsur intrinsik sastra ialah sesuatu hal berupa hasil karya seni bahasa yan g saling berkaitan didalamnya antara satu unsur dengan unsur yang lain.
Unsur sastra terbagi dua yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intristik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar karya sastra. Adapun yang menjadi pilihan peneliti didalam unsur sastra ini hanya pada unsur intrinsik.(Nurgiyantoro, 1998 : 23).
Karya sastra dibangun dari bagian-bagiannya dan relasi internalnya, sehingga memberi penilaian terhadap karya sastra adalah berdasar kriteria intrinsiknya sebagai unsur-unsur pembentukan struktur.”
2.3.1 Unsur-unsur Puisi Intrinsik
Sebuah puisi terdiri dari dua unsur yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intristik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar karya sastra. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra.
Dalam kajian sastra Arab disebutkan, bahwa sebuah ungkapan dapat dikategorikan sebagai karya sastra, baik genre syair maupun genre prosa, apabila ungkapan tersebut memenuhi empat unsur,yaitu:
A.
ﻒﻁﺎﻌﻟﺍ ﺓ
/`Aṭifah/ Rasa (Ahmad al-Syaib, 1964 dalam Muzakki, 2011: 75-89)ﻁﺎﻌﻟﺍ
ﺔﻓ
/`Aṭifah/ Rasa memiliki ukuran-ukuran sebagai berikut:1.
ﺔﻔﻁﺎﻌﻟﺍ ﻕﺪﺻ
/Shidq al-`Aṭifah/Kebenaran Rasa 2.ﺔﻔﻁﺎﻌﻟﺍ ﺓﻮﻗ
/Quwah al-`Aṭifah/Kekuatan Rasa3.
ﺔﻔﻁﺎﻌﻟﺍ ﺖﺒﺛ
/ Tsabat al-`Aṭifah/ Kelanggenggan Rasa 4.ﺔﻔﻁﺎﻌﻟﺍ ﺓﻮﻗ
/Quwah al-`Aṭifah/Kekuatan Rasa5.
ﺔﻔﻁﺎﻌﻟﺍ ﻮﻤﺳ
/ Sumuw al-`Aṭifah/ Tingkat Rasa B.ﻝﺎﻴﺨﻟﺍ
/ khayal / Imajinasiﻝﺎﻴﺨﻟﺍ
/ khayal / Imajinasi di bagi menjadi tiga macam 1.ﺭ ﺎﻜﺘﺑﺍ ﻞﻴﺧ
/Khayal Ibtikari / Imajinasi kreatif 2.ﻒﻴﻟ ﺄﺗ ﻞﻴﺧ
/Khayal Ta`lifi/ Imajinasi asosiatif 3.ﻥﺎﻴﺑ ﻞﻴﺧ
/Khayal Bayani/ Imajinasi interpretative C.ﺓﺮﻜﻔﻟﺍ
/ Fikrah/ gagasanD.
ﺓﺭﻮﺼﻟﺍ
/ Shurah / bentukﺓﺭﻮﺼﻟﺍ
/ Shurah / bentuk di bagi menjadi 4 macam : 1. Bahasa Sastra Bersifat Lugas2.
Bahasa Sastra Berbeda Karena Perbedaan Perasaan3. Bentuk sastra Terkait dengan Makna
4. BentukSastra Berbeda Karena Perbedaan Penulis
Sedangkan dengan pendapat Waluyo menguraikan tentang unsur intrinsik yaitu:
A. Tema (sense)
B. Feeling (perasaan penyair) C. Nada dan Suasana
D. Amanat (intention)
Siswanto menguraikan tentang unsur intrinsik yaitu:
A. Tema atau Makna B. Rasa
C. Nada
D. Amanat atau tujuan
Dari ketiga pendapat diatas, peneliti menggunakan teori Ahmad al-Syaib diterjemahkan oleh Muzakki, dikarenakan lebih luas penjelasan dan uraiannya serta contoh- contoh dalam bentuk puisi yang berbahasa Arab. Sedangkan Waluyo dan Siswanto
menjelaskan secara garis besar saja dan memberikan contoh berbentuk puisi yang berbahasa Indonesia.
Adapun uraian tentang unsur intrinsik sebagai berikut : A.
ﻒﻁﺎﻌﻟﺍ ﺓ
/`Aṭifah/ RasaRasa adalah salah satu unsur sastra yang mampu membuka atau menyingkap tabir-tabir kehidupan melalui syi`r. Ada dua istilah yang oleh para sastrawan seringkali disamakan dengan rasa,yaitu feeling dan emosi. Feeling ialah sikap sang penyair terhadap pokok permasalahan atau obyeknya Sedangkan emosi adalah keadaan batin yang kuat, yang memperhatikan kegembiraan, kesedihan, keharuan, atau keberanian yang bersifat subyekif.
Contoh : syi`r Humod Al-Khudher yang berjudul
ﺖﻧﺍ ﻦﻛ
/ kun anta/“
jadilah diri sendiri”ﻻﻼﺗ ﺐﻠﻘﻟﺍ ﻲﻓ ،ﺎﻨﻫ ﺎﻧﺮﻫﻮﺟ ،ﻻﺎﻤﺟ ﺩﺍﺩﺰﻧ ﻲﻛ ،ﻝﺎﻤﻟﺍ ﺝﺎﺘﺤﻧ ﻻﻻ ﻻ
/Lā lāLā naḥtāju al- māla kay nazdāda jamālā jawharnā hunā fī al- qalbi talālā/ Kita tidak memerlukan harta untuk menambah kecantikan, kecantikan dari dalam ada di sini di dalam hati ia bersinar.Rasa dalam syi`r
ﺖﻧﺍ ﻦﻛ
/ kun anta/“
jadilah diri sendiri mengungkapkan tabir yang ada dalam diri seorang, bahwa seseorang itu harus menjadi diri sendiri, artinya istiqamah (tidak plin- plan) dalam bersikap, serta batin yang kuat yang dipenuhi rasa ke syukuran dan kebahagiaan.Feeling dalam syi`r
ﺖﻧﺍ ﻦﻛ
/ kun anta/“
jadilah diri sendiriﻻﻼﺗ ﺐﻠﻘﻟﺍ ﻲﻓ ،ﺎﻨﻫ ﺎﻧﺮﻫﻮﺟ ،ﻻﺎﻤﺟ ﺩﺍﺩﺰﻧ ﻲﻛ ،ﻝﺎﻤﻟﺍ ﺝﺎﺘﺤﻧ ﻻﻻ ﻻ
/Lā lāLā naḥtāju al- māla kay nazdāda jamālā jawharnā hunā fī al- qalbi talālā/ Kita tidak memerlukan harta untuk menambah kecantikan, kecantikan dari dalam ada di sini di dalam hati ia bersinar.ًﻻﺎﻤﺟ ﺩﺩﺰﺗ ﺖﻧﺃ ﻦﻛ
/Kun 'anta tazdad jamālā/ Jadilah diri kamu sendiri pasti akan menambahkan lagi kecantikan yang sudah ada.Feeling yang akan diungkapkan kepada pendengar dan pembaca tentang syi’ir tersebut bahwa kecantikan yang sesungguhnya adalah kecantikan yang terpancar dari dalam hati, hati yang bersih, akan memunculkan aura yang bersih pula yang muncul pada wajah seseorang.
Feeling yang muncul dalam syi`r tersebut kepercayaan diri, dan memunculkan feeling gembira.
Al-Syaib dalam Muzakki 2011: 76
ﺔﻓ ﻁﺎﻌﻟﺍ
/`Aṭifah/ Rasa memiliki ukuran-ukuran sebagai berikut:1. ﺔﻔﻁﺎﻌﻟﺍ ﻕﺪﺻ /Shidq al-`Aṭifah/Kebenaran Rasa
Maksud kebenaran rasa itu adalah memberikan rasa nilai yang kekal dalam sebuah karya sastra. Seperti rasa sedih, rasa gembira, rasa percaya diri, dll yang dirasakan dalam hati sanubari pembaca atau penikmat sastra.
Misalnya, syi`r Al-Nabighah (dalam Muzakki: 2011, 76) ketika ia meratapi kepergian saudaranya yang bernama Kulaib berikut ini:
ﻲﻨﺒﺠﺗ ﻢﻠﻓ ﺐﻴﻠﻛ ﺎﻳ ﻚﺗﻮﻋﺩ
/Da’wutuka ya kullaib falam tujibni / Wahai kulaib aku memanggilmu Mengapa engkau tidak menjawab
ﺭﺎﻔﻘﻟﺍ ﺪﻠﺒﻟﺍ ﻲﻨﺒﻴﺠﻳ ﻒﻴﻛﻭ
/Wakaifa yūjibunī baladu qūffārū/ Bagaimana negeri yang kering menjawabku
ﻡﺫ ﻙﻼﺧ ﺐﻴﻠﻛ ﺎﻳ ﻲﻨﺒﺟﺃ
/`ajibni ya kulaib khalaka jimmī/ Wahai kulaib jawablah selain kamu tercela
ﺭﺍﺰﻧ ﺎﻬﺳ ﺮﻔﺑ ﺖﻌﺠﻓ ﺪﻘﻟ
/Laqod faja`at bifarisihi najarin/ Kabilah Nizar telah merasa pedih karena penunggangnya
Ungkapan syi`r Al-Nabighah merupakan ungkapan rasa duka cita yang dialami al- Nabighah karena atas kepergian Kulaib, Kulaib merupakan seorang pahlawan yang pantang mundur dalam menghadapi musuh untuk mempertahankan keharuman kabilahnya, yaitu suku Nizar. Ketika Kulaib meninggal Nabighah dan seluruh penduduk suku Nizar merasa sedih, karena mereka kehilangan seorang pahlawan yang gigih dan pemberani, dan juga dikenal sebagai penunggang kuda yang lincah. Rasa duka cita yang dialami al-Nabighah adalah rasa yang sebenarnya karena merasakan kesedihan yang mendalam(Ahmad al-syaib, 1964: 190 dalam muzakki, 2001:76)
2.
ﺔﻔﻁﺎﻌﻟﺍ ﺓﻮﻗ
/Quwah al-`Aṭifah/Kekuatan RasaKekuatan rasa itu adalah memiliki rasa yang kuat di dalam sebuah karya sastra. Seperti rasa yang disampaikan dengan imajinasi yang tinggi. (Muzakki :2011 77). Seperti syi`r Al- Mu`lawwith berikut ini:
ﺢﺴﻣ ﻮﻫ ﻦﻣ ﻥﺎﻛﺭ ﻷ ﺎﺑ ﺢﺴﻣﻭ ,ﺔﺠﺣ ﻞﻛ ﻰﻨﻣ ﻦﻣ ﺎﻨﻴﻀﻗ ﺎﻤﻟﻭ
/ walammā qaḍāyna min minna kulla hajatin,wamasaha bīl`ārkāni man huwā masiha/Terhadap semua cita kami telah meraih segalanya dan si pendusta melenyapkannya atas nama kemuliaan.
Ungkapan dalam syi`r al-Mu`lawwith yaitu terhadap semua cita kami merupakan kekuatan rasa dalam syi`r al-Mu`lawwith yaitu dengan berusaha meraih segalanya dengan menegakkan kebenaran dan kedamaian di tengah kehidupan masyarakat namun si pendusta datang dan menghancurkan harapan yang menjadi cita-cita al-Mu`lawwith bersama masyarakat yang setia kepadanya.
3.
ﺔﻔﻁﺎﻌﻟﺍ ﺖﺒﺛ
/ Tsabat al-`Aṭifah/ Kelanggenggan RasaKelanggengan rasa merupakan memberikan rasa yang kuat pada diri seorang sastrawan atau penyair selama ia berkarya. Hal ini dimaksudkan agar rasa tersebut tetap kuat dan tetap abadi, tidak berubah di makan zaman, dalam situasi apapun, dan sampai kapanpun. Misalnya, syi`r Abu Tamam saat ia menyaksikan peperangan antara Ali dan Mu’awiyah, kemudian ia mengabadikannya dalam ungkapan syi`r berikut ini:
ﺐﻌﻠﻟﺍﻭ ﺪﺠﻟﺍﻭ ﺪﺠﻟﺍ ﻦﻴﺑ ﺪﺤﻟﺍ ﻩﺪﺣ ﻰﻓ ,ﺐﺘﻜﻟﺍ ﻦﻣ ﺄﺒﻧﺃ ﻕﺪﺻﺃ ﻒﻴﺴﻟﺍ /
sāyfu `aşdaqū `anbi`a minal kūtūbi, fi ḥadihi ḥāddū bāinā jidi walla`bi/Pedang itu lebih benar dari pada kitab sebagai peringatan dalam ketajamannya terdapat hukuman antara kesungguhan dan permainan.
Ungkapan syi`r Abu Tamam yang memberikan rasa yang kuat dan tidak dimakan zaman merupakan kelanggengan rasa, sekalipun dibaca dalam situasi apapun. Karena Abu Tamam mengekspresikan syi`r tersebut pada saat ia menyaksikan kepedihan dan keharuan yang dialami Ali maupun Mu`awiyah. Begitu kejam dan mudahnya sebuah pedang keluar dari sarungnya, sehingga ia mengalahkan kebenaran kitab untuk memberikan keputusan di antara mereka.
Misalnya, syi`r Ibnur-Rumi dalam memuji Ismail bin Bulbul:
ﻥﺎﻧﺪﻋ ﷲ ﻝﻮﺳﺮﺑ ﻼﻋ ﺎﻤﻛ ° ﻑﺮﺷﺍﺭﺫ ﻦﺑﺎﺑ ﻼﻋ ﺪﻗ ﺏﺃ ﻢﻛ ﻭ
/wa kam `abin qod `ala bibnin ẕura syarafinºkama `ala birasulillahi adnan/Banyak sekali puncak kemuliaan seorang ayah itu karena kemuliaan anaknya, seperti adnan mencapai puncak kemuliaan karena kemuliaan Rasullah Saw(Amin 2011:72)Ungkapan syi`r Ibnur-Rumi yang memberikan rasa yang kuat dan tidak berubah dimakan zaman merupakan kelanggengan rasa karena Ibnur-Rumi mengekspresikan syi`r tersebut menyaksikan kebahagiaan pada saat dia melihat bagaimana seorang ayah mendidik atau
mengajarkan seorang anak yang sholeh sehingga anak tersebut menjadi mulia, yang saat ini kita mengetahui Nabi Muhammad Saw adalah seorang ayah yang mulia hingga akhir zaman.
4.
ﺔﻔﻁﺎﻌﻟﺍ ﻊﻨﺗ
/ Tanawu al-`Aṭifah/ Ragam rasaKemampuan sastrawan dalam mentrasformasikan kesan-kesan rasa yang beraneka ragam rasa dalam jiwa pembaca,seperti rasa cinta, rasa semangat,rasa kagum,rasa simpati,rasa bangga dan sebagainya. Misalnya, syi`r Hassan bin Tsabit saat ia meratapi kepergian Nabi saw selamanya, syi`r nya berbunyi:
ﺪﺴﺤﻟﺍ ﻥﻮﻴﻋ ﺔﻨﺟ ﻲﻓ ,ﺎﻨﻴﺒﻧ ﻭ ﺎﻌﻣ ﺎﻨﻌﻤﺟ ﺎﻓ ﺏﺭ ﺎﻳ ﺪﻤﺣﺃ ﻙﺭﺎﺒﻤﻟﺍ ﻰﻠﻋ ﻮﺒﻴﻄﻟﺍﻭ , ﺔﺷﺮﻌﺑ ﻒﺤﻳ ﻦﻣﻭ ﻪﻟﻻﺍ ﻰﻠﺻ
/Yā Rabbi fajima`ina ma`a wa nabīna, fī jannah `ayūna hasud
ṣalullah wa min yāhfi bi`arsah, waṭāyību `ala mubarak ahmad/Wahai Tuhan-ku kumpulkanlah kami bersama bersama Nabi di dalam surga yang dapat memalingkan mata orang-orang yang hasud.Allah, dan orang yang mengelilingi arsy beserta segenap orang-orang yang baik bersama- sama menaburkan rahmat kepada orang yang diberkahi, yaitu Ahmad.
Hassan bin Tsabit dalam syi`r di atas memang merasakan kesedihan, karena ia ditinggal oleh seseorang yang berprilaku dan berakhlaq mulia, seseorang yang menjadi uswatun hasanah dalam meraih kesuksesan. Tetapi, di balik kesedihan yang di alaminya, Hassan sesungguhnya merasakan kebahagiaan yang tiada bandigannya. Karena dalam menata kehidupannya, ia selalu dituntun oleh syari`atnya di mana ajaran-ajaran yang dibawanya dapat menyelamatkan dan membahagiakan manusia, baik di dunia maupun di akhirat. Sebab itulah, Hassan memohon kepada Allah agar ia bisa berkumpul bersama Nabi saw di dalam surga.
5.
ﺔﻔﻁﺎﻌﻟﺍ ﻮﻤﺳ
/ Sumuw al-`Aṭifah/ Tingkat RasaMaksud dari tingkat rasa itu adalah rasa keindahan dalam sebuah karya sastra, seperti keindahan gaya bahasa. Seperti syi`r Ibn al-Mu`iz berikut ini:
ﻩﺍﻮﻫﺄﻓ ﺢﺒﻘﻟﺍ ﻢﺣ ﺭ ﺃﻭ ,ﻲﻐﺒﻨﻳ ﺎﻤﻛ ﻦﺴﺤﻟ ﺎﺑ ﻢﻴﻫﺃ
/`uhim bīlḥasani kamā yabbaghi, wa `arham al-qubh fa`āhawahū/Aku mencintai kebaikan sebagaimana layaknya, dan aku menyayangi kejelekan kemudian menyukainya.
Gaya bahasa syi`r Ibn al-Mu`iz al-qubh yaitu kejelekan tetapi yang dimaksud adalah sebaliknya al-jamil yaitu keindahan. Maksudnya, al-Muiz menggambarkan kejelekan sebagai keindahan dengan harapan, agar seseorang meyakini dan melakukan perbuatan sebaliknya.
B.
ﻝﺎﻴﺨﻟﺍ
/Khayal/ ImajinasiImajinasi dalam unsur-unsur intrinsik ialah kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami oleh penyair.
Salah satu contoh syi`r khayal
ﺏﺎﺠﻋ ﺮﻣﺃ ﻰﻓ ﻪﻨﻣ ﺮﻴﺤﺗ ͵ ﻆﺣ ﻚﻨﻣ ﻡﻮﻳ ﻞﻛ ﻰﻨﻴﻌﻟ ﺏﺎﺤﺳ ﻰﻠﻋ ﺏﺎﺤﺴﻟﺍﺍﺫ ﻊﻗ ﻮﻣﻭ ͵ ﻡﺎﺴﺣ ﻰﻠﻋ ﻡﺎﺴﺤﻟﺍﺍﺫ ﺔﻟ ﺎﻤﺣ
/li`āini kulla yāuminn mīnka ḥāẓzū, tāḥāyyarū mīnhū fīy `āmriin `ujābiin ḥimalatū ẕalhūsami `ala ḥūsamiin, wamau qi`ū ẕassahabi `ala sahabiin/
Mataku setiap hari berkesempatan memandangmu. Dalam pada itu ada suatu pemandangan yang mengherankan, yaitu terbawanya pedang ini di atas pedang, dan jatuhnya hujan ini di atas hujan ( Amin, 2009:93).
Salah satu syi`r yang ditulis Amin merupakan imajinasi indrawi. indrawi ini dilakukan dengan memilih kata-kata yang tidak nyata atau yang tidak langsung seperti mataku karena dalam setiap waktu dia tidak pernah menyaksikan kepedihan hidup setelah dia melihat peperangan dengan cepatnya pedang itu saling beradu dan banyaknya darah yang tumpah seperti jatuhnya hujan dari langit
Al-Syaib dalam Muzakki 2011:82 membagi
ﻝﺎﻴﺨﻟﺍ
/Khayal/ Imajinasi kepada tiga macam:1.
ﺭ ﺎﻜﺘﺑﺍ ﻝﺎﻴﺨﻟﺍ
/Khayal Ibtikari / Imajinasi kreatifKhayal ibtikari atau imajinasi kreatif merupakan gambaran baru dalam sebuah karya sastra yang disusun secara selektif dari beberapa unsur sebelumnya,bukan sewenang-wenangnya (angan-angan), sesuai dengan alur yang prosedural dengan pengertian tersusun secara rapi, seperti alur maju, yaitu dimulai dari awal cerita hingga cerita selesai.
Salah satu contoh khayal ibtikari
ﻥﺎﻛ ﺎﺑ ﺭﺎﻨﻟ ﺎﻣ ءﺎﻤﻟﺎﺑ ﻦﻣ ﻞﻠﺑ
ﻭ ﻥﺰﺣ
ﺎﺑ
ءﺎﻤﻟ
ﺎﻣ
ﺎﺑ
ﺭﺎﻨﻟ
ﻦﻣ
ﻡﺮﺿ
/kana binnari ma bilma`i min bilali. ḥuzni wa bilma`i ma binnari min ḍarmin/ Seakan-akan pada api nan membara terdapat cairan air karena duka
Dan pada air nan sejuk segar terdapat jilatan api yang membakar
Khayal Ibtikari dalam syi`ir di atas merupakan sebuah karya sastra disusun secara selektif seperti dalam kenyataan api itu tidak terdapat air, dan pada air tidak terdapat api. Namun dalam unsur sebelumnya syi`ir di atas hal air terdapat pada api dan hal api terdapat pada air. Khayal tersebut dimaksudkan untuk menggambarakan betapa kacaunya penduduk Persia sebab merasa kehilangan hidup dengan padamnya api sesembahan dan kacaunya istana Kisra pada saat kelahiran Nabi Muhammad SAW. Sampai-sampai kondisi kejiwaan mereka mengalami hal yang tak wajar karena ketakutan dan keputusasaan.
2.
ﻒﻴﻟ ﺄﺗ ﻝﺎﻴﺨﻟﺍ
/Khayal Ta`lifi/ Imajinasi asosiatifKhayal ta’lifi atau imajinasi asosiatif merupakan perpaduan antara pikiran dan gambaran yang serasi pada satu perasaan yang benar. Susunan puisi yang dianalisis mana yang awal,tengah, dan akhir.
ﺪﻌﺑﻭ ﺎﻣ ﻦﻳﺎﻋ ﺍﻭ ﻲﻓ ﻖﻓﺃ ﻦﻣ ﺐﻬﺷ
ﺔﻀﻘﻨﻣ ﻖﻓﻭ ﺎﻣ ﻲﻓ ﺽﺭﻷﺍ ﻦﻣ
ﻢﻨﺻ
/wa ba`da ma aʻyuna fi u`fki min ashbin. munqaḍati wafqu ma fi a`rdi min Ṣanamin/ Setelah mereka menyaksikan bintang-bintang di ufuk berjatuhan
Bersamaan di bumi ada kejadian-kejadian berhala-berhala jatuh bergelimangan.
Khayal ta’lifi dalam syi`ir tersebut merupakan perpaduan pada peristiwa Maha dahsyat di bumi yang dilihat dan dirasa oleh bangsa Persia (peristiwa padamnya api sesembahan dan bintang-bintang yang melesat di angkasa/ peristiwa yang dilihat bangsa Persia dan peristiwa penyebab mengapa api sesembahan yang telah lama tak pernah padam / peristiwa yang dirasa oleh bangsa Persia, hanya dirasa oleh mereka sebab mereka tak tahu penyebabnya apa, yang sebenarnya penyebab itu adalah kelahiran Nabi Muhammad. Di bait ini yang dimaksud oleh al- Bhusairi sebagai berhala adalah api sesembahan bangsa Persia. Tujuan yang menyatakan ada peristiwa yang dahsyat yang dilihat dan dirasa oleh bangsa Persia dalam bait syi`r ini pun digabungkan dengan penggambaran bagaimana bangsa Persia tersebut melihat api sesembahan mereka padam dan bintang-bintang yang melesat di angkasa oleh al-Bhusairi. Secara singkatnya
dalam bait ini al-Bhusairi mengemas apa yang dirasa bangsa Persia dengan apa yang dilihat bangsa Persia dalam satu wadah, maka timbullah Khayal Ta’lifi ini.
3.
ﻥﺎﻴﺑ ﻝﺎﻴﺨﻟﺍ /
Khayal Bayani/ Imajinasi interpretativeKhayal bayani atau imajinasi interpretative merupakan mengekspresikan nuansa alam yaitu keadaan alam semesta seperti tumbuhan, gunung,laut dan air. dengan gaya bahasa sastra yang indah di buat oleh penyair.
ﺮﺤﺒﻟﺎﻛ ﻑﺬﻘﻳ ﺐﻳﺮﻘﻠﻟ ﺍﺮﻫﺍﻮﺟ
ﺍﺩﻮﺟ ﺚﻌﺒﻳﻭ ﺪﻴﻌﺒﻠﻟ ﺎﺒﺋﺎﺤﺳ
/kalbahri yaqẕifu lilqarībi jawahiraan,judan wayabʻasu lilba`idi saha`iba/ kemurahannya bagaikan laut yang memberi mutiara kepada orang yang dekat dan mengirimkan awan kepada orang yang jauh.
Khayal bayani tersebut merupakan mengekspresikan nuansa alam seperti laut, dan awan yang berarak dilangit yang memberikan kedamaian sehingga membuat orang yang memandangnya teringat akan seseorang yang dekat dengannya dan kemurahan hatinya bagaikan laut yang selalu memberikan mutiara kepada siapa saja yang dekat dengannya.
C.
ﺓﺮﻜﻔﻟﺍ
/Fikrah/ (Gagasan)Gagasan disebut juga dengan tema, yaitu patokan utama untuk mengetahui karya sastra, yang mengandung kejelasan, relavan lewat dengan judul dan situasi. dalam unsur-unsur intrinsic gagasan ialah tema, Tema adalah gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair melalui syairnya. Tema mengacu pada penyairnya. Tema syair sangat mudah ditemukan karena tersurat langsung dalam syair. Jadi, untuk menemukan tema syair harus tahu isi syair. (Yulianti, 2014 : 117). Tema (sense) Tema merupakan gagasan pokok atau subject-matter yang dikemukakan oleh penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama pengucapannya. Dengan latar belakang pengetahuan yang sama, penafsir-penafsir puisi akan memberikan tafsiran tema yang sama bagi sebuah puisi, karena tema puisi bersifat lugas, obyektif, dan khusus. Tema puisi harus dihubungkan dengan penyairnya, dengan konsep-konsepnya yang terimajinasikan.
Berikut ini contoh tema puisi. Tema Ketuhanan, puisi-puisi dengan tema KeTuhanan biasanya menunjukkan “religious experience” atau pengalaman religi penyair. Betapa dalam rasa KeTuhanan Amir Hamzah dalam sajak dibawah ini:
Doa
Dengan apakah kubandingkan pertemuan kita,kekasihku?
Dengan senja samar sepoi, pada masa purnama meningkat naik, setelah menghalaukan panas payah terik.
Angin malam menghembus lemah, menyejuk badan, melambung rasa menayang pikir, membaca angan ke bawah kursimu.
Hatiku terang menerima katamu, bagai bintang memasang lilinnya.
Kalbuku terbuka menunggu kasihmu, bagai sedap malam menyirak kelopak.
Aduh, kekasihku, isi hatiku dengan katamu, penuhi dadaku dengan cahayamu, biar bersinar mataku sendu, biar berbinar gelakku rayu!
Amir Hamzah Bagaimana Kedalaman rasa ke Tuhanan Amir Hamzah yang menunjukkan betapa erat hubungan antara penyair dengan Tuhan seperti Kata-kata dalam puisi diatas yaitu kata Kekasihku, kursi-Mu, kata-Mu, cahaya-Mu adalah pengganti dari kata atau tema Tuhan.
Sehingga puisi tersebut syarat dengan ke Tuhanan. Penyair juga menunjukkan bagaimana agar Tuhan mengisi seluruh kalbunya. Betapa sungguh-sungguh sang penyair menyerahkan diri secara total, dapat kita rasakan secara nyata dalam sajak ini( Waluyo 1991: 107-108 )
Berikut ini contoh puisi yang berjudul
ﺏّﺮـﻐﺘﻟﺍ/
ta`rib/ Merantauﺏﺩَﺃ ﻱﺫﻭ ﻞﻘﻋ ﻱﺬﻟ ﻡﺎَﻘﻤﻟﺍ ﻲﻓ ﺎﻣ ﻪﻗﺭﺎﻔﺗ ﻦّﻤﻋ ﺎﺿﻮﻋ ﺪﺠﺗ ﺮﻓﺎﺳ
ﻩﺩﺳﻔﻳ ءﺎﻣﻟﺍ ﻑﻭﻗﻭ ﺕْﻳَﺃﺭ ﻲﻧِﺇ ﺖﺳﺮﺘﻓﺍﺎﻣ ﺏﺎﻐﻟﺍ ﻕﺍﺮﻓ ﻻﻮﻟ ﺪﺳُﻷﺍ َﻭ
ﺔﻤِﻳﺍﺩ ﻚْﻠﻔﻟﺍ ﻲﻓ ﺖﻔﻗﻭ ﻮﻟ ﺲﻤﺸﻟﺍﻭ ﻪﻨﻛﺎﻣَﺃ ﻲﻓ ﻰﻘﻠﻣ ﺏﺮﺘﻟﺎﻛ ﺮﺒﺘﻟﺍﻭ
ﺏﺮﺘﻏﺍﻭ ﻥﺎﻁﻭَﻷﺍ ﻉﺪﻓ ﺔﺣﺍﺭ ﻦﻣ ﺐﺼﻨﻟﺍ ﻲﻓ ﺶﻴﻌﻟﺍ ﺬْﻳﺬﻟ ﻥﺈﻓ ﺐﺼﻧﺍﻭ
ﺐﺼﻳ ﻢﻟ ﺱ ْﻮَﻘﻟﺍ ﻕﺍﺮﻓ ﻻ ْﻮﻟ ﻢْﻬﺴﻟﺍﻭ ﺐﻄﻳ ﻢﻟ ﺮﺠﻳ ﻢﻟ ْﻥِﺇﻭ ﺏﺎﻁ ﻝﺎﺳ ْﻥﺍ ﺏﺮﻋ ﻦﻣﻭ ﻢﺠﻋ ﻦﻣ ﺱﺎﻨﻟﺍ ﺎﻬﻠﻤﻟ ﺐﻄﺤﻟﺍ ﻦﻣ ﻉﻮﻧ ﻪﺿﺭَﺃ ﻲﻓ ﺩﻮﻌﻟﺍﻭ
/
Mafi muqami liẕi `aqlin waẕiy `adabin syafir tajid `iwaḍan `amman tufariquhu`inni ra`aytu wuqufa ma`i yufsiduhu wa`asdu laula firaqu ghabi maftarasat
Wasyamsu law waqafat fiy fulki dayimatan watibru kalturbi mulqon fiy `amakinihi
Min rahatin fada`i a`uṭana waghtaribi wanṢab fainna laẕiyẕa `aysyi fiy naṢabi In sala ṭaba wa in lam yajri lam yaṭibi Wasahmu lawla firaqū qausi lam yuṢiba
Lamallahannasu min `ujmiin wa min `arabi walū`du fiy `arḍihi naw`ū minal haṭabi / Tidaklah orang yang mempunyai akal dan berpendidikan diam hanya di satu tempat Maka tinggalkanlah tanah airmu dan merantaulah. Bepergianlah, niscaya engkau akan mendapatkan ganti dari apa yang kau tinggalkan bersusah payahlah, karena Sesungguhnya lezatnya hidup itu ada di dalamnya. Sungguh kulihat, Berhentinya air akan merusak air itu sendiri jika air mengalir maka akan lebih segar dan bening. Singa tak akan menerkam musuhnya, Kalau ia tetap di sarangnya. Dan anak panah tak mengenai sasarannya, kalau tak lepas dari busurnya.
Andaikan matahari tetap saja di tempatnya Pastilah manusia dari kalangan orang Arab maupun Ajam jemu untuk memandangnya. Emas itu seperti tanah yang dibuang dari tempatnya Kayu yang wangi pada hakikatnya bagian dari suatu pohon.
Imam Syafi’I menyebutkan dalam syi`r ta`ribnya yaitu tinggalkanlah, merantaulah, bepergianlah, bersusah payahlah, maka dalam syi`r ini bertemakan Hijrah, bagaimana sang penyair menunjukkan betapa pentingnya hijrah, yaitu hijrah menjadi yang lebih baik lagi.
D.
ﺓﺭﻮﺼﻟﺍ
/Shurah/ BentukBentuk adalah sarana, cara dan gaya dalam penyusunan dan pengaturan bagian-bagian karangan, atau pola struktural karya sastra yang digunakan oleh seorang sastrawan untuk mentransformasikan pikiran dan perasaannya kepada para pembaca atau pendengar sastra. Dan bentuk dalam teori Waluyo dan Siswanto merupakan Nada dan Suasana. Nada merupakan sikap penyair terhadap pembacanya yang berhubungan dengan suasana keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca.
Misalnya, ketika seseorang atau masyarakat sedang menderita tekanan baik jasmani maupun rohani pada masa berkecamuknya kezaliman atau ketidak adilan maka akan lahir puisi-puisi bernadakan pemberontakkan atau nada yang sinis.
Ahmad al-Syayib membagi shurah kepada 4 bagian :
1 Bahasa Sastra Bersifat Lugas
Bahasa sastra bersifat lugas apabila bentuk bahasanya dapat mengekspresikan pesan- pesan dengan bahasa yang baik dan indah.
Seperti syi`r Abi Tamam saat meratapi kepergian Muhammad Ibn Hamdi al-Thusi berikut ini:
ﺮﻣﻷﺍ ﺡﺪﻔﻴﻟﻭ ﺐﻄﺨﻟﺍ ﻞﺠﻴﻠﻓ ﺍﺬﻛ ﺭﺬﻋ ﺎﻫﺅﺎﻣ ﺾﻔﻳ ﻢﻟ ﻦﻴﻌﻟﺍ ﺲﻴﻠﻓ
/kaẕa faliyajila khaṭabu waliyafdaha`amru, falaysa `ayni lam yafiḍ ma`waha`uẕru/Seperti itulah kematian (Muhammad Ibn Hamdi al-Thusi) hendaknya urusan itu menjadi besar dan berat. Bukanlah disebut mata bila tidak mengalirkan air mata, karena suatu alasan.
Bahasa sastra Abi Tamam sangatlah lugas, sederhana dan mudah dipahami dan Abi Tamam juga menuangkan rasa sedih yang bergelora. Karena konteks syair itu diekspresikan dalam suasana duka cita, yaitu meninggalnya Muhammad Ibn Hamdi al-Thusi.
2
Bahasa Sastra Berbeda Karena Perbedaan PerasaanSebuah sastra berbeda karena perbedaan rasa merupakan mengekspresikan keindahan rasa dengan mempergunakan kata-kata yang simple dan seperti ungkapan penyair berikut ini:
ﺎﻴﺤﻟﺍ ﻊﻠﺧ ﺪﻗﻭ ﻰﻫﺰﺗ ﺔﺴﺋﺎﻣﻭ
⃰
ﺍﺮﻀﺧ ﺔﻳ ﺩﺭﺃﻭ ﺍﺮﻤﺣ ﻰﻠﺣ ﺎﻬﻴﻠﻋ
ﺔﻀﻓ ﻢﺋﺎﻤﻐﻟﺍ ﻖﻳﺭ ﺎﻬﻟ ﺏﻭﺬﻳ
⃰
ﺍﺮﺼﻧ ﺎﺒﻫﺫ ﺎﻬﻓ ﺎﻄﻋﺃ ﻰﻓ ﻦﻜﺴﻳﻭ
/wa ma`isatun tazha waqad khala`a hayya ⃰ a`laiyha hala hamraanyaẕubu laha riyqu ghama`ima fiḍataan ⃰ wayaskunu fi a`ṭa fiha ẕahabaan naṢraan/ perempuan itu berjalan dengan melenggang ia tumbuh dewasa, dan sifat malu telah hilang pada dirinya ada perhiasan berwarna merah dan pakaian berwarna hijau air liur
Penyair di atas merupakan syair dengan bahasa yang sederhana, karena bahasa sastra berbeda dengan perbedaan perasaan yang didalam rasa sastra tidak perlu daya imajinasi tinggi.
Sesuai obyek yang ditangkapnya, yaitu seorang wanita tumbuh menjadi dewasa di mana ia mengenakan pakaian dan perhiasan berlebihan, seakan-akan ia tidak punya rasa malu.
3 Bentuk sastra Terkait dengan Makna
Bentuk sastra terkait dengan makna yaitu bentuk dengan irama, dan kata. Makna-makna majaz, irama (musikalitas), dan susunan kata yang indah sangat menentukan dalam bentuk bahasa sastra yang akan timbul dua macam kesan sastra, yaitu makna yang mengandung rasa (emosi), dan irama yang membantu timbulnya susunan dengan gaya yang indah.
Seperti syi`r al-Buhturi berikut ini:
ﻯﺮﻧ ﺪﻗ ﻦﻣ ﺐﺋﺃﺮﺿ ﺎﻧﻮﻠﺑ ﺎﺒﻳﺮﺿ ﺢﺘﻔﻟ ﺎﻨﻳﺃﺭ ﻥﺍ ﺎﻤﻓ *
ﺎﺛﺩﺎﺤﻟﺍ ﻪﻟ ﺕﺪﺑﺃ ءﺮﻤﻟﺍﻮﻫ ﺎﺒﻴﻠﺻ ﺎﻳﺃﺭﻭ ﺎﻜﻴﺷﻭ ﺎﻣﺰﻋ *
/balauna ḍhara`ib min qad nara * fama a`nna ra`ayna lifathi ḍhariba
Huwa mar`u a`badat lahu hadisa * a`zman wasyikan waru`ya Ṣhaliba/ kami tertimpa berbagai macam musibah orang lain kami melihatnya. Jika kami melihatnya maka tersingkaplah bahwa ia adalah suatu taqdir. Ia adalah seseorang yang tertimpa berbagai macam peristiwa karena keinginan, kesakitan dan penglihatan yang kuat.
Bentuk sastra yang terdapat dalam makna tersebut adalah ḍhara`ib dan ḍhariba walau kata yang berasal dari akar yang sama tapi maknanya jauh berbeda.
4 BentukSastra Berbeda Karena Perbedaan Penulis
Rasa sastra berbeda satu sama lain, karena perbedaan si penulis sastra itu sendiri ketika mengekspresikan perasaannya. Para penyair saat mengekspresikan sesuatu yang dikagumi, tentu kekaguman mereka terhadap sesuatu itu akan bervariasi, dan mengungkapkannya dengan bahasa yang berbeda. Seperti al-Farazdaq ketika mengungkapkan uban yang putih mengekspresikannya dengan bintang-bintang yang gemerlapan di malam hari. Berikut syi’irnya:
ﻊﻣﺍﻮﻟ ﺏﺎﺒﺸﻟﺍ ﻰﻓ ﺐﻴﺷ ﻖﻳﺭﺎﻔﺗ ﻡﻮﺠﻧ ﻪﻴﻓ ﺲﻴﻟ ﻞﻴﻟ ﻦﺴﺣ ﺎﻣﻭ *
/tafariq saubu fiy sababi law mi`an * wama husnu layla laysa fiyha nujumu/ uban-uban putih Nampak bagaikan bintang-bintang cemerlang bertabur hambur menjadikan si muda gagah bertambah keindahan malam kian hilang lengang tanpa bintang menantang dengan gemerlap mantap
Seperti syi`r al-Buhturi berikut ini:
ﻪﻟ ﺎﻤﻓ ﺏﺎﺒﺸﻟﺍ ﺭﺎﻫﺯﺃ ﺐﻴﺸﻟﺍﻭ ﻪﻟ ﺎﻬﻴﻓ ﺽﻭﺮﻟﺍ ﻦﺴﺣﻭ ﻰﻔﺨﻳ *
/wassaubu a`zzaharussababi famalahu * yakhfa wa husnu rauḍi fihalahu/
Uban-uban putih bagaikan bunga-bunga bersih menjadikan tampan. Si muda gagah bertambah mengapa uban-uban kan selalu bersembunyi? Bukankah keindahan taman terletak pada bunga- bunga didalamnya
Dari kedua syi`r tersebut pemakaian bahasa dalam karya sastra memang mempunyai spesifikasi tersendiri. Seperti syi`r al-Farazdaq ketika mengungkapkan uban yang putih mengekspresikannya dengan bintang-bintang yang gemerlapan di malam hari. Dan syi`r al- Buhturi menggambarkan uban yang putih dengan bunga-bunga hias yang tumbuh ditaman
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Analisis Unsur-unsur Intrinsik Syi`r
ﺏﺭ ﷲ ﺎﺑ ﺖﻴﺿﺭ
Oleh Maher Zain Dalam penelitian ini teori yang digunakan adalah teori Muzakki, yang meliputi unsur-unsur intrinsik
ﻒﻁﺎﻌﻟﺍ ﺓ
/`Aṭifah /rasaﻝﺎﻴﺨﻟﺍ
/ khayal / imajinasiﺓﺮﻜﻔﻟﺍ
/ Fikrah/ gagasanﺓﺭﻮﺼﻟﺍ
/ Shurah / bentuk3.1.2 Analisis
ﻒﻁﺎﻌﻟﺍ ﺓ
/`Aṭifah /RasaAnalisis
ﻒﻁﺎﻌﻟﺍ ﺓ
/`Aṭifah /rasa dalam syi`r ini yang berisikan keyakinan manusia terhadap Tuhan Ilahi Rabbi dan Muhammad Rasullah.ﻻﻮﺳﺭﻭ ﺎﻴﺒﻧ ﺪﻤﺤﻤﺑﻭ ﺎﻨﻳ ﺩ ﻡﻼﺳﻹ ﺎﺑﻭ ،ﺎﺑﺭ �ﺎﺑ ﺖﻴ ِﺿﺭ
/Radyitu Billahi Rabba, Wa Bilislami DinaaWabi muhammadiin Nabiya Rasullaan/ Aku Rida Allah Subhanahu wata'ala sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku dan Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam sebagai Nabi dan Rasulkuﻁﺎﻌﻟﺍ
ﺔﻓ
/`Aṭifah/ rasa yang didalam syi`r yaitu rida kepada Allah mengandung arti rida mencintai-Nya semata, Rida menyembahnya semata, takut dan berharap kepadanya, merendahkan diri kepada-Nya, beriman kepada-Nya, bertawakkal dan meminta pertolongan kepada-Nya, dan rida kepada apa yang telah diperbuatnya, maka inilah yang dimaksud dengan Rida kepada Allah. Dan Rida dengan Islam sebagai agama artinya apa saja yang di dalam Islam, baik berupa perintah dan larangan, maka sesungguhnya kita meridainya secara keseluruhan, tanpa ada rasa rasa keberatan sedikitpun dalam diri kita untuk menerimanya. Dan rida kepada Nabi Muhammad Saw sebagai Nabi artinya kita harus beriman kepada-Nya, patuh kepada-Nya, dan pasrah kepada-Nya kita rida dengan tuntunan dan sunnah-Nya. Jika rida kepada sunnah-Nya, berarti kita tidak mau merujuk kepada siapapun, kecuali hanya mengikuti sunnah-Nya.Al-Syaib dalam Muzakki 2011: 76
ﺔﻓ ﻁﺎﻌﻟﺍ
/`Aṭifah/ Rasa memiliki ukuran-ukuran sebagai berikut:1 ﺔﻔﻁﺎﻌﻟﺍ ﻕﺪﺻ /Shidq al-`Aṭifah/ Kebenaran Rasa
Kebenaran rasa pada syi`r ini memberikan rasa nilai yang kekal dalam sebuah karya sastra. Seperti rasa sedih, rasa gembira, rasa percaya diri, dll yang dirasakan dalam hati sanubari pembaca atau penikmat sastra.