ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat
REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
Jakarta, 12 Februari 2013
RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
“HILIRISASI INDUSTRI DALAM RANGKA MENCAPAI TARGET PERTUMBUHAN INDUSTRI NASIONAL”
DAFTAR ISI
I. LATAR BELAKANG……….. 3
II. DASAR HUKUM………. 4
III. KEBIJAKAN HILIRISASI……….. 7
IV. KONDISI HILIRISASI………. 8
V. PENUTUP………..14
ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat Kondisi
Alami
• Mineral & Batubara merupakan sumber daya alam yang tidak terbarukan
Tujuan Pengelolaan
• Manfaat yang optimal & nilai tambah bagi perekonomian nasional secara berkelanjutan, berdasarkan daya dukung lingkungan
Program
• Peningkatan Nilai Tambah/Hilirisasi Minerba melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian
I. LATAR BELAKANG
1. Pasal 33 UUD 1945:
a. Ayat (2) Cabang-cabang produksi yang penting dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara
b. Ayat (3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat
2. UU No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara:
a. Pasal 95 huruf c “Pemegang IUP dan IUPK wajib meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral dan/atau batubara”
b. Pasal 102 “Pemegang IUP dan IUPK wajib meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral dan/atau batubara dalam pelaksanaan penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta pemanfaatan mineral dan batubara”
c. Pasal 103 ayat (1) “Pemegang IUP dan IUPK Operasi Produksi wajib melakukan pengolahan dan pemurnian hasil penambangan di dalam negeri”
d. Pasal 103 ayat (3) “Ketentuan lebih lanjut mengenai peningkatan nilai tambah sebagaimana dimaksud dalam pasal 102 serta pengolahan dan pemurnian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah”
e. Pasal 170 “Pemegang kontrak karya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 169 yang sudah berproduksi wajib melakukan pemurnian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 ayat (1) selambat- lambatnya 5 (lima) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan”
II. DASAR HUKUM
ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat
3. PP No 23 Tahun 2010, tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara:
a. Pasal 84 ayat (1) “Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi harus mengutamakan kebutuhan mineral dan/atau batubara untuk kepentingan dalam negeri”
b. pasal 93 ayat (1) “Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi mineral wajib melakukan pengolahan dan pemurnian untuk meningkatkan nilai tambah mineral yang diproduksi, baik secara langsung maupun melalui kerja sama dengan perusahaan, pemegang IUP dan IUPK lainnya”
c. Pasal 95 :
(2) Peningkatan nilai tambah mineral logam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan melalui kegiatan :
a. pengolahan logam; atau b. pemurnian logarn.
(3) Peningkatan nilai tambah mineral bukan logarn sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilaksanakan melalui kegiatan pengolahan mineral bukan logam.
(4) Peningkatan nilai tambah batuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilaksanakan melalui kegiatan pengolahan batuan.
II. DASAR HUKUM (Lanjutan)
3. PP No 23 Tahun 2010, tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara:
a. Pasal 96 “ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara peningkatan nilai tambah mineral dan batubara sebagaimana dimaksud dalam pasal 95 diatur dengan Peraturan Menteri”
b. Pasal 112 angka 4 huruf c “Kuasa pertambangan, surat izin pertambangan daerah, dan surat izin pertambangan rakyat, yang diberikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan sebelum ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini tetap diberlakukan sampai jangka waktu berakhir serta wajib melakukan pengolahan dan pemurnian di dalam negeri dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) tahun sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara”
4. PP No 52 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah No 1/2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu Dan/Atau Di Daerah-Daerah Tertentu
5. Peraturan Menteri ESDM No. 34/2009, tentang Pengutamaan Pemasokan Kebutuhan Minerba untuk Kepentingan Dalam Negeri
6. Peraturan Menteri ESDM No. 7/2012 jo Peraturan Menteri ESDM No. 11/2012 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral
II. DASAR HUKUM (Lanjutan)
ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat
1. Pembentukan Tim Evaluasi Peningkatan Nilai Tambah
a. Kepmen ESDM No.2301K/73/MEM/2012 tentang Tim Evaluasi Pengolahan dan Pemurnian Pemegang IUP Operasi Produksi
b. Kepdirjen Minerba No. 791.K/73.07/DJB/2012 tentang Tim Pelaksana Evaluasi Pengolahan dan Pemurnian Pemegang IUP Operasi Produksi 2. Penentuan klaster pengolahan dan pemurnian mineral sesuai dengan potensi
daerah dan ketersediaan sarana pendukung.
3. Pengendalian produksi dan ekspor mineral untuk menjamin pasokan dalam negeri.
4. Verifikasi teknologi dan kesiapan infrastruktur dan pelabuhan.
5. Pembinaan dan pengawasan pembangunan pabrik Pengolahan dan Pemurnian.
6. Pelaksanaan kewajiban pengolahan dan pemurnian mineral secara konsisten pada tahun 2014.
III. KEBIJAKAN HILIRISASI
Komoditas logam sebagai sumber pendapatan negara umumnya dijual dalam bentuk produk yang nilai tambahnya belum optimal
Program hilirisasi bergantung teknologi dan nilai jual pada harga internasional
Ketersediaan teknologi dan sumber daya manusia masih terbatas.
Pembangunan pengolahan dan pemurnian memerlukan investasi besar Infrastruktur masih terbatas, terutama energi dan transportasi
Industri hilir domestik mengolah produk tambang belum berkembang Kajian keekonomian pendirian pabrik pengolahan dan pemurnian harus dilakukan secara akurat, detail, dan menyeluruh.
IV. KONDISI HILIRISASI
IV.1. Permasalahan dalam pengembangan pengolahan dan pemurnian :
ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat
Apr Jun Ags Okt Des Jan Mar Mei Jul Sept Nov Des
2011 2012
VI.2. Progres Hilirisasi Mineral dan Batubara
PP No. 52/2011:
Insentif pajak bagi smelter di luar Pulau
Jawa
Permen ESDM No.
7/2012 : Pembatasan ekspor
bijih mineral
Inventarisasi cadangan, produksi dan ekspor komoditas nikel, bijih besi, nikel, mangan, bauksit
CAPAIAN
Inventarisasi fasilitas pengolahan dan pemurnian yang eksisting dan rencana
Status Desember 2012 Jumlah Pengolahan & Pemurnian Telah Beroperasi 7 Pengajuan Rencana Pengolahan (sebelum *) 24 Pengajuan Rencana Pengolahan (sesudah **) 186
TOTAL 217
Rekomendasi ET : 220, Rekomendasi SPE: 150
Evaluasi rencana program pengolahan dan pemurnian masing-masing IUP Logam
Penyusunan neraca mineral
Klasterisasi kegiatan pengolahan dan pemurnian
Koordinasi dengan Kemenperin melalui Kemenkoperekonomian TINDAK LANJUT
Permen ESDM
No. 11/2012 Permenkeu No.
75/PMK.011/2012 Permendag No. 29/2012
* /** Sebelum / sesudah Permen ESDM No. 7/2012
2010
Hasil Evaluasi sampai saat ini: 8 pengolahan dan pemurnian berpotensi untuk dibangun
IV. KONDISI HILIRISASI (Lanjutan)
Putusan MA No.
10P/HUM/2012
IV.3. Rekapitulasi Penerbitan Rekomendasi ET dan SPE akhir Desember 2012
0 50 100 150 200 250
Jul Agu Sep Okt Nov Des
30
50
120 127
186
220
ET: Eksportir Tedaftar untuk mineral diberlakukan sejak Mei 2012. ET diberikan sekali kepada perusahaan sebagai syarat untuk mendapatkan pengakuan untuk melakukan ekspor produk pertambangan mineral. Total rekomendasi ET yang telah diterbitkan selama 2012 sebanyak 220 rekomendasi.
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Jul Agu Sep Okt Nov Des
8 17
69
86
112
150
SPE: Surat Persetujuan Ekspor diberikan kepada pemegang ET dalam rangka pelaksanaan ekspor untuk periode waktu tertentu . Selama tahun 2012 telah diterbitkan sebanyak 150 rekomendasi SPE
IV. KONDISI HILIRISASI (Lanjutan)
ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat
IV.4. Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian Berpotensi untuk Dibangun
No. Perusahaan Lokasi Pabrik Komoditas Produk Akhir
Total kapasitas (Ton/tahun)
Investasi (USD juta)
Kemajuan Konstruksi dan Kendala
1. PT Antam, Tbk Halmahera Timur, Maluku Utara
Nikel FeNi 27.000 1.600 • Konstruksi: pabrik belum ada terkait banyaknya proses EPC Kontraktor yang belum diselesaikan.
• Konstruksi pendukung berupa pelabuhan akan diselesaikan pada Maret 2013.
2. PT Bintang Delapan Energy
Morowali, SULTENG
Nikel FeNi 350.000 282 Kegiatan konstruksi pabrik pengolahan dan pemurnian sedang berjalan
3. PT Putra Mekongga Sejahtera
Kolaka, SULTRA
Nikel Sponge FeNi
6 ton sponge FeNi per tungku per hari (rencana 10 tungku)
1,7 Produksi dalam skala kecil namun belum memenuhi batasan minimum (produk akhir saat ini adalah nugget iron)
IV. KONDISI HILIRISASI MINERBA (Lanjutan)
No. Perusahaan Lokasi Pabrik Komoditas Produk Akhir
Total kapasitas
(Ton)
Investasi (USD juta)
Kemajuan Konstruksi dan Kendala
4. PT Meratus Jaya Iron Steel
Batu Licin, KALSEL
Besi Pig Iron 315.000 110 • Konstruksi 100% untuk fase 1.
• Nopember 2012 sudah uji produksi.
• Untuk fase 2 yg menghasilkan pig iron belum.
5. PT Sebuku Iron Lateritic Ore (PT SILO)
Kotabaru, KALSEL
Besi Sponge Iron
1.200.000 1.160 •Terdiri dari 3 fase, untuk fase I (rotary dry kiln) sudah 94%
konstruksinya. Rencana komisioning bulan Juni 2013.
•Fase 2 akan jalan pada bulan Juni 2013-Desember 2014. dan fase 3 tergantung finalisasi fase 2.
6. PT Indoferro Cilegon, BANTEN
Besi Pig Iron 500.000 133,5 •Sudah beroperasi di akhir tahun 2012 namun belum memenuhi batasan minimum permen 7 2012.
• Butuh DMO dari PT Vale Indonesia (nikel matte).
IV.4. Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian Berpotensi Untuk Dibangun
IV. KONDISI HILIRISASI MINERBA (Lanjutan)
ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat No. Perusahaan Lokasi
Pabrik Komoditas Produk Akhir
Total kapasitas
(Ton)
Investasi (USD juta)
Kemajuan Konstruksi dan Kendala
7. PT Harita Prima Abadi
Tanah Laut, Kalsel
Bauksit CGA 2.000.000 2.059
8. PT. Indonesia Chemical Alumina (PT.
Aneka Tambang, Tbk.)
Sanggau, Kalbar
Bauksit CGA 300.000 450 Konstruksi sudah 80%,
rencana komisioning bulan Maret 2013.
IV.4. Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian Berpotensi Untuk Dibangun
IV. KONDISI HILIRISASI MINERBA (Lanjutan)
1. Masih banyak hambatan yang dihadapi oleh perusahaan yang akan membangun pabrik pengolahan dan pemurnian, antara lain :
a. Keterbatasan infrastruktur dan energi b. Investasi besar
c. Jaminan pasokan bahan baku d. Pembebasan lahan
2. Pemerintah mendorong agar perusahaan melakukan kerja sama perjanjian pasokan atau konsorsium agar jumlah cadangan mencukupi sesuai dengan umur teknologi dan umur pengembalian modal.
3. Pemerintah memfasilitasi penyediaan infrastruktur dan energi di lokasi pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian.
4. Pemerintah perlu terus mendorong agar pelaksanaan kewajiban pengolahan dan pemurnian mineral secara konsisten pada tahun 2014.
V. PENUTUP
ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat