Occupational Lung Disease:What You Need to Know
2018BISINOSIS Ida Ayu Jasminarti D.K.
Program Stud Spesialis Ilmu Penyakit Paru,
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana - RSUP Sanglah Denpasar
Pendahuluan
Pionir kedokteran okupasi, dr. Bernardino Ramazzini, dalam bukunya menekankan bahaya kesehatan dari pajanan berbahaya zat kimia, debu, logam menyebabkan penyakit dan disabilitas pekerja.
Beliau menghimbau agar para petugas kesehatan menambahkan pertanyaan mengenai pekerjaan saat mendiagnosis penyakit.
Salah satu penyakit paru kerja adalah bisinosis, merupakan penyakit dengan gejala respirasi yang disebabkan oleh pajanan bahan tekstil non sintetik saat proses pembuatannya. Nama lain bisinosis adalah cooton worker’s lung, brown lung disease, Monday fever, dan mill fever. Pada tahun 1978, the Occupational Safety and Health Administration (OSHA) mempublikasikan standar perlindungan pekeraja terkait pajanan debu kapas dengan menerapkan deteksi dini dan pencegahan terhadap bisinosis.
Etiologi
Pajanan debu kapas selama proses manufaktur dapat menyebabkan bisinosis. Namun, pajanan jute, flax, dan hemp juga dapat berkembang menjadi bisinosis. Studi terkini mengidentidikasi adanya endotoksin yang dilepaskan dari dinding sel bakteri pada serat tekstil yang
Occupational Lung Disease:What You Need to Know
2018berkontribusi terhadap gejala bisinosis. Etiologi bisinosis berdasarkan penelitian bertahun-tahun adalah sebagai berikut:
1. Efek mekanis debu kapas yang terhirup ke dalam paru 2. Efek endotoksin bakteri Gram negative pada pernapasan 3. Reaksi alergi karena debu kapas
4. Reaksi zat kimia pada debu kapas di paru yang menyebabkan bronkokontriksi, serta efek enzim proteolitik.
5. Reaksi psikis pekerja.
Ambang kadar debu respirabel berbagai jenis pengolahan kapas yang ditetapkan oleh WHO adalah sebagai berikut:
1. Pemilahan : 0,5 mg/m3 2. Pemintalan : 0,2 mg/m3 3. Pertenunan : 0,75 mg/m3 4. Kapas sisa sementara : 0,5 mg/m3 5. Biji kapas sementara : 0,1 mg/m3 Batas pajanan debu kapas pada pekerja:
1. Menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA) a. Pabrik benang dan pencucian kapas 200 ug/m3
b. Pemotongan dan penenunan 200 ug/m3
c. Limbah pabrik tekstil dan pencucian kapas tingkat terendah pada pabrik benang 200 ug/m3
2. Menurut The National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) batas pajanan yang direkomendasikan < 200 ug/m3
Occupational Lung Disease:What You Need to Know
2018Gejala Klinis
Gejala klasik bisinosis ditandai dengan rasa berat di dada dan kesulitan bernapas yang dialami pekerja saat hari pertama kembali masuk kerja setelah istirahat akhir pekan. Gejala tersebut berlanjut hingga individu tersebut pulang kerja dan dapat bertambah buruk di malam hari.
Pekerja yang terdampak baru akan mengalami gejala setelah terpajan puluhan tahun. Gejala dapat muncul pertama kali setelah bekerja 25 tahun dan pada kasus yang sangat jarang muncul pada individu yang terpajan kontinyu selama 10 tahun. Hal ini membedakan bisinosis dengan asma kerja.
Hinson dkk menyebutkan bahwa gejala gangguan pernapasan lebih sering terjadi pada sektor-sektor yang menghasilkan debu dengan konsentrasi tinggi seperti proses pemintalan serat menjadi benang (spinning) 41,5% , dan penenunan (weaving) 34%. DaCosta menyebutkan frekuensi gejala sesak didapatkan pada pekerja di proses spinning 28,3%, dan 12,7 % pada proses weaving.
Gejala selain yang digambarkan oleh Schilling dialami oleh pekerja dengan bisinosis, antara lain batuk dan mengi. Para pekerja mengatakan batuk dan mengi muncul terutama hari pertama setelah kembali bekerja, tanpa disertai gejala dada terasa berat, sehingga tidak memenuhi kriteria bisinosis. Namun kelompok pekerja tersebut memiliki kemiripan gejala bisinosis dalam hal fitur demografi dan riwayat pajanan, sehingga dapat diasumsikan pekerja mengalami sakit yang sama dengan ekspresi atau manifestasi yang berbeda.
Occupational Lung Disease:What You Need to Know
2018Gejala batuk kronis didefinisikan sebagai batuk yang muncul selama tiga bulan atau lebih. Prevalensi batuk sekitar 16,8% pada pekerja yang terpajan debu kapas, bila dibandingkan dengan petugas administrasi. Ahassan dkk pada studinya menyebutkan angka batuk sebesar 42,9% dikaitkan dengan pajanan debu kapas.
Gejala bronkitis kronik juga dapat dialami pekerja kapas.
Bronkitis kronis didefinisikan sebagai adanya batuk disertai produksi dahak sekurangnya 3 bulan. Pada studi Hinson dkk didapatkan gejala bronkitis kronis 3,4% pada yang terpajan kapas. Glindemeyer dkk menyebutkan prevalensi gejala bronkitis kronik sekitar 5,3%. Akrout dkk mendapatkan angka prevalensi bronkitis kronis yang lebih tinggi yaitu 18,33% pada pekerja yang terpajan kapas. World Health Organization mengelompokkan derajat bisinosis yang bermanifestasi sebagai bronkitis kronis.
Schilling membagi bisinosis berdasarkan gejala klinis
Derajat C 0 Tidak ada keluhan dada terasa berat atau sesak napas
Derajat C ½ Kadang-kadang timbul perasaan dada tertekan atau keluhan akibat iritasi saluran napas pada hari pertama kembali bekerja
Derajat C 1 Keluhan timbul setiap hari pertama bekerja
Derajat C 2 Keluhan timbul hari pertama kembali bekerja dan hari kerja lainnya
Derajat C 3 Derajat C2 disertai gangguan atau penurunan fungsi paru yang menetap.
Occupational Lung Disease:What You Need to Know
2018Dikutip dari (2) Derajat bisinosis berdasarkan WHO
Bisinosis
Derajat B1 Rasa tertekan di dada dan/atau sesak napas pada hari pertama kembali bekerja
Derajat B2 Rasa tertekan di dada dan atau sesak napas pada hari pertama kembali bekerja dan hari selanjutnya Iritasi saluran
napas Derajat RT1
Batuk terkait pajanan debu
Derajat RT2 Produksi dahak persisten diinduksi atau mengalami eksaserbasi oleh pajanan debu
Derajat RT 3 Produksi dahak persisten yang diinduksi atau diperburuk oleh pajanan debu, baik eksaserbasi gejala respiraso atau gejalanya persisten selama 2 tahun atau lebih
Dikutip dari (1) Fisiologi Pernapasan pada Bisinosis
Berdasarkan penelitian potong lintang dan longitudinal prospektif, pada pekerja kapas terjadi penurunan fungsi paru. Penurunan fungsi paru terbesar terjadi pada hari pertama setelah kembali bekerja dibandingkan hari sesudahnya. Pada beberapa studi juga menyebutkan terjadi perubahan caliber saluran naoas kecil yang menunjukkan bahwa proses penyakit bermula dari saluran napas perifer. Selain perubahan fungsi paru, pekerja kapas juga mengalami perubahan reaktivitas jalan napas. Fishwick dan Pickering menunjukkan bahwa bisinosis berkaitan
Occupational Lung Disease:What You Need to Know
2018dengan peningkatan reaktivitas bronkus pada 78% pekerja dengan bisinosis dan 37% pada pekerja yang memiliki gejala non spesifik.
Warburton dkk menambahkan bahwa reaktivitas bronkus mengalami peningkatan paling besar setelah akhir shift kerja pertama dalam satu minggu pada pekerja dengan bisinosis.
Perubahan fungsi paru pada bisinosis berdasarkan kriteria WHO Perubahan akut
Tidak ada efek Penurunan konsisten VEP1 <5% atau peningkatan VEP1 saat menjalani shift
Efek ringan Penurunan konsisten VEP1 5-10% saat menjalani shift
Efek sedang Penurunan konsisten VEP1 10-20% saat menjalani shift
Efek berat Penurunan VEP1 >20% saat menjalani shift Perubahan kronik
Tidak ada efek VEP1 80% prediksi Efek ringan
sedang
VEP1 60-79% prediksi
Efek berat VEP1 <60% prediksi
Dikutip dari (1) Tatalaksana
Menghentikan pajanan harus direkomendasikan pada pekerja yang menderita penyakit terkait pekerjaan. Pengurangan pajanan debu di pabrik dengan modifikasi mesin dan ventilasi akan membantu mencegah bisinosis.
Occupational Lung Disease:What You Need to Know
2018Pemberian medikamentosa seperti bronkodilator, agen anti inflamsi, anti histamine dapat membantu memperbaiki gejala. Steroid inhalasi dapat diberikan pada bisinosis kronik.
Ringkasan
Pajanan kronik debu kapas dapat menyebabkan penyakit saluran napas yang disebut dengan bisinosis. Studi terkini mengidentidikasi adanya endotoksin yang dilepaskan dari dinding sel bakteri pada serat tekstil yang berkontribusi terhadap gejala bisinosis.
Gejala klasik bisinosis ditandai dengan rasa berat di dada dan kesulitan bernapas yang dialami pekerja saat hari pertama kembali masuk kerja setelah istirahat akhir pekan. Penurunan fungsi paru disertai rektivitas bronkus terjadi pada pekerja dengan bisinosis. Tatalaksana medikamentosa pekerja bisinosis adalah dengan memberikan bronkodilator, anti radang, anti histamine. Pengurangan pajanan debu di pabrik dengan modifikasi mesin dan ventilasi akan membantu mencegah bisinosis. Namun, penghentian pajanan harus tetap direkomendasikan pada pekerja yang mengalami bisinosis.
Occupational Lung Disease:What You Need to Know
2018Referensi
1. Niven RM, Pickering CAC. Byssinosis: a review. Thorax 1996; 51:
632-637.
2. Surya Hajar. Bisinosis. Dalam: Buku Ajar - Kolegium Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi.. UI Publishing. 2018: 193-202.
3. Hilson VA, Lokossou VK, Schlunssen V, Agodokpessi G, Sigsgaard T, Fayomi B. Cotton dust exposure and respiratory sisorders among textile workers at a textile company in the southern part of Benin. Int. J. Environ. Res. Public Health. 2016; 13(9):895 4. Hilson VA, Lokossou VK, Schlunssen V, Agodokpessi G, Sigsgaard
T, Fayomi B. The prevalence of byssinosis among cotton workers in the north of Benin. Int. J. Environ. Med. 2014; 5:194-200.
5. Da Costa JT, Barros H, Macedo JA, Ribeiro H, Mayam O, Oino AS.
Prevalence of respiratory diseases in the textile industry.
Relation with dust levels. Acta Med. Port. 1998; 11: 301-309.
6. Ahasan MR, Ahmad SA, Khan TP. Occupational exposure and respiratory illness symptoms among textile industry workers in a developing country. App;. Occup. Environ. Hyg. 2000; 15: 313- 320.
7. Glindmeyer HW. Lefante JJ, Jones RN, Rando RJ, Weill H. Cotton dust and across-shift change in FEV 1 as a predictors of annual change in FEV1. A,. J. Respir. Crit. Care Med 1994; 149: 584-590.