• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis konsumsi energi protokol epidemic dan spray and wait di jaringan opportunistic

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis konsumsi energi protokol epidemic dan spray and wait di jaringan opportunistic"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS KONSUMSI ENERGI PROTOKOL EPIDEMIC DAN SPRAY AND WAIT DI JARINGAN OPPORTUNISTIC

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Program Studi Teknik Informatika

oleh:

Thomas Aquino Adam Nurcahyo 125314106

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

ii

ANALYSIS ENERGY CONSUMPTION OF THE ROUTING PROTOCOL EPIDEMIC VS SPRAY AND WAIT IN OPPORTUNISTIC NETWORKS

A THESIS

Presented as Partial Fulfillment of Requirements to Obtain Sarjana Komputer Degree in Informatics Engineering Department

By:

Thomas Aquino Adam Nurcahyo 125314106

INFORMATICS ENGINEERING STUDY PROGRAM INFORMATICS ENGINEERING DEPARTMENT

FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY SANATA DHARMA UNIVERSITY

(3)

iii SKRIPSI

ANALISIS KONSUMSI ENERGI PROTOKOL EPIDEMIC DAN SPRAY AND WAIT DI JARINGAN OPPORTUNISTIC

Oleh

Thomas Aquino Adam Nurcahyo 125314106

Telah disetujui oleh:

Pembimbing,

(4)

iv SKRIPSI

ANALISIS KONSUMSI ENERGI PROTOKOL EPIDEMIC DAN SPRAY AND WAIT DI JARINGAN OPPORTUNISTIC

Dipersiapkan dan ditulis oleh: Thomas Aquino Adam Nurcahyo

125314106

Telah dipertahankan di depan panitia penguji Pada tanggal, 4 April 2017

dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Henricus Agung Hernawan, S.T., M.Kom. ………... Sekretaris : Puspaningtyas Sanjoyo Adi, S.T., M.T. ………... Anggota : Bambang Soelistijanto, S.T., M.Sc., Ph.D. ………

Yogyakarta, April 2017 Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Sanata Dharma

Dekan

(5)

v MOTTO

“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu”

(6)

vi

PERNYATAAN LEMBAR KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa di dalam skripsi yang saya

tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah

disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 3 April 2017

Penulis

(7)

vii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Thomas Aquino Adam Nurcahyo

NIM : 125314106

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

ANALISIS KONSUMSI ENERGI PROTOKOL EPIDEMIC DAN SPRAY AND WAIT DI JARINGAN OPPORTUNISTIC

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolahnya dalam bentuk pangkalan

data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau

media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya

maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencatumkan nama saya

sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 3 April 2017

Penulis

(8)

viii ABSTRAK

Opportunistic Network (OppNet) merupakan jaringan wireless yang tidak

membutuhkan infrastruktur dalam pembentukannya. Delay Tolerant Network

(DTN) adalah jaringan yang tidak mempermasalahkan delay atau penundaan dalam

pengirimannya. Meskipun tingkat penundaan yang sangat tinggi, jaringan ini masih

dapat bekerja dengan mengandalkan koneksi dengan perangkat yang berada dalam

jangkauannya.

Pada penelitian ini penulis melakukan pengujian pada Protokol Epidemic

dan Spray and Wait diukur dari perbandingan tingkat konsumsi energi dari masing – masing kedua protokol. Penulis melakukan pengujian tersebut menggunakan ONE Simulator. Parameter yang digunakan penulis untuk menguji adalah rata –

rata konsumsi energi perhari pada seluruh node, Jumlah node yang mati pada akhir

dari simulasi, Delivery ratio, Average latency. Skenario yang digunakan penulis

untuk menguji yaitu: Penambahan jumlah Node, Penambahan Message Size,

Penambahan kecepatan Node, Penambahan TTL, dan Penambahan L-Copy pada

Spray and Wait.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa protokol Epidemic sangat boros akan

penggnaan energy dibandingkan Spray and Wait dikarenakan cara kerja protokol

Epidemic dengan melakukan flooding (membanjiri jaringan dengan copy pesan).

Protokol Spray and Wait lebih hemat dalam menggunakan energi dikarenakan cara

kerja protokol Spray and Wait yaitu dengan membatasi jumlah copy pesan yang

beredar. Hasil dari Delivery ratio dan Average Latency menunjukkan bahwa

protokol Epidemic mengungguli Spray and Wait.

Kata Kunci: Opportunistic Network, Epidemic, Spray and Wait, Energy

(9)

x ABSTRACT

Opportunistic Network is a wireless network that not depends on infrastructure

to establish a connection. Delay Tolerant Network is a network that allow delay on

message transmit mechanism. Even though delay level is very high, this network

still working by depends on other device that captured in its radio range.

In this experiment, writer doing an experiment to test an Epidemic Routing

Protocol and Spray and Wait Routing Protocol measured by comparison of its

energy consumption. Writer doing an experiment with the help from ONE

Simulator and using average of energy consumption everyday from all nodes in a

network, number of dead node in the end of simulation, delivery ratio, and average

latency. Writer use a many scenario to prove the energy consumed by Epidemic and

Spray and Wait Routing Protocol, some of them are increasing number of nodes,

increasing the message size, increasing the speed of node movement, increasing the

value of TTL (Time to Live), and increasing the value of L-Copy in the network in

Spray and Wait Routing Protocol.

The result show that Epidemic Routing Protocol consume more energy than

Spray and Wait because Epidemic Routing Protocol based on flooding mechanism,

otherwise Spray and Wait based on limiting the number of message copy that spread

on the network. Simulation result from delivery ratio and average latency on the

Epidemic and Spray and Wait show that Epidemic Routing Protocol have a better

performance rather than the Spray and Wait Routing Protocol.

Keyword : Opportunistic Network, Epidemic, Spray and Wait, Energy

(10)

xi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Analisis Konsumsi Energy Protokol Epidemic dan Spray and Wait di Jaringan Opportunistic”. Tugas akhir ini

merupakan salah satu mata kuliah wajib dan sebagai syarat akademik untuk

memperoleh gelar sarjana komputer program studi Teknik Informatika Universitas

Santa Dharma Yogyakarta. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima

kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis baik selama penelitian

maupun saat mengerjakan tugas akhir ini. Uacapan terima kasih sebesar-besarnya

penulis sampaikan kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani

dalam proses tugas akhir.

2. Orang tua, Bapak Tarsisius Sunarto dan Ibu Hilaria Warsiari, Kepada mbak

tercinta Agatha Uni Asmarani, dan Angela Ami Asmarani, yang telah

memberikan dukungan baik spiritual maupun material.

3. Bambang Soelistijanto, S.T., M.Sc., Ph.D. selaku Dosen Pembimbing tugas

akhir, atas kesabaran dalam membimbing, memberikan semangat, waktu,

dukungan dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis.

4. Bapak Eko Hari Parmadi S.Si., M.Kom. selaku dosen Pembimbing Akademik,

atas bimbingan, kritik dan saran yang telah diberikan kepada penulis.

5. Dr. Anastasia Rita Widiarti, M.Kom. selaku Ketua Program Studi Teknik

Informatika, atas bimbingan, kritik dan saran yang telah diberikan kepada

penulis.

6. Sudi Mungkasi, S.Si., M.Math.Sc., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi, atas bimbingan, kritik dan saran yang telah diberikan kepada

penulis.

7. Kepada seluruh dosen dan karyawan Universitas Sanata Dharma yang rela

mengeluarkan keringat demi berkarya dalam mendidik saya.

8. Teman seperjuangan teman Jaringan Komputer angkatan 2012,

teman-teman Teknik Informatika terima kasih atas dukungan, doa dan semangat yang

(11)

xii

9. Sahabat saya yang selalu memberikan dorongan spiritual dan membantu dalam

proses pemahaman teori skripsi penulis yaitu (Parta Adi Putra, Maria Hilary,

Maria Irmgrad Ratu, Vinsen Muliadi)

10. Teman dalam menghilangkan penat dalam mengerjakan skripsi yang berusaha

menghibur saya dengan mengajak bermain game F1 bersama yaitu Lukas Hari

dan sekaligus partner penulis sebagai asisten laboran.

11. Teman - teman partner game DOTA 2 (Bang Macky, Rata Lu Kent*d, Chocho,

ahiaq, menantu.idaman, Abe, SmartIdea, Na’vi.Dendi, EG.Fear, yang selalu

mengingatkan saya selalu untuk membuat skripsi)

12. Partner dan teman terbaik, Luciana Hani, atas dukungan, semangat, motivasi,

waktu, doa dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam laporan tugas

akhir ini. Saran dan kritik sangat diharapkan untuk hasil yang lebih baik di masa

mendatang.

Penulis,

(12)

xii DAFTAR ISI

SKRIPSI ... i

A THESIS ... ii

SKRIPSI ... iii

SKRIPSI ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN LEMBAR KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvi

BAB I Pendahuluan ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

1.4 Batasan Masalah ... 2

1.5 Metodologi Penelitian ... 3

1.6 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 5

2.1 Jaringan Wireless ... 5

2.2 Mobile Adhoc Network (MANET) ... 5

2.3 Opportunistic Network ... 6

2.3.1 Metode Store, Carry, and Forward ... 7

2.4 Karakteristik OppNet ... 8

2.5 ONE Simulator ... 9

2.6 Protokol Routing ... 10

2.6.1 Epidemic Routing ... 10

(13)

xiii

2.6.3 Binary Spray and Wait ... 14

2.6.4 Source Spray and Wait ... 15

2.7 Movement Model ... 17

2.7.1 Random Waypoint ... 17

2.7.2 Pergerakan Manusia ... 17

BAB III RANCANGAN SIMULASI JARINGAN ... 18

3.1 Parameter Simulasi ... 18

3.2 Parameter Kinerja ... 19

3.3 Topologi Jaringan ... 20

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS ... 21

4.1 Random Waypoint ... 21

4.1.1 Penambahan Jumlah Node (Density) ... 21

4.1.2 Node Speed (Penambahan Kecepatan Node) ... 26

4.1.3 Message Size (Penambahan Message Size) ... 32

4.2 Real Human Trace Haggle Cambridge Imotes ... 37

4.2.1 Penambahan TTL ... 37

4.2.2 Penambahan L Copy ... 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 46

5.1 Kesimpulan ... 46

5.2 Saran ... 46

Daftar Pustaka ... 47

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Metode Store, Carry and Forward di OppNet ... 7

Gambar 2.2 Distribusi pesan pada Epidemic Routing ... 11

Gambar 2.3 Fase Spray And Wait Binary mode ... 15

Gambar 2.4 Fase Spray And Wait Source mode... 16

Gambar 3.1 Jaringan dengan ONE simulator ... 20

Gambar 4.1 Grafik Delivery Probability dan pengaruhnya terhadap penambahan node pada random waypoint ... 21

Gambar 4.2 Grafik pengaruh penambahan node terhadap latency pada pergerakan random waypoint ... 22

Gambar 4.3 Grafik pengaruh Konsumsi Energi dengan bertambahnya jumlah node ... 23

Gambar 4.4 Dead Node dengan jumlah node 80 ... 24

Gambar 4.5 Dead Node dengan Jumlah Node 120 ... 25

Gambar 4.6 Pengaruh penambahan node terhadap Dead Node ... 26

Gambar 4.7 Delivery Probability terhadap penambahan kecepatan ... 27

Gambar 4.8 Grafik pengaruh penambahan kecepatan node ... 27

Gambar 4.9 Grafik pengaruh penambahan node terhadap rata – rata konsumsi energi perhari ... 28

Gambar 4.10 Dead Node pada kecepatan 0.5 – 1.5m/s ... 29

Gambar 4.11 Dead Node pada kecepatan 1.5 – 2.5m/s ... 30

Gambar 4.12 Dead Node pada kecepatan 2.5 – 3m/s ... 31

Gambar 4.13 Dead Node pada kecepatan 4.5 – 5m/s ... 31

Gambar 4.14 Pengaruh penambahan ukuran pesan terhadap Delivery Probability ... 32

Gambar 4.15 Pengaruh penambahan ukuran pesan terhadap latency ... 33

Gambar 4.16 Pengaruh ukuran pesan terhadap penggunaan energi ... 34

Gambar 4.17 Dead Node pada Dead Node pada Size 100k - 500k ... 35

Gambar 4.18 Dead Node pada Size 500k – 1M ... 36

Gambar 4.19 Dead Node pada Size 2M – 2500k ... 36

(15)

xv

Gambar 4.21 Penagruh penambahan TTL terhadap Latency... 38

Gambar 4.22 Pengaruh penambahan TTL terhadap konsumsi Energi ... 39

Gambar 4.23 Dead Node pada TTL 180 ... 40

Gambar 4.24 Dead Node pada TTL 360 ... 41

Gambar 4.25 Dead Node pada TTL 1440 ... 41

Gambar 4.26 Pengaruh penambahan L-Copy terhadap Delivery Ratio…………42

Gambar 4.27 Pengaruh penambahan L-Copy terhadap Latency………...43

Gambar 4.28 Pengaruh penambahan L-Copy terhadap konsumsi Energi……….44

Gambar 4.29 Dead Node pada L-Copy 5……….……….………45

Gambar 4.29 Dead Node pada L-Copy 9………..45

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Table 3.1 Parameter Utama ... 18

Table 3.2 Initial Energy (parameter Utama) ... 18

Table 3.3 Penambahan Node... 18

Table 3.4 Penambahan Node Speed (Kecepatan Node)... 18

Table 3.5 Penambahan Message Size ... 19

Table 3.6 Penambahan Time To Live (TTL) ... 19

Table 4.1 Hasil Delivery Probability Penambahan Jumlah Node pada protokol Epidemic, Binary Spray and Wait, dan Source Spray and Wait menggunakan pergerakan Random Waypoint ... 21

Table 4.2 Pengujian Average Latency dan pengaruhnya terhadap penambahan jumlah node ... 22

Table 4.3 Hasil pengujian pengaruh penambahan kecepatan node terhadap Delivery Probability ... 26

Table 4.4 Hasil pengujian penambahan kecepatan node terhadap Latency ... 27

Table 4.5 Pengaruh Penambahan Message Size terhadap Delivery ratio ... 32

Table 4.6 Pengaruh Penambahan Message Size terhadap Latency... 32

Table 4.7 Pengaruh penambahan TTL terhadap Delivery ratio ... 37

Table 4.8 Pengaruh penambahan TTL terhadap Latency ... 37

Table 4.9 Pengaruh penambahan L-Copy terhadap Delivery ratio……….42

(17)

1 BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Delay Tolerant Network (DTN) adalah jaringan yang tidak

mempermasalahkan delay atau penundaan dalam pengirimannya. Meskipun

tingkat penundaan yang sangat tinggi, jaringan ini masih dapat bekerja.

Contoh penggunaan Delay Tolerant Network (DTN) di masa sekarang bisa

kita lihat pada komunikasi yang sedang dikembangkan oleh NASA yaitu

interplanetary network untuk mengkomunikasikan bumi dengan satelit luar

angkasa, atau bumi dengan bulan, dan atau juga bumi dengan planet – planet

dalam tata surya. Masih dalam konteks interplanetary network, pengiriman

data ini memerlukan beberapa satelit dan stasiun luar angkasa sebagai

router. Pengiriman data dilakukan secara bertahap dari satu node ke node

berikutnya, kemudian disimpan, selanjutnya dapat diteruskan ke node

berikutnya setelah ada koneksi.

Pada permasalahan kali ini, akan dibahas Jaringan Toleransi Tunda

pada smartphone, yang mirip dengan contoh kasus interplanetary network

tapi yang membedakan adalah menggunakan smartphone yang lain sebagai

router. Cara kerja pengiriman data yang dilakukan adalah bertahap dari satu

node ke node yang lain, selanjutnya diteruskan ke node yang lain.

Kebutuhan energi adalah faktor utama dalam kinerja dan penyebaran

komputasi modern dan sistem komunikasi. Dalam hal ini smartphone

menjadi platform komputasi dan komunikasi yang utama. Smartphone

dilengkapi dengan kemampuan komunikasi canggih (Bluetooth dan Wi-Fi),

yang memungkinkan smartphone untuk membawa pesan terutama dalam

Delay Tolerant Network (DTN). Energi pada node dianggap sebagai faktor

yang penting dalam mengirim dan menerima pesan. Banyak upaya telah

dilakukan untuk meningkatkan jumlah energi yang bisa membuat baterai

(18)

2

Pada DTN, sangat penting untuk mempertimbangkan energi yang

masih tersisa dari sebuah node ketikanode tersebut bertemu dengan node

yang lainnya untuk bertukar pesan. Ada beberapa penelitian telah

membahas masalah seperti ini. Dilihat dari jurnal Energy Consumption

Analysis of Delay Tolerant Network Routing ProtocolsRegin A. Cabacas,

Hideaki Nakamura and In-Ho Ra,Kunsan National University South

Korea,Yamaguchi University Ube Japan 2014 mereka melakukan sebuah penelitian dalam membandingkan kebutuhan energi pada protokol yang

berbeda dalam DTN. Untuk menganalisa kebutuhan energi, akan dilakukan

evaluasi kinerja pada masing – masing protokol yang berbasis energi pada

DTN menggunakan metrik seperti Average Remaining Energy dan Number

of Unavailable Nodes untuk mengetahui kebutuhan energi dari protokol –

protokol routing ini yang mengkonsumsi sedikit energi dalam jaringan

tertentu.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah yang didapat

adalah menganalisa kebutuhan energi routing protokol pada Delay Tolerant

Network untuk mengetahui seberapa efisien penggunaan energi yang

digunakan untuk melakukan pertukaran data atau pengiriman data pada

masing – masing protocol routing.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui seberapa efisien

kebutuhan energi yang digunakan pada masing – masing protokol routing

dalam pertukaran data.

1.4 Batasan Masalah

Dalam pelaksanaan tugas akhir ini, masalah dibatasi sebagai berikut:

1. Protokol yang digunakan adalahepidemic, danspray and wait

(19)

3

3. Parameter unjuk kerja yang digunakan adalah Energy Consumption,

DeadNodes, Delivery Probability, dan Average Latency

1.5 Metodologi Penelitian

Adapaun metodologi dan langkah – langkah yang digunakan dalam

pelaksanaan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Studi Literatur

Mencari dan mengumpulkan referensi serta mempelajari teori yang

mendukung tugas akhir ini.

a. Teori protocol Epidemic, dan Spray and wait

b. Teori ONE Simulator

c. Tahap-tahap membangun simulasi

2. Perancangan

Dalam tahap ini penulis merancang skenario sebagai berikut:

a. Penambahan jumlah node (random waypoint)

b. Penambahan ukuran pesan (random waypoint)

c. Penambahan kecepatan node (random waypoint)

d. Penambahan TTL (real human trace)

e. Penambahan L-Copy (real human trace)

3. Pembangunan Simulasi dan Pengumpulan Data

Simulasi Opportunistic Network pada tugas akhir ini menggunakan

ONE simulator.

4. Analisis Data Simulasi

Dalam tahap ini penulis menganalisa hasil pengukuran yang diperoleh

pada proses simulasi. Analisa dihasilkan dengan melakukan

pengamatan dari beberapa kali pengukuran yang menggunakan

parameter simulasi yang berbeda.

5. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan didasarkan pada beberapa parameter unjuk kerja

(20)

4 1.6 Sistematika Penulisan

Secara garis besar skripsi ini terdiri dari 6 (enam) bab dengan

beberapa sub bab. Agar mendapat arah dan gambaran yang jelas mengenai

hal yang tertulis, berikut ini sistematika penulisannya secara lengkap:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini membahas latar belakang masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, studi review

terdahulu, metodologi penelitian, , dan sistematika penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini diuraikan tentang penjelasan Delay Tolerant Network ,

teori masing – masing routingprotokol, teori ONE Simulator, dan tahap –

tahap pembangunan simulasi.

BAB III PERANCANGAN SIMULASI JARINGAN

Pada bab ini dijelaskan tentang perencanaan simulasi dan

perencanaan pengambilan data.

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

Pada bab ini dijelaskan tentang pelaksanaan simulasi dan hasil

analisis data simulasi jaringan.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan-kesimpulan yang didapat dari hasil

penelitian dan berisi saran-saran yang sesuai dengan permasalahan yang

(21)

5 BAB II

LANDASAN TEORI 2.1 Jaringan Wireless

Jaringan wireless merupakan media yang menyediakan pertukaran

data menggunakan media udara. Keuntungan dari wireless adalah mobilitas

yang tinggi dan dapat digunakan hingga jaringan berskala besar, sedangkan

kerugiannya adalah adanya gangguan oleh cuaca atau mungkin terhalang

oleh bangunan seperti rumah, gedung, pepohonan atau perbukitan. Jaringan

wireless yang paling sering kita dengar adalah Wireless Local Area

Networks (WLAN) yang distandarisasi oleh IEEE (Institute of Electrical

and Electronic Engineers). IEEE merupakan sebuah organisasi independen

yang mengatur beberapa standar dalam jaringan lokal dengan menggunakan

media kabel dan jaringan wireless. Topologi jaringan nirkabel dibagi

menjadi dua yaitu topologi nirkabel dengan berbasisi infrastruktur (access

point) dan topologi nirkabel tanpa menggunakan infrasktruktur[1].

2.2 Mobile Adhoc Network (MANET)

Jaringan MANET bersifat sementara sehingga tidak memerlukan

instalasi seperti pada jaringan berbasis infrastruktur. Tetapi routing di

MANET menyediakan end-to-end path dari source ke destination. Beberapa

contoh penerapan MANET antara lain pembangunan pusat-pusat

komunikasi di daerah bencana alam yang mengalami kerusakan prasarana

jaringan komunikasi fisik, sarana koneksi internet pada booth suatu event

yang tidak dimungkinkan untuk membangun jaringan kabel atau

ketersediaan layanan jaringan [2]. Inteferensi pada MANET sangat besar,

hal itu disebabkan karena pergerakan node di MANET yang tidak dapat

diprediksi dan topologi jaringan yang berubah begitu cepat. Pada routing

protokol di MANET yang dimaksudkan dengan cost adalah biaya untuk

membawa paket sampai di destination. Cost di MANET diasumsikan

dengan banyaknya buffer yang dipakai dan banyaknya control paket yang

(22)

6

berhubungan dengan buffer atau storage dan cost yang kedua adalah power

atau baterai. Fungsi utama routing pada MANET adalah mencari jalur dari

source ke destination. Tantangan pada MANET adalah link terputus karena

node yang sering berpindah-pindah, paket lost dikarenakan transmisi error,

bandwidth yang terbatas dan perubahan topologi jaringan yang terjadi

secara dinamis.

2.3 Opportunistic Network

Opportunistic Network atau yang biasa disingkat OppNet adalah

evolusi yang menarik dari MANETs. Protokol komunikasi ini menyediakan

koneksi dalam keadaan konektivitas end-to-end yang tidak normal. OppNet

memungkinkan komunikasi dalam lingkungan dengan waktu penundaan

yang besar dan berubah-ubah, serta tingkat error yang tinggi. Penelitian ini

bertujuan untuk menguji kinerja protokol routing OppNet sehingga

didapatkan solusi optimal untuk pengiriman data berukuran besar dengan

memanfaatkan alat transportasi sebagai router di Opportunistic

Network.Pada jaringan ini, meskipun delay (waktu jeda) dalam jaringan

cukup tinggi, maka OppNet tetap dapat bekerja. Apabila suatu saat salah

satu node yang menjadi router mengalami suatu masalah, maka OppNet

tetap dapat bekerja. Data akan ditahan di node (router) terakhir yang

berfungsi. Selanjutnya paket data tersebut akan diteruskan ke node

berikutnya apabila node berikutnya telah berfungsi.

OppNet merupakan arsitektur yang cocok pada jaringan “menantang” (challenged). Maksud dari “menantang” adalah jaringan yang penuh dengan masalah, seperti delay yang lama, koneksi yang sering

terputus dan tingkat error yang tinggi. Perlu diketahui terciptanya konsep

OppNet adalah untuk komunikasi luar angkasa. Komunikasi luar angkasa

memiliki karakter delay pengiriman yang lama (akibat jarak yang jauh) dan

koneksi end-to-end yang tidak selalu ada (bahkan tidak ada). Misalkan pada

pengiriman data dari stasiun bumi ke sebuah kendaraan di Mars. Pengiriman

(23)

7

Gambar 2.1 Metode Store, Carry and Forward di OppNet Koneksi end-to-end hampir mustahil dibangun sehingga pengiriman data

dengan TCP/IP tidak mungkin dilakukan. Yang memungkinkan adalah

mengirim data secara bertahap dari satu node ke node berikutnya, kemudian

disimpan. Selanjutnya dapat diteruskan ke node berikutnya setelah ada

koneksi. Dengan DTN, model pengiriman data seperti ini sangat mungkin

untuk dilakukan.

2.3.1 Metode Store, Carry, and Forward

OppNet dapat bekerja pada jaringan yang penuh dengan

hambatan seperti koneksi sering putus dan tingkat delay yang tinggi

karena pada menggunakan metode Store, Carry and Forward.

Metode Store, Carry and Forward berarti sebuah paket data saat

melewati node-node perantara (router) akan disimpan terlebih

dahulu sebelum diteruskan. Hal ini untuk mengantisipasi seandainya

node berikutnya tidak dapat dijangkau (mati) atau ada kendala lain.

1) Store : Setiap node di OppNet menyimpan setiap pesan

yang masuk.

2) Carry : Noderelay membawa pesan untuk disampaikan ke

destination

3) Forward: Mengirim pesan ke node lainnya menuju tujuan

setiap kali kontak dimulai.

Gambar menunjukkan proses pengiriman data dari node

source dengan tujuan akhir nodedestination. Saat melewati node R2

(24)

8

menyimpan pesan terdahulu dan kemudian ia akan mebawa pesan

tersebut menuju node R3. R3 akan menyimpan pesan tersebut

membawa pesan ke destination. Metode store, Carry and forward

berbeda dengan proses pengiriman data pada TCP/IP. Pada TCP IP,

router hanya menerima data dan langsung mem-forward.

Akibatnya, jika koneksi putus di suatu tempat, data yang sedang

dalam proses pengiriman tersebut akan hilang (drop).

Metode Store, Carry dan Forward memiliki konsekuensi

yaitu setiap node harus memiliki media penyimpanan (storage).

Storage digunakan untuk menyimpan data apabila koneksi dengan

node berikutnya belum tersedia. Oleh karena itu, router yang hanya

terdiri atas router board seperti yang biasa dipakai dalam jaringan

TCP/IP tidak dapat digunakan di OppNet. Router pada jaringan

OppNet harus memiliki media penyimpan, contohnya pada router

yang berupa PC.

Dalam OppNet, proses Store, Carry and Forward dilakukan

pada sebuah layer tambahan yang disebut Bundle layer, dan data

yang tersimpan sementara disebut dengan bundle. Bundle layer

adalah sebuah layer tambahan untuk memodifikasi paket data

dengan fasilitas-fasilitas yang disediakan OppNet. Bundle layer

terletak langsung di bawah layer aplikasi. Dalam bundle layer, data

dari layer aplikasi akan dipecah-pecah menjadi bundle [3]. Bundle

inilah yang akan dikirim ke transport layer untuk diproses lebih

lanjut.

2.4 Karakteristik OppNet

Beberapa karakteristik dari jaringan ini adalah :

a. Pemutusan

Tidak ada koneksi antara jumlah node.

b. Intermittent Connectivity

(25)

9 c. Latency Tinggi

Latency didefinisikan sebagai end-to-end delay antara node. Latency

tinggi terjadi karena jumlah pemutusan antara node.

d. Low Data Rate

Data Rate adalah tingkat yang menggambarkan jumlah pesan yang

disampaikan dibawah jangka waktu tertentu. Low data rate terjadi karena

penundaan yang lama antara transmisi.

e. High Error Rate

Jika kesalahan bit terjadi pada link, maka data membutuhkan koreksi

kesalahan. Untuk mentransmisikan semua paket, dibutuhkan lalu lintas

jaringan yang lebih.

f. Sumber Daya Yang Terbatas

OppNet memiliki kendala pada sumber daya. Hal ini membutuhkan

desain protokol untuk mengefesienkan sumber daya. Dengan kata lain,

penggunaan node harus mengkonsumsi sumber daya perangkat keras

secara terbatas seperti CPU, memori (RAM) dan baterai. Protokol

routing yang baik akan mempengaruhi sumber dari beberapa node.

Sebagai contoh, node dapat memilih untuk mengalihkan beberapa bundel

mereka untuk disimpan ke node lain untuk membebaskan memori atau

untuk mengurangi biaya transmisi.

g. Panjang Antrian Delay

Setiap node memiliki buffer sendiri untuk pesan store, sering dapat

menyebabkan pemutusan panjang antrian penundaan.

2.5 ONE Simulator

One Simulator adalah singkatan dari Opportunistic Network

Environment simulator. Merupakan simulator yang memodelkan

pergerakan node, hubungan antar node, routing dan penanganan pesan.

Hasil dan analisis didapatkan melalui visualisasi, laporan dan

post-processing tools. ONE simulator merupakan simulasi yang mampu:

(26)

10

• Me-routing pesan antar node dengan berbagai algoritma routing DTN, mengirim serta tipe pengiriman dan penerimaan.

• Memvisualisasikan mobilitas dan pesan secara real time di antarmuka pengguna grafis.

ONE dapat mengimpor data mobilitas dari real-world traces atau

generator mobilitas lainnya. Hal ini juga dapat menghasilkan berbagai

laporan dari pergerakan node.

2.6 Protokol Routing

2.6.1 Epidemic Routing

Routing Epidemic menggunakan konsep flooding (replikasi)

di jaringan mobile yang koneksinya tidak tersedia secara terus

menerus. Hal ini merupakan salah satu strategi yang pertama kali

digunakan untuk memungkinkan pengiriman message pada jaringan

Opportunistic. Pada Epidemic setiap node menyimpan daftar semua

ID message yang dibawa (ID message) yang pengirimannya

tertunda. Setiap kali bertemu node lain, relay node saling bertukar

informasi message (summary vector) untuk mengecek apakah node

memiliki kesamaan ID. Routing Epidemic sangat boros buffer

karena ketika bertemu dengan node lain, node source akan

memberikan copy message ke semua node relay.

Karena terbatasannya kapasitas wireless yang merupakan

tipikal dari jaringan wireless maka message akan di drop dan

ditransmisikan ulang (retransmissions). Salah satu pendekatan

sederhana untuk mengurangi overhead of flooding adalah dengan

hanya sekali memforward sebuah copy message dengan probabilitas

P < 1. Pada routing Epidemic, Delivery Ratio dan Delivery Delay

bagus karena setiap kali node bertemu dengan node yang lain selalu

menyebarkan copy message atau mengcopy message ke node

tetangga yang dijumpai. Sehingga dalam hal ini routing Epidemic

(27)

11

Wait. Konsep Protokol Epidemic adalah konsep flooding. Apabila

node S mengenerate copy message dan bertemu dengan node C

maka node S akan memberikan copy message kepada node C. Hal

yang sama akan dilakukan oleh node C ketika bertemu dengan node

relay yang lain sampi salah satu node bertemu dengan node

destiantion dan memberikan copy pesan.

Algoritma Epidemic Routing (Nj) while Ni is contact with Nj do

send summary_vector(Nj) receive summary_vector (Ni)

while ∃ m ϵ buffer(Nj) do

if∃ m ϵbuffer(Nj) ≠ ∃ m ϵ buffer(Ni) then replicate (m, Ni)

end if end while end while

Gambar 2.2 Distribusi pesan pada Epidemic Routing

2.6.2 Spray and Wait

Routing Spray and Wait mengatasi masalah flooding yang

terjadi pada routing Epidemic, tetapi pada Spray and Wait berusaha

untuk mengontrol jumlah copy message untuk mengurangi cost pada

konsepflooding pada Epidemic. Awalnya penyebaran message

dilakukan dengan cara yang sama dengan Epidemic. Ketika message

telah menyebar di setiap relay node untuk menjamin bahwa

(28)

12

destination dengan cepat (dengan probabilitas yang tinggi), ketika

node destination tidak ditemukan maka relay node dapat melakukan

transmisi secara langsung ke node destination (direct transmission).

Dengan kata lain, routing Spray and Wait merupakan

tradeoff antara strategi single-copy dan strategi multi-copy. Jika

routing protokol di jaringan Opportunistic (OppNet) salah satunya

menggunakan multiplecopy atau mengcopy message ke semua relay

node yang ditemui dengan tujuan agar Delivery Ratio dan latency

yang bagus. Tetapi konsekuensi dari multiple-copy itu sendiri adalah

penggunaan node resourcenya. Contoh resources adalah buffer dan

power atau baterai. Menurut Spyropoulus et al. Spray and Wait

mengambil keuntungn dari Routing Epidemic dengan transmisi

message lebih cepat dan Delivery Ratio yang tinggi dan proses

forwading ke destination secara langsung. Tujuan dari routing Spray

and Wait adalah mengontrol flooding dengan membatasi atau

mengurangi jumlah copy (L) yang dibuat dan mengurangi overhead

di Epidemic yang berhubungan dengan jumlah node (N). Pergerakan

node atau skenario dari routing Spray and Wait yang digunakan

adalah random waypoint dan working day. Kerugian dari routing

protokol Spray and Wait adalah latency yang tinggi, Random

Movement (node bergerak secara acak). Secara khusus protokol

routing yang efisien dalam hal ini harus :

• Melakukan transmisi secara signifikan dari epidemic dan konsep routing yang berbasis flooding pada semua kondisi.

• Menghasilkan pertentangan yang rendah terutama dibawah semua kondisi.

• Mencapai latency yang lebih baik dari skema single-copy dan multiplecopy untuk mencapai titik optimal.

• Menjadi sangat scalable, yaitu routing tetap menjaga perilaku kinerja meskipun terjadi perubahan ukuran jaringan maupun

(29)

13

• Ketika akan mentransmisikan copy message, routing Spray and Wait selalu konsisten mengikuti dua fase yang terbentuk pada

routing itu sendiri (Binary Spray).

S adalah node Soruce dan D adalah node Destination, dalam

hal ini tidak ada jalur yang terhubung secara langsung dari node

Source ke node Destination. Dalam keadaan ini semua protokol

konvensional akan gagal dalam hal pengiriman pesan secara

langsung. Pada skema routing protokol, node source mengirimkan

copy message ke node destination dengan cara mengcopy message ke node tetangga atau node “relay” atau L message copies diteruskan oleh node source untuk L relay yang berbeda. Routing Spray and

Wait terdiri dari dua fase yaitu :

Fase Spray Fase yang pertama adalah fase Spray dimana

node Source mengenerate L copies untuk disebarkan ke relay node.

Fase Spray membatasi message yang dicopy untuk meminimalkan

penggunaan sumber daya (resource) jaringan. Pada fase Spray,

proses multi-cast dilakukan untuk mengirim beberapa copy message

dari source ke relay node. Jika destination tidak ditemukan dalam fase Spray maka node akan memasuki tahap “wait” dimana setiap relay node yang memiliki copy message menunggu sampai node

tujuan ditemukan untuk mentransmisikan message.

Fase Wait Fase yang kedua adalah fase Wait. Jika node

destination tidak ditemukan dalam fase Spray, maka setiap relay

node yang membawa L copy melakukan transmisi langsung ke node

destination yaitu meneruskan message hanya untuk node

destination. Pada fase Wait node diperbolehkan untuk

menyampaikan message ke node destination menggunakan

transmisi secara langsung (direct transmission) ketika

Time-To-Livenya berakhir. Pada fase Wait sebuah node akan meneruskan

(30)

14

dan relay node yang hanya memegang satu copy message akan

masuk dalam fase Wait. Pada fase ini, relay node akan menunggu

sampai bertemu node destination dan melakukan transmisi.

Intermittently Connected Mobile Networks (ICMN) adalah

jalur wireless yang tersebar dimana-mana yang sebagian besar

nodenya tidak memiliki jalur (path) lengkap atau tidak terhubung

secara langsung dari node source ke node destination atau tidak ada

end-to-end path. Hal ini dapat dilihat dari rangkaian yang terputus

dengan waktu yang bervariasi dari kumpulan node.

2.6.3 Binary Spray and Wait

Pada Binary Spray and Wait, baik node source maupun node

relay membawa copy message n (n > 1) forwading tokens dan

bertemu dengan relay node yang tidak memiliki copy message maka

node yang membawa copy message akan memforwadcopy message

ke node yang lain. Node yang memiliki forwadingtoken akan

mengcopy message n/2 ke relay node. Ketika node memiliki copy

message tapi hanya dengan satu forwading token maka node akan

masuk dalam fase wait dan menunggu sampai node bertemu dengan

node destination untuk mentrasmisikan copy message secara

langsung.

Pada fase Spray, copy message akan didistribusikan secara

cepat ke relay node yang lain seperti pohon biner yang ditunjukan

pada gambar diatas. Asumsikan node S menghasilkan message

dengan empat forwadingtoken, ketika node S bertemu dengan node

A tanpa copy message maka node S akan memforwading copy

message dan memberikan dua forwadingtoken ke node A.

Kemudian node S dan node A akan mengulangi operasi serupa

sampai mereka hanya memiliki satu forwading token dan akan

masuk dalam fase kedua yaitu fase wait, dimana node S dan node A

(31)

15

bertemu dengan node destination untuk mentransmisikan

messagenya secara langsung. Strategi Spray And Wait yang

membatasi copy message sehingga mengkonsumsi sumber daya di

jaringan lebih sedikit.

Gambar 2.3 Fase Spray And Wait Binary mode

Algoritma Spray And Wait Binary mode L < n

replicate(m,n)

calculate_floor(nm/2)

while Ni is contact with node Nj

while ∃ m ϵ buffer(Nj)

while ∃ m ϵ buffer(Nj) ≠ ∃ m ϵ buffer (Ni)

if nm= 1 && Ni is not final

skip end if else

then forward (m,floor(nm))

end end while end while

end while

2.6.4 Source Spray and Wait

Pada Source Spray and Wait message didistribusikan tidak

(32)

16

node Source yang bisa memberikan copy message ke node relay.

Node relay tidak dapat memberikan copy message ke node relay

yang lain karena hanya node Source yang dapat mengenerate copy

message. Node relay hanya berisi ID node destination. Ketika

bertemu dengan node destination maka node relay langsung

memberikan copy message yang dibawa.

Gambar 2.4 Fase Spray And Wait Source mode

Algoritma Spray And Wait Source mode L < n

replicate(m,n)

while Ni is contact with node Nj

while ∃ m ϵ buffer(Nj)

while ∃ m ϵ buffer(Nj) ≠ ∃ m ϵ buffer (Ni)

if nm= 1 && Ni is not final

skip end if else

then forward end

end while end while

(33)

17 2.7 Movement Model

2.7.1 Random Waypoint

Model pergerakan Random Waypoint merupakan model

pergerakan yang standar, dimana node bergerak dan berpindah

secara random (acak) untuk pergerakan pada pengguna ponsel tetapi

ada pouse time. Pergerakan node yang random juga menentukan

destination secara random. Setiap node mobilitas mulai bergerak

secara random atau acak dan berhenti beberapa saat untuk jangka

waktu tertentu (pause time), ketika waktu jeda berakhir, node akan

menentukan destinantion secara acak dengan kecepatan yang acak.

Probabilitas dalam pengiriman pesan menggunakan pola pergerakan

random mengasumsikan semua node memiliki probabilitas yang

sama.

2.7.2 Pergerakan Manusia

Pergerakan manusia adalah pergerakan yang cocok untuk menerapkan Delay Tolerant Network. Pergerakan manusia ini tidak

bergerak secara random, tetapi manusia bergerak menuju titik

tertentu untuk melakukan sebuah kegiatan yang biasa mereka

lakukan. Pergerakan manusia memliki probabilitas bertemu yang

berbeda – beda. Manusia tentu melakukan pergerakan dengan

pengaruh lingkungan sosial seperti ketertarikan terhadap sesuatu.

Karena ketertarikan terhadap sesuatu dan lingkungan sosial inilah

yang membuat pergerakan manusia jadi mudah diramalkan.

Untuk mengambil data pada pergerakan manusia digunakan

set data dari Haggle4-Cam-Imote. Haggle4-Cam-Imote adalah set

data dari sebuah pergerakan yang dicoba di Cambridge dengan

menggunakan alat bernama iMotes dan bluetooth sebagai interface.

Jumlah node yang digunakan untuk menjalankan simulasi

menggunakan data set ini adalah sebanyak 36 node dengan lama 11

(34)

18 BAB III

RANCANGAN SIMULASI JARINGAN 3.1 Parameter Simulasi

Pada penelitian ini sudah ditentukan parameter-parameter jaringan

untuk skenario pergerakan node.

Table 3.1 Parameter Utama

Parameter Simulasi

Skenario mobility Random Waypoint, Real Human Trace (Haggle Infocom 4-Cambrige Imoets) Waktu simulasi 950400 (11 hari)

Simulation Area 2500x2500 meter Interval generasi pesan 900-920 second

Node buffer size 64 MB

World Size

Table 3.2 Initial Energy (parameter Utama)

Initial Energy 4400 unit

Group.scanEnergy 0.05

Group Transmit Energy 2 Group scan Respon Energy 0.05

Table 3.3 Penambahan Node

Movement Model Random Waypoint Jumlah Node 40; 80; 120; 160; 200

TTL 1440

Message Size 500kB-1MB Node Speed 0.5-2.5 m/s

Table 3.4 Penambahan Node Speed (Kecepatan Node)

Movement Model Random Waypoint

Jumlah Node 50

TTL 1440

Message Size 500kB-1MB

(35)

19

Table 3.5 Penambahan Message Size

Movement Model Random Waypoint

Jumlah Node 50

TTL 1440

Message Size 100kB-500kB; 500kB-1MB; 1MB-1.5MB; 1.5MB-2MB; 2MB-2.5MB Node Speed 05-2.5 m/s

Table 3.6 Penambahan Time To Live (TTL)

Movement Model Haggle 4 - Cambridge Imoets

Jumlah Node 37

TTL 1440

Message Size 500kB-1MB Node Speed 05-2.5 m/s

3.2 Parameter Kinerja

Empat parameter yang dipakai dalam tugas akhir ini adalah :

a. Nodes Energy Consumption

Adalah rata – rata penggunaan energi pada setiap node.

b. Dead Node

Adalah node yang mati karena kehabisan energy.

c. Delivery Ratio

Delivery Probability merupakan banyaknya message yang terkirim ke

destiantion dari message yang dibuat (original message).

Delivery Ratio = � � � � � � � �

d. Average Latency

Merupakan parameter untuk mengetahui berapa lama waktu pesan

terkirim mulai dari saat pesan mulai di Generate hingga pesan sampai

pada destination.

(36)

20 3.3 Topologi Jaringan

Bentuk topologi jaringan OppNet tidak dapat diketahui sebelumnya

karena itu topologi jaringan ini dibuat secara random. Hasil dari simulasi

baik itu posisi node, pergerakan node dan juga koneksi yang terjadi tentunya

tidak akan sama dengan topologi yang sudah direncanakan.

Berikut adalah salah satu contoh jaringan screenshot jaringan

dengan ONE simulator.

(37)

21 BAB IV

PENGUJIAN DAN ANALISIS

Untuk melakukan pengujian routing Protokol Epidemic, Binary Spray and Wait dan

Source Spray and Wait maka dilakukan pengujian dengan beberapa skenario

dibawah ini :

4.1 Random Waypoint

4.1.1 Penambahan Jumlah Node (Density)

Table 4.1 Hasil Delivery Probability Penambahan Jumlah Node pada protokol Epidemic, Binary Spray and Wait, dan Source Spray and Wait menggunakan pergerakan Random Waypoint

Jumlah Node

Delivery Probability Source Spray

and Wait

Binary Spray and Wait

Epidemic

Node 40 0.3256 0.3314 0.3815

Node 80 0.4085 0.4119 0.6455

Node 120 0.4181 0.4239 0.7476

Node 160 0.4547 0.4509 0.7861

Node 200 0.456 0.4569 0.7881

Gambar 4.1 Grafik Delivery Probability dan pengaruhnya terhadap penambahan node pada random waypoint

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1

40 80 120 160 200

De

li

v

ery

P

ro

b

ab

il

it

y

Number of Node Delivery Probability

(38)

22

Table 4.2 Pengujian Average Latency dan pengaruhnya terhadap penambahan jumlah node

Jumlah Node

Average Latency Source Spray

and Wait

Binary Spray and Wait

Epidemic Node 40 48580.4467 46307.9773 43983.542 Node 80 42874.7377 42031.6207 40618.135 Node 120 42242.5972 42022.08 34218.445 Node 160 41749.1267 39752.1679 28975.1985 Node 200 40247.3754 40017.426 19327.9252

Gambar 4.2 Grafik pengaruh penambahan node terhadap latency pada pergerakan random waypoint

Pada pergerakan random waypoint, maka probabilitas bertemu antar

node sama. Dengan bertambahnya jumlah node, maka beban akan

semakin betambah dengan meningkatnya copy message. Pada grafik

pengaruh Delivery Probability (Gambar 4.1), tingkat keberhasilan

pesan sampai ke tujuan semakin besar diikuti dengan penambahan

jumlah node. Meningkatnya Delivery Probability pada penambahan

node dikarenakan semakin padatnya jaringan dengan node akan

memudahkan node pembawa pesan bertemu dengan node lain untuk 0

10000 20000 30000 40000 50000 60000

40 80 120 160 200

L

aten

cy

s

ec

)

Number of Node

Average Latency vs Number of Node

(39)

23

mentransmisikan pesan. Karena peluang bertemu semakin besar, maka

peluang pesan terkirim akan semakin meningkat pula.

Demikian karena pengaruh penambahan node terhadap Delivery

Probability yang semakin meningkat maka ada pengaruh juga terhadap

Latency. Karena kemungkinan node bertemu semakin besar, maka

Latency juga akan semakin menurun (Gambar 4.2).

Gambar 4.3 Grafik pengaruh Konsumsi Energi dengan bertambahnya jumlah node

Dilihat dari Gambar 4.3 dapat disimpulkan bahwa penambahan

jumlah node mempengaruhi banyaknya konsumsi energi. Penambahan

node menyebabkan jaringan semakin padat dan meningkatkan peluang

node untuk saling bertemu dengan node yang lain. Semakin mudah

bertemu, maka node – node akan membutuhkan lebih banyak energi

untuk mentranmisikan pesan. Pada Gambar 4.3 protokol Epidemic

sangat boros dalam penggunaan energi karena Epidemic membanjiri

jaringan dengan pesan setiap kali bertemu node lain dengan summary

vector yang berbeda. Berbeda dengan Epidemic, protokol Spray and

Wait mengkonsumsi energi lebih sedikit dibanding protokol Epidemic

karena Spray and Wait membatasi jumlah pesan yang dikirim. Gambar 3800

4000 4200 4400 4600 4800 5000

40 80 120 160 200

E

n

er

g

y

(

Un

it)

Jumlah Node

Rata - Rata Konsumsi Energi perhari

(40)

24

4.4 menunjukkan pengaruh banyaknya node yang mati terhadap

penambahan jumlah node. Dalam hal ini protokol Epidemic memiliki

lebih banyak node yang mati karena kehabisan banyak energi

dibandingkan protokol Spray and Wait. Pada protokol Spray and Wait,

binary mode lebih banyak menghabiskan energi dibandingkan dengan

source mode, karena node relay pada binary mode dapat membagikan

copy pesan kepada node lain selama pesan lebih dari 1, sedangkan node

relay pada source mode tidak bisa membagikan copy pesan, karena

node relay hanya membawa 1 pesan untuk disampaikan ke node

destination saja.

Gambar 4.4a Dead Node dengan jumlah node 80

0 10 20 30 40 50 60 70 80

9 10 11

N

um

ber

of

D

ea

d

N

ode

Waktu (Hari)

Node 80

Spray And Wait Source Spray And Wait Binary Epidemic

0 20 40 60 80

10 11

N

um

ber

of

D

ea

d

N

ode

Waktu (Hari)

Node 80

(41)

25

Gambar 4.5b Dead Node dengan Jumlah Node 120

0 20 40 60 80 100 120

9 10 11

Nu

m

b

er

o

f

Dea

d

No

d

e

Waktu (Hari)

Node 120

Spray And Wait Source Spray And Wait Binary Epidemic

0 20 40 60 80 100 120

9 10 11

Nu

m

b

er

o

f

Dea

d

No

d

e

Waktu (Hari)

Node 120

(42)

26

Gambar 4.6c Pengaruh penambahan node terhadap Dead Node

4.1.2 Node Speed (Penambahan Kecepatan Node)

Table 4.3 Hasil pengujian pengaruh penambahan kecepatan node 0 20 40 60 80 100 120 140 160

9 10 11

Nu m b er o f Dea d No d e Waktu (Hari) Node 160

Spray And Wait Source Spray And Wait Binary Epidemic

0 20 40 60 80 100 120 140 160

9 10 11

Nu m b er o f Dea d No d e Waktu (Hari) Node 160

Spray And Wait Source Spray And Wait Binary

Speed (m/s) Delivery Probability Source Spray and Wait Binary Spray

and Wait Epidemic

0.5 - 1.5 0.0998 0.3453 0.5528

1.5 - 2.5 0.215 0.4086 0.5816

2.5 - 3.5 0.21 0.3376 0.5432

3.5 - 4.5 0.203 0.2685 0.4165

(43)

27 terhadap Delivery Probability

Gambar 4.7 Delivery Probability terhadap penambahan kecepatan

Table 4.4 Hasil pengujian penambahan kecepatan node terhadap Delivery Probability

Gambar 4.8 Grafik pengaruh penambahan kecepatan node Semakin bertambahnya kecepatan node, dapat

mempengaruhi tingkat keberhasilan pesan sampai ke destination.

0 0.2 0.4 0.6 0.8

0.5 - 1.5 1.5 - 2.5 2.5 - 3.5 3.5 - 4.5 4.5 - 5.5

Deliv er y P ro b ab ilit y

Number of Speed (m/s)

Delivery Probability

Source Binary Epidemic

0 10000 20000 30000 40000 50000 60000

0.5 - 1.5 1.5 - 2.5 2.5 - 3.5 3.5 - 4.5 4.5 - 5.5

A v era g e L aten cy

Number of Speed (m/s) Average Latency

Source Binary Epidemic

Speed (m/s)

Average Latency Source Spray

and Wait

Binary Spray and

Wait Epidemic

0.5 - 1.5 54840.44 48562.73 45320.267

1.5 - 2.5 52577.79 47785.15 43690.881

2.5 - 3.5 52507.36 47273.6 43682.304

3.5 - 4.5 52477.79 47270.76 43578.563

(44)

28

Jika dilihat dari Gambar 4.5 Laju Delivery Probability menanjak dan

kembali menurun diikuti dengan penambahan kecepatan node.

Dengan bertambahnya kecepatan node, maka peluang bertemu

dengan node lain semakin banyak untuk melakukan scan, transmit

message, receive. Karena dengan banyaknya peluang bertemu

dengan node lain maka delivery probability meningkat. Tetapi di sisi

lain, dengan bertambahnya tingkat kecepatan node, maka akan

mengganggu proses transmisi. Akibat peningkatan kecepatan node

banyak proses transmisi yang gagal dikarenakan node yang saling

mentransmisikan pesan akan lebih cepat keluar dari radio range

kedua node tersebut sebelum pesan tuntas terkirim.

Gambar 4.9 Grafik pengaruh penambahan node terhadap rata – rata konsumsi energi perhari

Gambar 4.7 menunjukkan bahwa dengan bertambahnya

kecepatan node akan membuat probabilitas bertemu semakin tinggi

sehingga membuat node pembawa pesan harus berinteraksi (scan,

scan response, transmit) dengan node yang ditemuinya. Karena dengan bertambahnya jumlah interaksi pada node, maka masing –

masing node membutuhkan konsumsi energi yang lebih banyak.

Dari sisi lain, semakin cepat node bergerak akan mempengaruhi

4100 4200 4300 4400 4500 4600 4700 4800 4900

0.5 - 1.5 1.5 - 2.5 2.5 - 3.5 3.5 - 4.5 4.5 - 5.5

Ener

g

y

(

U

ni

t)

Number of Speed (m/s)

Rata - Rata Konsumsi Energi perhari

(45)

29

proses interaksi. Semakin cepat node bergerak maka interaksi antar

node juga akan cepat terputus karena kemungkinan keluar dari

jangkauan radio range. Pertemuan antar node akan lebih banyak

karena penambahan kecepatan, tetapi penggunaan energi akan lebih

sedikit karena semakin singkatnya waktu bertemu. Jika dilihat dari

Gambar 4.7 node dengan kecepatan 1.5 – 2.5 m/s adalah sebagai

puncak dari banyaknya konsumsi energi.

Gambar 4.10a Dead Node pada kecepatan 0.5 – 1.5m/s

0 10 20 30 40 50

9 10 11

N

um

ber

of

D

ea

d

N

ode

Waktu (Hari)

Speed 0.5 - 1.5 m/s

Source Binary

0 10 20 30 40 50

9 10 11

N

um

ber

of

D

ea

d

N

ode

Waktu (Hari)

Speed 0.5 - 1.5 m/s Source vs Binary

(46)

30 0 10 20 30 40 50

9 10 11

N um ber of D ea d N ode Hari

Speed 1.5 - 2.5 m/s

Source Binary Epidemic

0 10 20 30 40 50

9 10 11

N um ber of D ea d N ode Waktu (Hari)

Speed 1.5 - 2.5 m/s Source vs Binary

Source 0 10 20 30 40 50

9 10 11

N um ber of D ea d N ode Hari

Speed 2.5 - 3 m/s

Source Binary

(47)

31

Gambar 4.12 c Dead Node pada kecepatan 2.5 – 3m/s

Gambar 4.13d Dead Node pada kecepatan 4.5 – 5m/s 0 10 20 30 40 50

9 10 11

N um ber of D ea d N ode Hari

Speed 2.5 - 3 m/s Source vs Binary

Source Binary 0 10 20 30 40 50

9 10 11

N um ber of D ea d N ode Waktu (Hari)

Speed 4.5 - 5 m/s

Source Binary 0 10 20 30 40 50

9 10 11

N um ber of D ea d N ode Waktu (Hari)

Speed 4.5 - 5 m/s Source vs Binary

(48)

32

4.1.3 Message Size (Penambahan Message Size)

Table 4.5 Message Size (Penambahan Message Size)

Message Size

Delivery Probability Source Spray

and Wait

Binary Spray and

Wait Epidemic

100k - 500k 0.6876 0.7943 0.8362

500k - 1M 0.2207 0.3952 0.5816

1M - 1500k 0.1036 0.1996 0.3071

1500k - 2M 0.0307 0.0653 0.0864

2M - 2500k 0.0154 0.0211 0.0461

Gambar 4.14 Pengaruh penambahan ukuran pesan terhadap Delivery Probability

Table 4.6 Message Size (Penambahan Message Size)

Message Size

Average Latency Source

Spray and Wait

Binary Spray

and Wait Epidemic

100k - 500k 0.6876 0.7943 0.8362

500k - 1M 0.2207 0.3952 0.5816

1M - 1500k 0.1036 0.1996 0.3071

1500k - 2M 0.0307 0.0653 0.0864

2M - 2500k 0.0154 0.0211 0.0461

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1

100k - 500k 500k - 1M 1M - 1500k 1500k - 2M 2M - 2500k

Deliv

er

y

P

ro

b

ab

ilit

y

Message Size

Delivery Probability

(49)

33

Dalam kasus penambahan pesan, semakin besar ukuran

pesan maka akan membuat Delivery Probability semakin menurun.

Dengan besarnya sebuah pesan maka akan membutuhkan proses

tranmisi yang lebih lama. Lamanya proses transmisi menentukan

berhasil atau tidaknya pesan tuntas terkirim. Saat proses transmisi

sebuah pesan dengan ukuran pesan yang besar kemungkinan pesan

gagal terkirim juga besar dikarenakan ketika kedua node sudah

diluar jangkauan proses pengiriman juga belum selesai karena

ukuran yang besar. Karena proses pengiriman yang terlalu lama dan

banyak pesan yang gagal ditransmisikan maka Delivery ratio

semakin menurun diikuti dengan penambahan ukuran pesan.

Demikian dengan Latency, Latency akan semakin meningkat karena

proses pengiriman pesan yang semakin lama. 0

10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000

100k - 500k 500k - 1M 1M - 1500k 1500k - 2M 2M - 2500k

A

v

er

ag

e Lat

enc

y

(

se

c)

Message Size

Average Latency

Source Binary Epidemic

(50)

34

Gambar 4.16 Pengaruh ukuran pesan terhadap penggunaan energi

Semakin besar ukuran pesan, maka proses transmisi akan

semakin lama juga. Karena ukuran yang besar dan memakan waktu

yang semakin lama tentunya akan membutuhkan energi yang lebih

besar juga. Gambar 4.11 menjelaskan jika ukuran pesan semakin

bertambah maka penggunaan energi akan lebih besar. Semakin besar

ukuran pesan juga bukan berarti bahwa penggunaan energi semakin

besar pula. Gambar 4.11 juga memperlihatkan bahwa semakin

bertambahnya ukuran pesan maka akan menurunkan penggunaan

energi. Hal ini dikarenakan banyak pesan yang gagal terkirim, pesan

yang gagal terkirim membuat konsumsi energi lebih sedikit karena

pengiriman tidak tuntas. Pesan yang terlalu besar membuat

kemungkinan untuk berinteraksi dengan node yang lain juga

semakin menurun. Ukuran pesan dengan besar 500k – 1M menjadi

puncak dengan konsmusmi energi yang besar dalam kasus ini.

4000 4200 4400 4600 4800 5000

100k - 500k 500k - 1M 1M - 1500k 1500k - 2M 2M - 2500k

Ener

g

y

(

uni

t)

Message Size

Rata - rata Konsumsi Energi perhari

(51)

35

Gambar 4.17 a Dead Node pada Dead Node pada Size 100k - 500k

0 10 20 30 40 50

9 10 11

N um ber of D ea d N ode Waktu (Hari)

Dead Node pada Size 100k - 500k

Source Binary Epidemic

0 10 20 30 40 50

9 10 11

N um ber of D ea d N ode Waktu (Hari)

Dead Node pada Size 100k - 500k

Source Binary 0 10 20 30 40 50

9 10 11

Nu m b er o f Dea d No d e Waktu (Hari)

Dead Node pada Size 500k –1M

(52)

36

Gambar 4.18b Dead Node pada Size 500k – 1M

Gambar 4.19 c Dead Node pada Size 2M – 2500k 0 10 20 30 40 50

9 10 11

Nu m b er o f Dea d No d e Waktu (Hari)

Dead Node pada Size 500k –1M

Source Binary 0 10 20 30 40 50

9 10 11

Nu m b er o f Dea d No d e Waktu (Hari)

Dead Node pada Size 2M - 2500k

Source Binary Epidemic

0 10 20 30 40 50

9 10 11

Nu m b er o f Dea d No d e Waktu (Hari)

Dead Node pada Size 2M - 2500k

(53)

37

4.2 Real Human Trace Haggle Cambridge Imotes 4.2.1 Penambahan TTL

Tabel 4.7 Pengaruh penambahan TTL terhadap Delivery ratio

TTL (menit)

Delivery Probability Source Spray

and Wait

Binary Spray and

Wait Epidemic

60 0.0249 0.0287 0.092

180 0.0584 0.0603 0.1504

360 0.0833 0.0833 0.2213

1440 0.1753 0.1897 0.2926

Gambar 4.20 Pengaruh penambahan TTL terhadap Delivery ratio

Table 4.8 Pengaruh penambahan TTL terhadap Delivery ratio TTL

(menit)

Average Latency Source Spray and

Wait

Binary Spray and

Wait Epidemic

60 2122.527 1790.343 1136.81

180 5201.244 5007.87 3507.94

360 8840.402 8707.775 7827.138

1440 36822.71 35219.35 33112.63

0 0.1 0.2 0.3 0.4

60 180 360 1440

Deliv

er

y

P

ro

b

ab

ilit

y

TTL (menit)

Delivery Probability

(54)

38

Gambar 4.21 Penagruh penambahan TTL terhadap Latency

Dengan ditambahnya jumlah TTL (umur pesan) tentunya

mempengaruhi keberhasilan pengiriman. Semakin lama TTL pada

pesan tentunya keberhasilan pesan sampai akan semakin meningkat

(Gambar 4.13). Pesan yang memiliki umur lama, lebih besar

kemungkinannya untuk bertemu node yang lain. Dengan lebih

mudahnya bertemu dengan node lain maka kesempatan pesan

sampai akan lebih besar pula. TTL pesan yang besar lebih

memungkinkan pesan tersebut dapat bertahan menunggu bertemu

dengan node destination. Berbeda dengan TTL pesan yang kecil,

dengan TTL pesan yang lebih kecil tingkat keberhasilan

menyampaikan pesan juga kecil. Dengan TTL pesan yang kecil,

kemungkinan pesan sampai akan semakin kecil dikarenakan pesan

sudah di drop sebelum sampai pada node destination. Bertambahnya

TTL pada pesan juga sangat mempengaruhi latency. Karena TTL

pesan yang lama, maka latency juga akan semakin meningkat

(Gambar 4.14). 0 10000 20000 30000 40000 50000

60 180 360 1440

A

v

er

ag

e

L

aten

cy

(

sec

)

TTL (menit) Average Latency

(55)

39

Gambar 4.22 Pengaruh penambahan TTL terhadap konsumsi Energi

Semakin besar TTL kemungkinan node berinteraksi dengan

node lain juga sangat besar. Pesan dengan TTL yang besar membuat

node lebih bekerja keras untuk melakukan interaksi dengan node

lain. Banyaknya interaksi oleh node dengan pembawa pesan yang

memiliki TTL besar tentunya akan memboroskan energi (Gambar

4.15). Pada Gambar 4.15 dengan semakin bertambahnya TTL,

tingkat konsumsi energi juga akan semakin bertambah. Berebeda

jika pesan memiliki masa hidup yang lebih sedikit, pesan yang

memiliki umur lebih sedikit juga akan membutuhkan sedikit energi.

Pesan yang memiliki umur yang lebih sedikit akan cepat di drop dan

pesan dengan umur yang sedikit memiliki tingkat interaksi yang

lebih sedikit pula. 4100

4200 4300 4400 4500 4600 4700 4800 4900

60 180 360 1440

En

er

g

y

(u

n

it

)

Number of TTL

Rata - Rata Konsumsi Energi Perhari

(56)

40

Gambar 4.23 Dead Node pada TTL 180 0 4 8 12 16 20 24 28 32 36

4 5 6 7 8 9 10 11

Nu m b er o f Dea d No d e Waktu (Hari) Dead Node pada TTL 180

Source Binary Epidemic

0 4 8 12 16 20 24 28 32 36

4 5 6 7 8 9 10 11

Nu m b er o f Dea d No d e Waktu (Hari) Dead Node pada TTL 180

Source Binary 0 4 8 12 16 20 24 28 32 36

4 5 6 7 8 9 10 11

Nu m b er o f Dea d No d e Waktu (Hari)

Dead Node pada TTL 360

(57)

41

Gambar 4.24 b Dead Node pada TTL 360

Gambar 4.25c Dead Node pada TTL 1440

0 4 8 12 16 20 24 28 32 36

4 5 6 7 8 9 10 11

Nu m b er o f Dea d No d e Waktu (Hari)

Dead Node pada TTL 360

Source Binary 0 4 8 12 16 20 24 28 32 36

4 5 6 7 8 9 10 11

Nu m b er o f Dea d No d e Waktu (Hari)

Dead Node pada TTL 1440

Source Binary Epidemic

0 4 8 12 16 20 24 28 32 36

4 5 6 7 8 9 10 11

Nu m b er o f Dea d No d e Waktu (Hari)

Dead Node pada TTL 1440

(58)

42 4.2.2 Penambahan L Copy

Tabel 4.9 Pengaruh penambahan TTL terhadap Delivery ratio

L Copy

Delivery Probability

Source Spray and Wait Binary Spray and Wait

5 0.1897 0.1353

7 0.2184 0.1456

9 0.25 0.146

11 0.26 0.148

13 0.3142 0.16

Gambar 4.26 Pengaruh L-Copy terhadap Delivery Ratio

Tabel 4.10 Pengaruh penambahan L-Copy terhadap Latency

L Copy

Average Latency (sec)

Source Spray and Wait Binary Spray and Wait

5 35219.3454 36822.7109

7 34504.1166 36710.1131

9 33524.6436 36413.3411

11 32783.5611 36013.2015

13 32626.8472 35483.7148

0 0.1 0.2 0.3 0.4

L 5 L7 L9 L11 L13

D

el

iv

er

y

Proba

bi

li

ty

L Copy

Delivery Probability

(59)

43

Gambar 4.27 Pengaruh penambahan L-Copy terhadap Latency

Dari hasil penelitian, grafik diatas menunjukkan bahwa

ketika L copy ditambahkan maka probabilitas message sampai ke

destination semakin besar. Hal itu dikarenakan semakin banyak

message yang akan diteruskan oleh node relay. Semakin banyak

pesan yang diteruskan oleh node relay tentunya akan menambah

peluang sampai pada node tujuan. Spray and Wait Binary mode

memiliki Delivery Probability yang lebih besar dibandingkan Source

Mode karena pada phase spray proses penyebaran pesan lebih cepat

menggunakan binary mode dibandingkan dengan source mode.

Demikian pada Delivery probability yang lebih baik pada binary

mode, Delay pada binary mode juga lebih baik dibandingkan dengan

menggunakan source mode.

30000 32000 34000 36000 38000

L 5 L7 L9 L11 L13

A

v

er

ag

e Lat

enc

y

(

se

c)

L Copy

Average Latency

(60)

44

Gambar 4.28 Pengaruh penambahan L-Copy terhadap konsumsi energy

Semakin besar L-Copy atau jumlah pesan yang beredar,

kemungkinan pesan sampai akan lebih besar pula jika dilihat dari

Gambar 4.27. Tetapi karena tambah

Gambar

Gambar  2.3 Fase Spray And Wait Binary mode
Gambar  2.4 Fase Spray And Wait Source mode
Table 3.1 Parameter Utama
Table 3.6 Penambahan Time To Live (TTL)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gambaran klinik mulai dengan kenaikan beran badan diikuti edema kaki atau tangan, kenaikan tekanan darah, dan trakhir terjadi proteinuria. Pada pre eklampsia

Hasil penelitian yang diperoleh adalah: (1) Surat kabar Perempoean Bergerak terbit di kota Medan pada tahun 1919 sebagai upaya bagi kaum perempuan pada masa

Timbulnya konsep ini dikarenakan potensi pasar wanita sangatlah kuat dan istimewa, sehingga jika perusahaan tidak mengubah pendekatan pemasaran mereka untuk wanita, maka

Tesis ini menganalisis kapasitas daya dukung dan penurunan pada pondasi tiang tekan hidrolis jenis Prestressed Concrete Square Pile ukuran 45 cm × 45 cm dalam

c. Faktor masyarakat, meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. Dari pernyataan tersebut dapat dijelaskan bahwa

Beberapa strategi pengembangan diperlukan untuk mengoptimalkan produktivitas perairan waduk Sempor dalam memproduksi ikan secara berkelanjutan, meliputi: penebaran benih ikan

Hal yang sama juga terjadi pada kesenian tari gandrung tradisi dengan pendukung Islam wetu telu di Desa Dasan Tereng, Lombok Barat sebagai pusat tarian ini.. Islam wetu