• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Perbankan Dalam Pengembangan Industri Semen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peran Perbankan Dalam Pengembangan Industri Semen"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

Koalisi ResponsiBank Indonesia

Koalisi ResponsiBank (d/a Perkumpulan Prakarsa)

Jln. Rawa Bambu I Blok A No. 8E RT 010 RW 06 Kel/Kec. Pasar Minggu Jakarta Selatan 12520 - Indonesia

Ph. +62 (21)7811-798 Fax. +62 (21)7811-897 E-mail to: perkumpulan@theprakarsa.org

Dalam Pengembangan

Industri Semen

Di Cekungan Air Tanah (CAT)

(2)

Laporan Penelitian Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), 2015

Peran Perbankan Dalam Pengembangan Industri Semen Di Cekungan Air

Tanah (CAT) Watuputih Rembang

(3)

Koalisi

ResponsiBank Indonesia adalah sekelompok organisasi masyarakat sipil di Indonesia yang memiliki kepedulian terhadap peranan lembaga keuangan di Indonesia dalam mendorong pembangunan yang berkelanjutan dan pengurangan kemiskinan. Koalisi ini terdiri dari tujuh organisasi masyarakat sipil, yaitu: Perkumpulan Prakarsa, INFID (International NFO Forum on Indonesia), ICW (Indonesia Corruption Watch), PWYP (Publish What You Pay), Walhi (Wahana Lingkungan Hidup), YLKI (Yayasan Lembaga Konsu-men Indonesia) dan TuK (Tranformasi untuk Keadilan) Indonesia.

Industri keuangan sama sekali tidak dapat dipisahkan dari tanggungjawab sosial dan lingkungan hidup melalui kebijakan kredit dan investasi. Berdasarkan latar belakang inilah maka Responsibank Indonesia membuat penelitian studi kasus yang bertujuan untuk membandingkan kebijakan dan praktek perbankan melalui hasil pemeringkatan Bank yang telah dilakukan oleh Responsibank sejak 2014 silam.

Studi Kasus yang berjudul “Peran Perbankan Dalam Pengembangan Industri Semen di Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih Rembang” merupakan penelitian yang dikerjakan oleh Walhi. Penelitian ini menilai apakah industri keuangan memegang teguh komitmen mereka untuk mengurangi dampak pembiayaan yang mereka lakukan terhadap kerusakan lingkungan dengan mengurangi investasi di sektor pertambangan.

Laporan studi kasus ini juga berisi mengenai peran dan kebijakan perbankan, khususnya pemberi pinjaman yakni PT. Bank Mandiri, Tbk untuk rencana proyek pembangunan pabrik semen di Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah, terutama pada tahapan penambangan gamping dari kawasan karst. Temuan penelitian ini mengindikasikan bahwa banyak persoalan lingkungan dan sosial yang ditimbulkan dari rencana pembangunan industri semen di Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih Kabupaten Rembang ini.

Penelitian yang bersifat kualitatif ini menggunakan metode pengumpulan data berupa studi literatur, observasi lapangan, wawancara mendalam serta diskusi kelompok terfokus. Melalui hasil penelitian ini diharapkan kepada pihak industri keuangan agar kedepannya melakukan sinergi dan kordinasi antar instansi terkait perijinan lingkungan sehingga tidak memberi dampak buruk bagi pembangunan yang bersifat berkelanjutan.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada seluruh Tim Peneliti WALHI yang telah mencurahkan waktu dan pemikiran untuk menyelesaikan laporan studi kasus ini. Semoga laporan studi kasus investasi tambang di Jawa Tengah ini menjadi referensi bagi paradigma berpikir setiap pembacanya.

Setyo Budiantoro

Direktur Eksekutif Perkumpulan Prakarsa Perwakilan ResponsiBank Indonesia

(4)

Implementasi

program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi In-donesia (MP3EI) telah menyebabkan kebutuhan industri properti, pangan, pertambangan dan infrastruk-tur semakin meningkat. Investasi sektor industri semen semakin marak dan mengalami peningkatan signi-fikan di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kebutuhan semen meningkat hingga 10 %, dari 55 juta ton per tahun (2012) menjadi 60 juta ton (2013). Kondisi ini menjadikan beberapa daerah yang kaya sumber alam untuk bahan baku semen menjadi sasaran pembangunan tambang dan pabrik semen di In-donesia, salah satunnya di Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah.

Sejak tahun 2010, PT. Semen Indonesia (Persro) Tbk. yang dulunya bernama PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. telah merencanakan pembangunan tambang batu gamping (bahan baku semen) di kawasan Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih. Industri ini berkapasitas produksi 3 juta ton per tahun dengan nilai proyek sebesar 3,7 trilun rupiah.

Pembangunan tambang dan pabrik semen PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. telah memicu konflik sosial akibat perampasan tanah dan perpecahan antar kelompok masyarakat di Kab. Rembang, khususnya di desa-desa yang menjadi wilayah pertambangan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. Hal ini disebabkan oleh proses pembebasan lahan yang tidak adil dan transparan. Masyarakat terpecah menjadi kelompok

Pro dan Kontra pembagunan pabrik semen.

Keputusan Bupati Rembang No. 545/0230/2013 Tentang Pemberian Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi Batuan Tanah Liat Kepada PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. dengan luas lokasi 900 ha yang mencakup 4 desa di kecamatan Gunem dan 1 desa di kecamatan Bulu. Keputusan ini didasari oleh Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah No. 660.1/17 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan Kegiatan Penambangan dan Pembangunan Pabrik Semen oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Namun, ditemukan bahwa penerbitan Izin Lingkungan ini didasari oleh proses yang tidak transparan, tidak partisipatif dan mengandung unsur kekeliruan, penyalahgunaan, serta ketidakbenaran dan/atau pemalsuan data, dokumen, dan/atau informasi dalam dokumen ANDAL PT. Semen Gresik (Persero) Tbk/PT. Semen Indoensia (Persero) Tbk.

Lokasi pertambangan PT. Semen Indonesia (Persero) berada di kawasan Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih yang merupakan kawasan lindung geologi (tipe bentang alam karst) yang mesti dilindungi oleh pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan. Di sekitar wilayah Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih terdapat sekitar 49 goa yang tersebar (4 diantaranya adalah goa yang memiliki sungai bawah tanah aktif). Selain itu, terdapat 109 mata air yang tersebar di wilayah CAT Watuputih sebagai mata air parenial yang mengalir di sepanjang musim kemarau dan penghujan.

Dengan demikian, aktivitas tambang dan pabrik semen PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. di kawasan CAT Watuputih akan menyebabkan rusaknya gugusan karst Watuputih dan berakibat hilangnya sumber-sumber air yang menopang kehidupan dan mata pencaharian masyarakat kab. Rembang.

Pertimbangan besarnya risiko dan dampak buruk dari aktivitas tambang dan pabrik semen tidak menjadikan PT. Semen Indonesia (Persero) membatalkan rencana mereka. PT. Semen Indonesia (Persero)

(5)

Tbk justru mendapat dukungan investasi dari PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. untuk pembangunan tambang dan pabrik semen di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Dukungan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. memberikan Non cash loan (pinajam non tunai) sebesar Rp. 1,4 triliun berjangka 42 bulan kepada PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. Proses pembangunan pabrik PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk dimulai pada bulan Juni 2014 atau tiga bulan pasca keputusan pemberian pinjaman PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Dengan demikian, peran PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. merupakan satu mata rantai penting dalam aktivitas tambang dan produksi semen di kawasan CAT Watuputih Rembang.

(6)

KATA PENGANTAR ... i

RINGKASAN EKSEKUTIF ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv DAFTAR GAMBAR ... v DAFTAR GRAFIK ... vi BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2. Tujuan Penelitian 3 1.3. Metodologi 3 1.4. Lingkup Penelitian 3 BAB 2. TINJAUAN ASPEK LINGKUNGAN HIDUP DAN SOSIAL 2.1. Kondisi wilayah dan kependudukan Kabupaten Rembang 5 2.2. Tinjauan Regulasi Pengembangan Industri Semen di Rembang 8 BAB 3. TINJAUAN ASPEK PEMBIAYAAN PERBANKAN 3.1. Perkembangan Industri Semen di Indonesia 13 3.2. Struktur Perusahaan PT Semen Indonesia dan PT Semen Gresik...14

3.3. Syarat Normatif Tanggung Jawab dan Tata Kelola Lingkungan PT Semen Indonesia 15 3.4. Bank-bank Pemberi Pinjaman bagi PT. Semen Indonesia 16 3.5. Penyaluran Pinjaman Bank Mandiri di Sektor Industri yang Relevan 17

Daftar Isi

Kata Pengantar ...ii

Ringkasan Eksekutif ...iii

Daftar Isi ...v

Daftar Tabel ...vii

Daftar Gambar ...viii

Daftar Grafik ...ix

BAB 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Tujuan Penelitian ...3

1.3 Metodologi ...3

1.4 Lingkup Penelitian ...3

BAB 2. Tinjauan Aspek Lingkungan Hidup dan Sosial 2.1 Kondisi wilayah dan kependudukan Kabupaten Rembang ...5

2.2 Tinjauan Regulasi Pengembangan Industri Semen di Rembang ...8

BAB 3. Tinjauan Aspek Pembiayaan Perbankan 3.1 Perkembangan Industri Semen di Indonesia ...13

3.2. Struktur Perusahaan PT Semen Indonesia dan PT Semen Gresik ...15

3.3 Syarat Normatif Tanggung Jawab dan Tata Kelola Lingkungan PT Semen Indonesia ...16

3.4 Bank-bank Pemberi Pinjaman bagi PT. Semen Indonesia ...17

3.5 Penyaluran Pinjaman Bank Mandiri di Sektor Industri yang Relevan ...17

(7)

3.6. Hasil Assessment ResponsiBank terhadap kebijakan investasi Bank Mandiri 18

BAB 4. TEMUAN DAN ANALISIS

4.1. Proses AMDAL dan Penerbitan Izin Lingkungan 21 4.2. Perampasan Tanah dan Konflik Sosial 23

4.3. Terancamnya Keberlanjutan Sumber Air Warga 25

4.3.1. Cekungan Air Tanah Watuputih Sebagai Kawasan Lindung Geologi 25 4.3.2. Hilangnya Sumber Air 28

4.4. Pembiayaan Bank Mandiri kepada PT Semen Gresik 36

BAB 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan ...39

5.2. Rekomendasi ...39

BAB 4. Temuan dan Analisis 4.1 Proses AMDAL dan Penerbitan Izin Lingkungan ...21

4.2 Perampasan Tanah dan Konflik Sosial ...23

4.3 Terancamnya Keberlanjutan Sumber Air Warga ...26

4.3.1 Cekungan Air Tanah Watuputih Sebagai Kawasan Lindung Geologi ...26

4.3.2 Hilangnya Sumber Air ...30

4.4 Pembiayaan Bank Mandiri kepada PT Semen Gresik ...38

BAB 5. Kesimpulan dan Rekomendasi 5.1 Kesimpulan ...42

(8)

Tabel 1. Luas Wilayah tiap kecamatan di Kab. Rembang ... 6

Tabel 2. Jumlah penduduk (usia 15 th keatas) berdasarkan lapangan kerja ... 7

Tabel 3. Daftar usaha tambang di Kabupaten Rembang sampai tahun 2013 ... 10

Tabel 4. Lokasi dan luas lahan pertambangan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. ... 12

Tabel 5. Pertumbuhan Penjualan Semen di Indonesia ... 13

Tabel 6. Hasil Asesmen terhadap Bank Mandiri dalam Kebijakan Investasi di Sektor Pertambangan ... ...18

Tabel 7. Analisis pertentangan peraturan perundang-undangan dengan SK Gubernur Jawa Tengah ... 28

Tabel 8. Proyek Rembang PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. (Informasi Umum) ... 33

Tabel 10. Pinjaman Jangka Pendek dari Bank untuk PT Semen Indonesia tahun 2014 ... 36

Tabel 11. Pinjaman Jangka Panjang dari Bank untuk PT Semen Indonesia tahun 2014 (per Desember 2014) ... 37

Daftar Tabel

Tabel 1. Jumlah penduduk (usia 15 th keatas) berdasarkan lapangan kerja ...7

Tabel 2. Daftar usaha tambang di Kabupaten Rembang sampai tahun 2013 ...10

Tabel 3. Lokasi dan luas lahan pertambangan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. ...12

Tabel 4. Pertumbuhan Penjualan Semen di Indonesia ...13

Tabel 5. Hasil Asesmen terhadap Bank Mandiri dalam Kebijakan Investasi di Sektor Pertambangan ...19

Tabel 6. Analisis pertentangan peraturan perundang-undangan dengan SK Gubernur Jawa Tengah ...30

Tabel 7. Proyek Rembang PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. (Informasi Umum) ...35

Tabel 8. Pinjaman Jangka Pendek dari Bank untuk PT Semen Indonesia tahun 2014 ...38

Tabel 9. Pinjaman Jangka Panjang dari Bank untuk PT Semen Indonesia tahun 2014 (per Desember 2014) ...39

(9)

Gambar 1. ... Letak Prov. Jawa Tengah dalam peta wilayah Indonesia

5

Gambar 2. Letak Kab. Rembang dalam peta Wilayah Prov. Jawa Tengah ... 7

Gambar 3. Kawasan Lindung Kab. Rembang berdasarkan Perda No.14 tahun 2011 ... 9

Gambar 4. Kawasan Budidaya Kab. rembang berdasarkan Perda No.14 tahun 2011... 9

Gambar 5. Kapasitas produksi PT. SI per tahun ... 13

Gambar 6. Struktur usaha dan entitas anak perusahaan PT Semen Indonesia ... 15

Gambar 7. Prosedur keluarnya Izin Lingkungan ... 21

Gambar 8. Sebaran mata air dan goa yang terdapat di kawasan Pegunungan Watuputih ... 25

Gambar 9. Peta Wilayah IUP PT. Semen Indonesia dan PT. Semen Indonesia Rembang Beserta Se-baran Cekungan Air Tanah Watuputih, Goa, Mata Air, dan Ponor di Kabupaten Rembang 29

Gambar 10. Peta Geologi Cekungan Air Tanah (CAT) Watu Putih, Provinsi Jawa Tengah ... 29

Gambar 11. Mata air Sumber Semen di Kab. Rembang... 32

Gambar 12. FGD Multipihak terkait pembangunan pabrik semen di Kab. Rembang ... 34

Gambar 13. Lokasi pertambangan PT. Semen Indonesia Tbk. Kecamatan Gunem ... 34

Gambar 14. Peternakan warga di Kec. Gunem (Lokasi Pertambangan PT. Semen Indonesia) ... 35

Gambar 1. Letak Prov. Jawa Tengah dalam peta wilayah Indonesia...5

Gambar 2. Letak Kab. Rembang dalam peta Wilayah Prov. Jawa Tengah ...7

Gambar 3. Kawasan Lindung Kab. Rembang berdasarkan Perda No.14 tahun 2011 ...9

Gambar 4. Kawasan Budidaya Kab. rembang berdasarkan Perda No.14 tahun 2011 ...10

Gambar 5. Kapasitas produksi PT. SI per tahun ...14

Gambar 6. Struktur usaha dan entitas anak perusahaan PT Semen Indonesia ...15

Gambar 7. Prosedur keluarnya Izin Lingkungan ...21

Gambar 8. Sebaran mata air dan goa yang terdapat di kawasan Pegunungan Watuputih ...26

Gambar 9. Peta Wilayah IUP PT. Semen Indonesia dan PT. Semen Indonesia Rembang Beserta Sebaran Cekungan Air Tanah Watuputih, Goa, Mata Air, dan Ponor di Kabupaten Rembang ...31

Gambar 10. Peta Geologi Cekungan Air Tanah (CAT) Watu Putih, Provinsi Jawa Tengah ...31

Gambar 11. Mata air Sumber Semen di Kab. Rembang ...34

Gambar 12. FGD Multipihak terkait pembangunan pabrik semen di Kab. Rembang ...36

Gambar 13. Lokasi pertambangan PT. Semen Indonesia Tbk. Kecamatan Gunem ...36

(10)

Grafik 1. Luas wilayah kecamatan di Kab. Rembang ... 6

Grafik 2. Distribusi persentase PDRB adh berlaku menurut lapangan usaha, tahun 2010 sampai 2012 ... 8

Grafik 3. Komposisi pinjaman Bank Mandiri untuk berbagai sektor industri tahun 2014... 17

Daftar Grafik

Grafik1. luas wilayah kecamatan di Kab. Rembang ...7 Grafik2. Distribusi persentase PDRB adh berlaku menurut lapangan usaha,

tahun 2010 sampai 2012 ...8 Grafik3. Komposisi pinjaman Bank Mandiri untuk berbagai sektor industri tahun 2014 ...18

(11)
(12)

1.1 Latar Belakang

Investasi semen di Indonesia menunjukan grafik yang terus meningkat seiring meningkatnya kebutuhan industri properti, pariwisata, pangan, pertambangan, dan kebutuhan pembangunan infrastruktur. Kebutuhan tersebut ditandai dengan diluncurkannya perencanaan mega proyek infrastruktur dalam skema Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) pada tahun 2011 pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

MP3EI dikukuhkan melalui Peraturan Presiden RI No.32 Tahun 2011 tentang MP3EI 2011-2025, dan dianggap merupakan suplemen bagi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), dan upaya pemerataan pembangunan infrastruktur di wilayah Indonesia, yang sesuai dengan karakteristik perekonomiannya. Dalam skema ini, wilayah Indonesia dibagi dalam 6 wilayah koridor pembangunan ekonomi, yaitu koridor Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara serta Maluku dan Papua, masing-masing dengan penekanannya sendiri-sendiri.

Karena rencana percepatan pembangunan infrastruktur ini maka ditengarai akan ada kesenjangan antara produksi semen dan kebutuhan pembangunan infrastruktur. Kebutuhan semen diperkirakan akan naik sampai 10%, dari 55 juta ton per tahun (2012) menjadi 60 juta ton untuk tahun 2013, dan akan terus meningkat setiap tahunnya. Oleh kalangan industri semen di Indonesia, ini dianggap sebagai peluang besar bagi pengembangan industri semen domestik.

Ekspansi industri semen domestik berlangsung di berbagai wilayah dengan kandungan bahan baku yang dianggap memadai untuk produksi semen dalam skala besar, termasuk diantaranya adalah Kabupten Rembang, provinsi Jawa Tengah. Rembang menjadi salah satu wilayah pengembangan industri semen dari PT. Semen Gresik (Persero) Tbk, yang sejak tahun 2012 menjadi salah satu anak perusahaan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.

Pembangunan pabrik semen telah mulai dilakukan oleh PT Semen Indonesia di Kawasan Gunung Watuputih kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang dengan nilai investasi tidak kurang dari Rp 3,7 triliun. Pabrik ini memiliki kapasitas produksi 3 juta ton semen per tahun dan Kabupaten Rembang dipilih karena merupakan wilayah yang memiliki bentangan karst cukup luas untuk suplai bahan baku utama penghasil semen, yaitu batu gamping. Pada tahapan penambangan karst inilah kontroversi pabrik semen Rembang bermula.

Karst adalah suatu kawasan yang memiliki karateristik relief dan drainage yang khas, terutama disebabkan oleh derajat pelarutan batuan-batuannya yang intensif (Ford dan Willian, 1989). Karst memiliki fungsi strategis sebagai penyimpan cadangan air terbesar di bawah permukaan bagi wilayah di sekitar kawasan karst. Karst pada umumnya membentuk bentang alam yang ditandai oleh terdapatnya dekokan (closed depressions) dengan berbagai ukuran dan susunan, pengasatan (drainage) permukaan yang terganggu, serta goa-goa dan sistem pengasatan bawah tanah (Bambang Prastistho, 1995).

Hasil penelitian Air Bawah Tanah di Gunung Watuputih oleh Dinas Pertambangan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah pada Maret 1998 menjelaskan bahwa Gunung Watuputih dan sekitarnya secara fisiografis

(13)

tergolong dalam tipe bentang alam karst yang memiliki goa-goa alam dan sungai bawah tanah. Luas batu gamping Formasi Paciran yang membentuk Gunung Watuputih lebih kurang 3.020 Ha. Di kawasan tersebut terdapat Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih yang merupakan area imbuhan air sebesar 2555,09681 Ha (perhitungan Sistem Informasi Geografis) yang menjadi kawasan resapan air terbesar penyuplai sumber mata air di sekitar kawasan Pegunungan Watuputih. Pendataan berkala Semarang Caver Association (SCA) dan Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) Rembang juga mendata adanya 49 goa yang tersebar di sekitar wilayah Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih, 4 diantaranya memiliki sungai bawah tanah aktif dengan 109 mata air yang mengalir di sepanjang musim kemarau dan penghujan.

Kerusakan pada mata air dalam kawasan karst ini ditengarai akan mengancam kehidupan masyarakat sekitar lokasi pertambangan yang menggantungkan hidupnya dari lingkungannya. Selama ini, masyarakat di Kabupaten Rembang yang hidup dengan cara bertani, berkebun, dan beternak memperoleh air yang bersumber CAT Watuputih yang terdapat di Gunung Watuputih. Dengan demikian, kerusakan ekosistem karst akibat aktifitas pertambangan di kawasan CAT Watuputih secara langsung akan mengancam keberlanjutan sumber air dan kehidupan masyarakat yang secara social akan mengalami pemiskinan.

Namun demikian, secara legal, ijin penambangan gamping telah didapatkan dengan dikeluarkannya Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) dari Bupati Rembang dan Surat Keputusan Bupati Rembang No. 545/68/2010 Tentang Pemberian Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) Eksplorasi Tras Kepada PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Laporan Amdal juga sudah dimiliki oleh PT Semen Gresik untuk melakukan penambangan dan dianggap aman untuk melakukan penambangan batu kapur.

Karena merupakan bagian dari ekspansi industri semen yang disokong pemerintah, pembangunan pabrik semen di Rembang telah mendapatkan pinjaman dari PT. Bank Mandiri (persero) Tbk. Fasilitas pinjaman dari Bank Mandiri ini digunakan untuk mendukung produksi dan pembangunan pabrik. Sebagai bank milik pemerintah dan perusahaan yang merupakan BUMN, pinjaman dari Bank Mandiri kepada PT Semen Gresik, anak perusahaan PT Semen Indonesia ini dianggap sebagai pinjaman kepada pihak yang berelasi, karena keduanya memiliki pemilik yang sama, yaitu pemerintah RI.

Pinjaman ini diberikan karena PT Semen Indonesia dianggap merupakan salah satu BUMN andalan pemerintah yang produktif dan terus menerus membukukan laba, bahkan sampai melakukan ekspansi ke luar negeri, antara lain di Vietnam. Peranan perbankan dalam perekonomian Indonesia sangat penting, karena perbankan menguasai 79 persen dari seluruh asset industri keuangan, dan merupakan sumber pembiayaan penting bagi proyek-proyek infrastruktur. Ini dapat dilihat dari porsi pemberian kredit dari bank-bank jumbo pada sektor-sektor seperti konstruksi dan pertambangan.

Sebagai bagian dari pertanggungjawaban sosial dan lingkungan hidupnya, bank seharusnya melakukan

screening terhadap pemberian pinjaman maupun investasinya untuk proyek-proyek yang dianggap

berpotensi berdampak negatif terhadap lingkungan hidup dan berpotensi memunculkan masalah sosial. Panduan pemberian pinjaman dan investasi ini, atau yang kerap disebut kebijakan Environmental

and Social Risk Management (ESRM) atau Environmental and Social Governance (ESG), di banyak bank di

negara-negara maju, telah menjadi suatu keharusan karena risiko sosial dan lingkungan pada akhirnya akan berdampak pada risiko finansial juga kepada bank itu sendiri. Namun pada kenyataannya, hampir sebagian besar bank yang beroperasi di Indonesia belum memiliki kebijakan ini, atau tidak mempublikasikannya, padahal transparansi dalam hal ini diperlukan bagi publik sebagai konsumen dan juga investor untuk menilai apakah bank ramah lingkungan dan menghormati hak asasi masyarakat terdampak atau tidak.

Sebagai anggota Koalisi ResponsiBank Indonesia yang bertujuan untuk mendorong perbankan menjadi lebih bertanggung jawab dalam aspek sosial dan lingkungan hidup, Walhi menganggap bahwa pertimbangan sosial dan lingkungan hidup harus menjadi syarat dalam pembangunan proyek-proyek besar dan berisiko seperti industri semen ini, baik melalui proses penilaian dampak lingkungan yang benar, pemberian izin, maupun pemberian kredit untuk membiayai proyek bersangkutan.

Oleh karena itu, Walhi melakukan penelitian ini untuk mengupas permasalahan kontroversi penambangan karst di CAT Watuputih Kabupaten Rembang dari kedua aspek di atas yaitu pertama,

(14)

3

dampak sosial ekonomi dan lingkungan terhadap kehidupan masyarakat sekitar area penambangan dan kedua, peran perbankan dalam membiayai ekspansi industri semen di wilayah Kabupaten Rembang ini.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk:

1. Mengidentifikasi persoalan-persoalan lingkungan dan sosial yang akan ditimbulkan dari rencana pembangunan industri semen di Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih Kabupaten Rembang.

2. Mengetahui peranan dan kebijakan perbankan atas kedua persoalan tersebut dalam mendukung investasi pembangunan industri semen di Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih Kabupaten Rembang.

1.3 Metodologi

Penelitian ini bersifat kualitatif dan menggunakan metode berikut: 1. Studi Literatur

Studi literatur dilakukan melalui pengumpulan dan analisis literatur/dokumen yang relevan dengan fokus penelitian, seperti; dokumen perizinan perusahaan, dokumen AMDAL, peraturan perundang-undangan terkait, berita media, laporan penelitian dan kajian ilmiah, dokumen gugatan terhadap izin lingkungan, profil, dan materi publikasi lainnya.

2. Observasi Lapangan

Pengamatan lapangan dilakukan, khususnya di Kecamatan Gunem sebagai lokasi utama pembangunan tambang dan pabrik semen PT. Semen Indonesia. Pengamatan lapangan mencakup kondisi sekitar lokasi pertambangan, aktivitas masyarakat, keadaan alam, dan mata air yang ada di sekitar lokasi pertambangan. Selain pengamatan di Kecamatan Gunem, juga dilakukan pengamatan kondisi wilayah di sekitarnya yang masih merupakan bagian dari kawasan Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih, meliputi; Kecamatan Pamotan, Kecamatan Sedan, Kecamatan Sluke, Kecamatan Pancur dan Kecamatan Kranggan.

3. Wawancara Mendalam

Pengembangan dan penajaman informasi dan data dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap individu yang dinilai memahami masalah yang menjadi fokus penelitian (informan). Pemilihan informan dilakukan dengan mempertimbangakan peran, tingkat pemahaman, dan keterangan/informasi individu yang diberikan dalam proses diskusi awal penelitian. Adapun informan tersebut terdiri dari; inisiator penolakan tambang semen, para Gus dan tokoh masyarakat, serta masyarakat yang setuju dengan pembangunan pabrik semen.

4. Diskusi Kelompok Terfokus

Ada dua jenis diskusi kelompok terfokus (Focus Group Discussion/FGD) yang dilakukan. Pertama, FGD tingkat kampung (diskusi kampung) dengan melibatkan masyarakat terkena dampak, tokoh masyarakat, dan para aktivis lokal. Kedua, FGD Multipihak yang meilbatkan unsur pemerintah, pihak PT. Semen Indonesia, pihak perbankan, dan organisasi masyarakat sipil.

1.4 Lingkup Penelitian

Proses penelitian dilakukan selama 2 (dua) bulan yakni bulan Mei – Juni 2015 di Kab. Rembang, Provinsi Jawa Tengah. Lingkup penelitian ini adalah masalah sosial dan lingkungan akibat rencana pembangunan pertambangan dan pabrik semen PT. Semen Indonesia Tbk, khususnya di Kecamatan Gunem (Desa Tegal

(15)

Dowo, Desa Kajar, Desa Pasucen, dan Desa Timbrangan) dan Kecamatan Bulu (Desa Kadiwono) sebagai wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP).

Selain itu, penelitian ini akan melihat bagaimana peran dan kebijakan perbankan, khususnya pemberi pinjaman untuk rencana proyek pembangunan pabrik semen di Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah, terutama pada tahapan penambangan gamping dari kawasan karst.

(16)

2.1 Kondisi wilayah dan kependudukan Kabupaten Rembang

Secara geografis, Kabupaten Rembang terletak di ujung Timur Laut propinsi Jawa Tengah dan dilalui jalur utama pulau Jawa, yaitu Jalan Pantai Utara Jawa (Jalur Pantura) dengan titik koordinat 111o 00’ – 111o

30’ Bujur Timur dan 6o 30’ - 7o 6’ Lintang Selatan

.

Kabupaten Rembang berbatasan langsung dengan

provinsi Jawa Timur, sehingga menjadi gerbang sebelah timur Provinsi Jawa Tengah. Bagian selatan wilayah Kabupaten Rembang merupakan daerah perbukitan, bagian dari Pegunungan Kapur Utara, dengan puncaknya Gunung Butak (679 meter). Sebagian wilayah utara, terdapat perbukitan dengan puncaknya Gunung Lasem (ketinggian 806 meter).

Gambar 1. Letak Prov. Jawa Tengah dalam peta wilayah Indonesia

Batas administrasi kab. Rembang:

• Sebelah utara : Teluk Rembang (Laut Jawa) • Sebelah selatan : Kabupaten Blora

• Sebelah barat : Kabupaten Pati

• Sebelah timur : Kabupaten Tuban jawa Timur1

1 ht5tp://rembangkab.go.id/index.php/pemerintahan/geografi/letak-dan-luas-wilayah,

Tinjauan Aspek

Lingkungan Hidup dan Sosial

(17)

Di pegunungan Kapur Utara membentang kawasan lindung geologi dan bersinergi dengan kawasan karst Sukolilo. Kawasan ini memiliki Cekungan Air Tanah (CAT) Watu Putih dan sumber-sumber air lainnya yang sampai sekarang mampu mencukupi lebih dari 607.198 jiwa di kabupaten Rembang2.

Kawasan gunung Lasem ini termasuk kawasan yang dilindungi dengan nama Cagar Alam Gunung Celiring. Bahkan kawasan gunung Lasem atau gunung Celiring yang terletak di sebagian besar kecamatan Lasem dan kecamatan Sluke, Kranggan, Sedan, Pancur dan Pamotan ini adalah kawasan Cekungan Lasem.3

Dengan demikian, kabupaten Rembang memiliki sumber daya alam yang membentang di sebelah selatan adalah pegunungan kapur utara (atau Pegunungan Kendeng) dan wilayah utara adalah pegunungan Lasem yang saling menyambung sebagai kawasan Cekungan Air Tanah (CAT) Watu Putih dan Cekungan Air Tanah (CAT) Lasem yang tidak ternilai harganya bagi kehidupan masyarakat dan keberlangsungan ekosistem.

Kabupaten Rembang dengan luas 101.408 ha terdiri atas lahan sawah sebesar 29.058 ha (28,65%), lahan bukan sawah sebesar 39.938 ha (39,38%) dan bukan lahan pertanian sebesar 32.412 ha (31,96%). Menurut luas penggunaan lahan, lahan terbesar adalah tegalan sebesar 32,94%, hutan 23,45% persen dan sawah tadah hujan sebesar 20,08 %. Menurut Kantor Pertanahan Kabupaten Rembang, sekitar 11.973 ha berada pada ketinggian 0 -7 mdpl, 56.197 ha pada ketinggian 8 - 100 mdpl, 28.688 ha pada ketinggian 101 - 500 mdpl dan 3.112 ha pada ketinggian lebih dari 500 mdpl.4

Wilayah administratif Kabupaten Rembang mencakup 14 kecamatan dan 287 Desa dan 7 kelurahan. Kecamatan dengan luas wilayah terbesar adalah Kecamatan Sale (10.714 ha) disusul Kecamatan Bulu (10.240 ha).

Grafik1. luas wilayah kecamatan di Kab. Rembang

Sumber: http://rembangkab.go.id/

Jumlah penduduk Kabupaten Rembang tahun 2013 sebesar 608.903 jiwa dengan komposisi, perempuan 305.422 jiwa dan laki-laki 303.481 jiwa (rasio jenis kelamin 99,36). Berdasarkan usia, komposisi jumlah penduduk Kab. Rembang terdiri dari: usia 0-14 tahun berjumlah 144.093 jiwa, usia 15 - 64 tahun berjumlah 422.992 jiwa, dan diatas usia 65 tahun berjumlah 41.818 jiwa. Tingkat kepadatan penduduknya adalah 600 jiwa/km2.5

2 Kompas.Com, regional News, Senin 8 Juni 2015 3 RTRW Jawa Tengah 1910 - 2030

4 http://rembangkab.go.id/index.php/pemerintahan/geografi/letak-dan-luas-wilayah,

(18)

7

Gambar 2. Letak Kab. Rembang dalam peta Wilayah Prov. Jawa Tengah

Dengan keadaan alam Kab. Rembang saat ini, penduduk Kab. Rembang mayoritas menggantungkan hidupnya melalui pekerjaan di sektor pertanian. Penduduk usia 15 tahun keatas yang bekerja (tahun 2013) sebanyak 310.793 orang dengan komposisi berdasarkan lapangan pekerjaan dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 1. Jumlah penduduk (usia 15 th keatas) berdasarkan lapangan kerja Lapangan pekerjaan utama Jumlah (jiwa)

Pertanian 145.046

Industri (manufaktur) 18.247

Konstruksi 18.273

Pertambangan dan galian, listrik, gas dan air bersih 1.305

Perdagangan 60.531

Transportasi 8.868

Keuangan 3.361

Jasa 55.162

Total 310.793

Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka 2014. BPS Prov. Jawa Tengah dan Bappeda Prov. Jawa Tengah, 2014

Jika dilihat distribusi persentase PDRB adh berlaku menurut lapangan usaha dari tahun 2010 sampai dengan tahun 20126, secara umum didominasi oleh sektor pertanian dengan angka kontribusi 43,91 persen (lebih

kecil dibandingkan pada tahun sebelumnnya). Penyumbang terbesar kedua adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yang semakin meningkat persentasenya yaitu sebesar 17,83 persen. Sektor jasa juga cukup andil memberikan kontribusi dengan 15,07 persen. Selain ketiga sektor tersebut distribusi sektor yang lain masih di bawah 10 persen bahkan untuk sektor Listrik, Gas dan Air Bersih hanya sekitar 0,46 persen dari total PDRB. Demikian juga distribusi PDRB menurut harga konstan cenderung hampir sama. Berikut adalah gambaran persebaran PDRB menurut harga berlaku dan konstan pada tahun 2012:

6 Sumber: http://rembangkab.go.id/index.php/struktur-perekonomian-daerah

(19)

Grafik2. Distribusi persentase PDRB adh berlaku menurut lapangan usaha, tahun 2010 sampai 2012

Sampai di tahun 2012, penduduk miskin di Kabupaten Rembang sebanyak 129.900 orang atau 21,88% dari total penduduk Rembang (batas kemiskinan Rp. 261.156/kapita/bln). Jumlah ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2011 dimana penduduk miskin berjumlah 140.400 orang atau 23,71% total penduduk Rembang (batas kemiskinan Rp. 240.859/kapita/bln). Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Rembang pada tahun 2012 adalah 72,81 dengan Pengeluaran Riil Per Kapita Disesuaikan sebesar Rp. 646.900.

2.2 Tinjauan Regulasi Pengembangan Industri Semen di

Rembang

Untuk memfasilitasi pengembangan Industri semen di kawsan karst, maka dilakukan beberapa perubahan regulasi, seperti:

1. Kepmen. ESDM Nomor 1456 K/20MEM/2000 tentang klasifikasi pengelolaan Karst dirubah dengan Kepmen ESDM Nomor : 17/2012 tentang Penetapan Kawasan Bentang Alam Karst

2. SK. Nomor 0398 K/40/MEM/2005 tentang Penetapan Kawasan Karst Sukolilo terletak di 3 kabupaten, yaitu kabupaten Pati, Kabupaten Grobogan dan kabupaten Blora dengan luas kawasan mencapai 19.590 hektar dan terbagi atas kawasan lindung dan kawasan budidaya berubah menjadi Kepmen ESDM Nomor : 2641 K/40/MEM/2014.

Urgensi perubahan kebijakan tersebut tentu untuk mempermudah terjadinya perubahan status kawasan karst agar dapat dimanfaatkan dalam skala besar atau lebih tepatnya dalam hal pemberian izin usaha pertambangan bagi PT. Semen Indonesia. Perubahan regulasi ini juga tetap dilakukan meski dinilai bertentangan dengan beberapa peraturan perundang-undangan, seperti :

1. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindngan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 2. Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati

3. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Tata Ruang Nasional

4. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Tata Ruang provinsi Jawa tengah Tahun 2010 -2030 Kabupaten Rembang di Jawa Tengah yang memiliki kawasan karst dan kekayaan sumberdaya alam menjadi salah satu target wilayah pengembangan tambang dan Industri semen di Indonesia. Pola pemanfaatan

(20)

9

sumberdaya alam di Kab. Rembang dapat dilihat jelas dari Rencana Pola Ruang Kabupaten Rembang tahun 2011. Secara garis besar, pola ruang kab. Rembang telah dibagi kedalam kawasan lindung dan kawasan budidaya.

Dari pola ruang kabupaten Rembang berdasarkan Peraturan Daerah kabupaten Rembang No. 14 tahun 2011, Pemerintah Kabupaten Rembang telah mengalokasikan ruang kepada usaha pertambangan dan industrial. Kawasan Peruntukan Pertambangan sebesar 27.628 Ha, Kawasan Peruntukan Industri Besar seluas 869 Ha, dan Kawasan Peruntukan Kawasan Industri Menengah seluas 8.864 Ha. Dengan melihat perencanaan tersebut, tidak mengherankan jika industri pertambangan semakin ramai di kabupaten Rembang mulai dari kecamatan Pancur, kecamatan Kranggan, kecamatan Pamotan, kecamatan Gunem, kecamatan Sluke, kecamatan Sedan dan kecamatan Sale dengan luasan puluhan ribu hektar.

Gambar 3. Kawasan Lindung Kab. Rembang berdasarkan Perda No.14 tahun 2011

Gambar 4. Kawasan Budidaya Kab. rembang berdasarkan Perda No.14 tahun 2011

Sampai tahun 2013, terdapat sekitar 25 usaha pertambangan yang telah mendapatkan izin dan melakukan proses produksi di Kab. Rembang.

(21)

Tabel 2. Daftar usaha tambang di Kabupaten Rembang sampai tahun 2013

No. Nama perusahaan Lokasi tambang Alamat Perusahaan Nomor Izin Usaha Komoditas 01 CV Alam Megah

Putih Tahunan Sale Tahunan Sale 503/46/C/2005 Batu kapur 02 CV Andesit Tras

Makmur Terjan Kranggan Rungkut Surabaya 503/583/2010 Batu Tras 03 CV Batu Permata Pamotan Ngotet Rembang 503/456/2010 Pasir kuwarsa 04 CV Driji Kencana Sidomulyo Sedan Kabongan kidul

Rembang 503/473/2010 Marmer 05 CV Mitra Sukses Tegaldowo gunem Margomulyo Surabaya 503/02/C/2003 Batu Gamping 06 CV Sinsantuk Sudan Kranggan Gedongmulyo Laasem 503/585/2010 Batuan Tras 07 CV Sumilir Jaya

Kembar Terjan Kranggan Binangun Lasem 503/580/2010 Batuan Tras 08 CV Wahyu

Manunggal Tegaldowo Gunem Tegaldowo Gunem 503/251/C/2005 Batu Kapur 09 CV Zen 99 Terjan Kranggan Bulu Jawa Bancar Tuban 503/803/2010 Batuan Tras 10 Koperasi Aneka

Tambang Sendangmulyo Sluke Bogorejo Sedan 503/516/2010 Batuan Tras 11 Koperasi Wreda

Sejahtera Terjan Kranggan Jl Kartini - Gresik 503/582/2010 Batuan tras 12 PT Kawi Aria Putra Terjan Kranggah Jl Dukuh Kupang XIV surabaya 503/584/2010 Batuan Tras 13 PT Sinar Asia Fortuna Tahunan Sale Tahunan Sale 503/171/2004 Batu Gamping 14 PT Sinar Asia Fortuna Tegaldowo Gunem Tahunan Sale 503/170/C/2004 Batu Gamping 15 Sdr. Basirun Kedung – Pancur Sumberagung-Pancur 503/599/2010 Batu Andesit 16 Sdr. Djuwaro Ngulahan Sedan Pamotan –Pamotan 503/1013/2010 Batuan Andesit 17 Sdr. Fatimatuz Zahro Terjan Kranggan Binangun - Lasem 503/501/20108 Batuan Tras 18 Sdr. H. Achyar Gesikan Sedan Bangunrejo sedan 503/458/2010 Pasir Kuwarsa 19 Sdr. Sarip Sidomulyo Sedan Sidomulyo Sedan 503/470/2010 Pasir Kuwarsa 20 Sdr. Sekar sari Terjan Kranggan Binangun Lasem 503/579/2010 Batuan Tras 21 Sdr. Siti naula Terjan Kranggan Jl Leran - Sluke 503/706/2010 Batuan Tras 22 Sdr. Supriyanto Ngolahan sedan Jolotundo Lasem 503/1012/2010 Batuan Andesit 23 UD Jago Sendang Mulyo

Sluke Jangkli Krajan-Candisari Semarang 503/586/2020 Batuan Sirtu 24 PT Semen Gresik Tegaldowo, Kajar,

Timbrangan, Pasu-cen Kec Gunem

Jl. Veteran Gresik 503/0230/2013 Tanah Liat

25 PT Semen

Indonesia Kec. Gunem Jl. Veteran Gresik Pendirian pabrik

Sumber: diolah dari berbagai sumber. WALHI Jawa Tengah, 2015

RPJMD Propinsi Jawa Tengah 2013 – 2018 menetapkan wilayah pertambangan melalui Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk daerah Serayu Selatan, Pegunungan Sewu dan Pegunungan Kapur Utara. Kabupaten Rembang masuk wilayah Pegunungan Kapur Utara. Yang terlihat secara kasat mata sepanjang jalan jalur selatan Rembang melalui kecamatan Pancur, kecamatan Pamotan, kecamatan Gunem, kecamatan Sedan, kecamatan Sluke, kecamatan Kranggan dan kecamatan Sale begitu banyak industri yang melakukan penambangan.

Rencana pembangunan tambang batu gamping dan industri semen di Kabupaten Rembang dimulai pada tahun 2010 dengan target lokasi di Kec. Gunem. Penambangan ini dilakukan oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. yang berganti nama menjadi PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. sejak 20 Desember 2012). Sampai di tahun 2013, PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. telah memperoleh sejumlah kelengkapan izin

(22)

11

dari Pemerintah Daerah kab. Rembang dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sebagai legalitas usaha penambangan di kawasan karst Rembang (CAT Watuputih).

Adapun jenis izin dan kronologi terbitnya izin untuk usaha penambangan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. adalah sebagai berikut:7

• Setelah mendapat penolakan di Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, sekitar tiga tahun lalu, PT. Semen Gresik (Persero) Tbk- sejak 20 Desember 2012 menjadi PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk berencana melakukan penambangannya di Kawasan Gunung Watuputih Kabupaten Rembang dengan nilai proyek Rp 3,7 Triliun.

• Pada tanggal 14 Oktober 2010 PT. Semen Gresik (Persero) Tbk -sejak 20 Desember 2012 menjadi

PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk- telah mendapatkan Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP)

dengan diterbitkannya Keputusan Bupati Rembang No. 545/68/2010 Tentang Pemberian Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) Eksplorasi Tras Kepada PT. Semen Gresik (Persero) Tbk -sejak 20

Desember 2012 menjadi PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk –

• Pada tanggal 18 Januari 2011 Bupati Rembang menerbitkan Keputusan No. 545/4/2011 Tentang Izin Usaha Penambangan (IUP) Eksplorasi Atas Nama PT. Semen Gresik (Persero) Tbk -sejak 20 Desember

2012 menjadi PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk –

• Pada tanggal 18 Nopember 2011 Bupati Rembang menerbitkan Keputusan No. 591/040/Tahun 2011 Tentang Pemberian Izin Lokasi Kepada PT. Semen Gresik (Persero) Tbk -sejak 20 Desember 2012

menjadi PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk - Untuk Pembangunan Pabrik Semen, Lahan Tambang

Bahan Baku dan Sarana Pendukung Lainnya

• PT. Semen Gresik (Persero) Tbk -sejak 20 Desember 2012 menjadi PT. Semen Indonesia (Persero)

Tbk - telah melakukan penyusunan Amdal dan dinyatakan layak pada tanggal 30 April 2012 dengan

dikeluarkannya Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah No. 660.1/10 Tahun 2012 Tentang Kelayakan Lingkungan Hidup Rencana Penambangan dan Pembangunan Pabrik Semen oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Di Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah.

• Setelah adanya Keputusan dari Gubernur Jawa Tengah mengenai Kelayakan Lingkungan Hidup Rencana Penambangan dan Pembangunan Pabrik Semen PT. Semen Gresik (Persero) Tbk, pada tanggal 7 Juni 2012 Gubernur Jawa Tengah kembali mengeluarkan Keputusan No. 660.1/17 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan Kegiatan Penambangan dan Pembangunan Pabrik Semen Oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Di Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah.

• Pada tanggal 15 Februari 2013 PT. Semen Gresik (Persero) Tbk -sejak 20 Desember 2012 menjadi PT.

Semen Indonesia (Persero) Tbk - telah memegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi

dengan dikeluarkannya Keputusan Bupati Rembang No. 545/0230/2013 Tentang Pemberian Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi Batuan Tanah Liat Kepada PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.

Kebutuhan pembangunan tambang dan pabrik semen oleh PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk, di Rembang yang direncanakan memproduksi semen sebanyak 3 juta ton per tahun ini membutuhkan areal seluas 900 ha dengan rincian sebagai berikut:8

• Penambangan batu kapur, di desa Tegal Dowo dan Desa Kajar kecamatan Gunem kabupaten Rembang dengan areal luas 520 Ha.

• Penambangan tanah liat, di desa Kajar dan desa Pasucen kecamatan Gunem kabupaten Rembang dengan areal luas 250 Ha.

7 Dokumen Gugatan Terhadap Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 668.1/17 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan Kegiatan Penambangan Oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk, Di Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah. WALHI, 2015.

8 Keputusan No. 660.1/17 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan Kegiatan Penambangan dan Pembangunan Pabrik Semen Oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Di Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah.

(23)

• Pabrikan dan utilitas, di desa Kajar dan desa Pasucen kecamatan Gunem kabupaten Rembang dengan areal seluas 105 Ha.

• Jalan produksi, di desa Kadiwono kecamatan Bulu kabupaten Rembang dengan areal seluas 15 Ha. • Jalan Tambang, di desa Tegal Dowo, desa Kajar, desa Timbrangan kecamatan Gunem Kabupaten

Rembang dengan areal seluas 10 Ha.

Lokasi dan luas lahan tersebut juga diuraikan dalam Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT. Semen Indonesia (persero) Tbk.9, yakni:

Tabel 3. Lokasi dan luas lahan pertambangan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.

No. Lokasi Peruntukan lahan Luas (Ha)

1 Desa Tegal Dowo, Kajar Kec. Gunem Penambangan Batu Gamping 520 2 Desa Kajar dan Pasucen Kec. Gunem Penambangan Tanah Liat 240 3 Desa Kajar dan Pasucen Kec. Gunem Pabrik dan Utilitas 105 4 Desa Kadiwono Kec. Bulu Jalan Produksi 15 5 Desa Tegal Dowo, desa Kajar, dan desa Timbrangan, Kec. Gunem Jalan Tambang 10

Total 900

Sumber: dokumen Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi Batuan Tanah Liat PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.

9 Keputusan Bupati Rembang No. 545/0230/2013 Tentang Pemberian Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi Batuan Tanah Liat Kepada PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.

(24)

3.1 Perkembangan Industri Semen di Indonesia

Industri semen di Indonesia didominasi oleh empat pemain besar, yaitu PT Semen Indonesia, Indocement Tunggal Prakarsa, Holcim Indonesia, dan Bosowa corporation dengan kapitalisasi pasar domestik masing-masing sebesar 40%, 32%, 16% dan 5%.

Penjualan semen pada enam tahun terakhir mengalami kenaikan hampir dua kali lipat, yaitu dari 38 juta ton pada tahun 2008 menjadi 61 juta ton pada tahun 2014, walaupun pertumbuhannya mengalami penurunan YoY (year on year) lebih dari separuh antara tahun 2012 dan 2013 (Tabel x).

Tabel 4. Pertumbuhan Penjualan Semen di Indonesia

Tahun Penjualan semen (ton)1 Pertumbuhan YoY (persen)

2014 61 juta +5,1 2013 58 juta +5,6 2012 55 juta +14,6 2011 48 juta +20,0 2010 40 juta +4,2 2009 38,4 juta +1,1 2008 38 juta -¹ prognosis

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI)

Pada tahun 2015, kapasitas produksi semen nasional diharapkan mencapai sekitar 75 juta ton (lihat Gambar berikut).

Tinjauan Aspek

Pembiayaan Perbankan

(25)

Gambar 5. Kapasitas produksi PT. SI per tahun

Dalam Rapat Kerja di Kementrian Perindustrian, pada tanggal 12 Februari 2013, Ketua Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Widodo Santoso, menjelaskan bahwa dengan konsep MP3EI Indonesia kebutuhan semen meningkat hingga 10 %. Dari kebutuhan semen 55 juta ton per tahun 2012 menjadi 60 juta ton untuk tahun 2013.10 Bahkan dalam RABN 2015, anggaran untuk infrastruktur meningkat menjadi Rp 390 triliun. 11

Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah dan pihak swasta untuk memenuhi tren peningkatan kebutuhan semen dalam pelaksanaan MP3EI tersebut. Industri semen mendapatkan kesempatan untuk memacu produksinya karena jaminan kepastian permintaan pasar domestic yang terus tumbuh. Bahkan Industri-industri semen dari Tiongkok pun siap bersaing untuk mendirikan pabrik di Indonesia.

PT Semen Indonesia sebagai produsen semen terbesar saat ini pun menunujukkan peningkatan kinerja produksi maupun volume penjualan dari tahun 2013 ke 2014. PT. Semen Indonesia merupakan induk dari empat perusahaan semen besar, yaitu PT. Semen Padang, PT. Semen Gresik, PT. Semen Tonasa dan Thang Long Cemen Vietnam. Saham PT Semen Indonesia pun merupakan saham unggulan di bursa saham, sehingga secara keuangan, PT Semen Indonesia dianggap sebagai bisnis yang prospektif, sehingga diminati investor.

10 Tempo, Kebutuhan Semen Indonesia, 2013

(26)

15

3.2. Struktur Perusahaan PT Semen Indonesia dan PT Semen

Gresik

PT Semen Indonesia adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang pemegang saham terbesarnya adalah negara, dengan komposisi kepemilikan 51 persen negara dan 49 persen publik, dengan mayoritas adalah investor asing12. Komposisi ini berlaku sejak tahun 2010, dimana pemegang saham kedua terbesar pada

waktu itu, yaitu Cemex Asia dan kemudian Blue Valley Holding Pte.Ltd melepaskan semua sahamnya yang sebesar 24,9 persen ke publik.

Perseroan ini sudah berdiri sejak tahun 1957 dan beberapa kali bertransformasi. Saat ini PT Semen Indonesia adalah produsen semen terbesar di Asia Tenggara dan terbesar di Indonesia, dengan produksi per tahun mencapai 29,5 juta ton, dibanding dua pemain utama lainnya di pasar Indonesia, yaitu grup Indocement dan Holcim Indonesia di urutan kedua dan ketiga. PT Semen Indonesia adalah induk (holding) dari banyak perusahaan semen dan bisnis terkait lainnya.

Beberapa anak perusahaan PT Semen Indonesia yang juga adalah penghasil semen tersebar di beberapa daerah seperti PT Semen Padang, PT Semen Gresik maupun PT Semen Tonasa. Perusahaan ini juga memiliki sebuah anak perusahaan di Vietnam, Thanglong Cement Vietnam, yang diakuisisi pada tahun 2012, dimana PT Semen Indonesia saat ini memiliki 70 persen dari total sahamnya. PT Semen Gresik sendiri adalah anak perusahaan PT Semen Indonesia yang kepemilikan sahamnya hampir sepenuhnya adalah milik PT Semen Indonesia (99,2 persen). Gambar 1 menunjukkan struktur usaha dan entitas anak perusahaan PT Semen Indonesia secara keseluruhan.

Gambar 6. Struktur usaha dan entitas anak perusahaan PT Semen Indonesia

Sumber: Laporan Tahunan PT. SI, 2014

Menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) yang digunakan oleh Bank Indonesia (BI), pabrik semen masuk dalam kategori industri barang galian bukan logam, khususnya industri semen, kapur, gips, serta barang-barang dari semen dan kapur (dengan sandi 264000). Namun demikian, dalam alur kegiatan produksinya, pabrik semen juga melakukan ekstraksi sumber daya alam berupa penambangan material alam berupa batu kapur dan tanah liat.

12 http://www.semenindonesia.com/assets/files/files/investor/Public%20Expose/2014/Laporan%20Public%20Expose_25.08.

(27)

Dalam tahapan produksi pabrik semen, khususnya yang berlangsung di Kabupaten Rembang, kegiatan utama tahapan ini adalah penambangan tanah liat dan kapur. Pada tahapan inilah terjadi banyak masalah di lapangan, sebagaimana yang akan diuraikan dalam bab-bab selanjutnya dalam laporan ini. Jika dikaitkan dengan struktur perusahaan PT Semen Indonesia, maka anak perusahaan dengan fokus penambangan kapur dan tanah liat –dari divisi non produsen semen, adalah PT UTSG (United Tractor Semen Gresik).

PT UTSG memiliki struktur kepemilikan yang hampir berimbang dengan mayoritas saham, yaitu sebesar 55 persen dimiliki oleh PT Semen Indonesia Tbk, yang anak perusahaaannya adalah PT Semen Gresik, dengan nilai saham sekitar 314,7 milyar rupiah13, sedangkan 45 persen saham dimiliki oleh United Tractor

Tbk14. Pemegang saham mayoritas United Tractor Tbk sendiri adalah PT Astra Internasional Tbk dengan

kepemilikan sebesar hampir 60 persen.

3.3 Syarat Normatif Tanggung Jawab dan Tata Kelola

Lingkungan PT Semen Indonesia

Dalam Bab I Pasal 1 Ayat 3 Undang-undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT), diatur tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Ayat tersebut berbunyi “tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya”.

Secara normatif, PT Semen Indonesia sebagai perusahaan manufaktur dengan skala produksi yang cukup signifikan, dan merupakan salah satu pemain utama produsen semen di Indonesia, melaksanakan kewajibannya untuk menyampaikan tanggungjawab sosial dan lingkungannya kepada publik melalui Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report) yang telah mengikuti standar pelaporan GRI-G4 (Global Reporting Initiative – Generation 4).

Secara institusional, Misi ke-3 perseroan ini menyatakan bahwa PT Semen Indonesia “Mewujudkan tanggung jawab sosial serta ramah lingkungan”. Menurut pernyataan dari PT Semen Indonesia dalam laporan tahunannya (2014), perseroan ini telah mengoperasikan pabrik semen mereka sesuai dengan standar-standar ramah lingkungan, dan telah mendapatkan penghargaan dari Kementerian Perindustrian dengan anugerah The Best Indonesia Green Award 2014.

Laporan Tahunan 2014 PT Semen Indonesia juga mengklaim bahwa PT Semen Indonesia telah melakukan kegiatannya secara ter-standar, sesuai sertifikasi ISO 14001 sejak tahun 2004, dengan Sistem Manajemen Lingkungan yang disertifikasi oleh SGS pada tahun 2010-2013. Sepanjang tahun 2014 saja, perusahaan ini mengklaim telah mengeluarkan 5,18 milyar rupiah untuk upaya pengelolaan lingkungan hidup, dan bahkan di pemberitaan beberapa media, disebutkan bahwa dana CSR PT Semen Indonesia yang dikeluarkan untuk proyek Semen Rembang saja mencapai 6 milyar rupiah.

Namun demikian, kasus pembangunan pabrik semen Rembang misalnya, menunjukkan inkonsistensi antara apa yang secara normatif dipaparkan dalam berbagai pernyataan perusahaan, dibandingkan dengan praktek di lapangan. Praktek perusahaan beserta anak-anak perusahaannya di lapangan menunjukkan inkosistensi tersebut.

Dalam beberapa laporan media misalnya, PT UTSG yang adalah anak perusahaan PT Semen Indonesia untuk penambangan kapur dan tanah liat ditengarai melakukan pelanggaran dalam hal standar pengoperasian di sekitar Rembang, sehingga menimbulkan polusi udara bagi penduduk,15 dan juga tidak

atau belum menunjukkan bukti bahwa mereka taat terhadap peraturan dana reklamasi kembali area pertambangan16.

13 http://www.infovesta.com/infovesta/news/readnews.jsp?id=5b88a411-2415-11e4-b8da-e41f13c31ba2 14 http://www.unitedtractors.com/company-profile/business-structure

15 http://detakjateng.com/berita/diprotes-perusahaan-pertambangan-timbulkan-polusi-debu.html 16 http://mataairradio.com/berita-top/penambang-rembang-dana-reklamasi

(28)

17

3.4 Bank-bank Pemberi Pinjaman bagi PT. Semen Indonesia

Berdasarkan data yang diperoleh dari Laporan Keuangan PT Semen Indonesia tahun 2014, sampai pada akhir tahun 2014, paling tidak ada 8 bank di Indonesia yang masih aktif memberikan pinjaman kepada PT Semen Indonesia. Kedelapan bank tersebut adalah:

1. Bank BNI 2. BRI 3. Bank Mandiri 4. Indonesia Eximbank 5. Bank BCA 6. Bank CIMB-Niaga 7. BPD Jawa Timur 8. Bank Sulawesi Selatan

Dua bank pembangunan daerah yaitu BPD Jatim dan Bank Sulsel berada bersama dua bank nasional yaitu BRI dan Bank Mandiri (sebagai leader dalam sindikat bank ini) untuk memberikan kredit sindikasi kepada anak PT Semen Indonesia yaitu PT Semen Tonasa, dengan total nilai maksimal sebesar 3,5 trilyun rupiah.

Sedangkan bank lain yang juga memberikan kredit kepada PT Semen Indonesia adalah dua bank dari Vietnam yaitu An Binh Commercial Joint Stock Bank dan Bui Thi The. Bank asing lainnya yang terlibat dalam pendanaan usaha PT Semen Indonesia adalah Standard Chartered cabang Vietnam, yang berada dalam sindikasi dengan bank dari Jepang yaitu Sumitomo Mitsui dan Bank Mandiri dari Indonesia untuk pembiayaan anak perusahaaannya yaitu TLCC Vietnam.

Untuk kategori pinjaman jangka pendek, Bank Mandiri berada pada posisi teratas, dengan nilai lebih dari 100 milyar dolar Amerika dan 10 trilyun rupiah, diikuti oleh Bank BNI dengan sekitar 40 milyar dollar Amerika dan 4,6 milyar rupiah, Indonesia Eximbank dengan sekitar 260 milyar rupiah, serta kedua bank Vietnam, An Binh dan Bui Thi The, terutama berkaitan dengan pinjaman untuk TLCC Vietnam.

3.5 Penyaluran Pinjaman Bank Mandiri di Sektor Industri

yang Relevan

Sektor perindustrian/manufaktur, dimana pabrik semen jatuh dalam kategori ini, adalah sektor yang menerima kucuran dana terbesar dari Bank Mandiri, yaitu sebanyak seperlima atau 20 persen dari total pinjaman yang disalurkan Bank Mandiri selama tahun 2014 yang berjumlah 523,1 trilyun rupiah. Sektor manufaktur menerima pinjaman sejumlah 106,8 trilyun rupiah dari pangsa kredit Bank Mandiri.

Namun dalam pernyataan-pernyataan resmi Bank Mandiri, dinyatakan bahwa Mandiri mendukung program pembangunan pemerintah, yaitu MP3EI yang mayoritas adalah proyek konstruksi. Pinjaman kepada PT Semen Indonesia, khususnya untuk pabrik semen Rembang, menurut pernyataan Bank Mandiri, adalah bagian dari dukungan Bank Mandiri kepada perkembangan sektor konstruksi di Indonesia. Sektor konstruksi menerima 4 persen dari total kredit Bank Mandiri, sedangkan kredit untuk sektor pendukung konstruksi dan manufaktur, khususnya pertambangan, pada tahun 2014 adalah sebesar 6 persen dari total seluruh investasi Bank Mandiri.

Jika ketiga sektor (industri, konstruksi dan pertambangan) ini digabung, maka sub-total ketiganya adalah sekitar 30 persen dari keseluruhan pinjaman yang dikucurkan Bank Mandiri, atau hampir sepertiga dari total kue kredit yang disalurkan Bank Mandiri (Grafik 1).

(29)

Grafik3. Komposisi pinjaman Bank Mandiri untuk berbagai sektor industri tahun 2014

Sumber: Laporan Keuangan Konsolidasi PT. Bank Mandiri 2014, diolah (Lampiran 5/76-78)

Dengan demikian, ketiga sektor tersebut adalah sektor yang paling signifikan untuk Bank Mandiri, karena terkait langsung, bukan saja hanya dengan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan infrastruktur nasional, tetapi juga karena menyangkut kehidupan orang banyak dan terkait erat dengan keberlangsungan lingkungan hidup karena termasuk berisiko tinggi terhadap kemungkinan terjadinya pelanggaran hak asasi manusia dan perusakan lingkungan hidup.

3.6 Hasil Assessment ResponsiBank terhadap kebijakan

investasi Bank Mandiri

Dalam assessment terhadap kebijakan pemberian kredit dan investasi yang dilakukan oleh Koalisi Masyarakat Sipil ResponsiBank Indonesia17 Bank Mandiri tidak mendapatkan skor apapun alias mendapatkan nilai 0

pada sektor Pertambangan. Ini dapat berarti dua hal, pertama, Bank Mandiri tidak memiliki kebijakan apapun mengenai sektor pertambangan berikut industri pengolahannya, dan juga konstruksi, dan kedua, Bank Mandiri memiliki kebijakan untuk screening kredit/pinjaman, namun tidak mempublikasikannya18.

Dengan asumsi Bank Mandiri tidak memiliki kebijakan khusus dalam penyaluran pinjaman bagi sektor berisiko tinggi, hasil assessment terhadap Bank Mandiri dalam sektor pertambangan (Tabel 2) ini menunjukkan bahwa tidak ada kebijakan dari Bank Mandiri (sebagai pemberi pinjaman) kepada debitur-debiturnya untuk mentaati prinsip-prinsip hak asasi manusia maupun pelestarian lingkungan hidup yang sudah banyak diadopsi oleh sektor keuangan internasional.

17 Lihat Peringkat bank tahun 2014 di www.responsibank.id

18 Dari informasi peneliti ResponsiBank, diperoleh informasi bahwa Bank Mandiri sempat merespon (tahun 2013) saat diklarifikasi mengenai kebijakan investasinya di sektor-sektor berisiko tinggi dengan menyurati ResponsiBank bahwa Bank Mandiri tidak berkewajiban mempublikasikan kebijakan investasinya, karena bukan kewajiban yang diberlakukan oleh otoritas dunia keuan-gan (saat itu masih Bank Indonesia).

(30)

19

Tabel 5. Hasil Asesmen terhadap Bank Mandiri dalam Kebijakan Investasi di Sektor Pertambangan

No. Elemen kebijakan yang dinilai terkait perusahan dimana lembaga keuangan berinvestasi

Hasil assessment Skor Keterangan 1 Perusahaan menetapkan proses untuk mediasi ulang dan kompensasi bagi para

korban pelanggaran hak asasi manusia (termasuk mekanisme pengaduan dan kemungkinan kompensasi).

0 Tidak ada informasi

2 Perusahaan mencegah konflik atas hak tanah dan memperoleh sumber daya alam hanya melalui konsultasi serius dengan masyarakat lokal dan memperoleh ijin secara FPIC (free, prior and informed consent) ketika menyangkut masyarakat adat.

0 Tidak ada informasi

3 Perusahaan mencegah konflik atas hak tanah dan memperoleh sumber daya alam

hanya dengan memperoleh ijin FPIC dari pengguna lahan yang terlibat. 0 Tidak ada informasi

4 Perusahaan menghormati Deklarasi ILO mengenai Prinsip dan Hak Dasar dalam

bekerja. 0 Tidak ada informasi

5 Perusahaan mengikuti Voluntary Principles on Security and Human Rights untuk

keamanan karyawan dan area kerjanya 0 Tidak ada informasi

6 Perusahaan mencegah dampak negatif operasinya terhadap kawasan yang dilindungi yang termasuk dalam Kategori I-IV dalam International Union for Conservation of Nature (IUCN).

0 Tidak ada informasi

7 Perusahaan mencegah dampak negatif operasinya terhadap kawasan situs Warisan

Dunia UNESCO. 0 Tidak ada informasi

8 Perusahaan mencegah dampak negatif operasinya terhadap kawasan yang dilindungi

dibawah Konvensi Ramsar mengenai daerah Rawa-rawa. 0 Tidak ada informasi

9 Perusahaan membayar pajak di tiap negara tempatnya beroperasi. 0 Tidak ada informasi

10 Perusahaan terbuka mengenai pembayaran mereka kepada pemerintah (termasuk

pajak tertangguh, pembayaran konsesi dan pajak). 0 Tidak ada informasi

11 Menawarkan, menjanjikan, memberikan, dan meminta, baik langsung maupun tidak

langsung, sogokan atau keuntungan lain untuk mendapatkan proyek atau keuntungan lainnya, tidak dapat diterima.

0 Tidak ada informasi

12 Perusahaan memitigasi kemungkinan kecelakaan dengan cara menggunakan teknik

terbaru yang ada dan memiliki peta jalan yang solid untuk situasi krisis. 0 Tidak ada informasi

13 Perusahaan menghindari lokasi dimana konsekuensi terjadinya kecelakaan lingkungan

hidup tidak dapat tertangani. 0 Tidak ada informasi

14 Perusahaan mengurangi limbah ekstraktif dan mengelola dan memprosesnya dengan

cara yang bertanggungjawab. 0 Tidak ada informasi

15 Pembuangan limbah tailing di sungai dan bawah laut tidak dapat diterima. 0 Tidak ada informasi

16 Perusahaan memasukan efek lingkungan dan kesehatan pasca penambangan ke dalam

rencana untuk membuka tambang baru. 0 Tidak ada informasi

17 Perusahaan memastikan bahwa pemulihan kembali ekosistem setelah aktifitas

komersil dari semua industri ekstraktif dilakukan sepenuhnya (mis. dengan memasukkan pembiayaan ini ke dalam perencanaan dan anggaran proyek).

0 Tidak ada informasi

18 Perusahaan mengakui kedaulatan negara atas sumber daya alam mereka. 0 Tidak ada informasi

19 Perusahaan hanya beroperasi di negara dengan pemerintah yang lemah atau di

wilayah konflik bila mereka bisa menunjukkan bahwa mereka tidak menyebabkan atau berkontribusi pada pelanggaran HAM.

0 Tidak ada informasi

(31)

No. Elemen kebijakan yang dinilai terkait perusahan dimana lembaga keuangan berinvestasi

Hasil assessment Skor Keterangan 20 Perusahaan memajukan pertambangan skala kecil atau pertambangan rakyat yang

memajukan ekonomi berkelanjutan dan pembangunan sosial di tingkat lokal. 0 Tidak ada informasi

21 Pertambangan uranium tidak bisa diterima. 0 Tidak ada informasi

22 Pertambangan yang merusak gunung tidak bisa diterima. 0 Tidak ada informasi

23 Pertambangan batubara hanya diterima jika batubara tersebut digunakan di

pembangkit paling modern, dengan emisi kurang dari 550 gram karbondioksida per jam (gCO2/kWh).

0 Tidak ada informasi

24 Perusahaan di-sertifikasi sesuai kriteria skema sertifikasi untuk mineral-mineral

tertentu. 0 Tidak ada informasi

25 Perusahaan mempublikasikan laporan keberlanjutan yang terdiri dari (sejumlah)

Standar Keterbukaan dari Panduan Laporan Keberlanjutan GRI Generasi 4. 0 Tidak ada informasi

26 Perusahaan publish a sustainability report that is set up in accordance with the

GRI G4 Sustainability Reporting Guidelines, including the Mining and Metals Sector Disclosure (MMSD).

0 Tidak ada informasi

27 Perusahaan mengintegrasikan kriteria-kriteria sosial, ekonomi dan lingkungan hidup

dalam kebijakan pengadaan dan operasional mereka. 0 Tidak ada informasi

28 Perusahaan memasukkan pasal-pasal mengenai kepatuhan terhadap kriteria-kriteria

sosial, ekonomi dan lingkungan hidup dalam kontrak-kontrak mereka dengan sub-kontraktor dan pemasok.

0 Tidak ada informasi

Sebagai bank kedua terbesar di Indonesia, Mandiri hanya menempati peringkat ke-9 dari 11 bank yang dinilai, dengan agregat nilai rata-rata 2,6 persen dari 100 persen nilai maksimum. Mandiri hanya mendapatkan skor pada dua tema saja yaitu pajak dan korupsi (15 persen) dan transparansi dan akuntabilitas (19 persen). Poin ini didapat antara lain karena Mandiri menyebutkan tentang kebijakan anti gratifikasi dan fraud serta

disclosure data cabang Mandiri di Cayman Island, dan juga karena pelaporan keberlanjutan Mandiri yang

telah merujuk pada standar pelaporan GRI Generasi 4.

Bank Mandiri tidak mendapatkan poin apapun (0) untuk 11 tema/sektor lain yaitu perubahan iklim, hak asasi manusia, hak-hak pekerja, remunerasi, serta sektor persenjataan, pangan, kehutanan, pertambangan, migas maupun pembangkit listrik, -karena belum mempublikasikan kebijakan kredit apapun yang terkait dengan elemen-elemen yang dinilai dalam tema dan sektor-sektor tersebut19.

Ketiadaan (atau tidak dipublikasikannya) kebijakan pemberian pinjaman yang sebenarnya berfungsi sebagai rambu-rambu bagi pemberian kredit untuk sektor-sektor sensitif bagi bank terbesar di Indonesia seperti Bank Mandiri ini menunjukkan bahwa industri perbankan di Indonesia masih ketinggalan cukup jauh dari industri perbankan di negara lainnya, dimana juga dilakukan assessment yang sama, dan bank-bank di Indonesia mendapatkan rata-rata skor yang paling rendah dibanding 6 negara lain.

(32)

4.1 Proses AMDAL dan Penerbitan Izin Lingkungan

Proses perencanaan dan pembangunan tambang dan pabrik semen PT. Semen Indonesia tidak transparan dan partisipatif terhadap masyarakat, khususnya bagi masyaarakat di desa yang menjadi lokasi pertambangan dan pabrik semen PT. Indonesia. Masyarakat secara tegas menyatakan bahwa mereka tidak mengetahui rencana awal pembangunan tambang dan pabrik semen, termasuk proses pembebasan lahan (tanah), sosialisasi perencanaan tambang dan pabrik semen, dan pelibatan masyarakat dalam penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan dalam Pasal 22 ayat (1), jo Pasal 36 ayat (2) jo Pasal 36 ayat (1) Jo Pasal 40 ayat (10) Jo Pasal 41, mengatur prosedur keluarnya ijin lingkungan sebagai berikut:

Gambar 7. Prosedur keluarnya Izin Lingkungan

Proses yang tidak transparan dan partisipatif terkait rencana pembangunan tambang dan pabrik semen dapat terhitung sejak tahun 2010. Pada tanggal 14 Oktober 2010 PT. Semen Gresik (Persero) Tbk

-sejak 20 Desember 2012 menjadi PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk- telah mendapatkan Wilayah Izin

Usaha Pertambangan (WIUP) dengan diterbitkannya Keputusan Bupati Rembang No. 545/68/2010, hingga terbitnya Izin Lingkungan (7 Juni 2012) dan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi Batuan Tanah Liat Kepada PT. Semen Gresik (Persero) Tbk./PT. Semen Indonesia Tbk. pada tanggal 15 Februari 2013.

Kondisi ini yang menjadi dasar timbulnya protes keras dari masyarakat dari beberap desa lokasi pertambangan dan menolak masuknya alat-alat berat milik perusahaan pada pertengahan tahn 2014. Protes ini terus berlanjut hingga terjadi aksi massa dan blokade jalan masuk pabrik PT. Smen Indonesia sejak 16 Juni 2014 hingga saat ini. (sampai saat ini, para ibu-ibu masih bertahan dalam tenda-tenda yang

didirikan di jalan masuk pabrik PT. Semen Indonesia Tbk.)

(33)

Sejak saat itu, protes dan penolakan masyarakat terus meningkat. Proses yang perencanaan pembangunan pabrik semen yang tidak transparan dan partisipatif telah melahirkan AMDAL dan Izin Lingkungan dinilai cacat hukum karena bertentag dengan peraturan perundang-undangan. Dari beberapa proses konsolidasi, masyarakat bersama Wahan Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) memutuskan untuk melanjutkan penolakan terhadap pembangunan pabrik semen PT. Indonesia melalui jalur hukum. Jalur hukum yang ditempuh adalah gugatan hukum terhadap Izin Lingkungan yang dikeluarkan oleh Gubernur Jawa Tengah, melalui Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Semarang dengan menggunakan Hak Gugat (legal standing) Yayasan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI).

Gugatan Terhadap Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 668.1/17 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan Kegiatan Penambangan Oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk, Di Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah didaftarkan oleh Tim Advokasi Peduli Lingkungan tertanggal 31 Agustus 2014 kepada Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang.

Dalam dokumen gugatan, (poin A.2. Kronologi terbitnya keputusan A-quo)20 ditegaskan:

“Bahwa dalam rencana pembangunannya, masyarakat merasa pihak PT. Semen Gresik (Persero) Tbk -sejak 20 Desember 2012 menjadi PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk- tidak pernah melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang akan terkena dampak.”

Terkait dengan terbitnya Izin Lingkungan, masyarakat baru mengetahui pada tanggal 18 Juni 2014 setelah warga mendapatkan informasi dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Jawa Tengah. Informasi inipun diberitahukan setelah salah satu warga kabupaten Rembang mengajukan permohonan informasi ke Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 5 Juni 2014. Masyarakat juga telah melakukan upaya administrasi dalam bentuk menyampaikan surat keberatan terhadap Keputusan yang telah dikeluarkan oelh Gubernur Jawa Tengah dengan menemui langsung Gubernur Jawa Tengah pada tanggal 20 Juni 2014.21

Upaya administrasi tersebut telah dimuat dalam situs berita online Tempo tertanggal 21 Juni 2014 dengan judul “Soal Pabrik Semen, Ganjar Dinilai Tak Tegas”, Situs online Tempo tertanggal 22 Juni 2014 dengan judul “Aktivis Gugat Izin Pabrik Semen di Rembang”, Situs online NU Online tertanggal 20 Juni 2014 dengan judul “Warga NU ajukan Keberatan Izin Pabrik Semen ke Gubernur Jateng”, Situs online MataAirRadio.net tertanggal 20 Juni 2014 dengan judul “Lima Hari, Warga masih bertahan di Tenda ‘Penolakan’ Pabrik Semen”.22

Tersebut Terkait dengan proses penyusunan AMDAL dan keluarnya Izin Lingkungan yang tidak patisipatif dan bertentang dengan hukum, dalam gugatan terhadap izin lingkungan diuraikan:23

Bahwa selain cacat hukum, kekeliruan, penyalahgunaan, serta ketidakbenaran dan/atau pemalsuan

data, dokumen, dan/atau informasi, Keputusan A-quo bertentangan dengan asas partisipatif

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf k Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan, yang berbunyi:

Yang dimaksud dengan “asas partisipatif” adalah bahwa setiap anggota masyarakat didorong untuk berperan aktif dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Terkait dengan izin lingkungan, lebih lanjut dalam Pasal 39, berbunyi:

20 Dokumen Gugatan Terhadap Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 668.1/17 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan

Kegiatan Penambangan Oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk, Di Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah. WALHI, 2015.

21 Surat menjadi lampiran Bukti dalam gugatan terhadap Gubernur jawa Tengah terkait Izin Lingkungan PT. Semen Indonesia.

(Vide: P.3. P.4, dan P.5.)

22 lampiran Bukti dalam gugatan terhadap Gubernur jawa Tengah terkait Izin Lingkungan PT. Semen Indonesia. (Vide: P.6.) 23 Dokumen Gugatan Terhadap Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 668.1/17 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan

Kegiatan Penambangan Oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk, Di Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah. Hal 27 – 28. WALHI, 2015.

(34)

23

Ayat (1), Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya wajib mengumumkan setiap permohonan dan keputusan izin lingkungan.

Ayat (2), Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara yang mudah diketahui oleh masyarakat.

Penjelasan pasal 39 (1) UU PPLH menyatakan bahwa tujuan “mengumumkan permohonan izin

dengan cara yang yang mudah diketahui masyarakat” adalah memungkinkan peran serta masyarakat,

khususnya yang belum menggunakan kesempatan dalam prosedur keberatan, dengar pendapat, dan lain-lain dalam proses pengambilan keputusan izin.

Permasalahannya adalah dalam kasus ini dengar pendapat tidak dilakukan, pengumuman tidak dilakukan, keberatan masyarakat yang ditunjukan melalui serangkaian protes dan debat di media massa, bahkan keberatan resmi tidak menjadi pertimbangan.

4.2 Perampasan Tanah dan Konflik Sosial

Foto 1. Diskusi bersama masyarakat terdampak pertambangan semen. WALHI, 2015

Setelah terbitnya Surat Keputusan Bupati Rembang Nomor: 545/68/2010 tentang pemberian Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) tertanggal 14 Oktober 2010 kepada PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. untuk eksplorasi batuan Tras yang dilanjutkan dengan Surat Keputusan Bupati Rembang Nomor: 545/2/2011 tentang Izin Usaha Penambangan (IUP) dan Surat Keputusan Bupati Rembang Nomor: 591/040/Tahun 2011 tentang Pemberian Izin Lokasi, kerentanan sosial semakin nampak. Dari proses diskusi kampung dan wawancara dengan masyarakat di sekitar lokasi pertambangan (masyarakat terdampak) PT. Semen Indonesia Tbk., ditemukan bahwa masuknya pertambangan semen PT. SI di Kec. Gunem telah menyebabkan terjadinya perampasan tanah dan perpecahan antar kelompok masyarakat. Kondisi ini telah mengarah pada konflik sosial.

Perampasan tanah terjadi karena perusahaan tidak menggunakan mekanisme yang jelas dalam proses pembebasan lahan (tanah) masyarakat yang berada dalam kawasan WIUP. Selain itu, masyarakat merasa tidak pernah dilibatkan dalam proses sosialisasi tentang rencana pertambangan di wilayah mereka. Masyarakat justru mendapatkan berbagai tindakan dan upaya intimidasi agar mau menjual tanahnya.

Gambar

Gambar 1. Letak Prov. Jawa Tengah dalam peta wilayah Indonesia
Gambar 2. Letak Kab. Rembang dalam peta Wilayah Prov. Jawa Tengah
Gambar 4. Kawasan Budidaya Kab. rembang berdasarkan Perda No.14 tahun 2011
Tabel 2. Daftar usaha tambang di Kabupaten Rembang sampai tahun 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan analisis kadar logam timbal (Pb) dan kadmium (Cd) pada ikan asin untuk mengetahui tingkat cemaran yang terjadi

Menurut pandangan Bapak, apakah guru mata pelajaran Alquran Hadis di Madrasah Aliyah Negeri 3 Medan ini telah memiliki kompetensi dalam mengimplementasikan pendekatan

dilakukan BPK Perwakilan Provinsi Jawa Tengah untuk setahun ke depan yang dibahas dalam Rapat Kerja; b) Penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan yang telah dilakukan BPK

Selain Retribusi tersebut diatas, ada beberapa jenis retribusi baru yang akan dipungut oleh Pemerintah Kabupaten Tanah Datar berdasarkan Undang- Undang Nomor 28

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 8)

Manajemen Pameran Seni Rupa, Bandung, Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.. Edutainment or Entertainment,

PEMBANGUNAN JALAN DAN JEMBATAN BIDANG BINA MARGA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA

[r]