• Tidak ada hasil yang ditemukan

TIM MATEMATIKA DASAR I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TIM MATEMATIKA DASAR I"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

 

 

MATEMATIKA DASAR I 

 

DIKTAT KULIAH 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DISUSUN OLEH 

 

TIM MATEMATIKA DASAR I 

 

           

FAKULTAS SAIN DAN TEKNOLOGI 

UNIVERSITAS JAMBI 

2013

(2)

  i        KATA PENGANTAR     

Mata kuliah Matematika Dasar merupakan mata kuliah dasar yang diwajibkan bagi mahasiswa tahun pertama di perguruan tinggi khususnya di Fakultas Sain dan Teknologi Universitas Jambi. Mata kuliah Matematika Dasar ini pada dasarnya sama dengan mata kuliah Kalkulus yang biasanya dipakai pada umumnya. Matakuliah Matematika Dasar ini terdiri dari Matematika Dasar I, Matematika Dasar II, dan Matematika Dasar Lanjut. Matematika Dasar I umumnya mempelajari tentang turunan suatu fungsi yang akan menjadi dasar ataupun pengantar bagi perkuliahan matematika dasar II dan Matematika Dasar Lanjut. Diktat ini dibuat untuk digunakan dalam perkuliahan Matematika Dasar I.

Dari segi konsep isi perkuliahan Matematika Dasar I sudah baku, tidak begitu banyak mengalami perubahan. Hanya saja perbaikan dan revisi dalam penyajian yang mungkin harus terus dipertimbangkan demi baiknya pembelajaran mata kulian ini.

Salah satu yang menjadi tujuan dalam penyusunan diktat ini adalah untuk membantu mengefektifkan pembelajaran dan menambah referensi mahasiswa. Di samping dengan pertimbangan penyeragaman pengajaran di Fakultas Sain dan teknologi, maka kami berupaya menyusun suatu bahan ajar atau diktat yang berjudul “Matematika Dasar I” sebagai acuan di lingkungan Fakultas Sain dan Teknologi dengan harapan eksistensi mutu dan hasil belajar dapat dicapai secara optimal.

Penulis mengharapkan saran dan kritik guna penyempurnaan baik dari segi isi maupun bahasa dalam bahan ajar ini. Besar harapan penulis bahwa bahan ajar ini bisa bermanfaat.

Jambi, September 2013

Tim Matematika Dasar I FST Universitas Jambi

(3)

ii  DAFTAR ISI      KATA PENGANTAR ________________________________________________________________________________ I  DAFTAR ISI ________________________________________________________________________________________ II  BAB 1 _______________________________________________________________________________________________ 1  PENDAHULUAN ___________________________________________________________________________________ 1  1.1  SISTEM BILANGAN REAL ______________________________________________________________ 1  1.2  PERTAKSAMAAN ______________________________________________________________________ 2  1.3  NILAI MUTLAK _______________________________________________________________________ 4  1.4  AKAR KUADRAT ______________________________________________________________________ 5  1.5  SISTEM KOORDINAT DAN GARIS LURUS ________________________________________________ 5  1.5.1  Sistem Koordinat _____________________________________________________________ 5  1.5.2  Persamaan Garis Lurus ______________________________________________________ 7  1.6  TEKNIK MENGGAMBAR GRAFIK SUATU PERSAMAAN GARIS _____________________________ 9  1.7  LATIHAN SOAL _____________________________________________________________________  10  BAB 2 _____________________________________________________________________________________________ 13  FUNGSI DAN LIMIT _____________________________________________________________________________ 13  2.1  FUNGSI DAN GRAFIKNYA ____________________________________________________________  13  2.1.1  Definisi Fungsi dan Grafiknya _____________________________________________  13  2.1.2  Fungsi Genap dan Fungsi Ganjil ___________________________________________  15  2.1.3  Fungsi Nilai Mutlak dan Fungsi Bilangan Bulat Terbesar _______________  16  2.1.4  Beberapa Jenis Fungsi Lainnya di dalam Kalkulus ______________________  17  2.2  OPERASI FUNGSI ____________________________________________________________________  18  2.2.1  Operasi Jumlah, Selisih, Hasil Kali, Hasil Bagi, Pangkat _________________  18  2.2.2  Komposisi Fungsi __________________________________________________________  19  2.2.3  Invers Fungsi _______________________________________________________________  20  2.2.4  Translasi Fungsi ____________________________________________________________  20  2.3  FUNGSI TRIGONOMETRI _____________________________________________________________  21  2.3.1  Definisi Fungsi Trigonometri _____________________________________________  21  2.3.2  Empat Fungsi Trigonometri Lainnya _____________________________________  22  2.3.3  Kesamaan Trigonometri ___________________________________________________  22  2.4  KONSEP LIMIT ______________________________________________________________________  23  2.5  PENGKAJIAN MENDALAM TENTANG LIMIT ___________________________________________  25  2.5.1  Definisi Limit _______________________________________________________________  25 

(4)

  iii  2.5.2  Definisi Limit Limit Sepihak _______________________________________________  25  2.6  TEOREMA LIMIT ____________________________________________________________________  26  2.6.1  Teorema Limit Utama  _____________________________________________________  26  2.6.2  Teorema Penggantian _____________________________________________________  27  2.6.3  Teorema Apit _______________________________________________________________  27  2.6.4  Limit Trigonometri  ________________________________________________________  27  2.7  KEKONTINUAN FUNGSI ______________________________________________________________  27  2.7.1  Kekontinuan di Satu Titik _________________________________________________  27  2.7.2  Kekontinuan Sepihak ______________________________________________________  28  2.7.3  Kekontinuan pada Interval ________________________________________________  28  2.8  TEOREMA KEKONTINUAN FUNGSI ___________________________________________________  29  2.8.1  Teorema A (Kekontinuan pada fungsi polynomial dan fungsi rasional)29  2.8.2  Teorema B (Kekontinuan pada fungsi nilai mutlak dan fungsi akar ke‐n)   29  2.8.3  Teorema C (Kekontinuan pada operasi fungsi) __________________________  29  2.8.4  Teorema D (Kekontinuan pada limit komposisi) ________________________  29  2.8.5  Teorema E ( Teorema Nilai Antara) ______________________________________  29  2.9  LATIHAN SOAL _____________________________________________________________________  30  BAB 3 _____________________________________________________________________________________________ 33  TURUNAN ________________________________________________________________________________________ 33  3.1  KONSEP DASAR TURUNAN __________________________________________________________  33  3.1.1  Permasalahan Garis Singgung  ____________________________________________  33  3.1.2  Permasalahan Kecepatan Sesaat __________________________________________  34  3.2  TURUNAN __________________________________________________________________________  35  3.2.1  Definisi Turunan ___________________________________________________________  35  3.2.2  Beberapa Bentuk Setara Turunan ________________________________________  36  3.2.3  Keterdiferensialan dan Kekontinuan Fungsi  ____________________________  36  3.3  ATURAN TURUNAN _________________________________________________________________  37  3.4  ATURAN TURUNAN FUNGSI TRIGONOMETRI  _________________________________________  38  3.5  ATURAN RANTAI ___________________________________________________________________  38  3.6  PENULISAN LEIBNIZ ________________________________________________________________  39  3.7  TURUNAN TINGKAT TINGGI _________________________________________________________  40  3.8  PENDIFERENSIALAN IMPLISIT _______________________________________________________  41  3.9  LAJU YANG BERKAITAN _____________________________________________________________  41  3.10  DIFERENSIAL DAN HAMPIRAN ____________________________________________________  43  3.10.1  Turunan dan Diferensial  __________________________________________________  43 

(5)

iv  3.10.2  Hampiran ___________________________________________________________________  44  3.10.3  Penaksiran Galat (Error) __________________________________________________  45  3.11  SOAL LATIHAN ___________________________________________________________________  45  BAB 4 _____________________________________________________________________________________________ 48  APLIKASI TURUNAN ___________________________________________________________________________ 48  4.1  MAKSIMUM DAN MINIMUM  _________________________________________________________  48  4.2  KEMONOTONAN FUNGSI DAN TITIK EKSTRIM ________________________________________  50  4.2.1  Kemonotonan Fungsi ______________________________________________________  50  4.2.2  Titik Ekstrim  _______________________________________________________________  51  4.2.3  Uji Turunan untuk Kemonotonan dan Titik Ekstrim ____________________  52  4.3  KECEKUNGAN FUNGSI DAN TITIK BELOK _____________________________________________  54  4.3.1  Kecekungan Fungsi ________________________________________________________  54  4.3.2  Titik Belok __________________________________________________________________  54  4.3.3  Uji Turunan untuk Kecekungan dan Titik Belok _________________________  54  4.4  BEBERAPA MASALAH MAKSIMUM DAN MINIMUM ____________________________________  55  4.5  LIMIT DI TAK HINGGA DAN LIMIT TAK HINGGA ______________________________________  56  4.5.1  Limit Tak Hingga ___________________________________________________________  56  4.5.2  Limit di Tak Hingga ________________________________________________________  57  4.5.3  Limit Tak Hingga di Tak Hingga  __________________________________________  57  4.6  MENGGAMBAR GRAFIK CANGGIH ____________________________________________________  58  4.6.1  Asimtot ______________________________________________________________________  58  4.7  TEOREMA NILAI RATA‐RATA  _______________________________________________________  61  4.8  LATIHAN SOAL _____________________________________________________________________  62  DAFTAR PUSTAKA _____________________________________________________________________________ 65 

(6)

          BAB 1  PENDAHULUAN      1.1 Sistem Bilangan Real 

Kalkulus  sangat  bergantung  pada  sistem  bilangan  real  dan  sifat‐sifat  yang  terkandung  di  dalamnya.  Untuk  memahami  sistem  bilangan  real,  kita  akan  memulai  dengan beberapa sistem bilangan yang sederhana. 

Himpunan  bilangan  asli,  1,2,3,4,5, . . . .  Di  dalam  himpunan  bilangan  asli  terdapat himpunan bilangan genap  2 |   dan himpunan bilangan ganjil  2 1|

.  Selain  itu  terdapat  pula  himpunan  bilangan  prima  dan  komposit.  Gabungan  antara  himpunan bilangan asli, nol, dan himpunan negatif bilangan asli disebut sebagai himpunan  bilangan  bulat,  . . . , 3, 2, 1,0,1,2,3, . . . .  Himpunan  bilangan  rasional  didefinisikan  dengan  | ,   ,  0 .  Karena 1  0 ,  maka  , .  Bilangan  yang  tidak  bisa  dituliskan  dalam  bentuk   dengan  ,  dikategorikan  dalam  himpunan  bilangan  irasional.  Gabungan  himpunan  bilangan  rasional  dan  bilangan  irasional  disebut  sebagai  himpunan bilangan real, . 

Contoh 1.1: 

1. , √2, dan π adalah bilangan irasional, sedangkan  , √2, π .  2. Buktikan bahwa jika k  genap, maka k genap. 

Bukti: 

Kontraposisi  dari  pernyataan  tersebut  adalah  jika   bukan  merupakan  bilangan  genap,  maka   bukan  bilangan  genap.  Hal  ini  sama  artinya  dengan  mengatakan  bahwa  jika   ganjil,  maka   ganjil.  Kita  akan  membuktikan  kontraposisinya.  Misalkan  2 1, maka 

2 1 4 4 1 2 2 2 1. 

Terlihat  bahwa  jika   bilangan  ganjil,  maka   adalah  bilangan  ganjil.  Dengan  demikian terbukti bahwa jika   genap, maka   genap. 

   

(7)

Bab 1 Pendahuluan | 

  Contoh  1.2: 

Sistem  bilangan  real  bisa  diperluas  menjadi  sistem  bilangan  kompleks,  yaitu  bilangan yang berbentuk a bi, dengan a, b  , dan i √ 1. 

1.2 Pertaksamaan 

Menyelesaikan suatu persamaan seperti 2 7 15 atau 2 3 5 0 adalah  suatu hal yang mudah. Namun, dalam kalkulus kita akan lebih sering menemui permasalah  menyelesaikan suatu pertaksamaan. Berikut ini akan dibahas mengenai beberapa hal yang  terkait dengan penyelesaian suatu pertaksamaan. 

Perhatikan  suatu  pertaksamaan  .  Pertaksamaan  tersebut  dapat  dibagi  menjadi  dua,  yaitu   dan   yang  keduanya  menyatakan  suatu  selang  buka  yang  memuat  semua  bilangan  antara   dan   namun  tidak  memuat   dan  .  Dalam  hal  ini,  selang  buka   dinotasikan  sebagai  , .  Berbeda  dengan      ,  pertaksamaan ini menyatakan suatu selang tutup yang memuat semua bilangan dari   dan  .  Pertaksamaan  ini  dinotasikan  dengan  , .  Terdapat  pula  selang  setengah  buka       dan     yang  masing‐masing  dinotasikan  oleh  ,  dan  , .  Notasi  selang lainnya dapat dilihat pada Tabel 1. 

Tabel 1. Notasi selang 

(8)

 

Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 1 Pendahuluan | 

 

Menyelesaikan suatu Pertaksamaan 

Sebagaimana  menyelesaikan  masalah  persamaan,  prosedur  penyelesaian  suatu  pertidaksamaan  juga  memuat  suatu  transformasi  sehingga  diperoleh  suatu  himpunan  penyelesaian.  Kita  bisa  mengenakan  suatu  operasi  yang  tidak  mempengaruhi  solusinya,  antara lain:  1. Menambahkan suatu bilangan yang sama pada kedua sisi pertaksamaan.  2. Mengalikan kedua sisi pertaksamaan dengan bilangan positif yang sama.  3. Mengalikan kedua sisi pertaksamaan dengan bilangan negatif yang sama, tetapi  kita harus membalik arahnya.  Contoh 1.3: 

1. Selesaikan  pertaksamaan  5 2 6 8  dan  tunjukkan  grafik  himpunan  penyelesaiannya.  Solusi  5 2   6 8   5    6 10      (menambahkan 2)       10       (menambahkan ‐6x)        10       (mengalikan ‐1) 

Himpunan  penyelesaian,  ∞, 10  dengan  grafik  yang  ditunjukkan  pada  Gambar  1.1 a. 

 

2. Selesaikan  pertaksamaan  2 6 8 1  dan  tunjukkan  grafik  himpunan  penyelesaiannya. 

Solusi 

2 6 8 1 

10 6 7         (menambahkan ‐8)         (mengalikan  ) H 

Himpunan  penyelesaian,  ,  dengan  grafik  yang  ditunjukkan  pada  Gambar  1.1b. 

  Gambar 1.1 Notasi selang sebagai himpunan penyelesaian 

(9)

Bab 1 Pendahuluan | 

 

1.3 Nilai Mutlak 

Konsep  nilai  mutlak  sangatlah  berguna  dalam  kalkulus.  Nilai  mutlak  dari  suatu  bilangan  , dinotasikan dengan | |, dan didefinisikan sebagai berikut 

| |    0;0.  Berikut adalah sifat­sifat nilai mutlak:  1. | | | || |  2. | | | || |  3. | |   | | | |  Ketaksamaan segitiga   4. | | || | | ||  5. | |  dan | | √   6. | || | | |  7. | | | |     Sifat­sifat pertaksamaan yang memuat nilai mutlak:  1. | |     2. | |    atau   

Sifat‐sifat  ini  berlaku  juga  untuk  tanda  pertaksamaan  lebih  kecil  dari  atau  sama  dengan  ( ) dan lebih besar dari atau sama dengan ( ).  Contoh 1.4:  1. Tentukan himpunan penyelesaian dari |3 7|  8  Solusi  |3 7|  8   8  3 7  8  1      3      15  1 3              5  Himpunan penyelesaian  , 5 .    2. Tentukan himpunan penyelesaian dari |8x| 5 2.  Solusi    8 5 2   

(10)

  Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013  Bab 1 Pendahuluan | 

    8 5 2  13 2        2 13  atau  8 5 2  3 2  2 3  Himpunan penyelesaian:  ∞, , ∞   1.4 Akar Kuadrat  Solusi dari persamaan kuadrat  0 diberikan oleh:  √ 4 2  

dengan  4  disebut  sebagai  diskriminan  dari  persamaan  kuadrat.  Suatu  persamaan  0 memiliki dua solusi real jika  0, satu solusi real jika  0,  dan  tidak  memiliki  solusi  real  jika  0.  Dengan  formula  kuadrat  itu,  kita  bisa  menentukan  solusi  persamaan  kuadrat  dengan  mudah  tanpa  harus  memfaktorkan  atau  melengkapkan kuadrat sempurna.  Contoh 1.5:  Dua buah solusi dari  5 4 0 adalah  5 √25 16 2 5 √41 2   dan  5 √25 16 2 5 √41 2   1.5 Sistem Koordinat dan Garis Lurus  1.5.1 Sistem Koordinat  Pada suatu bidang datar, kita bisa membuat dua buah garis, yaitu garis horizontal  dan  garis  vertikal  yang  berpotongan  saling  tegak  lurus.  Titik  potong  dari  kedua  garis  tersebut  dinamakan  titik  asal  dan  diberi  label  .  Garis  horizontal  disebut  sumbu‐ , 

(11)

Bab 1 Pendahuluan | 

  sedangkan garis vertikal disebut sumbu‐ . Bagian positif dari sumbu‐  berada di sebelah  kanan  titik  asal,  sedangkan  bagian  positif  dari  sumbu‐  berada  di  sebelah  atas  titik  asal.  Sumbu  koordinat  tersebut  membagi  bidang  datar  menjadi  empat  daerah  yang  disebut  kuadran, yaitu kuadaran  , , , dan  . Lihat Gambar 1.2. 

  Gambar 1.2 Koordinat kartesius 

Rumus Jarak 

Pada koordinat kartesius, misalkan titik  ,  dan   adalah jarak dari titik asal    ke titik  . Panjang   adalah 

  atau 

Persamaan di atas sering kita sebut sebagai rumus Phytagoras. 

Misalkan  pada  suatu  bidang  koordinat  terdapat  dua  titik,  ,  dan  , .  Jarak antara titik   dan   adalah 

,  

(12)

 

Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 1 Pendahuluan | 

  Lingkaran adalah himpunan titik yang berada pada suatu jarak yang tetap terhadap  suatu titik pusat. Jarak tetap tersebut dinamakan jari‐jari(radius). Suatu lingkaran dengan  jari‐jari   dan titik pusat  ,  dapat dituliskan dalam sebuah persamaan lingkaran 

  Contoh 1.6: 

Tunjukkan  bahwa  2 6 6 merupakan  suatu  lingkaran.  Tentukan  pula titik pusat dan jari‐jarinya. 

Solusi 

Dengan  melengkapkan  kuadrat  sempurna,  kita  peroleh  1 3 4.  Dengan  demikian,  lingkaran  2 6 6  berpusat  di  titik  1, 3   dengan radius 2. 

Rumus Titik Tengah 

Titik tengah dari suatu garis yang menghubungkan  ,  dan  ,  adalah 

2 , 2  

1.5.2 Persamaan Garis Lurus 

Perhatikan  Gambar  1.3.  Dari  titik  ,  ke  titik  , ,  terdapat  rise  (perubahan  arah  vertikal)  sebesar   dan  run  (perubahan  arah  horizontal)  sebesar  .  Kita  katakan  garis   memiliki  kemiringan  sebesar   dengan  syarat  .  Kemiringan ini disebut gradien dan dinotasikan dengan   yaitu 

 

Lebih jauh, persamaan garis antara dua titik  ,  dan  ,  adalah 

   

(13)

Bab 1 Pendahuluan | 

    Gambar 1.3 Kemiringan garis  Apabila kita telah memperoleh titik potong suatu garis terhadap sumbu‐  pada titik  0, , persamaan garis dapat pula dituliskan sebagai   0  atau    Misalkan   adalah suatu konstanta. Persamaan garis yang sejajar dengan sumbu‐   dan  memotong  titik   di  sumbu‐y  adalah   dan  memiliki  kemiringan  .  Persamaan  garis  yang  sejajar  dengan  sumbu‐  dan  memotong  titik   di  sumbu‐  adalah 

 dengan kemiringan   yang tak terdefinisi. 

Persamaan garis dapat pula berbentuk  0 dengan   dan   keduanya  tidak  bernilai 0.  Misalkan   dan   adalah  dua  buah  garis  dengan  kemiringan  masing‐ masing   dan  .  Apabila   dan   sejajar,  maka  keduanya  memiliki  kemiringan  yang  sama, yaitu  . Apabila   tegak lurus terhadap  , maka berlaku  · .  Contoh 1.7: 

Dapatkan  persamaan  garis  yang  melalui  titik  potong  dari  dua  buah  garis  3 4 8 dan 6 10 7 yang tegak lurus terhadap garis 6 10 7.  Solusi 

Dengan menggunakan teknik eliminasi dan substitusi, titik potong dari 3 4 8  dan  6 10 7  adalah  2, .  Kemiringan  garis  6 10 7  adalah  .  Karena  persamaan  garis  yang  kita  cari  tegak  lurus  terhadap 6 10 7,  maka  kemiringannya adalah  . 

   

(14)

  Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013  Bab 1 Pendahuluan | 

  Dengan demikian, persamaan garis tersebut memenuhi:     1 2    5 3 2          5 3 23 6    6 10 23    10 6 23 0  1.6 Teknik Menggambar Grafik suatu Persamaan Garis 

Untuk  menggambar  suatu  persamaan  garis  dengan  menggunakan  tangan,  ikuti  langkah‐langkah berikut:  1. Dapatkan koordinat dari beberapa titik yang memenuhi persamaan garis yang  diberikan;  2. Plot titik‐titik tersebut dalam suatu bidang;  3. Hubungkan titik‐titik tersebut dengan  kurva yang halus.    Contoh 1.8:  Gambarkan kurva dari  3.  Solusi  Ketiga langkah di atas ditunjukkan pada Gambar 1.4.    Gambar 1.4. Plot Grafik 

(15)

Bab 1 Pendahuluan | 

10 

 

Sifat Simetri pada Suatu Grafik 

Perhatikan  sebarang  grafik  dengan  ,  adalah  koordinat  yang  terdapat  pada  grafik tersebut. 

1. Suatu  grafik  simetri  terhadap  sumbu‐  jika   disubstitusikan  oleh  ,  maka  akan diperoleh persamaan garis yang sama. Contoh,  . 

2. Suatu  grafik  simetri  terhadap  sumbu‐  jika   disubstitusikan  oleh  ,  maka  akan diperoleh persamaan garis yang sama. Contoh,  . 

3. Suatu  grafik  simetri  terhadap  titik  asal  jika   disubstitusikan  oleh   dan    disubstitusikan  oleh  ,  maka  akan  diperoleh  persamaan  garis  yang  sama.  Contoh,  . 

Contoh 1.9: 

Periksa, apakah  3 7 simetri terhadap titik asal, sumbu‐ , atau sumbu‐ .  Solusi 

Dengan  mensubstitusikan   ke   dan   ke   pada  persamaan  3 7,  kita  peroleh  bahwa  3 7 tidak  simetri  terhadap  titik  asal,  sumbu‐ ,  maupun  sumbu‐ .  1.7 Latihan Soal  A. Sistem Bilangan Real  1. Tuliskan dalam bentuk yang paling sederhana:  a 3 2 4 7 12 ;  b ;  c 2 ;  d √5 √3 √5 √3 ;  e √5 √3 ;  f 2x 4 x 1 ;  g 3t t 1 ;  h ;  i ;  j  

(16)

  Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013  Bab 1 Pendahuluan | 

11 

  2. Periksa apakah pernyataan berikut ini benar. "Untuk setiap x, x x 1."  3. Buktikan pernyataan berikut:  Jika n  ganjil, maka n ganjil. (Buktikan dengan kontraposisi)  B. Pertaksamaan dan Nilai Mutlak  1. Dapatkan solusi dari pertaksamaan berikut dalam notasi selang.  a) 7x 2  9x 3;  b) 3 4x 9 11;  c)  0;  d) 2x 3 x 1 x 3 0  2. Manakah pernyataan berikut yang benar jika a  b.  a a  ab;  b a   a b;  c a 3  b 3;  d – a b  3. Selesaikan pertaksamaan berikut  a |x 1| 2| 3|;  b |2x 1|\geq |x 1|;  c 2|2x 3| | 10|;  d |3x 1| 2| 6| 

4. Gunakan  sifat‐sifat  nilai  mutlak  untuk  menunjukkan  bahwa  setiap  pernyataan  berikut ini benar.  a |a b|   |a| |b|;  b) |a b|   |a| |b|;  c) |a b c|   |a| |b| |c|  5. Tunjukkan bahwa   |x|  2 x 2x 7 x 1   C. Akar Kuadrat dan Sistem Koordinat  1. Hitunglah jarak dari  a 3,1 , 1,1 ;  b 4,5 , 5, 8 ;  c 3,5 , 2, 2 ;  d 1,5 , 6,3  

(17)

Bab 1 Pendahuluan | 

12 

  2. Hitunglah jarak antara  2,3  dengan titik tengah suatu garis yang menghubungkan  2, 2  dan  4,3 .  3. Dapatkan titik pusat dari jari‐jari lingkaran dari:  a x 2x 10 y 6y 10 0;  b 4x 16x 15 4y 6y 0  4. Tuliskan persamaan garis yang melalui  3, 3  yang  a sejajar terhadap garis y 3x 6;  b tegak lurus terhadap garis 4y 2x 5;  c tegak lurus terhadap garis yang menghubungkan  1,2  dan  3,‐1 ;  d sejajar terhadap garis x 8;  e tegak lurus terhadap garis x 8  5. Dapatkan nilai c pada garis 3x cy 5 yang  a melalui titik  3,1 ;  b sejajar terhadap sumbu‐y;  c sejajar terhadap garis 2x y 1;  d memiliki titik potong yang sama pada sumbu‐x dan sumbu‐y;  e tegak lurus terhadap garis y 2 3 x 3   6. Dapatkan nilai k sedemikian sehingga kx 3y 10  a sejajar terhadap garis y 2x 4;  b tegak lurus terhadap y 2x 4  D. Menggambar Grafik 

1. Plot  grafik  dari  setiap  persamaan  berikut.  Mulailah  dengan  memeriksa  sifat‐sifat  simetrinya  a y x 1  b y x 2x  c x y 4  d x 9 y 2 36  e 2x 4x 3y 12y 2   

(18)

          BAB 2  FUNGSI DAN LIMIT      2.1 Fungsi dan Grafiknya  Subbab 2.1 menjelaskan beberapa hal berkenaan dengan fungsi, antara lain: definisi  fungsi dan grafiknya, serta beberapa jenis fungsi yang umum digunakan dalam kalkulus.  2.1.1 Definisi Fungsi dan Grafiknya   Sebuah fungsi f didefinisikan sebagai suatu aturan padanan yang menghubungkan  tiap  obyek  x  dalam suatu  himpunan,  yang  disebut  daerah  asal, dengan  sebuah  nilai  unik  f(x) dari himpunan kedua yang disebut daerah nilai.  Contoh 2.1:    Gambar 2.1 Deskripsi Fungsi  Tabel 2.1 Nilai Fungsi         x    ‐2  4  ‐1  1  0  0  1  1  2  4  Dari gambar 2.1 dan tabel 2.1 dapat dilihat bahwa fungsi      memadankan  setiap  elemen  x  di  A  dengan  suatu  elemen  y  di  B.  Sebagai  contoh,  fungsi        memadankan  elemen  x  =  ‐2  di  A  dengan  elemen  y  =  4  di  B;  elemen  x  =  ‐1  di  A  dengan  elemen y = 1 di B; dst.       ‐2  ‐1   0   1   2  0  1  2     

(19)

Bab 2 Fungsi dan Limit| 

14 

 

Daerah Asal (Daerah Definisi/ Wilayah/ Domain) 

Daerah asal adalah himpunan semua bilangan Riil yang menyebabkan aturan fungsi  berlaku/  terdefinisi.  Pada  contoh  2.1,  daerah  asal  dari  f(x),  yang  dinotasikan  dengan    adalah himpunan bilangan {‐2,‐1,0,1,2}.  

Jika himpunan daerah asal tidak dirinci, maka kita akan selalu menganggap bahwa  himpunan  daerah  asalnya  adalah  himpunan  semua  bilangan  Riil  sedemikian  sehingga  aturan  fungsi  memberikan  makna/  terdefinisi.  Ini  disebut  daerah  asal  alamiah.  Pada  contoh  2.1, daerah asal alamiahnya adalah {R}. 

Daerah Hasil (Daerah Nilai/ Jelajah/ Range) 

Daerah hasil adalah himpunan nilai‐nilai yang diperoleh yang merupakan padanan  semua  elemen  dari  daerah  asal.  Pada  contoh  2.1  untuk  daerah  asal  {‐2,‐1,0,1,2},  maka  daerah nilai ( ) adalah himpunan bilangan {0,1,4}.  Contoh 2.2:  Tentukan daerah asal alamiah, daerah hasil dan gambarkan grafik dari fungsi   a √9   b    Solusi 

a) Fungsi  √9  akan  terdefinisi  bila  nilai 9 0 .  Hal  ini  akan  tercapai  bila | | 3,  sehingga  daerah  asal  alamiahnya  adalah  [‐3,3].  Grafik  fungsi  ditunjukkan  oleh  gambar  berikut.  Dari  grafik  dapat  diketahui  bahwa  daerah nilai adalah pada selang [0,3]. 

 

   

(20)

 

Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 2 Fungsi dan Limit| 

15 

  b) Fungsi   akan  terdefinisi  bila  nilai  1 0,  artinya  1.  Dengan 

demikian  daerah  asal  alamiahnya  adalah  (‐∞,1)   (1,∞).  Grafik  fungsi  ditunjukkan  oleh  gambar  berikut.  Dari  grafik  dapat  diketahui  bahwa  daerah  nilai adalah pada selang  ∞, ∞ . 

 

 

2.1.2 Fungsi Genap dan Fungsi Ganjil 

Fungsi genap dan fungsi ganjil didefinisikan sebagai berikut: 

1. Fungsi f dikatakan fungsi genap bila memenuhi f ‐a    f a . Grafik fungsi genap  simetri terhadap sumbu y. 

2. Fungsi f dikatakan fungsi ganjil bila memenuhi f ‐a    ‐f a . Grafik fungsi ganjil  simetri terhadap titik asal koordinat.           Gambar 2.2 Grafik fungsi genap dan fungsi ganjil      a  ‐a f(‐a) f(a)  y = f(x) (b)Fungsi Ganjil  a ‐a  f(‐a)  f(a) y = f(x) (a)Fungsi  Genap

(21)

Bab 2 Fungsi dan Limit| 

16 

  Contoh 2.3: 

Tentukan  apakah  fungsi  berikut  termasuk  fungsi  genap,  ganjil  atau  bukan  keduanya:   a   2;   b    ;   c   2 1 !  Solusi  a) 2 (fungsi genap)  Bukti:  2  2      b)  (fungsi ganjil)  Bukti:  2 x   x 2 x       c) 2 1 (bukan keduanya)  Bukti:  2 x 1  2x 1    2.1.3 Fungsi Nilai Mutlak dan Fungsi Bilangan Bulat Terbesar 

Fungsi  Nilai  Mutlak  dan  Fungsi  Bilangan  Bulat  Terbesar  didefinisikan  sebagai  berikut: 

1. Fungsi Nilai Mutlak didefinisikan sebagai: 

(22)

 

Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 2 Fungsi dan Limit| 

17 

  2. Fungsi  Bilangan  Bulat  Terbesar   adalah  bilangan  bulat  terbesar  yang  lebih 

kecil atau sama dengan x.   

Contoh 2.4: 

Fungsi  nilai  mutlak  dan  fungsi  bilangan  bulat  terbesar,  termasuk  ke  dalam  fungsi  genap, ganjil, atau bukan keduanya? Gambarkan grafiknya! 

Solusi 

• Fungsi nilai mutlak adalah fungsi genap 

 

• Fungsi  bilangan  bulat  terbesar  adalah  bukan  merupakan  fungsi  genap  atau  ganjil    2.1.4 Beberapa Jenis Fungsi Lainnya di dalam Kalkulus  Beberapa jenis fungsi lainnya yang dikenal di dalam kalkulus antara lain:  1. Fungsi Konstanta  2. Fungsi Identitas  3. Fungsi Polinom  4. Fungsi Linear (fungsi derajat satu) 

(23)

Bab 2 Fungsi dan Limit| 

18 

  5. Fungsi Kuadat (fungsi derajat dua)  6. Fungsi Rasional  7. Fungsi Aljabar Eksplisit  8. Fungsi Trigonometri  9. Fungsi Balikan Trigonometri  10. Fungsi Eksponen  11. Fungsi Logaritma  2.2 Operasi Fungsi 

Beberapa  operasi  fungsi  yang  dibahas  pada  subbab  ini  antara  lain:  operasi  aritmatika fungsi (Jumlah, Selisih, Hasil Kali, Hasil Bagi, Pangkat), komposisi fungsi, invers  fungsi, dan translasi fungsi.  2.2.1 Operasi Jumlah, Selisih, Hasil Kali, Hasil Bagi, Pangkat   Misalkan f(x) dan g(x) adalah fungsi‐fungsi real dengan daerah asal Df dan Dg , maka  berlaku aturan operasi fungsi seperti pada Tabel 2.2  Tabel 2.2 Operasi aritmatika fungsi  Rumus Operasi Fungsi  Daerah Asal          . .       | 0         Contoh 2.5: 

Andaikan  √ 1 dan √9  , dengan daerah asal alamiah Df  ‐1,∞  dan  Dg    ‐3,3 . Cari rumus f g, f‐g, f.g, f/g, f5, dan tentukan daerah asal almiahnya!           

(24)

  Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013  Bab 2 Fungsi dan Limit| 

19 

  Solusi    2.2.2 Komposisi Fungsi 

Andaikan   dan  √3  , maka dapat dibentuk suatu fungsi baru dari  kedua fungsi tersebut yang dinamakan fungsi komposisi, yaitu:  3 2√33  6 9 3 6 9   Perhatikan kedua fungsi komposis di atas. Terlihat bahwa susunan komposisi fungsi tidak  komutatif karena  .  Contoh 2.6:  Tentukan daerah asal untuk kedua fungsi komposisi di atas!  Solusi 

a) √   akan terdefinisi jika  3 0 dan √3 0. Dengan demikian 

daerah  asal  alamiahnya  adalah  : 3 : 0  ,  yaitu  

0: 3 . Dalam bentuk selang, daerah asal alamiah adalah [0,3) (3,∞).    b) 3  akan terdefinisi jika:  1) 9 0 Æ daerah asal alamiah =  : | | 3    atau  ∞, 3 3,3 3, ∞   2)   0 

o Pada  selang    ∞, 3 ,  0 karena      menghasilkan  nilai negatif, sehingga   tidak terdefinisi pada selang  ∞, 3  

(25)

Bab 2 Fungsi dan Limit| 

20 

  o Selang  3,3 dipecah menjadi  3,0 0,3 . 

Pada  selang    3,0  ,  0 karena      menghasilkan  nilai  positif, sehingga   terdefinisi pada selang  , . 

Pada  selang    0,3 , 0 karena       menghasilkan  nilai  negatif, sehingga   tidak terdefinisi pada selang  0,3  

o Pada  selang    3, ∞ ,  0 karena   

   menghasilkan  nilai  positif, sehingga   terdefinisi pada selang  3, ∞ , 

 

Dengan  demikian   mempunyai  daerah  asal  alamiah  pada 

selang  , , ∞ ,  atau    0  3  

2.2.3 Invers Fungsi 

Jika  f(x)  adalah  sebuah  fungsi,  maka  f‐1(x)  adalah  fungsi  invers  dari  f(x)  yang 

memenuhi:  .  Contoh 2.7:  Jika  , buktikan bahwa   !  Solusi          (subsitusikan x =   pada   )     (kurangkan ruas kanan dan ruas kiri dengan b)     2.2.4 Translasi Fungsi  Misalkan sebuah fungsi awal f(x) ditranslasi menjadi f(x+h). Jika h>0, maka grafik  fungsi akan bergeser ke kiri sebesar h satuan. Sebaliknya jika h<0, maka grafik fungsi akan  bergeser ke kanan sebesar h satuan.   Misalkan sebuah fungsi awal f(x) ditranslasi menjadi f(x)+k. Jika k>0, maka grafik  fungsi akan bergeser ke atas sebesar h satuan.Sebaliknya jika k<0, maka grafik fungsi akan  bergeser ke bawah sebesar k satuan.   

(26)

 

Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 2 Fungsi dan Limit| 

21 

  Contoh 2.8: 

Jika f x    |x|, sketsa grafik f x 3 , f x‐3 ,f x 2,f x ‐2, dan f x‐3 2 !  Solusi    2.3 Fungsi Trigonometri  Subbab 2.3 membahas tentang fungsi trigonometri dan beberapa kesamaan fungsi  trigonometri.  2.3.1 Definisi Fungsi Trigonometri 

Andaikan  lingkaran  C  pada  gambar  2.3  adalah  lingkaran  satuan,  yaitu  lingkaran  dengan  jari‐jari,  r  =  1  dan  berpusat  di  titik  asal.  t‐positif  adalah  sudut  yang  dihitung  berdasarkan  arah  yang  berlawanan  dengan  jarum  jam  dengan  satuan  radian  (2π  rad  =  360° . Andaikan posisi titik P memiliki sudut t, maka: 

(27)

Bab 2 Fungsi dan Limit| 

22 

    Gambar 2.3 Ilustrasi fungsi trigonometri  (Ingat kembali nilai‐nilai sudut istimewa pada fungsi trigonometri !)  2.3.2 Empat Fungsi Trigonometri Lainnya  tan sin cos        cot cos sin   sec 1 cos        csc 1 sin   2.3.3 Kesamaan Trigonometri  Kesamaan ganjil‐genap        Kesamaan fungsi ko 

sin   sin       sin cos  

cos cos       cos sin  

tan tan       tan cot  

 

Kesamaan Pythagoras 

sin cos 1         1 cot csc   1 tan sec  

       

Kesamaan Penambahan 

sin x y sin x cos y cos x sin y   tan x y  

cos x y cos x cos y sin x sin y 

        t A(1,0) P(x,y)  y  r = 1 x

(28)

 

Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 2 Fungsi dan Limit| 

23 

  Kesamaan Sudut Ganda 

sin 2x 2 sin x cos x 

cos 2x cos x sin x 2 cos x 1 1 2 sin x   

Kesamaan Jumlah      Kesamaan Setengah Sudut 

sin x sin y   2 sin cos    sin x    

 cos x cos y 2 cos cos     cos x   

  Kesamaan Hasil Kali  sin x sin y 1 2 cos x y cos x y   cos x cos y 1 2 cos x y cos x y   sin x cos y 1 2 sin x y sin x y   2.4 Konsep Limit  Misalkan I = (a,b) adalah suatu interval terbuka di R dan c   R sehingga limit fungsi  f di titik c mempunyai arti bahwa fungsi f(x) terdefinisi di semua titik pada I/{c} dan di c  boleh terdefinisi dan boleh juga tidak.  

Konsep  limit  digunakan  untuk  menentukan  nilai  f(x)  pada  x  mendekati  c,  tetapi  bukan di c. Jika dikatakan  , berarti bahwa bila x mendekati c tetapi bukan  di c, maka f(x) dekat ke L.  Limit Kanan  lim  berarti bahwa bila x dekat tetapi pada sebelah kanan c, maka f(x)  adalah dekat ke L.  Limit Kiri 

lim  berarti  bahwa  bila  x  dekat  tetapi  pada  sebelah  kiri  c,  maka  f(x)  adalah dekat ke L. 

(29)

Bab 2 Fungsi dan Limit| 

24 

 

Teorema 

Limit  fungsi  mendekati  suatu  titik  dikatakan  ada  jika  nilai  limit  kiri  sama  dengan  nilai limit kanan, yaitu: 

lim  jika lim  dan lim  

  Contoh 2.9: 

Pada keempat grafik berikut, andaikan f x  terdefinisi di semua titik pada interval I,  kecuali  mungkin  di  c.  Tentukan  apakah  f x   terdefinisi  pada  x c?  Tentukan  pula  limit f x  bila x mendekati c!    Solusi  a) f(c) = L, limit x mendekati c = L  b) f(c) = tidak terdefinisi, limit x mendekati c = L  c) f(c) = L, limit kiri x mendekati c = M, limit kanan x mendekati c=L  d) f(c) = M, limit kiri x mendekati c = M, limit kanan x mendekati c=L          f(x) a  c  b L  f(x) a c b L f(x) a  c  b L  M  f(x) a c b L M (a)  (b) (c)  (d)

(30)

 

Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 2 Fungsi dan Limit| 

25 

 

2.5 Pengkajian Mendalam tentang Limit  2.5.1 Definisi Limit 

lim  berarti  bahwa  untuk  tiap  0  yang  diberikan  (betapapun  kecilnya),  terdapat  0 yang  berpadanan  sedemikian  sehingga | |  asalkan  bahwa 0 | | ; yakni:  0 | |    | |     Contoh 2.10:  Dengan menggunakan definisi limit, buktikan bahwa lim 4 5 7!  Solusi 

Andaikan  untuk  sembarang  bil  positif  kecil  ,  | 4 5 7|  bila 

| 3| . 

Padahal | 4 5 7| 4| 3| ,  dan  diinginkan  | 4 5 7| .  Karena diketahui | 3| , maka | 4 5 7| 4 , sehingga kita dapat  memilih   

Bukti 

Diberikan sembarang  0, pilih  . Sehingga bila | 3| , maka 

| 4 5 7| 4| 3| 4  

Karena | 4 5 7|  bila | 3| , jadi terbukti: 

lim 4 5 7 

2.5.2 Definisi Limit Limit Sepihak 

lim  berarti  bahwa  untuk  tiap  0,  terdapat  0 yang  berpadanan  sedemikian sehingga:  

0    | |  

lim  berarti  bahwa  untuk  tiap  0,  terdapat  0 yang  berpadanan  sedemikian sehingga:  

(31)

Bab 2 Fungsi dan Limit| 

26 

  2.6 Teorema Limit  2.6.1 Teorema Limit Utama  Andaikan n bilangan bulat positif, k konstanta, dan f dan g adalah fungsi‐fungsi yang  mempunyai limit di c. Maka:  1. lim   2. lim   3. lim     lim  

4. lim lim lim  

5. lim lim lim  

6. lim . lim . lim  

7. lim lim

lim ,   lim 0 

8. lim lim  

9. lim lim     lim 0        

Contoh 2.11: 

Dengan menggunakan teorema limit utama , tentukan lim 3 2  !  Solusi 

   

(32)

  Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013  Bab 2 Fungsi dan Limit| 

27 

  2.6.2 Teorema Penggantian  Jika f suatu fungsi polinom atau fungsi rasional, maka:  lim   asalkan dalam kasus rasional nilai penyebutnya tidak nol di c.  2.6.3 Teorema Apit  Andaikan f, g, dan h adalah fungsi‐fungsi yang memenuhi   untuk  semua  x  dekat  c,  kecuali  mungkin  di  c.  Jika  lim   lim  maka 

 lim  L. 

2.6.4 Limit Trigonometri 

1. lim sin sin    lim cos x cos  

2. limsin 1    lim

sin 1 

3. limtan 1    lim

tan 1  Catatan:Bila  lim 0    lim 1  2.7 Kekontinuan Fungsi  2.7.1 Kekontinuan di Satu Titik  Misalkan f(x) terdefinisi pada interval terbuka I dan      . Fungsi f disebut kontinu  di titik c bila: 

lim   lim lim  

Ini berarti bahwa f kontinu di c bila memenuhi 3 syarat, yaitu: 

1) f(c) ada atau terdefinisi  2) lim  ada  3) f c lim  

(33)

Bab 2 Fungsi dan Limit| 

28 

  Contoh 2.12:  Perhatikan keempat grafik pada contoh 2.9. Pada grafik yang manakah kurva f x   kontinu di c? berikan alasan!  Solusi  • Grafik a kontinu  • Grafik b diskontinu karena f(c) tidak terdefinisi,   • Grafik c tidak kotinu karena lim  tidak ada (limit kiri≠limit kanan)  • Grafik d tidak kotinu karena lim  tidak ada (limit kiri≠limit kanan)  2.7.2 Kekontinuan Sepihak  Fungsi f disebut kontinu kiri di x=c bila  lim   Fungsi f disebut kontinu kanan di x=c bila  lim   Contoh 2.12: 

Pada  keempat  grafik  contoh  2.9,  kurva  manakah  yang  menunjukkan  fungsi  f  kontinu sepihak?  Solusi  Grafik c dan d kontinu sepihak  Grafik c kontinu kanan di x=c karena  lim   Grafik d kontinu kiri di x=c karena  lim   2.7.3 Kekontinuan pada Interval 

1. Fungsi  f  disebut  kontinu  pada  interval  terbuka  (a,b)  bila  f  kontinu  di  setiap  titik  pada (a,b).  2. Fungsi f disebut kontinu pada interval tetutup [a,b] bila f kontinu di setiap titik pada  (a,b) dan kontinu kanan di a dan kontinu kiri di b.         

(34)

  Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013  Bab 2 Fungsi dan Limit| 

29 

  2.8 Teorema Kekontinuan Fungsi  2.8.1 Teorema A (Kekontinuan pada fungsi polynomial dan fungsi rasional)  1. Suatu polinom P(c) kontinu pada setiap bilangan riil c. 

2. Suatu  fungsi  rasional   ,        kontinu  pada  setiap  bilangan  riil  c  dalam  daerah  asalnya,  kecuali  pada  bilangan  riil  c  dimana  penyebutnya (polinom Q(c)) menjadi 0. 

2.8.2 Teorema B (Kekontinuan pada fungsi nilai mutlak dan fungsi akar ke­n) 

1. Fungsi nilai mutlak f(c)=|c| kontinu pada setiap bilangan riil c. 

2. Jika n bilangan ganjil, fungsi akar ke n, f(c)= √  , kontinu di setiap bilangan riil c.  3. Jika  n  bilangan  ganjil,  fungsi  akar  ke  n,  f(c)= √  ,  kontinu  di  setiap  bilangan  riil  c 

positif.  2.8.3 Teorema C (Kekontinuan pada operasi fungsi)  Jika f dan g kontinu di c, dan k   R, maka:   ;  ;  ; .  ;     ;   ;         0        adalah kontinu di c.  2.8.4 Teorema D (Kekontinuan pada limit komposisi)  Jika lim  dan jika f kontinu di L, maka :  lim   lim   Dengan kata lain, jika g kontinu pada c dan f kontinu pada g(c), maka   kontinu pada c.  2.8.5 Teorema E ( Teorema Nilai Antara) 

Jika  f  kontinu  pada  [a,b]  dan  jikanW  sebuah  bilangan  antara  f(a)  dan  f(b),  maka  terdapat paling tidak sebuah bilangan c di antara a dan b sedemikian sehingga f(c) = W. 

   

(35)

Bab 2 Fungsi dan Limit| 

30 

  Contoh 2.13:  Tentukan kekontinuan fungsi berikut:  a)    pada x=2;  b)      2 12     2   pada t=2;  Solusi  a) g(x) tidak kontinu karena g(2) tidak terdefinisi.    b) h(2) = 12 

lim   lim   lim   lim  2 4  = 12 

h(2) = lim = 12 Æ h(x) kontinu di x=2  2.9 Latihan Soal  A. Fungsi dan Grafik  1. Mana dari yang berikut menentukan suatu fungsi f dengan rumus y   f x ?  a 4  b 3 4  c 3 1  d 3   2. Cari daerah asal alamiah untuk masing‐masing fungsi berikut:  a   √2 3  b      c   4  3. Nyatakan apakah fungsi berikut merupakan fungsi genap, ganjil, atau bukan  keduanya!  a   4  b 3 2 1  c        

(36)

 

Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 2 Fungsi dan Limit| 

31 

 

B. Operasi fungsi 

1. Jika  2 dan  2/ 1 , cari rumus untuk masing‐masing berikut  dan nyatakan daerah asalnya! 

a  

b) /  

c)  

d)  

2. Setelah  berkecimpung  dalam  bisnis  selama  x  tahun,  seorang  pengusaha  traktor  membuat 100 x 2x  buah  tiap  tahun.  Harga  penjualan  dalam  ribuan  rupiah   tiap buahnya telah meningkat sesuai dengan rumus P 500 6x. Tuliskan rumus  untuk pendapatan tahunan pengusaha tersebut R x  setelah x tahun.  C. Fungsi Trigonometri  1. Hitung tanpa memakai kalkulator:  a tan   b sec   2. Periksa kebenaran kesamaan berikut:  a 1 sin 1 sin  

b sec 1 sec 1 tan  

c sec sin tan cos  

D. Kajian Mendalam tentang Limit  1. Berikan suatu bukti ε , δ dari tiap fakta limit berikut:  a lim 2 4   8  b lim   E. Teorema Limit  1. Dengan menggunakan teorema limit, tentukan:  a lim 4 3 7 2   b lim    

(37)

Bab 2 Fungsi dan Limit| 

32 

  F. Kekontinuan Fungsi  1. Tentukan kekontinuan fungsi berikut:  a   b 3, 2 1, 2   

2. Fungsi  berikut  tidak  terdefinisi  di  suatu  titik  tertentu.  Bagaimana  seharusnya  mendefinisikannya agar kontinu pada titik itu? 

a  

b

(38)

        BAB 3  TURUNAN      3.1 Konsep Dasar Turunan 

Dalam  sejarah  kalkulus,  terdapat  dua  permasalahan  terapan  kalkulus  yang  sulit  untuk didefinisikan secara jelas, yaitu permasalahan garis singgung (bidang geometri) dan  permasalahan  kecepatan  sesaat  (bidang  mekanik).  Hal  ini  mengimplikasikan  lahirnya  konsep dasar turunan (yang berasal dari konsep limit) yang berhasil memberikan uraian  matematis terbaik untuk kedua permasalahan tersebut. 

3.1.1 Permasalahan Garis Singgung 

Perhatikan  gambar  3.1.  Andaikan  P  adalah  suatu  titik  tetap  pada  kurva  dengan  koordinat (c,f(c)). Garis m1 merupakan tali busur yang menghubungkan titik P dan Q1. Bila  titik  Q1  kita  geser  mendekati  titik  P,  maka  ketika  mencapai  posisi  Q2  garis  singgungnya  menjadi  m2.  Bila  titik  Q  terus  kita  geser  hingga  ‘berimpit’  dengan  titik  P,  maka  garis  talibusur PQ akan berubah menjadi garis singgung m. 

  Gambar 3.1 Garis Singgung 

(39)

Bab 3 Turunan| 

34 

    Secara  matematis  kemiringan  garis  singgung  yang  melalui  PQ  (perhatikan  garis  singgung m2) adalah: 

   

Jika  titik  Q  bergeser  dekat  ke  P,  maka  h 0,  sehingga  garis  singgung  m  pada  titik  P(c,(f(c)) akan memiliki kemiringan: 

  lim   lim  

3.1.2 Permasalahan Kecepatan Sesaat 

Untuk menguraikan masalah kecepatan sesaat, kita ambil sebuah contoh percobaan  benda  jatuh  bebas  di  ruang  hampa  udara.  Percobaan  menyimpulkan  bahwa  bila  benda  bergerak  dari  posisi  diam,  maka  posisi  benda  pada  t  detik  adalah  S(t)  =  16t2.  Dengan  demikian posisi benda pada detik ke t dapat digambarkan sebagai berikut: 

  (Gambar 3.2: Ilustrasi Jarak Tempuh) 

Kecepatan  rata‐rata  benda  dapat  dihitung  dengan  membagi  jarak  tempuh  dengan  selang waktu. Hal ini diilustrasikan dalam tabel 3.1:  Tabel 3.1 Kecepatan rata‐rata  t1 t2 s(t1) s(t2) Vrata-rata = s(t2)-s(t1)/(t2-t1) 0 1 0 16 16 1 2 16 64 48 2 3 64 144 80  

(40)

 

Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 3 Turunan| 

35 

  Tabel  3.1  telah  menunjukkan  kecepatan  rata‐rata  benda  jatuh  pada  selang  waktu  antara  t1  dan  t2  atau  t1+∆t.  Tetapi  kita  tidak  dapat  mengetahui  kecepatan  sesaat  benda,  misalnya  pada  t=2.  Untuk  memperkirakan  nilai  kecepatan  sesaat  pada  saat  t=2,  dapat  dilakukan dengan menghitung kecepatan rata‐rata antara pada selang waktu yang sempit  di dekat t=2. Hal ini diilustrasikan dalam tabel 3.2.  Tabel 3.2 Kecepatan Rata‐rata t  2  t1 t2 s(t1) s(t2) Vrata-rata = s(t2)-s(t1)/(t2-t1) 1.999              2.000     63.936     64.000       63.984 2.000              2.001     64.000     64.064       64.016  

Dari  tabel  3.2  dapat  dilihat  bahwa  kecepatan  sesaat  pada  t 2  berada  di  antara  63,984  dan  64,016.  Untuk  mendapat  nilai  yang  persis  untuk  kecepatan  sesaat  pada  t=2,  selang waktu perhitungan harus dipersempit hingga ∆t 0. Dengan menggunakan konsep  limit, nilai keepatan sesaat dapat dihitung sebagai berikut:  ∆ ∆ ∆ ∆   (Dengan menggunakan konsep limit coba hitung kecepatan sesaat pada t=2) 

Kesimpulan:  Dapat  dilihat  bahwa  permasalahan  garis  singgung  dan  kecepatan  sesaat 

memiliki konsep penyelesaian yang sama (Konsep Limit). 

3.2 Turunan 

Pada  subbab  sebelumnya  telah  diberikan  pemahaman  tentang  konsep  limit  untuk  turunan. Pada subbab berikutnya akan diberikan pemahaman tentang turunan.  3.2.1 Definisi Turunan  Jika f adalah sebuah fungsi real dengan c є Df, dapat dikatakan bahwa turunan fungsi f  adalah fungsi lain f’ (dibaca “f aksen”) yang nilainya pada sebarang bilangan c adalah:   lim     , asalkan nilai limit ini ada.  (Ingat kembali kapan nilai limit dikatakan ada?)   

(41)

Bab 3 Turunan| 

36 

 

3.2.2 Beberapa Bentuk Setara Turunan 

Beberapa bentuk setara turunan diantaranya adalah: 

1 Berdasarkan  gambar  3.3,  lim        tidak  ada  keharusan  menggunakan  huruf  h  dalam  mendefinisikan  f’ c ,  sehingga  f’ c   dapat  juga  dituliskan sebagai: 

a lim       atau   

b lim      

2 Berdasarkan  gambar  3.4,  lim      (Sekali  lagi  tidak  ada  keharusan menggunakan huruf tertentu).             (Gambar 3.3)       (Gambar 3.4)  3.2.3 Keterdiferensialan dan Kekontinuan Fungsi  Teorema keterdiferensialan dan kekontinuan fungsi adalah:    “Jika f’(c) ada (fungsi terdiferensialkan), maka f kontinu di c”.  Teorema ini menyiratkan 2 hal:  • Bila fungsi f terdiferesialkan di titik c, maka fungsi f kontinu di c.  • Bila fungsi f kontinu di titik c, belum tentu fungsi f terdiferensialkan di c.    Contoh 3.1 

1 Apakah  fungsi  mutlak  f x   |x|  kontinu  dan  terdiferensialkan  di  x    0?  Beri  alasan!  Solusi  Kontinu di x=0, tetapi tidak terdiferensialkan karena pada limit diferensial, limit  kiri tidak sama limit kanan.  x  (c,f(c))  (x,f(x)) f(x)‐f(c)  x‐c c x x (c,f(c))  (c+h,f(c+h))  f(c+h)‐f(c)  h  c c+h 

(42)

 

Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 3 Turunan| 

37 

  2 Kurva  berikut  menunjukkan  beberapa  kemungkinan  kekontinuan  dan 

keterdiferensialan  fungsi.  Apaka  kurva  kontinu  dan  terdiferensialkan  di  titik  a,b,c, dan d? 

  Solusi 

a Titik a tidak kontinu , oleh karena itu tidak terdiferensialkan.  

b Titik  b  kontinu  tapi  tidak  terdiferensialkan  karena  pada  sudut  lancip,  limit  kiri  limit  untuk  pembagian  delta  y/delta  x,  sesuai  definisi  turunan   tidak  sama limit kanan.  

c Titik c kontinu tapi tidak terdiferensialkan karena garis singgung tegak lurus  menyebabkan  nilai  pembilang  menurut  definisi  diferensial  mendekati  tak  hingga.  

d Titik d kontinu dan terdiferensialkan. 

3.3 Aturan Turunan 

Menghitung turunan suatu fungsi menurut definisi turunan (seperti yang dijelaskan  pada  subbab  3.1.3  poin  A  )  akan  memakan  waktu  dan  membosankan.  Dengan  adanya  teorema aturan turunan, kita dapat menentukan turunan suatu fungsi dengan lebih cepat  dan mudah. Berikut adalah aturan‐aturan turunan yang dituliskan dalam bentuk penulisan  operator D.    1. Aturan Fungsi Konstanta   ,    0 ; dimana k adalah suatu konstanta  2. Aturan Fungsi Identitas     ,   1  3. Aturan Pangkat    ,       ,     4. D sebagai sebuah operator linear            a b c d

(43)

Bab 3 Turunan| 

38 

  5. Aturan Penjumlahan dan Pengurangan         6. Aturan Perkalian          7. Aturan Pembagian        3.4 Aturan Turunan Fungsi Trigonometri  Berikut ini beberapa aturan penting berkaitan dengan turunan fungsi trigonometri.  1. D sin x cos x  2. D cos x sin x  3. D tan x sec x  4. D csc x csc x cot x  5. D sec x sec x tan x  6. D cot x csc x 

3.5 Aturan Rantai 

Andaikan   dan   menentukan  fungsi  komposit   

  ,  jika  g  terdiferensialkan  di  x  dan  f  terdiferensialkan  di  u  =  g(x),  maka fog 

terdiferensialkan di x dan              Dalam aturan rantai dapat dituliskan  D y   D y . D u  Aturan rantai berguna untuk mencari turunan fungsi komposisi. Agar lebih mudah  memahami aturan rantai, perhatikan contoh berikut:  Contoh 3.2  Jika   2 4 1   , tentukan   !   

(44)

 

Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 3 Turunan| 

39 

  Solusi 

Andaikan  y  adalah  sebuah  fungsi  komposisi  dimana  y=f(u)  =  u60,  dan 

2 4 1.  Jadi,    .                  . 2 4 1            60   4 4            60 2 4 1 4 4     Aturan Rantai Bersusun  Andaikan y=f(u) dan u=g(v) dan v=h(x), maka     .    .     Contoh 3.3  jika    4 , tentukan   !  Solusi 

Andaikan  ;  sin  ; dan  4  , sehingga 

 .  .              . sin  . 4             3   – cos 4             12  cos             12    cos             12  4 cos 4   3.6 Penulisan Leibniz 

Penulisan  Leibniz  menggunakan  notasi  dy/dx  untuk  menyatakan  turunan.  Leibniz  menyebut dy/dx sebagai suatu hasil bagi dari dua bilangan yang sangat kecil, yakni:  lim ∆ ∆ ∆ ∆lim ∆ ∆   Penulisan Leibniz juga berlaku pada aturan rantai. Sebagai contoh, andaikan y = f(u)  dan u = g(x), maka:     

(45)

Bab 3 Turunan| 

40 

  Contoh 3.4  1 Tentukan dy/dx jika  3 7  !  Solusi  3 7          3 7          3 3 2  7 1          3 6 7    2 Tentukan dy/dx jika  x 2x  !  Solusi 

Misalkan u x 2x , maka y u   dan  .  

        . 2  

       12 3 2  

       12 2 3 2  

3.7 Turunan Tingkat Tinggi 

Turunan  sebuah  fungsi  dapat  dituliskan  dalam  beberapa  bentuk  seperti  yang  dicontohkan  pada  Tabel  3.3.  Misalkan  sebuah  fungsi  y=f(x),  maka  turunan  pertamanya  adalah     .  Jika  turunan  pertama  ini  diturunkan  lagi, 

maka  akan  menghasilkan  turunan  kedua,  yaitu   

. Notasi yang sama diberikan untuk turunan ketiga, keempat, dst. 

Tabel 3.3 Bentuk Penulisan Turunan 

Derivatif  Penulisan f'  Penulisan y'  Penulisan Operator D  Penulisan Leibniz 

Pertama  f'(x)  y'     

Kedua  f''(x)  y''     

Kedua  f'’'(x)  y''’     

(46)

 

Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 3 Turunan| 

41 

  Salah  satu  penggunaan  turunan  tingkat  tinggi  adalah  pada  masalah  gerak  partikel.  Bila  S(t)  merupakan  posis  sebuah  partikel,  maka  kecepatan  partikel    adalah  v(t)  =  S’(t).  Sedangkan percepatan gerak partikel adalah a(t) = v’(t) = S”(t). 

3.8 Pendiferensialan Implisit 

Sebuah  fungsi  dikatakan  berbentuk  implisit  bila  berbentuk  F(x,y)  =  0.  Pada  bentuk  ini,  variabel  x  dan  y  tercampur  dalam  suatu  ekspresi.  Pendiferensialan  implisit  adalah  mencari dy/dx tanpa terlebih dahulu mengubah bentuk persamaan menjadi y = f(x).  Prinsip pendiferensialan implisit adalah sebagai berikut: untuk suatu bentuk fungsi  implisit F(x,y) = 0. Untuk mencari dy/dx, kumpulkan semua variable y di ruas sebelah kiri  dan variabel x di ruas sebelah kanan. Kemudian turunkan kedua ruas terhadap x dengan  mengingat variabel y di sebelah kiri merupakan fungsi dari x.   Contoh 3.5 

Jika y3 7y‐x3 0, tentukan garis singgung di titik  2,1 !  Solusi  7   3 7   3   3 7 3   3 3 7   3 2 3 1 7   12 10 6 5  3.9 Laju yang Berkaitan 

Berikut  ini  adalah  prosedur  sistematis  untuk  menyelesaikan  permasalahan  laju‐laju  yang berkaitan: 

1. Andaikan t menyatakan waktu. Gambarlah diagram yang berlaku untuk semua t>0.  Identifikasi besaran‐besaran yang nilainya tidak berubah (konstanta) bila t 

(47)

Bab 3 Turunan| 

42 

  berubah terhadap waktu), dan tandai garis‐garis pada gambar dengan peubah yang  sesuai.  2.  Nyatakan apa yang diketahui dan informasi yang diinginkan tentang peubah‐ peubah. Informasi ini akan berbentuk turunan‐turunan terhadap t.  3. Tulislah sebuah persamaan yang menghubungkan peubah‐peubah yang sahih untuk  semua t>0, bukan hanya pada beberapa saat tertentu.  4. Diferensialkan persamaan yang ditemukan dalam langkah 3 secara implisit  terhadap t. Persamaan yang dihasilkan memuat turunan‐turunan terhadap t dan  sahih untuk semua t>0.  5. Gantikan persamaan yang ditemukan dalam langkah 4 untuk semua data yang sahih  pada saat tertentu untuk mana jawaban atas masalah yang diisyaratkan. Selesaikan  turunan yang diinginkan.    Contoh 3.6 

Sebuah  balon  dilepas  pada  jarak  150  kaki  dari  seorang  pengamat  yang  berdiri  di  tanah. Jika balom maik secara lurus ke atas dengan laju 8 kaki/detik, seberapa cepat  jarak antara pengamat dan balon bertambah pada waktu balon pada ketinggian 50  kaki?  Solusi  Penyelesaian masalah menurut prosedur sistematis:  1.           

Andaikan  t  menyatakan  detik  setelah  balon  dilepas,  h  menyatakan  ketinggian  balon, dan s jarak balon dari pengamat. Peubah h dan s keduanya bergantung  pada  t.  tetapi  jarak  antara  pengamat  dan  titik  pelepasan  konstan  dan  tidak  berubah dengan bertambahnya t. kita tekankan bahwa gambar ini sahih untuk  semua t 0. 

2. Diketahui laju balon naik ke atas  dh/dt    8 kaki/detik. 

  Ditanya  laju  perubahan  jarak  antara  pengamat  dan  balon  ds/dt   pada  saat  h 50 kaki.  3. Peubah s dan h berubah tehadap waktu  mereka adalah fungsi implisit dari t ,  tetapi selalu dihubungkan dengan persamaan Pythagoras:  s  150  h

(48)

  Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013  Bab 3 Turunan| 

43 

  s h 150   4. Jika persamaan Pythagoras di atas kita diferensialkan secara implisit terhadap t  dan memakai aturan rantai, maka akan diperoleh:  2 2  0    5. Bila h   50 kaki, maka berdasarkan persamaan Pythagoras pada poin 3, s adalah  50 150   50√10  Dengan mengguanakn persamaan turunan pada poin 4, maka diperoleh:  50√10 50 8   400 50√10 8 √10 2,53  / .  3.10 Diferensial dan Hampiran  3.10.1 Turunan dan Diferensial 

Turunan  adalah  hasil  bagi  dua  diferensial,  biasa  dilambangkan  dengan  f’(x)  atau  dy/dx. Andaikan y=f(x), maka turunan f  yaitu:  lim ∆ ∆ ∆   lim ∆ ∆ ∆      

Andaikan  bahwa  dx  adalah  diferensial  dari  peubah  bebas  x  yang  menyatakan  pertambahan sebarang dari x. Maka  diferensial  yang bersesuaian  dengan  dy  dari peubah  tak bebas y didefinisikan oleh:      Dari definisi di atas dapat diartikan bahwa diferensial dari peubah tak bebas adalah hasil  kali turunan dengan diferensial peubah bebas. Diferensial biasa dilambangkan dengan dy.   

Tabel  3.4  berikut  menunjukkan  perbandingan  beberapa  aturan  turunan  dan  diferensial. Ingat kembali bahwa diferensial diperoleh dengan mengalikan f’(x) dengan dx. 

(49)

Bab 3 Turunan| 

44 

  Tabel 3.4 Perbandingan aturan turunan dan aturan diferensial  Aturan Turunan  Aturan Diferensial  1. 0  2.   3.   4.   1. 0  2.     3.     4.   3.10.2 Hampiran  Andaikan y=f(x) seperti gambar 3.5. Jika x diberi tambahan ∆x, maka y menerima  tambahan yang berpadanan ∆y yang dapat dihampiri oleh dy.     Gambar 3.5 Ilustrasi hampiran  Dengan demikian f(x+∆x) dapat dihampiri oleh:  ∆ ∆   Contoh 3.7:  Dengan menggunakan metode hampiran, hitung √4,6 !  Solusi  Andaikan fungsi akar adalah  √ , maka    .   Kita mengetahui bahwa nilai √4,6 berada di antara √4 dan √9. Jika kita ambil nilai  x=4 dan ∆x=0,6; Menurut rumus hampiran:  4,6 4 0,6 4 √4 2     Untuk menghitung dy,  ∆   y=f(x) f(x) f(x+∆x) dy ∆y x y

(50)

  Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013  Bab 3 Turunan| 

45 

  1 2√  ∆   1 2√4  0,6   0.15  ∆ 1 2√  ∆ 1 2√4  0,6   0.15  Sehingga  4,6 2 2 0,15 2,15  3.10.3 Penaksiran Galat (Error)  Penaksiran galat merupakan masalah yang khas dalam sains.  Prosedur baku untuk  menaksir  galat  adalah  dengan  memakai  sarana  diferensial.  Untuk  memahami  cara  penaksiran galat, perhatikan contoh berikut. 

Contoh 3.8 

Rusuk  kubus  memiliki  panjang  11,4  cm  dengan  kemungkinan  galat  panjang  rusuk  0,05 cm. HIiung volume kubus dan berikan suatu taksiran galat untuk nilai volume  tersebut!  Solusi  Volume kubus V yang panjang rusuknya x adalah   . Jadi  3 .  Jika x = 11,4 cm dan dx = 0,015 cm, maka  11,4 1482   dan  3 11,4 0,015 19 

Dengan  demikian  volume  kubus  adalah  1482 19   dengan  taksiran  galat  volume adalah 19  .  3.11 Soal Latihan   A. Konsep Dasar Turunan  1. Tentukan kemiringan garis singgung kurva y = 2 / (x‐2) pada titik (0,‐1). Tuliskan  juga persamaan garis singgungnya!  2. Sebuah benda menjelajahi garis sehingga posisi s nya adalah  2  2 meter  setelah t detik. Tentukan:  a) Kecepatan rata‐rata selang 2 ≤ t ≤ 3?  b) Kecepatan sesaat pada t=2 detik? 

(51)

Bab 3 Turunan| 

46 

  B. Turunan  1. Dengan menggunakan konsep limit, tentukan turunan dari:  a)       b)   √  4  C. Aturan Turunan dan Turunan fungsi Trigonometri  1. Tentukan turunan dari:  a)     b)      

2. Tunjukkan kurva y   √2 sin x dan y √2 cos x berpotongan tegak lurus pada 0≤x  ≤π/2!(dua kurva berpotongan tegak lurus bila m1/m2 = ‐1)  3. Pada saat t detik, pusat sebuah pelampung gabus berada sejauh 2 sin t sentimeter di  atas (atau di bawah) permukaan air. Berapa kecepatan pelampung pada saat t = 0,  π/2, dan π?  D. Aturan Rantai  1. Tentukan Dxy bila:  a) 3 5 11   b)  

2. Hitung Dt sin t · tan t 1  

E. Turunan Tingkat Tinggi  1. Sebuah pelek berpusat di titik asal dan berjari‐jari 10 sentimeter berputar  berlawanan arah perputaran jarum jam pada laju 4 putaran/detik. Sebuah titik P  pada pelek berada di  10,0  pada t=0.  a) Berapa koordinat P pada saat t detik?  b) Pada laju berapa P naik (atau turun) pada saat t=1?  2. Sebuah benda dilempar langsung ke atas pada ketinggian s=‐16t2 + 48t + 256 kaki  setelah t detik.   a) Berapa kecepatan awalnya?  b) Kapan ia mencapai ketinggian maksimum?  c) Berapa ketinggian maksimumnya?  d) Kapan ia membentur tanah? 

(52)

  Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013  Bab 3 Turunan| 

47 

  e) Dengan laju berapa ia membentur tanah?  F. Pendiferensialan Implisit  1. Cari persamaan garis normal (garis tegak lurus terhadap garis singgung) pada kurva  8(x2+y2)2 = 100(x2‐y2) di 3,1 . (Gunakan metode pendiferensialan implisit).  G. Laju yang Berkaitan  1. Rusuk kubus yang berubah bertambah panjang dengan laju 3cm/detik. Berapa  kecepatan pertambahan volume kubus pada saat panjang rusuk 10 cm?  2. Sebuah cakram baja memuai selama dipanaskan. Jika jari‐jarinya bertambah dengan  laju 0,02 cm/detik, seberapa cepat luas salah satu mukanya bertambah pada saat  jari‐jarinya adalah 8,1 cm?  H. Diferensial dan Hampiran  1. Hitung √402  dan √26,91 dengan metode hampiran!  2. Hampiri nilai volume material dalam tempurung bola yang jari‐jari dalamnya 5 cm  dan jari‐jari luarnya 5,125cm.  3. Garis tengah sebuah bola diukur sebagai 20 0,1 cm. hitung volumenya dengan  suatu taksiran untuk galat. 

(53)

        BAB 4  APLIKASI TURUNAN     

Konsep  turunan  dapat  digunakan  sebagai  alat  bantu  untuk  menyelesaikan  banyak  masalah,  seperti:  menyelesaikan  masalah  maksimum  dan  minimum  serta  membuat grafik fungsi secara canggih. Untuk dapat membuat grafik suatu fungsi secara  canggih,  perlu  ditentukan  kemonotonan,  kecekungan  dan  garis  asimtotik  fungsi  tersebut.  Kemonotonan  suatu  fungsi  dapat  ditentukan  dari  turunan  pertama  fungsi  tersebut, sedangkan kecekungan dapat ditentukan dari turunan keduanya. 

Selanjutnya  pada  bab  ini  akan  dibahas  aplikasi  yang  dapat  diterapkan  menggunakan turunan. 

4.1 Maksimum dan Minimum 

Misalkan  diberikan  suatu  fungsi   dan  daerah  definisi  .  Maka  akan  timbul  pertanyaan apakah   memiliki nilai maksimum atau minimum pada  ? Jika memiliki  nilai  maksimum  atau  minimum,  dimana  terjadinya?  Jika  ada,  berapa  nilainya?  Pertanyaan  ini  adalah  tujuan  utama  dari  sub  bab  ini.  Perhatikan  gambar  4.1  berikut.  Apakah   maksimum? Apakah   minimum? 

  Gambar 4.1 Kurva maksimum minimum 

(54)

 

Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 4 Aplikasi Turunan| 

49 

 

 

Teorema 1 [Definisi]   

Misalkan  , daerah definisi dari fungsi  , memuat  . 

1. dikatakan  mencapai  maksimum  di   bila     .   disebut  nilai maksimum; 

2.  dikatakan  mencapai  minimum  di   bila     .   disebut  nilai minimum; 

3.  disebut  nilai  ekstrim  dari   pada   jika  merupakan  nilai  maksimum\minimum.  Titik  dimana   mencapai  maksimum\minimum  disebut  titik ekstrim; 

4. fungsi yang akan dimaksimumkan atau diminimumkan disebut fungsi objektif. 

Teorema 2  [Eksistensi Maksimum­Minimum] 

Jika   kontinu dan   berupa interval tutup  , , maka   memiliki titik minimum  dan maksimum. 

Teorema 3  [Titik Kritis] 

Misalkan   terdefinisikan  pada  interval   yang  memuat  titik  .  Jika    merupakan nilai ekstrim, maka   merupakan titik kritis; yaitu,   merupakan salah satu  dari:  1. Titik stasioner (titik dengan sifat  0);  2. Titik ujung   ; atau  3. Titik singular (titik di mana   tidak mempunyai turunan).    Contoh 4.1:  Tentukan nilai maksmimum dan minimum dari   pada  2,2 .  Solusi  Langkah 1 Tentukan titik kritis dari   pada  2,2 .  1. Cek titik stasioner 

3 , yang terdefinisikan pada  2,2  dan  0 hanya jika  0.  Jadi, titik stasionernya adalah  0; 

(55)

Bab 4 Aplikasi Turunan| 

50 

    2. Cek titik ujung  Titik ujung dari interval yang diberikan adalah  2 dan  2.  3. Cek titik singulir  Karena   memiliki turunan, maka titik singulir tidak ada.  Jadi, titik kritis nya:  2, 0,   2.  Langkah 2 Evalusi tiap titik kritis 

2 8,  0 0,  dan  2 8.  Diperoleh  nilai  maksimum  dari   pada  2,2  adalah 8 (dicapai  saat  2),  sedangkan  nilai  minimumnya  adalah  8  (dicapai saat  2). 

4.2 Kemonotonan Fungsi dan Titik Ekstrim 

4.2.1 Kemonotonan Fungsi   

Misalkan   terdefinisi pada interval   (buka, tutup, atau lainnya). 

1.  disebut monoton naik pada   bila:    2.  disebut monoton turun pada   bila:    3.  disebut monoton tak turun pada   bila:    4. f disebut monoton tak naik pada I bila:  x x f x f x   Ilustrasi fungsi monoton dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut:    Gambar 4.2 Ilustrasi fungsi monoton 

Gambar

Tabel 1. Notasi selang 
Tabel 3.3 Bentuk Penulisan Turunan 
Tabel  3.4  berikut  menunjukkan  perbandingan  beberapa  aturan  turunan  dan  diferensial. Ingat kembali bahwa diferensial diperoleh dengan mengalikan f’(x) dengan dx. 

Referensi

Dokumen terkait

PEKERJAAN : PENGADAAN DAN PEMBANGUNAN GENSET BESERTA JARINGANN5A DI $0 KABUPATEN6KOTA SE7PROINSI RIAU LOKASI : DESA BATANG NILO KECIL ,

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar melalui permainan tradisioanal balap karung estafet pada kelompok

Upaya pemberdayaan zakat produktif melalui Program OKU Taqwa oleh BAZNAS OKU Timur melalui zakat, dengan memberikan zakat dengan melalui penyediaan alat-alat

Jarak tempuh tindak tutur merupakan rentangan sebuah tuturan dari titik ilokusi (di benak penutur) ke titik tujuan ilokusi (di.. Surya Edukasi : Analisis Tindak Tutur dalam Cerpen

Pengelolaan transaksi hibah langsung dalam bentuk uang dan belanja yang bersumber dari hibah langsung pada satuan kerja dimulai dari proses pengajuan permohonan nomor register

Survey tentang motivasi dan paritas ibu hamil, terhadap 8 orang ibu hamil yang tidak memeriksakan kehamilannya, mengatakan bahwa kehamilan dan persalinan

Temubual mendalam secara bersemuka dan separa bersturuktur telah dilakukan terhadap dua (2) syarikat yang menyediakan khidmat sertu (disebut sebagai Syarikat G

 Pada contoh ini, kata adverb beautifully menggambarkan adjective dressed – dia adalah seorang perempuan yang berpakaian dengan cantik atau indah.. Contoh: She is a truly