• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pendapatan asli daerah Sulawesi Selatan. Potensi perikanan dan kelautan meliputi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pendapatan asli daerah Sulawesi Selatan. Potensi perikanan dan kelautan meliputi"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sulawesi Selatan sebagai salah satu daerah yang memiliki luas perairan laut cukup besar menjadikan hasil komoditi laut sebagai salah satu andalan dalam pendapatan asli daerah Sulawesi Selatan. Potensi perikanan dan kelautan meliputi panjang garis pantai 2.500 km, perikanan laut 600.000 ton/tahun, perairan umum 40.000 ton/tahun, budidaya tambak 150.000 ha, budidaya air tawar 100.000 ha dan areal budidaya laut 600.000 ha yang terdapat di Propinsi Sulawesi Selatan. Salah satu potensi perikanan dan kelautan yang dimiliki oleh Sulawesi Selatan adalah potensi ekspor telur ikan terbang dimana tercata pada tahun 2010 ekspor telur ikan terbang berdasarkan Dinas dan Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan (2014) adalah sebesar 600.870 ton.

Komunitas nelayan Sulawesi Selatan memiliki ketergantungan yang sangat tinggi terhadap sumber daya perikanan dan kelautan sebagai sumber daya milik bersama. Ketidakmampuan nelayan dalam melakukan diversifikasi pekerjaan sehingga sangat bergantung pada kondisi sumber daya perairan yang ada disekitarnya menyebabkan ketidakstabilan ekonomi dalam kehidupan masyarakat pesisir. Kondisi realitas yang terjadi di pesisir Kabupaten Takalar dengan melihat kondisi fisik rumah yang dimiliki oleh punggawa (juragan) dengan berpondasikan batu dan memiliki perabot rumah tangga yang lengkap berbeda dengan kondisi fisik rumah dari sawi (nelayan buruh) yang berdinding bambu maupun kayu dengan perabotan rumah

(2)

tangga yang sangat sederhana (Arifin, 2014). Kondisi ini merupakan salah satu indikator perbedaan tingkat kesejahteraan yang tak terbantahkan dan sejak dahulu hingga saat ini, belum banyak mengalami perubahan ke arah yang lebih baik atau pada tingkat hidup yang lebih tinggi. Sumber daya perikanan yang merupakan milik bersama bergerak dinamis dan fluktuasi berdasarkan musim penangkapan, hal ini akan mengganggu konsistensi perolehan pendapatan nelayan. Rendahnya keterampilan para nelayan akan membuat rendahnya diversifikasi kegiatan penangkapan dan keterikatan yang kuat terhadap satu jenis alat tangkap telah memberi kontribusi/pengaruh terhadap tingkat kesejahteraan nelayan (Kusnadi, 2003).

Hubungan patron klien dalam komunitas nelayan yang masih sangat kental sebagai suatu budaya turun temurun, yang akan menciptakan dinamika kelompok yang sangat kompleks dalam kelangsungan hidup masyarakat nelayan di Sulawesi Selatan. Pada kehidupan masyarakat nelayan di Sulawesi Selatan yang masih menggunakan sistem relasi sosial punggawa (juragan) dan sawi (nelayan buruh menimbulkan ketimpangan sosial maupun ekonomi dimana sumber daya yang dipertukarkan dalam hubungan patron-klien mencerminkan kebutuhan yang timbul dari masing-masing pihak. Menurut Irawan (2011) jalinan hubungan antara punggawa dan sawi dalam Bagang lebih terbentuk hubungan banyak benang jalinan tidak terbatas pada hubungan kerja semata, yakni di mana seorang punggawa mempekerjakan beberapa orang sawi di dalam usaha Bagangnya, akan tetapi dalam

(3)

pola hubungan tersebut terjalin pula suatu hubungan sosial yang lebih bersifat intern antara punggawa dengan sawinya.

Dalam hubungan kerja yang dibangun oleh punggawa dan sawi yang berdasarkan pada kesepakatan lisan tanpa ada kontrak maupun perjanjian yang jelas dari segi hukum menyebabkan harus dapat menerima apa yang telah ada atau ketidakberdayaan dalam menghadapi situasi dan permasalahan dalam lingkungan perkerjaan merupakan bentuk untuk bersedia menerima konsekuensi dari pekerjaan yang ditentukan sebelumnya. Salah satu komunitas nelayan di Sulawesi Selatan yang masih menggunakan relasi sosial dalam bentuk sistem punggawa - sawi adalah komunitas nelayan penangkap ikan terbang di Kabupaten Takalar.

Komunitas nelayan ikan terbang (pattorani) merupakan salah satu komunitas nelayan tertua yang ada di Sulawesi Selatan tepatnya di Kabupaten Takalar. Dengan masih mempertahankan pola budaya dan nilai-nilai tradisi yang dipegang sebagai kearifan lokal yang dimiliki dalam proses penangkapan ikan terbang (torani), Nelayan pattorani masih dapat bereksistensi pada gelombang arus modern kekinian. Amir (2011) menjelaskan bahwa nelayan pattorani merupakan salah satu komunitas nelayan di Sulawesi Selatan yang kondisi realitasnya sampai saat ini mengelola, memelihara dan memanfaatkan sumberdaya hayati laut berdasarkan norma-norma dan nilai-nilai budaya melalui penggunaan teknologi cara (soft ware technology) maupun teknologi alat (hard ware technology) yang bersifat partisipatif, assosiatif, analogik dan orientif yang melembaga serta dipertahankan melalui pengendalian sosial (sosial control) oleh setiap warganya. Relasi sosial yang terbentuk dalam

(4)

kelompok nelayan pattorani yang terdiri dari punggawa (juragan) dan sawi (nelayan buruh) terikat dalam bentuk kepercayaan serta norma-norma yang berlaku dalam kelompok tersebut yang kemudian berkembang menjadi suatu pranata sosial dalam kehidupan masyarakat pesisir yang terjadi karena adanya kelompok kerja untuk dapat saling memenuhi kebutuhannya masing-masing. Hubungan kerjasama yang dibangun dengan dasar saling percaya dan kesepakatan dalam bentuk lisan saja membuka peluang yang besar untuk terjadinya penyimpangan hak dan kewajiban di antara keduanya (punggawa dan sawi). Dalam kelompok nelayan ikan terbang di Desa Bontomarannu memiliki perbedaan posisi yang terdiri dari punggawa, pemimpin kapal (sawi yang diangkat untuk menjadi pemimpin proses penangkapan ikan terbang), dan sawi itu sendiri sebagai pekerja. Dari dasar inilah peneliti tertarik untuk melihat bagaimana bentuk hubungan kerja antara punggawa dan sawi dalam kelompok nelayan ikan terbang di Kabupaten Takalar.

1.2 Permasalahan Penelitian

Pada dasarnya, setiap golongan masyarakat, termasuk masyarakat miskin, masih memiliki potensi sumberdaya sosial yang bisa didayakan guna untuk mengatasi kemiskinan antara lain, sistem nilai, norma-norma perilaku, etika sosial, jaringan dan kepercayaan (Kusnadi, 2003). Sistem hubungan kerja membentuk relasi sosial tidak terlepas dari lingkungan yang mempengaruhi kelompok tersebut demikian juga pada kelompok nelayan ikan terbang di Sulawesi Selatan sebagai dinamika kelompok masyarakat nelayan di Sulawesi Selatan menyebabkan salah satu terjadinya

(5)

kemunduran dalam kemandirian masyarakat nelayan pada Kabupaten Takalar karena adanya sifat ketergantungan yang sangat tinggi nelayan buruh (sawi) terhadap nelayan yang memiliki modal (punggawa) menyebabkan terbentuknya kemiskinan yang bersifat struktural.

Keberlanjutan hidup para sawi (nelayan buruh) sangat bergantung pada bentuk hubungan kerja yang dibangun kepada juragannya dan kondisi keuangan maupun cara kerja dari para juragannya. Salah satu aspek yang sangat menarik untuk diteliti dari bahasan di atas adalah bentuk hubungan kerja punggawa dan sawi dalam kelompok nelayan ikan terbang di Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan. Oleh karena itu, permasalahan penelitian yang diteliti dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apa faktor pendorong dan faktor penarik sawi untuk bergabung kepada punggawa dalam kelompok nelayan ikan terbang di Desa Bontomarannu ? 2. Apa faktor pendorong dan penarik punggawa dalam merekrut sawi pada

kelompok nelayan ikan terbang di Desa Bontomarannu ?

3. Bagaimana bentuk hubungan kerja punggawa dan sawi dalam kelompok nelayan ikan terbang di Desa Bontomarannu Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar ?

(6)

1.3 Keaslian Penelitian

Dari penelusuran beberapa litelatur didapatkan beberapa hasil penelitian yang memiliki fokus pengkajian pada pola hubungan kerja tradisional nelayan. Wulandari (2007) meneliti mengenai Dinamika Sistem Hubungan Kerja Antara Juragan Dengan Buruh Nelayan Terhadap Kesejahteraan Keluarga Buruh Nelayan (Studi Kasus Di Desa Kranji Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan). Pada penelitian ini menjelaskan ketimpangan pembagian upah kerja atau sistem bagi hasil antara juragan dengan buruh nelayan mengakibatkan nelayan berada pada posisi yang kurang menguntungkan, karena sepenuhnya sistem bagi hasil ditetapkan oleh juragan sebagai pemilik kapal. Ketentuan ini semakin memperkecil nilai bagi hasil atau pendapatan yang diperoleh nelayan. Namun kebanyakan dari mereka tidak berbuat banyak.

Wijayanti (2008) meneliti mengenai pola hubungan kerja antara nelayan pemilik kapal purse seine dengan buruh di pangkalan pendaratan ikan (PPI) unit 2 Pantai utara Desa Bajomulyo Kecamatan Juwana Kabupaten Pati menjelaskan bahwa disisi lain berdasarkan karakteristiknya maka masyarakat nelayan cenderung terikat pada kehidupan berkelompok atau homogen. Mereka memiliki aturan – aturan baku yang menjadi prinsip hidupnya. Bekerja keras dengan semangat tinggi merupakan cara untuk survive dalam meningkatkan kesejahteraan hidup yang lebih baik. Para nelayan dan beberapa pelaku ekonomi (juragan/pemilik kapal, nelayan bakul) mengelola dan mengembangkan aktivitas perekonomian secara swasembada. Para nelayan dan beberapa pelaku ekonomi (juragan/pemilik kapal, nelayan bakul) mengelola dan mengembangkan aktivitas perekonomian secara swasembada.

(7)

Khadijah (2013) dalam penelitian Studi Hubungan Kerja Masyarakat Nelayan Kelurahan Ponjalae, Kecamatan Wara Timur Kota Palopo menjelaskan hubungan kerja serta pembagian hasil antara pemimpin kapal dan sawi bukan hanya didasari pada aspek sosial. Hubungan kerja didasari pada aspek ekonomi dan juga aspek ketergantungan yang saling menguntungkan sehingga timbul hubungan patron klien antara pemimpin kapal dan sawi adalah adanya rasa ketergantungan dan pertolongan dari pemimpin kapal sebagai bantuan bagi sawi dalam memberikan pendapatan bagi kelangsungan hidupnya. Adapun dari hubungan kerja dan pembagian hasil tersebut akan mempengaruhi hubungan kedepannya antara punggawa dan sawi ternyata dari pengaruh hubungan tersebut masih tetap berlanjut karena di sini sawi tidak merasa keberatan sebaliknya malah sawi merasa pemimpin kapal telah menolong atau membantu pendapatan atau ekonomi keluarga dan disini memberi arti bahwa punggawa memberikan pekerjaan yang memang sangat dibutuhkan oleh sawi.

Berdasarkan dari beberapa hasil penelitian di atas, keaslian penelitian ini meliputi beberapa hal yaitu : Pertama, penelitian ini mengkaji faktor pendorong antara keduanya yang menyebabkan hubungan kerja antara sawi (nelayan buruh) dan punggawa (juragan) yang terjadi dalam kelompok nelayan ikan terbang, kedua, dalam penelitian ini peneliti bukan hanya ingin melihat sistem bagi hasil yang terjadi dalam bentuk hubungan kerja tetapi hak dan kewajiban dari masing-masing peran antara nelayan buruh dan juragan di luar bentuk hubungan kerja yang terbangun, ketiga, dalam penelitian ini aspek sosiologis lebih dikedepankan dengan melihat bentuk hubungan kerja dari sisi fungsi hubungan kerja bagi kehidupan masyarakat pesisir,

(8)

struktur sosial serta modal sosial yang terdapat pada kelompok nelayan ikan terbang. Pada penelitian ini juga mengkaji bukan hanya peran kerja dan sistem bagi hasil antara juragan dan anak buah tetapi juga mengkajih mengenai sistem nilai yang yang dihasilkan dalam hubungan kerja tersebut serta terbentuknya lembaga atau pranata sosial sebagai wadah kehidupan dalam kelompok masyarakat pesisir.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian permasalahan penelitian di atas maka tujuan penelitian yang diharapkan sebagai berikut :

1. Mengetahui faktor pendorong dan penarik sawi bekerja dalam kelompok nelayan ikan terbang dan

2. Mengetahui faktor pendorong dan penarik punggawa dalam merekrut nelayan buruh di Desa Bontomarannu Kabupaten Takalar.

3. Mengetahui bentuk hubungan kerja punggawa dan sawi dalam kelompok nelayan ikan terbang di Desa Bontomarannu Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Kegunaan praktis, diharapakan dapat memberikan penambahan pemahaman tentang bagaimana sistem sosial yang dimiliki pada kelompok nelayan di masyarakat pesisir.

(9)

2. Kegunaan strategis, diharapkan dapat menjadi pertimbangan maupun masukan dalam pemberian kebijakan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir.

3. Kegunaan akademis, diharapkan dapat memperkaya referensi tentang praktek-praktek pengembangan kesejahteraan pada kelompok - kelompok nelayan.

Referensi

Dokumen terkait

Grafik step respon hasil simulasi untuk sistem pengendalian kcc epatan putaran motor diesel high speed dengan menggunakan kontro l er logika fuzzy kctika motor dilakukan

Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan di lingkungan masyarakat tertentu baik di lembaga-lembaga, organisasi

coli O157:H7 melalui sumber kontaminan yang berasal dari air yang digunakan untuk memandikan sapi dan membersihkan ambing sapi, peralatan yang digunakan pada saat pemerahan dan

Diharapkan pada tahun selanjutnya, capaian kinerja dapat mencapai target yang telah ditetapkan sebagai bahan untuk tindak lanjut, evaluasi dan perbaikan dalam pelaksanaan

Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari implikasi keberadaan spesies invasif eceng gondok dan agens hayatinya, Neochetina spp., terhadap komunitas tumbuhan akuatik dan

2006 Festival Programmer – Jakarta Slingshortfest, South East Asia short film festival 2007 Festival Director OK.Video MILITIA – 3 rd Jakarta International Video Festival. 2009

Pengguna (Admin, KMK) akan memilih pertemuan. Setelah itu sistem akan menampilkan field-field yang harus dilengkapi oleh pengguna ketika proses penyimpanan pertemuan. Setelah

mengukur laju sedimentasi dan menganal i sis je ni s sedimen yang mengendap pada ekos i s tem terumbu karang di Pulau Ballang Lompo.. Kata kunci : Pulau Balang Lompo,