• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PENERAPAN ACTIVITY BASED FLEXIBLE BUDGET TERHADAP PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI. Syaiful

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI PENERAPAN ACTIVITY BASED FLEXIBLE BUDGET TERHADAP PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI. Syaiful"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Syaiful

syaiful@umg.ac.id

Penelitian dilakukan di PT Semen Gresik (Persero) Tbk dan dikhususkan pada Departemen produksi IV di Gresik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi proses anggaran dan implementasi anggaran yang dilakukan oleh PT Semen (persero) Tbk, mengidentifikasi pemicu biaya aktivitas dengan menggunakan anggaran fleksibel berbasis aktivitas (Activity Based – Flexible Budget).

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus tunggal, jenis data yang digunakan didapatkan dari sumber data primer dan sekunder. Analisa dilakukan dengan mengevaluasi anggaran dan realisasinya kemudian membandingkannya dengan anggaran berbasis aktivitas.

Dari penelitian ini diketahui bahwa anggaran PT Semen Gresik (persero) Tbk disusun menggunakan konsep bottom-up, dan penyusunnya kemudian dijabarkan dalam tahap-tahap. Pengimplementasian anggaran dilakukan dengan mengkomunikasikannya dan kerjasama serta koordinasi yang baik antara atasan dan bawahan, Identifikasi cost driver dilakukan dengan mengidentifikasi aktivitasnya yang kemudian mengukur output aktivitasnya.

Penyusunan anggaran fleksible berbasis aktivitas manghasilkan anggaran informasi biaya yang akurat yaitu apabila terdapat selisih, baik itu selisih yang menguntungkan maupun selisih yang tidak menguntungkan maka analisa yang dilakukan akan menjadi lebih terarah. Sehingga penyimpangan-penyimpangan yang timbul dapat ditelusuri dengan lebih mudah. Hal ini amat membantu proses evaluasi kinerja Pada PT Semen Gresik (Persero) Tbk dalam upaya untuk melakukan continuous improvement.

Pelaksanaan activity-based flexible budgeting memerlukan komitmen yang kuat dan kerjasama yang baik dari semua unit kerja yang dapat mendukung misi dan visi perusahaan.

Keyword: Budget, Activity Base Flexible Budget, Activity Based Budgeting, Bottom-up A. PENDAHULUAN

Anggaran merupakan rencana tertulis dari pihak manajemen tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan pada suatu waktu tertentu. Anggaran memainkan peranan penting dalam perencanaan dan pengendalian.

Perencanaan mengidentifikasi objektif dan tindakan yang diperlukan dalam pencapaian tujuan perusahaan. Seabagaimana Maher dan Deakin (1998;110), Mulyadi (1993;488), Blocher (1999;350) mengatakan bahwa Anggaran merupakan rencana kuantitatif terhadap operasi organisasi; anggaran mengidentifikasi sumber daya dan

(2)

komitmen yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan organisasi selama periode anggaran, yang meliputi aspek keuangan dan non keuangan dari operasi yang direncanakan.

Sedangkan anggaran merupakan suatu quantitative expresion dari perencanaan ini, yang dinyatakan dalam bentuk fisik maupun keuangan atau dalam kedua bentuk tersebut. Pengendalian adalah proses penetapan standar, menerima hasil dan kinerja aktual, dan mengoreksi tindakan apabila kinerja aktual tersebut menyimpang secara signifikan dari kinerja yang direncanakan.

Persaingan global menjadi semakin ketat, fokus perusahaan lebih pada kepuasan pelanggan dan memberikan value yang lebih pada pelanggan. Dengan perubahan pengorganisasian sumber daya tersebut, pengelolaan berbasis fungsi yang biasa digunakan oleh manajemen dimasa lalu diubah menjadi pengelolaan berbasis aktivitas (ABM). Manajemen berbasis aktivitas ini menuntut eksekutif untuk mengubah cara yang digunakan untuk menyusun anggaran dari functional-based budgeting ke

activity-based budgeting.

Sebagaimana dikatakan oleh Indri (2003) bahwa penggunaan Activity Based Flexible Budgeting dalam perencanaan dan pengendalian biaya produksi menghasilkan penganggaran biaya yang akurat, karena biaya-biaya dengan pemicu biaya yang berbeda-beda dikelompokkan dalam kelompok pemicu biaya yang sama dan hal itu memudahkan dalam pengevaluasiannya.

PT Semen Gresik (Persero) Tbk. merupakan salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memproduksi semen dan merupakan perusahaan yang besar dengan banyak anak perusahaan. Hal di atas membuat perusahaan tersebut mempunyai berbagai macam aktivitas dan juga konsumsi biaya yang amat besar. Tanpa adanya perencanaan dan pengendalian yang baik, efektif dan efisien, akan sulit untuk bertahan di era perdagangan bebas seperti saat ini. Oleh sebab itulah PT. Semen Gresik (Persero) Tbk memerlukan anggaran yang mampu untuk menjawab tantangan diatas, sedangkan anggaran yang selama ini dipakai hanya merupakan alat untuk menunjang laporan keuangan, dan belum digunakan secara optimal.

B. PERKEMBANGAN TEORI AKUNTANSI MANAJEMEN

Manajemen hendaknya memiliki informasi yang berguna untuk perencanaan dan pengendalian perusahaan dalam kegiatan sehari-hari, serta dapat melakukan perencanaan jangka panjang guna mencapai tujuan yang direncanakan. Dalam kaitannya dengan hal ini akuntansi manajemen mempunyai empat fungsi utama, yaitu memilih data, membuat catatan, menganalisis data, dan membuat laporan.

Sejak dasawarsa 1970-an terjadi pergeseran dari era revolusi energy based

technology yang mempunyai dampak lebih besar terhadap supply berubah menjadi information based technology yang mempunyai dampak lebih besar terhadap demand

(Tunggal, 2000). Sebagai akibat dari perubahan revolusioner dalam lingkungan usaha tersebut, paradigma berbagai bidang disiplin ilmu yang erat kaitannya dengan akuntansi manajemen, ikut berubah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru (Tunggal, 2000).

Perubahan diatas ikut membawa restrukturisasi kultur, struktur dan sistem dalam lingkungan internal dan eksternal organisasi yang mempunyai dampak positif terhadap keunggulan daya saing perusahaan. Sistem anggaran perusahaan pun ikut berubah menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi. Yang semula berdasarkan fungsi

(3)

(functional based budgeting) berubah menjadi berdasarkan aktivitas (activity based

budgeting).

C. ANGGARAN

Menurut Maher dan Deakin (1998;110) Anggaran adalah suatu rencana keuangan tentang sumber-sumber yang dibutuhkan untuk menjalankan tugas dan mencapai tujuan keuangan.. Menurut Mulyadi (1993;488) anggaran adalah Suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan ukuran lain, yang mencakup jangka waktu satu tahun.

Blocher (1999;350) mengatakan bahwa Anggaran merupakan rencana kuantitatif terhadap operasi organisasi; anggaran mengidentifikasi sumber daya dan komitmen yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan organisasi selama periode anggaran, yang meliputi aspek keuangan dan non keuangan dari operasi yang direncanakan.

Proses penyusunan anggaran ini dimulai dengan pengembangan rencana strategik perusahaan. Rencana strategik ini berisi seluruh aktivitas dan operasi masa mendatang, yang biasanya berjangka waktu lima tahun. Organisasi menterjemahkan keseluruhan strategi ke dalam tujuan jangka panjang dan jangka pendek. Tujuan-tujuan tersebutlah yang menjadi dasar bagi penyusunan anggaran. Program atau rencana strategik (strategic plan) ini, diterjemahkan ke dalam aktivitas yang berhubungan dengan tanggung jawab manajer setiap pusat pertanggungjawaban dalam suatu periode anggaran. Oleh karena itu, proses penyusunan anggaran pada dasarnya merupakan proses negosiasi antara manajer pusat pertaggungjawaban dengan atasannya, untuk menetapkan tindakan apa yang harus dilakukan manajer. Hasil akhir dari negosiasi adalah pernyataan bagaimana tindakan tersebut akan dilaksanakan secara kuantitatif dan disahkan untuk setiap departemen atau divisi sebagai pusat pertaggungjawaban dan untuk seluruh

organisasi selama periode anggaran perusahaan. 1. Fungsi dan Keterbatasan Anggaran

Suatu perusahaan yang bekerja menggunakan anggaran, akan merasakan betapa besar manfaatnya, dan tidak akan sama sekali mempunyai pikiran untuk kembali pada kebiasaan lama, yaitu bekerja tanpa anggaran.

Beberapa penulis mengatakan bahwa anggaran selain sebagai alat perencanaan dan koordinasi, anggaran juga berfungsi sebagai alat pengendalian. Hal ini dijelaskan oleh Hansen dan Mowen (2003;355-356) bahwa anggaran selain berfungsi sebagai alat perencanaan juga berfungsi sebagai alat pengendalian.. Perencanaan dan pengendalian ini adaiah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

Perencanaan berarti melihat kedepan, yaitu menentukan tindakan apa yang harus dilakukan untuk merealisasikan tujuan tertentu. Pada dasamya perencanaan yang baik dapat menjadi alat bantu bagi manajemen dalam mengukur produktivitas dan efisiensi dalam mencapai sasaran perusahaan. Sedangkan pengendalian berarti melihat kebelakang, yaitu menilai apa yang telah dihasilkan dan membandingkannya dengan rencana yang telah disusun (Hansen dan Mowen, 2003). Perbandingan ini kemudian dapat digunakan untuk menyesuaikan anggaran, sesuai dengan tujuan masa depan yang

(4)

diinginkan. Gambar di bawah ini akan mengilustrasikan bagaimana siklus perencanaan, hasil dan pengendalian dari anggaran.

Gambar 1. PLANNING, CONTROL, AND BUDGETS

Planning Control Budgets Feedback Monitoring of Actual Activity Comparison of Actual With Planned Investigation Correction Action

Sumber : Hansen and Mowen, Management Accounting, 7 Edition, South Western Collage Publishing, hal 354, 2003.

Horngren (2000;178) juga berpendapat Anggaran juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi dan koordinasi. Proses komunikasi yang baik adalah menggabungkan antara komunikasi secara top down maupun secara bottom up. Anggaran dapat digunakan untuk mengkomunikasikan rencana, tujuan, sasaran organisasi dari manajemen puncak kepada berbagai manajer pusat-pusat pertanggungjawaban, atau unit-unit lain dalam organisasi, termasuk pula karyawan, agar dapat dipahami dengan benar dan jelas serta berusaha untuk dicapai. Sebaliknya bagi manajer pelaksana anggaran, anggaran juga merupakan alat bantu yang berguna sekali dalam menginformasikan rencana mereka untuk mencapai tujuan dan sasaran anggaran kepada manajer puncak. Komunikasi ini berupa penyampaian informasi yang berhubungan dengan tujuan, strategi, program dan masalah lain yang menyangkut peran penting mereka dalam mencapai tujuan perusahaan.

2. Jangka Waktu Anggaran

Jangka waktu anggaran yang umum biasanya memiliki periode satu tahun, tetapi anggaran jangka pendek mencakup jangka waktu tiga atau enam bulan tergantung sifat bisnis perusahaan. Untuk penyusunan rencana laba secara efisien, anggaran tahunan harus diperpanjang jangka waktunya menjadi anggaran delapan belas bulan, dengan menambah jangka waktu tiga bulan akhir periode anggaran yang lama dan tambahan tiga bulan pertama setelah tahun anggaran.

(5)

Jangka waktu anggaran harus memenuhi beberapa syarat seperti yang dikatakan oleh Mulyadi (1997) berikut ini:

1) Jangka waktu anggaran harus dibagi kedalam jangka waktu bulanan.

2) Jangka waktu anggaran harus cukup untuk menyelesaikan produksi berbagai macam produk.

3) Jangka waktu anggaran harus mencakup siklus musim untuk bisnis yang bersifat musiman.

4) Jangka waktu anggaran harus cukup panjang untuk memungkinkan pembelanjaan produksi di muka sebelum kebutuhan nyata.

5) Jangka waktu harus sesuai dengan periode akuntansi keuangan untuk memungkinkan pembandingan antara hasil sesungguhnya dengan hasil yang dianggarkan.

3. Anggaran Fleksibel

Anggaran fleksibel merupakan salah satu jenis pendekatan yang digunakan oleh perusahaan dalam menyusun anggaran. Menurut Hansen and Mowen (2004;373) yang dimaksud anggaran fleksibel adalah anggaran yang memungkinkan suatu perusahaan untuk menghitung perkiraan biaya dalam suatu tingkat aktivitas.

Tujuan utama dari anggaran adalah untuk memperlancar pengendalian biaya. Biaya-biaya dipengaruhi oleh fluktuasi dalam volume atau aktivitas

perusahaan, sehingga jika kondisi perusahaan berubah secara radikal maka operasi-operasi yang sesungguhnya akan menjadi berbeda dengan yang telah direncanakan sebelumnya, jika yang digunakan adalah anggaran statis. Anggaran fleksibel dapat menunjukkan bagaimana dan berapa jauh biaya dipengaruhi oleh volume output atau tingkat kegiatan pada perusahaan.

D. APLIKASI ACTIVITY-BASED BUDGETING

Activity based costing merupakan cara yang lebih baik ibanding anggaran

tradisional menurut Hansen dan Mowen (1997;121-122) mengalokasikan biaya dalam dua tahap:

1) Tahap satu, mengalokasikan biaya yang terjadi ke aktivitas-aktivitas yang ada dalam perusahaan dengan empat langkah:

a) Mengidentifikasi aktivitas yang dilakukan perusahaan.

b) Membebankan biaya pada masing-masing aktivitas sesuai dengan sumber daya yang dikonsumsi oleh aktivitas tersebut.

c) Mengelompokkan aktivitas yang sama sehingga membentuk homogeneous cost

pool.

d) Menghitung tarif untuk masing-masing cost pool (pool rate) yaitu jumlah biaya yang terjadi pada pool tersebut dibagi dengan cost driver yang digunakan.

2) Tahap dua, yaitu tahap dimana biaya pada masing-masing aktivitas dialokasikan pada produk berdasarkan banyaknya aktivitas yang dikonsumsi oleh masing-masing produk. Pengalokasian ini dilakukan dengan cara mengalokasikan pool rate yang sudah dihitung pada tahap I dengan banyaknya aktivitas yang dikonsumsi oleh masing-masing produk.

(6)

Dengan merancang ABC sistem, aktivitas untuk memproduksi dan menjual produk dalam perusahaan dapat digolongkan ke dalam lima kelompok besar, yaitu: a) Facility sustaining activity cost

b) Product sustaining activity cost. c) Batch activity cost,

d) Unit activity cost,

e) Customer activity cost,

1. Activity Based Budgeting

Menurut Mulyadi dan Johny Setyawan (2000;374) definisi activity based budeting adalah sebagai berikut Activity based budgeting adalah proses penyusunan anggaran yang berfokus ke improvement terhadap sistem yang digunakan oleh organisasi untuk menghasilkan value bagi customer.

Proses activity based budgeting ini merupakan kebalikan dan proses activity based costing seperti pada gambar 2. Dalam gambar tersebut dapat dilihat bahwa proses

activity based budgeting dimulai dengan menelusuri pemicu biaya yang terjadi dalam

suatu aktivitas produksi. Dalam konsep activity-based, aktivitas mengkonsumsi sumber daya dan produk mengkonsumsi aktivitas. Oleh sebab itu, dari aktivitas yang diketahui pada proses produksi maka akan dapat dicari apa pemicu dari konsumsi sumber daya, lalu dari pemicu sumber daya tersebut dapat diketahui berapa banyak sumber daya yang dibutuhkan, dan kemudian akan menjadi informasi untuk penyusunan anggaran periode selanjutnya.

Gambar 2.

ABB Reverse Causal Relationship In An ABC Model

Resources Resources driver Activities Activity Cost driver Products ABC Resources Resources driver Activities Activity Cost driver Product ABB

Sumber: Cooper and Kaplan, The Design of Cost Management Systems, New Jersey, 1999

(7)

Menurut Cooper and Kaplan (1999;529) dalam pelaksanaannya activity based

budgeting mengikuti langkah sebagai berikut:

1) Estimate next period's expected production and sales volumes by individual products and customers.

2) Forecast the demand for organizational activities.

3) Calculate the resource demands to perform the organizational activities. 4) Determine the actual resource supply to meet the demands.

5) Determine activity capacity.

Semakin efisien sebuah perusahaan maka akan diperlukan beberapa modifikasi dalam proses anggarannya. Activity based budgeting lebih berguna untuk sumber daya yang mengkonsumsi aktivitas yang berulang-ulang, khususnya

aktivitas yang dipicu oleh demand atas produk, jasa dan customer. 2. Activity Based Flexible Budgeting

Dengan adanya kelemahan dalam fleksibel budgeting bentuk tradisional, solusi penyelesaiannya adalah dengan membangun formula anggaran fleksibel dengan lebih dari satu cost driver. Penyederhanaan penyajian anggaran fleksibel dengan multiple driver, aktivitas-aktivitas yang homogen dikelompokkan ke dalam satu grup dan tiap aktivitas tersebut memiliki satu pemicu biaya. Inilah yang dinamakan Activity Based

Flexible Budget.

Anggaran fleksibel berdasarkan aktivitas merupakan pengembangan dari konsep

Activity Based Costing, dimana digunakan lebih dari satu pemicu biaya atas aktivitas

aktual perusahaan. Untuk menyederhanakan penyederhanaan anggaran fleksibel, maka aktivitas-aktivitas yang sejenis dikelompokkan dalam satu grup, dan setiap grup dari aktivitas memiliki satu pemicu biaya yang sesuai.

Kemampuan untuk mengidentifikasikan perubahan biaya aktivitas saat terjadi perubahan aktivitas output memungkinkan manajer untuk lebih berhati-hati dalam merencanakan dan memonitor improvement dari aktivitas. Menurut Horngren (2000;563) :

Activity flexible budgeting is the prediction of what activity costs will be as activity output changes.

Dalam menyusun anggaran fleksibel biaya produksi dengan pendekatan aktivitas dalam memperhatikan langkah-langkah penyusunan sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi biaya-biaya yang berhubungan dengan aktivitas produksinya. Kemudian dicari cost driver yang sesuai dengan masing-masing biaya tersebut. 2) Menetapkan tingkat aktivitas yang dianggarkan untuk masing-masing cost driver. 3) Menghitung tarif biaya dari masing-masing biaya, dengan membagi jumlah biaya

dengan jumlah konsumsi pemicu biaya yang telah dianggarkan.

4) Menyusun anggaran fleksibel biaya berdasarkan aktivitas yang telah dianggarkan berdasarkan masing-masing tarif biayanya.

3. Pemilihan Pemicu Biaya (Cost Driver)

Langkah penting yang harus dilakukan suatu perusahaan bila akan menyusun anggaran biaya berdasarkan aktivitas adalah dengan menentukan cost driver atau pemicu biaya yang tepat diantara sekian banyak biaya lain yang ada.

(8)

Cost driver menurut Blocher, dkk. (1999;57) yaitu Pemicu biaya merupakan karakteristik

dari suatu aktivitas, jadi pada jenis biaya yang berbeda mempunyai pemicu biaya yang berbeda pula.

Dasar pemicu biaya yang memadai haruslah mampunyai hubungan sebab akibat yang logik dengan aktivitas dan penggunaan sumber daya. Penggunaan pemicu biaya juga harus dapat diukur. Dapat diprediksi atau dapat menjelaskan penggunaan sumber daya atas aktivitas dengan keakuratan yang masuk akal.

Biaya pengukuran akan meningkat sejalan dengan biaya pengadaan informasi perusahaan, karena itu dari sekian banyak pemicu biaya yang dapat dipilih dan digunakan, lebih baik memakai pemicu biaya dengan dasar informasi yang telah ada dalam perusahaan.

Derajat korelasi antara pemicu biaya dengan konsumsi overhead aktual harus dipertimbangkan baik-baik keakuratannya, hal ini berlaku pada penggantian pemicu biaya yang secara langsung mengukur sebuah aktivitas dengan pemicu pengganti (surrogate

driver), yang biasanya tidak secara langsung mengukur konsumsi aktivitas tersebut.

Penggunaan pemicu pengganti ini bertujuan untuk

meminimasi biaya yang muncul karena kuantitas pemicu yang semakin banyak. E. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah pendekatan kualitatif, dengan studi kasus tunggal, yaitu penelitian yang dilakukan hanya pada satu jenis organisasi. Pemilihan pendekatan studi kasus ini dipilih dengan alasan Studi kasus merupakan strategi yang sesuai apabila pokok pertanyaan penelitian berkenaan dengan

how dan why bila peneliti memiliki sedikit peluang untuk mengendalikan

peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata (Yin,2002).

Disamping itu penelitian studi kasus memanfaatkan multi sumber bukti serta memiliki kemampuan untuk berhubungan sepenuhnya untuk mengaitkan antara berbagai jenis bukti sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. Sehingga studi kasus ini memudahkan dalam memandang masalah yang dihadapi sebagai

objek tertentu yang harus diteliti secara lebih mendalam. 2. Unit Analisis

Unit Analisis dalam penelitian ini dibatasai pada:

a) Anggaran fleksibel berbasis aktivitas, sebagai tolok ukur yang dipakai untuk membandingkan antara anggaran dengan hasil operasi sesungguhnya.

b) Perencanaan, sebagai tolok ukur yang dipakai untuk mengukur produktifitas dan efisiensi bagian produksi.

c) Pengendalian, sebagai tolok ukur untuk membandingkan antara hasil aktual dengan standart yang ditetapkan sebelumnya.

(9)

3. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada perusahaan manufaktur PT. Semen Gresik (Persero) Tbk khususnya pada Bagian Akuntansi Biaya & Anggaran.

Disamping itu dilakukan pula penelitian pada Departemen Produksi IV di Gresik, sebatas pada keterkaitannya pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan pada produksi semen tersebut.

4. Tehnik Pengambilan Data a) Dokumentasi

Berdasarkan jenis dan sumber data yang telah ditentukan maka dapat diketahui bahwa tehnik pengambilan data yang dilakukan adalah dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan bagan organisasi perusahaan, bagan tahap-tahap penyusunan anggaran, laporan kegiatan kerja (aktivitas), data biaya overhead, anggaran beserta implementasi anggaran, dan laporan keuangan lainnya.

b) Interview

Merupakan metode pengumpulan data dengan jalan mengadakan wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang terkait dalam proses penyusunan anggaran fleksible berbasis aktivitas beserta implementasinya.

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis dalam penelitian ini akan dibagi menjadi beberapa tahapan sebagai berikut :

a) Tahapan dalam analisa diawali dengan pengolahan data, baik data primer maupun data sekunder yang didapat dari pengamatan proses anggaran dan implementasi anggaran pada PT. Semen Gresik (Persero) Tbk, khususnya pada Departamen produksi IV di Gresik sebagai perusahaan yang diteliti.

b) Data yang didapat, baik primer maupun sekunder, akan dilakukan proses penyusunan anggaran fleksibel berbasis aktivitas, dengan langkah-langkah seperti dibawah ini:

1) Mengidentifikasikan biaya-biaya yang timbul akibat aktivitas produksi. 2) Mencari pemicu biaya yang sesuai dengan biaya-biaya tersebut.

3) Pentarifan biaya dengan membagi total biaya dengan total penggunaan pemicu biaya.

4) Menyusun anggaran fleksibel untuk setiap biaya yang sesuai dengan aktivitas yang dianggarkan.

5) Anggaran fleksibel yang telah tersusun, disesuaikan dengan aktivitas aktual kemudian dibandingkan dengan biaya aktual yang telah dikeluarkan.

6) Penyimpangan yang terjadi diukur dengan analisa varian kemudian disusun laporan kinerjanya.

F. HASIL PEMBAHASAN

1. Anggaran PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.

anggaran yang sudah dibuat tersebut dilaksanakan, Rancangan Kerja Anggaran Perusahaan tersebut perlu dibahas dalam Rapat Umum Pemegang Saham, maka

(10)

dikeluarkan surat Direksi yang akan menjadi landasan kerja bagi Divisi/Bagian/Seksi untuk mencapai sasaran atau target yang diinginkan. Realisasi anggaran tahunan (sampai dengan periode/ bulan penyusunan realisasi anggaran) dibandingkan dengan anggaran bulanan untuk bulan yang bersangkutan untuk mencari penyebab jika ada penyimpangan, untuk kemudian diusulkan saran-saran penanggulangannya.

Dalam memproduksi semen, bahan baku yang dibutuhkan adalah CaO, Al2O3, SiO2, Fe2O3, CaSO4 dan 2H2O yang dapat diperoleh dari bahan baku Batu Kapur, Tanah Liat, Pasir Silika, Pasir Besi, Gipsum. Untuk proses pembuatan semen tersebut terbagi dalam beberapa tahap pembuatan dalam mesin yang memproses bahan bakunya sampai menjadi barang jadi. Di Pabrik Gresik proses pembuatan semen melalui dua tahap yaitu proses penggilingan terak dan proses pengepakan. Ilustrasi tahapan-tahapan proses produksi di Pabrik Gresik dapat dilihat pada lampiran 1.

2. Pengendalian Biaya

Tabel 1. Anggaran Biaya Pabrik GresikTahun 2005 ( Rp. 1000 )

No. Jenis Biaya Biaya Tetap Biaya Variabel Total

1 Biaya pegawai 11.094.000 11.094.000

2 Biaya Pemeliharaan 1.912.500 1.912.500

3 Biaya Listrik 28.850.000 28.850.000

4 Biaya Pemakaian Kertas Kraft 15.450.000 15.450.000 5 Bahan Pemakaian Kantong Beli 7.100.000 7.100.000 Jumlah biaya 11.094.000 53.312.500 64.406.500 Sumber : Data PT Semen Gresik (Persero) Tbk yang telah diolah

Peneliti Apa yang dilakukan PT Semen Gresik dalam kaitannya dengan pengendalian terhadap biaya-biaya yang terjadi?

PT. SG Ada dua hal yang dilakukan antara lain:

1. Pengendalian Preventif yaitu merupakan bentuk pengendalian atas pengeluaran-pengeluaran melalui kas atau pos-pos biaya yang terjadi selam periode anggaran, sehubungan dengan rencana yang telah ditetapkan. Hal ini untuk mencegah pengeluaran atau biaya yang melampaui anggaran, dan yang kedua;

2. Pengendalian Korektif yaitu pengendalian atas realisasi biaya yang dilakukan setiap periode dengan menerbitkan laporan perbandingan antara jumlah yang dianggarkan dengan realisasinya.

PT. SG PT. Semen Gresik juga selalu mengadakan rapat bulanan untuk anggaran bulanannya tiga bulan sekali dilakukan rekap anggaran dan revisi jika diperlukan.

(11)

Setiap setahun sekali tepatnya pada bulan Februari atau Maret dilakukan

overhoul terhadap mesin-mesin pabrik yang bertujuan untuk mengistirahatkan dan

perbaikan-perbaikan mesin-mesin pabriknya.

Tabel 2. Realisasi Biaya Pabrik Gresik Tahun 2005 ( x Rp. 1000 )

No. Jenis Biaya Biaya tetap Biaya Variabel Total

1 Biaya pegawai 11.094.000 11.094.000

2 Biaya Pemeliharaan 1.816.875 1.816.875

3 Biaya Listrik 31.446.500 31.446.500

4 Biaya Pemakaian Kertas Kraft 16.222.500 16.222.500 5 Bahan Pemakaian Kantong Beli 6.958.000 6.958.000 Jumlah biaya 11.094.000 56.443.875 67.537.875 Sumber : Data PT Semen Gresik (Persero) Tbk yang telah diolah

Setelah diperoleh data anggaran tersebut dibandingkan dengan biaya aktulnya. Bila menguntungkan (favorable), dan sebaliknya maka disebut selisih yang tidak menguntungkan (unfavorable). Laporan perbandingan antara anggaran dengan biaya aktualnya dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 3. Perbandingan Anggaran dan Realisasi AnggaranTahun 2005 ( x Rp. 1000 )

No. Jenis Biaya Anggaran Realisasi Selisih

1 Biaya pegawai 11.094.000 11.094.000 0

2 Biaya Pemeliharaan 1.912.500 1.816.875 95.625

3 Biaya Listrik 28.850.000 31.446.500 -2.596.500 4 Biaya Pemakaian Kertas Kraft 15.450.000 16.222.500 -772.500 5 Bahan Pemakaian Kantong Beli 7.100.000 6.958.000 142.000 Jumlah biaya 64.406.500 67.537.875 -3.131.375 Sumber : Data PT Semen Gresik (Persero) Tbk yang telah diolah

Penyusunan anggaran fleksibel berbasis aktivitas, seperti yang sudah disebutkan dalam tehnik analisis, yang pertama dilakukan adalah menentukan biaya - biaya yang timbul dari aktivitas produksi yang terlebih dahulu akan diidentifikasi aktivitas-aktivitas yang mengkonsumsi sumberdaya-sumberdayanya.

(12)

PT. SG Aktivitas yang terkait di Pabrik Gresik antara lain: a. Finish Mill

Aktivitas pada proses ini terdiri dari beberapa tahap yang terus menerus, yang dimulai dengan pencampuran bahan sampai dengan semen siap untuk dikemas. Activity driver yang tepat adalah jam kerja.

b. Packer

Aktivitas ini adalah aktivitas memasukkan semen ke dalam kantongnya. Activity driver yang tepat adalah banyaknya

semen.

c. Pemeliharaan Mesin

Aktivitas ini merupakan aktivitas untuk memelihara mesin-mesin produksi agar tetap bisa berproduksi. Activity driver yang tepat adalah jam kerja.

Aktivitas ini terdiri dari aktivitas-aktivitas: a. Pemeliharaan mesin Finish Mill, dan b. Pemeliharaan mesin packer c. Pemeliharaan Listrik dan Instrumen Activity driver yang tepat adalah jam kerja. Aktivitas ini terdiri dari aktivitas-aktivitas:

a. Pemeliharaan listrik dan instrumen Finish Mill, dan b. Pemeliharaan listrik dan instrumen packer c. Bengkel dan Utilitas

Aktivitas ini merupakan aktivitas untuk mendukung proses pemeliharaan mesin finish mill dan packer diluar aktivitas yang dilakukan oleh seksi pemeliharan mesin . Activity driver yang tepat adalah jam kerja.

Aktivitas ini terdiri dari aktivitas-aktivitas: a. Bengkel dan Utilitas Finish Mill, dan b. Bengkel dan Utilitas Packer c. Seksi Pengendalian proses

Aktivitas ini merupakan aktivitas yang memonitoring jalannya proses produksi semen guna menjaga mutu produk. Activity driver yang tepat adalah jam tenaga kerja ahli.

Setelah aktivitas-aktivitas tersebut di dapatkan, maka selanjutnya adalah menentukan cost driver untuk masing-masing aktivitas tersebut. Pada tahap ini. aktivitas-aktivitas tersebut diklasifikasikan ke dalam kelompok-kelompok aktivitas berdasarkan kriteria level dan cost drivernya.

(13)

Tabel 4. Kelompok Aktivitas dan Pemicu Aktivitas No.

Jenis Aktivitas Activitas Level Pemicu Aktivitas

1 Finish Mill Jam Kerja

2 Packer Banyaknya semen

3 Pemeliharaan Mesin Finish Mill Jam Kerja

4 Pemeliharaan Mesin Packer Jam Kerja

5 Pemeliharaan Listrik & Instrumen

Finish Mill Jam Kerja

6 Pemeliharaan Listrik & Instrumen

Packer Jam Kerja

7 Bengkel & Utilitas Finish Mill Jam Kerja 8 Bengkel & Utilitas Packer

Unit level activity

Jam Kerja 9

Seksi Pengendalian Proses Product level activity Jam Tenaga Kerja Ahli Sumber : Data PT Semen Gresik (Persero) Tbk yang telah diolah

Setelah selesai mengidentifikasi aktivitas dan activity drivernya maka selanjutnya, aktivitas-aktivitas tersebut akan dokelompokkan ke dalam pool yang sama (homogeneous

pool) untuk memperkecil banyaknya pool rate. Menurut Hansen dan Mowen (2000;122)

beberapa aktivitas dapat dikelompokkan menjadi satu pool bila aktivitas tersebut secara logika dapat digabungkan, dan mengkonsumsi sumber daya dengan rasio yang sama untuk semua produk. Aktivitas yang ada dapat dikelompokkamn seperti yang tampak pada tabel berikut:

Tabel 5. Homogenous Pool

Pool Jenis Aktivitas Activity driver

Unit level activity

Pool 1 Finish Mill Jam Mesin

Pool 2 Packer Banyaknya semen

Pemeliharaan Mesin Finish Mill Pemeliharaan Mesin Packer

Pemeliharaan Listrik & Instrumen Finish Mill

Pemeliharaan Listrik & Instrumen Packer

Bengkel & Utilitas Finish Mill Pool 3

Bengkel & Utilitas Packer

Jam Kerja

Product level activity

Pool 4 Pengendalian Proses Jam Tenaga Kerja Ahli Sumber : Data PT Semen Gresik (Persero) Tbk yang telah diolah

(14)

Langkah selanjutnya adalah membebankan biaya sumber daya yang ada pada masing-masing pool, sehingga dapat diketahui homogenous cost pool.

Tabel 6. Activity Cost Pool Tahun 2005 Jenis Aktivitas Biaya TKTL Biaya suku

cadang Biaya listrik Biaya bahan baku Biaya bahan penolong Jumlah biaya aktivitas

Finish Mill 124.807.500 167.343.750 10.097.500.000 11.818.728.000 22.550.000.000 47.691.191.365 Packer 69.337.500 143.437.500 8.655.000.000 - - 8.867.775.000 Pemeliharaan Mesin Finish Mill 27.334.375 37.054.688 2.235.875.000 - - 2.290.264.063 Pemeliharaan Mesin Packer 13.867.500 29.643.750 1.788.700.000 - - 1.832.211.250

Pemeliharaan Listrik dan

Instrumen Finish Mill 15.600.938 33.349.219 2.012.287.500 - - 2.061.237.656 Pemeliharaan Listrik dan

Instrumen Packer 12.134.063 25.938.281 1.565.112.500 - - 1.603.184.844 Bengkel dan Utilitas

Finish Mill 5.893.688 12.598.594 760.197.500 - - 778.689.781

Bengkel dan Utilitas

Packer 4.506.938 9.634.219 581.327.500 - - 595.468.656

Seksi Pengendalian

Proses 13.867.500 19.125.000 1.154.000.000 - - 1.186.992.500

Jumlah : 277.350.000 478.125.000 28.850.000.000 11.818.728.000 22.550.000.000 63.974.203.045

Sumber : Data PT Semen Gresik (Persero) Tbk yang telah diolah Tabel 7. Aktivitas Yang Dianggarkan Oleh PerusahaanTahun 2005

Pool Jenis Aktivitas Activity driver Aktivitas yang dianggarkan

Pool 1 Finish Mill Jam Mesin 5.722,01 Jam

Pool 2 Packer Banyaknya semen 550.000 Ton

Pemeliharaan Mesin Finish Mill 4.320 Jam

Pemeliharaan Mesin Packer 4.320 Jam

Pemeliharaan Listrik & Instrumen Finish

Mill 4.320 Jam

Pemeliharaan Listrik & Instrumen Packer 4.320 Jam

Bengkel & Utilitas Finish Mill 4.320 Jam

Pool 3

Bengkel & Utilitas Packer

Jam Tenaga Kerja

4.320 Jam Pool 4 Pengendalian Proses Jam Tenaga Kerja Ahli 2.160 Jam

3. Penyusunan Anggaran Fleksibel Berbasis Aktivitas

Dalam penyusunan anggaran biaya fleksibel berdasarkan aktivitas, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menentukan pemicu biaya dari setiap biaya aktivitas. Setelah dilakukan identifikasi pemicu biayanya masing-masing dan pembebanan biaya sumber daya ke aktivitas, maka selanjutnya adalah menentukan tarif biaya (cost pool rate) untuk masing-masing biaya variabel tersebut. Tarif biaya (cost pool

rate) tersebut didapatkan dengan membagi biaya variabel dengan aktivitas yang

dianggarkan oleh Pabrik Gresik. Untuk mendapatkan tarif biaya (cost pool rate), terlebih dahulu perlu diketahui aktivitas yang telah dianggarkan oleh perusahaan seperti pada table berikut.

Setelah didapatkan aktivitas yang dianggarkan oleh perusahaan, maka selanjutnya dapat hitung tarif biaya (cost pool rate) dan masing-masing aktivitas diatas. Dengan diketahuinya tarif biaya, yang didapat dari pembagian biaya variabel dengan

(15)

aktivitas yang dianggarkan maka selanjutnya akan dapat disusun anggaran fleksibel berdasarkan aktivitas. Pada anggaran fleksibel berdasarkan aktivitas ini biaya tetap nilainya tidak berubah karena meskipun aktivitasnya berubah, nilainya akan sama. Dan untuk biaya variabel, nilainya didapatkan dengan mengalikan tarif biaya dengan tingkat aktivitas. Anggaran fleksibel berdasarkan aktivitas dapat dilihat pada tabel ?.

Digunakannya anggaran fleksibel berdasarkan aktivitas maka perusahaan dapat merencanakan anggaran produksinya dengan lebih baik karena pada anggaran ini biaya akan diketahui dalam beberapa atau berbagai macam tingkat aktivitas. Tingkat aktivitas yang ada pada anggara fleksibel didapatkan dari tingkat aktivitas terendah dan tingkat aktivitas tertinggi yang pernah dicapai oleh perusahaan.

Tabel 9.Anggaran Fleksibel Berbasisi Aktivitas Pabrik Gresik Tahun 2005

Sumber : Data PT Semen Gresik (Persero) Tbk yang telah diolah Pool Jenis Aktivitas Activity driver Homogenous Cost Pool Aktivitas

standar Cost Pool Rate

Pool 1 Finish Mill Jam Mesin 44.758.379.365 5.722,01 Jam 7.822.137,14 / Jam Pool 2 Packer Banyaknya

semen 8.867.775.060 550.000 Ton 16.123,23 / Ton Pemeliharaan Mesin

Finish Mill

Pemeliharaan Mesin Packer

Pemeliharaan Listrik & Instrumen Finish Mill

Pemeliharaan Listrik & Instrumen Packer Bengkel & Utilitas Finish Mill

Pool 3

Bengkel & Utilitas Packer

Jam Tenaga

Kerja 9.161.056.312 4.320 Jam 2.120.614,89/ Jam

Pool 4 Pengendalian Proses Jam Tenaga

Kerja Ahli 1.186.992.508 2.160 Jam 549.533,57 / Jam

4. Menerapkan Activity Based Flexible Budgeting untuk Pengendalian Biaya Di akhir periode, perusahaan akan menerbitkan laporan perbandingan antara biaya yang dianggarkan dengan realisasi yang ada. Untuk mendapatkan hasil perbandingan yang akurat, maka anggaran fleksibel yang telah disusun disesuaikan dahulu dengan tingkat aktivitas aktualnya, yaitu dengan mengalikan tarif pool masing-masing biaya dengan tingkat aktivitas aktualnya. Dan apabila perbandingan tersebut menunjukkan anggaran lebih besar daripada relisasinya, maka disebut selisih yang menguntungkan (favorable), sedangkan bila anggaran lebih kecil dari realisasinya maka disebut selisih yang tidak menguntungkan (unfavorable). Aktivitas aktual perusahaan untuk Pabrik Gresik selama tahun 2005 dapat dilihat pada tabel berikut:

(16)

Tabel 10. Aktivitas Aktual Pabrik Gresik Tahun 2005

Pool Jenis Aktivitas Activity driver Aktivitas aktual

Pool 1 Finish Mill Jam Mesin 5.578,96 Jam

Pool 2 Packer Banyaknya semen 632.500 Ton

Pemeliharaan Mesin Finish Mill 4.212 Jam

Pemeliharaan Mesin Packer 4.212 Jam

Pemeliharaan Listrik & Instrumen Finish

Mill 4.212 Jam

Pemeliharaan Listrik & Instrumen Packer 4.212 Jam

Bengkel & Utilitas Finish Mill 4.212 Jam

Pool 3

Bengkel & Utilitas Packer

Jam Tenaga Kerja

4.212 Jam

Pool 4 Pengendalian Proses Jam Tenaga Kerja

Ahli 2.106 Jam

Sumber : Data PT Semen Gresik (Persero) Tbk yang telah diolah

Sesuai Surat Keputusan Direksi tentang Penanggungjawab (Anggaran) Biaya, Penanggungjawab (Anggaran) Investasi, Koordinator (Anggaran) Biaya, Koordinator (Anggaran) Investasi. Unit kerja Finish Mill, Packer, Pemeliharaan mesin, Pemeliharaan Listrik & Instrumen, Bengkel & Utilitas dan Pengendalian Proses selalu bekerjasama dan memonitor pelaksanaan operasional denganselalu memperhatikan anggaran operasionalnya, hal ini menjadi penting karena untuk mendeteksi kemungkinan-kemungkinan terjadinya penyimpangan terhadap anggaran, baik penyimpangan yang menguntungkan atau penyimpangan yang merugikan. Setelah diketahui tingkat aktivitas aktualnya, maka selanjutnya akan disusun anggaran fleksibel berdasarkan aktivitas dengan tingkat aktivitas aktual, seperti yang ditampilkan pada tabel berikut:

Tabel 11. Realisasi Anggaran Fleksibel Berbasis Aktivitas Pabrik Gresik Tahun 2005

Jenis biaya Formula

Tetap Variabel

Aktivitas Aktual

Pemicu Biaya :jam mesin 5.578,96

Finish Mill 7.822.137,14 43.639.419.880,88

Pemicu biaya : banyaknya semen 632.500

Packer 16.123,23 10.197.941.319,00

Pemicu biaya : jam kerja 4.212

Pemeliharaan Mesin Finish Mill 530.153,72 2.233.007.476,05

Pemeliharaan Mesin Packer 424.122,98 1.786.405.980,84

Pemeliharaan Listrik &

Instrumen Finish Mill 477.138,35 2.006.706.728,45

Pemeliharaan Listrik &

Instrumen Packer 371.107,61 1.563.105.233,24

Bengkel & Utilitas Finish Mill 180.252,27 759.222.541,86

Bengkel & Utilitas Packer 137.839,97 580.581.943,77

Pemicu biaya : jam tenaga kerja ahli 2.106

Pengendalian Proses 549.533,57 1.157.317.695,30

(17)

Setelah selesai disusun anggaran fleksibel berdasarkan aktivitas aktual, maka anggaran baru dapat dibandingkan dengan realisasinya seperti yang tampak pada tabel berikut:

Tabel 12.Perbandingan Anggaran Fleksibel Berbasis Aktivitas Dan Realisasinya

Jenis biaya Formula Tingkat Aktivitas

Tetap 44.758.379.365,00

Pemicu Biaya :jam mesin 5.722,01

Finish Mill 7.822.137,14 44.758.379.365,00

Pemicu biaya : banyaknya semen 550.000

Packer 16.123,23 8.867.775.060,00

Pemicu biaya : jam kerja 4.320

Pemeliharaan Mesin Finish Mill 530.153,72 2.290.264.078,00

Pemeliharaan Mesin Packer 424.122,98 1.832.211.262,40

Pemeliharaan Listrik & Instrumen Finish

Mill 477.138,35 2.061.237.670,20

Pemeliharaan Listrik & Instrumen Packer 371.107,61 1.603.184.854,60 Bengkel & Utilitas Finish Mill 180.252,27 778.689.786,52

Bengkel & Utilitas Packer 137.839,97 595.468.660,28

Pemicu biaya : jam tenaga kerja ahli 2.160

Pengendalian Proses 549.533,57 1.186.992.508,00

Sumber : Data PT Semen Gresik (Persero) Tbk yang telah diolah

Jika biaya aktual lebih kecil dari pada biaya yang telah dianggarkan maka selisih tersebut adalah selisih yang menguntungkan (favorable). Sedangkan untuk selisih yang tidak menguntungkan (unfavorable) terjadi jika anggarannya lebih kecil dari pada biaya aktualnya.

Selisih yang tidak menguntungkan (Unfavorable) merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh manajemen perusahaan, apakah hal tersebut disebabkan oleh kesalahan pada saat implementasi atau karena perhitungan anggarannya masih kurang tepat atau kondisi tertentu yang menyebabkannya.

Tidak hanya selisih yang tidak menguntungkan (unfavorable) saja yang perlu diperhatikan oleh manajemen, tetapi untuk selisih yang menguntungkan (favorable) pun perlu diperhatikan juga. Selisih menguntungkan (favorable) tidak selamanya baik, tergantung seberapa besar atau seberapa material selisih yang terjadi. Apabila selisih tersebut jumlahnya material bagi perusahaan, maka pihak manajemen harus memperhatikan dan menganalisa lebih lanjut penyebab kemungkinan terjadinya penyimpangan tersebut.

Dari tabel 4.12 diatas maka akan dianalisa penyebab terjadinya selisih yang tidak menguntungkan (unfavorable). Aktivitas packer mempunyai selisih tidak menguntungkan disebabkan oleh kebutuhan zak yang melebihi standar. Hal ini disebabkan produksi semen yang meningkat sehingga zak yang dibutuhkan menjadi bertambah. Selain selisih yang unfavorable, selisih yang favorable juga perlu untuk dilakukan analisa apakah selisih tersebut material atau tidak material bagi perusahaan. Meningkatnya volume produksi semen dan efisiensi biaya produkso semen, merupakan dampak keberhasilan aktivitas modifikasi mesin Finish Mill dan Packer yang dilakukan dalam aktivitas unit kerja pemeliharaan mesin, pemeliharaan listrik & instrumen, Bengkel & Utilitas.

(18)

Dengan selesainya penyusunan anggaran fleksibel beibasis aktivitas, maka dapat diketahui bahwa dengan menggunakan Activity Based Flexible Budget, maka analisa yang dilakukan menjadi lebih terarah, apabila terdapat selisih, baik itu selisih yang menguntungkan maupun selisih yang tidak menguntungkan.

Penyebab penyimpangan-penyimpangan yang timbul dapat ditelusuri dengan lebih mudah. Hal ini amat membantu proses evaluasi kinerja Pada PT Semen Gresik (Persero) Tbk dalam upaya untuk melakukan continuous improvement.

G. SIMPULAN

Dengan tetap memperhatikan “misi perusahaan”, dalam mengelola berbagai kegiatan produksi, PT Semen Gresik (Persero) Tbk. selalu mengedepankan tindakan-tindakan peningkatan produktivitas, efektif dan efisiensi guna menghasilkan laba yang pantas untuk mendukung pengembangan perusahaan serta dividen yang memuaskan bagi para pemegang sahamnya. Maka dari hasil perhitungan, analisa dan pembahasan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

a) Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (Selanjutnya disebut RKAP) di PT Semen Gresik (Persero) Tbk. disusun berdasarkan “konsep bottom up” yaitu disusun dari kebutuhan anggaran dari unit kerja yang paling rendah sebagai penanggung jawab biaya.

b) Dari seluruh kebutuhan anggaran yang ada ( seluruh unit kerja ), direkap dan dianalisis oleh tim anggaran untuk mendapatkan hasil anggaran perusahaan yang realistis (sesuai kebutuhan), efektif dan efisien.

c) Dalam pelaksanaan RKAP, oleh pimpinan unit kerja dikomunikasikan dengan baik kepada bawahannya dan unit kerja yang terkait.

d) Tahapan yang dilakukan sebelum penyusunan anggaran fleksibel berbasis aktivitas adalah mengidentifikasi cost driver. Identifikasi pemicu biaya tersebut, yaitu :

1. Pemicu biaya jam mesin terdiri dari proses finismill. 2. Pemicu biaya banyaknya kantong semen dari packer.

3. Pemicu biaya jam mesin dari pemeliharaan mesin finis mill dan packer. 4. Pemicu biaya jam mesin dari Bengkel & Utilitas Finish Mill dan packer 5. Pemicu biaya jam tenaga ahli dari Pengendalian Proses.

e) Berdasarkan aktivitas, semua biaya yang timbul dikelompokkan dalam aktivtas yang sama. Hal ini bertujuan agar manajemen dapat secara mudah melakukan evaluasi dan analisis terhadap anggaran dan kegiatannya.

f) Penerapan activity based flexible budget terhadap perencanaan dan pengendalian biaya produksi di PT Semen Gresik (Persero) Tbk. Telah membantu manajemen dalam membuat anggaran yang akurat (biaya-biaya dikelompokan pada aktivitas), hal ini memudahkan pemantauan pelaksanaan anggaran dan efektif dalam pengambilan keputusan.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Anthony, Robert N., dan Vijay Govindarajan, 1998. Management Control System. Nineth Edition. International Edition. Irwin McGraw Hill.

Blocher, Chen dan Lin, 1999. Cost Management. Me Graw Hill.

Cooper, Robin., dan Robert S, 1999. Kaplan. The Design of Cost Management Systems. Second Edition. New Jersey : Prentice-Hall.

Hanson, Don R., dan Maryanne M. Mowen, 2003. Management Accounting. Sixth dition. Cincinnati, Ohio : South-Western Publishing Co.

Hanson, Don R., dan Maryanne M. Mowen, 2000. Cost Management. Third Edition. Cincinnati, Ohio : South-Westem Publishing Co.

Hilton, Ronald W., Michael W. Maher, dan Frank H. Shelto, 2000. Cost Management: Strategik Forth Business Decision. Irwin McGraw-Hill.

Homgren, Charles T., George Foster, dan S. Datar, 2000. Cost Accounting: A Managerial

Emphasis. New Jersey : Prentice-Hall International Inc.

Indri (2003), “Penerapan Activity Based Flexible Budget Terhadap Perencanaan Dan Pengendalian Biaya Produksi” Skripsi.

Mulyadi, dan Johny Setyawan, 2000. System Perencanaan dan Pendalian Manajemen. Yogyakarta : Aditya Media.

Simamora, Henry. 1999. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.

Tunggal, Amin Wijaya., 2000. Avtivity Based Costing.Edisi Revisi. Jakarta : Harvarindo. Welsch, Glenn A., Ronald W. Hilton, Paul N. Gordon, 1998. Budgeting : Profit, Planning

and Control. Fifth Edition. New Jersey : Prentice Hall Inc.

Yin, Robert K., 2002. Studi Kasus : Desain dan Metode. Edisi 1. terjemahan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Gambar

Gambar  1.  PLANNING, CONTROL, AND BUDGETS
Gambar 2.  ABB Reverse Causal Relationship In An ABC Model
Tabel 1. Anggaran Biaya Pabrik GresikTahun 2005 ( Rp. 1000 )
Tabel 3.  Perbandingan Anggaran dan Realisasi AnggaranTahun 2005 ( x Rp. 1000 )  No. Jenis  Biaya  Anggaran  Realisasi  Selisih
+6

Referensi

Dokumen terkait