• Tidak ada hasil yang ditemukan

*Noni Kristiana **Elvi Juliansyah. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kapuas Raya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "*Noni Kristiana **Elvi Juliansyah. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kapuas Raya"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 9

UMUR, PENDIDIKAN, PEKERJAAN DAN PENGETAHUAN DENGAN KEJADIAN

BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

Risk Factors That Affect Fasting Blood Sugar Levels In Users Of Laboratory

*Noni Kristiana **Elvi Juliansyah

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kapuas Raya

Abstrak

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. Terjadi peningkatan kasus pada BBLR dari tahun 2011 sampai tahun 2013 mulai dari 116 menjadi 150 kasus (77,3%), dan 150 menjadi 153 kasus (93%). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Berat Badan Lahir Rendah di Ruang Perinatologi RSUD Ade Muhammad Djoen Sintang 2014. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Cross Sectional dengan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah keseluruhan ibu yang bayinya di rawat di ruangan Perinatologi pada tahun 2013 RSUD Ade M Djoen Sintang berjumlah 365 orang kemudian sampel di ambil sebanyak 78 ibu menggunakan metode purposive sampling.analisis data menggunakan univariat dan bivariat dengan taraf signifikansi 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 49 ibu dengan BBLR sedangkan 29 ibu tidak BBLR. Dari uji statistik Chi Square, didapatkan hasil tidak ada hubungan antara umur (p=0,082), pendidikan (p=0,728), pekerjaan (p=0,423), pengetahuan (p=0,519) dan paritas (p=0,248) dengan kejadian BBLR dan terdapat hubungan antara pemeriksaan kehamilan (p=0,000) nilai OR=10,636, risiko penyakit (p=0,000) nilai OR=86,333, dan status gizi (p=0,000) nilai OR=13,242 dengan kejadian BBLR. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pemeriksaan kehamilan, risiko penyakit dan status gizi dengan kejadian BBLR. Saran agar ibu-ibu melakukan pemeriksakan kehamilan minimal 4 kali selama masa kehamilan, ibu yang memiliki risiko penyakit agar menunda kehamilan dan melakukan konseling ke petugas kesehatan serta terpenuhinya asupan gizi selama masa kehamilan

Kata Kunci : BBLR, pemeriksaan kehamilan, risiko penyakit dan status gizi

Abstract

Blood sugar is the amount of glucose in the human circulatory. Increase in fasting blood sugar

levels caused by damage to the human pancreatic function. The incidence of fasting blood

sugar levels are high influenced by consuming foods that contain high sugar. This research

aims to explain risk factors that affect fasting blood sugar levels in users of laboratory

services in Public Hospital in the area Sintang year 2016. This research is quantitative

research with cross sectional design. This sample using a sampling insidential as many as 178

respondents. Data collection by way of interviews and observations are based on the

questionnaire. Data analysis using univariate and bivariate analysis. Statistical test results

showed that the variables associated with fasting blood sugar levels are age (P value = 0.013),

history of descent (P value = 0.025), sex (P value = 0.043), and dietary habit (P value =

0.012). therefore, recommended to patients with diabetes to keep blood sugar levels under

normal circumstances.

Keywords : diabetes mellitus, fasting blood sugar levels, risk factors

A. Pendahuluan

Salah satu indikator penting untuk menilai tinggi atau rendahnya derajat kesehatan masyarakat adalah dilihat dari Angka Kematian Bayi (AKB). Bahkan dibandingkan dengan indikator lainnya seperti

morbiditas, AKB lebih sensitif karena AKB universal akan lebih tinggi pada negara yang kemajuan sosial ekonominya rendah, sehingga sangat beralasan bila perhatian besar diberikan pemerintah untuk penanggulangan kematian bayi (Sulaeman, 2009).

(2)

Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 10 Tingkat kematian bayi yang lahir dengan

berat badan rendah telah terbukti sangat tinggi di beberapa studi. Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) termasuk 10 penyebab kematian terbesar di negara-negara berpenghasilan rendah dan berkembang pada tahun 2004 (WHO, 2008). BBLR adalah satu-satunya prediktor mortalitas yang paling kuat dalam beberapa bulan pertama kehidupannya dan merupakan penentu utama kematian, morbiditas dan kecacatan pada masa bayi dan anak-anak dan juga memiliki dampak jangka panjang pada hasil kesehatan dalam kehidupan dewasa (WHO, 2011)

Posisi percepatan Tujuan Pembangunan Milenium (TPM) di Indonesia hingga tahun 2003, sekaligus kecenderungan pencapaiannya sampai dengan tahun 2015 dibidang kesehatan (Indrawati, 2005). Berikut adalah pencapaian yang dimaksud yang terkait dengan kesehatan umumnya dan kesehatan lingkungan khususnya disertai dengan beberapa kecenderungannya. Target 5: Menurunkan Angka Kematian Balita (AKBA) sebesar dua-pertiganya, antara tahun 1990 dan 2015. AKB juga menurun tajam menjadi 35 per 1000 kelahiran hidup pada kurun 1998-2002. Walaupun begitu angka kematian bayi ini masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan Negara anggota ASEAN lain, yaitu 4,6 kali lebih tinggi dari Malaysia, 1,3 kali lebih tinggi dari Filipina dan 1,8 kali lebih tinggi dari Thailand. Variasi kematian bayi antar propinsi masih cukup besar, dengan kematian paling tinggi terjadi di Nusa Tenggara Barat yaitu hampir lima kali lebih tinggi dari angka kematian bayi di Yogyakarta. Diprediksi ada kecenderungan penurunan AKBA menjadi sebesar 32 dan AKB sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Sarudji, 2010).

Kematian bayi terbanyak karena gangguan perinatal, dari seluruh kematian perinatal, sekitar 2-27% disebabkan karena kelahiran BBLR. Sementara itu, prevalensi BBLR pada saat ini diperkirakan 7-14% yaitu sekitar 459.200-900.000 bayi (Depkes RI,

2005). Tahun 1995 hampir semua (98%) dari 5 juta kematian neonatal dinegara berkembang atau penghasilan rendah. Lebih dari dua pertiga kematian adalah BBLR yaitu berat badan lahir kurang dari 2500 gram. Berdasarkan hasil penelitian mengatakan secara global diperkirakan terdapat 25 juta persalinan pertahun dimana 17% diantaranya adalah BBLR dan hampir semua terjadi di negara berkembang (Zaenab, 2006).

Setiap tahun diperkirakan terjadi 4,3 juta kelahiran mati dan 3,3 juta kematian neonatal di seluruh dunia. Meskipun AKB di rbagai dunia telah mengalami penuruna, namun kontribusi kematian neonatal pada kematian bayi semakin tinggi (Prameswari, 2007). Angka Kematian Neonatal (AKN) di Indonesia menunjukkan kecenderungan penurunan yang sangat lambat dalam waktu 10 tahun bila dibandingkan dengan angka kematian bayi dan balita. AKN pada tahun 1997 sebesar 26/1000 KH menurun menjadi 20/1000 KH (SDKI 2002-2003) dan 19/1000 KH sesuai hasil SDKI 2007. Perhatian terhadap upaya penurunan AKN menjadi penting karena kematian neonatal memberikan kontribusi terhadap 56% kematian bayi (Depkes RI, 2008).

Menurut laporan Tahunan di Ruang Perinatologi RSUD Ade Muhammad Djoen Sintang, Tahun 2011 terdapat kejadian berat badan lahir rendah sebanyak 116 kasus. Tahun 2012 terdapat kejadian berat badan lahir rendah sebanyak 150 kasus. Tahun 2013 kasus BBLR di ruang perinatologi sebanyak 153 kasus dengan angka mortalitas 21 kasus. Terjadi peningkatan kasus pada BBLR dari tahun ke tahun mulai dari 116 menjadi 150 kasus (77,3%), dan 150 menjadi 153 kasus (93%).

Berdasarkan data maka peneliti perlu untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR di Ruang Perinatologi RSUD Ade Muhammad Djoen Sintang tahun 2014.

B. Metode

Peneliltian ini adalah penelitian kuantitatif non eksperimental yaitu explanatory research. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan rancangan penelitian Cross Sectional

Study dimana pengambilan data antara variabel bebas dan variabel terikat dilakukan dalam satu waktu secara bersamaan.

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan

(3)

Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 11 penelitian populasi (Arikunto, 2010). Jadi

populasi penelitian ini adalah keseluruhan ibu yang bayinya di rawat di ruangan Perinatologi pada tahun 2013 RSUD Ade M. Djoen Sintang berjumlah 365 orang. Waktu pengambilan populasi bulan Mei Tahun 2014.

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang di teliti. Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga di peroleh sampel (contoh) yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh, atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya (Arikunto,2010). Pengambilan

sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling.

Mengolah dan menganalisis data, baik pada saat uji validitas dan reliabilitas, maupun mengolah dan menganalisis data hasil penelitian, peneliti menggunakan program komputer. Program ini digunakan dengan pertimbangan selain dari aspek kecepatan dan kemudahan juga karena program ini memilki ketelitian yang sangat tinggi dan paling umum digunakan dalam penelitian dibidang apapun (Agushybana, 2006).

C. Hasil

1. Hasil Analisis Univariat

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian BBLR di Ruang Perinatalogi RSUD Ade Muhammad Djoen Sintang Tahun 2014

Kejadian BBLR n %

BBLR 49 62,8

Tidak BBLR 29 37,2

Total 78 100

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa ibu dengan kejadian BBLR sebanyak 49 ibu

(62,8%) sedangkan ibu yang tidak BBLR sebanyak 29 ibu (37,2%).

2. Hasil Analisis Bivariat

Tabel 2

Hubungan Umur, Pendidikan, Pekerjaan dan Pengetahuan dengan Kejadian BBLR di Ruang Perinatalogi RSUD Ade Muhammad Djoen Sintang Tahun 2014

Variabel BBLR Total OR 95% P Value BBLR Tidak BBLR n % n % n % Umur Risiko 19 79,2 5 20,8 24 100 3,040 0,082 Tidak Berisiko 30 55,6 24 44,4 54 100 Pendidikan Rendah 32 65,3 17 34,7 49 100 1,329 0,728 Tinggi 17 58,6 12 41,4 29 100 Pekerjaan Bekerja 13 54,2 11 45,8 49 100 0,591 0,425 Tidak Bekerja 36 66,7 18 33,3 29 100 Pengetahuan Tidak Baik 30 66,7 15 33,3 45 100 Baik 19 57,6 14 42,4 33 100

Berdasarkan tabel 2, hubungan umur berisiko dengan kejadian BBLR di Ruang Perinatologi RSUD Ade Muhammad Djoen Sintang Tahun 2014 sebanyak 19 ibu (79,2%), sedangkan umur tidak berisiko sebanyak 30

ibu (55,6%). Hasil uji statistik diperoleh nilai P=0,082 lebih besar dari ⍺=0,05. Maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian BBLR.

(4)

Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 12 Berdasarkan tabel 2, hubungan tingkat

pendidikan rendah dengan kejadian BBLR di Ruang Perinatologi RSUD Ade Muhammad Djoen Sintang Tahun 2014 sebanyak 32 ibu (65,3%) sedangkan tingkat pendidikan tinggi sebanyak 17 ibu (58,6%). Hasil uji statistik diperoleh nilai P=0,728 lebih besar dari ⍺ = 0,05. Maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara pendidikan dengan kejadian BBLR.

Berdasarkan tabel 2, hubungan bekerja dengan kejadian BBLR di Ruang Perinatologi RSUD Ade Muhammad Djoen Sintang Tahun 2014 sebanyak 13 ibu (54,2%), sedangkan tidak bekerja sebanyak 36 ibu (66,7%). Hasil uji statistijk diperoleh nilai P=0,425 lebih

besar dari ⍺=0,05. Maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan kejadian BBLR.

Berdasarkan tabel 2, hubungan pengetahuan tidak baik dengan kejadian BBLR di Ruang Perinatologi RSUD Ade Muhammad Djoen Sintang Tahun 2014 sebanyak 30 ibu (66,7%), sedangkan pengetahuan baik sebanyak 19 ibu (57,6%). Hasil uji statistik diperoleh nilai P=0,519 lebih besar dari ⍺=0,05. Maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian BBLR.

D. Pembahasan

1. Hubungan Umur dengan Kejadian

BBLR

Umur mempunyai pengaruh terhadap kehamilan dan persalinan ibu. Usia yang kemungkinan tidak resiko tinggi pada saat kehamilan dan persalinan yaitu umur 20-35 tahun, karena pada usia tersebut rahim sudah siap menerima kehamilan, mental sudah matang dan sudah mampu merawat bayi dan dirinya. Sedangkan umur <20 tahun dan > 35 tahun merupakan umur yang risiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan (Cuningham, 2005). Dengan demikian diketahui bahwa umur ibu pada saat melahirkan turut berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas ibu maupun anak yang dilahirkan. Ibu yang berumur kurang dari 20 tahun rahim dan bagian tubuh lainnya belum siap untuk menerima kehamilan dan cenderung kurang perhatian terhadap kehamilannya. Ibu yang berumur 20-35 tahun rahim dan bagian tubuh lainnya sudah siap untuk menerima dan diharapkan untuk memerhatikan kehamilannya.

Besarnya kejadian BBLR bukan hanya terjadi pada kelompok umur yang non produktif. Akan tetapi pada kelompak umur produktif yang tergolong aman untuk melahirkan terkait dengan adanya pergeseran usia menikah dikalangan masyarakat yang dulu pernah memiliki budaya menikah diusia dini, seperti setelah menstruasi pertama dating, menjadi setelah tamat SLTA atau usia seperti diatas 20 tahun keatas (Sistriani, 2008).

Hal itu dapat dijelaskan karena sebagian masyarakat telah banyak mengetahui akibat buruk dari perkawinan usia muda. Tingginya usia perkawinan pada kelompok umur tersebut juga dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan masyarakat yang semakin baik tentang kesehatan reproduksi. Masyarakat secara umum sudah mulai mengerti masa perkawinan yang ideal sesuai dengan kematangan organ reproduksi, mental ataupun sosial.

Berdasarkan distribusi frekuensi menunjukkan bahwa ibu memiliki umur berisiko <20 tahun dan >35 tahun sebanyak 24 ibu (30,8%) dan ibu memiliki umur yang tidak berisiko 20-35 tahun sebanyak 54 ibu (69,2%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu dengan umur beresiko terhadap kejadian BBLR sebanyak 19 ibu (79,2 %). Sedangkan ibu dengan umur tidak beresiko dengan kejadian BBLR sebanyak 30 ibu (55,6%).

Hasil uji statistik menggunakan Chi Square diperoleh P=0,082 artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian BBLR di Ruang Perinatologi RSUD Ade Muhammad Djoen Sintang tahun 2014.

Berdasarkan teori yang ada dan hasil penelitian yang didapat, bahwa teori dan hasil penelitian tidak terdapat keterkaitan, karena dari hasil penelitian yang didapat ibu yang memilki umur tidak berisiko terhadap kejadian BBLR lebih banyak dibandingkan ibu berisiko terhadap kejadian BBLR. Hal ini menunjukkan bahwa ibu umur tidak berisiko dapat terjadi

(5)

Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 13 BBLR. artinya tidak selamanya umur

berbanding lurus dengan kejadian BBLR. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Lili Nurlaili, terhadap kejadian BBLR dikelurahan kesepuhan kota Cirebon Tahun 2009, menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian BBLR dengan P=1,000.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Nita Merzelia terhadap determinan kejadian BBLR yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kejadian BBLR dengan umur ibu hamil dengan P=0,000.

2. Hubungan Pendidikan dengan Kejadian

BBLR

Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta dan budi nurani). Pendididkan juga berarti lembaga yang bertanggungjawab menetapkan cita-cita (tujuan) pendidikan, isi, sistem dan organisasi pendidikan. Lembaga-lembaga ini meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat (Ihsan Fuad, 2005).

Tingkat pendidikan ibu menggambarkan pengetahuan kesehatan. Seseorang yang memiliki pendidikan tinggi mempunyai kemungkinan pengetahuan tentang kesehatan juga tinggi, karena makin mudah memperoleh informasi yang didapatkan tentang kesehatan lebih banyak dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah. Sebaliknya pendidikan yang kurang menghambat perkembangan seseorang terhadap nilai-nilai yang baru di kenal (Notoadmojo, 2007). Semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu, semakin tinggi pula pengetahuan kesehatan. Pendidikan yang tinggi memudahkan seseorang menerima informasi lebih banyak dibandingkan dengan pendidikan rendah. Pengetahuan kesehatan yang tinggi menunjang perilaku hidup sehat dalam penuhan gizi ibu selama kehamilan. Oleh karena itu perlu dilakukan pendidikan kesehatan oleh tenaga kesehatan. Pendidikan kesehatan pada hakekatnya merupakan suatu usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut masyarakat dapat memperoleh

pengetahuan tentang pentingnya asupan nutrisi selama kehamilan.

Berdasarkan distribusi frekuensi menunjukkan ibu yang memiliki pendidikan rendah tidak sekolah, tamat SD, tamat SMP sebanyak 49 ibu (62,8%) dan ibu memiliki tingkat pendidikan tinggi tamat SMP, tamat perguruan tinggi sebanyak 29 ibu (37,2%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu dengan pendidikan rendah terhadap kejadian BBLR sebanyak 32 ibu (65,3%). Sedangkan ibu dengan pendidikan tinggi terhadap kejadian BBLR sebanyak 17 ibu (58,6%).

Hasil uji statistik menggunakan Chi Square di peroleh P=0,728 artinya tidak ada hubungan bermakna antara pendidikan dengan kejadian BBLR di Ruang Perinatologi RSUD Ade M Djoen Sintang tahun 2014.

Berdasarkan teori yang ada dan hasil penelitian yang didapat bahwa tidak ada keterkaitan antara pendidikan dengan BBLR, tidak selamanya orang berpendidikan tinggi memiliki pengetahuan yang baik, dan sebaliknya tidak selamanya orang yang berpendidikan rendah memilki pengetahuan yang tidak baik.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Pipit Festy terhadap analisis faktor risiko dengan kejadian BBLR yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kejadian BBLR dengan pendidikan ibu hamil dengan P=0,002.

3. Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian

BBLR

Pekerjaan fisik banyak dihubungkan dengan peranan seorang ibu yang mempunyai pekerjaan tambahan di luar pekerjaan rumah tangga dalam upaya meningkatkan pendapatan keluarga. Beratnya pekerjaaan ibu selama kehamilan dapat menimbulkan terjadinya prematuritas karena ibu tidak dapat beristirahat dan hal tersebut dapat mempengaruhi janin yang sedang dikandungnya (Manuaba, 2010).

Bila seorang ibu ikut membantu penghasilan dalam rumah tangga maka pada saat hamil mereka lebih banyak mengeluarkan tenaga dan pikiran maka efeknya dapat berpengaruh pada pemeriksaan kehamilan. Pekerjaan sangat menentukan terhadap seseorang untuk berbuat sesuatu kegiatan. Pekerjaan yang dimaksud adalah pekerjaan ibu, dengan banyak kesibukan maka ibu kadang- kadang lupa untuk melakukan

(6)

Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 14 pemeriksaan kehamilan tepat waktu, namun

pekerjaan bukanlah penghambat dalam bertindak bila ada kemauan ataupun ibu memiliki pengetahuan yang baik terhadap kesehatan maka ia akan berusaha untuk melakukan tindakan dalam hal ini memeriksakan kehamilannya.

Berdasarkan distribusi frekuensi menunjukkan ibu yang bekerja petani, swasta, PNS sebanyak 24 ibu (30,8%) dan ibu yang tidak bekerja Ibu Rumah Tangga sebanyak 54 ibu (69,2%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu dengan bekerja terhadap kejadian BBLR sebanyak 13 ibu (54,2%). Sedangkan ibu dengan tidak bekerja terhadap kejadian BBLR sebanyak 36 ibu (66,7%).

Hasil uji statistik menggunakan Chi Square di peroleh P= 0,423 artinya tidak ada hubungan bermakna pekerjaan dengan kejadian BBLR di Ruang Perinatologi RSUD Ade M Djoen Sintang tahun 2014.

Berdasarkan teori yang ada dan hasil penelitian bahwa tidak ada hubungan antara teori dengan hasil penelitian, karena dari hasil penelitian ibu yang tidak bekerja terhadap kejadian BBLR lebih banyak dibandingkan ibu bekerja terhadap kejadian BBLR. hal ini menunjukkan bahwa tidak selamanya ibu yang bekerja dapat mengakibatkan prematuritas atau BBLR karena dengan mendapatkan penghasilan, mereka akan lebih mengutamakan kesehatan untuk memeriksakan kehamilan dan dengan pengetahuan yang baik mereka akan lebih menjaga masa kehamilannya dengan istirahat yang cukup.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Pipit Festy terhadap analisis faktor risiko dengan kejadian BBLR, menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan kejadian BBLR.

4. Hubungan

Pengetahuan

dengan

Kejadian BBLR

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang di dasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2011).

Pengetahuan adalah pembentukan pemikiran asosiatif yang menghubungakan dan

menjalin sebuah pikiran dengan kenyataan. Bahwa pengetahuan adakalanya dikategorikan sebagai terstruktur, tidak terstruktur, eksplisit atau implisit. Jika pengetahuan diorganisasikan dan mudah diseminasikan disebut pengetahuan terstruktur dan dipahami, tetapi tidak dengan jelas dinyatakan adalahpengetahuan implisit, yaitu keahlian dan pengalaman pekerja yang belum didokumentasikan secara formal untuk mengkonversi pengetahuan implisit ke dalam pengetahuan eksplisit tersebut harus diekstraksi dan diformat. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu pendidikan dan pekerjan. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi, dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cendeerung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yag didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendididkan dimana di harapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pengetahuannya. Namun perlu di tekankan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu objek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari objek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap objek tersebut (Erfandi, 2009).

Berdasarkan distribusi frekuensi menunjukkan ibu memiliki pengetahuan tidak baik jika menjawab pertanyaan dengan benar < 70% sebanyak 45 ibu (57,7%) dan ibu pengetahuan baik jika menjawab pertanyaan dengan benar ≥ 70% sebanyak 33 ibu (42,3%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu

(7)

Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 15 dengan pengetahuan tidak baik terhadap

kejadian BBLR sebanyak 30 ibu (66,7%). Sedangkan ibu dengan pengetahuan baik terhadap kejadian BBLR sebanyak 19 ibu (57,6%).

Hasil uji statistik menggunakan Chi Square di peroleh nilai P=0,519 artinya tidak ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan kejadian BBLR di Ruang Perinatologi RSUD Ade M Djoen Sintang tahun 2014.

Berdasarkan teori yang ada dan hasil penelitian yang didapat, bahwa teori dan hasil penelitian tidak terdapat hubungan, hal ini menunjukkan bahwa tidak selamanya pengetahuan tidak baik menyebabkan BBLR.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang di lakukan oleh novera idayanti, terhadap tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap penyebab BBLR di Klaten Tahun 2013, namun hanya dapat dijelaskan berdasarkan tingkat

pengetahuan baik 17,6%, pengetahuan cukup 61,8% dan pengetahuan kurang 20,6%.

E. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan BBLR Di Ruang Perinatologi RSUD Ade Muhammad Djoen Sintang Tahun 2014, dapat disimpulkan bahwa: tidak ada hubungan antara Umur Ibu, Pendidikan Ibu, Pekerjaan Ibu, Pengetahuan Ibu dan Paritas Ibu dengan kejadian BBLR di Ruang Perinatologi RSUD Ade Muhammad Djoen Sintang Tahun 2014. Ada hubungan antara Pemeriksaan kehamilan Ibu (P Value=0,000) dengan OR 10,636, Risiko Penyakit Ibu (P Value=0,000) dengan OR 86,333 dan Status Gizi Ibu (P Value=0,000) dengan OR 13,242 terhadap kejadian BBLR di Ruang Perinatologi RSUD Ade Muhammad Djoen Sintang Tahun 2014.

Daftar Pustaka

Almatsier. 2005. Prinsip-prinsip Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pusaka Utama Bobak. (2004). Buku ajar keperawatan

maternitas, alih bahasa maria A Wijayarini, Peter I, cetakan I. Jakarta: EGC

Depkes RI. 2008. Modul (Buku Acuan)Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah(BBLR) Untuk Bidan Di Desa. Jakarta : Depkes RI

Francin, P. (2005). Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC

Fuadi, I. 2005. Konsep dasar Pendidikan. Jakarta: Salemba Medika

Kosim, M Sholeh, dkk. 2005. Buku Ajar Neonatologi, Edisi Pertama. Jakarta: Badan Penerbit IDAI

Laporan Tahunan Ruangan Perinatologi. 2013. RSUD Ade Muhammad Djoen Sintang Manuaba, I.B.G. (2010). Ilmu Kebidanan,

Penyakit Kandungan dan KB Untuk Pendidikan Bidan, Edisi 2. Jakarta: EGC Maryanti, Dwi. 2011. Penatalaksanaan Pada Bayi Risiko Tinggi. Jakarta: Rineka Cipta

Mochtar, R. 2004. Sinopsis Obstetri, Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta: EGC

Notoatmodjo,

S.

2011.

Metodologi

Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta

Prawirohardjo, S. 2005. Ilmu Kandungan.

Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Proverawati, Atikah dan Cahyo Ismawati.

(2010). Berat Badan Lahir Rendah.

Yogyakarta : Nuha Medika

Profil Rumah Sakit Ade Muhammad Djoen Sintang. 2013

Pudjiaadi. 2010. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak.

Jakarta : FK UI

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2007.

Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) Nasional 2007. Jakarta:

Badan Litbangkes, DepKes RI

Saepudin, M. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Trans Info Media

Sarudji. D. (2010). Kesehatan Lingkungan. Bandung: Karya Putra Darwati

Sarwono. (2007). Ilmu Kebidanan. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka

Soekidjo Notoatmodjo. 2011. Metodologi Penelitan Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Sulaeman, E.S. 2009. Manajemen KesehatanTeori dan Praktek di Puskesmas. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Sutanto, P.H. (2007). Analisis Data Kesehatan. Jakarta: FKM UI

Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan Edisi V. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

(8)

Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 16 Wong, Donna. L. 2008. Buku Ajar

Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC Asiyah, S. 2010. Karakteristik Bayi Berat

Lahir Rendah (BBLR) Sampai Tribulan II Tahun 2009 Di kota Kediri.Jurnal Kesehatan suara Forikes

Festy. P. 2010. Analisis Faktor Risiko Pada Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Di Kabupaten Sumenep. Skripsi Himawan, A.W. 2006. Hubungan Antara

Karakteristik Ibu dengan Status Gizi Balita di Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Semarang. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang Idayanti, N. 2013. Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Penyebab Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Di BPM Sang Timur Klaten Tahun 2013. KTI

Merzelia, N. 2012. Determinan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Di Kabupaten Belitung Timur Provinsi kepulauan Bangka Belitung. Skripsi FKM. Universitas Indonesia

Nurhadi. 2006. Faktor Resiko Ibu Dan Layanan Antenatal Terhadap Kejadian BBLR Di BP RSUD Kraton Pekalongan. Tesis. Universitas Diponegoro

Nurlaili, L. 2009. Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Di Kelurahan Kesepuhan Kabupaten Cirebon. Skripsi Sistriani, C. 2008. Faktor Maternal dan

Kualitas Pelayanan Antenatal yang Beresiko terhadap Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Studi pada Ibu yang Periksa Hamil Ke Tenaga Kesehatan dan Melahirkan di RSUD Banyumas. Tesis FKM. Universitas Diponegoro

Simanjuntak, Nelly, A. 2009. Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Badan Pengelola Rumah Sakit Umum (BPRSU) Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008-2009.

Referensi

Dokumen terkait

A vizsgálat igazolta a lixisenatid ( versus placebo) cardio vascularis biztonságosságát, miután az elsődleges összevont végpont (cardiovascularis halál, nem végzetes

Melalui model RME setelah mengamati gambar yang di share di Screen Zoom siswa mampu memahami penentuan posisi bilangan pecahan sederhana pada garis bilangan dengan tepat.. Melalui

Pada dasarnya tidak ada yang membedakan porsi atau pembagian harta warisan antara anak luar kawin dengan anak yang lahir dari perkawinan yang sah apabila

Penelitian ini akan memberikan informasi dan gambaran langsung mengenai model Problem Based Learning dengan bantuan media video, sehingga peneliti dapat

Madrasah Aliyah yang selanjutnya disingkat MA adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal dalam binaan Menteri Agama yang menyelenggarakan pendidikan umum

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kenaikan pH yang optimum terjadi pada rapat arus 40 A/m 2 dengan waktu 30 menit yaitu 7,87 dan efektivitas penurunan dari

Namun prinsip falsifikasi sendiri sangat bermanfaat bagi anak usia dasar untuk menelaah sumber-sumber pengetahuan yang dikemas dan dikembangkan ke permasalahan (to the problem)

dokumentasi terhadap pengelola PLTD Apung membuktikan bahwa upaya mitigasi kebencanaan melalui pariwisata di situs tersebut telah memberikan edukasi dan tips