• Tidak ada hasil yang ditemukan

SOFT SKILL MENUNJANG PENGEMBANGAN KOMPETESI PROFESIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SOFT SKILL MENUNJANG PENGEMBANGAN KOMPETESI PROFESIONAL"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

IATMI 2006-TS-09

PROSIDING, Simposium Nasional & Kongres IX Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) 2006 Hotel The Ritz Carlton Jakarta, 15-17 November 2006

SOFT SKILL MENUNJANG PENGEMBANGAN KOMPETESI PROFESIONAL

Sunoto Murbini, LSP ATMI

Pengetahuan diri paling baik dipelajari, bukan dengan merenung atau meditasi, melainkan dengan tindakan. Berusaha keraslah untuk melakukan tugas Anda dan Anda akan segera tahu macam apa Anda

Johann Goethe Abstract

Target produksi minyak dan gas bumi nasional semakin menurun dari tahun-ketahun. Keinginan mendapatkan cadangan baru dengan kapasitas besar masih merupakan harapan hingga kini. Harapan tersebut merupakan hal yang sama terhadap harapan mempunyai tenaga kerja profesional dengan kompetensi yang memenuhi persyaratan. Demikian pula terhadap harapan menemukan methode mengoptimalkan pengangkatan produksi secara secondary recovery maupun thirdly recovery. Methode tersebut diperoleh dari kemampuan menganalisa data lapangan yang dipadukan dengan ilmu pengetahuan, sehingga diperoleh methode pengangkatan yang tepat dari suatu struktur cadangan minyak dan gasbumi secara optimal. Mengolah dan menganalisa data serta menetapkan methode yang tepat adalah hasil dari Profesional tenaga kerja yang diharapkan, sebagaimana salah satu harapan yang paling memungkinkan dicapai dari beberapa harapan-harapan yang diinginkan. Tenaga kerja yang mempunyai profesional dengan kompetensi standar minimum (generic competency) akan menghasilkan kerja sesuai harapan diinginkan, menganalisa dan mengolah data sesuai diharapkan, yang kesemuanya akan berstandard minimum. Suatu kenyataan ialah mereka yang mempunyai “kompetensi plus soft skill”, akan mendapatkan “hasil harapan berstandard lebih tinggi” dibandingkan mereka yang mempunyai kompetensi standard minimum.

Harapan menemukan cadangan besar, harapan

menemukan methode produksi yang optimal, dan

harapan mempunyai Tenaga Kerja dengan

Kompetensi plus Sentuhan Soft Skill merupakan pilihan yang harus ditetapkan saat ini.

Sentuhan Soft Skill akan membangkitkan kearifan

berpikir, membangkitkan kearifan bertindak, membangkitkan kearifan mengambil keputusan yang merupakan harapan nyata diinginkan; sehingga dapat membangkitkan gairah harapan bagi para penggerak pengusahaan industri migas nasional, yang akhirnya akan memberikan hasil peningkatan produksi migas nasional .

Tulisan dibawah ini akan mengulas apa, bagaimana dan untuk siapa sentuhan pribadi Soft Skill tersebut.

1 . Pendahuluan

Indonesia yang sudah lebih dari 100 tahun memproduksi minyak dan gas bumi, dirasa cukup mempunyai Tenaga Ahli Migas yang profesional dan berpengalaman dalam jumlah memadai. Memang patut disadari bahwa teknologi pengusahaan minyak dan gas bumi datang dari luar negeri sehingga kita hanya menggunakan hasil inovasi tersebut. Disamping hal tersebut harus disadari bahwa Lembaga Riset Nasional yang effektif dan optimal dirasa kurang bisa berkembang. Semakin menurunnya cadangan dan produksi migas nasional, memberikan perhatian yang serius bagi pemerintah mengingat industri migas di Indonesia masih merupakan penggerak perekonomian, penghasil devisa, serta pajak yang masih cukup potensial untuk mendukung APBN.

Cadangan minyak dan gas yang yang cukup besar seperti Minas ,Parigi,Tunu , Natuna D-Alpha, sampai saat ini belum diketemukan lagi. Disamping memang potensi alam yang mempengegaruhi, namun potensi Tenaga Ahli yang mengelola kegiatan, mengelola kebijakan

(2)

dan mengelola pengusahaan dirasa masih kurang optimal dan kurang effektif.

Kerisauan Pemerintah tersebut membawa pula pengaruh kerisauan masyarakat umum serta para Stake holder lainnya yaitu Perusahaan dan Sumber Daya Manusia/Tenaga Ahli. Selalu timbul pertanyaan dari masyrakat umum; apakah yang dilakukan para Pekerja Ahli, Tenaga Ahli, Pejabat Ahli di pemerintah, Pengusaha migas yang Ahli, karena mereka adalah Manpower Stake Holder migas yang diharapkan mampu berbuat banyak. Betulkah pegelolaan migas telah dilakukan Effektif, Efisien dan Inofvatif oleh para Tenaga Ahli yang saat ini bertugas dan mengelola kegiatan migas di Indonesia ? Kita tidak lagi mempermasalahkan apakah tenaga kerja nasional ataupun tenaga kerja asing yang sedang bertugas, namun pertanyaannya ialah apakah mereka sudah memenuhi kompetensi minimum. (minimum acceptable skill) yang disyaratkan dan bekerja untuk memenuhi tugas minimum kompetensi tersebut.

Kita tidak sangsikan bawa Tenaga Ahli yang mengelola kegiatan migas di Indonesia, telah bekerja maksimal sesuai standard minimum Kompetensi di syaratkan, dan mereka para Stake Holder ( Pemerintah, Perusahaan dan

para Tenaga Ahli) dituntut mempunyai

persamaan solusi pandangan yaitu lebih mengutamakan pemanfaatan Tenaga Ahli yang mempunyai kompetensi di bidangnya, agar pengusahaan migas dapat beroperasi effektif, effisien dan inovatif, selanjutnya dengan sentuhan Soft Skill, diarapkan hasil yang dicapai menjadi lebih tinggi lagi.

Gambar 1.1. Pemerintah – Perusahaan -Tenaga Ahli

diharapkan mencapai solusi 2. Kompetensi para tenaga Ahli

Industri migas yang dalam kenyataan cara pengusahaannya sangat bersifat global ,penuh resiko dan padat modal, harus menempatkan optimalisasi dan maksimalisasi Kompetensi

keahlian seseorang sebagai usaha mencapai kinerja yang diinginkan. Kompetensi terdiri dari pemikiran komponen dasar yang meliputi :

Knowledge (Specific Tchnical Issue :

Specific legal & practice issues, Environment issues)

Skill (Language & Communication :

Interpersonal Skill, Technical Skill, Management & Business Skill)

Ethic and Attitude ( Responsibility :

Lialibility, Accountability, Integrity )

Kinerja dari pengusahaan dan pengelolaan tersebut perlu dimaksimalkan dengan inovasi dan motivasi standard kerja yang lebih tinggi (teknis maupun non teknis). Dengan Strategic Pengelolaan yang effektif, berinovasi dan bermotivasi, diharapankan kinerja para pengelola dan pengusaha migas tersebut dapat mencapai optimal.

Standar Kompetensi yang saat ini digunakan pada umumnya dianggap masih merupakan generik standard atau minimum standard , dan untuk meningkatkan diperlukan sentuhan dari dalam pribadi dari para Tenaga Ahli tersebut, dimana sentuhan dari dalam pribadi memberikan pengaruh prosentase lebih besar dibandingkan setuhan kemampuan teknis yang menjadi keahliannya

P R O FE S IO N A L C O M P E T E N C Y P R O FE S IO N A L C O M P E T E N C Y P R O FE S IO N A L C O M P E T E N C Y P R O FE S IO N A L C O M P E T E N C Y P R O FE S IO N A L C O M P E T E N C Y P R O FE S IO N A L C O M P E T E N C Y P R O FE S IO N A L C O M P E T E N C Y P R O FE S IO N A L C O M P E T E N C Y SKILL SKILL SKILL SKILL

Language & Communication

•Interpersonal skill

• Technical skill • Management & business skill

KNOWLEDGE KNOWLEDGEKNOWLEDGE KNOWLEDGE

Specific Technical Issues

•Specific legal & practice issues

• Environmental issues • Liability • Accountability • Integrity ETHIC ETHIC ETHIC ETHIC ---- ATTITUDEATTITUDEATTITUDEATTITUDE

Responsibility

SERTIFIKASI PROFESI-MIGAS

Gambar 2.1. Professional Competency Tenaga Ahli

3. Pemberdayaan pribadi

Para Tenaga Alhi migas yang saat ini telah bekerja pada bidang keahliannya, bisa saja mengalami kejenuhan dan hambatan karena mungkin hanya mengetahui adanya Visi dan Misi Institusi tempat kerja (kantor pemerintah, badan usaha, kontraktor penunjang dsb). Bahkan Visi Misi tersebut seakan-akan hanya untuk kepentingan pimpinan Institusi, atau institusi itu sendiri. Apakah Visi dan Misi yang dipampang disetiap ruangan tersebut

Perusa

haan Tenaga ahli

Peme rintah

solusi positif

(3)

telah melebur didalam diri masing-masing Tenaga Ahli, kita belum meyakini. Tak terhindarkan lagi adalah mereka bekerja lebih banyak untuk Visi dan Misi mereka pribadi, itupun kalau mereka mempunyai visi dan misi pribadi.

Kondisi dan situasi yang terjadi pada beberapa Tenaga Ahli seperti diuraikan diatas , dirasa perlu adanya penanganan yang efektif, yang harus dipersiapkan oleh Institusi sendiri. Untuk itu dirasa perlu dilakukan

pemberdayaan pribadi masing- masing agar

mereka dapat mencapai optimum dalam melaksanakan tugas. Pemberdayaan dimaksud dengan meningkatkan gairah kerja dengan melalui pemahaman lebih luas dan lebih dalam atas Personal Qualities dan Interpersonal Skill didalam pribadi masing-masing. Pemahaman Personal Qualities, yang merupakan milik dan didalam pribadi masing-masing Tenaga Ahli perlu dipahami dan ditumbuh kembangkan yang meliputi aspek antara lain :

• Responsibility : rasa tanggung jawab yang dibina dalam kehidupan pribadi

• Self – esteem : penghargaan atas diri sendiri namun tidak egois dan arogansi

• Socialibility : menjadikan suka bergaul dengan keramah-tamahan

• Self Management: mengelola potensi

diri sendiri dalam bekerja,kualitas,kesehatan dsb

• Integrity/honesty: membentuk diri pribadi penuh ketulusan dan kejujuran. Sedangkan pemahaman Interpersonal Skill, merupakan ketrampilan pribadi dalam kontak sosial dengan seluruh individu, meliputi aspekl antara lain :

• Participates as a member of the Team : menjadi anggota tim yang asertif

• Teaches others : dapat saling memberi pembelajaran diantara anggota tim

• Serves Client/ Customers : melayani pihak lain secara baik, sama pola dan mutunya

• Exercises Leadership : bersama melatih kepemimpinan dalam tim

• Negotiaties : melatih dan mengimplementasikan metode negosiasi

• Work with cultural diversity : menyadari bekerja sama berbeda kepribadian dan budaya

Apa yang tersebut diatas (personal skill maupun interpersonal skill) adalah pengertian dan pemahaman sentuhan dari dalam pribadi seseorang yang biasa dinamakan Soft Skill.

4. Pemberdayaan Organisasi

Organisasi merupakan bagian yang utama dalam semua kegiatan Institusi, dan dalam organisasi tersebut yang terutama dikelola adalah perorangan dengan berbagai kepribadian dan budaya. Organisasi adalah bagian yang paling dekat dengan lingkungan para Tenaga Ahli yang merupakan penggerak dan sekaligus penumpang didalamnya. Penilaian apakah organisasi yang merupakan bagian dari Institusi tersebut berhasil atau kurang berhasil, biasanya diukur melalui penilaian Key Performance Indicator ( KPI) yang berpedoman pada hasil kerja yang nyata. Dalam tatacara penilaian akan terlihat bahwa, cara menilai lebih banyak berpedoman pada keberhasilan faktor teknis dan nyata dari gerakan organisasi tersebut. Demikian juga performance penumpang dan penggeraknya yaitu para Tenaga Ahli terbawa dalam pola penilaian yang bersifat Teknis dan Hasil Kerja Nyata atau Hard Work dan Hard Skill evaluation.

Mungkinkah pemberdayaan Organisasi tersebut menggunakan metode pendekatan kepribadian sehingga lebih effektif dibandingkan dengan mengedepankan penekanan Visi dan Misi Hard Work dan Hard Skill ?

Kesepakatan saling memenangkan ( win-win solution) adalah kunci penawar dari pemberdayaan organisasi dengan penyelarasan Visi dan Misi Institusi dengan Visi dan Misi pribadi para Tenaga Ahli yang menggerakkan organisasi.

Memberdayakan organisasi pada prinsipnya adalah memberdayakan masing-masing anggota atau penumpang organisasi. Para Tenaga Ahli diberi Kebebasan Terarah melaksanakan kegiatan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya sesuai tuntutan Visi dan Misi Institusi yang disesuaikan dengan pribadi masing-masing. Para Tenaga Ahli yang telah diberi komitmen dan kepercayaan oleh Institusi dengan Kompetensi yang dimiliki dan sentuhan pribadi (Soft Skill) akan membawa organisasi tersebut mencapai kinerja melebihi dari yang diharapkan.

(4)

Gambar 4.1. Dinamika Visi-Misi dan Soft Skill Sentuhan Soft skill dapat menjadi sesuatu bagian

yang sangat penting dari keberhasilan gerak-maju suatu organisasi.

Pada kenyataan kegiatan Organisasi terutama secara rutin berhubungan dengan tamu/pelanggan secara tatap muka, dan pada umumnya akan lebih berharga bila para Tenaga Ahli tersebut mendapat pengetahuan untuk pemahaman Personal Qualities dan pemahaman Interpersonal Skill. Pendapat inilah yang mengatakan bahwa sentuhan Soft Skill menambah pemahaman lebih luas dan menambahkan mutu standar kualifikasi Kompetensi yang telah dimiliki.

5. Sentuhan Soft Skill meningkatkan kualitas Kompetensi

Standar Kompetensi yang menempatkan komponen “Knowledge” , “Skill dan “Ethic” saat ini dirasa masih kurang memberikan hasil yang optimal. Penilaian masih kurang optimal, karena Standard kompetensi yang ditetapkan dianggap penetapan standard yang minimum, sehingga hasil yang dicapai dirasa masih bisa ditingkatkan ke level yang lebih tinggi (High standard).

Kompetensi itu sendiri diperoleh dari luar pribadi paraTenaga Ahli yang bersifat Hard Work dan Hard skill yang merupakan faktor teknis diperlukan didalam pekerjaan. Selanjutnya untuk mencapai High Standard diperlukan sentuhan Kemampuan dan

Kualitas yang berasal dari dalam pribadi

Tenaga Ahli sendiri.

Suatu kenyataan bahwa Soft Skill akan melengkapi Hard Skill dalam mencapai standard teknik yang lebih tinggi, bahkan dapat disimpulkan bahwa Kompetensi plus Soft skill adalah High Standard. Kemampuan dan kualitas yang ada didalam diri inilah yang akan tumbuh dan berkembang melengkapi

Kompetensi sehingga hasil kerja tidak lagi pada batas rata-rata atau minimum, namun mencapai hasil yang tertinggi.

Uraian tentang Soft Skill banyak dan bervariasi, sesuai bagaimana cara memandang terhadap kualitas dan kemampuan dasar apa yang membentuknya. Hal ini berbeda dengan Kompetensi yang terbentuk dari komponen ( Pengetahuan/Knowledge – Kemahiran/Skill – Etika/Ethic ).

Kebutuhan standard yang lebih tinggi yang saat ini dinamakan Soft Skill menjadi tuntutan perusahaan besar.

Kompetisi pasar kerja Tenaga Ahli, tidak

saja menekankan kompetensi yang masih menuntut minimum Hard Skill sebagai peryaratan, namun sudah beralih menjadi standard yang lebih tinggi.

Sentuhan soft skill merupakan kunci dari penetapan Jabatan atau penerimaan Tenaga Ahli, bahkan dalam penerimaan pekerja, disyaratkan bahwa Standar Kompetensi minimum kemahiran / kecakapan (minimum acceptable skill) yang ditetapkan, diubah menjadi standar yang lebih tinggi dan selanjutnya dalam pengertian serta pemahaman dimaksud standar yang lebih tinggi tersebut dinamakan “ Soft Skill

Selanjutnya bagaimana seseorang mengetahui dan mengartikan Soft Skill secara tepat ?

Soft Skill dapat dipahami melalui pengertian dari uraian butir.3 dan 4 diatas dan dapat dipahami bahwa Soft skill adalah kemampuan dan kualitas yang ada didalam diri sesorang. Walaupun tidak terwujud nyata ( intangible), namun nampak dalam aktivitas nyata karakter sesesorang ( visible on the cluster of personality traits activities).

Pengertian dan pemahaman Soft Skill sangat bervariasi dalam beberapa artikel; pendapat dari salah satu artkel dapat disajikan sebagai berikut .

Pengertian Soft Skill adalah merujuk pada

istilah pemahaman berbagai pengertian

dalam kelompok “ antara lain seperti

tersebut dibawah ini :

• Karakter/sifat pribadi/personal ( the Cluster of personality traits)

• Pribadi yang anggun, rapi, ( social graces)

• Kepiawaian berbahasa dan berbicara, ( facility with language)

• Kepribadian/Penampilan/pakaian yang sopan ( personal habits)

Soft Skill Tenaga. Ahli Solu si Inovasi Visi Misi Institusi

(5)

• Pribadi yang ramah, bersahabat (friendliness)

• Pembawaan optimis pada semua masalah yang dihadapi (optimism that mark each of us to varying degrees)

Sesesorang yang mempunyai kemampuan teknis dan pemahaman cukup tinggi dari faktor-faktor pengertian dalam kelompok tersebut diatas dianggap mampu menerapkan Soft Skill yang baik, maka orang tersebutlah yang akan dicari dan dipilih untuk menjadi Tenaga Ahli. Jadi Soft Skill melengkapi Hard Skill, dimana sebenarnya Soft Skill merupakan kebutuhan melengkapi keahlian teknis yang utama dalam pekerjaan.

Idealnya memang sesesorang diharapkan mempunyai kemampuan dan kualitas, baik pada Hard Skill maupun Soft Skill. Namun pada kenyataannya orang-orang akan berpendapat, bahwa jangan terlalu dituntut kemampuan teknis (Hard Skill), yang lebih diutamakan adalah seorang Tenaga Ahli yang akan hadir pada saat diperlukan, bagaimana bekerja sama dengan Tim tersebut dan bagaimana dia akan menempatkan diri dan mengambil bagian dalam pekerjaan dan supervisi tersebut. Inilah Soft Skill yang diharapkan dari seorang Tenaga Ahli dan Soft Skill didalam diri kita harus ditumbuh-kembangkan untuk melengkapi dan menunjang kompetensi yang kita miliki.

Gambar.5.1. Soft Skill ditimbulkan dari dalam pribadi

6 Penutup

Meskipun lebih dari satu abad Indonesia mengusahakan minyak, namun ternyata pembinaan Tenaga Ahli migas Indonesia bersertfikasi masih jauh ketinggalan. Hal ini menyebabkan lemahnya daya saing dengan Tenaga Ahli asing. Sejak 5 tahun terakhir mulai dipikirkan usaha melaksanakan sertifikasi Profesi dengan tujuan meningkatkan Kompetensi para Tenaga Ahli.

Perkembangan metode peningkatan Kompetensi sangat cepat. Peningkatan Standard Kompetensi bukan lagi bertumpu padaHard Work, Hard Skill dan High Knowledge, tetapi sudah beranjak menggali potensi didalam diri seseorang, untuk ditumbuhkan dan dikembangkan dari dalam pribadi yang ternyata dapat menjadi pelengkap Kompetensi, potensi tersebut dinamakan Soft Skill.

Standard Kompetensi yang saat ini dipakai sudah dianggap kebutuhan minimum yang diperlukan. Untuk meningkatkan kualitas lebih tinggi ternyata cukup digali dari dalam diri sendiri.

Kemampuan dan Kualitas tersebut dinamakan Soft Skil, dan saat ini dirasakan bahwa Kompetensi ditambahn Soft Skill menghasilkan kinerja yang tinggi (High Standard).

Soft Skill ternyata tidak saja memberi manfaat bagi pribadi seseorang Tenaga Ahli, namun bermanfaat juga menggerakkan organisasi dan menghasilkan kinerja yang tinggi.

Merupakan kenyataan bahwa Sentuhan Soft

Skill akan membangkitkan kearifan berpikir,

membangkitkan kearifan bertindak, dan membangkitkan kearifan mengambil keputusan

Referensi bacaan .

1. Ichsan S.Putra dan Ariyanti Pratiwi, 2006 Sukses dengan Soft Skill,

2. Stephen R Convey,2005, The 7 HABITS of

HIGHLY EFFECTIVE PEOPLE 3. Stephen R Convey, 2005, the 8th , HABI

ETIKA

SKILL KNOWLEDGE

Gambar

Gambar 1.1. Pemerintah – Perusahaan -Tenaga  Ahli
Gambar 4.1. Dinamika Visi-Misi dan Soft Skill

Referensi

Dokumen terkait

Data angin yang diperoleh dalam format nc dengan komponen angina zonal (komponen u) dan angin meridional (komponen v), kemudian ditampilkan dengan bantuan perangkat lunak Ocean

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan hasil penelitian adalah sebagai berikut. 1) Terdapat perbedaan pengaruh terhadap penggunaan model pembelajaran Group

Untuk pengujian aktivitas fagositosis, pada sumuran perlakuan yang berisi sel makrofag dimasukkan masing-masing 500 µL variasi ekstrak etanol propolis dan medium RPMI

Mata kuliah Praktik Pengalaman lapangan (PPL) merupakan bagian integral dari kurilukum pendidikan tenaga kependidikan, dengan berdasarkan kompetensi yang termasuk

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan linier positif yang kuat antara motivasi dan intensitas penggunaan Line Shopping dengan tingkat kepuasaan

Seluruh dosen FTSP khususnya Tenik Sipil terima kasih untuk ilmu yang diberikan sebagai bekal bagi penulis menuju cita-cita yang diharapkan penulis menjadi lebih baik dan semoga

Di era modern ini, penentuan arah kiblat dapat dilakukan dengan berbagai metode yang telah ditawarkan oleh para ahli Falak. Namun, untuk menghasilkan arah kiblat yang

Political Unrest Risks: In order to control and reduce political unrest risks, both the government and owners are equally responsible for controlling this risks in