• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KEGIATAN BULAN AGUSTUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN KEGIATAN BULAN AGUSTUS"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

1

LAPORAN KEGIATAN

BULAN AGUSTUS

DIREKTORAT TATA RUANG DAN PERTANAHAN

KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

(3)

2

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR ... 4 DAFTAR TABEL ... 4 DAFTAR SINGKATAN ... 5 BAB I PENDAHULUAN ... 9

BAB II KEGIATAN INTERNAL ... 10

2.1. Kegiatan Utama Subdit Tata Ruang ... 10

2.1.1 RPJMN 2015-2019 Bidang Tata Ruang ... 10

2.1.2 Perencanaan Tahun 2015 ... 10

2.1.3 Profil Penyelenggaraan Penataan Ruang Daerah ... 10

2.1.4 Pedoman sinkronisasi RTR dan Rencana Pembangunan (RP) ... 11

2.1.5 Koordinasi Bidang Tata Ruang ... 11

2.2. Kegiatan Utama Subdit Pertanahan ... 11

2.2.1 Penyusunan Profil Pertanahan ... 11

2.2.2 Rapat Pembahasan Usulan Perubahan Kegiatan BPN Tahun 2014-2015 ... 12

2.3. Kegiatan Utama Subdit Informasi dan Sosialisasi ... 14

2.3.1 Berbagi Pembelajaran Penerapan MP dengan Yayasan BaKTI... 14

2.3.2 Pengelolaan Media Informasi dan Sosialisasi TRP... 16

2.4. Kegiatan Utama Sekretariat Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional ... 18

2.4.1 Penyelesaian Isu RZWP-3-K... 18

2.4.2 Kilas Balik Urgensi dan Proses Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Pengelolaan Ruang Udara Nasional (RUU PRUN)... 21

2.4.3 Pembahasan Draf Laporan Kegiatan BKPRN Semester 1 Tahun 2014 ... 22

2.4.4 Sosialisasi Penggunaan e-BKPRN ... 23

2.5. Kegiatan Utama Sekretariat Reforma Agraria Nasional (RAN) ... 24

2.5.1 Proyek Percontohan Reforma Agraria Nasional ... 24

2.6. Review Anggaran Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan... 25

BAB III KEGIATAN EKSTERNAL ... 27

3.1 Preliminary Report Kebijakan Perumahan dan Permukiman ... 27

3.2 Konsultasi Penyusunan Raperda RZWP-3-K, RDTR, dan Reklamasi Pantai untuk Pengembangan Kota Baru kota Palopo ... 27

3.3 Lokakarya Pedoman Informasi Kebencanaan Geologi untuk Penyusunan Rencana Tata Ruang ... 29

(4)

3

3.4 FGD RTBL Kawasan Strategis Provinsi Pendidikan Jatinangor ... 30

3.5 Tata Cara Penyusunan Anggaran Kegiatan UKE-II TA 2015 ... 31

3.6 Rapat Dengar Pendapat Dewan Sumber Daya Air (Hearing) ... 32

3.7 Peluncuran RT RPJMN 2015-2019 dan Penjelasan Penyusunan Renstra K/L ... 33

3.8 Lokakarya Kajian Formulasi Perhitungan KWT, KZB, dan KDB dalam KSN Perkotaan ... 34

3.9 Rapat Pembahasan APBN Perubahan BPN TA 2014 ... 35

3.10 Pameran Foto Pembangunan... 36

3.11 Persiapan Peluncuran PNPM PISEW II pada tanggal 12-13 Agustus 2014 ... 36

3.12 Rapat Redaksi Khusus Pembahasan Butaru Edisi III dan IV ... 37

3.13 Rapat Pengharmonisasian Pembulatan dan Pemantapan Konsepsi RPerpres RTR KSN Selat Sunda ... 38

3.14 Tukar Pikiran Isu Strategis Kemandirian Pangan ... 38

3.15 Penyusunan Peta Jalan Pertumbuhan Hijau ... 40

3.16 Rapat Klarifikasi Perda No. 1 Tahun 2014 tentang RDTR dan PZ Provinsi DKI Jakarta ... 42

3.17 Pertemuan Perdana Revisi PP No. 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan ... 42

3.18 Kajian Evaluasi Pembangunan Bidang Perekonomian: Indonesia dalam menghadapi MIT ... 43

3.19 Penetapan Kinerja Indikator Kementerian PPN/Bappenas dan Eselon I ... 43

3.20 Penyempurnaan Indikator Kinerja Eselon I Kementerian PPN/Bappenas ... 45

3.21 FGD Kegiatan Adaptasi KL di Daerah Percontohan RAN API ... 45

3.22 Pembahasan Grand Strategy Penataan Ruang Daerah ... 46

3.23 Seminar dan Peluncuran Buku “Key Indicators for Asia and the Pasific 2014” ... 46

3.24 Evaluasi Pemanfaatan Lahan Pertanian Untuk Optimalisasi Penanggulangan Kemiskinan ... 48

3.29 Persiapan Kunjungan Pihak Bank Dunia ke BPN terkait Kajian Bank Tanah ... 49

3.30 Permasalahan Konflik Kawasan Hutan dalam Penetapan Tata Ruang Nasional ... 50

3.31 Rapat Evaluasi Konsep P2KPB... 51

3.32 Konsultasi Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) ... 52

3.33 Diskusi Perlindungan Hak Bermukim Masyarakat Kampung Perkotaan ... 53

3.34 Rapat Pembahasan Format Monev 8K Program Penyusunan Perpres dan PP Tahun 2014 Berdasarkan Keppres 19/2014 dan Keppres 20/2014 ... 53

(5)

4 3.35 Konsep Perluasan Kawasan Industri dan Permukiman Tanpa Alih Fungsi Lahan

Pertanian Guna Menjaga Keberlanjutan Pembangunan dalam Rangka Ketahanan

Nasional ... 54

3.36 Sinkronisasi Pelaksanaan UU No. 26 Tahun 2007 dengan UU lainnya ... 54

3.37 Pembahasan Penyusunan Kerangka Regulasi dalam Dokumen Perencanaan Pembangunan ... 55

3.38 Pemaparan TAPKIN Deputi Polhukhankam (sebagai acuan penyempurnaan TAPKIN Eselon I dan II Tahun 2014) ... 56

3.39 Evaluasi Akhir Tahun (EAT) RKP 2013 dan pembahasan rencana evaluasi TA 2014 ... 57

3.40 Rapat Konsolidasi Pansus III ... 58

3.41 Diskusi SRRED-FI P2KPB di Wilayah Koridor RIMBA ... 59

3.42 Rakor Tindak Lanjut Percepatan Penetapan RPerpres Revisi Keppres No. 150 Th. 2000 tentang KAPET ... 59

BAB IV RENCANA KEGIATAN ... 61

BAB V PENUTUP ... 65

LAMPIRAN ... 66

DAFTAR TABEL Tabel 1 Rencana Kegiatan Subdit Tata Ruang... 61

Tabel 2 Rencana Kegiatan Subdit Pertanahan ... 61

Tabel 3 Rencana Kegiatan Subdit Informasi dan Sosialisasi ... 62

Tabel 4 Rencana Kegiatan Sekretariat BKPRN ... 63

Tabel 5 Rencana Kegiatan Sekretariat RAN ... 64

DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Berbagi MP Bersama Yayasan BaKTI ... 15

Gambar 2 FGD RUU Pengelolaan Ruang Udara Nasional ... 22

Gambar 3 Sosialisasi e-BKPRN ... 24

Gambar 4 Rencana dan Penyerapan Anggaran Dit. TRP sampai dengan Bulan Agustus 2014 ... 26

(6)

5 DAFTAR SINGKATAN

ADB : Asian Development Bank

AKG : Angka Kecukupa Gizi

ALKI : Alur Laut Kepulauan Indonesia

AMDAL : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan APIP : Aparatur Pengawa Internal Pemerintah

ARG : Anggaran Responsif Gender

BAPPEDA : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah BAPPENAS : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

BIG : Badan Informasi Geospasial

BIROREN : Biro Perencanaan

BKPRD : Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah BKPRN : Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional

BLU : Badan Layanan Umum

BNPB : Badan Nasional Penanggulangan Bencana

BP : Badan Pengembangan

BPBD : Badan Penanggulangan Bencana Daerah

BPHN : Badan Pembinaan Hukum Nasional

BPN : Badan Pertanahan Nasional

BPS : Badan Pusat Statistik

BTOR : Back to Office Report

BUMN : Badan Usaha Milik Negara

BUTARU : Buletin Tata Ruang CBA : Cost Benefit Analysis

DAS : Daerah Aliran Sungai

DIRJEN : Direktur Jenderal

DISTANBEN : Dinas Tanggap Bencana

DIT : Direktorat

DITJEN : Direktorat Jenderal

DJBM : Direktorat Jenderal Bina Marga DJCK : Direktorat Jenderal Cipta Karya

DPCLS : Dampak Penting dan Cakupan Luas serta Bernilai Strategis

DPR : Dewan Perwakilan Rakyat

DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

EAT : Evaluasi Akhir Tahun

EKPS : Evaluasi Kinerja Pembangunan Sektoral FIR : Flight Information Region

FGD : Focus Group Discussion

GGGI : Global Green Growth Institute

ICLEI : International Council for Local Environmental Initiatives

IKK : Indikator Kinerja Kegiatan

IKU : Indikator Kinerja Utama

IO : Input Output

INPRES : Instruksi Presiden INFOSOS : Informasi dan Sosialisasi IRIO : Inter Regional Input Output

(7)

6 JABODETABEKPUNJUR : Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur

JICA : Japan International Cooperation Agency

K/L : Kementerian/Lembaga

KAK : Kerangka Acuan Kerja

KANTAH : Kantor Pertanahan

KANWIL : Kantor Wilayah

KAPET : Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu

KDB : Koefisien Dasar Bangunan

KDH : Koefisien Dasar Hijau

KEK : Kawasan Ekonomi Khusus

KEMHUT : Kementerian Kehutanan

KEMDAGRI : Kementerian Dalam Negeri KEMENHUB : Kementerian Perhubungan KEMENKO : Kementerian Koordinator

KEMENKUMHAM : Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia KEMEN PU : Kementerian Pekerjaan Umum

KEP : Kawasan Ekonomi Potensial

KH : Kesatuan Hidrologi

KKDT : Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal KKP : Kementerian Kelautan dan Perikanan

KLB : Koefisien Lantai Bangunan

KLH : Kementerian Lingkungan Hidup

KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis KORPRI : KORPS Pegawai Republik Indonesia

KPBPB : Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas

KPH : Kesatuan Pengelolaan Hutan

KPJM : Kinerja Pengeluaran Jangka Menengah

KP3EI : Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

KSN : Kawasan Strategis Nasional

KSST : Kerjasama Selatan Selatan dan Triangular

KTB : Koefisien Tinggi Bangunan

KWH : Koefisien Wilayah Hijau

KWT : Koefisien Wilayah Terbangun

KZB : Koefisien Zona Terbangun

KZH : Koefisien Zona Hijau

LAPAN : Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional LAKIP : Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LIPI : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

LP2B : Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

LH : Lingkungan Hidup

LS : Lungsum Salary

LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat

MDG’S : Millenium Development Goals

MIT : Middle Income Trap

MONEV : Pemantauan dan Evaluasi

MP : Manajemen Pengetahuan

MPI : Mitigasi Perubahan Iklim

(8)

7 MUSRENBANGNAS : Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional

NGO : Non Government Organization NMT : Non Motorized Transportation

NSPK : Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria

OTDA : Otonomi Daerah

ORTALA : Organisasi dan Tata Laksana

PANJA : Panitia Kerja

PAN – RB : Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

PDT : Pembangunan Daerah Tertinggal

PEMKOT : Pemerintah Kota

PEMPROV : Pemerintah Provinsi

PERDA : Peraturan Daerah

PERKABAN : Peraturan Kepala Badan

PERMEN : Peraturan Menteri

PERMEN KP : Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan PERPRES : PeraturanPresiden

PISEW : Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah

PK : Peninjauan Kembali

PMD : Pemberdayaan Masyarakat Desa

PMK : Peraturan Menteri Keuangan

PNPB : Penerimaan Negara Bukan Pajak

PNPM : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

POKJA : Kelompok Kerja

POLHUKAM : Politik, Hukum, dan Keamanan

PP : Peraturan Pemerintah

PPH : Pola Pangan Harapan

PPP : Public Private Partnership

PPK : Pejabat Pembuat Komitmen

PPNS : Penyidik Pegawai Negeri Sipil

PRB : Pengurangan Resiko Bencana

PROLEGNAS : Program Legislasi Nasional

PRUN : Pengelolaan Ruang Udara Nasional PUSDATIN : Pusat Data dan Informasi

P2KPB : Program Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan P4T : Penguasaan, Pemilikan, Pemanfaatan, dan Penggunaan Tanah RAINPRES : Rancangan Instruksi Presiden

RAKORNAS : Rapat Koordinasi Nasional RAKORTEK : Rapat Koordinasi Teknis

RAN : Reforma Agraria Nasional

RAN - API : Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim RAPERDA : Rancangan Peraturan Daerah

RDTR : Rencana Detail Tata Ruang

RENAKSI : Rencana Aksi

RENSTRA : Rencana Strategis

RIMBA : Riau, Jambi, dan Sumatera Barat

RKA : Rencana Kerja dan Anggaran

RKP : Rencana Kerja Pemerintah

RM : Rupiah Murni

(9)

8 RPI2JM : Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah

RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJPD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

RT : Rancangan Teknokratik

RTBL : Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

RTH : Ruang Terbuka Hijau

RTR : Rencana Tata Ruang

RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah

RTRWK : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten RTRWN : Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional RTRWP : Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi

RUU : Rancangan Undang-Undang

RZR : Rencana Zonasi Rinci

RZWP3K : Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil R & D : Research and Development

SARBAGITA : Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan

SATKER : Satuan Kerja

SCDRR : Safer Community through Disaster Risk Reduction SCP : Sustainable Consumption and Production

SDA : Sumber Daya Alam

SDM : Sumber Daya Manusia

SESMEN/SESTAMA : Sekretaris Menteri/Sekretaris Utama SETKAB : Sekretaris Kabinet

SK : Surat Keputusan

SKP : Sasaran Kerja Pegawai

SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah

SMART : Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-Bound SOP : Standard, Operating and Procedure

SPM : Standar Pelayanan Minimum

SRRED – FI : Sustainable Rural and Regional Development Forum Indonesia SUBDIT TR : Sub Direktorat Tata Ruang

TA : Tahun Anggaran

TAPKIN : Penetapan Kinerja

TGHK : Tata Guna Hutan Kesepakatan

TOL : Tanah Objek Landreform

TRP : Tata Ruang dan Pertanahan

TUP : Tambahan Uang Persediaan

UMP : Usaha Kecil Menengah

UKP4 : Unit Kerja Presiden untuk Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan

UP : Uang Persediaan

UU : Undang-Undang

UUPA : Undang-Undang Pokok Agraria

(10)

9

BAB I

PENDAHULUAN

Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan memiliki 2 jenis kegiatan, yang dibagi menjadi: 1) kegiatan internal; dan 2) kegiatan eksternal. Kegiatan internal adalah kegiatan yang diselenggarakan oleh Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan sesuai dengan rencana kegiatan direktorat yang telah disusun pada awal tahun 2014. Khusus untuk kegiatan internal, kegiatan ini dijelaskan ke dalam bentuk kegiatan utama dan sub-kegiatan. Sedangkan kegiatan eksternal adalah kegiatan yang mengundang Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak luar. Umumnya, kegiatan ini bersifat koordinasi lintas sektor. Di Bulan Agustus 2014, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan telah menyelenggarakan kegiatan, yaitu: (i) penyusunan profil tata ruang dan pertanahan; (ii) pembahasan usulan perubahan kegiatan BPN Tahun 2014-2015; (iii) berbagi MP dengan Yayasan BaKTI; (iv) pembahasan isu tertunda mengenai RZWP3K; (v) kilas balik urgensi dan proses penyusunan naskah akademik RUU Pengelolaan Ruang Udara; (vi) pembahasan draf laporan BKPRN Semester I Tahun 2014; (vii) sosialisasi e-BKPRN; dan (viii) proyek percontohan reforma agraria nasional.

Kegiatan yang masih berlanjut pelaksanaan kegiatannya, antara lain: (i) penyusunan RPJMN 2015-2019; (ii) penyusunan profil tata ruang dan pertanahan; (iii) koordinasi perencanaan; (iv) pembahasan perubahan IKK (Indikator Kinerja Kegiatan) BPN; (v) pembahasan RUU pengelolaan ruang udara; (vi) isu tertunda RZWP3K; (vii) penerapan MP; dan (viii) proyek percontohan Reforma Agraria Nasional. Secara umum, kegiatan yang telah terselesaikan menghasilkan capaian yang memuaskan.

Pada laporan ini dijelaskan secara rinci pelaksanaan kegiatan yang telah dilaksanakan selama Bulan Agustus 2014 oleh Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan. Laporan ini merupakan tanggung jawab pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan dalam mengelola perencanaan pembangunan bidang Tata Ruang dan Pertanahan, yang dijabarkan ke dalam kegiatan Sub Direktorat Tata Ruang, Sub Direktorat Pertanahan, Sub Direktorat Informasi dan Sosialisasi, Sekretariat Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN), dan sekretariat Reforma Agraria Nasional (RAN).

(11)

10

BAB II

KEGIATAN INTERNAL

Untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat pencapaian kinerja atas kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan secara rutin melaksanakan evaluasi kinerja seluruh bagian melalui mekanisme rapat rutin internal yang diselenggarakan setiap minggu dan setiap bulan.

Evaluasi kinerja dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan rencana kerja dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan rencana pembangunan dimasa mendatang. Fokus utama evaluasi diarahkan kepada keluaran (output) dari pelaksanaan rencana kerja. Berikut rangkuman laporan pelaksanaan kegiatan internal baik kegiatan utama maupun kegiatan pendukung.

2.1. Kegiatan Utama Subdit Tata Ruang

2.1.1 RPJMN 2015-2019 Bidang Tata Ruang

Dalam proses penyusunan RPJMN 2015-2019 Bidang Tata Ruang, selama Bulan Agustus 2014 telah dilakukan perbaikan terhadap RT RPJMN 2015-2019 untuk Buku I dan Buku II, serta penyusunan Buku III RT RPJMN 2015-2019. Perbaikan dilakukan berupa penambahan matriks masukan dan matriks indikasi pembiayaan, serta perbaikan terhadap narasi buku I dan II. Sebagai tindak lanjut dari kegiatan ini, akan dikirimkan masukan dari Bidang Tata Ruang untuk penyusunan Buku III RPJMN 2015-2019.

2.1.2 Perencanaan Tahun 2015

Dalam lingkup perencanaan, subdit tata ruang telah melaksanakan 3 kegiatan, yaitu 1) penyusunan nota keuangan, pencapaian dari kegiatan penyusunan Nota keuangan adalah telah tersusunnya konsep jawaban atas pertanyaan DPR mengenai RAPBN 2015. Selain itu, Subdit TR juga mengkoordinasikan pengumpulan bahan untuk pembahasan nota keuangan dengan Panja DPR. Tindak lanjutnya adalah pemantauan dari konsep jawaban yang telah diberikan; 2) penyusunan Renstra 2015-2019 Ditjen Bina Bangda Kemdagri, hasil yang telah dicapai adalah telah tersusunnya masukan terhadap Renstra 2015-2019 Bangda; dan 3) penelaahan RKA K/L Kemen PU Tahun 2015, pencapaian kegiatan ini adalah disepakatinya target dan anggaran Tahun 2015. Ke depan, Subdit TR akan melakukan pemantauan RKA K/L Kemen PU Tahun 2015.

2.1.3 Profil Penyelenggaraan Penataan Ruang Daerah

Untuk menyusun profil penyelenggaran penataan ruang daerah, telah dilakukan persiapan, antara lain: 1) menyusun kuesioner profil penyelenggaraan penataan ruang daerah; 2) menyusun outline buku profil; dan 3) menyiapkan surat permohonan pengisian kuesioner ke daerah. Terjadi penundaan jadwal pengiriman surat menjadi tanggal 8 September 2014.

(12)

11

2.1.4 Pedoman sinkronisasi RTR dan Rencana Pembangunan (RP)

Untuk kegiatan penyusunan pedoman sinkronisasi RTR dan RP, hingga Bulan Agustus telah tersusun KAK pedoman sinkronisasi RTR dan RP. Kegiatan ini direncanakan akan dilaksanakan Tahun 2015

2.1.5 Koordinasi Bidang Tata Ruang

Pada bulan Agustus, telah dilaksanakan rapat-rapat koordinasi Bidang Tata Ruang. Untuk Bulan Agustus, rapat yang dihadiri adalah koordinasi penyusunan pedoman pengawasan penataan ruang. Kendala dalam pelaksanaan kegiatan ini, diantaranya waktu undangan rapat yang sering berbenturan satu sama lain, pengiriman surat undangan oleh K/L mitra sering kali mendadak. Untuk itu, K/L mitra diharapkan menghubungi terlebih dahulu terkait pengiriman surat undangan.

2.2. Kegiatan Utama Subdit Pertanahan

2.2.1 Penyusunan Profil Pertanahan

Tujuan penyusunan profil pertanahan adalah tersedianya data-data yang berkaitan dengan kebijakan pertanahan baik data yang bersifat umum maupun pembelajaran dari isu pertanahan yang ada dan berkembang di daerah. Ke depan, profil pertanahan ini dapat menjadi basis data dan informasi yang mudah diakses, mampu mendokumentasikan isu pertanahan yang terstruktur, dan menjadi dokumen yang terpercaya untuk digunakan oleh pemangku kepentingan.

Dalam proses penyusunan profil pertanahan ini, pada bulan Agustus telah dilaksanakan kegiatan-kegiatan pendukung.

A. Rapat Koordinasi dengan BPN

Rapat diselenggarakan pada 8 Agustus 2014. Rapat ini bertujuan untuk menyepakati outline dan kedalaman buku profil pertanahan (apakah dibuat setiap provinsi atau kluster wilayah), untuk kemudian dapat dilakukan penyebaran kuisioner ke daerah. Dari rapat ini, Dit. TRP memperoleh masukan, sebagai berikut:

a. Untuk menghindari kesalahpahaman perlu ditambahkan keterangan dalam poin Tanah Terlantar bahwa penggunaan tanah terlantar tidak hanya digunakan sebagai tanah objek landreform (sumber redistribusi). tapi juga menjadi tanah cadangan umum. Dalam pendayagunaan tanah terlantar terdapat tim nasional yang menentukan peruntukan penggunaan tanah tersebut.

b. Profil pertanahan yang disusun diharapkan mengggambarkan seluruh aktivitas pertanahan dalam kurun waktu tertentu sehingga tidak hanya menggambarkan keberhasilan. Ini dapat dijadikan bahan evaluasi kebijakan bidang pertanahan melalui data-data yang disajikan, dan diharapkan juga dapat masuk kedalam data statistik BPN yang dapat diperbaharui. c. Terkait dengan data yang mangharuskan mencantumkan jumlah luasan kawasan hutan

untuk menghindari konflik sebaiknya data tersebut menggunakan yang versi BIG sehingga disepakati oleh berbagai pihak.

d. Pada tabel sertipikasi tanah sebaiknya dibagi berdasarkan jenis hak misal Hak Milik, Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha. Hal ini berkaitan dengan ketersediaan data di Kantor

(13)

12 Pertanahan Daerah yang hanya terdapat data sertipikat berdasarkan hak milik bukan berdasarkan program pelaksanaan sertipikasinya.

e. Pada tabel peta dasar pertanahan sebaiknya dipisahkan berdasarkan data wilayah yang telah dipetakan dan belum dipetakan, sedangkan untuk data yang telah dipetakan dibagi kedalam 2 bagian yaitu terdigitasi dan belum terdigitasi.

f. Untuk data kasus dan sengketa pertanahan, pada data kasus yang telah selesai perlu dilakukan kategorisasi berdasarkan kategori penyelesaian kasus pertanahan yang telah digunakan oleh BPN.

Tindak lanjut dari rapat ini adalah: 1) perbaikan outline profil pertanahan dengan tingkat kedetailan yang telah disesuaikan dengan hasil rapat; dan 2) sebelum dilakukan pengiriman permohonan data ke daerah akan dilakukan 2 (dua) pertemuan bersama dengan BPN untuk dapat menyepakati dan memverifikasi outline dan kuisioner yang akan dirikimkan.

B. Rapat Koordinasi Penyusunan Profil Pertanahan

Rapat ini diselenggarakan pada tanggal 27 Agustus 2014 di Ruang Rapat SG-3, Bappenas. Rapat koordinasi ini bertujuan untuk menyepakati format outline Buku Profil Pertanahan sebagaimana tindaklanjut dari rapat sebelumnya. Dalam rapat tersebut dipaparkan perbaikan terhadap draf outline dan format tabel sesuai dengan masukan dari peserta rapat sebelumnya.

Berdasarkan hasil diskusi, disepakati format Buku Profil Pertanahan yang telah disusun dengan beberapa perbaikan minor dan tampilan pada tabel. Selain itu, Buku Profil Pertanahan perlu mencantumkan bahwa kegiatan tersebut merupakan Kerjasama BPN (Biroren dan KL, Pusdatin) dengan Bappenas. Dengan demikian pada surat permohonan data ke Kanwil BPN juga perlu dicantumkan format yang sama.

Melalui rapat ini, dapat disimpulkan bahwa: 1) BPN menyepakati drat Buku Profil Pertanahan yang telah disusun dengan perbaikan minor; 2) perlu mencantumkan bahwa kegiatan tersebut dilakukan atas kerjasama BPN dengan Bappenas. Tindak lanjut dari kegiatan ini adalah memperbaiki draf kuesioner (daftar isian) dan mengirim ke seluruh Kanwil BPN seluruh Indonesia.

2.2.2 Rapat Pembahasan Usulan Perubahan Kegiatan BPN Tahun 2014-2015

Rapat ini dilaksanakan pada 11 Agustus 2014 di Ruang Rapat 203 – Bappenas. Rapat dimaksudkan untuk menyepakati usulan perubahan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) BPN RI Tahun 2014 dan 2015. Beberapa hal yang mengemuka antara lain:

1. Bappenas menyampaikan: a) usulan perubahan kegiatan BPN Tahun 2014 dan 2015 perlu penyesuaian arsitektur program, kegiatan dan indikator kinerja kegiatan; b) penyesuaian arsitektur tersebut perlu dilakukan dengan melakukan analisa kesesuaian mulai dari tingkat sasaran strategis K/L-Program-Kegiatan dan masing-masing indikatornya; c) usulan perubahan IKK yang diajukan BPN juga perlu disesuaikan dengan aplikasi yang ada; d) beberapa outcome dan output yang diajukan BPN perlu diubah agar sesuai dengan kaidah logic model; e) beberapa indikator kegiatan yang diusulkan BPN perlu diubah agar kegiatan dapat diukur dengan prinsip SMART (specific, measurable, achievable, relevant, time-bound); f) indikator-indikator kegiatan pada level Eselon II agar tidak berupa ‘laporan’; dan g) perubahan IKK RKA-KL BPN tahun 2014 sesuai dengan struktur baru perlu didiskusikan dan dilaporkan pada pengawas internal BPN agar tidak menjadi temuan dalam pemeriksaan internal.

(14)

13 2. Kemenkeu menegaskan: 1) penataan Arsitektur dan Informasi Kinerja dalam RKA-K/L sesuai kaidah logic model Program, akan diberlakukan pada saat penyusunan anggaran tahun 2016, sedangkan untuk tahun anggaran 2014 dan 2015 masih menggunakan sistem aplikasi RKA-K/L yang ada selama ini; 2) beberapa Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) pada RKA-RKA-K/L BPN masih menggunakan indikator yang lama sehingga belum sesuai dengan nomenklatur kegiatan, tugas dan fungsi sesuai Peraturan Kepala BPN Nomor 1 Tahun 2014; c) dalam penyusunan IKK, perlu mencermati tugas dan fungsi BPN yang baru, sesuai dengan Peraturan Kepala BPN Nomor 1 Tahun 2014; d) keluaran adalah barang atau jasa yang dihasilkan dari pelaksanaan sebuah kegiatan untuk mendukung pencapaian outcome program dan/atau outcome fokus prioritas serta bersifat spesifik dan terukur, sehingga satuan keluaran berupa persentase agar diubah; e) perubahan IKK dalam rangka penyusunan anggaran tahun 2015 agar segera disampaikan kepada Kementerian Keuangan paling lambat bulan September 2014, untuk dapat diakomodir pada database RKA-K/L DIPA. 3. Tanggapan BPN adalah: a) usulan perubahan kegiatan dan IKK di BPN 2014 dan 2015 dilakukan sesuai Perka BPN 1/2014 karena adanya perubahan struktur BPN; b) secara umum struktur BPN yang baru tidak menambah unit baru tetapi merubah unit yang ada selama ini dan menyesuaikan dengan tupoksi masing-masing unit yang ada; c) untuk Tahun 2014 sebagai tahun transisi diusulkan agar kegiatan-kegiatan yang benar-benar baru sesuai dengan Perka BPN 1/2014 dapat diakomodir dalam RKA-KL walaupun masih menggunakan IKK yang lama. Sedangkan untuk tahun 2015-2019 akan diupayakan menggunakan nomenklatur kegiatan dan IKK yang baru seusai dengan Renstra BPN yang sedang disusun; d) untuk kegiatan-kegiatan di tingkat unit kerja pusat memang lebih kepada pembinaan sehingga lebih banyak IKK berupa laporan dan kebijakan kecuali Deputi I dan III; e) Terdapat perubahan nomenklatur kegiatan unit kerja Eselon II Deputi Bidang III, menjadi: 1) Pemantauan dan Pembinaan Pertanahan; 2) Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar. f) Deputi Bidang IV terdapat perubahan nomenklatur kegiatan unit kerja eselon II, menjadi: 1) Pengadaan Tanah Wilayah I; 2) Pengadaan Tanah Wilayah II. g) Terdapat perubahan/penggabungan nomenklatur kegiatan unit kerja Eselon II Deputi Bidang V, menjadi: 1) Penanganan dan Penyelesaian Sengketa dan Konflik Pertanahan; 2) Informasi Strategis dan Bantuan Hukum. Sedangkan untuk IKK yang digunakan masing-masing kegiatan di atas masih mengacu pada IKK lama.

4. Keseluruhan usulan perubahan kegiatan dan IKK 2015-2019 dengan mengacu pada Perkaban 1/2014 akan dilakukan secara resmi sebagai lampiran dari Renstra BPN 2015-2019 yang diharapkan selesai pada pertengahan September 2014.

Kesimpulan dari pertemuan ini adalah: a) usulan perubahan kegiatan dan IKK RKA-KL BPN Tahun Anggaran 2014 sepakat untuk disetujui dan akan diajukan kepada Direktorat Alokasi Pendanaan Pembangunan Bappenas agar dapat diubah pada aplikasi sesuai dengan usulan dari BPN yang terdapat beberapa kegiatan baru tetapi masih menggunakan IKK lama; b) untuk RKA-KL tahun 2015-2019 perlu dilakukan pembahasan lebih lanjut secara mendetail bersamaan dengan penyusunan Renstra BPN 2015-2019 dan diusahakan dapat diselesaikan pada bulan September 2014 sesuai dengan jadwal pengajuannya kepada Kemenkeu. Dalam pembahasan detail perlu memperhatikan prinsip-prinsip dalam logic model termasuk kaidah SMART dalam menentukan indikator kinerja kegiatan (IKK); dan c) apabila penyusunan RKA-KL BPN 2015-2019 tidak dapat diselesaikan sampaikan dengan Bulan September 2014 maka akan dilakukan

(15)

14 pembahasan revisi IKK lebih lanjut bersama Kemenkeu, Bappenas dan BPN sampai dengan Bulan Desember 2014.

Tindak lanjut dari pertemuan ini adalah: a) Kemen PPN/Bappenas, Kemenkeu, dan BPN akan menandatangani dokumen kesepakatan pembahasan; dan b) apabila dokumen kesepakatan tiga pihak sudah ditandatangan, Dit. TRP akan menyampaikan dokumen kepada Dit. Alokasi Pendanaan Pembangunan untuk selanjutnya dilakukan perubahan IKK.

2.3. Kegiatan Utama Subdit Informasi dan Sosialisasi

2.3.1 Berbagi Pembelajaran Penerapan MP dengan Yayasan BaKTI

Pada tanggal 15 Agustus 2014, Subdit Infosos menyelenggarakan diskusi bersama Yayasan Bakti di Ruang Sekretariat BKPRN.

1. Diskusi dihadiri oleh perwakilan dari Yayasan BaKTI, yakni Caroline selaku Direktur dan Stevent selaku stafnya, serta Staf Infosos.

2. Diskusi ini bertujuan untuk berbagi informasi mengenai penerapan MP di TRP dan MP di Yayasan BaKTI. Dengan adanya berbagi informasi, dapat dijadikan sebagai referensi bagi pengembangan aplikasi MP di TRP.

3. Reviu singkat mengenai MP di TRP:

 MP TRP yang telah berjalan saat ini lebih fokus kepada proses pengumpulan pengetahuan/substansi yang dimiliki oleh Direktorat TRP. MP TRP yang disusun memiliki fungsi untuk mendukung aktivitas Direktorat.

 Sistem MP TRP yang dibangun merupakan langkah awal dari aplikasi untuk berbagi pengetahuan/substansi dari masing-masing subdit/sekretariat di Direktorat TRP.

 Salah satu yang dijadikan media untuk berbagi di Dit. TRP yaitu melalui BTOR yang disiapkan staf Dit. TRP. BTOR tersebut menjadi bahan menarik untuk didiskusikan lebih lanjut. Saat ini BTOR dilengkapi pula dengan foto-foto kegiatan.

 Peta jalan untuk 5 tahun mendatang, Sistem MP TRP diharapkan dapat dikembangkan dengan baik hingga tingkatan Bappenas. Untuk tahun 2014 ini masih termasuk pada tahap Getting Started (penyusunan dan pengembangan awal).

 Dalam pelaksanaan MP ini, harus didukung oleh kebijakan, SOP serta dukungan dan komitmen dari pimpinan, sehingga dapat diaplikasi ke seluruh staf yang ada di Direktorat. Dalam pengembangannya, Dit. TRP dapat bekerjasama dengan mitra pendukung, yakni Pusdatin.

 Dit.TRP saat ini telah memiliki berbagai media informasi dan sosialisasi mengenai bidang Tata Ruang dan Pertanahan, di antaranya: (i) buletin; (ii) situs internet; (iii) portal; (iv) milis; (v) newsletter; dan (vi) leaflet.

4. Reviu singkat mengenai MP di Yayasan BaKTI:

 Di awal mula pendiriannya, Yayasan BaKTI fokus pada pengumpulan informasi dan database melalui scanning dengan target pengumpulan 10.000 dokumen. Tujuan awalnya pengumpulan pengetahuan diharapkan dapat mewujudkan kesamaan pengetahuan.

 Saat ini di Yayasan BaKTI telah memiliki 7000 data dan dimanfaatkan oleh pemangku kepentingan juga (baik itu instansi pusat, kelompok, maupun perseorangan).

Yayasan BaKTI memiliki sistem “Client Response” untuk menjawab semua pertanyaan dari setiap orang mengenai Yayasan BaKTI dan informasi lain berkenaan dengan

(16)

15 Kawasan Timur Indonesia. Setiap pertanyaan tersebut wajib dijawab dalam waktu 2 minggu. Adapun jika memang pertanyaan tersebut tidak dijawab secara maksimal, setidaknya diarahkan pada narasumber yang lebih terpercaya.

 Yayasan BaKTI juga mengadakan Forum Kawasan Timur Indonesia dalam jangka waktu 1 tahun sekali. Pada mulanya kegiatan tersebut sering berfokus pada masalah sehingga dirasa kurang optimal, maka di kegiatan berikutnya berubah menjadi fokus kepada solusi.

 Yayasan BaKTI pula memiliki media informasi untuk berbagi pengetahuan dan informasi di Kawasan Timur Indonesia, yakni BaKTI news, newsletter, dan situs internet. Newsletter yang dimiliki oleh Yayasan BaKTI ini didaftarkan pula ke ISBN agar tercatat di Perpustakaan Nasional.

5. Beberapa hal yang dibahas pada diskusi tersebut:

 Di LSM, pucuk pimpinan merupakan tonggak utama sebagai sumber pengetahuan, sehingga sumber informasi dari pimpinan perlu didistribusikan dengan baik kepada para staf di bawahnya.

 Dalam penyusunan maupun pengembangan manajemen pengetahuan, tiga hal yang perlu diperhatikan, yakni: (i) teknologi; (ii) strategi komunikasi; dan (iii) SDM. Kita juga perlu merangkul para pakar/SDM yang memang memiliki pengetahuan untuk berbagi.

 Kemauan untuk berbagi dengan orang lain merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk mendukung kegiatan manajemen pengetahuan ini.

 Foto-foto yang dimiliki sebagai dokumentasi dapat menjadi Bank Foto untuk foto maupun kegiatan tertentu. Begitu pula dengan setiap BTOR yang ada dapat pula dikumpulkan dan menjadi Bank Data.

Kesimpulan yang didapat dari rapat tersebut, adalah (i) secara tidak langsung, Dit.TRP telah melakukan kegiatan-kegiatan Manajemen pengetahuan, seperti penulisan BTOR yang kemudian dilaporkan dan penyusunan media informasi dan sosialisasi (buletin, newsletter, situs internet, portal, milis, dan leaflet); dan (ii) hasil dari BTOR dapat dijadikan sebagai bahan untuk diskusi lebih lanjut.

Tindak lanjut dari rapat tersebut, yaitu: (i) hasil diskusi akan menjadi referensi untuk pengembangan MP di Dit. TRP; dan (ii) Yayasan BaKTI menjadi salah satu lokasi yang dapat dijadikan contoh studi banding untuk MP di Dit. TRP ke depan.

(17)

16 2.3.2 Pengelolaan Media Informasi dan Sosialisasi TRP

Direktorat TRP memiliki 4 media informasi dan sosialisasi online, yaitu: 1) portal TRP (tataruangpertanahan.com); 2) situs internet TRP (trp.or.id); 3) milis TRP; dan 4) FB TRP. Pengelolaan media ini merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap harinya, mulai dari penambahan konten, perbaikan sistem, penambahan menu, dan evaluasi. Umumnya, kendala dalam pengelolaan media ini adalah menurunnya kemampuan server sehingga seluruh media tidak dapat diakses. Berikut evaluasi dari masing-masing media:

A. Portal TRP (tataruangpertanahan.com)

Hingga Agustus 2014, telah dilakukan pemutakhiran pada beberapa menu portal dan setiap hari dilakukan penambahan konten, terutama berita kegiatan dan kliping berita. Menu portal dapat dilihat pada Gambar 1. Menu berita berisi berita kegiatan internal dan eksternal Bidang TRP. Menu pustaka berisi beragam jenis tulisan dan di dalam menu majalah, terdiri atas buletin TRP, land, dan majalah bidang TRP lainnya. Menu regulasi berisi peraturan formal yang berlaku seputar tata ruang dan pertanahan di Indonesia. Menu data berisi data dan informasi, baik data dasar, kemajuan status penyelesaian RTRW dan RRTR, serta informasi seputar tata ruang dan pertanahan. Sementara kliping berisi berita dari berbagai media cetak yang membahas seputar tata ruang dan pertanahan.

Gambar 2 Menu Portal Tata Ruang dan Pertanahan

Berdasarkan data statistik, jumlah pengunjung portal TRP cenderung meningkat setiap bulannya, termasuk pengunjung baru, seperti terlihat pada Gambar 2 di bawah ini. Jumlah pengunjung pada bulan Agustus mencapai 3789 jumlah kunjungan dengan 1263 pengunjung baru dan 14.600 hit.

Beranda Berita Kegiatan Pustaka Kebijakan Panduan Buku Disertasi/Thesis Kertas Kerja Majalah Artikel Bahan Tayangan Buklet Leaflet Regulasi Ketetapan MRP UU/ Perpu PP Perpres Inpres Permen/Perkaban Kepmen/ Kepkaban Perda SNI Data Fakta Data Statistik Status RTRW Prov/Kab/Kota Status RRTR Hari Penting Profil Penataan Ruang Kliping

(18)

17 Tabel 1 Statistik Portal TRP (tataruangpertanahan.com)

Bulan

Pengunjung Unik

Jumlah

Kunjungan Halaman Hit

Feb 208 361 1,530 10,817 Mar 183 392 3,049 15,757 Apr 196 383 1,531 10,949 Mei 247 346 1,019 8,625 Jun 276 412 1,892 10,755 Juli 847 2,541 2,402 12,010 Agst 1,263 3,789 2,920 14,600

Gambar 3 Perkembangan Jumlah Kunjungan Portal TRP

B. Situs TRP (trp.or.id)

Setiap harinya, Subdit Infosos terus mengelola situs internet TRP. Pengelolaan situs dimulai dari penambahan konten dan evaluasi situs. Konten di dalamnya, meliputi: kegiatan internal TRP dan berita seputar tata ruang dan pertanahan dari media cetak dan situs berita. Proses ini dilakukan bertahap dan bersamaan dengan penambahan konten pada portal TRP.

Berdasarkan data statistik, jumlah pengunjung situs TRP cenderung meningkat setiap bulannya, termasuk pengunjung baru, meskipun pengunjung terbanyak terjadi pada bulan April, seperti terlihat pada Gambar 3. Jumlah pengunjung pada bulan Agustus mencapai 168 jumlah kunjungan dengan 116 pengunjung baru dan 18.916 hit.

Apr Mei Jun Jul Agst

Jumlah Kunjungan 383 346 412 2541 3789 Pengunjung Baru 196 247 276 847 1263 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000

(19)

18 Tabel 2 Statistik Situs TRP (trp.or.id)

Bulan

Pengunjung Unik

Jumlah

Kunjungan Halaman Hit

Jan 8 23 237 2,568 Feb 39 119 508 7,510 Mar 41 155 891 6,817 Apr 99 208 775 15,198 Mei 103 149 429 9,551 Jun 107 155 891 17,475 Jul 111 161 927 18,181 Agust 116 168 965 18,916

Gambar 4 Perkembangan Jumlah Kunjungan Situs TRP

2.4. Kegiatan Utama Sekretariat Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional

2.4.1 Penyelesaian isu RZWP-3-K

Pembahasan dilaksanakan pada 11 Agustus 2014 di Ruang Direktur KKP. Pokok-pokok pembahasan dan kesepakatan adalah:

a. Kedalaman Materi RZWP-3-K

 Berdasarkan Hierarki Rencana Tata Ruang (UU Penataan Ruang) dan Hierarki Rencana Zonasi (UU PWP-3-K), RZWP-3-K setara dengan RTRW namun memiliki materi pengaturan berbeda.

 RZWP-3-K berisi informasi struktur dan pola ruang yang lebih detail daripada RTRW hingga kedalaman sub zona (pada RZWP-3-K Kab/kota) walaupun skala peta yang digunakan sama dengan RTRW.

 Lebih lanjut perlu penyamaan persepsi dengan Kementerian PU tentang kedalaman materi dan peta dalam RZWP-3-K dan RZR.

Apr Mei Jun Jul Agust

Jumlah Kunjungan 208 149 155 161 168 Pengunjung Baru 99 103 107 111 116 0 50 100 150 200 250 300 350

(20)

19 b. Kedudukan RZR dan RDTR

 Berdasarkan Hierarki Rencana Tata Ruang (UU Penataan Ruang) dan Hierarki Rencana Zonasi (UU PWP-3-K), hirarki RZR tidak sama dengan RDTR serta memiliki materi yang sama sekali berbeda.

 RZR memuat arahan daya dukung dan daya tampung pemanfaatan ruang yang selanjutnya digunakan sebagai dasar pemberian izin pengelolaan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil.

 Prioritas penyusunan RZR serupa dengan RDTR, diprioritaskan pada wilayah tertentu saja, yakni yang strategis/wilayah yang akan dikembangkan. Bila pengaturan zonasi suatu wilayah telah detail pada RZWP-3-K, maka RZR tidak perlu disusun.

 Hal yang perlu dibahas lebih lanjut adalah bagaimana integrasi perencanaan matra darat dan laut pada RDTR yang zona/sub zona-nya berada pada wilayah pesisir/berbatasan dengan perairan (contohnya menyangkut kawasan bakau).

c. Pengaturan Wilayah Kecamatan Pesisir

 Pengaturan wilayah kecamatan pesisir disepakati sepenuhnya mengikuti ketentuan pengaturan matra darat dalam RTRW, termasuk penggunaan nomenklatur, simbol serta warna pada peta.

 Untuk pengaturan pada wilayah tertentu di kecamatan pesisir contohnya sempadan pantai, ketentuan teknis tetap mengacu pada peraturan perundangan yang telah disusun yaitu Rancangan Perpres tentang Sempadan Pantai. Pemda tidak wajib menyusun Perda tersendiri untuk penetapan garis sempadan pantai, tetapi RTRW di wilayah pesisir harus mencakup penetapan batas sempadan pantai.

d. Pengaturan pada Pulau-Pulau Kecil

 Pengaturan Pulau-Pulau Kecil terkait izin lokasi dan pengelolaan mengacu kepada RZWP-3-K karena keterkaitan antara ekosistem Pulau-Pulau Kecil dengan perairan disekitarnya.

 Izin Lokasi untuk daratan Pulau-Pulau Kecil dilakukan melalui mekanisme teknis BPN.

 Disepakati bahwa penyusunan rencana detail untuk daratan Pulau-Pulau Kecil menggunakan RZR.

e. Pemenuhan data dan peta

Data dan peta dalam penyusunan RZWP-3-K yaitu 12 set data terdiri dari Baseline Dataset (Terestrial dan Bathimetri) dan Thematic Dataset (Geologi dan Geomorfologi, Oseanografi, Ekosistem Pesisir dan Sumberdaya Ikan, Penggunaan Lahan dan Status Lahan, Pemanfaatan Wilayah Laut Eksisting, Sumberdaya Air, Infrastruktur, Sosial Budaya, Ekonomi Wilayah, dan Risiko Bencana dan Pencemaran).

 Pemenuhan kebutuhan data dan peta RZWP-3-K dapat mengacu pada data dan peta yang digunakan dalam penyusunan RTRW.

 Dari 12 set data, 3 data dapat mengacu langsung pada data yang digunakan RTRW yaitu: data Terestrial, Penggunaan Lahan dan Status Lahan, serta Sumberdaya Air. Sementara 9 data lainnya wajib dipenuhi dengan memperhatikan kondisi dan tipologi wilayah, berdasarkan rekomendasi teknis.

 Pada kawasan reklamasi diperlukan tambahan yaitu data Geoteknik.

 Survei diperlukan jika 12 data set tidak memenuhi kriteria pemutakhiran, terutama Bathimetri, Salinitas dan Demersial.

(21)

20 f. Penyesuaian Peran Pokja RZWP-3-K menjadi BKPRD

Rancangan revisi Permen KP No. 16 Tahun 2008 tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil telah memuat bahwa dalam penyusunan RZWP-3-K, peran Pokja RZWP-3-K diganti dengan lembaga yang mengoordinasikan penataan ruang.

g. Pemberian Tanggapan dan/atau Saran terhadap Dokumen Final RZWP-3-K

 Tanggapan dan/atau Saran terhadap Dokumen Final RZWP-3-K diberikan melalui forum BKPRN dengan KKP sebagai leading sector. Hal ini sebagaimana Kementerian PU dalam memberikan Persetujuan Substansi terhadap Materi Teknis RTRW.

 Bahasa “Pemberian Tanggapan dan/atau Saran” dianggap lebih lunak daripada “Persetujuan Substansi”. Namun apabila Pemda tidak mengikuti Tanggapan dan/atau Saran terhadap Dokumen Final RZWp-3-K maka Pemerintah Pusat tidak ikut bertanggung jawab.

 Terkait pelibatan BKPRN/BKPRD dalam proses Pemberian Tanggapan dan/atau Saran, perlu penyesuaian terhadap Peraturan Menteri Dalam Negeri terkait.

h. Pengintegrasian RTRW dan RZWP-3-K

 Di negara lain, belum pernah terjadi pengintegrasian rencana tata ruang darat dan laut karena adanya perbedaan materi muatan. Namun kebutuhan pengintegrasian akan disesuaikan dengan aspirasi daerah, apakah dalam 1 Perda atau terpisah.

 Pemerintah Pusat perlu menyiapkan NSPK/Protokol terhadap: i) Muatan RZWP-3-K yang terintegrasi ke dalam RTRW; dan ii) RZWP-3-K yang disusun terpisah dengan RTRW.

 Guna akselerasi penyusunan RZWP-3-K, KKP mendorong daerah yang tengah menyusun RTRW sekaligus menyusun tata ruang wilayah pesisirnya.

Hal yang belum disepakati adalah apakah Rencana Tata Ruang Laut Nasional (RTRLN) akan ditetapkan dengan Perpres. Jika RUU Kelautan ditetapkan, maka RTRLN diusulkan menjadi Peraturan turunan UU tersebut, yaitu PP (sebagaimana halnya RTRWN).

Tindak lanjut dari pembahasan ini adalah akan dilaksanakannya Pertemuan tiga pihak(KKP – Bappenas – Kementerian PU) pada 27 Agustus 2014, dengan agenda penyelesaian agenda tertundapenyusunan RZWP-3-K meliputi: (i) Pengaturan Wilayah Kecamatan Pesisir; (ii) Penyusunan NSPK/Protokol pengintegrasian RTRW dan RZWP-3-K; dan (iii) Untuk memudahkan penyamaan persepsi, diharapkan dalam pertemuan tersebut KKP membawa contoh dokumen RZWP-3-K dan RZR.

Setelah ada kesepakatan pertemuan tiga pihak tersebut, diusulkan dilakukan pertemuan dengan BIG terkait pemenuhan kebutuhan peta dan kebijakan satu peta; dan pertemuan dengan Kemendagri membahas penyesuaian Permendagri. Terkait rencana pertemuan dengan BIG, diusulkan KKP dapat memberikan data prioritas daerah penyusunan RZWP-3-K sehingga penyediaan peta akan diprioritaskan pada wilayah tersebut. Selain itu, secara simultan, KKP akan memberikan pelatihan mengenai penyusunan RZWP-3-K kepada staf di Kementerian PU dan Bappenas. Dan Sekretariat BKPRN akan melengkapi matriks “Uraian Kegiatan dan Pembahasan Agenda Tertunda RZWP-3-K”.

(22)

21

2.4.2 Kilas Balik Urgensi dan Proses Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Pengelolaan Ruang Udara Nasional (RUU PRUN)

FGD dilaksanakan pada 7 Agustus 2014 di Ruang Makara 3, Hotel Double Tree Jakarta. Rapat dibuka dan dipimpin oleh Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Kementerian PPN/Bappenas. Paparan materi disampaikan oleh narasumber, Prof. Dr. I B R Supancana. Rapat ini merupakan tindak lanjut dari Rapat Koordinasi BKPRN Tingkat Eselon I dengan agenda pelaporan inisiasi penyusunan RUU yang telah diselenggarakan pada tanggal 18 Agustus 2014.

Tujuan dari rapat ini adalah: 1) mendapatkan informasi dan pembelajaran seputar Naskah Akademis RUU PRUN tahun 2006, meliputi: (a) Urgensi dan tujuan penyusunan RUU PRUN; (b) Substansi dalam naskah akademik RUU PRUN; (c) Proses penentuan pemrakarsa; dan (d) Proses penyusunan naskah akademik. 2) mendapatkan informasi mengenai hal-hal strategis dan perkembangan terkini terkait ruang udara, meliputi: (a) Batas ruang udara; (b) Definisi pengelolaan; (c) Subjek dan objek dalam pengelolaan ruang udara; (d) Pemetaan regulasi terkait ruang udara; (e) Keterkaitan ruang udara dengan ruang laut dan ruang darat; serta (f) Pengelolaan ruang udara berdasarkan aspek-aspek terkait.

Terdapat beberapa hal penting yang dibahas dalam pertemuan ini, diantaranya:

1. Pada mulanya, RUU PRUN merupakan satu kesatuan dengan RUU Antariksa yang tergabung dengan RUU Kedirgantaraan, dengan pertimbangan belum jelasnya batas vertikal antara ruang udara dan antariksa sehingga kepentingan nasional terkait dengan ruang udara dan antariksa diatur dalam satu RUU Kedirgantaraan. Namun, dikarenakan adanya perbedaan rezim hukum antara ruang udara dan antariksa maka akhirnya RUU ini dipecah menjadi dua. 2. Inisiasi penyusunan RUU PRUN sudah dilakukan semenjak tahun 2003 sampai 2007 dengan

LAPAN sebagai pemrakarsa, namun LAPAN memutuskan untuk tidak diteruskan, dan fokus pada penyelesaian UU Keantaariksaan.

3. Pembelajaran yang dapat diambil dari telaah naskah akademik RUU PRUN 2006:

 Masih adanya kekosongan hukum dalam aspek-aspek tertentu pengelolaan ruang udara nasional yang belum diatur secara komprehensif dalam UU lain seperti UU Penerbangan (UU No. 1 tahun 2009); UU tentang Wilayah Negara (UU No. 43 tahun 2008); UU tentang Pertahanan Negara (UU No. 32 tahun 2002); UU tentang TNI (UU No. 34 tahun 2004);

 Aspek-aspek yang belum diatur secara tuntas meliputi namun tidak terbatas pada: belum jelasnya batas vertikal dan horisontal dari ruang udara nasional; pengaturan pengamanan wilayah udara negara; pengaturan tentang kewenangan penyidik di luar Polisi dan PPNS terkait pelanggaran wilayah udara; dan tindak pidana di/melalui ruang udara; pemanfaatan ruang udara untuk kepentingan internasional (misal ALKI); pengendalian kegiatan di ruang udara di atas wilayah konflik; masalah FIR; pengaturan tentang kewenangan daerah dalam pengaturan ketinggian bangunan (bangunan tinggi dan menara); pembagian kewenangan Pusat dan Daerah dalam pengelolaan ruang udara; pengaturan tentang sumber energi angin; pengaturan pengelolaan ruang udara untuk kepentingan Iptek; pengaturan olah raga dan wisata dirgantara.

4. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RUU PRUN:

 Diperlukan kajian ilmiah yang mendalam tentang masalah-masalah terkait pengelolaan ruang udara nasional yang belum diatur oleh undang-undang lainnya.

(23)

22

 Dipandang dari segi amanat UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Pasal 6 ayat 5, jika mengikuti teori hukum posisif, maka RUU PRUN ini memang wajib untuk disusun. Namun, sesuai dengan regulatory reform, perlu dilakukan kajian mendalam apakah masalah-masalah yang belum diatur tersebut memerlukan intervensi regulasi dalam bentuk undang-undang.

 Jika dipandang perlu intervensi regulasi, maka haruslah bersifat melengkapi (complementary) dan tidak tumpang tindih dengan UU yang sudah ada (seperti misalnya UU No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan dan UU No. 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan).

 Perlu pemutakhiran naskah akademik dan RUU sesuai dengan ketentuan UU No. 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

 Perlu penetapan Kementerian/Lembaga yang akan menjadi inisiator dan bagaimana mekanisme pengalihannya jika Kementerian/Lembaga tersebut di luar LAPAN. Perlu diperhatikan juga mengenai mekanisme pengalihan pemrakarsa secara formal dari LAPAN kepada pemrakarsa yang baru.

 Perlu dimasukkannya muatan pengaturan mengenai integrasi/harmonisasi pengelolaan ruang udara dengan ruang darat dan ruang laut dalam naskah akademik RUU PRUN. Dalam penyusunan naskah akademik RUU PRUN perlu dipikirkan pula mengenai materi untuk peraturan turunan dari RUU PRUN sehingga saat RUU PRUN telah disahkan, peraturan turunan yang terkait dapat segera disusun, serta dibutuhkan dukungan dari Kementerian/Lembaga berupa dokumen/studi yang pernah dilakukan terkait dengan PRUN.

Tindak lanjut dari pertemuan ini adalah penyusunan peta jalan yang berisi langkah-langkah penyiapan RUU PRUN oleh Sekretariat BKPRN.

2.4.3 Pembahasan Draf Laporan Kegiatan BKPRN Semester 1 Tahun 2014

Penyusunan Laporan Kegiatan BKPRN merupakan kegiatan rutin Sekretariat BKPRN setiap 6 bulan sekali. Rapat pembahasan draf laporan kegiatan BKPRN Semester I/2014 diselenggarakan pada 19 Agustus 2014 di Ruang SS 1-2, Kementerian PPN/Bappenas. Rapat ini diselenggarakan dengan tujuan mengonfirmasi dan menyepakati outline serta substansi Laporan Kegiatan BKPRN Semester 1 Tahun 2014 bersama K/L terkait, yaitu Kementerian PU, Kementerian Dalam Negeri, dan Kemenko Perekonomian. Laporan Kegiatan BKPRN Semester 1 Tahun 2014 akan membahas kemajuan kegiatan BKPRN periode Januari-Juni 2014 yang terbagi

(24)

23 kedalam 3 isu utama, yaitu penyelesaian peraturan perundang-undangan bidang penataan ruang; penguatan kapasitas kelembagaan; serta penyelesaian konflik pemanfaatan ruang. Beberapa hal yang dibahas dalam rapat ini, antara lain:

1. Saat ini, Rancangan Perpres RTR Kepulauan Maluku dan KSN Danau Toba tengah dalam proses penandatanganan Presiden RI dan ditargetkan ditetapkan sebelum masa jabatan beliau berakhir.

2. Dari 5 Rancangan Perpres KSN Perbatasan yang tengah dalam proses finalisasi oleh Setkab, 3 diantaranya akan segera ditetapkan.

3. Sesuai dengan kesepakatan sebelumnya, beberapa KSN dengan karakteristik serupa diusulkan untuk ditetapkan dalam 1 Perpres, antara lain 13 KAPET, 12 Taman Nasional, KSN Teknologi Tinggi, serta KSN Pariwisata.

4. Pada tahun 2014, kemajuan penyusunan RTR KSN Kedung Sepur, Gerbangkertosusila, dan Cekungan Bandung tengah dalam proses penandatanganan oleh Kepala Daerah dan ditargetkan untuk pembahasan dalam Forum BKPRN.

5. Proses revisi Perpres RTR Kawasan Jabodetabekpunjur pada tahun 2014 difokuskan pada penyusunan Materi Teknis.

6. Dalam laporan sebaiknya dibahas pula tentang penyusunan RTR KSN Laut Lepas, akselerasi penyusunan RRTR dan RDTR salah satunya terkait adanya pemberian Dekon persetujuan substansi Menteri PU kepada Gubernur.

Tindak lanjut dari rapat ini adalah perbaikan draf Laporan Kegiatan BKPRN Semester 1 Tahun 2014 sesuai dengan masukan rapat.

2.4.4 Sosialisasi Penggunaan e-BKPRN

Sosialisasi diselenggarakan pada 19 Agustus 2014 di Ruang Rapat SS 1-2 Bappenas dan dihadiri oleh Staf Asdep Urusan Penataan Ruang dan PDT, Kemenko Perekonomian; Staf Direktorat Penataan Ruang Wilayah Nasional, Kementerian PU; Staf Direktorat Tata Ruang Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, KKP; Staf Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas.

Pertemuan ini bertujuan untuk mensosialisasikan penggunaan e-BKPRN kepada K/L anggota BKPRN khususnya untuk Sekretaris Pokja BKPRN. Sehingga focal point yang ditunjuk mewakili unit kerja selaku Sekretaris Pokja BKPRN memahami dan mampu mengaplikasikan e-BKPRN. Arahan Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Kementerian PPN/Bappenas dalam rapat ini adalah :

a. Sebagai implementasi Kepmen PPN/Kepala Bappenas selaku Sekretariat BKPRN No. KEP. 46/M.PPN/HK/03/2013 tentang Pedoman Tata Kerja Sekretariat BKPRN (SOP BKPRN), e-BKPRN berfungsi sebagai wadah komunikasi berbasis internet antarorgan e-BKPRN. Sehingga BKPRN dapat melaksanakan fungsinya lebih optimal.

b. Peserta diharapkan aktif menggunakan eBKPRN untuk meningkatkan komunikasi kerja. c. Selanjutnya pengembangan e-BKPRN diharapkan juga menjangkau BKPRD melalui e-BKPRD,

sehingga komunikasi antar BKPRD dan Pemerintah Pusat lebih efisien.

d. e-BKPRN juga akan bertautan dengan Portal Tata Ruang dan Pertanahan (www.tataruangpertanahan.com)

(25)

24 Beberapa point pembahasan untuk pengembangan e-BKPRN:

a. Focal point yang ditunjuk oleh unit kerja masing-masing diharapkan akan menjadi akselerator penggunaan e-BKPRN pada unit kerjanya.

b. Agar agenda kegiatan BKPRN dilengkapi dengan notifikasi kepada email user. Hal ini dikarenakan sifat kegiatan BKPRN yang dinamis (mendadak dilaksanakan atau dibatalkan); c. Agar kapasitas ukuran file yang diunggah diperbesar. Disisi lain penambahan kapasitas

ukuran file dapat menyebabkan memori database BKPRN semakin besar sehingga akses e-BKPRN dengan jaringan internet yang tidak memadai akan menjadi lambat;

d. Kementerian PU merasa kesulitan dalam menggunakan fitur Agenda, karena kegiatan BKPRN di unit kerja Dirjen Penataan Ruang terbagi dalam 6 Direktorat sehingga cukup sulit untuk memonitor kegiatan tersebut. Sekretariat BKPRN berpandangan bahwa hal tersebut dikembalikan kepada mekanisme internal untuk menentukan siapa yang akan menjadi focal point eBKPRN. Sejauh ini pengembangan e-BKPRN mengacu kepada SK Anggota BKPRN bahwa Direktur Penataan Ruang Nasional adalah Sekretaris Pokja 1 BKPRN;

e. KKP mengusulkan agar focal point dari masing-masing unit kerja ditetapkan dalam Surat Keputusan.

Menindaklanjuti hasil sosialisasi ini, Sekretariat BKPRN dan Subdit Infosos akan melakukan evaluasi penggunaan e-BKPRN selama 3-4 bulan mendatang. Usulan saran perbaikan terhadap e-BKPRN akan diselesaikan dalam kurun waktu tersebut. Setelah itu akan dilakukan sosialisasi penggunaan e-BKPRN kepada seluruh anggota BKPRN.

2.5. Kegiatan Utama Sekretariat Reforma Agraria Nasional (RAN)

2.5.1 Proyek Percontohan Reforma Agraria Nasional

Rapat koordinasi proyek percontohan RAN dilaksanakan pada 14 Agustus 2014 di Ruang 2013 Bappenas dalam rangka persiapan dan penyepakatan materi rapat pelaksanaan proyek percontohan reforma agraria yang akan dilakukan di Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Bangka Belitung. Hasil pembahasan rapat ini sebagai berikut:

1. Kebijakan redistribusi tanah dan reforma akses akan dilaksanakan hingga Tahun 2018 dengan output draf pedoman pelaksanaan redistribusi tanah dan reforma akses. Kegiatan yang telah dilakukan dan akan dilakukan dalam kurun waktu 5 tahun (2013-2018) terdiri

(26)

25 dari identifikasi potensi rinci TORA dan program K/L, pengembangan teknologi pangan, interkoneksi kegiatan dengan UMP dan industri, dan penyusunan draf final pedoman pelaksanaan kebijakan redistribusi dan reforma akses.

2. Pelaksanaan proyek percontohan reforma agraria yang akan dilakukan di Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Bangka Belitung melibatkan BPN Pusat, Kanwil BPN, Kantah BPN, Kementerian/Lembaga, Bappeda Provinsi, Balai Provinsi, Dinas Provinsi dan Dinas Kabupaten/kota.

3. Reforma akses tidak hanya dapat disediakan oleh K/L tetapi juga dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Contohnya yang dilakukan di Provinsi Bangka Belitung yaitu dengan program Satam Emas. Selain itu apabila memungkinkan kebijakan redistribusi tanah dan reforma akses dapat dilaksanakan melalui kerja sama antarprogram salah satunya PNPM-PISEW.

4. BPN akan menjadi koordinator dengan bekerjasama dengan Bappeda Provinsi dan Kabupaten/kota dalam melakukan koordinasi teknis di tingkat provinsi dan kabupaten/kota untuk menentukan bidang-bidang tanah yang akan menjadi target lokasi skema I (akses mengikuti aset) dan skema II (aset mengikuti aset). Selain itu, BPN perlu mempersiapkan paket sosialisasi tentang kriteria clean and clear untuk dilakukan sosialisasi di tingkat kabupaten/kota, dan perlu melakukan identifikasi komoditas unggulan dan pemetaan sosial ekonomi pada lokasi reforma agraria untuk mendapatkan orientasi pemberdayaan yang sesuai dengan karakteristik lokal

5. Dari pelaksanaan koordinasi teknis di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota diharapkan baik BPN Provinsi, Bappeda Provinsi, maupun Dinas Provinsi mampu mengoordinasikan lokasi-lokasi aset dan akses baik kegiatan skema I maupun skema II dalam bentuk data tabular dan data spasial.

Tindak lanjut dari pertemuan ini adalah Bappenas akan terus melakukan koordinasi dengan Biro Perencanaan dan Kerjasama BPN dan Pusat Hukum dan Hubungan Masyarakat BPN terkait dengan informasi kriteria clean and clear. Selain itu, pelaksanaan koordinasi teknis di tingkat provinsi akan dilakukan dengan segera dengan jadwal tentatif pada tanggal 27 Agustus 2014 pada Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Bangka Belitung.

2.6. Review Anggaran Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

Berdasarkan kinerja penyerapan anggaran pada akhir Juli 2014, Direktorat TRP hanya mampu menyerap anggaran sebesar 40 persen atau sebesar Rp. 1.902.898.800,- yang hanya naik 2 persen dari penyerapan anggaran di bulan Juli 2014 sebesar 38 persen. Memasuki bulan Agustus 2014, realisasi penyerapan juga mengalami sedikit peningkatan. Realisasi anggaran Direktorat TRP pada bulan Agustus 2014 hanya mencapai 42 persen atau dengan penambahan penyerapan anggaran sebesar 911.501.750,- Kondisi pada kedua bulan ini dirasakan sangat kurang dari Rencana Penyerapan Anggaran (RPA) yang telah disusun dibulan Juli sebesar 46%. Hal ini disebabkan karena pada bulan Juli dan Agustus dihadapkan pada kegiatan menjelang bulan suci Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri, sehingga aktivitas dari kegiatan rapat maupun perjalanan dinas sedikit berkurang (kurang optimal). Namun demikian, kinerja anggaran Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan pada akhir Agustus 2014 sudah mulai berjalan normal, diantaranya terlaksananya kegiatan Rapat Kerja Regional BKPRN di kota Surabaya, Kegiatan Reforma Agraria, Forum Group Discussion (FGD) di kota Semarang, Jawa Tengah, dan Propinsi Bangka Belitung dan rapat-rapat koordinasi lainnya.

(27)

26 Realisasi penyerapan tersebut dikontribusikan dari pencapaian pelaksanaan masing-masing kegiatan yang meliputi: (i) Kajian sebesar 48 persen, (ii) Koordinasi penyusunan rencana sebesar 91 persen, (iii) Koordinasi Reforma Agraria sebesar 39 persen, (iv) Koordinasi Strategi BKPRN sebesar 65 persen, (v) Manajemen Pengetahuan (MP) sebesar 83 persen dan (vi) Pemantauan dan Evaluasi sebesar 74 persen.

Berikut merupakan diagram rencana dan realisasi penyerapan anggaran Direktorat TRP sampai dengan bulan Agustus 2014:

Gambar 7 Rencana dan Penyerapan Anggaran Dit. TRP sampai dengan bulan Agustus 2014

5 11 19.5 26 30 42.5 46 56 68.5 79 90 100

1 3

12

15

24

38 40

42

0 20 40 60 80 100 120 % Rencana % Realisasi

(28)

27

BAB III

KEGIATAN EKSTERNAL

Pada bab ini dijelaskan ulasan singkat mengenai partisipasi Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak eksternal direktorat, baik oleh unit kerja/unit organisasi di lingkungan Kementerian PPN/Bappenas ataupun kementerian/lembaga lain, pada Bulan Agustus2014. Kegiatan ini dihadiri secara langsung oleh Direktur Tata Ruang dan Pertanahan atau didisposisikan ke Kepala Sub Direktorat maupun Staf.

3.1 Preliminary Report Kebijakan Perumahan dan Permukiman

Rapat ini diselenggarakan oleh Direktur Perumahan dan Permukiman, Kementerian PPN/Bappenas pada 13 Agustus 2014 di Ruang SS 1-2 Bappenas, dalam rangka persiapan international expert mission dan pembahasan progres preliminary dan interim report, serta pembahasan arahan kebijakan dari setiap pilar dalam penyusunan peta jalan kebijakan perumahan dan permukiman. Masukan yang disampaikan dalam rapat ini terkait pilar kebijakan pertanahan perkotaan sebagai berikut:

1. Hal penting yang perlu diperhatikan adalah pembentukan bank tanah, serta penunjukan/pembuatan keputusan untuk menentukan lembaga mana yang akan bertindak sebagai bank tanah.

2. Hingga saat ini peran dari international expert belum banyak membantu dan belum memberikan kontribusi yang optimal. Untuk itu diharapkan kedepan international expert dapat memberikan bantuan untuk mendapatkan data detail mengenai Bank tanah di beberapa negara seperti Cina sehingga dapat memperkaya pengetahuan dalam pembentukan bank tanah.

3. Pembentukan bank tanah kedepan diharapkan dapat dijalankan secara paralel antara pembentukan jangka menengah dan jangka panjang yang lebih banyak melibatkan berbagai pemangku kepentingan.

Tindak lanjut dari rapat ini adalah: 1) akan dilakukan pertemuan terkait pembahasan instansi yang akan dilimpahi kewenangan untuk mengelola bank tanah dalam jangka menengah; dan 2) dilakukan penyusunan jadwal untuk masing-masing pilar dalam menentukan waktu diskusi secara mendalam dengan international expert

3.2 Konsultasi Penyusunan Raperda RZWP3-K, RDTR, dan Reklamasi Pantai

untuk Pengembangan kota Baru kota Palopo

Sesuai tugas dan fungsinya, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan melaksanakan kegiatan dengan konsultasi DPRD dan Pemerintah Daerah. Pada 15 Agustus 2014 di Ruang SG 3, Dit. TRP melayani konsultasi dari DPRD dan Pemda kota Palopo perihal penyusunan Raperda RZWP3-K, RDTR, dan Reklamasi Pantai untuk Pengembangan kota Baru kota Palopo. Rapat ini dipimpin oleh Direktur Tata Ruang dan Pertanahan - Bappenas, serta dihadiri oleh Pansus DPRD kota Palopo, Staf Direktorat Perkotaan KemenPU, serta Staf Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas. Poin – poin yang disampaikan dalam pertemuan tersebut, antara lain:

1. RTRW kota Palopo sudah disahkan dalam Perda No. 9 Tahun 2012 tentang RTRW kota Palopo Tahun 2012-2032.

(29)

28 2. Saat ini kota Palopo sedang menyusun 3 Perda, yaitu: a) Perda Rencana Zonasi wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3-K) kota Palopo; b) Perda Reklamasi pantai untuk pengembangan kota Baru; dan c) Perda Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) kota Palopo. 3. Penyusunan ketiga Raperda tersebut sebenarnya dilatarbelakangi oleh adanya rencana

pengembangan kawasan reklamasi kota Palopo yang merupakan salah satu visi dari Walikota Palopo terpilih.

4. Rencana Pengembangan Kawasan Reklamasi:

a. Perlu diperhatikan lebih lanjut mengenai rencana pengembangan kawasan reklamasi di kota Palopo dengan pilihan: (i) Jika memang reklamasi dilakukan di wilayah laut maka dapat disusun RZWP3-K kota Palopo untuk mengakomodir rencana pengembangan kawasan reklamasi tersebut, yang kemudian dirinci ke dalam rancangan detail kawasan reklamasi; (2) Jika reklamasi dilakukan di wilayah darat maka harus menunggu waktu peninjauan kembali (PK) RTRW kota Palopo yaitu pada tahun 2017 untuk memasukkan rencana pengembangan kawasan reklamasi, yang kemudian didetailkan dalam RDTR kawasan reklamasi.

b. Perlu dilakukan studi kelayakan untuk persolan-persoalan yang dihadapi dalam rencana pengembangan kawasan reklamasi di kota Palopo seperti rencana pemindahan kawasan bakau untuk pembangunan jalan di daerah pesisir, pemilihan lokasi untuk pembuangan sedimentasi hasil reklamasi, dan sebagainya.

c. Tanah hasil reklamasi dikuasai oleh negara (berdasarkan PP No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah), namun perlu diketahui lebih lanjut mengenai mekanisme perizinan untuk pemanfaatan tanah di kawasan reklamasi, khususnya bagi lahan hasil reklamasi yang akan dimanfaatkan oleh sektor privat.

d. Pengembangan kawasan reklamasi tidak harus dituangkan ke dalam peraturan daerah (Perda) tersendiri. Namun tidak ada batasan jika kota Palopo ingin mem-Perdakan perihal ini, dengan catatan bahwa rencana pengembangan kawasan reklamasi sudah tercantum dalam RTRW dan/atau RZWP3-K kota Palopo.

e. Demikian juga dengan Rencana Pembangunan jangka Panjang Daerah (RPJPD), mengingat RPJPD merupakan rencana pembangunan yang bersifat arahan maka rencana pengembangan kawasan reklamasi tidak perlu dicantumkan dalam RPJPD kota Palopo dan sudah termasuk ke dalam arahan optimalisasi pemanfaatan ruang wilayah yang ada dalam RPJPD.

5. Rencana Penyusunan RZWP3-K:

a. Saat ini tengah dilakukan pengintegrasian RTRW dengan RZWP3-K oleh BKPRN dengan kesepakatan pengaturan darat termasuk kecamatan pesisir dilakukan berdasarkan rezim pengaturan matra darat dan tercantum dalam RTRW, sementara pengaturan laut dan pulau-pulau kecil dilakukan berdasarkan rezim pengaturan matra laut dan tercantum dalam RZWP3-K.

b. Jika RZWP3-K kota Palopo akan diperdakan pada tahun 2014 ini perlu dipikirkan: (1) Bagaimana mengintegrasikan RTRW dan RZWP3-K yang dihadapkan pada kondisi perbedaan waktu PK; dan (2) Pemberian tanggapan Raperda RZWP3-K kota Palopo oleh Walikota Palopo kepada Menteri Kelautan dari Perikanan yang dihadapkan pada

(30)

29 keterbatasan waktu pengesahan Perda (Perda RZWP3-K kota Palopo ditargetkan selesai dalam 12 hari mendatang).

6. Rencana Penyusunan RDTR: dalam penyusunan RDTR Kawasan Reklamasi, khususnya pengaturan di kecamatan pesisir nantinya akan mengacu pada pengaturan dalam RTRW kota Palopo (sesuai dengan kesepakatan pengintegrasian RTRW dan RZWP3-K).

7. DPRD kota Palopo akan melakukan: (1) Studi kelayakan pengembangan kawasan reklamasi yang ditargetkan selesai tahun 2014; (2) Penyusunan RDTR kawasan reklamasi; dan (3) Penyusunan Rancangan detail kawasan reklamasi yang akan dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan kota Palopo.

Tindak lanjut dari pertemuan ini adalah: (i) Dit. TRP akan memasilitasi Pansus DPRD kota Palopo untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai status kepemilikan lahan dan mekanisme perizinan untuk pemanfaatan tanah hasil reklamasi; dan (ii) menyampaikan draf Rancangan Teknis RPJMN 2015-2019.

3.3

Lokakarya Pedoman Informasi Kebencanaan Geologi untuk Penyusunan

Rencana Tata Ruang

Lokakarya diselenggarakan oleh Badan Geologi – Kementerian ESDM bekerjasama dengan Georisk Jerman, pada 13 Agustus 2014 di Hotel Horison Bandung. Bertujuan mengenalkan

Pedoman Informasi Kebencanaan Geologi untuk Penyusunan Rencana Tata Ruang yang telah

disusun oleh Badan Geologi, dan sebagai tahap awal untuk memperoleh masukan bagi perbaikan pedoman tersebut. Kegiatan ini dilatarbelakangi oleh kondisi perencanaan tata ruang yang belum mengintegrasikan kebencanaan geologi di dalam rencana tata ruang, dengan juga mempertimbangkan keterbatasan data (terutama data geologi), koordinasi, dan awareness. Pedoman ini disusun untuk mengatasi keterbatasan tersebut sehingga para perencana, terutama perencana tata ruang di daerah tetap dapat menyusun rencana tata ruangnya yang telah mengintegrasikan kebencanaan geologi dan memasukan upaya mitigasi bencana di dalamnya. Masukan yang disampaikan oleh Dit. TRP, antara lain:

1. Penerjemahan rancangan pedoman ke dalam bahasa indonesia masih harus diperbaiki, karena beberapa susunan kata masih sulit dipahami.

2. Peta menjadi isu utama dalam penyusunan rencana tata ruang, terutama saat ini sudah era-nya RDTR. Penyediaan peta dengan skala besar perlu mendapat perhatian dari semua pihak baik pemerintah pusat maupun pemda, untuk segera diselesaikan.

Gambar

Gambar 2 Menu Portal Tata Ruang dan Pertanahan
Gambar 3 Perkembangan Jumlah Kunjungan Portal TRP
Gambar 4 Perkembangan Jumlah Kunjungan Situs TRP
Gambar 5 FGD RUU Pengelolaan Ruang Udara Nasional
+6

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Widodo (2015: 244), “Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik

Efektivitas Pembelajaran menggunakan media berbasis ICT di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Cepogo Kecamatan Kembang Kabupaten Jepara dapat diketahui melalui table yang

Ketika individu masuk dan bergabung dengan sebuah kelompok tentunya ada pembagian in-group dan out-group yang nantinya dapat menciptakan suatu identitas

Sehubungan dengan hal tersebut kami mohon sudi kiranya Bapakllbu berkenan mengiiinkan untuk menyebarkan angket di tempat Bapak/lbu yang selanjutnyd akan digunakan

Berdasarkan ketentuan Pasal 26 Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah, untuk sementara

Namun disini kita harus mengajarkan pada pasien untuk berinteraksi dengan sesamanya, karena hal ini sangat penting mengingat kondisi pasien kejiwaan yang tidak stabil

Analisis marxan telah memberikan kami area prioritas untuk desain kawasan konservasi perairan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang dapat mengakomodasi beberapa

Permohonan peningkatan hak atas tanah dari Hak Guna Bangunan menjadi Hak Milik, menurut Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 6