• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISA. Kegiatan Bisnis Lobby Kamar Hotel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISA. Kegiatan Bisnis Lobby Kamar Hotel"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV ANALISA

IV.1 Analisa Aspek Manusia

IV.1.1 Pelaku, Jenis dan Urutan Kegiatan

Di dalam sebuah bangunan Hotel, terdapat 2 jenis pelaku kegiatan yaitu tamu hotel dan pengelola hotel. Kegiatan utama yang ada di dalam bangunan hotel ini adalah kegiatan bisnis, pertemuan, istirahat dan pelayanan tamu oleh pihak pengelola hotel itu sendiri.

Manusia sebagai pelaku kegiatan dalam bangunan hotel ini dapat dibedakan menjadi :

1. Tamu Hotel

Yang menjadi sasaran utama pengunjung hotel ini adalah para pebisnis yang sedang melakukan kegiatannya di sekitar kawasan glodok dan mangga dua. Kegiatan tamu hotel (pebisnis) antara lain, istirahat, bertemu dengan klien, dan rapat (kelompok). Untuk hal ini, dibutuhkan beberapa fasilitas-fasilitas penunjang seperti ruang istirahat/ kamar, ruang pertemuan, caffee/resto, dan beberapa sarana yang menunjang. Kegiatan bisnis harus dipisah zona ruangnya agar tidak mengganggu unit kamar hotel yang sifatnya privat. Lobby dapat dijadikan sebagai perantara untuk memisahkan 2 jenis kegiatan ini.

Gambar IV.1.1.1 Skema pemisahan zona kegiatan hotel

Karakteristik Tamu Hotel (pebisnis) :

• Bepergian seorang diri atau berkelompok • Aktifitas fleksibel

• Memerlukan privasi

• Menginap dalam jangka waktu relatif singkat

(2)

• Ingin cepat menyelesaikan tugasnya, sehingga pertimbangan terhadap pencapaian ke tempat tujuan harus sedekat mungkin • Pertimbangan ekonomi dan fasilitas

• Tidak mementingkan rekreasi karena tujuan utamanya bekerja Analisis kegiatan tamu di hotel :

Gambar IV.1.1.2 Skema kegiatan tamu hotel

2. Pengelola Hotel

Pengelola hotel terdiri dari orang-orang yang bekerja didalam hotel dan memiliki fungsi/ kegiatan untuk membantu tamu dalam menjalankan aktifitas didalam hotel tersebut.

(3)

Gambar IV.1.1.3 Skema kegiatan pengelola hotel

IV.1.2 Kegiatan, pengguna, sifat dan kebutuhan ruang

Berikut ini adalah kegiatan dan kebutuhan ruang yang ditinjau dari pengguna hotel (tamu hotel dan pengelola hotel) :

Tamu

Kegiatan Ruang Ruang

Istirahat / tidur Kamar Hotel Privat Makan - minum Coffee shop / resto Publik

Duduk / menunggu Lobby Publik

Transaksi Retail Publik

Buang air Toilet lobby Publik

Olahraga Fasilitas Olahraga Semi-publik

Hiburan Fasilitas Hiburan Publik

Rapat Ruang rapat Semi-publik

Pertemuan Café, lounge Publik

Pertemuan Ballroom Semi-publik

(4)

Pengelola Hotel dan Servis

Fungsi Kegiatan Sifat Ruang

Penerima Registrasi tamu, pemesanan kamar

Publik Resepsionis

Pengelola Administrasi Privat Kantor pengelola

Makan minum Privat Staff lounge

Servis Memasak, menyiapkan makan

Privat Dapur

Mencuci pakaian Privat Laundry

Loading barang Privat Loading dock Pencatatan barang Privat Kantor penerima

barang Pengontrol keamanan Semi-publik Security Menyimpan perlengkapan ballroom Privat Gudang Ballroom Ganti pakaian, menyimpan barang

Privat Ruang karyawan

Buang air Privat Toilet

ME Pengontrolan ME Privat Ruang ME

Tabel IV.1.2.2 Kebutuhan ruang untuk pengelola hotel

Dari analisis diatas dapat dikelompokkan berdasarkan kegiatan, pengguna, sifat dan kebutuhan ruangnya, sebagai berikut :

• Kelompok ruang fasilitas utama: o Kamar hotel

o Ruang pertemuan

• Kelompok ruang fasilitas pendukung: o Restoran, café, lounge

o Lobby/ resepsionis o Toilet

(5)

o Fasilitas hiburan o Fasilitas olahraga o Gudang o Ruang ME o Dapur o Ruang karyawan

IV.1.3 Analisa Front and Back of the house

Menurut Buku Hotel Design : planning and development (2001), organisasi fungsi hotel terbagi menjadi dua bagian, antara lain :

a. Front of The House, yaitu bagian yang menampung kegiatan bersifat publik, semi publik dan privat.

b. Back of the House, yaitu bagian yang menampung kegiatan yang bersifat servis.

Berdasarkan kegiatan ruang hotel dapat dibedakan menjadi 8 kelompok, antara lain :

1. Ruang Publik

Ruang publik adalah ruang terbuka untuk umum dimana tamu

diterima di ruang tersebut dan mendapatkan pelayanan pertama ketika datang. Ruang ini juga berfungsi untuk mengontrol tamu yang datang dan akan meninggalkan hotel.

2. Kelompok ruang pelayanan makan dan minum

Ruang yang menampung kegiatan makan dan minum tamu hotel 3. Convention dan ruang pertemuan

ruang yang menampung kegiatan pertemuan, pesta dalam berbagai bentu kegiatan yang dilakukan sejumlah tamu dengan sistem sewa. 4. Ruang sewa

Ruang pelengkap yang tergabung dalam ruang konsesi. Ruang ini disewakan kepada pihak lain. Kegiatan didalamnya seperti agen perjalanan, bank, dll.

(6)

5. Kelompok Pelayanan

Ruang yang menampung kegiatan-kegiatan pelayanan dan merupakan penunjang oprasional.

6. Ruang-ruang rekreasi dan olahraga 7. Kelompok kamar tidur.

Gambar IV.1.3.1 Skema hubungan antar ruang hotel Sumber : Hotel Design: Planning and development

(7)

Hubungan antar ruang didalam bangunan hotel harus dipisahkan antara front of the house sebagai zona tamu dan pelayanan oleh pengelola hotel yang berhubungan langsung dengan tamu. Sedangkan back of the house adalah zona produksi untuk memenuhi kebutuhan dalam melayani tamu. Kedua hal tersebut harus dipisah zonanya karena tamu hotel tidak perlu mengetahui kegiatan apa saja yang terjadi di back of the house.

Gambar IV.1.3.2 Skema hubungan antara Front dan back of the house

IV.1.4 Kebutuhan dan dimensi ruang

Rasio Tipe Kamar Hotel Tipe kamar Standar minimal jumlah

kamar hotel bintang 3

Rasio

Kamar Standar 20 10

Kamar Suite 2 1

Tabel IV.1.4.1 Tabel rasio minimal kamar hotel bintang 3

Jumlah kamar : 311 unit

Perbandingan rasio kamar standar : suite = 10 :1 Jumlah kamar standar 311 x 10/11 = 283 unit Jumlah kamar suite 311 x 1/11 = 28 unit

Luasan Ruang kamar hotel

Tipe kamar Jumlah unit Luas per unit Total Luas

Standar 283 22 m² 6226 m² Suite 28 44 m² 1232 m² Total Sirkulasi 15% Total 311 7458 m² 1118.7 m² 8576.7 m² Tabel IV.1.4.2 Tabel Total luas kamar hotel

Tamu hotel Pelayanan hotel Produksi

Front of the house Back of the

(8)

Front Of the House

Nama Ruang Jumlah

Ruang Luas Ruang (m²) Luas Total (m²) Lobby 1 200 200 Front desk 1 15 15 Front Office 1 60 60

Ball room (kapasitas 500 orang) 1 500 500 Lounge 1 50 50 R. Rapat 3 18 54 Toilet Pria 2 18 36 Toilet Wanita 2 18 36 Money Changer 1 48 48 Fasilitas Kebugaran R. Fitness 1 180 180

Loker dan shower 2 25 50

Spa 1 30 30 Sauna room 2 8 16 Kolam renang 1 500 500 Administrasi Excecutive office 1 35 35 Kantor administrasi 1 70 70

Retail & ruang sewa

Ruang sewa retail 5 18 90

Coffee shop 1 70 70

Restaurant 2 130 260

Luas Efektif 2300

Sirkulasi (15%) 345

Total 2645

Back Of the House

Nama Ruang Jumlah

Ruang

Luas Ruang (m²)

Luas Total (m²) Reciving and storage

Loading dock 2 12 24

Trash Holding area 1 10 10

General storage 1 24 24 Food Service Dapur utama 1 50 50 Banquet Pantry 1 70 70 Bake Shop 1 40 40 Toilet 2 15 30 Fasilitas Karyawan Loker pria 1 24 24 Loker wanita 1 24 24 R. makan karyawan 1 32 32

(9)

Mushola 1 48 48 House Keeping & Laundry

Laundty 1 48 48 House keeping 1 24 24 Ruang servis 2 12 24 M&E Area Genset 1 64 64 R. pompa 1 90 90 Resevoir bawah 1 90 90 Luas Efektif 716 Sirkulasi (15%) 108 Jumlah 824

Tabel IV.1.4.3 Tabel Kebutuhan ruang hotel bintang 3

IV.2 Analisis Aspek Lingkungan IV.2.1 Lokasi

Tapak terletak di Jl. Pintu besar selatan, kecamatan Tamansari, Jakarta barat.

Gambar IV.2.1.1 Lokasi tapak

Lokasi tapak berada berdekatan dengan pusat kegiatan bisnis di jakarta barat (glodok, plaza orion, Lindeteves Trade Center, Mangga dua). Hal ini membuat hotel tersebut berpotensi besar untuk menerima tamu dari orang-orang yang sedang melakukan kegiatannya disekitar area bisnis tersebut.

(10)

Jenis kegiatan atau peruntukan fungsi bangunan di daerah sekitar tapak adalah sebagai berikut :

Utara tapak : Ruko dengan kegiatan komersil Barat tapak : Pasar kecil dan ruko komersil Selatan tapak : Pasar Glodok, plaza orion Timur tapak : Jalan besar, bangunan komersil

Gambar IV.2.1.2 Keadaan sekitar tapak

Dari data kegiatan lingkungan sekitar maka dapat dilihat bahwa sisi barat merupakan sisi teraktif di sekitar tapak karena merupakan pasar, ruko dan jalan kecil dimana cukup padat dilalui manusia dan kendaraan. Namun, sisi timur merupakan sisi yang dapat melihat tapak secara langsung karena merupakan jalan besar dan potensi utama menarik minat orang yang melewati daerah tersebut untuk melihat dan memasuki area hotel. Sehingga perancangan hotel ini, massa bangunannya akan lebih banyak berorientasikan ke sisi barat dan timur.

(11)

IV.2.2 Latar belakang Glodok

Glodok adalah salah satu bagian dari kota lama di Jakarta. Sejak masa pemerintahan Hindia Belanda, daerah ini juga dikenal sebagai Pecinaan karena mayoritas pedagang di Glodok merupakan masyarakat keturunan Tionghoa.

Di masa kini Glodok dikenal sebagai salah satu sentral penjualan elektronik dan textile. Banyak sekali penduduk lokal Jakarta yang bermatapencaharian di Glodok, bahkan penduduk luar Jakarta pun berbondong-bondong datang untuk berdagang di sekitar area Glodok.

Dari segi kacamata arsitektur, Glodok merupakan kawasan yang penuh dengan bangunan-bangunan tua dan jarak antara bangunan yang satu dan lainnya saling berdekatan sehingga menimbulkan kesan padat dan sesak. Ruang-ruang kosong yang ada di kawasan sekitar Glodok selalu dijadikan kegiatan berdagang/berjualan oleh orang-orang setempat sehingga tingkat penghijauan disekitar kawasan glodok ini sangat kurang. Terlebih lagi, kawasan Glodok terkenal dengan area macet sehingga membuat area ini semakin tidak terawat.

Dalam perancangan proyek City Hotel ini, dirasakan sangat tepat berada di area bisnis seperti Glodok ini, karena banyak orang yang dari luar kota Jakarta yang sering kali datang untuk kegiatan bisnis dan pastinya memerlukan tempat penginapan selama mereka melakukan kegiatan bisnis di sekitar kawasan.

Untuk membantu memperbaiki tata kota di kawasan Glodok, proyek City Hotel ini harus dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya agar tidak menambah kekacauan dari segi tata kota. Proyek ini juga harus bisa menimbulkan kesan hijau untuk bisa berkontribusi dalam memberikan ruang hijau yang tidak pernah ada dikawasan Glodok tersebut.

IV.2.3 Potensi sekitar tapak

Dalam perancangan suatu proyek, potensi tapak dan lingkungannya harus memiliki hubungan yang saling melengkapi dalam beberapa aspek yang terkait. Keberadaan hubungan tersebut diharapkan dapat mengangkat

(12)

keistimewaan lingkungan dan tapak dalam perancangan bangunan hotel. Berikut ini adalah beberapa elemen lingkungan yang ada di sekitar tapak yang dijadikan sebagai acuan atau pertimbangan dalam perancangan bangunan hotel, antara lain :

Elemen Lingkungan

Ciri-ciri Keteran

gan Pasar Glodok •

amai angkutan umum •

amai pejalan kaki •

awan terjadi kemacetan didepannya

Bangun an ini terletak di sebelah selatan tapak. Banyak pebisnis dari luar kota yang berkunj ung/ melakuk an kegiatan di pasar ini dan menjadi salah satu target pasar untuk

(13)

City hotel ini. Jalan pintu besar

selatan

awan terjadi kemacetan •

isepanjang sisi jalan terdapat bangunan/ ruko komersil. Jalan utama menuju area tapak. Pada siang-sore hari rawan terjadi kemacet an dan polusi udara. Pasar dan pedagang kaki lima •

amai dilalui oleh pejalan kaki dan kendaraan

amai pada pagi – siang hari

Keberad aan pasar membua t lingkun gan terlihat padat dan kumuh serta bau tidak sedap

(14)

seringka li mengga nggu. Vegetasi • emperindah lingkungan •

embantu menurunkan suhu lingkungan

Jumlahn ya minim dan kurang tertata, padahal vegetasi dapat memban tu menata lingkun gan dan menuru nkan suhu sekitar. Tabel IV.2.3.1 Tabel Potensi sekitar tapak

IV.2.4 Analisa Iklim

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, ketinggian rata-rata suhu udara disekitar tapak yaitu 28,5°c (24°c - 33°c). Data ini memberi potensi baik untuk perancangan hotel yang memanfaatkan penghawaan alami ini karena menurut data literatur, suhu thermal untuk daerah Jakarta sekitar 24°c - 27°c.

Secara makro, kota Jakarta beriklim tropis yang memiliki musim hujan dan musim kemarau. Iklim mikro dikawasan Glodok dipengaruhi oleh

(15)

keadaan matahari, angin dan elemen-elemen lingkungan didalam dan sekitar kawasan.

Sisi barat mendapatkan panas matahari yang relatif tinggi dibandingkan oleh sisi – sisi lainnya. Sisi timur mendapatkan sinar matahari pagi yang baik untuk kamar-kamar hotel. Sisi utara akan terus mendapatkan cahaya matahari dan sisi selatan mengalami pembayangan.

Dari fakta tersebut maka pengaruh analisis matahari terhadap bangunan antara lain :

Gambar IV.2.4.1 Analisa jalur matahari

Bentuk tapak yang tidak tegak lurus dengan jalur matahari memberikan potensi baik pada massa bangunan dalam hal pembayangan. Setiap sisi bangunan tidak ada yang secara terus menerus mendapatkan panas matahari. Pada sisi timur, dapat dimanfaatkan untuk pencahayaan di pagi hari secara maksimal.

Permasalahan terjadi disisi barat, dimana sisi tersebut mendapatkan radiasi matahari yang relatif tinggi. Solusi terbaik yaitu dengan meletakkan massa bangunan yang dapat meminimalkan penerimaan radiasi matahari (tidak berhadapan langsung dengan matahari), sun shading dan vegetasi.

(16)

Gambar IV.2.4.2 Orientasi bangunan dan perletakan ruang

Penempatan ruang-ruang utama seperti kamar hotel yang tidak langsung menghadap arah jalur matahari agar suhu didalam kamar hotel tidak panas. Pada sisi barat-timur diletakkan ruang service atau ruang public yang tidak menjadi persoalan jika terkenal sinar matahari yang berlebih.

Gambar IV.2.4.3 Penerapan sirip vertikal pada fasade bangunan

Konsep penggunaan sirip secara vertikal pada fasade bangunan juga dapat diterapkan di massa bangunan pada sisi barat – timur untuk mengurangi penerimaan radiasi matahari. Selain itu juga sirip horisontal tersebut berfungsi sebagai pemantul cahaya matahari agar sinarnya dapat masuk kedalam ruangan tanpa membawa panas.

(17)

uang-ruang utama seperti kamar hotel terhindar dari radiasi matahari timur-barat karena bangunan berorientasi ke sisi utara dan selatan

rientasi bangunan tidak langsung menuju jalan utama

idak menyatu dengan lingkungan sekitar karena bangunan sekitar berorientasi ke jalan utama •

angunan berorientasi langsung ke jalan utama •

ebih efisien dalam penggunaan lahan

uang-ruang utama langsung menghadap matahari pagi dan sore

Tabel IV.2.4.1 Alternatif posisi massa bangunan terhadap matahari

Dari analisa diatas, alternatif 1 memiliki orientasi bangunan yang lebih baik terhadap jalur matahari. Ruang-ruang utama seperti kamar tidur hotel tidak langsung mengenai radiasi matahari sehingga memungkinkan temperatur udara didalam ruangan tetap rendah (tidak bertambah).

(18)

Gambar IV.2.5.1 Sumber angin ke dalam tapak

Angin berpotensi datang dari segala sisi menuju tapak karena jarak antar bangunan lain yang cukup jauh dengan tapak sehingga memungkin angin mengalir dengan bebas tanpa terhalang oleh bangunan lain. Sumber angin terbesar datang dari sisi selatan yang dipengaruhi oleh open space didaerah tersebut. Sumber angin tersebut harus ditanggapi dalam bentuk massa bangunan sehingga udara dapat mengalir dan tidak terhampat karena peletakan massa bangunan yang salah.

Gambar IV.2.5.2 Alternatif 1 Bentuk massa bangunan dan respon angin

Alternatif 1, bentuk massa yang berorientasi ke arah jalan utama dikembangkan agar lebih respon dalam mengoptimalkan pengahawaan alami dan lebih efisien dalam pemakaian lahan. Pertimbangan bentuk massa

(19)

bangunan mengikutin bentuk tapak. Angin dapat mengalir ke seleruh sisi bangunan sehingga ruang-ruang didalam bangunan berpotensi untuk menerima angin secara baik. Kekurangannya, massa bangunan berorientasi ke sisi barat-timur yang cenderung menerima panas matahari yang relatif tinggi.

Gambar IV.2.5.3 Alternatif 2 Bentuk massa bangunan dan respon angin

Alternatif 2, massa bangunan berorientasi menghindari arah barat-timur sehingga unit kamar berpotensi terhindar dari panas matahari. Kemudian massa mengalami pengembangan bentuk agar lebih efisien dalam penggunaan lahan. Kekurangannya, udara tidak mengalir secara baik. Ada bagian ruang yang tidak teraliri angin sehingga ruang-ruang kamar hotel tidak mendapat supply angin yang cukup.

Dari 2 alternatif diatas, massa bangunan alternatif 1 memiliki pengaliran angin yang lebih baik sehingga seluruh sisi bangunan mendapatkan udara. Kekurangannya dapat diatasi dengan penggunaan sirip vertikal dan vegetasi untuk menghalau sinar matahari masuk secara belebih kedalam kamar tidur.

IV.2.6 Analisa Pencapaian dan Sirkulasi di dalam tapak

Ada 3 kriteria pencapaian dalam tapak berdasarkan kegiatan dan pelakunya, antara lain :

(20)

1. Pencapaian tamu hotel (pejalan kaki) :

• Pintu masuk khusus pejalan

kaki

• Letaknya harus jelas

2. Pencapaian tamu hotel

(berkendaraan) :

• Mudah terlihat

• Orientasi ke arah jalan utama

• Tidak mengganggu arus lalu

lintas

3. Pencapaian pengelola/ servis :

• Pintu masuk bersifat khusus • Terlindung dari aktifitas tamu

Pertimbangan penentuan pencapaian dan sirkulasi ke dalam tapak akan lebih baik jika setiap kegiatan tidak saling mengganggu agar tercipta sirkulasi yang nyaman, aman dan mudah.

Gambar IV.2.6.1 Pencapaian ke dalam tapak Alternatif 1

Alternatif 1, dasar pertimbangan meletakkan pintu masuk di daerah tersebut adalah mudah dilihat, mudah dalam pencapaianya dan berorientasi ke arah jalan utama. Hanya ada 1 jalan masuk ke dalam tapak. Kekurangannya, pejalan kaki, tamu berkendaraan dan pengelola/servis

(21)

mempunyai 1 pintu masuk sehingga mengurangi kenyamanan dalam pencapaian menuju tapak.

Gambar IV.2.6.2 Pencapaian ke dalam tapak Alternatif 2

Alternatif 2, terdapat 3 pintu masuk yang berbeda fungsinya seperti untuk pejalan kaki, kendaraan bermotor dan service. Kelebihannya masing-masing pengguna mendapatkan kenyamanan karena tidak terganggu dengan aktifitas lainnya. Dasar pertimbangan peletakkannya, jalur kendaraan bermotor diletakkan di tempat yang mudah dilihat dan mudah dalam pencapaiannya dari jalan utama sehingga tidak menambah kemacetan didepannya. Pintu masuk pengelola/ service diletakkan setelah pintu masuk tamu berkendaraan bermotor dengan maksud untuk menghindari tamu yang salah masuk pintu. Pintu masuk pejalan kaki diletakkan disisi barat karena didaerah tersebut aktifitas sirkulasinya cenderung pejalan kaki.

Alternatif 2 dipilih karena setiap pelaku dalam hotel ini memiliki pintu masuknya masing-masing sehingga aspek kenyamanan, kemudahan dan keamanan dapat tercapai.

(22)

Gambar IV.2.6.3 Pengembangan terhadap analisa sirkulasi didalam tapak IV.2.7 Analisa Orientasi Bangunan

Analisis orientasi bangunan diperlukan untuk menentukan arah dan bentuk fasade bangunan agar mudah terihat oleh tamu yang juga menjadi tuntutan bangunan komersial yang baik. Selain itu, analisis ini juga membantu dalam merancangan bentuk bangunan yang sesuai dengan tapak dan memiliki keunikan tersendiri.

Beberapa faktor pertimbangan dalam menentukan orientasi bangunan adalah:

• Potensi lingkungan, seperti

pemandangan yang menarik atau istimewa

• Respon terhadap iklim

• Interaksi kegiatan didalam dan

(23)

Gambar IV.2.7.1 View sekitar tapak

(24)

Alternatif Kelebihan Kekurangan Massa bangunan berorientasi langsung mengarah ke jalan utama sehingga membuat bangunan mudah terlihat dari jalan utama

Mendapat radiasi matahari dengan jumlah yang tinggi

Ruang-ruang utama seperti kamar hotel tidak langsung mendapatkan radiasi matahari sehingga temperatur ruangan rendah. Bentuk massa tidak efisien terhadap bentuk tapak.

Tabel IV.2.7.1 Analisa orientasi massa bangunan

Alternatif 1 dipilih karena orientasi menuju jalan utama menjadi aspek penting agar bangunan mudah dilihat. Dalam perancangan hotel yang merupakan bangunan komersil, harus dapat menarik perhatian tamu yang datang sehingga dalam hal ini diperlukan orientasi ke arah jalan utama menuju kawasan tapak. Orientasi bangunanan tersebut dibantu dengan pengolahan fasade bangunan yang menarik sehingga menambah minat tamu untuk melihatnya.

Pintu masuk utama hotel dan lobby berorientasi ke jalan utama agar mempermudah sirkulasi kendaraan yang masuk ke dalam tapak. Unit kamar

(25)

hotel dan kolam renang menghadap bangunan warga sebagai tanda bangunan tersebut berintegrasi dengan kawasan sekitarnya.

IV.2.8 Analisa penataan ruang luar

Penataan ruang luar pada tapak bertujuan untuk menciptakan suasana yang mendukung keberadaan bangunan. Antara ruang luar dan bangunan itu sendiri, keberadaannya saling melengkapi dan terkait satu sama lain. Dalam penataan ruang luar, elemen-elemen yang ditata adalah sebagai berikut :

• Sirkulasi Kendaraan

Sirkulasi kendaraan menjadi salah satu elemen penting dalam penataan ruang luar bangunan. Penataan sirkulasi kendaraan yang baik adalah yang memudahkan para pengendara mobil untuk tahu kemana harus parkir dan kemana harus keluar dari tapak.

• Taman/ Ruang terbuka hijau

Ruang terbuka hijau dibutuhkan untuk membantu menurunkan suhu di dalam tapak serta memberikan rasa nyaman bagi pejalan kaki. Dalam perancangan City hotel ini, ruang terbuka hijau dapat diletakkan disisi timur untuk mengurangi radiasi matahari sore.

• Plaza

Plaza berfungsi sebagai ruang perantara antara ruang luar dan ruang dalam bangunan. Plaza juga berfungsi sebagai tempat sirkulasi pejalan kaki, area komunal serta menambah estetika luar bangunan. Plaza tersebut akan diletakkan disisi sebalah timur berdekatan dengan ruang terbuka hijau agar memberi kesan nyaman dan teduh bagi pejalan kaki.

(26)

• Pedestrian

Pedestrian merupakan tempat untuk sirkulasi pejalan kaki serta sebagai pemisah antara sirkulasi pejalan kaki dan sirkulasi kendaraan bermotor sehingga memberikan rasa aman dan nyaman.

Gambar IV.2.8.2 Zoning penataan ruang luar

IV.2.9 Analisa zoning tapak

(27)

• Zona Area servis dan parkir servis diletakkan disisi belakang agar aktivitasnya tidak mengganggu tamu hotel.

• Lobby utama diletakkan disisi depan berdekatan dengan pintu masuk utama tamu hotel.

• Plaza memiliki orientasi ke sisi barat dimana sirkulasi pejalan kaki lebih dominan.

Gambar IV.2.9.2 Alternatif 2 zoning tapak

• Lobby utama berada disamping dari massa bangunan agar daerah drop off sejalan dengan sirkulasi kendaraan.

• Zona Area servis dan parkir servis diletakkan disisi belakang agar aktivitasnya tidak mengganggu tamu hotel.

Alternatif 1 dipilih karena daerah lobby utama diletakkan didepan dari massa bangunan dengan tujuan agar pintu masuk utama hotel (lobby) dapat terlihat dengan mudah dari pintu masuk utama kendaraan. Basement diletakkan berjauhan dengan pintu masuk utama kendaraan agar tidak terjadi kemacetan saat mobil – mobil pengunjung hotel masuk ke area tapak.

IV.3 Analisa Aspek Bangunan IV.3.1 Kebutuhan parkir

(28)

Standar kebutuhan parkir

Kebutuhan Standar /kamar Koefisien Total

Tamu Hotel 1 : 5 311 kamar 62

Ballroom 1 : 4 500 orang 125

TOTAL 187

Tabel IV.3.1.1 Standar kebutuhan parkir Sumber : Sistem bangunan tinggi (2005)

IV.3.2 Analisa massa bangunan terhadap tapak Bentuk-bentuk dasar bangunan:

Bentuk Kelebihan Kekurangan

Lingkaran • Bentuk

dinamis

• Dapat

mengalirkan angin

• Mempunyai

pusat (focal point)

• Tidak efisien

dalam meletakkan ruang

• Tidak sesuai

dengan bentuk tapak

Persegi • Efisien

dalam perancangan layout ruang dalam

• Bentuk

dapat dikembangkan lebih mudah

• Efisien

dalam memakai ruang didalam tapak

• Bentuk kurang

dinamis •

bangunan hanya 2 arah

Segitiga • Sesuai

dengan bentuk tapak

• Nilai

estetika yang baik

• Pengembangan

bentuk

• Tidak efisien

dalam perancangan layout ruang dalam Tabel IV.3.2.1 Bentuk dasar bangunan

(29)

Dari analisa kekurangan dan kelebihan bentuk-bentuk dasar bangunan maka bentuk persegi dipilih karena cocok dengan fungsi hotel yang membuntuhkan perancangan layout ruang dalam yang efisien sehingga sanggup menampung banyak kamar. Bentuk persegi juga efisien ruang dalam penempatannya didalam tapak, mengingat bentuk tapak yang semakin menyempit ke arah selatan.

Gambar IV.3.2.1 Proses pengembangan massa bangunan

Agar cahaya matahari masuk secara optimal ke setiap bagian bangunan maka bentuk persegi dibagi menjadi 2 sehingga terdapat ruang void diantara kedua massa yang memungkinkan cahaya matahari untuk masuk kedalamnya.

Gambar IV.3.2.2 Proses pengembangan massa bangunan

1 dari 2 massa bangunan tersebut diputar menyesuaikan bentuk tapak agar efisien dalam memakai ruang didalam tapak serta memunculkan kekhasan bangunan tersebut. Dalam massa bangunan ini dibagi menjadi 2 zona yaitu zona publik dan zona privat. Zona publik berada di lantai bawah

(30)

seperti lobby, fasilitas olahraga, café, ruang pertemuan,dll. Sedangkan zona privat berada dilantai atas seperti kamar tidur hotel. Oleh karena itu dibuat massa bangunan yang berfungsi untuk kamar hotel tersebut. Massa bangunan tersebut memanjang keatas dan berorientasi ke arah jalan utama.

IV.3.3 Analisa Sirkulasi dalam bangunan Sirkulasi Horisontal

Jenis Sirkulasi Kelebihan Kekurangan

Singel Loaded • Dapat

memaksimalkan pencahayaan dan penghawaan alami • Kurang efisien dalam penggunaan lahan • Debu mudah masuk

Double Loaded • Memuat banyak unit sehingga efisien dalam penggunaa lahan. • Mudah dalam pencapaian antar ruang. • Koridor membutuhkan penghawaan dan pencahayaan buatan.

Tabel IV.3.3.1 Perbandingan jenis sirkulasi horisontal

Dalam perancangan City hotel ini, sistem sirkulasi singel loaded terasa lebih efektif untuk mengurangi jumlah pemakaian listrik karena penghawaan dan pencahayaan alami dapat dimanfaatkan. Namun, singel loaded memiliki kekurangan yaitu mudah masuk debu. Hal ini menjadi pertimbangan karena koridor kamar hotel harus bersih dan rapi. Oleh sebab itu, sirkulasi double loaded terasa lebih cocok untuk koridor kamar hotel. Pencahayaan dan penghawaan dapat diatasi dengan sistem alami sehingga penggunaan energi listrik dapat dikurangi. Sirkulasi double loaded ini akan

(31)

dikombinasikan dengan sistem linear bertekuk. Tujuannya agar sirkulasi koridor tidak monoton

Gambar IV.3.3.1 Sistem singel loaded dan linear bertekuk

Sirkulasi Vertikal

Pada perancangan City hotel ini terdapat 3 jenis sirkulasi vertikal didalam bangunan yaitu dengan menggunakan lift, eskalator dan tangga. • Lift

Menurut buku Sistem Bangunan Tinggi, kriteria lift untuk bangunan hotel adalah sebagai berikut:

o Setiap 100 kamar perlu 1 lift barang o Untuk 75 kamar dilayani oleh 1 lift tamu o Kapasitas lift maksimal 16 orang

o Perhitungan jumlah lift

180 kamar / 2 zona (massa A dan B) = 90 kamar 90 kamar / 75 = 1.2 ~ 2 unit lift tamu

2 lift tamu x 2 zona = 4 lift tamu (total) 180 kamar / 100 = 1.8 ~ 2 unit lift barang • Eskalator

Digunakan pada area lantai bawah seperti lantai 1 dan lantai 2. • Tangga

Berfungsi sebagai tangga darurat yang diletakkan di setiap lantai.

IV.3.4 Analisa Penghawaan alami dalam bangunan

Salah satu konsep perancangan City hotel ini adalah menggunakan penghawaan alami. Penghawaan alami pada perancangan ini di fokuskan ke

(32)

ruang-ruang publik seperti lobby, café, fasilitas olahraga, koridor, dan area servis. Sumber datangnya angin menjadi sangat penting untuk diperhatikan agar udara dapat mengalir masuk kedalam ruang-ruang dibangunan ini.

Gambar IV.3.4.1 Bentuk massa tanggap akan sumber datangnya angin

Menurut buku Bangunan tropis (1999, p 104), kecepatan angin dapat ditingkatkan apabila lobang masuk udara lebih kecil dibandingkan lobang keluarnya. Pada massa bangunan City hotel ini, jarak antara 2 massa bangunan dianggap sebagai lobang masuk angin. Lobang tersebut diarahkan ke arah sumber datangnya angin paling besar sehingga memungkinkan sirkulasi udara dapat masuk ke dalam ruang-ruang pada bangunan ini.

Gambar IV.3.4.2 Perbedaan tinggi massa untuk mengaliri angin

Salah satu pertimbangan membedakan tinggi bangunan antara massa A dan massa B yaitu supaya angin dapat mengalir secara baik dan tidak terhambat karena adanya tinggi bangunan yang sama.

(33)

Gambar IV.3.4.3 Mengaliri angin untuk masuk kedalam koridor kamar hotel

Sistem sirkulasi manusia pada koridor kamar hotel ini adalah doubel loaded. Hal ini menjadi penting untuk diperhatikan karena sistem doubel loaded pada koridor akan mengakibatkan panas dan pengap jika tidak menggunakan penghawaan buatan/ AC.

Gambar IV.3.4.4 Wind Catcher untuk menangkap angin lebih banyak

Agar dapat memaksimalkan dalam penangkapan angin maka diperlukan elemen wind catcher yang dapat diletakkan pada fasade bangunan dan berdekatan dengan lubang-lubang sirkulasi.

(34)

Gambar IV.3.4.5 Angin mengalir melewati koridor kamar hotel dengan sistem ventilasi silang

IV.3.5 Analisa Pencahayaan alami dalam bangunan

Konsep lainnya dalam perancangan City hotel ini adalah dengan pengoptimalan pencahayaan alami masuk ke setiap ruang-ruang dalam bangunan. Bangunan berpotensi besar mendapatkan sinar matahari yang cukup sepanjang hari karena tidak ada bangunan tinggi disekitar tapak yang akan menyebabkan pembayangan.

Gambar IV.3.5.1 Kondisi bangunan terhadap jalur matahari

Pada pagi hari (jam 6-12 siang), sisi timur lebih banyak mendapatkan sinar matahari, area tengah dan sisi barat terjadi pembayangan. Mulai jam 12-5 sore, area tengah dan sisi barat mendapat pencahayaan optimal sedangkan sisi timur mengalami pembayangan.

Koridor kamar hotel yang bersifat double loaded mengakibatkan ruang akan gelap tanpa menggunakan pencahayaan buatan/ lampu listrik.

(35)

Pemanfaatan sinar matahari untuk masuk kedalam koridor dapat dilakukan untuk mengurangi pemakaian listik pada lampu-lampu mengingat bangunan hampir sepanjang hari terkena sinar matahari secara bergantian.

(36)

Gambar IV.3.5.3 Pencahayaan alami masuk kedalam koridor kamar hotel pada tower B

Dari analisa diatas, terlihat bahwa pencahayaan dari luar dapat menerangi sebagian ruang koridor hotel. Pencahayaan tersebut berasal dari cahaya matahari langsung dan cahaya langit. Cahaya matahari memiliki intensitas yang lebih tinggi dibandingkan cahaya langit. Ini mengakibatkan ada bagian yang terang dan kurang terang. Bagian koridor yang tidak terkena cahaya dari luar dapat menggunakan lampu listrik dengan daya yang kecil untuk sumber penerangan.

(37)

Untuk ruang-ruang publik seperti lobby, fasilitas olahraga, ruang spa, resto/ café, dan ruang-ruang yang berada dilantai bawah, pemanfaatan sinar matahari dapat dilakukan dengan teori pemantulan cahaya matahari masuk kedalam ruangan. Pemantulan tersebut dapat melalui sirip horisontal, lantai didekat ruangan, dan langit-langit ruangan.

Gambar IV.3.5.4 Beberapa jenis teori pemantulan cahaya yang dapat diterapkan pada ruang-ruang publik

IV.3.6 Analisa pelindung radiasi matahari

Pelindung radiasi matahari berfungsi untuk mengurangi intensitas radiasi matahari yang masuk ke dalam kamar hotel sehingga dapat mengurangi energi yang dibutuhkan untuk penghawaan buatan/ AC. Pada perancangan City hotel ini, matahari akan terasa paling panas pada zona kamar hotel yang secara langsung menghadap arah timur-barat. Oleh karena itu perlu elemen pelindung berupa sirip horisontal/vertikal yang diletakkan pada fasade bangunan. Sebelum mengetahui jenis dan tipe sirip yang akan digunakan pada fasade bangunan, diperlukan analisa jalur matahari terhadap bangunan selama 1 tahun untuk mengetahui sisi-sisi mana saja yang paling kritis mendapat radiasi matahari dalam jumlah yang lebih. Analisa tersebut antara lain :

(38)

Bulan Pukul 09:00 12:00 Januari Februari Maret April Mei Juni

(39)

Juli Agustus Septermber Oktober November Desember

(40)

Bulan Pukul 15:00 17:00 Januari Februari Maret April Mei Juni

(41)

Juli Agustus Septermber Oktober November Desember

(42)

Kesimpulan analisa:

• Jalur matahari dalam 1 tahun terdapat 2 bagian kondisi dimana pada bulan 1-6 matahari bergerak ke arah utara dan bulan 7-12 matahari bergerak kearah selatan atau bisa dikatakan berlawanan arah.

• Jenis pelindung matahari yang dapat berhasil bekerja secara optimal di bulan 1-6 maka dapat dipastikan akan berhasil juga di bulan 7-12 karena matahari kembali bergerak ke arah sebelumnya.

• Pada pagi hari, massa sebelah timur lebih banyak mendapatkan radiasi matahari dan massa sebelah barat mengalami pembayangan, sedangkan pada sore hari kondisi menjadi sebaliknya. Hal ini menjadi baik karena massa akan mendapatkan pembayangan secara bergantian sehingga mengurangi penyerapan panas melalui dinding-dinding eksterior kamar hotel.

Gambar IV.3.6.1 Bentuk sirip vertikal dan horisontal pada tampak

Pada kedua massa (A dan B), tampak yang menghadap barat menggunakan sirip vertikal karena dapat mengurangi cahaya matahari

(43)

dengan posisi sudut rendah dan miring sedangkan pada bagian timur cukup dengan menggunakan sirip horisontal.

Untuk menganalisa fungsi pelindung matahari tersebut maka diambil percoba melalui ruang yang dianggap secara langsung menerima radiasi matahari dalam jumlah yang besar. Ruang yang diambil sebagai percobaan adalah kamar tidur hotel. Waktu yang diambil untuk proses analisa adalah bulan-bulan yang dianggap mendapat radiasi matahari dalam jumlah yang besar. Hasil analisa tersebut antara lain :

Analisa pada sisi timur massa A (A1)

Analisa Pukul Keterangan

06:00 Matahari berada 90° dengan bangunan sehingga sulit untuk menghalau sinarnya. Matahari pukul 6 pagi tidak akan menyebabkan ruangan menjadi panas

09:00 Radiasi yang masuk mulai berkurang.

12:00- 17:00

Pada pukul 12-5 sore, matahari pada sisi timur sudah tidak berhadapan dengan tampak sehingga pada sisi ini akan terjadi pembayangan.

Tabel IV.3.6.3 Analisa pada sisi timur massa A (A1)

(44)

Analisa Pukul Keterangan

06:00-09:00

Pada pukul 6-9 pagi, sisi ini mengalami pembayangan dan belum terkena radiasi matahari

12:00 Pukul 12, radiasi matahari sudah mulai mengenai bagian fasade tetapi hanya sebagian kecil.

15:00 Radiasi matahari mulai masuk kedalam ruangan. Sirip horisontal bekerja menghalangi sinar agar tidak masuk terlalu banyak.

17:00 Titik terpanas dan terbanyak radiasi matahari masuk kedalam ruangan. Secara keseluruhan bentuk sirip berfungsi secara optimal untuk mengurangi radiasi yang masuk.

(45)

Analisa pada sisi timur massa B (B1)

Analisa Pukul Keterangan

06:00 Pukul 6 pagi, daerah ini mendapatkan

pembayangan dari massa A sehingga radiasi tidak masuk kedalam kamar hotel

09:00 Pukul 9 pagi merupakan titik terpanas dan terbanyak radiasi masuk kedalam ruangan. Kondisi tersebut berlangsung sampai pukul 11.

12:00 – 17:00

Pada siang hari, daerah ini kembali mendapatkan bayangan karena posisi matahari yang ada di belakang.

Tabel IV.3.6.5 Analisa pada sisi timur massa B (B1)

Analisa pada sisi barat massa B (B2)

Analisa Pukul Keterangan

06:00 – 12:00

Pagi-siang hari daerah ini mengalami pembayangan sehingga tidak terkena radiasi matahari

(46)

15:00 Mulai pukul 1-3 siang, daerah ini sudah terkena radiasi matahari. Sedikit radiasi yang masuk karena terhalang oleh sirip vertikal.

17:00 Sampai akhir jalur matahari, hanya sedikit radiasi yang masuk kedalam ruangan.

Tabel IV.3.6.6 Analisa pada sisi barat massa B (B2)

Dari analisa tersebut, maka diambil kesimpulan bahwa massa bangunan yang berorientasi berhadapan langsung dengan matahari dapat dikurangi tingkat radiasi matahari yang masuk ke dalam ruangan. Terlihat bahwa sirip vertikal dan horisontal bekerja secara baik dalam mengurangi dan menghalau radiasi matahari yang masuk kedalam ruangan.

IV.3.7 Analisa Zoning dalam bangunan Zoning Vertikal

Alternatif zoning Kelebihan Kekurangan

o Area servis berada disamping sehingga tidak mengganggu kegiatan area privat o Membutuhkan area tambahan o Membiarkan ruang utama menghadap sisi barat-timur o Area servis terpusat ditengah sehingga mudah o Bentuk fasade akan terganggu karena adanya

(47)

dalam

pencapaiannya.

ruang sevis ditengah

Privat Publik Servis

Tabel IV.3.7.1 Alternatif zoning vertikal

Berdasarkan penentuan zoning vertikal yang dikaitkan dengan fungsi dan kegiatan yang ada didalamnya maka dipilih alternatif 2. Beberapa pertimbangannya antara lain :

o Meletakkan area servis

ditengah agar mudah dalam pencapaiannya dari sisi kiri dan kanan.

o Meletakkan ruang servis di

sisi barat / timur.

o Menghemat pemakaian ruang.

Zoning Horisontal

(48)

Lobby utama / Main entrence diletakkan didepan dari massa bangunan yang bertujuan untuk memudahkan pencapaian dan menjadi pusat kegiatan dari ruang-ruang didalamnya. Area servis diletakkan dibelakang dari massa bangunan agar dapat melayani kegiatan penginapan dan kegiatan yang berada di Ballroom (seperti menyiapkan makanan untuk kegiatan Ballroom). Café berada berdekatan dengan area kolam renang agar pengunjung dapat menyantap makanan dan menikmati suasana disekitar hotel.

Gambar

Gambar IV.1.1.3 Skema kegiatan pengelola hotel
Gambar IV.1.3.1 Skema hubungan antar ruang hotel  Sumber : Hotel Design: Planning and development
Gambar IV.2.1.2 Keadaan sekitar tapak
Tabel IV.2.3.1 Tabel Potensi sekitar tapak
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan pemaparan landasan teori diatas, bahwa supervise yang dilakukan oleh kepala sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan mutu mengajar guru yaitu dengan

a) Untuk memperoleh contoh batuan hasil pengeboran yang baik, lakukan sirkulasi lumpur pengeboran terhadap lubang bor pada kedalaman tertentu (tiap 1 m pertambahan kedalaman)

Persiapan Penyusunan Rentra-SKPD Musrenbang RPJMD Rancangan Akhir RPJMD Perda RPJMD Rancangan RPJMD Pengolahan data dan informasi Perumusan sasaran Perumusan Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemahaman wajib pajak, kualitas pelayanan perpajakan, sanksi perpajakan dan kondisi lingkungan terhadap

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan limpahan kasih karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

Panitia Pengarah (Steering Committee) adalah perangkat PPM yang dibentuk oleh lembaga eksekutif mahasiswa baik tingkat universitas maupun tingkat jurusan/program studi yang

Yang termasuk dalam surat masuk Pemda DIY adalah surat-surat yang ditujukan kepada Gubernur, Wakil Gubernur, Sekda dan Asisten Sekda Pemerintah Daerah Daerah Istimewa

Caranya dengan membagi domain aliran kedalam elemen-elemen kecil (segitiga, polygon 2D, tetrahedral, quadrilateral) yang disebut cell. Gabungan dari cell-cell tersebut