PEMBELAJARAN BERBASIS KONSEP
Pendekatan konstruktivisme
Harsono
Pusat Pengembangan Pendidikan
Universitas Gadjah Mada
Permulaan pembelajaran harus dimulai dengan memperhatikan hal-hal yang sebenarnya (faktual)
Obyek pembelajaran harus bersifat nyata, sesuatu yang bermanfaat, memungkinkan untuk membuat kesan terhadap indera
Pembelajaran memanfaatkan panca-indera: tampak dengan mata, terdengar dengan telinga, teraba dengan sentuhan, tercium dengan hidung, tercicip dengan lidah
Pertama kali adalah adanya fenomena fisik (barang atau bahan) kemudian penjelasan senyatanya atas barang / bahan tadi
Masalah pendekatan:
Pertama:
A. Pendekatan kontekstual (“hilir”)
B. Pendekatan konseptual (“hulu”)
Kedua:
Apakah antara A dan B merupakan satu rangkaian kesatuan (continuum), sehingga tidak perlu dipertentangkan?
Bila ya, strategi pembelajarannya bagaimana?
Masalah pendekatan
KONSEP KONTEKSTEACHER-CENTERED LEARNING
BEHAVIORISM ( PEDAGOGY) CONSTRUCTIVISM (ANDRAGOGY)STUDENT-CENTERED LEARNING
P e m b e l a j a r a nMasalah pendekatan
Content Context Construction Concept CompetenceKonsep
Konsep bersifat abstrak, tanpa batas waktu,
universal, dan luas, serta dapat diperlihatkan
dengan berbagai contoh
Konsep diungkapkan dalam satu atau dua kata
benda yang menggambarkan sifat-sifat umum
Contoh: konflik, perubahan, perspektif
Konsep dapat disalahartikan dengan topik
Misalnya revolusi Indonesia (topik studi sosial) dan revolusi (konsep dengan berbagai content areas)
Konsep
Konsep memberi peluang untuk terjadinya
kurikulum terpadu
Contoh:
Budaya dapat digunakan untuk mengintegrasikan kesenian, bahasa dan studi sosial (geografi)
Fisika dapat digunakan untuk mengintegrasikan ilmu kedokteran, ilmu hukum, ilmu farmasi dan ilmu budaya
Langkah-langkah strategis
1.
Eksplorasi konsep yang dimiliki / dikuasai
mahasiswa
2.
Pengasahan dan pengelompokan konsep
3.
Pengembangan
ketrampilan
analisis
dan
penalaran
4.
Pengembangan
ketrampilan
pemecahan
masalah
1. Eksplorasi konsep yang dimiliki
mahasiswa: latar belakang
Para mahasiswa telah memiliki “kerangka konsep” atau
prior knowledge yang diperoleh semasa belajar di
SD,SMP, dan SMA
Kerangka konsep tadi mungkin tidak sesuai dengan apa yang dimiliki pakar / dosen
Kerangka konsep tadi tidak selamanya mudah untuk “dibongkar”, untuk kemudian direkonstruksi
Kerangka konsep masing-masing individu bersifat unik; hal ini dapat mempengaruhi pembelajaran mereka
1.Eksplorasi konsep yang dimiliki
mahasiswa: constructivism
Pengetahuan itu dibangun dan dikembangkan,
bukan ditransmisikan
Pengetahuan yang dimiliki para mahasiswa (prior
knowledge) berpengaruh terhadap pembelajaran
Pemahaman awal bersifat lokal, bukan global
Membangun
pengetahuan
yang
bermanfaat
memerlukan usaha keras yang dipandu oleh
tujuan pembelajaran yang jelas
Constructivism: penjelasan
Para
mahasiswa
sudah
memiliki
perspektif
pengetahuan yang cukup luas, terbentuk dari
pembelajaran dan pengalaman bertahun-tahun
Dengan perjalan waktu, mereka menyaring dan
memilah seluruh pengalaman yang berdampak
pada
kemampuan
menginterpretasi
hasil
observasi mereka
Constructivism: penjelasan
Para mahasiswa secara emosional lekat dengan
pandangan / perspektifnya dan sifat ini tidak
mudah “dipatahkan”
Menantang,
merevisi,
dan
merestrukturisasi
perspektif mereka memerlukan upaya yang kuat
dan konsisten
Dengan demikian dosen dan para mahasiswa
Constructivism: penjelasan
Makin banyak kerangka konsep diketahui maka keterbatasan konsep mahasiswa makin mudah terlihat, dan akhirnya mahasiswa mudah didorong untuk memikir dan memformulasikan kerangka konsep baru mereka
Para mahasiswa harus menyadari keterbatasan konsep mereka, harus diajak dalam proses pembelajaran
Para mahasiswa akan tertarik dan senang mencari pengalaman baru atau tambahan, dengan demikian akan memodifikasi kerangka konsep mereka secara efektif
1.Eksplorasi konsep yang dimiliki
mahasiswa: moda instruksional
Memprediksi
dan
memperlihatkan
hasil
(eksperimen)
Menjelaskan
(menggambarkan,
menguraikan,
mendiskusikan)
Mengkomunikasikan
proses
pembelajaran
(setiap individu mempunyai perspektif yang unik,
ingin berpartisipasi aktif dalam kelompoknya)
1. Eksplorasi konsep yang dimiliki
mahasiswa: praktik di dalam kelas
Mahasiswa diberi kebebasan untuk menggunakan caranya dalam hal menjawab pertanyaan
Mahasiswa diberitahu bahwa mereka tidak harus mencari “jawaban yang benar”; jawaban mahasiswa adalah “apa yang diyakininya benar”
Mahasiswa belajar dalam kelompok kecil: tiap individu bertindak sebagai “guru” terhadap lainnya
Mahasiswa dapat berkomunikasi secara lebih bebas
Mahasiswa menyadari akan lebarnya perspektif mereka,
Kelompok kecil mengintegrasikan bahasa dengan ilmu dan pengalaman
2. Pengasahan dan pengelompokan
konsep
Pengetahuan operasional dan prosedural
(definisi
energi
kinetik,
menggambar
diagram , menemukan kekuatan normal)
Pengetahuan
tentang
status
masalah
(mencirikan situasi atau masalah)
Pengetahuan
konseptual
(
kekuatan,
2. Pengasahan dan pengelompokan
konsep: pengetahuan pakar
Pengetahuan operasional dan prosedural
Pengetahuan konseptual (kaya, hierarki, tatanan)
Pengetahuan tentang status masalah
Hubungan antara elemen dan kelompok pengetahuan
Hubungan yang kuat berdasarkan konsep
2. Pengasahan dan pengelompokan
konsep: pengetahuan pemula
Pengetahuan operasional dan prosedural Pengetahuan konseptual (belum kaya) Pengetahuan tentang status masalah (sangat sedikit)
Tidak ada hubungan atau hubungan yang lemah
Hubungan satu arah: lemah dan sering kali tidak tepat
Hubungan yang relatif kuat,
terbentuk dengan praktik / latihan
2. Pengasahan dan pengelompokan
konsep: moda instruksional
Menggunakan berbagai macam cara (bahasa,
verbal, simbolik, pengalaman, gambar, fisik,
grafik
Mengeksplorasi konteks yang diperluas (lebih
rinci, lebih dalam, lebih luas)
Menggunakan
teknik
perbandingan
dan
perbedaan
Menjelaskan
(menguraikan,
mendiskusikan,
2. Pengasahan dan pengelompokan
konsep: praktik di kelas
Untuk satu konsep digunakan berbagai cara yang berbeda guna mengeksplorasi / mengupas / memahaminya
Kesamaan antara contoh dengan sesuatu yang diingat
oleh mahasiswa hanya terdapat di dalam gambaran / situasi yang relevan dengan pengetahuan yang sedang dipelajari (mana yang mirip dan mana yang tidak mirip)
Ajukan pertanyaan yang menyelidiki batas-batas pengetahuan mahasiswa (kemiripan, kesamaan, perubahan)
3. Pengembangan ketrampilan
analisis dan penalaran
Para pemula tidak mengerti / menyadari pentingnya analisis konseptual sebagai bagian dari pemecahan masalah
Para pemula dapat terjebak di dalam cognitive overload
Pendekatan pemecahan masalah didorong oleh belajar hapalan, mengingat-ingat, dan kemudian “dimuntahkan kembali”
Mahasiswa harus disadarkan akan kebiasaan belajarnya
Mahasiswa harus belajar bagaimana caranya menggunakan konsep untuk menganalisis situasi dan penalarannnya tentang hal tersebut
3. Pengembangan ketrampilan analisis
dan penalaran: moda instruksional
Menggunakan banyak cara: hakekat penalaran
yang efektif adalah menemukan cara yang
memberi hasil paling nyata
Menggunakan perbandingan dan perbedaan
Menjelaskan:
ketrampilan
berpikir
kritis
(meringkas,
mendiskusikan,
mendengarkan
dengan penah perhatian, berdebat, mengadu
argumen)
3. Pengembangan ketrampilan analisis
dan penalaran: praktik di kelas
Menggunakan
“goal-free
activities”:
untuk
mengurangi cognitive overload dan mendorong
kemampuan refleksi dan deep thinking
Mengarahkan
perhatian
mahasiswa
kepada
gambaran situasi yang paling relevan untuk
memahaminya: mendorong penggunaan konsep
ilmiah dan prinsip menata pengetahuan
Menggunakan
situasi
yang
familiar
dan
sederhana, atau menggunakan situasi yang sama
untuk menghajukan jenis-jenis pertanyaan yang
berbeda
4. Pengembangan ketrampilan
pemecahan masalah
Kemampuan pemecahan masalah antara pakar
dan pemula jelas sangat berbeda
Diperlukan
pengetahuan
strategis
yang
menghubungkan pengetahuan tentang situasi
masalah, persamaan, tatakerja dan prosedur
dengan elemen strategis yang memandu seluruh
proses pemecahan masalah
Analisis
konseptual:
keputusan
dibuat
berdasarkan gagasan apa yang harus dicermati
dan yang mana harus diabaikan
4. Pengembangan ketrampilan
pemecahan masalah: moda instruksional
Menggunakan klasifikasi dan kategorisasi: mirip dengan perbandingan dan perbedaan (pemilihan gagasan atau masalah lebih tajam, memberi label kategori yang diperoleh)
Berbagai cara pemecahan secara umum: belajar membuat prioritas pendekatan pemecahan masalah
Perencanaan, pembenaran, strategi: belajar tentang nilai konsep dan analisis konseptual untuk pemecahan masalah
4. Pengembangan ketrampilan
pemecahan masalah: praktik di kelas
Pilihlah
masalah
yang
memerlukan
analisis konseptual untuk memecahkan
masalah
Masalah yang terbaik menggunakan situasi
yang sederhana atau familiar dan secara
relatif mudah dipecahkan dengan pendekatan
berbasis konsep
4. Pengembangan ketrampilan
pemecahan masalah: praktik di kelas
Mahasiswa diharuskan menjelaskan bagaimana
mereka akan memecahkan masalah
Aktivitas ini memperlihatkkan kepada mahasiswa (dan dosen!) apa yang seharusnya diperhatikan oleh mereka selama pemecahan masalah berlangsung, yang berdampak pada diskusi berikutnya dan memberi kesempatan kepada dosen untuk melakukan intervensi
Mahasiswa menjelaskan bagaimana mereka dapat memecahkan lebih dari satu masalah
4. Pengembangan ketrampilan
pemecahan masalah: praktik di kelas
Mahasiswa diminta memecahkan masalah yang
sama
dengan
menggunakan
beberapa
pendekatan yang berbeda
Misalnya pembuktian dalil Pythagoras dengan dua cara yang berbeda, atau masalah tertentu yang dapat dipecahkan dengan hukum Newton atau Momentum
Conservation
Dengan demikian mahasiswa belajar tentang materi baru dan melatih mahasiswa untuk membandingkan berbagai metode pemecahan masalah
5. Membangun pengetahuan di
dalam memori
Pemecahan
masalah
secara
tradisional
tidak
membantu
mahasiswa
untuk
mengembangkan ketrampilan pemecahan
masalah
(tidak
ada
stimulasi
yang
mendorong proses kognitif)
Pemecahan
masalah
secara
inovatif
5. Membangun pengetahuan di
dalam memori: kerangka kognitif
Jenis
pengetahuan
khusus
dan
struktur
pengetahuan tertentu diperlukan untuk melatih
pemecahan masalah dan pendalaman pengertian
Jenis proses kognitif khusus diperlukan untuk
penguasaan
pengetahuan
konseptual
dan
membangun
struktur
pengetahuan
yang
bermanfaat
Aktivitas harus dirancang untuk mendorong
5. Membangun pengetahuan di
dalam memori: moda instruksional
Membuat referensi ke depan dan ke belakang
Konsep memerlukan waktu yang lama untuk dapat diformulasikan
Referensi ke depan menyiapkan mahasiswa untuk memahami materi baru
Referensi ke belakang menyadarkan mahasiswa terhadap hubungan pengetahuan yang bersifat jalin-menjalin / saling terkait dan bukannya bersifat linear atau kronologis
Mahasiswa dapat membangun banyak jalan untuk sampai pada gagasan yang sama
Mahasiswa memperoleh kemudahan untuk berdiskusi, menganalisis, penalaran, dan pemecahan masalah
5. Membangun pengetahuan di
dalam memori: moda instruksional
Menggunakan klasifikasi dan kategorisasi
Dengan klasifikasi dan kategorisasi maka mahasiswa dapat memilah-milah masalah
Mahasiswa dapat melakukan diskusi yang bermanfaat tentang kemungkinan sistem organisasi lainnya
Refleksi (evaluasi, integrasi, peluasan perspektif,
generalisasi)
Dapatkan mahasiswa menghubungan gagasan dengan kejadian di dunia nyata?
Prinsip apa saja yang dapat ditarik dari pengelaman pembelajaran ini
5. Membangun pengetahuan di
dalam memori: moda instruksional
Mengomunikasikan proses pembelajaran
Belajar apa pun maka mahasiswa harus menjadi self-invested di dalam proses pembelajaran
Mahasiswa harus lebih menyadari dirinya sendiri dan menjadi lebih termotivasi
Mahasiswa harus tahu mengapa mereka memperlajari subyek tertentu
Apakah mahasiswa tahu bagaimana cara belajar yang terbaik?
Apakah mereka tahu tentang kekuatan dan kelemahan mereka dalam pembelajaran?
Apakah mereka tahu tujuan pembelajaran yang akan mereka capai?
Apakah mereka paham tentang pengetahuan tersstruktur?
5. Membangun pengetahuan di
dalam memori: praktik di kelas
Mahasiswa
diberi
kesempatan
untuk
melakukan refleksi
Mahasiswa diberi waktu yang cukup untuk
berpikir dan berdiskusi tentang hubungan
antargagasan dan prioritisasi gagasan