• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teks Untuk Khutbah Idul Fitri 1442 H Penyusun : Buya Yahya (Pengasuh LPD Al-Bahjah) Khutbah Pertama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Teks Untuk Khutbah Idul Fitri 1442 H Penyusun : Buya Yahya (Pengasuh LPD Al-Bahjah) Khutbah Pertama"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Teks Untuk Khutbah Idul Fitri 1442 H

Penyusun :

Buya Yahya (Pengasuh LPD Al-Bahjah)

Khutbah Pertama

٩ x - ُرَب ْك

أ ُالله

َ

َّل ِإ

َهٰلِإ َل .ًلاْي ِصَأَو ًةَرْكُب ِالله َناَحْبــ ُسَو اًرْيِثَك ِ ّٰ ِل ُدْمَحْلاَو اًرــْـيِبَك ُرـــَبْكَأ ُالله

.ُه َد ْح َو َباَزــ ْح

لأْا َمَزــ َه َو ،ُه َدــْن ُج َّزــ َع

َ

أ َو ،ُه َدــْب َع َرــ َصَن َو ،ُه َدــْع َو َق َدــ َص ،ُه َدــ ْح َو ُالله

َ

. َن ْوُرــِفا

َكْلا َهِرــَك ْوــَلَو َنــْيِّدلا ُهــَل َنـــْي ِصِلْخُم ،ُهاــَّيِإ َّلِإ ُدــُبْعَن َلَو ُالله َّلِإ َهــٰلِإ َل

ْنــ َم َو ، ُالله اــَنا َد َه ْن

أ َلْوــ

َ

ل َي ِدــَتْهَنِل اــَّن

َ

ُك اــَمَو ،ا َذــَهِل اــَناَدَه ْيِذــَّلا ِ ّٰ ِل ُدــْمَح ْلا

ُالله َّل ِإ

َهــٰلِإ َل ْنَأ ُدَهــ ْشَأ .ُهــَل َيِداــَه َلاــَف ْلــِلْضُي ْنــَمَو ،ُهــَل َّلــ ِضُم َلاــَف ُالله ِهِدــْهَي

ُه ُدــْب َع ا ًدــ َّم َح ُم َّن

أ ُد َهــ ْش

َ

أ َو ، َالله َّل ِإ َشــ

َ

ْخَي ْمــَل ٍدــْبَع َةَداَهــ َش ،ُهــَل َكْيِرــ َش َل ُهَدــْحَو

.ُهاــ َف

ط ْصا َو ُالله ُهَراــَت ْخا ي ِذــ

َ

َّلا ،ُهُلْوــ ُسَرَو

،ُه

لا َو ْنــ َم َو ِهــِب ْح َصَو ِهــِلآ ىــ

َ

ٰلَعَو ٍدــَّمَحُم اَنِدِّيــ َس ىــٰلَع ْمِّلــ َسَو ِّلــَص َّمــُهَّللا

: ُدــْعَب اــ َّم

أ

َ

. َن ْو ُم ِل ْس ُم ْمُتْن

أ َو َّل ِإ َّن

َ

ُتْوُمَت َلَو ، ِهِتاَقُت َّقَح َالله اوُقَّتا ، ُساَّنلا اَهُّيَأ اَيَف

ِهــْيِف ْمــ

ُكَل ُالله َّلــَحَأ ،ٌمــْيِرَك ٌدــْيِعَو ،ٌمــْي ِظَع ٌمْوــَي ،اَذــَه ْمــُكَمْوَي َّنَأ اْوــُمَلْعاَو

ٍحْيِب ْس

َتَو ٍدْيِمْحَتَو ٍلْيِلْهَتَو ٍرْيِبْكَت ُمْوَي َوُهَف ،َماَيِّصلا ِهْيِف ْمُكْيَلَع َمَّرَحَو ،َماَعَّطلا

.ُه ْوُر ِفْغَتــ ْساَو ِهــْي

ل ِإ اْوــُبْو

َ

ُتَو ُهْوــُمِّظَعَو ْمــُكَّبَر اْوُحِّبــ َسَف ،ٍدــْي ِجْمَتَو ٍمــْي ِظْعَتَو

(2)

Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia,

Allah SWT mewajibkan kepada kita berpuasa di bulan Ramadhan agar kita sampai kepada pangkat ketakwaan yang sesungguhnya, dan takwa adalah kesuksesan seorang hamba dalam menjalin keharmonisan dengan Allah dan kepada sesama manusia. Sungguh orang yang baik kepada Allah namun tidak baik kepada sesama bukanlah orang yang bertakwa, dan begitu sebaliknya yang baik kepada sesama manusia tetapi durhaka kepada Allah bukanlah orang yang bertakwa.

Hari ini adalah hari raya Idul Fitri, hari untuk mewujudkan keindahan antara sesama, sebagai hari penyempurna dari apa yang kita lakukan di bulan Ramadhan.

Sebulan penuh di bulan Ramadhan kita berusaha untuk berdamai dengan Allah SWT dengan meningkatkan ketaatan kita dan mengurangi kemaksiatan serta memohon ampun kepada Allah siang dan malam, dan bulan itu telah berlalu, semoga Allah SWT menerima amal kita dan memberikan pahala yang berlipat ganda serta mengampuni dosa-dosa kita.

Hari ini adalah saatnya kita berdamai dengan sesama, merajut kembali persaudaraan yang terurai, mempererat kembali persahabatan yang sudah mulai renggang dengan bersilaturahmi, dengan harapan bersama bulan Ramadhan dan disambung dengan hari raya, kita bisa menjadi hamba yang telah sukses memperbaiki hubungan baik dengan Allah SWT dan sesama, itulah ketakwaan yang sesungguhnya.

Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia,

Ada di antara kita yang pada tahun-tahun yang lalu bisa berjumpa dengan sanak kerabat dan sahabat untuk bersilaturahmi. Akan tetapi, saat ini kebiasaan baik tersebut tertunda karena adanya pandemi yang sudah pasti ada hikmah besar dibalik itu semua.

(3)

Maka dari itu kita pun tidak perlu berkecil harapan dengan tidak bisa bersilaturahmi dengan jasad kita, karena ada silaturahmi yang jauh lebih penting, yaitu silaturahmi batin.

Dalam bersilaturahmi batin tersebut ada yang kita tuju dan kita cari, yaitu terjalinnya cinta kasih karena Allah SWT. Dalam menjalin cinta dan kasih, seseorang tidak harus bertemu jasad. Namun, ada banyak jalan menuju cinta bagi yang mengerti makna cinta yang sesungguhnya.

Kita bisa menemukan cinta biarpun dengan jarak yang memisahkan, atau di sela-sela kesibukan kita, bahkan di tengah-tengah kekerasan dan kebejatan sebagian umat manusia yang senantiasa menanamkan kebencian.

Kita harus sadar bahwa cinta adalah di dalam hati, bukan sekadar gebyar lahir, seperti semarak hari raya dan berbagai tradisi yang lebih menonjolkan kegiatan rutin serta basa-basi sosial. Akan tetapi, bertemunya hati dalam cinta dan kasih itulah yang akan menghadirkan gebyar hari raya dengan penuh makna.

Ada yang perlu dicermati, ketika cinta tidak kunjung terwujud di dalam kebersamaan, yaitu saat cinta tersembunyi di balik tabir kedengkian, kesombongan, dan kerakusan yang tak terkendalikan. Maka, sesemarak apapun gebyar silaturahmi dzohir yang kita adakan, jika tabir-tabir tersebut tidak kita singkap dan singkirkan, sungguh sinar cinta tidak akan kunjung memancar di hati kita.

Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia,

Silaturahmi adalah sebuah istilah yang sering kita dengar, khususnya di saat kita memasuki hari raya ‘Idul Fitri.

(4)

Akan tetapi, istilah itu akan menjadi tidak ada artinya jika hanya dilaksanakan dengan gebyar dzohir dengan saling bertemu, bercengkerama, dan bersenda gurau semata tanpa dibarengi dengan bertemunya hati.

Silaturahmi dzohir adalah sekadar upaya dan sarana untuk sampai kepada silaturahmi batin. Yang harus benar-benar disadari bahwa silaturahmi yang sesungguhnya adalah menghadirkan makna kerinduan dan saling cinta di antara sesama manusia, yang tidak cukup hanya dengan sekadar bertemunya jasad.

Silaturahmi adalah hal yang mendekatkan antara hati dengan hati, yang saling bermusuhan menjadi orang yang saling mencintai, yang saling dendam menjadi orang yang saling merelakan. Sungguh silaturahmi yang sesungguhnya akan menumbuhkan rasa cinta di antara sesama.

Rasulullah SAW bersabda:

: َمَّل َس َو ِهْي

َلَع ُالله ىَّلَص ِالله ُلْو ُسَر َلاَق :َلاَق ُهْنَع ُالله َيِض�َر َةَرْيَرُه ْيِبَأ ْنَع

ىــ ٰل َع ْمــ ُكُّل ُد

أ

َ

لَو

َ

أ ،ا ْوــُّبا َحَت ىــ َّت َح اوــُن ِمْؤُت

َ

لَو ،ا ْوــُن ِمْؤُت ىــَّت َح

َ

َةــَّنَج ْلا َنْوــُلُخ ْدَت َل ((

)ملــسم هاور( )) ! ْمــ ُكَنْيَب َم

لاــ َّسلا اوــ ُش ْف

َ

أ ؟ ْمــُتْبَبا َحَت ُه ْوــ ُمُتْلَع َف ا َذ ِإ ٍءْيــَضـ

َ

“Demi Allah kalian tidak akan masuk surga kecuali sudah beriman, dan tidak akan beriman secara sesungguhnya sehingga kalian saling mencintai, maukah kalian aku beri tahu suatu hal yang jika kalian melakukannya maka kalian akan saling mencintai? Yaitu, tebarkanlah salam di antara kalian!”(HR. Muslim)

(5)

terpenting adalah terwujudnya rasa saling mencintai seperti yang disabdakan baginda Nabi Muhammad SAW. Saling mencintai itulah yang menghantarkan kita kepada keindahan di hadapan manusia dan keridhoan di hadapan Allah SWT.

Maka dari itu, bagi yang memahami makna silaturahmi yang sesungguhnya tidak akan merasa terhalangi silaturahminya dengan adanya pandemi karena untuk membangun cinta tidak hanya seseorang bertemu jasad dengan saling mengunjungi. Akan tetapi, kita bisa menjalin silaturahmi dan merajut cinta dengan bermacam-macam cara, seperti mengirim hadiah, mengucapkan selamat hari raya melalui telepon dan media-media sosial yang lainnya, disertai panjatan doa kebaikan dengan penuh kekhusyu’an dan ketulusan, khususnya untuk orang-orang yang berbuat dzolim kepada kita dan semua yang bermasalah dengan kita.

Ada hal lain yang amat perlu untuk dihadirkan di dalam hati kita dalam rangka mewujudkan silaturahmi batin tersebut, yaitu kita harus pastikan bahwa kita adalah orang yang mudah untuk memaafkan kesalahan saudara kita, bisa merasakan sakit yang mereka rasakan, dan merasa senang atas kegembiraan yang mereka dapatkan. Ini semua adalah yang diajarkan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW untuk mewujudkan keindahan dalam kebersamaan.

Mukmin sejati akan senantiasa mampu untuk menjalin silaturahmi dalam keadaan apa pun. Jangankan dengan adanya pandemi seperti saat ini, jika dimusuhi sekalipun, bahkan dijauhkan ke ujung dunia dia masih mampu menghadirkan cinta dan kasih sayang karena ia memahami hakikat silaturahmi. Baginya tidak ada penghalang untuk bersilaturahmi, bahkan tidak boleh ada halangan untuk bersilaturahmi biarpun jasad tidak dipertemukan, kesempatan tidak didapat, dan kedzoliman selalu dihunjamkan, seperti yang disabdakan baginda Nabi SAW:

(6)

ِهْي

َلَع ُالله ىَّلَص ِّيِبَّنلا ِنَع ،اَمُهْنَع ُالله َيِض�َر ِصاَعْلا ِنْب وِرْمَع ِنْب ِالله ِدْبَع ْنَع

ْتَع ِط

ُق اَذِإ ْيِذَّلا ،َل ِصاَوْلا َّنِكٰلَو ، ِئِفاَكُْلاِب ُل ِصاَوْلا َسْيَل (( :َلاَق :َمَّل َسَو

.) ُّيِئا َس

َّنلاَو ، ُّي ِذِمْرِّتلاَو ،َدُواَد ْوُبَأَو ،ُّيِراَخُبْلاَو ،ُدَمْحَأ ُهاَوَر( )) اَهَلَصَو ُهُم ِحَر

“Bukanlah menyambung silaturahmi itu adalah dengan membalas kebaikan seseorang. Akan tetapi, yang dimaksud menyambung silaturahmi itu adalah jika hubungannya diputus, maka ia memulai untuk menyambungnya.”

ُدْم َح ْلا ِ ّٰ ِلَو ُرَبْكَأ ُالله ُرَبْكَأ ُالله ُرَبْكَأ ُالله

Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia,

Begitu sebaliknya, si kotor hati yang keropos iman dalam keadaan apa pun ia akan selalu menyimpan dengki, benci, dan dendam kepada sesama, kendati kunjungan, reuni, dan beragam silaturahmi dzohir dihadirkan. Bahkan, bisa jadi kunjungan silaturahmi tersebut akan menjadikan sebab saling menggunjing saat berpisah, yang menjadikan sebab saling bermusuhan, karena semua itu dilakukan hanya dalam rangka kegiatan rutin dan basa-basi sosial semata tanpa adanya kesadaran akan makna silaturahmi batin.

Maka dari itu, dengan keterbatasan kita untuk bisa bersilaturahmi dzohir karena adanya pandemi atau hal-hal yang lain, marilah kita hadirkan makna doa kebaikan dengan tulus kepada Allah SWT untuk orang yang kita cintai bahkan orang-orang yang membenci dan mendengki kita

(7)

akan terwujud hakikat silaturahmi di antara kita. Untuk menggapai hidup dalam kebersamaan dengan penuh kasih dan cinta tanpa dengki dan dendam.

Dan di saat jasad tidak bisa saling kunjung, masih banyak hal yang bisa kita lakukan yang akan mewakili kunjungan kita. Seperti mengirim hadiah terbaik dan bantuan yang paling bermanfaat di dunia dan di akhirat untuk sanak kerabat dan saudara. Memanjatkan doa kebaikan, menghaturkan kalimat terindah, memberi maaf yang sesungguhnya, dan meminta maaf setulus-tulusnya.

، ُل ْو ُقَي ى

لاَعَت َو ُهَنا َحْب ُس ُاللهَو ، ِم

َ

َّلاَعْلا ِكِلَْلا ِالله ُمَلاَك ، ِمَلاَكْلا َن َسْحَأ َّنِإ

ْم ُكَّلَع

ل ا ْوُت ِصْن

َ

أ َو ُه

َ

ل ا ْوُع ِمَت ْسا

َ

َف ُنآْرُقْلا َئِرُق اَذِإَو .َنْوُدَتْهُْلا ىِدَتْهَي ِهِلْوَقِبَو

. َن ْو ُم َحْرُت

. ِمْي ِحَّرلا ِن ٰم ْحَّرلا ِ

ّٰالل ِم ْسِب . ِمْي ِجَّرلا ِناَطْي َّشلا َنِم ِللهاِب ُذْوُعَأ

ْت َّدِع

ا ُ

ُ

ۙض ْر

ا

َ

لا َو ُت ٰو ٰم َّ

ْ

سلا ا َه ُض ْر

ع ٍة

َ

َّنَجَو ْمُك

ّب َّر ْن ِّم ٍة َرِف ْغَم ى

ِ

ٰ

ل ِا آ ْو

ع ِرا َس َو﴿

ُ

َنْي ِفا َع

لا َو َظ ْي َغ

ْ

لا َنْي ِم ِظا

ْ

ك

َ

ْ

لا َو ِءاۤ َّرَّضلا َو ِءاۤ َّر

سلا ىِف

َّ

ن ْو

َ

ق ِف

ُ

ْنُي َنْي ِذ

َّ

لا ۝ َۙنْي ِق

ت ُم

َّ

لِل

ْ

.﴾۝ۚ َنْيِن ِس

ْح ُم

لا ُّب ِح

ْ

ي ُ

ُ

للا َو ۗ ِسا

ّٰ

َّنلا

ِن

ع

َ

ِتاَيل

ْا َنِم ِهْيِف اَمِب ْمُكاَّيِإَو ْيِنَعَفَنَو ، ِمْيِظَعْلا ِنآْرُقْلا يِف ْمُكَلَو ْيِل ُالله َكَراَب

. ُمْي ِلَع

لا ُعْي ِم َّسلا َو ُه ُهَّنِإ ،

ْ

ُهَتَوَلاِت ْمُكْنِمَو ىِّنِم َلَّبَقَتَو ، ِمْيِكَح ْلا ِرْكِّذلاَو

(8)

Khutbah Kedua

7 x - ُ َبْكَأ ُللها

. ُد ْم َح

لا ِ ّٰ ِلَو ُرَب

ْ

ْكَأ ُالله ، ُرَبْكَأ ُللهَا ُالله َّلِإ َهٰلِإ َل

ِعاَو

ْنَأِب ِةَعِمَّلالا ِةَكَراَبُْلا ِةَحْيِبَّصلا ِهِذَه ْيِف اَنْيَلَع َّنَم ْيِذَّلا ِ ّٰ ِل ُدْمَحْلا

ى ٰل َع َو ، ِةَع ِطا َّسلا ِراَو

ْنَلأْا ي ِذ ٍدَّمَحُم اَنِدِّي َس ىٰلَع ُم َلا َّسلاَو ُة َلاَّصلاَو ، ِتاَرْيَخلا

. ِنْي

ّ

ِدلا ِم ْوَي ى

ٰلِإ ٍنا َسْحِإِب ْمُهَعِبَت ْنَمَو ، َنْيِبِّيَّطلا ِهِباَح ْصَأَو ، َنْيِرِهاَّطلا ِهِتْيَب ِلآ

: ُدْعَب ا َّم

أ

َ

ِن َم . ِح

لا َفلا َو ِة َداَع َّسلا ُبَب َس ىَو ْقَّتلا َّنِإ

َ

َف ِهِتاَقُت َّقَح َالله اوُقَّتِا ،ِالله َداَبِع اَيَف

ُثْي َح ْن ِم ُه

َقَزَرَو اًجَرْخَم ٍقْي ِض ِّلُك ْنِمَو اًجَرَف ٍّمَه ِّلُك ْنِم ُهَل َلَعَج َالله ىَقَّتا

ِرْو

ُشُّنلا َمْوَي َثِعُبَو اًدْيِمَح َتاَمَو اًدْيِع َس َشاَع َالله ىَقَّتا ِنَم . ُب ِسَتْحَي َل

َنْي ِح ِل ْف

ُ ْلا َنِم ُهَدْنِع َناَك ٍرِدَتْقُم ٍكْيِلَم َدْنِع ٍقْد ِص ِدَعْقَم ْيِف ٍرَهَنَو ٍتاَّنَج ىَلِإ

. َنْيِزِئا

َفْلا

ْم ُكَر َم

أ ْد َق َف ، َنْي ِقَّت

َ

ُ ْلا ِماَمِإَو َنْيِّيِبَّنلا ِمَتاَخ ىٰلَع اْوُمِّل َسَو اْوُّلَصَف َل

أ ، ِالله َداَبِع

َ

:ا ًمْيِر

َك ًلْوَق ُهَناَحْب ُس َلاَقَف ،ُمْيِرَكْلا ُّبَّرلا َكِلٰذِب

ِه ْي

ل َع او

َ

ل َص اوُن َمآ َني ِذ

ُّ

َّ

لا اَهُّي

أ آَي ّ

َ

ي ِب

ِ

َّنلا ىَلَع َنوُّل َصُي ُهَت

كِئال َم َو َ

َ

للا

َّ

ن ِإ ﴿

َّ

.﴾ اًمي ِل ْس

َ

ت او ُم

ّ

ِل َس َو

(9)

ِهِلآ ى

ٰلَعَو ، ٍدَّمَحُم اَنِّيِبَنَو اَنِدِّي َس َكِلْو ُسَرَو َكِدْبَع ىٰلَع ْمِّل َسَو ِّلَص َّمُهّٰللَا

ِدِعاَو

َق ْنِم ْمِهِب ُالله َدَّي َشَو ،َعَفَتْراَو ِناَمْيِلإْا ُراَنَم ْمِهِب َلاَع َنْيِذَّلا ،ِهِباَح ْصَأَو

ى

ل ِإ َلا َمَو ِّق َح

َ

لا ِنَع َدا َح ْن َم

ْ

َةَمِلَك ْمِهِب َدَمْخَأَو ،َعَر َش اَم ِفيِنَحلا ِنْيِّدلا

. ِع

َدِبْلا

،ٍّي ِلَعَو

َناَمْثُعَو َرَمُعَو ٍرْكَب ْيِب

أ اَنِتا َدا َس ، ِةَعَبْر

َ

لأْا ِهِئا َف

َ

َلُخ ْنَع َضْراَو َّمُهّٰللا

. َنْيَع ْم َجأ َك ِلْو ُسَر ِبا َح ْص

أ ِرِئا َس ْنَعَو

َ

ْم ُهْن ِم ِءاَي ْح

لأْا ، ِتا َمِل ْسُ ْلاَو َنْيِمِل ْسُْلاَو ِتاَنِمْؤُْلاَو َنْيِنِمْؤُمْلِل ْرِفْغا َّمُهّٰللا

َ

ْن ِمآَو ،اَنِتاَرْوَع ْر

ُت ْسا َّمُهّٰللا . ِتاَوَعَّدلا ُبْي ِجُم ٌبْيِرَق ٌعْيِم َس َكَّنِإ ، ِتاَوْمَلأْاَو

.اَن ْف َّو َخَت ا َم َّر َش اَنِقَو ،اَن َّم َه

أ ا َم اَن ِف

َ

ْكاَو ،اَنِتاَعْوَر

ِنَع ى َه

ْنَيَو ىٰبْر ُقْلا ي ِذ ِءاَتْيِإَو ، ِنا َسْحِلإْاَو ِلْدَعْلاِب ُرُم

أَي َالله َّن ِإ ، ِالله َداَبِع

ْ

. َن ْوُر َّك َذَت ْم ُكّلَع

ل ْم ُك

َ

ظِعَي ،ِي

ُ

ْغَبلاَو ِرَكْنُْلاَو ِءاشْحَفْلا

ُه ْوُر ِفْغَت ْساَو ، ْم

ُكْدِزَي ِهِمَعِن ىٰلَع ُهْوُرُك ْشاَو ،ْمُكْرُكْذَي َمْي ِظَعْلا َالله اوُرُكْذا

. َنْيِ

لاَع

َ

لا ِّبَر ِ

ْ

ل ُد ْم َح

ّٰ

ِ

لا َو . ْم ُك

ْ

ل ْر ِفْغَي

َ

Referensi

Dokumen terkait