• Tidak ada hasil yang ditemukan

6. Program Getting to zero HIV/AIDS di Lapas, Rutan dan Bapas. 7. Program Bengkel Kerja Produktif.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "6. Program Getting to zero HIV/AIDS di Lapas, Rutan dan Bapas. 7. Program Bengkel Kerja Produktif."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

6. Program Getting to zero HIV/AIDS di Lapas, Rutan dan Bapas. 7. Program Bengkel Kerja Produktif.

a. Direktorat Jenderal Hak Asasi Manusia

1. Pelayanan Komunikasi Masyarakat, yaitu pelayanan penanganan dugaan pelanggaran baik yang diadukan ataupun yang belum diadukan oleh masyarakat. Pelayanan Komunikasi Masyarakat ini memberikan pelayanan terhadap masyarakat yang merasa terlanggar HAM-nya melalui telaahan permasalahan yang dihadapi baik secara langsung maupun melalui focus group discussion (FGD). Hasil telaahan permasalahan tersebut ada yang di file (bukan merupakan pelanggaran HAM) dan ada yang ditindaklanjuti. Hasil telaahan dan/atau FGD tersebut ditindaklanjuti dengan melakukan koordinasi dengan instansi/lembaga terkait yang diduga melanggar HAM untuk dilakukan klarifikasi dan mendorong penyelesaiannya.

Capaian pelayanan komunikasi masyarakat tersebut sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 dapat digambarkan pada grafik di bawah ini.

2. Pelayanan dibidang Informasi HAM

Pelayanan dibidang Informasi HAM dimulai dengan melakukan pengumpulan dan pengolahan data implementasi HAM dari Kementerian/Lembaga, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota serta kondisi perkembangan HAM yang terjadi di Indonesia. Informasi HAM ini memberikan pelayanan kepada masyarakat/pemangku kepentingan terkait dengan informasi HAM. Informasi HAM ini dipublikasikan baik melalui media cetak, media elektronik dan web site Direktorat Jenderal HAM dengan alamat www.ham.go.id. Pada tahun 2015 pelayanan informasi HAM akan menyusun Indikator pembangunan HAM di Indonesia sehingga memudahkan dalam menyusun profil pembangunan HAM di Indonesia sebagaimana Indikator yang akan disusun. Dengan demikian, diharapkan informasi HAM yang

(2)

dipublikasikan oleh Ditjen HAM ini akan menjadi acuan bagi pemangku kepentingan baik di dalam dan luar negeri.

3. Pelayanan kepada Apatur Pemerintah dan masyarakat dengan memberikan/ meningkatkan pengetahuan dan pemahaman nilai-nilai HAM melalui kegiatan Diseminasi HAM dan Penguatan HAM. Diharapkan dengan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman HAM akan memberikan dampak bagi keseimbangan hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh Aparatur Pemerintah dan Masyarakat. Aparatur Pemerintah dapat menyusun kebijakan dan regulasi bernuansa HAM dan masyarakat mengerti hak dan kewajiban dalam bermasyarakat dan bernegara. Capaian pelaksanaan Diseminasi HAM dan Penguatan HAM sejak Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2013 dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

4. Memberikan pedoman atau acuan bagi penyusunan dan perancangan produk hukum. Saat ini telah dikeluarkan Peraturan Bersama Menteri Hukum dan HAM dengan Menteri Dalam Negeri Nomor Nomor 20 Tahun 2012/77 Tahun 2012 tentang Paramater HAM dalam penyusunan Produk Hukum Daerah.

5. Memberikan acuan dalam mempercepat pelaksanaan HAM di Indonesia kepada Kementerian/Lembaga, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota

(3)

melalui pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM). Saat ini RANHAM di Indonesia telah memasuki periode ke tiga.

a. RANHAM generasi pertama periode 1998-2003; program aksi lebih pada pengesahan sejumlah instrumen HAM Internasional

b. RANHAM generasi kedua periode 2004-2009, disusun dengan 6 (enam) pilar utama dan RANHAM ini didukung dengan adanya Kelembagaan HAM di Daerah, sehingga RANHAM dapat tersosialisasikan lebih baik dibandingkan pada periode sebelumnya.

c. RANHAM generasi ketiga periode 2011-2014, disusun dengan mengidentifikasi permasalahan pada 10 kelompok hak dasar manusia yang mengacu pada UU39/tahun1999, serta menyelaraskan pada: RPJMN 2010-2014, MDG’s, dan Strategis Nasional terhadap Akses Keadilan dan Kebijakan Nasional tentang Pro

Growth, Pro Poor and Pro Job. Adapun RANHAM generasi ketiga terdiri dari

program:

1) pembentukan dan penguatan institusi pelaksana RANHAM; 2) persiapan pengesahan instrumen HAM internasional;

3) harmonisasi rancangan dan evaluasi peraturan perundang-undangan; 4) pendidikan HAM;

5) Penerapan norma dan standar HAM; 6) Pelayanan komunikasi masyarakat; dan 7) Pemantauan, evaluasi dan pelaporan.

Sampai dengan Tahun 2013 telah terbentuk Panitia RANHAM Nasional, Kelompok Kerja Panitia RANHAM Kementerian/Lembaga sebanyak 40 K/L dari 48 K/L (83%), 33 Panitia RANHAM Provinsi (100%), dan 339 Panitia RANHAM Kabupaten dan 94 Panitia RANHAM Kota (90%).

6. Memberikan motivasi kepada Pemerintah Kabupaten/kota dengan memberikan penghargaan Kabupten/Kota peduli HAM yang dinilai berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 25 tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 11 Tahun 2013 tentang Kriteria Kabupaten/Kota Peduli HAM.

b. Badan Pembinaan Hukum Nasional

Kementerian Hukum dan HAM memiliki fungsi strategis dalam tahapan legislasi. Badan Pembinaan Hukum Nasional memiliki kewenangan yang cukup besar dalam dua lingkup yakni tahap pra legislasi dan pasca legislasi.

Pembinaan Hukum Nasional memiliki fungsi pembentukan hukum sekaligus juga fungsi pelayanan hukum. Fungsi-fungsi tersebut dilakukan melalui serangkaian tugas yang saling berkaitan. Fungsi pembentukan hukum dilakukan melalui perencanaan hukum serta analisa dan evaluasi hukum, sedangkan fungsi pelayanan hukum dilakukan melalui dokumentasi dan informasi hukum serta penyuluhan dan bantuan hukum.

1. Perencanaan Hukum

Perencanaan hukum merupakan kegiatan pembenahan/pembaruan hukum agar arah pembangunan hukum selaras dengan arah pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur.Pelaksanaan perencanaan hukum tidak hanya ditujukan untuk hukum dalam arti positif berupa peraturan perundang-undangan namun juga sistem hukum dalam arti luas yang

(4)

mencakup pembenahan pada aspek substansi hukum, kelembagaan hukum, budaya hukum dan pelayanan hukum.

Perencanaan hukum dilakukan melalui kegiatan:

a. Penyusunan Perencanaan Pembangunan Hukum Nasional.

Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan masukan mengenai konsep dan strategi pembangunan hukum nasional untuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional.Penyusunan perencanaan pembangunan hukum nasional

memperhatikan/mengakomodasi perkembangan hukum nasional,

perkembangan hukum internasional danperkembangan kebutuhan hukum didaerah.

b. Penyusunan Program Legislasi Nasional usulan Pemerintah, Program Pembentukan Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden.

Perencanaan pembentukan peraturan perundang-undangan merupakan bagian dari perencanaan hukum pada aspek substansi hukum. Kegiatan ini adalah pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Kemenkumham memiliki kedudukan sebagai koordinator penyusunan perencanaan pembentukan UU (Prolegnas) usulan Pemerintah, Program Pembentukan Peraturan Pemerintah dan Program Pembentukan Peraturan Presiden .

c. Monitoring dan Evaluasi penyusunan Program Legislasi Nasional usul Pemerintah, Program Pembentukan Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden. Data Prolegnas 2010 – 2014 Disahkan 8UU : 4 UU Prakarsa DPR 4 UU Prakarsa Pemerintah Disahkan 19 UU : 13 UU Prakarsa DPR 6 UU Prakarsa Pemerintah REALISASI PROLEGNAS JANGKA MENENGAH 2010 - 2014

Disahkan 10 UU : 6 UU Prakarsa DPR 4 UU PrakarsaPemerintah Disahkan 12 UU: 7 UU Prakarsa DPR 5 UU PrakarsaPemerintah Disahkan 22 UU : 11 UU Prakarsa DPR 11 UU PrakarsaPemerintah 2010-2014 (247 RUU + 11 RUU NON PROLEGNAS) 2010 73 RUU (70 RUU+3 RUU pengalihan) 2011 91 RUU (70 RUU + 21 RUU yang Pembahasannya diluncurkan) 2012 69 RUU (64 RUU+ 5 RUU Tambahan) 2013 75 RUU (70 RUU + 5 RUU Tambahan) 2014 69 RUU (66 RUU + 3 RUU Tambahan)

(5)

71 RUU yang

telah disahkan

41 RUU Prakarsa DPR 30 RUU Prakarsa Pemerintah

RINCIAN RUU YANG TELAH DISAHKAN

DARI PROLEGNAS JANGKA MENENGAH TAHUN 2010-2014

Capaian hanya : 27,2%

REALISASI PROGRAM PENYUSUNAN PP PRIORITAS TAHUN 2014 :

 REALISASI

RPP PRIORITAS TAHUN 2014 80 RPP

RPP yang sudah ditetapkan menjadi PP 18 RPP

Sisa RPP Prioritas Tahun 2014

 Diluncurkan pada program penyusunan PP Tahun 2015

39 RPP

 Tidak dilanjutkan 23 RPP*

Keterangan :

*) Dari 23 RPP tersebut, terdapat 5 RPP yang dihentikan pembahasannya karena Undang-Undang No 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian yang menjadi dasar penyusunan dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi.

REALISASI PROGRAM PENYUSUNAN PERPRES PRIORITAS TAHUN 2014 :

REALISASI

RPERPRES PRIORITAS TAHUN 2014 22 RPerpres

RPERPRES yang sudah ditetapkan menjadi Perpres 10 RPepres

Sisa RPerpres Prioritas Tahun 2014

 Diluncurkan pada program penyusunan Perpres Tahun 2015

7 RPerpres

 Tidak dilanjutkan 5 RPepres

d. Fasilitasi Program Pembentukan Peraturan daerah (Perencanaan Pembangunan Hukum di Daerah)

Dalam rangka pembinaan sistem hukum di daerah, Kemenkumham melakukan fasilitasi berupa penyediaan pedoman penyusunan Program Pembentukan Peraturan Daerah serta asistensi dan evaluasi dalam rangka konsultasi permasalahan hukum dan perencanaan pembentukan hukum di daerah yang selaras dengan pembangunan hukum di Pusat.

(6)

e. Penyusunan dan Penyelarasan Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang.

Penyusunan dan Penyelarasan Naskah Akademik merupakan bagian dari perencanaan peraturan perundang-undangan agar menghasilkan Undang-Undang yang berkualitas. Tugas ini adalah pelaksanaan dari UU No. 12 Tahun 2011 dan Perpres No. 87 Tahun 2014. Penyusunan Naskah Akademik dilaksanakan oleh BPHN terutama Naskah Akademik yang berasal dari RUU prakarsa Kementerian Hukum dan HAM sedangkan tugas penyelarasan Naskah Akademik dilaksanakan oleh BPHN untuk seluruh Naskah Akademik yang disusun oleh Kementerian/LPNK yang RUU-nya akan dimasukan ke dalam prolegnas prioritas.

I. Penyusunan Naskah Akademik yang Disusun Kementerian Hukum dan HAM Tahun 2010 – 2014 JUDUL KEGIATAN TAHUN 2010 JUDUL KEGIATAN TAHUN 2011 JUDUL KEGIATAN TAHUN 2012 JUDUL KEGIATAN TAHUN 2013 JUDUL KEGIATAN TAHUN 2014 KETERANGAN 1. RUU tentang Orga-nisasi Administrasi Penegakan Hukum 2. RUU

tentang Publikasi Luar Ruang

3. RUU

tentang KUHP

4. RUU

tentang Hu-kum Acara Pidana

5. RUU

tentang Per-ubahan UU No. 39 Tahun 2004 ten-tang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri 1. RUU tentang Pe-gadaian 2. RUU tentang Per-ubahan atas UU No. 14 tahun 2001 tentang Pengadil-an Pajak. 3. RUU tentang Pe-rubahan atas UU No. 15 Tun 2003 tentang Pemberan tasan Tindak Pida-na Te-rorisme 4. RUU tentang Perkum-pulan 5. RUU tentang Lan-das Kontinen 6. RUU tentang KUH Acara 1. RUU tentang landas Kontinen (Lanjutan) 2. RUU tentang Paten 3. RUU tentang Hukum Kontrak 4. RUU tentang pema-syarakatan 5. RUU tentang Hukum acara Perdata (Small Claims Court) 6. RUU tentang Pembe-rantasan Pendanaan Terorisme 7. RUU tentang Perubahan Atas UU No. 1 Tahun 2006 tentang Bantuan Timbal Balik di Bidang Pidana (MLA) 8. RUU tentang 1. RUU tentang Pembatasan Transaksi Tunai 2. RUU tentang Pema-syarakatan 3. RUU tentang Hukum Kontrak 4. RUU tentang Senjata Api dan Bahan Peledak 5. RUU tentang Persekutuan Perdata, Per-sekutuan Firma dan Persekutuan Komanditer 6. RUU tentang Hukum Dagang 7. RUU tentang Konvensi Jual Beli Barang Internasional PBB (United Nations Convention on Contracts for the International sale of 1. RUU tentang Zona Tambahan 2. RUU tentang Hukum Perdata Internasion al 3. RUU tentang Pemindaha n Narapidana 1. NA RUU Inisiatif Kemenkumha m 21 Naskah 2. Tahun 2014 hanya 3 Naskah karena ada pemotongan anggaran.

(7)

Perdata 7. RUU tentang Hu-bungan Kewenang an Pemerintah Pu-sat dan Daerah 8. RUU tentang Per-ubahan atas UU No. 1 tahun 1979 tentang Ekstradisi. 9. RUU tentang Penilaian 10. RUU tentang Hak Kekayaan Industri (integrasi UU Pa-ten, UU Merk, UU Desain Industri) Merk 9. RUU tentang Perubahan Atas UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM 10. RUU tentang Perampas an Aset Goods) 8. RUU tentang Desain Industri 9. RUU tentang Perubahan UU No. 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman 10. RUU tentang Perubahan atas UU No. 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular. 11. RUU tentang Peru-bahan atas UU No. 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal.

5 Naskah 10 Naskah 10 Naskah 11 Naskah 3 Naskah 39 NA

II. Naskah Akademik yang disusun oleh Kementerian Hukum dan HAM atau Instansi lain yang berkoordinasi dengan Kementerian Hukum dan HAM :

a. Naskah Akademik RUU Pengesahan Perjanjian Ekstradisi R.I. Vietnam; b. Naskah Akademik RUU Pengesahan Perjanjian Ekstradisi R.I. Papua Nuginie;

c. Naskah Akademik RUU Pengesahan Perjanjian Timbal Balik Dalam Masalah Pidana Antara R.I. dan Vietnam;

d. Naskah Akademik RUU Perubahan UU Perseroan Terbatas; e. Naskah Akademik RUU Standarisasi dan Penilaian Kesesuaian; f. Naskah Akademik RUU Wabah Penyakit Menular;

g. Naskah Akademik RUU Pengumpulan Uang dan Barang;

h. Naskah Akademik RUU Perubahan UU No. 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Iptek;

i. Naskah Akademik RUU Karantina Kesehatan; j. Naskah Akademik RUU Keantariksaan;

k. Naskah Akademik RUU Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan; dan

l. Naskah Akademik RUU tentang Protokol Opsional Konvensi Anti Penyiksaan.

III. Kementerian Hukum dan HAM Ikut Serta Mereview Naskah Akademik RUU dan Perda :

a. Naskah Akademik RUU Perubahan UU Perairan; b. Naskah Akademik RUU Koperasi;

(8)

d. Naskah Akademik Ranperda tentang Bantuan Hukum Untuk Masyarakat Miskin Kabupaten Banten;

e. Naskah Akademik Ranperda tentang Dana Cadangan Kabupaten Meranti; f. Naskah Akademik Ranperda tentang Energi dan Listrik Kabupaten Meranti;

g. Naskah Akademik Ranperda tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern Kabupaten Meranti;

h. Naskah Akademik Ranperda tentang Retribusi Pemeriksaan Pemadam Kebakaran Kabupaten Meranti; dan

i. Naskah Akademik Ranperda tentang Sampah Kabupaten Meranti.

2. Analisa dan Evaluasi Hukum :

Bentuk kegiatan analisa dan evaluasi hukum mencakup dua kegiatan yaitu kegiatan 1) analisa dan evaluasi peraturan perundang-undangan kolonial dan 2) analisa dan evaluasi hukum/peraturan perundang-undangan yang berlaku (peraturan perundang-undangan yang dibuat sejak Indonesia merdeka sampai sekarang).

Kegiatan analisa dan evaluasi peraturan kolonial ini dilakukan dalam rangka untuk mengetahui berapa jumlah peraturan perundang-undangan peninggalan kolonial yang masih berlaku dan berapa peraturan perundang-undangan kolonial yang sudah diganti dengan peraturan perundang-undangan berdasarkan hukum nasional. Kegiatan ini untuk menentukan status dari peraturan perundang-undangan kolonial yang belum dicabut hingga kini untuk disesuaikan dengan cita hukum nasional.

Analisa dan evaluasi peraturan perundang-undangan yang berlaku sejak Indonesia merdeka sampai sekarang, berdasarkan data inventarisasi Undang-Undang tahun 1945 – 2012, terdapat 1245 UU yang secara de jure masih berlaku tetapi secara de

facto daya laku UU tersebut banyak yang sudah tidak relevan lagi dengan kondisi saat

ini. Maka diperlukan pembenahan peraturan perundang-undangan melalui analisa dan evaluasi secara berkala, untuk menilai daya guna dan daya laku peraturan perundang-undangan tersebut.

ANALISA DAN EVALUASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN JUDUL KEGIATAN TAHUN 2010 JUDUL KEGIATAN TAHUN 2011 JUDUL KEGIATAN TAHUN 2012 JUDUL KEGIATAN TAHUN 2013 JUDUL KEGIATAN TAHUN 2014 KETERANGAN 1. AE Rahasia Dagang 2. AE Aset Negara (UU No. 51 Tahun 1960) 3. AE Pemberantasan Terorisme (UU No. 15 Tahun 2003) 4. AE Penyiaran (UU No. 33 Tahun 2002) 5. AE Pornografi (UU No. 44 Tahun 2008) 6. AE Pemekaran Wilayah (UU No. 32 Tahun 1. AE BUMN (UU No. 19 Tahun 2003) 2. AE Perubahan atas UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 3. AE Penanggulangan Bencana (UU No. 24 Tahun 2007) 4. AE Jaminan

Fidusia (UU No. 42 tahun 19990 5. AE Penetapan Luas Tanah Pertanian (UU TIDAK ADA PENYUSUNAN 1. AE Perumahan Rakyat 2. AE Investasi Daerah 3. AE Minerba di Kawasan Hutan Lindung ( UU No. 4 Tahun 2009) 4. AE Pajak dan Restribusi Daerah 5. AE Yayasan 6. AE Ketenaganukl iran 7. AE 1. AE Peraturan Perundang-undangan Kolonial - Karena tahun 2014 hanya ada 1 kegiatan AE maka digunakan untuk menganalisis evaluasi Per-UU-an Kolonial. Menginventaris asi Peraturan Kolonial berdasarkan pembagian: 1. Hukum Tata Usaha Negara dan Administras i negara 2. Hukum

(9)

2004). No. 56/Prp 1960) 6. AE Perkebunan

(UU No. 18 Tahun 2004).

7. AE Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU No. 40 Tahun 2004) 8. AE Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah (UU No. 28 Tahun 2009) 9. AE Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama (UU No. 1/PNPS tahun 1965) 10. AE Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (UU No. 2 Tahun 2004). Kekarantinaa n Ekonomi dan Dagang 3. Hukum Perdata (Hukum keluarga, anak, perkawinan dan perceraian) 4. Hukum Hukum Pidana dan Acara Pidana 5. Hukum Internasion al 6. Hukum Acara Perdata 6 ANALISA EVALUASI 10 ANALISA EVALUASI - 7 ANALISA EVALUASI 1 ANALISA EVALUASI

3. Dokumentasi dan Informasi Hukum dilakukan melalui kegiatan :  Penyediaan pelayanan perpustakaan

(10)
(11)

Capaian hasil penelitian, pengembangan dan evaluasi HAM pada tahun berjalan dan beberapa tahun terakhir yaitu pada tahun pelaksanaan rencana strategis tahun 2010-2014, dapat terlihat sebagaimana tabel berikut :

Capaian Hasil Penelitian, Pengembangan dan Evaluasi

Tahun

Sebagai Bahan Rumusan Kebijakan. Sebagai Bahan Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Jumlah hasilpenelitian,pengembangan dan evaluasi yang dipublikasikan dan disosialisasikan kepada

masyarakat.

2010 N/A N/A N/A

2011 N/A N/A N/A

2012 15 Rumusan 3 hasil penelitian 29 penelitian

2013 23 rumusan 3 hasil penelitian 29 penilitian

2014 6 rumusan 2 hasil penelitian 5 penelitian

Untuk menjelaskan target dan capaian pada indikator Jumlah hasil penelitian, pengembangan dan evaluasi yang dipublikasikan dan disosialisasikan kepada masyarakat, pada tahun berjalan dan beberapa tahun terakhir yaitu pada tahun pelaksanaan rencana strategis tahun 2010-2014. Berikut tabel perbandingan capaian kinerja 2010-2014.

Hasil penelitian, pengembangan dan evaluasi Hak-Hak Sipil dan Politik yang dipublikasikan dan disosialisasikan kepada masyarakat dilakukan melalui pengiriman buku ke instansi ditingkat provinsi. Upaya lain yang dilakukanuntuk mempublikasikan dan

(12)

mensosialisasikan hasil penelitian, pengembangan dan evaluasi tersebut adalah melalui publikasi e-book secara online (www.balitbangham.go.id).

d. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia

1. Tahun 2010 Bidang Pengembangan Hukum dan HAM menghasilkan output sebanyak 1.302 orang, dengan rincian sebagai berikut :

a) Pusat Pengembangan Kepemimpinan dan Manajemen menghasilkan output sebanyak 459 orang pegawai;

b) Jika dibandingkan dengan target yang terdapat pada RPJMN 2010-2014 sebesar 1.377 orang, maka capaian output diklat Kepemimpinan dan Manajemen sampai dengan Tahun 2010 sebesar 33,33% atau sebanyak atau sebanyak 459 orang;

c) Pusat Pengembangan Teknis menghasilkan output sebanyak 465 orang pegawai;

d) Jika dibandingkan dengan target yang terdapat pada RPJMN 2010-2014 sebesar 5.400 orang, maka capaian output diklat Teknis sampai dengan Tahun 2010 sebesar 8,61% atau sebanyak 465 orang;

e) Pusat Pengembangan Fungsional dan HAM menghasilkan output sebanyak 378 orang pegawai;

f) Jika dibandingkan dengan target yang terdapat pada RPJMN 2010-2014 sebesar.2.400 orang, maka capaian output diklat Fungsional dan HAM sampai dengan Tahun 2010 sebesar 15,75% atau sebanyak 378 orang;

g) Adapun untuk pendidikan kedinasan berdasarkan laporan evaluasi yang dilakukan oleh tim evaluasi Akademi Ilmu Pemasyarakatan dan Akademi Imigrasi, didapatkan hasil sebagai berikut :

1) Dari 60 orang Taruna Akademi Ilmu Pemasyarakatan (AKIP), 100% atau 60 orang menguasai Ilmu dan Keahlian di bidang Teknis Pemasyarakatan. 2) Dari 65 orang Taruna Akademi Imigrasi (AIM), 92,30% atau 60 orang

menguasai Ilmu dan Keahlian di bidang Teknis Keimigrasian.

2. Pada Tahun 2011 Bidang Pengembangan Hukum dan HAM menghasilkan output sebanyak 1.380 orang, dengan rincian sebagai berikut :

a) Pusat Pengembangan Kepemimpinan dan Manajemen menghasilkan output sebanyak 375 orang pegawai;

b) Jika dibandingkan dengan target yang terdapat pada RPJMN 2010-2014 sebesar 1.377 orang, maka capaian output diklat Kepemimpinan dan Manajemen sampai dengan Tahun 2011 sebesar 60,56% atau sebanyak atau sebanyak 834 orang;

c) Pusat Pengembangan Teknis menghasilkan output sebanyak 460 orang pegawai;

d) Jika dibandingkan dengan target yang terdapat pada RPJMN 2010-2014 sebesar 5.400 orang, maka capaian output diklat Teknis sampai dengan Tahun 2011 sebesar 19,72% atau sebanyak 1.065 orang;

e) Pusat Pengembangan Fungsional dan HAM menghasilkan output sebanyak 545 orang pegawai;

f) Jika dibandingkan dengan target yang terdapat pada RPJMN 2010-2014 sebesar 2.400 orang, maka capaian output diklat Fungsional dan HAM sampai dengan Tahun 2011 sebesar 38,45% atau sebanyak 923 orang;

(13)

g) Adapun untuk pendidikan kedinasan berdasarkan laporan evaluasi yang dilakukan oleh tim evaluasi Akademi Ilmu Pemasyarakatan dan Akademi Imigrasi, didapatkan hasil sebagai berikut :

1) Dari 65 orang Taruna Akademi Ilmu Pemasyarakatan (AKIP), 97% atau 63 orang menguasai Ilmu dan Keahlian di bidang Teknis Pemasyarakatan. 2) Dari 65 orang Taruna Akademi Imigrasi (AIM), 95% atau 62 orang

menguasai Ilmu dan Keahlian di bidang Teknis Keimigrasian.

3. Tahun 2012 Bidang Pengembangan Hukum dan HAM menghasilkan output sebanyak 2.757 orang, dengan rincian sebagai berikut :

a) Pusat Pengembangan Kepemimpinan dan Manajemen menghasilkan output sebanyak 646 orang pegawai;

b) Jika dibandingkan dengan target yang terdapat pada RPJMN 2010-2014 sebesar 1.377 orang, maka capaian output diklat Kepemimpinan dan Manajemen sampai dengan Tahun 2012 sebesar 107,48% atau sebanyak atau sebanyak 1.480 orang;

c) Pusat Pengembangan Teknis menghasilkan output sebanyak 1.453 orang pegawai;

d) Jika dibandingkan dengan target yang terdapat pada RPJMN 2010-2014 sebesar 5.400 orang, maka capaian output diklat Teknis sampai dengan Tahun 2012 sebesar 46,63% atau sebanyak 2.518 orang;

e) Pusat Pengembangan Fungsional dan HAM menghasilkan output sebanyak 658 orang pegawai;

f) Jika dibandingkan dengan target yang terdapat pada RPJMN 2010-2014 sebesar 2.400 orang, maka capaian output diklat Fungsional dan HAM sampai dengan Tahun 2012 sebesar 65,87% atau sebanyak 1.581 orang;

g) Adapun untuk pendidikan kedinasan berdasarkan laporan evaluasi yang dilakukan oleh tim evaluasi Akademi Ilmu Pemasyarakatan dan Akademi Imigrasi, didapatkan hasil sebagai berikut :

1) Dari 65 orang Taruna Akademi Ilmu Pemasyarakatan (AKIP), 93,85% atau 61 orang menguasai Ilmu dan Keahlian di bidang Teknis Pemasyarakatan. 2) Dari 65 orang Taruna Akademi Imigrasi (AIM), 95,38% atau 63 orang

menguasai Ilmu dan Keahlian di bidang Teknis Keimigrasian.

4. Pada Tahun 2013 Bidang Pengembangan Hukum dan HAM menghasilkan output sebanyak 3.136 orang, dengan rincian sebagai berikut :

a) Pusat Pengembangan Kepemimpinan dan Manajemen menghasilkan output sebanyak 1.212 orang pegawai;

b) Jika dibandingkan dengan target yang terdapat pada RPJMN 2010-2014 sebesar 1.377 orang, maka capaian output diklat Kepemimpinan dan Manajemen sampai dengan Tahun 2013 sebesar 195,49% atau sebanyak atau sebanyak 2.692 orang;

c) Pusat Pengembangan Teknis menghasilkan output sebanyak 1.036 orang pegawai;

d) Jika dibandingkan dengan target yang terdapat pada RPJMN 2010-2014 sebesar 5.400 orang, maka capaian output diklat Teknis sampai dengan Tahun 2013 sebesar 65,81% atau sebanyak 3.554 orang;

e) Pusat Pengembangan Fungsional dan HAM menghasilkan output sebanyak 888 orang pegawai;

(14)

f) Jika dibandingkan dengan target yang terdapat pada RPJMN 2010-2014 sebesar 2.400 orang, maka capaian output diklat Fungsional dan HAM sampai dengan Tahun 2013 sebesar 102,87% atau sebanyak 2.469 orang;

g) Adapun untuk pendidikan kedinasan berdasarkan laporan evaluasi yang dilakukan oleh tim evaluasi Akademi Ilmu Pemasyarakatan dan Akademi Imigrasi, didapatkan hasil sebagai berikut :

1) Dari 65 orang Taruna Akademi Ilmu Pemasyarakatan (AKIP), 96,92% atau 63 orang menguasai Ilmu dan Keahlian di bidang Teknis Pemasyarakatan. 2) Dari 65 orang Taruna Akademi Imigrasi (AIM), 95,38% atau 62 orang

menguasai Ilmu dan Keahlian di bidang Teknis Keimigrasian.

e. Inspektorat Jenderal

Inspektorat Jenderal dalam melaksanakan tugas dan fungsi selain mengacu pada ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Menteri Hukum dan HAM, juga mengikuti dan mengadopsi perkembangan terkini dan best practice mengenai peran dan fungi lembaga pengawasan internal lainnya. Dalam rangka mewujudkan visi dan misi serta mengimplementasikan tugas dan fungsi Inspektorat Jenderal menyusun Kebijakan Pengawasan Kementerian Hukum dan HAM untuk mewujudkan system pengendalian internal yang kuat melalui :

a. Pembangunan dan penguatan fungsi pengendalian internal yang berkelanjutan (sustainable);

b. Pelaksana audit kinerja, audit kepatuhan (compliance) dan audit investigasi yang berfokus pada program dan kegiatan yang memiliki risiko tinggi;

c. Pemberian konsultasi untuk mmperbaiki dan meningkatkan efektifitas operasi, pemerintahan yang baik dan manajemen risiko;

d. Pelaksana pendampingan/rekonsiliasi penyusunan Laporan Keuangan dan reviu Laporan Keuangan dalam rangka menjamin kualitas laporan keuangan Kementerian Hukum dan HAM;

e. Peningkatan kapabilitas dan kapasitas sumber daya manusia aparatur pengawasan. Beberapa keberhasilan pencapaian program pembangunan hukum dalam 5 (lima) tahun tersebut menunjukan kemampuan dan konsistensi seluruh aparatur kementerian serta dapat dijadikan acuan rencana strategis kementerian 5 (lima) tahun berikutnya (2015-2019) yang disusun sejalan dengan perkembangan isu-isu strategis terkini. Renstra Kementerian Hukum dan HAM 2015-2019 ini, disamping berdasarkan pada tugas dan fungsi Kementerian, juga berlandaskan pada pemetaan kondisi lingkungan, prioritas nasional, dan isu-isu strategis 5 (lima) tahun berikutnya dan merupakan kelanjutan pembangunan sebelumnya untuk mencapai tujuan pembangunan sebagaimana diamanatkan dalam Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025. Untuk itu, dalam 5 tahun kedepan Kementerian Hukum dan HAM melakukan penataaan kembali berbagai langkah-langkah antara lain perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidangperaturan perundang-undangan, administrasi hukum umum, pemasyarakatan, keimigrasian, hak kekayaan intelektual, hak asasi manusia, pengawasan intern, pembinaan hukum nasional, penelitian dan pengembangan bidang hak asasi manusia,

(15)

pengembangan sumber daya manusia serta dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya.

1.2 Potensi dan Permasalahan

1.2.1 Potensi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Berdasarkan Tugas fungsi dan kedudukan yang diamanatkan dalam ragam Peraturan Perundang-undangan, maka baik secara strategis maupun teknis Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia memiliki potensi-potensi yang dapat mendukung tercapainya Tujuan Pembangunan Nasional, potensi tersebut diantaranya mencakup:

a. Perencanaan dan Pembentukan Hukum

Pembentukan Hukum diarahkan pada makin terwujudnya sistem hukum nasional yang bersumber pada Pancasila dan UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 dan berfungsi secara efektif di masyarakat, melalui:

1. Penguatan proses pra legalisasi dan pasca legalisasi dengan mengoptimalkan kegiatan perencanaan pembangunan hukum nasional, melalui penyusunan naskah akademis dan evaluasi implementasi peraturan perundang-undangan;

2. Pembangunan substansi hukum, struktur hukum, aparat hukum, sarana dan prasarana hukum;

3. Pembaruan hukum dengan tetap memperhatikan kemajemukan tatanan hukum yang berlaku, demokratis, aspiratif, partisipatif, dan transparan;

4. Perwujudan masyarakat yang mempunyai kesadaran dan budaya hukum yang tinggi dalam rangka mewujudkan negara hukum;

5. Penciptaan kehidupan masyarakat yang adil dan demokratis; dan

6. Peningkatkan kepastian dan perlindungan hukum, penegakan hukum dan Hak Asasi Manusia, kesadaran hukum, serta pelayanan hukum yang berintikan keadilan dan kebenaran, ketertiban, dan kesejahteraan dalam rangka penyelenggaraan negara yang makin tertib dan teratur.

b. Penyelenggaraan Pelayanan Hukum dan Hak Asasi Manusia

Sebagai tindak lanjut pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia selaku penyelenggara pelayanan publik di bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia telah melakukan penyusunan, penetapan, dan penerapan standar pelayanan melalui Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2003 tentang Standar Pelayanan Publik di Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, yang dijadikan sebagai pedoman pelayanan publik Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi seluruh Organisasi Penyelenggara Pelayanan Publik yang ada di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam menyusun, menetapkan, dan menerapkan standar pelayanan untuk mewujudkan hak-hak dasar masyarakat dapat terpenuhi secara maksimal. Dalam lingkup strategis penyelenggaraan pelayanan Hukum pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia diantaranya mencakup :

1. Bidang Administrasi Hukum Umum

(16)

- Permohonan Persetujuan Mempekerjakan Advokat Asing oleh Kantor Advokat Indonesia;

- Permohonan Legalisasi;

- Permohonan Pengesahan Perseroan Terbatas Melalui Sistem Administrasi Badan Hukum (SABH);

- Permohonan Pengesahan Yayasan dan Perkumpulan;

- Tata Cara Pendaftaran, Perubahan, Penghapusan/Pencoretan Sertifikat Jaminan Fidusia dan Pengajuan Permohonan Sertifikat Pengganti Jaminan Fidusia;

- Permohonan Surat Keterangan Wasiat;

- Permohonan Pengangkatan, Perpindahan, Perpanjangan, dan

Pemberhentian Notaris;

- Permohonan Pengangkatan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS); - Pendaftaran Partai Politik;

- Permohonan Kewarganegaraan Republik Indonesia;

- Permohonan Perumusan dan Identifikasi Sidik Jari (Daktiloskopi). b) Pelayanan Hukum Nasional dan Internasional , meliputi:

- Pembinaan dan pengendalian atas pelaksanaan tugas Balai Harta Peninggalan di seluruh Indonesia;

- Pemberian pertimbangan/tanggapan atas permasalahan di bidang hukum perdata umum;

- Penyiapan bahan atas pemberian pendapat hukum (legal opinion);

- Pemberian tanggapan/pertimbangan mengenai masalah di bidang hukum pidana;

- Pemberian bimbingan dan pertimbangan mengenai masalah di bidang hukum tata negara.

- Penyiapan rancangan kebijaksanaan teknis di bidang hukum internasional; - Pembinaan, pemberian bimbingan, pemberian petunjuk pelaksanaan

Hukum Internasional Umum, Hukum Ekonomi dan Kelembagaan Internasional, serta Hukum Laut dan Hukum Udara;

- Pemberian pertimbangan, pendapat hukum, tanggapan dan penyelesaian masalah di bidang hukum internasional, inventarisasi, sosialisasi perjanjian dan masalah internasional;

- Pengembangan di bidang hukum internasional;

- Pelayanan yang meliputi pemberian informasi di bidang hukum internasional

2. Bidang Keimigrasian

Melalui layanan keimigrasian terkait penegakan dan ketertiban hukumIndonesia, yang meliputi :

- Pelayanan Dokumen Perjalanan, Visa dan Fasilitas Keimigrasian; - Pendeteksian Pelanggaran atau Kejahatan Keimigrasian;

- Persetujuan Izin Tinggal dan Status Keimigrasian;

- Pelaksanaan Fungsi Keimigrasian di Wilayah Perbatasan Dengan Negara Lain, perwakilan RI dan Tempat Lainnya Di Luar Negeri Serta Kerja sama Luar Negeri;

- Penyidikan dan Penindakan Pelaku Tindak Pidana Keimigrasian; - Penyelenggaraan Sistem Informasi Manajemen Keimigrasian;

(17)

- Penyelenggaraan Fungsi Pengkoordinasian, Pelayanan dan Pengawasan Keimigrasian di Wilayah.

3. Bidang Pemasyarakatan

Melalui layanan Pemasyarakatan ini adalah memberikan pembinaan dan pengembalian pelanggar hukum menjadi anggota masyarakat sesuai tujuan pemidanaan dalam konteks Sistem Peradilan Pidana Terpadu mencakup :

- Pembinaan dan penjagaan keamanan dan ketertiban dilingkungan Lembaga Pemasyarakatan danRumah Tahanan;

- Pemberian layanan Kesehatan dan Perawatan bagi Narapidana dan Tahanan; - Pembinaan dan pelayanan Anak di LPAS dan LPKA

- Pengelolaan Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara;

- Pemberian layanan Informasi dan Komunikasi dibidang pemasyarakatan secara transparan dan akuntabel;

- Pemberian Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak; dan

- Pembinaan Narapidana dan Pelayanan Tahanan melalui program bengkel kerja. 4. Bidang Perencanaan dan Peraturan Perundang-undangan

Sebagai pemegang fungsi fasilitator bagi pembentukan peraturan perundang undangan, pelayanan di bidang peraturan perundang-undangan mencakup : - Harmonisasi Rancangan Peraturan Perundang-undangan yang berasal dari

Pemerintah;

- Fasilitasi Pembentukan Peraturan Perundang-undangan ditingkat daerah; - Pengundangan Peraturan Perundang-undangan dan Publikasi;

- Pendampingan Beracara di Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah Agung; dan - Sistem Informasi Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

5. Bidang Kekayaan Intelektual

Layanan Hukum bidang kekayaan intelektual dilaksanakan melalui:

- Penyelenggaraan Sistem Hak Cipta, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dan Rahasia Dagang;

- Penyelenggaraan Kerja Sama dan Promosi KI;

- Penyelenggaraan Sistem Merek dan Indikasi Geografis; - Penyelenggaraan Sistem Paten;

- Penyelenggaraan Penyidikan di Bidang KI; - Penyelenggaraan Sistem Teknologi Informasi KI;

- Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen KI; - Penyelenggaraan KI di Daerah (2015).

6. Bidang Hak Asasi Manusia

Sebagai penanggungjawab dalam merumuskan pemajuan HAM. Pelayanan di bidang HAM mencakup :

- Pelayanan Komunikasi Masyarakat, menangani dugaan pelanggaran HAM yang di komunikasikan atau yang belum/tidak dikomunikasikan oleh masyarakat termasuk dari luar negeri dengan mendorong intansi pemerintah terkait menyelesaikan dugaan pelanggaran HAM yang terjadi.

- Pelayanan Informasi HAM (indikator pembangunan HAM dan profil pembangunan HAM di Indonesia serta hasil penelitian dan pengembangan HAM melalui e-book).

(18)

7. Bidang Pembinaan Hukum Nasional

Sebagai bidang yang menjadi yang menjalankan program prioritas nasional dalam RPJMN 2015-2019, Badan Pembinaan Hukum Nasional berdasarkan lingkup legislasi mempunyai dua peran strategis yakni ditahap pra legislasi dan pasca legislasi. Pada tahap pra legislasi Badan memiliki kewenangan sebagai penanggungjawab utama dalam merumuskan perencanaan pembangunan hukum nasional, sedangkan pada tahap pasca legislasi badan memiliki kewenangan untuk melakukan evaluasi keberlakuan peraturan perundang-undangan. Dalam konteks pelayanan pengelolaan serta pengendalian pemberian bantuan Hukum, Badan juga memiliki fungsi yang masih harus terus dikembangkan yakni fungsi layanan Jaringan Dokumentasi Hukum dan pelayanan publik yang berhubungan dengan dukungan pemberian bantuan hukum oleh lembaga bantuan hukum yang bekerja untuk masyarakat pada saat yang bersamaan penguatan pada fungsi penyuluhan hukum juga masih sangat diperlukan.

c. Penghormatan, Perlindungan, dan Pemenuhan Hak Asasi Manusia

Dalam mendukung penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak asasi manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia berperan merumuskan kebijakan di bidang HAM serta mendorong aparatur pemerintah untuk menerapkan norma dan standar HAM dengan mengikut sertakan peran dan partisipasi masyarakat. Peran Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia akan diarahkan pada:

A. Penguatan koordinasi kelembagaan dalam Sistem Peradilan Pidana Terpadu (SPPT) serta koordinasi dalam penanganan perkara pidana. Lembaga Pemasyarakatan merupakan salah satu komponen terpenting dalam melaksanakan sistem ini terutama yang berhubungan pencapaian tujuan pemidanaan.

B. Menjalankan fungsi sebagai fasilitator dalam rangka mewujudkan keterpaduan dalam SPPT terutama dalam hal persepsi dan sikap tindak penanganan kejahatan, penjahat dan akibat kejahatan antara Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan dan institusi Pemasyarakatan (Rumah Tahanan, Balai Pemasyarakatan, Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Penyimpanan Benda sitaan dan Barang Rampasan Negara). Keterpaduan ini perlu dibangun juga dengan institusi lain yang menjalankan fungsi fungsi penegakan hukum seperti KPK, BNN, BNPT, dan lain lain.

C. Penghormatan, Perlindungan dan Pemenuhan HAM dilaksanakan dalam kerangka pembaharuan materi hukum sebagai bagian dari pembangunan hukum untuk mendukung pelaksanaan penegakan dan kepastian Hukum.

D. Optimalisasi fungsi pembinaan peraturan perundang-undangan dimana peran sentral Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (di lingkungan lembaga eksekutif) dapat mewujudkan kualitas peraturan perundang-undangan nasional yang baik, antara lain dengan memaksimalkan peran evaluasi terhadap peraturan perundang-undangan serta optimalisasi hasil pengkajian, penelitian dan pengembangan sebagai bahan pembentukan peraturan perundang-undangan yang berpijak pada nilai-nilai HAM;

E. Memprioritaskan peningkatan pemberian bantuan hukum bagi kelompok masyarakat tidak mampu, optimalisasi pemberdayaan dan pembinaan organisasi bantuan hukum (OBH) dalam rangka menyediakan akses keadilan bagi masyarakat miskin.

(19)

d. Organisasi dan Pengelolaan Sumber Daya.

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia terdiri dari 817 satuan kerja yang meliputi 11 Unit Eselon I, 33 Kantor Wilayah, 5 Balai Harta Peninggalan, 121 Kantor Imigrasi, 13 Rumah Detensi Imigrasi, 18 Perwakilan RI di Luar Negeri, 263 Lembaga Pemasyarakatan, 215 Rumah Tahanan Negara, 71 Balai Pemasyarakatan, 63 Rumah Penyimpanan Barang Sitaan Negara dan 1 Rumah Sakit. Jumlah Pegawai Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia sebanyak 44.178 orang (per juni 2014).

e. Pengawasan

1. Mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia pada Inspektorat Jenderal agar dapat menjalankan tugas dan fungsi pengawasan secara optimal demi mewujudkan penerapan prinsip good governance dan clean government (WTP, WBK, AKIP, SPIP dan Pelayananan Publik) dilingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

2. Penerbitan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pasal 2 ayat (1) menyatakan bahwa untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif efisien, transparan dan akuntabel, Menteri/ Pimpinan Lembaga wajib melakukan pengendalian dan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan.

3. Penyelenggaraan Tata Kelola Pemerintah yang bersih sejalan dengan amanat The

Institute of Internal Auditors yang menyatakan perlunya mendorong peningkatan

efektifitas manajeman risiko (risk manajement), pengendalian (control) dan tata kelola (governance) organisasi.

4. Mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia pada Inspektorat Jenderal agar dapat menjalankan tugas dan fungsi pengawasan secara optimal demi mewujudkan penerapan prinsip good governance dan clean government (WTP, WBK, AKIP dan SPIP) dilingkungan Kementerian

1.2.2 Permasalahan

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia meski memiliki potensi dalam mendukung pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan nasional. Berdasarkan pendekatan fungsi,secara faktual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia masih memiliki hambatan dan permasalahan untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki diantaranya :

1. Perencanaan dan Pembentukan Hukum.

a. Proses perencanaan perundang-undangan pada kementerian belum

mengoptimalkan penyusunan naskah akademis

b. Masih adanya ego sektoral dan tarik ulur kewenangan dari kementerian/lembaga membuat penyelesaian penyusunan RUU/RPP/RPerpres terhambat;

c. Proses Pembahasan di DPR masih tergantung jadwal di DPR sehingga penyelesaian RUU menjadi UU tidak dapat secara pasti dapat ditentukan;

d. Belum maksimalnya peran perancang peraturan perundang-undangan dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan;

e. Belum maksimalnya pemanfaatan rekomendasi hasil penelitian dan pengembangan dalam mendukung pembentukan peraturan perundang-undangan; f. Belum optimalnya proses penyusunan dan pengharmonisasian Rancangan

(20)

g. Belum adanya evaluasi terkait peraturan perundang-undangan yang disharmonis; h. Belum sepenuhnya menerapkan teknologi informasi dalam penyusunan peraturan

perundang-undangan;

i. Munculnya daerah pemekaran (daerah otonomi baru) yang belum sinergi dengan politik legislasi dan aspek geografis antar provinsi, kabupaten/kota yang berjauhan menjadi kendala dalam akses transportasi;

j. Masih kurangnya sumber daya fasilitator baik secara kualitas dan kuantitas dalam memfasilitasi pembentukan peraturan daerah sehingga diperlukan penguatan secara komprehensif tidak hanya dari aspek kompetensi internal SDM termasuk pula dukungan kelembagaan secara menyeluruh;

k. Masih kurangnya pemahaman Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota mengenai peran strategis Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM sebagai instansi vertikal di daerah;

l. Masih terdapat Peraturan Daerah yang belum mempedomani regulasi yang lebih tinggi baik dari segi substantif maupun teknik penyusunan peraturan perundang-undangan;

m. Masih kurangnya informasi yang diperoleh terkait perkembangan peraturan perundang-undangan ditingkat pusat terbaru (up to date) yang berdampak bagi daerah, salah satunya dengan belum dioptimalkannya sistem jaringan data dan informasi Hukum pada Badan Pembinaan Hukum Nasional

n. Rendahnya kesadaran hukum masyarakat sehingga perlu diberikan penyuluhan hukum agar masyarakat cerdas hukum

2. Penyelenggaraan Pelayanan Hukum dan Hak Asasi Manusia

a. Belum optimalnya kemampuan dari unit unit pelayanan hukum pada masing-masing bidang AHU, Perundang-undangan, Pemasyarakatan, Imigrasi, HKI dan HAM, BPHN dalam membangun dan menyelenggarakan pelayanan publik yang sesuai dengan standar dalam peraturan perundang-undangan mulai dari aspek perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian.

b. Akuntabilitas kinerja dalam penyelenggaraan pelayanan hukum pada seluruh unit kerja dan mekanisme penegakan disiplin petugas juga perlu diperbaiki sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Aspek penegakan disiplin penting dalam rangka penguatan fungsi-fungsi pengendalian internal dan pengawasan internal dalam penyelenggaraan seluruh kegiatan pelayanan hukum di Kementerian Hukum dan HAM yang bermuara pada upaya pencegahan serta penindakan terhadap aktifitas yang bertendensi korupsi dan penyalahgunaan kewenangan.

c. Pelayanan di bidang HKI dan AHU belum mendukung pembangunan produktifitas rakyat dan daya saing internasional. Peningkatan pelayanan HKI dan AHU belum menyentuh masyarakat di Kabupaten dan Kota sehingga belum bisa diakses masyarakat secara online dengan sistem aplikasi berbasis data yang belum akurat sehingga mempersulit masyarakat yang ingin mendapatkan pelayanan.

Referensi

Dokumen terkait

Variabel Credit Risk (CR) atau yang biasa disebut dengan rasio Non Performing Financing (NPF), variabel ini memiliki nilai koefisien 0.0843 dengan nilai t-Stat

Program Bantuan Studi S3 Luar negeri merupakan program bantuan yang diberikan oleh Kementerian Agama RI kepada tenaga pendidik (dosen) dan kependidikan yang berada pada

(3) Jenis kesenian daerah sebagaimana dimaksud pada ayat( 2) yang dapat dipertunjukkan di Hotel/Restaurant/Puri/Tempat lain yang dianggap layak adalah seni kreasi

sistem interaksi yang direpresentasikan dalam model kognitif dan terdiri dari model hirarki yang merepresentasikan tugas user dan struktur goal/tujuan, model linguistik

Kemampuan berpikir divergen akan meningkat jika kepada siswa diberikan pertanyaan-pertanyaan atau masalah-masalah yang bersifat terbuka yaitu pertanyaan atau soal yang mempunyai

Soal bentuk pilihan ganda kompleks bertujuan untuk menguji pemahaman peserta didik terhadap suatu masalah secara komprehensif yang terkait antara pernyataan satu dengan yang

Penatausahaan aset tetap sangat terkait erat dengan administrasi atas pengelolaan aset tetap. Masalah administrasi ini yang paling banyak dijumpai di hampir setiap

Pada umumnya kartu jaringan ada yang sudah built-in dengan Motherboard dari komputer atau laptop, akan tetapi banyak komputer rakitan sendiri tidak memasukkan kartu jaringan