• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tax Amnesty Sebagai Upaya Pengendalian P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tax Amnesty Sebagai Upaya Pengendalian P"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

Program Pengampunan Pajak

Sebagai

Upaya Pemerintah Dalam Mengatasi

Masalah Kepatuhan Wajib Pajak Badan di

Indonesia

Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Tengah Semester Ganjil Mata Kuliah Perpajakan 2

Dessy Puspitasari

1131002020

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS BAKRIE

JAKARTA

(2)

ABSTRAK

Program pengampunan pajak (tax amnesty) merupakan salah satu program yang dilaksanakan oleh Pemerintah untuk memberi pengampunan terhadap wajib pajak yang melakukan pelanggaran di masa lalu. Tujuan dari dilaksanakannya program ini adalah memberikan kesempatan kepada Wajib Pajak atau Pembayar Pajak untuk nantinya mereka membayar pajak sesuai objek pajak yang dimiliki, tidak memanipulasi pajak, tidak menunggak pajak, dan mempunyai iktikad baik dan benar untuk membayar pajaknya. Di tahun 2015, Pemerintah akan memasukan klausul mengenai pengampunan pajak (tax amnesty) dalam revisi Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) yang menjadi prioritas Program Legislasi Nasional (Prolegnas) 2015. Kebijakan ini pun langsung menimbulkan pro dan kontra bagi beberapa pihak karena mengingat pelaksanaan program tax amnesty pada tahun 1984 dan 2008 tidak menimbulkan efek yang signifikan bagi peningkatan kepatuhan wajib pajak di Indonesia. Selain itu banyak pihak yang kontra karena kebijakan ini perlu kajian yang mendalam untuk dilakukan seperti kekuatan hukum, sistem administrasi yang harus memadai untuk mendorong wajib pajak lebih mudah membayar pajak, dan kajian lainnya.

(3)

ABSTRACT

Tax amnesty program (tax amnesty) is one of the programs implemented by the Government to give amnesty to taxpayers who commit violations in the past. The purpose of the implementation of this program is to give an opportunity to the taxpayer or the Taxpayers for their future pay taxes according to tax owned, not manipulate tax, no tax arrears, and has the goodwill and the right to pay taxes. In 2015, the Government will include a clause concerning the remission of tax (tax amnesty) in the revised Law on General Provisions and Tax Procedures (CTP), which is a priority of the National Legislation Program (Prolegnas) in 2015. This policy was immediately raises the pros and cons for some because considering the implementation of the tax amnesty program in 1984 and 2008 did not result in significant effects for the improvement of tax compliance in Indonesia. In addition, many counter parties because this policy needs to do in-depth studies such as the force of law, administrative system should be sufficient to encourage taxpayers easier to pay taxes, and other studies.

(4)

KATA PENGANTAR

Dengan segala puji syukur kepada Allah SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penelitian dalam makalah ini dengan judul: “Program Pengampunan Pajak Sebagai Upaya Pemerintah Dalam Mengatasi Masalah Kepatuhan Wajib Pajak Badan di Indonesia”. Penulisan makalah ini sebagai salah satu tugas mata kuliah Perpajakan 2 di Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Bakrie.

Penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rene Johannes, S.E., M.Si., Ak., M.Si., M.M., CA. selaku Dosen mata kuliah Perpajakan 2 Universitas Bakrie

2. Kedua orang tua penulis yang selalu mendukung penulis dalam membuat makalah ini, dan

3. Teman-teman penulis yang sangat membantu penulis dalam mengerjakan makalah ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu segala saran dan kritik demi kesempurnaan makalah ini akan diterima dengan senang hati. Penulis berharap makalah ini dapat berguna bagi pembacanya.

Jakarta, 17 September 2015

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...

DAFTAR ISI ...

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Pembahasan ... 4

1.4 Manfaat Penulisan ... 4

1.5 Sumber Data ... 5

1.6 Metode dan Teknik ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...6

2.1 Landasan Teori ... 6

2.1.1 Teori Perpajakan Menurut Undang-Undang ... 6

2.1.2 Fungsi Pajak ... 10

2.1.3 Pengampunan Pajak ... 11

2.1.4 Karakteristik Pengampunan Pajak ... 11

2.1.5 Pemerintah ... 14

2.1.6 Kurva Laffer ... 14

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 16

(6)

3.2 Objek Penelitian dan Sumber Data ... 16

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 17

3.4 Tahapan Penelitian ... 17

3.4.1 Tahap persiapan ... 17

3.4.2 Tahap pelaksanaan ... 17

3.4.3 Tahap pengolahan data ... 17

BAB IV PEMBAHASAN ... 18

4.1 Tujuan Pemerintah Dalam Memberlakukan Kebijakan Tax amnesty di Indonesia... 18

4.2 Pengaruh Program Tax amnesty Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan di Indonesia... 21

4.3 Permasalahan Yang Akan Timbul Dari Diberlakukannya Program Tax amnesty di Indonesia... 23

4.4 Hal Yang Harus Diperhatikan Oleh Pemerintah Dalam Pelaksanaan Program Tax amnesty di Indonesia... 26

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 5.1 Kesimpulan ... 37

5.2 Saran ... 39

BAB I

(7)

1.1 Latar Belakang Masalah

Sektor pajak merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam sumber penerimaan negara. Undang-Undang perpajakan mewajibkan para wajib pajak (WP) untuk membayar pajak untuk mencapai kesejahteraan rakyat Indonesia.

Setiap warga negara, sejak dilahirkan hingga meninggal dunia, menikmati fasilitas atau pelayanan dari pemerintah yang semuanya dibiayai dengan uang yang berasal dari pajak. Penggunaan uang pajak meliputi belanja pegawai negeri sampai dengan pembiayaan berbagai proyek pembangunan. Pembangunan sarana umum seperti jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit atau puskesmas, dan kantor polisi pun dibiayai dengan menggunakan uang yang berasal dari pajak. Uang pajak juga digunakan untuk pembiayaan dalam rangka memberikan rasa aman bagi seluruh lapisan masyarakat. Peran dan fungsi pajak juga semakin penting dan sangat strategis dalam menunjang pengeluaran Anggaran Pembangunan Belanja Negara (APBN) dalam pembiayaan pengeluaran pemerintah maupun dalam pengelolaan dan pengendalian kebijakan ekonomi makro. Dengan demikian, jelas bahwa peranan pajak bagi negara sangat menentukan kelancaran roda pemerintahan dan keberhasilan pembangunan negara.

(8)

masyarakat agar mau membayar pajak, di tengah tidak adanya kontraprestasi secara langsung yang diperoleh pembayar pajak sendiri.

Pemerintah selalu berupaya untuk menjadikan sistem perpajakan di Indonesia menjadi lebih baik. Perubahan sistem perpajakan dari tahun ke tahun juga merupakan salah satu upaya untuk menelaah keefektivitasan sistem tersebut dalam meningkatkan penerimaan pajak setiap tahunnya, maka dari itu Undang-Undang tentang Perpajakan selalu berubah setiap saat.

Program pengampunan pajak (tax amnesty) merupakan salah satu program yang dilaksanakan oleh Pemerintah untuk memberi pengampunan terhadap wajib pajak yang melakukan pelanggaran di masa lalu. Hal ini dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak bersama tim yang telah dibentuk dengan melibatkan kementerian hukum dan perundang-undangan, pihak kepolisian dan pihak yang berkompeten. Tujuan dari dilaksanakannya program ini adalah memberikan kesempatan kepada Wajib Pajak atau Pembayar Pajak untuk nantinya mereka membayar pajak sesuai objek pajak yang dimiliki, tidak memanipulasi pajak, tidak menunggak pajak, dan mempunyai iktikad baik dan benar untuk membayar pajaknya.

(9)

Di tahun 2015, Pemerintah akan memasukan klausul mengenai pengampunan pajak (tax amnesty) dalam revisi Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) yang menjadi prioritas Program Legislasi Nasional (Prolegnas) 2015. Presiden Joko Widodo menyetujui kebijakan tersebut dengan memberi pengampunan pajak bagi orang Indonesia yang mau menarik dananya dari luar negeri dan di parkir di Tanah Air. Kebijakan ini pun langsung menimbulkan pro dan kontra bagi beberapa pihak karena mengingat pelaksanaan program tax amnesty pada tahun 1984 dan 2008 tidak menimbulkan efek yang signifikan bagi peningkatan kepatuhan wajib pajak di Indonesia. Selain itu banyak pihak yang kontra karena kebijakan ini perlu kajian yang mendalam untuk dilakukan seperti kekuatan hukum, sistem administrasi yang harus memadai untuk mendorong wajib pajak lebih mudah membayar pajak, dan kajian lainnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang penulis susun, maka ada beberapa masalah yang akan dirumuskan penulis dalam makalah ini. Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

1. Apakah tujuan pemerintah dalam memberlakukan kebijakan tax amnesty di Indonesia?

2. Apakah pengaruh program tax amnesty terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak badan di Indonesia?

3. Adakah permasalahan yang akan timbul dari diberlakukannya program tax amnesty di Indonesia?

4. Apa sajakah yang harus diperhatikan pemerintah dalam pelaksanaan program tax amnesty di Indonesia?

(10)

Berdasarkan permasalahan yang disebutkan pada bagian 1.2 diatas, tujuan pembahasan ini adalah untuk:

1. Mengetahui tujuan pemerintah dalam memberlakukan kebijakan tax amnesty di Indonesia.

2. Mengetahui pengaruh program tax amnesty terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak badan di Indonesia.

3. Mengetahui permasalahan yang akan timbul dari diberlakukannya program tax amnesty di Indonesia.

4. Mengetahui apa saja yang harus diperhatikan pemerintah dalam pelaksanaan program tax amnesty di Indonesia.

1.4 Manfaat Penulisan

Program pengampunan pajak (tax amnesty) yang akan dilaksanakan kembali di tahun 2015 setelah sebelumnya pernah dilaksanakan dua kali yaitu di tahun 1984 dan 2008 merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah, karena kebijakan ini menyangkut penerimaan negara yang paling besar yaitu sektor perpajakan. Berbagai komentar dari berbagai pihak yang pro maupun kontra terus berdatangan karena menyangkut perekonomian Indonesia di sektor pajak, karena itu masalah yang akan dibahas di makalah ini diharapkan berguna bagi pembaca maupun instansi terkait. Penulis juga mengarapkan pembaca memperoleh informasi yang cukup mengenai masalah yang akan dibahas. Manfaat lainnya adalah agar masyarakat tahu apakah keuntungan dan kekurangan dari kebijakan pemberlakuan pengampunan pajak (tax amnesty) di Indonesia yang akan dilaksanakan tahun 2015 ini. Semoga manfaat penulisan makalah ini dapat dirasakan oleh semua pihak.

1.5 Sumber Data

(11)

dari Internet untuk mengumpulkan semua informasi yang berkaitan dengan masalah yang terdapat dalam makalah ini yang bertujuan sebagai referensi dalam pembuatan makalah.

1.6 Metode dan Teknik

Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode dan teknik observasi, yaitu penulis membaca buku-buku di Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta dan menganalisa data-data tersebut untuk mengumpulkan informasi megenai hal yang terdapat dalam makalah ini. Selain dari buku, penulis juga memanfaatkan teknologi yaitu mencari informasi dengan menggunakan internet.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

(12)

Untuk menganalisis berbagai kasus yang terdapat di makalah ini sangat diperlukan materi pendukung terutama mengenai apa itu Pengampunan Pajak (tax amnesty) dan pengaruhnya terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak badan di Indonesia.

2.1.1 Teori Perpajakan Menurut Undang-Undang

Menurut UU KUP No. 28/2007, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berikut adalah beberapa teori yang berhubungan dengan makalah ini, yaitu mengenai pengampunan pajak (tax amnesty) serta pengaruhnya terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak badan di Indonesia:

Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan pembayaran pajak yang terutang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

Surat Pemberitahuan Masa PPN dan PPnBM merupakan laporan bulanan yang harus disampaikan oleh Pengusaha Kena Pajak meskipun Nihil, mengenai penghitungan Pajak Masukan yang berasal dari pembelian Barang Kena Pajak atau penerimaan Jasa Kena Pajak; Pajak Keluaran yang berasal dari penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak; dan penyetoran pajak atau kompensasi

(13)

Menurut Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23A ditentukan bahwa “Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang”.

Dengan peraturan perpajakan yang berlaku saat ini, tata cara pemungutan pajak di Indoneia dilaksanakan dengan menerapkan sistem self-assesment. Wajib pajak menentukan sendiri besarnya pajak yang harus dibayarnya kepada negara. Undang-Undang memberikan kepercayaan dan hak serta kewenangan besar kepada Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban-kewajiban perpajakannya. Wajib Pajak menentukan sendiri jumlah pajak yang harus ia bayar ke Kas Negara.

Hak Wajib Pajak, ialah:

o Menerima tanda bukti Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan (Psl 6/1)

o Mengajukan permohonan penundaan dan pengangsuran pembayaran pajak (Pasal 3/4)

o Pembetulan sendiri SPT (Psl 8/1)

o Mengajukan permohonan penundaan dan pengangsuran pembayaran pajak (Psl 9/4)

o Mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak (Psl 11/1) dan kepastian keputusan atas permohonan tersebut (Psl 11/2, 17B/1)

o Memperoleh imbalan bunga apabila pengembalian lewat waktu (Psl 11/3)

(14)

peraturan perundang-undangan perpajakan yang terdapat dalam surat ketetapan pajak (Psl 16)

o Memperoleh Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP) (Psl 17C/1)

o Mengajukan gugatan atas penagihan keputusan pembetulan dan peninjauan kembali (Psl 23/2)

o Meminta keterangan tertulis dari Direktorat Jenderal (Dirjen) Pajak tentang dasar pengenaan pemungutan atau pemotongan pajak (Psl 25/5)

o Mengajukan permohonan keberatan (Psl 25/1) dan kepastian terbitnya Surat Keputusan Keberatan (Psl 26/5)

o Memperoleh tanda penerimaan surat keberatan (Psl 25/5)

o Menyampaikan alasan keberatan tambahan atau penjelasan tertulis (Psl 26/2)

o Mengajukan permohonan banding atas Surat Keputusan Keberatan (Psl 27/1)

o Memperoleh imbalan bunga dari putusan keberatan dan banding yang menyebabkan lebih bayar (Psl 27A/1)

o Dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan atau menyelenggarakan atau pencatatan (Psl 28/2; 28/10)

o Menyelenggarakan pembukuan dengan bahasa asing (Psl 28/5)

o Mengubah metode pembukuan (Psl 28/6)

(15)

o Melihat Surat Perintah Pemeriksaan (Psl 29/2)

o Menunjuk kuasa khusus (Psl 32/3)

o Kerahasiaan atas informasi yang disampaikan ke pejabat yang menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Psl 34/1)

Kewajiban Wajib Pajak

o Melaksanakan pendaftaran diri/melaporkan usahanya untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)/Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak sebagai tana/identitas diri Wajib Pajak (Psl 2/1; 2/2)

o Mengambil sendiri formulir SPT dan formulir perpajakan lainnya ditempat yang telah ditentukan oleh Dirjen Pajak (Psl 3/2)

o Mengisi dengan benar, lengkap, jelas, dan menandatangani sendiri serta menyampaikan SPT (Psl 4/1; 3/7; 3/1)

o Memberikan surat kuasa khusus pada kuasanya (Psl 4/3)

o Membayar/menyetor pajak yang terutang di kas Negara atau tempat lain yang ditunjuk Menteri Keuangan (Psl 10/1; Psl 12)

o Melengkapi surat keberatan (Psl 25/2) dan menyampaikan pada waktunya (Psl 25/3)

o Membuktikan ketidakbenaran ketetapan pajak (Psl 26/3)

o Melengkapi surat banding dan menyampaikan pada waktunya (Psl 27/3)

(16)

o Memperlihatkan pembukuan. Memberikan kesempatan kepada petugas pemeriksa untuk memasuki ruangan, memberikan keterangan yang diperlukan kepada petugas pemeriksa pajak (Psl 29/3; 29/4)

o Tanggung renteng pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) (Psl 33)

2.1.2 Fungsi Pajak

Sebagaimana telah diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak dari berbagai definisi, terlihat adanya dua fungsi pajak menurut Waluyo (2011:6) yaitu sebagai berikut:

1. Fungsi Penerimaan (Budgeter), pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. sebagai contoh: dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri.

2. Fungsi Mengatur (Regular)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi.

2.1.3 Pengampunan Pajak

(17)

Sementara, Jacques Malherbe mengartikan tax amnesty sebagai kemungkinan membayar pajak dalam pertukaran untuk pengampunan dari jumlah kewajiban pajak (termasuk bunga dan denda), pengabaian penuntutan pidana pajak, dan keterbatasan untuk mengaudit penentuan pajak untuk jangka waktu tertentu.

2.1.4 Karakteristik Pengampunan Pajak

Definisi tax amnesty sebagaimana telah disebutkan di atas memberikan gambaran tentang karakteristik dari suatu program tax amnesty, yaitu:

1. Durasi

Secara umum, program tax amnesty berlangsung dalam suatu kurun waktu tertentu, dan umumnya berjalan selama 2 bulan hingga 1 tahun. Untuk mendukung berhasilnya program tax amnesty, hal yang perlu ditekankan adalah luasnya publisitas dan promosi program tax amnesty serta tersampaikannya pesan bahwa wajib pajak hanya memiliki kesempatan sekali ini saja untuk memperoleh pengampunan atas pajak yang terutang, bunga, dan/atau sanksi administrasi.

Menurut Benno Torgler dan Christoph A. Schaltegger, pengampunan pajak sebaiknya diberikan hanya sekali saja dalam suatu generasi (once per generation). Pengampunan pajak yang diberikan berkali-kali menyebabkan wajib pajak akan selalu menunggu program pengampunan pajak berikutnya dan ini akan mendorong wajib pajak untuk tidak menjalankan kewajiban pajaknya dengan benar. Oleh karena itu, apabila pemerintah akan memberikan tax amnesty maka tidak boleh ada isu tentang program pengampunan pajak jilid berikutnya.

(18)

Secara umum, setiap wajib pajak yang belum menunaikan kewajiban perpajakannya diperbolehkan untuk berpartisipasi dalam program tax amnesty. Artinya, program tax amnesty ini ditujukan kepada wajib pajak yang telah berada dalam sistem administrasi perpajakan dan wajib pajak yang belum masuk dalam sistem administrasi perpajakan.

Perlakuan yang berbeda dimungkinkan ketika wajib pajak yang hendak berpartisipasi dalam program tax amnesty telah diperiksa atau sedang dalam proses pemeriksaan. Dalam hal ini, wajib pajak yang telah diperiksa atau sedang dalam proses pemeriksaan tersebut tidak diperbolehkan berpartisipasi dalam program tax amnesty karena jumlah tunggakan pajaknya telah diketahui oleh otoritas pajak. Wajib pajak juga dapat diberikan pengampunan jika ketentuan peraturan perundang-undangan menyatakan wajib pajak yang mengungkapkan kewajiban perpajakan atau harta kekayaannya secara sukarela berhak mendapatkan penurunan atau penghapusan sanksi administrasi.

3. Jenis pajak dan jumlah pajak atau sanksi administrasi yang diberikan ampunan

Ketentuan tentang tax amnesty harus menspesifikasi pajak apa saja yang diberikan ampunan. Pada umumnya, pajak yang diberikan ampunan hanya bersumber dari satu jenis pajak atau satu kategori subjek pajak saja, misalnya tax amnesty hanya diberikan pada pajak penghasilan orang pribadi saja tidak termasuk pajak penghasilan badan, atau program tax amnesty hanya dikhususkan kepada pajak bumi dan bangunan saja.

(19)

pembebasan atau pengurangan pajak atas penghasilan yang belum dilaporkan yang bersumber dari harta kekayaan di luar negeri tersebut.

Selain itu, jumlah pajak yang belum dibayar dan sanksi administrasi yang diberikan ampunan harus ditentukan dalam ketentuan tax amnesty. Pada umumnya, jumlah yang diberikan ampunan dapat berupa:

 Seluruh atau sebagian dari jumlah pajak yang terutang;

 Seluruh atau sebagian dari jumlah sanksi administrasi;

 Pembebasan dari sanksi pidana;

 Pemberian fasilitas angsuran.

Secara umum, tax amnesty mensyaratkan wajib pajak untuk tetap membayar seluruh pajak yang terutang. Walau demikian, perhitungan pajak yang terutang tersebut dapat saja didasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku pada saat program tax amnesty dilaksanakan. Sementara pemberian ampunan atas sanksi administrasi dan pembebasan dari sanksi pidana merupakan hal yang umum diberikan di banyak program tax amnesty.

2.1.5 Pemerintah

Menurut PP 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

(20)

2.1.6 Kurva Laffer

Laffer menjelaskan adanya hubungan antara tarif pajak (tax rates) dengan penerimaan negara dari pajak (tax revenue). Hubungan ini dapat dijelaskan dengan sebuah kurva yang kemudian dikenal lebih lanjut dengan istilah Laffer Curve. Laffer (2004: 1).

Sumber gambar: www.laffercenter.com

(21)

BAB III

METODOLOGI RISET

3.1 Metode Penelitian

(22)

realitas, langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya.

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif, yaitu metode yang membicarakan beberapa kemungkinan untuk memecahkan masalah aktual dengan jalan mengumpulkan data, menyusun atau mengklarifikasi, menganalisis, dan menginterprestasikannya.

Alasan penulis menggunakan metode ini adalah karena pada dasarnya penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Selain itu, metode ini dianggap cukup tepat bagi penulis untuk melakukan pendekatan terhadap masalah yang akan diteliti.

3.2 Objek Penelitian dan Sumber Data

Objek dalam penelitian ini adalah pengaruh tax amnesty terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak badan di Indonesia. Adapun data yang diperoleh bersumber dari buku, kitab undang-undang, koran, jurnal ilmiah, dan artikel baik dalam bentuk jurnal maupun internet. Data tersebut berupa makna kata, kerangka pikiran yang selanjutnya penulis analisa untuk ditulis ke dalam penelitian ini.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan studi kepustakaan merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisa dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik.

(23)

mekakukan pencarian data melalui media internet, mengumpulkan teori-teori yang menunjang penelitian.

3.4.2 Tahap pelaksanaan

Pada tahap ini, data yang telah dikumpulkan dijadikan penulis sebagai data mentah. Kemudian penulis melakukan studi media elektronik (internet dan televisi) untuk menguji keakuratan data mentah. Setelah tahapan pengujian selesai, hasilnya dijadikan data utama.

3.4.3 Tahap pengolahan data

Pada tahap ini, penulis menyusun dan mengolah data utama kemudian mengklasifikasikannya berdasarkan makna dan penggunaannya. Setelah itu data dianalisis lebih lanjut dengan cara dibaca, dimengerti, dan diinterprestasikan ke dalam tulisan di penelitian ini.

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Tujuan Pemerintah Dalam Memberlakukan Kebijakan Tax amnesty

di Indonesia

(24)

Tax amnesty dimaksudkan untuk menghapuskan sanksi pidana. Tax amnesty juga dapat diberikan kepada pelaporan sukarela data kekayaan wajib pajak yang tidak dilaporkan di masa sebelumnya tanpa harus membayar pajak yang mungkin belum dibayar sebelumnya. Dalam menetapkan perlu tidaknya tax amnesty, perlu dipertimbangkan apa yang menjadi justifikasi dari tax amnesty dan hingga batas mana tax amnesty dapat dijustifikasi.

Meningkatkan kepatuhan perpajakan Wajib Pajak merupakan tujuan pertama reformasi administrasi perpajakan jangka menengah. Ada tiga strategi yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan ini, yaitu, pertama, dengan membuat program dan kegiatan yang diharapkan dapat menyadarkan dan meningkatkan kepatuhan sukarela khususnya Wajib Pajak yang selama ini belum patuh. Kedua, meningkatkan pelayanan terhadap Wajib Pajak yang relatif sudah patuh sehingga tingkat kepatuhan dapat dipertahankan atau ditingkatkan. Ketiga, untuk meningkatkan kepatuhan perpajakan adalah dengan memerangi ketidakpatuhan dengan berbagai program dan kegiatan yang diharapkan dapat menangkal ketidakpatuhan perpajakan. Tujuan pemerintah dalam memberlakukan kebijakan tax amnesty adalah meningkatkan penerimaan pajak dalam jangka pendek.

(25)

pengaruh yang permanen terhadap penerimaan pajak jika tidak dilengkapi dengan program peningkatan kepatuhan dan pengawasan kewajiban perpajakan.

 Meningkatkan kepatuhan pajak di masa yang akan datang

Permasalahan kepatuhan pajak merupakan salah satu penyebab pemberian tax amnesty. Para pendukung tax amnesty umumnya berpendapat bahwa kepatuhan sukarela akan meningkat setelah program tax amnestydilakukan. Hal ini didasari pada harapan bahwa setelah program tax amnesty dilakukan wajib pajak yang sebelumnya belum menjadi bagian dari sistem administrasi perpajakan akan masuk menjadi bagian dari sistem administrasi perpajakan. Dengan menjadi bagian dari sistem administrasi perpajakan, maka wajib pajak tersebut tidak akan bisa mengelak dan menghindar dari kewajiban perpajakannya.

 Mendorong repatriasi modal atau aset

Kejujuran dalam pelaporan sukarela atas data harta kekayaan setelah program tax amnesty merupakan salah satu tujuan pemberian tax amnesty. Dalam konteks pelaporan data harta kekayaan tersebut, pemberian tax amnesty juga bertujuan untuk mengembalikan modal yang parkir di luar negeri tanpa perlu membayar pajak atas modal yang di parkir di luar negeri tersebut. Pemberian tax amnesty atas pengembalian modal yang di parkir di luar negeri ke bank di dalam negeri dipandang perlu karenaakan memudahkan otoritas pajak dalam meminta informasi tentang data kekayaan wajib pajak kepada bank di dalam negeri.

(26)

Taxamnesty dapat dijustifikasi ketika tax amnesty digunakan sebagai alat transisi menuju sistem perpajakan yang baru. Dalam konteks ini, tax amnesty menjadi instrumen dalam rangka memfasilitasi reformasi perpajakan dan sebagai kompensasi atas penerimaan pajak yang berpotensi hilang dari transisi ke sistem perpajakan yang baru tersebut.

4.2 Pengaruh Program Tax amnesty Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan di Indonesia

Upaya Direktorat Jenderal Pajak untuk memberikan pengampunan terhadap Wajib Pajak atau Pembayar Pajak masih diwarnai dengan pro dan kontra dari berbagai pihak. Program tax amnesty pernah dilaksanakan dua kali yaitu di tahun 1984 dan 2008. Pelaksanaan tax amnesty di tahun 1984 merupakan kegagalan bagi program tersebut karena pelaksanaannya tidak efektif, respon Wajib Pajak saat itu sangat kurang dan tidak diikuti dengan reformasi sistem administrasi perpajakan secara menyeluruh. Sedangkan, di tahun 2008, beberapa perubahan sempat tampak dengan bertambahnya 5,6 juta wajib pajak baru, namun setelah itu tingkat kepatuhan wajib pajak stagnan, realisasi penerimaan pajak turun, begitu pula tax ratio yang tidak naik signifikan.

(27)

positif terhadap target yang telah ditetapkan. Dilain sisi, tingkat kepatuhan pembayaran pajak orang kaya sampai saat ini belum maksimal atau masih rendah. Itu sebabnya, upaya-upaya untuk menarik wajib pajak orang kaya terus dilakukan termasuk upaya Ditjen Pajak membuat kantor pelayanan khusus bagi WP kaya atau High Net-Worth Individual (HNWI). Kantor Pelayanan Pajak (KPP) WP BOP adalah salah satu kantor pelayanan yang berfungsi menjaring WP orang kaya terutama yang berada Jakarta. KPP WP BOP akan melayani sekitar 1.200 orang kaya dengan kekayaan di atas Rp 100 miliar.

Dalam ilmu behavioral economics, faktor-faktor seperti keadilan, rasa memiliki (keterikatan), dan keyakinan bahwa pajak yang diterima oleh pemerintah akan digunakan dengan benar juga berkontribusi dalam meningkatkan kepatuhan pajak. Jika pemerintah membuat sistem pajak lebih adil, meningkatkan rasa memiliki pembayar pajak (membangun identitas dengan komunitas yang lebih besar), dan menunjukkan bahwa uang pajak akan digunakan untuk hal-hal produktif; kepatuhan pajak akan meningkat tanpa melakukan insentif ekonomi. Dengan demikian, upaya meningkatkan insentif non-ekonomi bahkan mengurangi ukuran hukuman dapat meningkatkan kadar kepatuhan pajak.

(28)

Hasil dari reformasi administrasi perpajakan adalah peningkatan jumlah wajib pajak secara signifikan. Sunset Policy, program tax amnesty atas penghapusan sanksi administrasi, yang diberlakukan pada tahun 2008 turut berkontribusi dalam peningkatan jumlah wajib pajak. Pada saat program Sunset Policy diberlakukan di tahun 2008, terdapat peningkatan jumlah wajib pajak sebanyak 5.365.128. Sementara tambahan penerimaan pajak dari program tersebut sebanyak Rp 7,46 triliun. Namun demikian, pada tahun 2009, jumlah wajib pajak yang tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan mencapai 47,39% dari total wajib pajak sebanyak 15.469.590. Hal ini menunjukkan rendahnya tingkat kepatuhan dan kemungkinan wajib pajak kembali ke perilaku ketidakpatuhan.

Pada umumnya, sebagian besar ahli perpajakan berpendapat bahwa tax amnesty merupakan cara yang mujarab untuk meningkatkan kepatuhan pajak. Walau demikian, ada juga kekhawatiran bahwa tax amnesty dapat melemahkan kepatuhan pajak, terutama jika orang berharap bahwa tax amnesty mungkin akan datang lagi di masa depan. Untuk alasan ini, banyak ahli tidak menyarankan pelaksanaan tax amnesty secara berulang dalam waktu yang sangat berdekatan. Selain itu, kepatuhan pajak juga dapat meningkat selama beberapa prasyarat terpenuhi, seperti: adanya sanksi yang tegas dan sistem untuk mendeteksi penggelapan pajak. Prasyarat tersebut berangkat dari model penggelapan pajak yang dibangun oleh Michael G. Allingham dan Agnar Sandmo (dikenal dengan nama A-S Model). Pendekatan ekonomi tradisional tersebut dalam konteks kepatuhan pajak mengasumsikan bahwa wajib pajak membayar pajak berdasarkan karena adanya sanksi dan kemungkinan akan terdeteksi apabila mencoba melakukan penyelundupan pajak.

4.3 Permasalahan Yang Akan Timbul Dari Diberlakukannya Program

Tax amnesty di Indonesia

(29)

yang dikeluarkan pemerintah, pasti akan muncul permasalahan yang timbul dari diberlakukannya program pengampunan pajak di Indonesia.

Sebagaimana diketahui bersama, bahwa masyarakat Indonesia pada umumnya selalu mengharapkan aji mumpung. Terhadap pengampunan pajak ini, pasti pengemplang pajak akan memanfaatkan aji mumpung ini guna menghindari kewajiban pajaknya selama ini sebelum diberikan pengampunan pajak.

Pemberian pengampunan pajak bagi Wajib Pajak Badan yang melakukan tindakan ilegal juga dikhawatirkan akan menimbulkan masalah dengan rasa keadilan antar Wajib Pajak. Pada tahun 2008 saat diberlakukannya program tax amnesty, Direktorat Jenderal Pajak memberikan pengampunan kepada Wajib Pajak Badan yang besar dan melakukan tindakan ilegal. Hal ini kerap menjatuhkan rasa keadilan bagi Wajib Pajak Badan yang patuh terhadap regulasi pemerintah karena di dalam pemilihan Wajib Pajak Badan yang dipilih untuk mengikuti program ini tidak jelas darimana kriterianya dan dikhawatirkan akan menimbulkan praktik KKN. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap administrasi perpajakan, strategi yang dipakai adalah dengan meningkatkan citra Direktorat Jenderal Pajak. Strategi tersebut dilakukan dengan program merevisi UU KUP, dan program penerapan Good Corporate Governance. Peranan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) adalah memberikan pelayanan yang baik dalam pemenuhan hak dan kewajiban perpajakan Wajib Pajak. DJP juga mempunyai hak dalam melaksanakan tugas bersifat memaksa berdasarkan undang-undang

(30)

pajnjang, ada beberapa kondisi yang perlu dipenuhi seperti teknologi yang lebih modern (termasuk peningkatan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan kemampuan petugas pajak untuk melakukan pemeriksaan pajak), kepemimpinan politik, serta kebijakan dan peraturan pemerintah. Demikian pemikiran yang dapat saya tuangkan dalam artikel ini dan semoga kepada para pembaca sebagai wajib pajak dapat melaksanakan seluruh kewajiban perpajaknnya sehingga mendapatkan hak perpajakan yang layak pula.

(31)

diharapkan bila kebijakan tax amnesty diimplementasikan yaitu akan dapat mendorong masuknya dana-dana dari luar negeri yang dalam jangka panjang dapat digunakan sebagai pendorong investasi yang pada gilirannya bermanfaat untuk menstimulasi perekonomian nasional. Di sisi lain kelemahannya bila diterapkan pengampunan pajak adalah tidak serta merta menjamin peningkatan kinerja setoran pajak ke kas negara. Hal ini bisa sebaliknya berpotensi terjadinya penyelewengan, manipulasi dan tindakan moral hazard lainnya. Para pengusaha yang memperoleh pemutihan pajak akan melakukan penggelapan kewajiban pajaknya. Kecuali bila diberlakukan pengampunan pajak bersyarat. Contohnya pengampunan pajak bersyarat, wajib pajak harus transparan terhadap aset-aset dan penghasilan mereka. Hal ini guna menghindari kekeliruan yang sama tahun 1984 tidak terulang kembali yaitu minimnya akses informasi terhadap masyarakat dan minimnya keterbukaan/transparansi serta sosialisasi kebijakan ini.

4.4 Hal Yang Harus Diperhatikan Oleh Pemerintah Dalam Pelaksanaan Program Tax amnesty di Indonesia

Bila digunakan analisis SWOT, terutama dilihat dari sisi kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan implementasi penerapan tax amnesty, dapat dijelaskan sebagai berikut:

A. Strength (kekuatan)

(32)

untuk ditambah lagi mengingat wajib pajak setiap tahunnya mempunyai tren meningkat.

2. Bila kebijakan perpajakan seperti tax amnesty diterapkan maka akan menciptakan kerelaan masyarakat untuk mendaftarkan diri menjadi Wajib Pajak dan menunaikan kewajiban perpajakannya seperti yang dilakukan pemerintah sebelumnya dengan sunset policy maupun pemebebasan pajak fiskal bagi warga negara Indonesia yang hendak bepergian ke luar negeri dengan syarat memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.

3. Kondisi ekonomi nasional saat ini relatif stabil dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen. Hal ini dapat menjamin pemberlakuan tax amnesty. Beberapa negara lain seperti Afrika Selatan, Korea Selatan dan lain-lain, memberlakukan tax amnesty pada saat ekonomi negara tersebut dalam kondisi stabil.

4. Dengan diadakannya sensus pajak tahun 2011 maka dapat diketahui gambaran mengenai kondisi wajib pajak, potensi maupun karakteristik wajib pajak yang dapat meberikan masukan bagi pengambil keputusan guna menentukan ya atau tidak implementasi tax amnesty dilakukan.

2. Weakness (Kelemahan)

(33)

lama karena tentu saja harus mendapat persetujuan dari DPR (Dewan Pertimbangan Rakyat).

o Pernah dilaksanakan implementasinya. Pertama, pengampunan pajak sudah dilaksanakan pada tahun 1964 melalui Penetapan Presiden RI No. 5 tahun 1964 tentang Peraturan Pengampunan Pajak yang kemudian secara berturut-turut diikuti Keppres No. 26 tahun 1984 tentang Pengampunan Pajak. Keputusan Menteri Keuangan No. 345/KMK.04/1984 tentang Pelaksanaan Pengampunan Pajak. Keputusan Menteri Keuangan No. 966/KMK.04/1983 tentang Faktor Penyessuaian Untuk Penghitungan Pajak Penghasilan. Namun efektifitas pelaksanaan tax amnesty tersebut masih rendah, efektifitas ini terukur dari rendahnya partisipasi peserta tax amnesty tersebut.

o Reformasi dan penataan sistem perpajakan sedang dilakukan baik perbaikan potensi, intensifikasi dan ekstensifikasi, pengembangan teknologi informasi, perbaikan sumber daya manusia serta pengawasan. Oleh karena itu bila tax amnesty dilakukan maka hasilnya tidak optimal. Idealnya tax amnesty dilakukan hanya sekali.

3. Opportunity (Peluang)

(34)

2009) Dana tersebut disimpan di sejumlah bank di Singapura dan Australia.

o Sejumlah negara telah sukses memberlakukan tax amnesty, salah satu diantaranya adalah Afrika Selatan, Korea Selatan dan India.

o Tingkat kepercayaan masyarakat yang masih tinggi merupakan salah satu peluang untuk mewujudkan tujuan akhir guna mengamankan penerimaan negara dari sektor pajak

4. Treat (Tantangan)

o Salah satu tantangan yang dihadapi Direktorat Jenderal Pajak adalah antara lain terus dikembangkan hubungan kerja sama internasional baik dengan institusi negara-negara lain maupun lembaga keuangan internasional untuk dapat saling tukar menukar data dan informasi perpajakan.

o Beberapa peristiwa penyimpangan di Ditjen Pajak seperti ”Kasus Gayus” berakibat pada penggiringan opini wajib pajak untuk memboikot pembayaran pajak dengan melakukan penghindaran pajak (tax avoidance).

o Banyaknya permasalahan yang timbul terkait pengampunan pajak sehingga aturannyapun menjadi semakin kompleks oleh karenanya diperlukan aturan yang jelas yang tidak menimbulkan persepsi yang berbeda serta berbagai kepentingan.

(35)

berkisar 13 persen bila dibandingkan dengan beberapa negara tetangga, sehingga kebijakan tax amnesty adalah salah satu upaya alternatif guna meningkatkan minat pembayaran pajak di kalangan masyarakat. Bila dilihat perkembangan Tax ratio dari tahun 2005 sampai dengan 2010 adalah sebagai berikut:

Dari tabel tersebut terlihat hanya pada tahun 2008 tax ratio Indonesia lebih tinggi dari 13 persen. Target 2011 tax ratio tercapai 12,2 persen dan tahun 2012 tercapai 12,6 persen. Dengan rendahnya tax ratio tersebut maka diperlukan upaya-upaya pemerintah guna peningkatan tax ratio tersebut yang antara lain berupa pemberian pengampunan pajak dalam jangka pendek yang diharapkan dalam jangka panjang terjadi peningkatan wajib pajak maupun penerimaan pajak.

(36)

menyelaraskan sanksi sesuai dengan besarnya pelanggaran; (4) meninjau kembali sanksi idana bagi pihak ketiga (termasuk konsultan pajak dan kantor akuntan publik terkait); (5) meninjau kembali pengenaan sanksi tidak mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP; (6) meninjau kembali pengenaan sanksi terhadap WP yang tidak menyelenggarakan pembukuan.

Beberapa hal harus diperhatikan oleh pemerintah mengingat kebijakan ini merupakan kebijakan yang menyangkut pendapatan utama negara yaitu dari sektor perpajakan. Menurut UU KUP No. 28 Tahun 2007, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Atas definisi tersebut, sebenarnya pengertian pajak tidaklah relevan untuk diberikan pengampunan. Hal-hal lain yang harus diperhatikan pemerintah untuk menerapkan kebijakan tax amnesty di Indonesia adalah dengan menentukan kriteria Wajib Pajak yang akan diberikan pengampunan.

Pemerintah juga harus memperhatikan rasa keadilan yang akan dialami oleh Wajib Pajak Badan lainnya karena secara langsung maupun tidak langsung, masyarakat lah yang membantu pemerintah menyetorkan ke anggaran pendapatan belanja negara. Rasa keadilan tersebut juga berkaitan dengan moral hazard yang kerap dialami masyarakat Indonesia yang diberi fasilitas sedemikian rupa sehingga lupa dengan kewajibannya untuk memberi timbal balik ke negara.

(37)

account representative (AR) yang bertugas melayani WP-WP tertentu secara khusus dan juga pelayanan melalui pemanfaatan teknologi terkini, seperti kemudahan melalui pembayaran on-line, pelaporan melalui electronic filling, serta kepastian dalam menanggapi kebutuhan WP seperti kepastian mengenai penegasan atau ruling.

Selain itu, pemerintah juga harus memperhatikan program ini dapat melemahkan fiskus untuk menagih pajak. Petugas pajak (fiskus) yang baik dalam bekerja tentunya dalam bekerja berdasarkan peraturan internal, peraturan pegawai negeri sipil. Menjalankan sumpah jabatan dengan baik dan benar, maka dalam menjalankan pekerjaannya diberikan target untuk mendapatkan pajak sebesar-besarnya yang memang mempunyai kewajiban pajak kepada negara. Dengan adanya program ini, kemungkinan untuk selanjutnya dalam bekerja fiskus tersebut akan menjadi melemah untuk menagih pajak.

(38)

administrasi pemeriksaan dengan menggunakan otomasi komputer; (4) mempertegas ketentuan konfirmasi Faktur Pajak, Bukti Potong, dan Surat Setoran Pajak agar konfirmasi tidak menunda penyelesaian pemeriksaan.

Tax ratio juga harus diperhatikan karena hal tersebut adalah hal esensial. Secara sederhana perolehan penerimaan pajak akan besar bila diterapkan tarif yang tinggi. Demikian pula apabila diterapkan tarif rendah, maka akan diperoleh penerimaan pajak yang kecil, tetapi demikian disimpulkan bahwa dalam penerapannya banyak bergantung pada basis pajak (tax base) yang dihadapi. Penerapan tarif tinggi akan digunakan dalam hal basis pajak yang tinggi. Berdasarkan teori Laffer tersebut, kondisi ini menyebabkan perolehan pajak yang relatif lebih rendah. Artinya, jika pemerintah menerapkan kebijakan yang mempersulit Wajib Pajak, misalnya tarif pajak dinaikkan, akan mempengaruhi tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan dalam membayar pajak atau tidak.

Presiden Indonesia keenam, Susilo Bambang Yudoyono mengatakan bahwa sasarannya adalah meningkatkan target rasio pajak. Namun dengan diberikannya pengampunan pajak bukan mengejar Wajib Pajak yang tidak patuh, dikhawatirkan tidak tercapainya target rasio pajak. Selain itu, minyak bumi dan gas alam yang ada di Indonesia dari tahun ke tahun semakin berkurang, sedangkan kewajiban negara kepada kreditor asing dan juga kewajiban untuk menyejahterakan rakyat sangatlah dibutuhkan. Untuk itu adanya ide untuk menggulirkan pengampunan pajak ini harus dikaji sangat matang dan dipertimbangkan oleh semua pihak, sehingga dengan tidak akan diberlakukannya pengampunan pajak, maka beban negara dapat dipenuhi sedikit demi sedikit.

(39)

Selain itu, faktor lain yang perlu dipertimbangkan antara lain, tax amnesty memerlukan publikasi yang luas di media. Sebagai contoh, India ketika mengkampanyekan program tax amnesty nya di tahun 1997 Slogan yang dipakai adalah “30 percent taxes, 100 percentpeace of mind” yang membawa lebih dari 350.000 wajib pajak turut serta dalam program pengampunan pajak dengan jumlah pemasukan pajak sebesar US $ 2,5 milyar atau saat ini setara dengan Rp 22,5 triliun.

Indonesia dapat mempertimbangkan untuk melakukan tax amnesty dalam berbagai bentuknya untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Tax amnesty ini juga dapat dipandang sebagai rekonsilisasi nasional untuk menghapus masa lalu wajib pajak yang tidakpatuh dan perilaku otoritas pajak yang melanggar aturan.Tax amnesty akan berhasil jika terdapat justifikasi yang kuat kenapa perlu adanya tax amnesty. Tax amnesty harus dipublikasikan secara masif dengan pesan agar para penggelap pajak untuk ikut karena setelah tax amnesty akan diberlakukan sanksi yang tegas bagi mereka yang tidak patuh. Untuk itu, diperlukan juga reformasi kelembagaan DJP secara bersamaan untuk dapat mendeteksi kecuarangan wajib pajak pasca pemberlakuan tax amnesty. Disamping itu, untuk membangun kepatuhan sukarela untuk membayar pajak pasca tax amnesty diharuskan adanya transparansi penggunaan uang pajak (anggaran) serta alokasinya yang tepat sasaran dan berkeadilan.

Beberapa hal penting yang menjadi acuan atau langkah –langkah implementasi program tax amnesty, antara lain :

1. Penelitian dan pengumpulan data sebelum pelaksanaan program pengampunan pajak sangat diperlukan.

2. Optimalisasi strategi ”pull and push

(40)

4. Mendapatkan persetujuan dan komitmen yang kuat dari seluruh jajaran organisasi.

5. Mendapatkan persetujuan dan dukungan yang kuat dari parlemen.

6. Tidak melakukan perubahan persyaratan administrasi di tengah jalan, misalnya perubahan bentuk dan isi formulir, setelah program diumumkan.

7. Pastikan bahwa program amnesti memberi manfaat sekaligus kenyamaanan bagi yang berpartisipasi, sebaliknya menimbulkan rasa was-was yang tinggi bila tidak berpartisipasi.

8. Meminimalisasi persyaratan yang sifatnya kurang jelas.

9. Melibatkan kalangan profesional sebanyak mungkin seperti akuntan, pengacara, konsultan pajak, dunia perbankan, kalangan akademisi, pengamat, Lembaga Swadaya Masyarakat dan lain-lain.

10. Segera umumkan ke masyarakat luas jika pemerintah dan parlemen telah memutuskan untuk melaksanakan program amnesti ini.

11. Lakukan program sosialisasi ke seluruh lapisan masyarakat luas dengan strategi yang tepat dan terarah.

(41)

13. Rencana pemberian pengampunan pajak juga memiliki konsekuensi akan hilangnya hukuman sandera badan (gizzeling) bagi penunggak pajak, sehingga perlu kajian mendalam aspek yuridis berkaitan dengan wajib pajak bermasalah khususnya penunggak pajak besar.

14. Kelemahan lain dari pengampunan pajak ini bisa menjadi motivator bagi wajib pajak untuk tidak membayar pajak (menunda melunasi utang pajaknya). Karena yang bersangkutan berpandangan akan mendapat pengampunan pajak lagi.

15. Penerapan pengampunan pajak ini harus menjadi bagian dari reformasi perpajakan dan bukan terpisah (komprehensif), yang dapat berdampak pada kontraproduktif.

(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Atas pembahasan yang sudah dijelaskan, penulis menyimpulkan beberapa hal yang ada di dalam rumusan masalah, yaitu:

a. Tax amnesty dimaksudkan untuk menghapuskan sanksi pidana. Meningkatkan kepatuhan perpajakan Wajib Pajak merupakan tujuan pertama reformasi administrasi perpajakan jangka menengah. Permasalahan penerimaan pajak yang stagnan atau cenderung menurun seringkali menjadi alasan pembenar diberikannya tax amnesty. Hal ini berdampak pada keinginan pemerintah yang berkuasa untuk memberikan tax amnesty dengan harapan pajak yang dibayar oleh wajib pajak selama program tax amnesty akan meningkatkan penerimaan pajak. Tujuan pemerintah dalam melakukan tax amnesty adalah untuk meningkatkan kepatuhan pajak di masa yang akan datang, mendorong repatriasi modal atau aset yang terparkir di luar negeri, transisi ke sistem perpajakan yang baru.

(43)

c. Pemberian pengampunan pajak bagi Wajib Pajak Badan yang melakukan tindakan ilegal juga dikhawatirkan akan menimbulkan masalah dengan rasa keadilan antar Wajib Pajak. Sebagaimana diketahui bersama, bahwa masyarakat Indonesia pada umumnya selalu mengharapkan aji mumpung. Terhadap pengampunan pajak ini, pasti pengemplang pajak akan memanfaatkan aji mumpung ini guna menghindari kewajiban pajaknya selama ini sebelum diberikan pengampunan pajak. Hal ini kerap menjatuhkan rasa keadilan bagi Wajib Pajak Badan yang patuh terhadap regulasi pemerintah karena di dalam pemilihan Wajib Pajak Badan yang dipilih untuk mengikuti program ini tidak jelas darimana kriterianya dan dikhawatirkan akan menimbulkan praktik KKN.

d. Pemerintah harus memperhatikan rasa keadilan yang akan dialami oleh Wajib Pajak Badan lainnya karena secara langsung maupun tidak langsung, masyarakat lah yang membantu pemerintah menyetorkan ke anggaran pendapatan belanja negara. Rasa keadilan tersebut juga berkaitan dengan moral hazard yang kerap dialami masyarakat Indonesia yang diberi fasilitas sedemikian rupa sehingga lupa dengan kewajibannya untuk memberi timbal balik ke negara. Tax ratio juga harus diperhatikan karena hal tersebut adalah hal esensial. Secara sederhana perolehan penerimaan pajak akan besar bila diterapkan tarif yang tinggi. Demikian pula apabila diterapkan tarif rendah, maka akan diperoleh penerimaan pajak yang kecil, tetapi demikian disimpulkan bahwa dalam penerapannya banyak bergantung pada basis pajak (tax base) yang dihadapi.

5.2 Saran

Ada beberapa saran yang dapat disampaikan terkait implementasi tax amnesty di Indonesia, antara lain sebagai berikut :

(44)

2. Pemberian kebijakan pengampunan pajak semestinya tidak hanya menghapus hak tagih atas wajib pajak (WP) tetapi yang lebih penting lagi adalah memperbaiki kepatuhan WP, sehingga pada jangka panjang dapat meningkatkan penerimaan pajak.

3. Implementasi tax amnesty dapat diterapkan bila syarat-syarat keterbukaan dan akses informasi terhadap masyarakat terpenuhi oleh karena itu apabila tax amnesty akan diterapkan harus menggunakan tax amnesty bersyarat.

4. Tax amnesty dapat diterapkan terutama pada bidang-bidang atau sektorsektor industri tertentu saja yang dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan tax ratio dengan syarat terpenuhinya kesiapan sarana dan prasarana pendukung lainnya.

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, A., & Megantara, A. (Eds.). (2009). Era Baru Kebijakan Fiskal. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Baer, Katherine dan Eric LeBorgne. (2008). Tax Amnesties: Theory, Trend, and Some Alternatives. Washington: International Monetary Fund.

Analisis Implementasi Pengampunan Pajak di Indonesia. (2015). Kemenkeu RI. Di akses dari http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/Analisis %20Implementasi%20Tax%20Amnesty%20di%20Indonesia.pdf

(‘Analisis Implementasi Pengampunan Pajak di Indonesia’, 2015) Bangga Jadi Wajib Pajak. (2015, September 8). Kompas, p. 20.

Fidel. (2010). Cara Mudah & Praktis Memahami Masalah-masalah Perpajakan: Mulai dari konsep dasar sampai aplikasi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Lubis, I. (2011). Kreatif Gali Sumber Pajak tanpa Bebani Rakyat. (R. Toruan, Ed.). Jakarta: Elex Media Komputindo.

Waluyo. (2005). Perpajakan Indonesia (10th ed.). Jakarta: Salemba Empat.

Mulyo, Agung. (2007). Teori dan Aplikasi Perpajakan Indonesia, Penerbit Dinamika Ilmu. Jakarta.

Santoso, Brotodiharjo. (1998). Pengantar Hukum Pajak. Bandung: Refika Aditama

Tax amnesty di Indonesia. (2014). Diakses pada 2 Oktober 2015 dari

http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/3656/ Bab%202.pdf?sequence=7

Analisis Implementasi Pengampunan Pajak di Indonesia. (2015). Kemenkeu RI. Diakses 12 September dari

(46)

Tax amnesty di Indonesia. (2014). Diakses pada 2 Oktober 2015 dari

http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/3656/ Bab%202.pdf?sequence=7

Tax amnesty Dipercaya Bikin Patuh Wajib Pajak. (2014). Diakses pada 2 September 2015 dari http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt54912bbf7ae9b/tax-amnesty-dipercaya-bikin-patuh-wajib-pajak

Apa Sih Tax amnesty. (2015). Diakses pada 2 September 2015 dari

http://www.kompasiana.com/renindah/apa-sih-tax-amnesty_553dd97f6ea8341727f39b22

Hati-hati Tax amnesty Sudah Dua Kali Gagal. (2015). Diakses pada 2 September 2015 dari http://bisnis.tempo.co/read/news/2015/03/29/090653784/hati-hati-tax-amnesty-sudah-dua-kali-gagal

Tax amnesty Untuk Rekonsiliasi Nasional Bagian 1. (2015). Darussalam. Diakses pada 2 September 2015 dari https://www.selasar.com/ekonomi/tax-amnesty-untuk-rekonsiliasi-nasional

Referensi

Dokumen terkait

Banyak wisatawan yang ingin berkunjung kebingungan untuk memilih objek wisata mana yang akan mereka tujuh, karena banyaknya obyek wisata yang ada, sehingga objek

Bab II, menjelaskan tentang landasan teori yang mencakup: 1.) Konsep Bimbingan dan Konseling. 2.) Karakteristik Bimbingan dan Konseling Islami. 3.) Kecerdasan Emosi 4.) Program

dan kelayakan model. Hasil validasi oleh 1, 2 dan 3 komponen kelayakan isi diperoleh rata-rata skor 3,6 , kelayakan penyajian diperoleh rata-rata skor 3,8 dan

Perancangan ini bertujuan untuk dapat menampung dan merefleksikan tujuan dari kafe tersebut ke dalam interior area galeri, indoor dining, outdoor dining, dan.. store yang

Penelitian ini penting untuk dilakukan karena setiap manusia memiliki respon yang berbeda dari setiap perubahan, Oleh karena itu perlu dilakukan eksplorasi lebih dalam

Penelitian ini menggunakan 2 desain uji coba klinis secara acak dengan desain yang pertama mengunakan jumlah sampel 11 pasien efusi pleura ganas yang dipleurodesis dengan

Tujuan Penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar passing bolavoli dengan penerapan media audio visual dan alat bantu pembelajaran pada siswa kelas XI IPA 3

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa Penerapan Metode Small Group Discussion dengan Model Cooperative Learning mata pelajaran IPA dengan