• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI SYIRKAH DALAM LEMBAGA KEUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IMPLEMENTASI SYIRKAH DALAM LEMBAGA KEUNG"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI SYIRKAH DALAM LEMBAGA KEUNGAN

SYARIAH

(DALAM PERSPEKTIF FIQIH)

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata kuliah Fiqih Kontemporer

Dosen Pengampu :Imam Mustofa, S.H.I., M.SI.

Disusun oleh:

Puji Rahayu (141271410)

Kelas A

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI ( IAIN ) METRO

(2)

B. PENDAHULUAN

Makalah ini membahas tentang implementasi syirkah dalam

lembaga keuangan syariah. Yang dibahas oleh makalah ini yaitu suatu

bentuk kerja sama yang menerapkan bercampurnya suatu modal dengan

modal lainnya.

Dengan adanya kerja sama antara pemilik modal dengan modal

lainnya maka akan memudahkan kita untuk membuka usaha dan

mendapatkan hasil yang lebih menguntungkan. Hal ini merupakan salah

satu bentuk saling menolong,atau sama saja dengan berinvestasi.

Dengan bekerja sama bercampurnya suatu modal dengan modal lainnya

(3)

C. Implementasi Syirkah Dalam Lembaga Keungan Syariah

Secara etimologi syirkah adalah perkongsian berarti izin untuk

mendayagunakan harta yang dimiliki dua orang secara bersama-sama

oleh keduanya, namun masing-masing memiliki hak untuk

mendayagunakan.1

Menurut defenisi syariah, syirkah adalah transaksi antara dua

orang atau lebih yang bersepakat untuk melakukan suatu usaha

finanssial dengan tujuan mencari keuntungan (Taqiyyudin,1996).2

implementasi syrikah dalam lembaga keungan syariah harus

memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. proyek atau kegitan usaha yang akan di kerjakan fleksibel dan

tidak bertentangan dengan syariah.

2. Pihak-pihak yang turut dalam kerja sama memasukan dalam

musyarakah, dengan ketentuan:

a. Dapat berupa uang tunai atau aset likuid

b. Dana yag tertimbun bukan milik lagi perorangan, tetapi

menjadi dana usaha. 3

Musyarakah atau syirkah dalam konteks perbankan yaitu akad

kerjasama antara pembiayaan bank syariah (Islamic Banking), atau

beberapa keungan secara bersama-sama, dan nasabah untuk mengelola

untuk suatu kegiatan usaha. Masing-masing memasukan pernyertaan

dana sesui proporsi yang di sepakati. Pengelolaan kegitan usaha,

dipercaya kepada nasabah. selaku pengelola, nasabah wajib

menyampaikan laporan berkala mengenai perkembangan usaha kepada

bank-bank sebagai pemilik dana. Disamping itu, pemilik dana dapat

melakukan intervensi kebijakan usaha.4

Pembiyaan syirkah dalam dunia perbankan syariah di antaranya

sebagai berikut:

1 Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, (Bandung: Cv Pustaka Setia, 2001), h.184.

2 Deny Setiawan,”Kerja sama atau syirkah dalam ekonomi islam,”dalam jurnal ekonomi Vol.2,No.3,September 2013,(1-8), h. 2.

3

(4)

1. Pembiyaan dalam modal kerja dapat dialokasikan untuk

usaha yang bergerak dalam bidang kontruksi, industri,

perdagangan, dan jasa.

2. Pembiayaan investasi dapat dialokasikan untuk

perusahaan yang bergerak dalam bidang industri.

3. Pembiayaan secara indikasi baik untuk kepentingan modal

kerja maupun investasi. 5

D. Pengajuan Pembiayaan Syirkah Dalam Perbankan

Ada beberapa ketentuan dalam pengajuan pembiayaan syirkah

dalam perbankan diantaranya:

a. Pada setiap permohonan pembiayaan musyarakah atau syirkah

baru, bank berketentuan internal diwajibkan untuk menerangkan

esensi dari pembiayaan musyarakah serta kondisi penerapannya.

b. Bank wajib meminta nasabah untuk mengisi formulir permohonan

pembiayaan musyarakah

c. Dalam memproses permohonan pembiayaan musyarakah, bank

wajib melakukan analisis:

a) Kelengkapan adminitrasi yang disyaratkan

b) Aspek hukum

c) Aspek personal dan aspek usaha.

d. Bank menyampaikan tanggapan atas permohonan dimaksud

sebagai tanda adanya tahapan penawaran dan penerimaan.

e. Pada waktu penandatanganan akad antara para nasabah dan

bank pada kontrak akad wajib di informasikan tanggal dan tempat

melakukan akad,dll.

f. Bank dan para pihak wajib menyetor dana sebesar nominal

tertulis.

Dengan asumsi bank adalah sebagai sleeping partner, maka bank

wajib melakukan pengawasan atas pengelolaan usaha dimaksud.6

5Ibid., h. 147. 6

(5)

E. Hal-Hal Yang Membatalkan Syirkah

Hal-hal yang membatalkan syirkah ada yang sifatnya umum dan

berlaku untuk semua syirkah, dan ada yang khusus untuk syirkah tertentu

tidak untuk syirkah yang lain.

1. Sebab yang membatalkan syirkah secara umum

Semua modal disatukan untuk dijadikan proyek

musyarakah dan di kelola bersama-sama. Setiap pemilik modal

berhak turut serta dalam menentukan kebijakan usaha yang

dijadikan oleh pelaksana proyek. Pemilik modal dipercaya untuk

menjalankan proyek musyarakah dan tidak boleh melakukan

tindakan seperti:

a. Menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi

b. Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain

tanpa seizin pemilik modal lainya.

c. Memberi pinjaman kepada pihak lain

d. Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaan

atau digantikan oleh pihak lain

e. Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerjasama

apabila:

a) Menarik diri dari perserikatan

b) Meninggal dunia

c) Menjadi tidak cakap hukum

Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka

waktu proyek harus diketahui bersama. Keuntungan dibagi sesuai

proporsi kesepakatan sedangkan kerugian dibagi sesuai dengan

dengan proporsi modal. 7

Proyek yang dijalankan harus disebutkan dalam akad.

Setelah proyek selesai nasabah mengembalikan dana tersebut

bersama bagi hasil yang telah disepakati.8

2. Sebab-sebab yang mebatalkan syirkah secara khusus

7

Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keungan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), h. 102.

(6)

Adapun hal-hal yang membatalkan syirkah secara khusus

sebagai berikut:

a. Rusaknya harta syirkah seluruhnya atau harta salah

seorang anggota serikat sebelum dugunakan untuk

membeli barang dalam syirkah amwal.

b. Tidak terwujudnya persamaan modal dalam syirkah

mufawadhah ketika akad akan dimulai. Hal tersebut karena

adanya persamaan antara modal pada permulaan akad

merupakan syarat yang penting untuk keabsahan akad. 9

c. Modal para anggota syirkah lenyap sebelum dibelanjakan

atas nama syirkah. Bila modal tersebut lenyap sebelum

terjadi percampuran harta hingga tidak dapat

dipisah-pisahkan lagi, yang menanggung risiko adalah para

pemilikannya sendiri. Apabila harta lenyap setelah terjadi

percampuran yang tidak bisa dipisah-pisahkan lagi,

menjadi risiko bersama. Kerusakan yang terjadi setelah

dibelanjakan, menjadi risiko bersama. Apabila masih ada

sisa harta, syirkah masih dapat berlangsung dengan

kekayaan yang masih ada.10

d. Salah Satu pihak murtad (keluar dari agama islam) dan

melarikan diri ke negeri yang berperang dengan negeri

muslim; karena orang seperti ini dianggap sebagai telah

wafat.11

Tujuan dari akad musyarakah atau syirkah di gunakan oleh

bank untuk memfasilitasi pemenuhan sebagai kebutuhan

permodalan nasabah guna menjalankan usaha atau proyek yang

di sepakati. Nasabah bertindak sebagai pengelolaan usaha dan

bank sebagai mitra sesuai dengan kesepakatan.12

9

Ahmad Wardi Muslich, Fiqih Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2013), h. 363. 10

(7)

F. Contoh kasus pembiayaan syirkah atau musyarakah dalam

Perbankan Syariah

Tuan Doni mengajak Bank Muamalat untuk membiayai proyek

usaha pertokoan dengan data-data sebagai berikut:

Nilai proyek Rp. 100.000.000,-

Porsi bank Rp. 400.000.000,-

Porsi tuan Doni Rp. 600.000.000,-

Nisbah bagi hasil Tuan X 60%

Bank 40%

Biaya administrasi ditanggung oleh nasabah Rp. 500.000,-

Periode 1 Tahun

(8)

Jurnal yang di gunakan untuk mencatat transakasi diatas adalah adalah:

a. Pada saat bank menyetor dana pada Tuan X sebesar

Rp400.000.000,-

D: Pembiayaan musyarakah Rp. 400.000.000

K: Rekening nasabah Rp. 400.000.000

b. Biaya administrasi Rp. 500.000,- ditanggung oleh nasabah

D: Rekening nasabah Rp. 500.000

K: Pendapatan pembiayaan musyarakah Rp. 500.000

c. Pengumuman pendapatan sebesar Rp. 10.000.000,-

Hak yang diperoleh oleh bank 40% x Rp. 100.000.000 = Rp.40.000.000

D: Pendapatan bagi hasil yang masih akan diterima

Rp 40.000.000

K: Pendapatan bagi hasil pembiayaan musyarakah

R 40.000.000

Hak bank 40% x Rp. 25.000.000 = Rp. 10.000.000

D: Kerugian pembiayaan musyarakah Rp. 10.000.000

K: Pembiayaan musyarakah Rp. 10.000.0000

f. Pengakukan keuntungan dan kerugian pembiayaan musyarakah

D: kas Rp. 430.000.000

D: Rugi pembiayaan musyarakah Rp. 10.000.000

K: Laba pembiayaan musyarakah Rp. 40.000.000

K: pembiayaan musyarakah Rp. 400.000.000

g. Pembayaran bagi hasil pembiayaan musyarakah

D: Rekening nasabah Rp. 40.000.000

K:Pendapatan bagi hasil pembiayaan musyarakah Rp. 40.000.000

h. Berakhirnya akad musyarakah

(9)

K: Pembiayaan musyarakah Rp. 400.000.00013

Nasabah dan bank berkongsi dalam pengadaan suatu barang

(biasanya rumah atau kendaraan), misalnya 30% dari nasabah dan

70% dari bank. Untuk memiliki barang tersebut, nasabah harus

membayar kepada bank sebesar porsi yang dimiliki oleh bank.

Karena pembayaran dilakukan secara angsuran, pemilikan porsi

modal pun berkurang secara proposional sesuai dengan besaran

angsuran. Barang yang telah dibeli secara kongsi tadi baru akan

menjadi milik nasabah setelah porsi nasabah menjadi 100% dan

porsi bank 0%.

Contoh:

Jika kita mengambil rumah, misalnya harga rumah RP.

100.000.000,-. Bank berkonstribusi Rp. 70.000.000,- dan nasabah

Rp. 30.000.000,-. Karena kedua belah pihak (bank dan nasabah)

telah berkongsi, bank memiliki 70% saham rumah, sedangkan

nasabah memiliki 30% kepemilikan rumah. Dalam syariah Islam,

barang milik perkongsian bisa disewakan kepada siapa pun,

termasuk kepada anggota perkonsian itu sendiri, dalam hal ini adalah

nasabah.

Seandainya sewa yang dibayarkan penyewa (nasabah)

adalah Rp. 1.000.000,- per bulan, pada realisasinya Rp. 700.000,-

akan menjadi milik bank dan Rp. 300.000.,- merupakan bagian

nasabah. Akan tetapi, karena nasabah pada hakikatnya ingin

memiliki rumah itu, uang sejumlah Rp. 300.000,- itu dijadikan sebagai

pembelian saham dari porsi bank. Dengan demikian, saham nasabah

setiap bulan akan semakin besar dan saham bank semakin kecil.

Pada akhirnya, nasabah akan memiliki 100% saham dan bank tidak

lagi memiliki saham atas rumah tersebut. Itulah yang disebut dengan

pengkosian yang mengecil atau musyarakah muntanaqishah atau

disebut juga dengan decreasing participation dari pihak bank.14

13

Partini,”Implementasi Pembiayaan Musyarakah Terhadap Akutansi Perbankan Syariah Pada PT. Bank Muamalat”,Skripsi(Surakarta,Juli 2009), h.67-68.

(10)

F. Skema Syirkah Dalam Lembaga Keungan Syariah

(1)

DANA 50% DANA 50%

(2)

(4) (3)

Investasi kebijakan usaha pengelola

POKOK+BAGI HASIL

BAGI HASIL

Keterangan:

1. Bank (sebagai pemilik dana) dan Nasabah bekerja sama dalam sebuah bisnis properti;

2. Masing-masing menyertakan modal 50%:50%

3. Bank dan nasabah bekerjasama dalam mengerjakan atau

mengelola proyek properti tersebut.

4. Bank dapat melakukan intervensi kebijakan bisnis tersebut

5. Risiko bisnis di tanggung bersama

6. Keuntungan dari proyek tersebut dibagi bersama dengan

porsi 50%:50%.15

15

Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keungan Islam Tinjauan Teoretis Dan Praktis, (Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2010), h. 70.

BANK BSM NASABAH

INVESTOR

BISNIS

(11)

G. Manfaat Syirkah Atau Musyarakah

Manfaat Untuk pihak bank meliputi:

1. Bank akan meninmati peningkatan dalam jumlah tertentu pada

saat keuntungan nasabah meningkat.

2. Bank tidak berkewajiba membayar dalam jumlah tertentu pada

nasabah pendanaan secara tetap, tetapi di sesuaikan dengan

pendapatan atau hasil uaha bank, sehingga bank tidak akan

pernah mengalami negative spread.

3. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan arus kas

usaha nasabah, sehingga tidak meberatkan nasabah.

4. Bank akan lebih selektif dan hati-hati mencari usaha yang

benar-benar halal, aman, dan menguntungkan. Hal ini karena

keuntungan yang riil dan benar-benar terjadi itulah yang akan

dibagikan.16

Manfaat Untuk pihak nasabah meliputi:

1. Memberikan keuntungan kepada para anggota pemilik modal

2. Memberikan lapangan kerja kepada kariyawan

3. Memberikan bantuan keungan dari sebagian hasil usaha

musyarakah atau syirkah untuk mendirikan tempat ibadah,

sekolah dan sebagainya.17

16

Muhammad Syaf’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h. 93-94.

(12)

H. PENUTUP

Implementasi syirkah dalam lembaga keuangan syariah dapat

disimpulkan bahwa Implementasi menurut bahasa adalah penerapan,

sedangkan syirkah yaitu akad antara dua pihak yang saling bekerja sama

dalam hal pemodalan agar mendapatkan keuntungan. Jadi Implementasi

Syirkah dalam lembaga keuangan syariah adalah penerapan

bercampurnya suatu modal dengan modal lainnya dengan saling bekerja

sama agar mendapatkan keuntungan yang maksimal.

Dalam akad syirkah, kerja sama dalam suatu modal harus

mempunyai kesepakatan terlebih dahulu agar pada akhirnya tidak

menimbulkan masalah. Kesepakatan seperti keuntungannnya harus

dibagi rata, jika mengalami kerugian ditanggung oleh pemodal itu sendiri.

Tetapi pengelola turut menananggung rugi, hal ini sudah melanggar

syarat-syarat yang sudah ditentukan.

Hukum perkongsian diperbolehkan untuk melakukan kerja sama

dalam berniaga, tetapi dengan syarat tanpa adanya pengkhianatan dari

salah satu atau kedua pihak. Dengan demikian di dalamnya terdapat

tolong menolong. Dalam perkongsian Syirkah memiliki prinsip yang

menggunakan prinsip kemitraan, yakni kerja sama antara pihak-pihak

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Rachmat Syafei. Fiqih Muamalah. Bandung: Cv Pustaka Setia, 2001.

Deny Setiawan,”Kerja sama atau syirkah dalam ekonomi islam,” dalam jurnal ekonomi Vol.2,No.3,September 2013.

Imam Mustofa. Fiqih Muamalah Kontemporer. Jakarta: Rajawali Pers, 2016.

Ascarya. Akad & Produk Bank Syariah. Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2011.

Adiwarman Karim. Bank Islam Analisis Fiqih Dan Keungan. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2014.

Ahmad Wardi Muslich. Fiqih Muamalat. Jakarta: Amzah, 2013.

Muhammad. Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah. Yogyakarta:

Anggota IKAPI, 2000.

Sa'diyah. Mahmudatus Aziroh. Nur. “Musyarakah Dalam Fiqih Dan

Perbankan Syariah” dalam Jurnal Ekonomi Syariah Vol 2. No.2,

Desember 2014.

Nurul Huda dan Mohamad Heykal. Lembaga Keungan Islam Tinjauan

Teoretis Dan Praktis. Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2010.

Muhammad Syaf’i Antonio. Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik. Jakarta:

Gema Insani Press, 2001.

Mardani. Fiqih Ekonomi Syariah, Jakarta: Kencana, 2012.

Hendi Suhendi,Fiqh Muamalah,Jakarta:Rajawali Pers,2011.

Nasroen Haroen, Fiqh Muamalah,Jakarta:Gaya Media Pratama,2007.

Partini, Implementasi Pembiayaan Musyarakah Terhadap Akutansi

Perbankan Syariah Pada PT. Bank Muamalat,Skripsi,Surakarta,Juli

Referensi

Dokumen terkait

Nilai appraisal suatu perusahaan dapat diperoleh dari perusahaan appraisal independent. Teknik yang digunakan oleh perusahaan appraisal sangat beragam, bagaimanapun nilai ini

Pasar Palapa Kota Pekanbaru sebelum menjadi salah satu pasar tradisional yang besar di Kota Pekanbaru pada awalnya hanyalah berupa pasar lingkungan Kecamatan

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh Masyarakat Kampung Bariat yaitu dalam pengelolaan dan pemanfaatan pohon damar oleh masyarakat Kampung Bariat mereka menjual getah

Mengembangkan koordinasi antara mata dengan tengan merupakan hal yang sangat penting bagi anak kecil, dan dengan mainan puzzle kardus adalah cara yang bagus untuk

Jumlah Target dan Realisasi Penerimaan Anggaran per Kelurahan di Kecamatan Sukasari Tahun 2013 Table.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat diambil kesimpulan bahwa ekstrak etanol daging buah mahkota dewa mengandung senyawa metabolit sekunder

1) Memberikan pemahaman dan pelatihan kepada masyarakat petani. Dalam memberikan pemahaman, tim AgFor menyampaikan bahwa mereka tidak perlu susah payah mencari dan

Laporan Pendahuluan Vulnus Laceratum. LAPORAN PENDAHULUAN