• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 MENCIPTAKAN SUASANA BELAJAR YANG KONDUSIF DAN EFEKTIF DALAM MENDUKUNG PROSES PEMBELAJARAN YANG BERKUALITAS Muhammad Yusup Dosen Tetap Prodi Pendidikan Agama Islam STAI Muara Bulian muhammadyusup57yahoo.co.id Abstract - View of MENCIPTAKAN SUASANA BELAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "3 MENCIPTAKAN SUASANA BELAJAR YANG KONDUSIF DAN EFEKTIF DALAM MENDUKUNG PROSES PEMBELAJARAN YANG BERKUALITAS Muhammad Yusup Dosen Tetap Prodi Pendidikan Agama Islam STAI Muara Bulian muhammadyusup57yahoo.co.id Abstract - View of MENCIPTAKAN SUASANA BELAJA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

MENCIPTAKAN SUASANA BELAJAR YANG KONDUSIF DAN EFEKTIF DALAM MENDUKUNG PROSES

PEMBELAJARAN YANG BERKUALITAS

Muhammad Yusup *

* Dosen Tetap Prodi Pendidikan Agama Islam STAI Muara Bulian muhammadyusup57@yahoo.co.id

Abstract

(2)

Teachers will determine the atmosphere of teaching and learning in the classroom. Competent teachers will be better able to create a learning environment that is effective and efficient in the classroom, so that student learning outcomes are at the optimal level. The success, influenced by many factors mainly lies in educators (teachers) and taught (students), who serves as actors and subjects in the process.

Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan terus dilakukan oleh berbagai pihak, baik konvensional dan inovatif. bisnis ini banyak didasarkan pada mandat yang terkandung di Republik Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Bab II, Pasal 3, yang mengatakan: "Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan karakter membentukk dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam konteks mendidik bangsa yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik untuk menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan

menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab. Banyak faktor yang perlu

(3)

hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal. Keberhasilan, dipengaruhi oleh banyak faktor terutama terletak pada pendidik (guru) dan mengajar (siswa), yang berfungsi sebagai aktor dan subyek dalam proses.

Keyword: Suasana Belajar, Kondusif, Efektif, Berkualitas

Pendahuluan

Proses pembelajaran seharusnya mampu menciptakan suasana kelas atau iklim kelas yang kondusif untuk mendukung terciptanya kualitas proses pembelajaran. Namun sayangnya proses pembelajaran yang terjadi selama ini masih cenderung satu arah, kurang memperhatikan partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran. Akibatnya proses pembelajaran yang terjadi selama ini kurang bermakna bagi siswa, sehingga belum mampu mengembangkan kompetensi dan potensi kemampuan siswa secara lebih optimal. Suatu proses pembelajaran di sekolah yang penting bukan saja materi yang diajarkan atau pun siapa yang mengajarkan, melainkan bagaimana materi tersebut diajarkan. Bagaimana guru menciptakan iklim kelas (Classroom Climate) dalam proses pembelajaran tersebut.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan diperlukan peningkatan dan penyempurnaan pendidikan, yang berkaitan erat dengan peningkatan mutu Proses Belajar Mengajar (PBM) secara operasional yang berlangsung dalam kelas yang baik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Karenanya manajemen kelas memegang peranan yang sangat menentukan dalam PBM. Manajemen kelas menurut Suharsini Arikunto adalah usaha yang dilakukan oleh guru membantu tercapainya kondisi yang optimal, sehingga terlaksananya kegiatan belajar sebagaimana yang diharapkan.1

Seorang pelajar merasa senang datang ke sekolahnya, dikarenakan pada pikirannya tergambar sebuah ruangan kelas yang nyaman, pengajar-pengajar yang baik, dan berkompeten, teman-teman yang baik, fasilitas-fasilitas pengajaran yang lengkap dan mendukung, sehingga dia mampu berpikir produktif, bekerja sama dengan teman-temannya, mampu menyerap informasi yang disampaikan. Inilah sebuah gambaran di mana sebuah lingkungan belajar mampu mendorong siswa untuk datang ke sekolah. Berbeda halnya dengan seorang pelajar yang memiliki sebuah lingkungan belajar yang kotor, pengajar-pengajar yang tidak baik, suasana kelas yang berantakan, teman-teman yang individualis, serta fasilitas

1

(4)

pengajaran yang tidak sesuai, tentunya akan menimbulkan kesan malas, dan membosankan, sehingga tidak timbul rasa semangat pada saat proses belajar mengajar berlangsung dan berdampak pada kegagalan proses belajar-mengajar, dikarenakan suasana lingkungan belajar yang tidak kondusif dan efektif.

Gambaran di atas menunjukkan bahwa salah satu faktor penting yang menentukan hasil belajar adalah lingkungan belajar. Dalam lingkungan yang menyenangkan, siswa akan senang belajar, dan secara langsung akan meningkatkan hasil belajar. Sebaliknya jika lingkungan belajar tidak nyaman maka tidak akan mendukung hasil belajar yang maksimal.

Pendidikan merupakan unsur penting dalam menentukan kemajuan suatu bangsa dan negara. Berdasarkan Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 (2006: 2), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

(5)

menyimpulkan bahwa kondisi pembelajaran yang kondusif akan berbanding lurus dengan hasil peerolehan sisiwa pada materi yang diberikan.

Kendatipun demikian, pendidik perlu berupaya bagaimana menciptakan kondisi yang kondusif, menyenangkan, menantang, sehingga materi ajar yang disajikan dapat mengintervensi kompetensi yang diharapkan dalam diri peserta didik. Melalui serangkaian kegiatan pembelajaran yang berlangsung dalam kondisi yang menyenangkan akan berpeluang bagi peserta didik untuk dapat mengungkap arti dan makna yang berbeda atas interpretasinya terhadap obyek, materi yang tersajikan. Untuk menciptakan kondisi tersebut, pendidik pada umumnya perlu melakukan pengelolaan terhadap sarana dan prasarana kelas yang tersedia serta mencegah dan/atau mengendalikan timbulnya perilaku peserta didik yang mengganggu aktivitas selama proses pembelajaran.

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas jelaslah bahwa guru merupakan kunci keberhasilan dalam pengelolaan proses belajar mengajar, sehingga sudah seharusnya guru harus memiliki kemampuan profesional termasuk kemampuan memanajemeni kelas agar dapat tercipta suatu lingkungan belajar yang kondusif di dalam kelas. Maka dalam makalah ini akan membahas mengenai upaya yang dapat dilakukan untuk menciptakan suatu kondisi lingkungan yang kondusif namun dibatasi pada permasalahan yang timbul dari tindakan siswa.

Hakikat Proses Pembelajaran

Proses Belajar Mengajar merupakan komunikasi dua arah, dimana kegiatan guru sebagai pendidik harus mengajar dan siswa sebagai terdidik yang belajar. Dari sisi siswa sebagai pelaku belajar dan sisi guru sebagai pembelajar, dapat ditemukan adanya perbedaan dan persamaan. Hubungan guru dan siswa adalah hubungan fungsional, dalam arti pelaku pendidik dan pelaku terdidik. Dari segi tujuan akan dicapai baik guru maupun siswa sama-sama mempunyai tujuan sendiri-sendiri. Meskipun demikian, tujuan guru dan siswa tersebut dapat dipersatukan dalam tujuan instruksional.

(6)

Dalam Proses belajar tersebut, siswa menggunakan kemampuan mentalnya untuk mempelajari bahan belajar. Kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dibelajarkan dengan bahan belajar menjadi suku rinci dan menguat. Adanya informasi tentang sasaran belajar, penguatan, evaluasi dan keberhasilan belajar, menyebabkan siswa semakin sadar akan kemampuan dirinya.

Dari kegiatan interaksi belajar-mengajar tersebut, guru membelajarkan siswa dengan harapan bahwa siswa belajar. Maka, ranahranah tersebut semakin berfungsi. Sebagai ilustrasi, pada ranah kognitif siswa dapat memiliki pengetahuan, pemahaman, dapat menerapkan, menganalisis, sintesis dan mengevaluasi. Pada ranah afektif siswa dapat melakukan penerimaan, partisipasi, menentukan sikap, mengorganisasi dan membentuk pola hidup. Sedangkan pada ranah psikomotorik siswa dapat mempersepsi, bersiap diri, membuat gerakan-gerakan sederhana dan kompleks, membuat penyesuaian pola gerak dan menciptakan gerakgerak baru.2

Walaupun kita tahu bahwa belajar mungkin saja terjadi tanpa pembelajaran atau dilakukan secara insidental, namun demikian dampak pembelajaran tersebut terhadap belajar sangat bermanfaat dan biasanya mudah diamati. Apabila pembelajaran dirancang untuk mencapai suatu tujuan belajar tertentu (a specific learning objective),maka pembelajaran itu mungkin akan lebih berhasil atau lebih efektif dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Proses Belajar Mengajar mencakup peristiwa-peristiwa yang dihasilkan atau ditimbulkan oleh sesuatu yang bisa berupa bahan cetakan (buku teks, surat kabar, majalah, dsb), gambar, program televisi, atau kombinasi dari obyek-obyek fisik, dsb. Peristiwa ini mencakup semua ranah atau domain hasil belajar (learning outcomes). Secara singkat, dapat kita katakan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa yang dapat mempengaruhi si belajar sedemikian rupa, sehingga akan mempermudah ia dalam belajar, atau belajar yang dilakukan oleh si belajar dapat dipermudah/ difasilitasi.

Maka Proses Belajar Mengajar dapat dikatakan efektif, apabila dapat memfasilitasi pemerolehan pengetahuan dan keterampilan si belajar melalui penyajian informasi dan aktivitas yang dirancang untuk membantu memudahkan siswa dalam rangka mencapai tujuan khusus belajar yang diharapkan.3

2

Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 7.

3

(7)

Menciptakan Suasana Belajar Yang Kondusif

Suasana kelas yang kondusif akan mampu mengantarkan pada prestasi akademik dan non-akademik siswa, maupun kelasnya secara keseluruhan. Kelas yang kondusif di antaranya memiliki ciri-ciri; tenang, dinamis, tertib, suasana saling menghargai, saling mendorong, kreativitas tinggi, persaudaraan yang kuat, saling berinteraksi dengan baik, dan bersaing sehat untuk kemajuan.

Banyak faktor yang perlu diperhatikan dalam menciptakan Suasana belajar yang yang kondusif dalam mendukung proses pembelajaran yang berkualitas. Adapun beberapa faktor yang perlu diperhatikan tersebut antara lain, yaitu:

Pendekatan pembelajaran hendaknya berorientasi pada bagaimana siswa belajar (student centered);

Adanya penghargaan guru terhadap partisipasi aktif siswa dalam setiap konteks pembelajaran.

1. Guru hendaknya bersikap demokratis dalam memeneg kegiatan pembelajaran.

2. Setiap permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran sebaiknya dibahas secara dialogis.

3. Lingkungan kelas sebaiknya disetting sedemikian rupa sehingga memotivasi belajar siswa dan mendorong terjadinya proses pembelajaran.

Salah satu hal yang harus dikedepankan dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan adalah menyertakan partisipasi siswa di dalam kelas. Selain untuk membangun komunikasi dengan siswa, pengajar juga dapat mengetahui apa yang menjadi kebutuhan bagi para siswa. Jika situasi ini tak terbangun, bisa jadi siswa akan merasa canggung berbicara dengan guru dan komunikasi tidak akan berjalan baik. Akibatnya, pengajar juga akan mengalami kesulitan untuk mengetahui apa yang menjadi keinginan siswa. Beberapa tips yang dapat menjadi panduan dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan:

1. Ciptakan iklim yang nyaman buat anak didik Anda

Iklim yang nyaman akan menghilangkan kecanggungan siswa, baik sesama guru maupun antar siswa sendiri. Hal ini juga bisa mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan, sehingga komunikasi antara pendidik dan anak didik dapat terbangun. Sebagai pengajar, Anda dapat menjelaskan kepada siswa bahwa tidak akan ada siswa lain yang akan mengejek ketika ia bertanya. Beri motivasi kepada siswa bahwa dengan bertanya, akan memudahkannya untuk lebih mengetahui tentang sesuatu hal daripada hanya diam mendengarkan.

(8)

Jika siswa Anda mengajukan pertanyaan, sebisa mungkin fokus dan memperhatikannya. Meski sederhana, hal ini akan menumbuhkan kepercayaan diri siswa karena ia merasa diperhatikan. Seringkali siswa merasa kurang percaya diri sehingga enggan untuk memberikan kontribusi di dalam kelas. Nah, tugas Anda sebagai pengajar, membangun kepercayaan diri siswa dengan menunjukkan perhatian-perhatian saat siswa merasa sedang ingin didengarkan.

3. Jangan ragu memberikan pujian kepada siswa

Anda juga bisa mencoba dengan memuji setiap komentar yang diajukan oleh anak didik Anda. Misalnya, "Oh, itu ide yang sangat bagus" ,atau "Pertanyaan kamu bagus, itu tidak pernah saya pikirkan sebelumnya”.

4. Beri pertanyaan yang mudah dijawab

Jika hal di atas belum juga berhasil untuk mengajak siswa memberikan komentar atau pertanyaan, giliran Anda untuk mengajukan pertanyaan memancing yang bisa membuat anak didik Anda tidak lagi bungkam di dalam kelas. Pastikan pertanyaan Anda mampu dijawab oleh siswa, sehingga saat menjawab secara tidak langsung melatih siswa untuk berbicara.

Saat siswa sudah mulai merespon, beri senyum kepada siswa yang sudah berkomentar. Hal ini akan mengurangi rasa canggung yang biasa ia perlihatkan.

5. Biarkan siswa mengetahui pelajaran sebelum kelas dimulai Minta agar para siswa mempelajari bahan yang nantinya akan Anda tanyakan. Sehingga, ia akan mempersiapkannya terlebih dulu. Jika saat anda bertanya dan para siswa tidak merespon, ubah format pertanyaan anda yang hanya membutuhkan jawaban "ya" atau "tidak".

6. Controlling

Kontrol para siswa dengan alat kontrol yang Anda miiliki. Gunanya adalah untuk mengetahui seberapa banyak siswa yang biasanya berpartisipasi dalam kelas. Jika Anda menemukan beberapa siswa yang tingkat partisipasinya dalam kelas sangat kurang, maka ajak ia berkomunikasi secaraa pribadi. Mungkin dengan begitu ia akan merasa percaya diri. Selain itu, jika yang Anda temukan hanyalah permasalahan kurang percaya yang menjadikannya diam selama kelas berlangsung, maka tugas Anda selanjutnya adalah memberi ia tugas yang bisa membantunya untuk berkomunikasi. Misalnya, tugas berpidato dalam kelas.

(9)

sebuah pembelajaran yang mampu menciptakan suasana yang kondusif dan bebas dari resiko, misalnya dengan tidak adanya paksaan dalam memeluk Islam, melainkan atas kesadaran dan keikhlasan.

Artinya : “Tidak ada paksaan untuk memasuki agama (Islam),

sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dan jalan yang sesat.”4 Dari kutipan ayat diatas, telah memberikan inspirasi bahwa pembelajaran yang berlangsung tidaklah merupakan sebuah paksaan, sehingga peserta didik akan secara sadar dan ikhlas dalam melakukan proses pembelajarannya. Dan dengan iu, perlulah kiranya menumbuhkan motivasi yang ada dalam diri peserta didik untuk mau belajar, yang nantinya akan membuahkan hasil bagi diri mereka sendiri.

Demi menarik minat para pembelajar dalam proses pembelajaran, tentunya diperlukan beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai sarana untuk menarik minat tersebut. al-Qur’an telah diturunkan dengan gaya bahasa yang semenarik mungkin, sehingga dapat menjadi perhatian bagi ummat Muhammad saw saat diturunkannya. Selain itu Allah telah berfirman:

ُناسْحاأ ايِى ِتِنلاِب ْمُْلِْدااجاو ِةاناساْلْا ِةاظِعْوامْلااو ِةامْكِْلْاِب اكِّبار ِليِباس الَِإ ُعْدا

mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Selain itu, keakraban antara guru dan siswa sangat menentukan keberhasilan belajar bagi siswa. Jika hal ini terjalin suasana belajar akan lebih santai dan siswa akan lebih mudah menangkap pelajaran. Siswa tidak akan merasa sungkan bertanya jika mereka tidak mengerti karena salah satu jalan membuat siswa cepat mengerti adalah dengan cara bertanya. Mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap peserta didik, dan menjalin hubungan yang lebih akrab antara guru dengan peserta didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik yang lain. Khusus dalam melakukan pembelajaran perorangan perlu diperhatikan kemampuan dan kematangan berfikir peserta didik, agar apa yang disampaikan bisa diserap dan diterima oleh peserta didik.

(10)

Penguasaan terhadap semua ketrampilan mengajar di atas harus utuh dan terintegrasi, sehingga diperlukan latihan yang sistematis, misalnya melalui pembelajaran mikro.

Seluruh sekolah yang bertaraf nasional dan internasional, jumlah siswa dibatasi dalam setiap kelas maksimal 32 siswa. Hal ini ditetapkan agar guru bisa lebih mudah memberikan pelajaran dengan baik dan siswa juga akan mudah menangkap yang nantinya akan mendapatkan hasil yang baik pula. Selain itu juga bagian sarana dan prasarana disekolah akan lebih mudah menyediakan alat praktikum sesuai dengan jumlah siswa seperti komputer, alat praktik IPA, peralatan olahraga, labor bahasa dan lain-lain. Dan juga guru menyampaikan materi pembelajaran dikelas dengan menggunakan alat multimedia. Bagi guru yang kreatif mereka membuat animasi karikatur dalam pembelajaran sehingga siswa tidak merasa jenuh. Bagian kurikulum juga harus memikirkan bagaimana agar siswa juga dapat menerima pembelajaran dengan baik dengan cara menyusun jadwal pelajaran dengan rapi. Dalam satu hari siswa jangan diberikan pelajaran yang berumus, harus diselingi dengan mata pelajaran yang lainnya.

Strategi Inovatif Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Gairah Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran

Sering kita temukan di lapangan bahwa kondisi persekolahan kita, khususnya Sekolah Dasar, dikelola apa adanya dan ala kadarnya. Terutama hal yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan sekolah dan keadaan ruangan kelas. Seperti terlihat pada kondisi ruang kelas yang ditata monoton dan konvensional, dengan tampilan apa adanya seperti tampak pada pengecatan dinding sekolah atau pun ruangan kelas yang kebanyakan dicat dengan warna putih polos, kuning polos, dan warna–warna lain yang serba polos. Ini sudah lumayan bagus, artinya kondisi kelas yang demikian sudah terlihat bersih.

(11)

Namun tidak berarti bahwa komunitas yang ada pada sekolah yang ada pada kondisi yang demikian menjadikan guru dan warga sekolahnya menjadi kehilangan kreatifitas untuk menciptakan hal– hal yang inovatif demi terciptanya lingkungan belajar yang indah, asri dan elok dipandang mata sehingga pada akhirnya tercipta suasana yang menyenangkan. Bab ini mengacu pada adanya suatu inovasi, yaitu bagaimana mengoptimalkan kondisi kelas (classical conditioning) dan penciptaan lingkungan sekolah agar dapat dipakai dan dimanfaatkan, dan dioptimalkan sehingga merupakan bagian yang tidak terpisahkan atau merupakan bagian yang integral dengan kegiatan pembelajaran. Artinya ruangan kelas jangan hanya menjadi dinding pembatas yang membatasi siswa di ruang kelas pada satu sisi, dengan lingkungan di luar kelas pada sisi lain. Demikian pula dengan lingkungan sekitar sekolah, terutama dinding–dinding sekolah jangan hanya menjadi benda mati yang menjadi dinding pemisah antara lokal yang satu dengan lokal yang lain, atau menjadi pembatas antara lingkungan sekolah sendiri dengan lingkungan luar sekolah.

Stretegi inovatif yang dapat dilakukan adalah bagaimana eksistensi dinding–dinding kelas yang pada dasarnya benda mati tersebut menjadi bermakna dan berbicara terhadap siswa pada khususnya dan bagi seluruh warga sekolah pada umumnya. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana menciptakan dinding–dinding sekolah dan ruang–ruang kelas yang mati ini menjadi lebih hidup, menjadi bermakna, dan pada akhirnya dapat menggairahkan nafsu belajar siswa?

Jawaban dari pertanyaan di atas tidak lain adalah diperlukan suatu langkah kreatifitas dari seorang guru, dan hal ini tentunya merupakan suatu langkah inovatif yang pada kenyataannya akan berbeda dengan kondisi realita dan mayoritas yang ada di lapangan saat ini. Pada kebanyakan orang dan pada kebanyakan guru bisa saja hal ini dianggap kegiatan yang mengada–ada. Namun justru di sinilah letak nilai inovatif itu sendiri muncul, sebab kegiatan yang bersiafat inovatif akan dirasakan hal yang asing oleh orang lain, sebab hal semacam itu sebelumnya jarang atau bahkan mungkin belum ada.

(12)

seni itu berupa penuangan warna-warna ceria, serasi dan kolaborasi beberapa warna pada dinding kelas atau pun dinding sekolah. Tidak hanya sampai di sini di samping pemaduan beberapa warna ceria yang relevan dengan dunia anak, kita juga harus mengisi ruang– ruang yang kosong dari dinding tersebut, dengan lukisan yang sengaja dibuat oleh guru, bersifat monumental dan bernilai estetis. Di samping itu dapat dipadukan gambar-gambar yang bervariasi dan relevan dengan pembelajaran. Relevan dengan pembelajaran maksudnya gambar yang dituangkan merupakan upaya untuk mendekatkan anak dengan materi pelajaran yang dipelajari pada kelas tertentu, misalnya pada pelajaran IPA, ada meteri-materi tertentu yang bisa berupa sajian gambar yang menarik siswa bila dituankan pada dinding sekolah, seperti : gambar gerhana, solar sistem, simbiosis, pertumbuhan tumbuhan, cara–cara perkembangbiakan, dan lain–lain.

Demikian juga seperti materi pelajaran IPS seperti gambar tipe –tipe hewan: Asiatis , Peralihan, Australis, dan gambar bendera dan lambang ASEAN, merupakan gambar yang sangat menarik bagi siswa. Apabila materi semacam ini disajikan berupa lukisan atau gambar yang menarik pada dinding sekolah, materi tersebut pada akhirnya bukan merupakan hal yang asing bagi siswa. Sebab setiap hari dan setiap saat siswa dapat mengamati dan melihatnya. Hal itu dimaksudkan supaya dinding sekolah dan ruang kelas menjadi suatu yang integral dengan kegiatan pembelajaran bernuansa estetis dan menyenangkan. Lukisan yang tertuang harus menciptakan nuansa dan nilai keindahan artinya bila kita memandang lukisan itu dapat tercipta suasana batin yang damai, menyejukkan kalbu. Kondisi semacam ini akan memiliki dampak psikologis yang sangat dalam bagi penikmat lukisan tersebut khususnya siswa, yaitu dapat memberikan nuansa rekreatif yang dapat menciptakan suasana relaksasi bagi otot–otot syaraf yang tegang stress dan semacamnya. Hanya saja hal yang harus diperhatikan yaitu tata letak dan penempatan dari lukisan itu sendiri. Lukisan hendaknya ditata sedemikian rupa sehingga eksistensinya tidak memecahkan konsentrasi siswa pada saat menerima pembelajaran.

(13)

Apabila hal itu terjadi tentu perlu mengundang orang yang pandai melukis. Upaya–upaya seperti yang telah dipaparkan oleh penulis tidak lain adalah suatu kiat agar siswa tidak bosan di sekolah, siswa lebih bergairah dalam pembelajaran yang pada akhirnya tentunya tercapainya prestasi siswa yang optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Belajar yang efisien dapat tercapai apabila dapat menggunakan strategi belajar yang tepat. Strategi belajar diperlukan untuk dapat mencapai hasil semaksimal mungkin. Adapun cara belajar yang baik dengan petunjuk sebagai berikut :

1. Keadaan Jasmani

Belajar merupakan tenaga yang harus dijaga, karena itu untuk mencapai hasil yang baik diperlukan keadaan jasmani yang sehat agar tidak mudah sakit, dsb.

2. Keadaan Emosional dan Sosial

Siswa yang merasa jiwanya tertekan, selalu dalam keadaan takut akan kegagalan, mengalami kegoncangan karena emosi yang tidak kuat, tidak mungkin dapat belajar secara efektif. Maka, keadaan tersebut harus dijaga dengan baik.

3. Keadaan Lingkungan

Tempat belajar hendaknya tenang, tanpa gangguan dari luar. Begitu juga sebelum pelajaran dimulai, hendaknya apa-apa yang dibutuhkan dipersiapkan terlebih dahulu.

4. Memulai Belajar

Dalam hal ini, sering menunda dan enggan untuk memulai belajar. Maka, kita harus mengatasinya dengan suatu “perintah“pada diri sendiri untuk memulai pekerjaan tersebut tepat pada waktunya.

5. Membagi Pekerjaan

Dengan semboyan “Devide et Impera“ kita dapat menyelesaikan pekerjaan yang banyak sekaligus. Dengan pintar-pintar memilih mana yang lebih penting dan harus dikerjakan terlebih dahulu, daripada hal-hal yang dianggap kurang menguntungkan.

6. Adakan Kontrol

Selidiki kembali pada akhir belajar, sampai sejauh manakah bahan tersebut dapat dikuasai. Jika hasilnya kurang memuaskan kiranya memerlukan latihan khusus, sebaliknya jika hasilnya sudah bagus perlu ditingkatkan dan dipertahankan lagi.

7. Pupuk sikap optimistis

Adakan persaingan dengan diri sendiri, niscaya prestasi akan meningkat dan karena itu memupuk sikap optimistis sangat penting.

(14)

Waktu yang tepat kita jadikan alat untuk memerintah diri kita sendiri. Karena, jika kita menyimpang dari waktu yang telah direncanakan maka akan mengalami kegagalan.

9. Buatlah suatu rencana kerja

Dengan adanya suatu rencana kerja dengan pembagian waktu, tampaklah bahwa selalu cukup waktu untuk belajar. Hanya dengan rencana kerja yang teliti kita dapat menggunakan waktu dengan efisien.

10.Menggunakan waktu

Menggunakan waktu tidak berarti bekerja lama sampai habis tenaga, melainkan bekerja sungguh-sungguh dengan sepenuh tenaga dan perhatian untuk menyelesaikan suatu tugas yang khusus.

11.Belajar keras tidak merusak

Belajar dengan penuh konsentrasi itu tidak merusak. Yang merusak ialah menggunakan waktu tidur untuk belajar, karena dapat mengurangi waktu istirahat.

12.Cara mempelajari buku

Sebelum kita mulai membaca buku, terlebih dahulu kita coba memperoleh gambaran tentang buku melalui garis besarnya dengan menyelidiki daftar isi buku tersebut.

13.Mempertinggi kecepatan membaca

Seorang pelajar harus sanggup menghadapi isi yang sebanyak-banyaknya dari bacaan dalam waktu sesingkatsingkatnya. Seorang pelajar harus mencapai kecepatan membaca sekurang-kurangnya 200 perkataan dalam satu menit. Ini hanya mungkin jika kita membaca dengan “lompatan mata“ tanpa mengucapkannya dengan menggerakkan bibir atau dalam hati, karena pengucapan itu dapat memperlambat kecepatan.

14.Jangan membaca belaka;

Membaca bukan sekedar mengetahui kata-katanya, melainkan juga mengikuti jalan pikiran si pengarang, reading may be regarded as reasoning. Setelah kita membaca satu bagian, kita harus mengatakannya kembali dengan kata-kata sendiri sambil merenungkan isinya secara kritis dan membandingkannya dengan apa yang telah kita ketahui. Jadi, kita harus mengadakan reaksi terhadap apa yang kita baca, dengan mengajak orang lain untuk berdiskusi.

Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Dalam Belajar

(15)

berlangsung, saat guru menerangkan beberapa murid asyik bercerita dengan temanya, berjalan-jalan, atau bermain sendiri.

Tentu saja hal seperti diatas bisa membuat guru merasa tersinggung dan tidak dihormati. Tetapi mungkin juga guru merasa cuek,terserah yang penting sudah melaksanakan kewajibannya. Pengalaman seperti itu merupakan hal menarik untuk disimak. Sebagai guru kreatif, inovatif dan profesionaltentu kita tidak ingin mengalami hal-hal seperti itu. Sebaiknya kita belajar dan terus belajar supaya peristiwa tersebut tidak menimpa kita sebagai guru. 1. Pembelajaran yang monoton

Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya permasalahan dikelas adalah guru yang selalu menoton dalam mengajar. Mereka hanya menyampaikan pengetahuan secara sepihak tanpa berusaha melibatkan mental psikologi anak.

Dalam Kegiatan Belajar mengajar (KBM). Guru hanya memposisikan anak secara pasif. Siswa hanya dipersiapkan menerima ilmu pengetahuan dari guru yang menggunakan metode ceramah dengan program 30 CH (duduk,dengar,diam,catat, dan hafal). Seperti kita ketahui siswa adalah makhluk unik, sehingga pendidik harus memiliki pemahaman terhadap kebutuhan peserta didiknya. Sebagai guru profesional sudah selayaknya berusaha meningkatkan penguasaan materi pembelajaran dengan beberapa pendekatan yang bisa memberikan hasil belajar yang optimal.

Siswa usia SD berada pada fase paling kreatif dalam hidup manusia karena mereka dalam usi bermain. Kenyataanya sejak pagi hingga siang, mereka harus belajar di kelas dengan kondisi tersiksa, mereka tidak boleh bicara, tapi harus duduk rapi, tangan di meja melihat bapak ibu guru menyampaikan materi. Oleh karena itu, seorang guru yang profesional harus bisa mencari dan menggunakan metode yang sesuai, sehingga suasana belajar di kelas tanpa tekanan.paksaan.

2. Pembelajaran dengan pendekatan PAIKEM.

Sebagai seorang kreator proses belajar mengajar, seharusnya guru mengembangkan suasana bebas bagi siswa untuk mengkaji apa yang menarik minat, bakat, serta mengekspresikan ide-ide dan kreatifitasnya. Tapi pada kenyataanya masih banyak pembelajaran yang cenderung bersifat teoritis dan tidak terkait dengan lingkungan siswa berada.

Kondisi seperti ini menyebabkan peserta didik ( siswa ) jenuh dan tidak betah di kelas. Agar tugas guru dalam KBM menjadi maksimal. Siswa merasa nyaman dan senang ketika pembelajaran berlangsung, maka guru harus pandai meramu KBM tersebut.

(16)

PAIKEM singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan menyenangkan.5

Aktif dimaksudkan dalam pembelajaran guru garus menciptakan suasana yanga membuat siswa aktif bertanya serta mengemukakan pendapat.

Peran aktif siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi kretif yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Inovatif, guru harus mampu membuat perubahan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan berbagai metode, sehingga siswa merasa enjoy belajar.

Kreatif, juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan tentu saja suasana belajar mengajar yang menyenangkan.

Dengan pendekatan PAIKEM diharapkan siswa dapat memusatkan perhatian secara penuh pada waktu belajar. Sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Secara garis besar PAIKEM bisa digambarkan sebagai berikut, Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan untuk mengembangkan pemahaman dan kemampuan dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkit semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagi sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan dan cocok bagi siswa.

3. Mengajar Menggunakan Bahasa Cinta

Untuk membuat suasana belajar dikelas menyenangkan dan menarik minat siswa untuk belajr lebih giat, maka guru harus dapat menciptakan hubungan yang harmonis dengan siswa. Karena siswa itu sendiri sebagai manusia yang memiliki rasa cinta jangan sampai membuat julukan negatif pada seorang guru gara-gara selalu marah dan berteriak

Bahasa cinta merupakan salah satu kunci sukses bagi semua guru untuk membangun sebuah hubungan yang indah dengan siswaagar tercipta suasana menyenangkan. Seorang guru dapat membangun hubungan yang indah dengan siswa jika mau berbuat. Diantaranya :

a. Mengakui kesalahan yang pernah dilakukan

Guru adalah sosok yang di kagumi, dihormati, sehingga akan menjadi sangat memalukan baginya untuk mengakui kesalahan yang mungkin telah di perbuat kepada para siswanya. Kewibawaan seorang guru akan terlihat dari apa yang telah ia lakukan. Sikap mengakui kesalahan dan mau minta maaf

5

(17)

menunjukkan kebersihan hati seseorang . b. Pujian untuk meningkatkan motivasi belajar

Jangan pelit memberi pujian kepada siswa atas keberhasilan yang di capai. Setiap usaha yang telah dia lakukan dalam pembelajaran tenyata mampu meningkatkan motivasi belajar dengan memberi pujian berarti seorang guru sedang menumbuhkan kepercayaan diri pada siswanya.

c. Memberi kesempatan berfikir kreatif

Menanyakan dan memberikan pilihan kepada siswa dalam proses pembelajaran akan membuat siswa berlatih mengambil keputusam sendiri tanpa ada paksaan. Siswa akan terdidik untuk berpikir kreatif dalam mencari pemecahan suatu masalah.

d. Mau menghargai orang lain

Kata terimah kasih merupakan ungkapan yang bermakna luas, ketika seorang siswa mampu mengatakan terimah kasih baik kepada teman atau gurunya berarti dia memiliki kepekaan bahwa apa apa yang telah berhasil ia dapatkan bukan semata-mata kehebatanya sendiri melainkan ada orang lain yang turut membantu.

Dari sinilah siswa dapat belajar untuk menyadari bahwa bekerja sama merupakan hal yang sangat baik untuk di lakukan. Dengan bahasa cinta, hubungan yang kaku antara guru dan murid sudah saatnya di ubah menjadi hubungan yang harmonis penuh kasih sayang. Dengan demikian akan mencetak calon-calon generasi yang unggul di masa mendatang.

Sebaik apapun metode belajar-mengajar yang diterapkan oleh seorang dosen, semuanya akan tetap menjadi sia-sia apabila dosen tersebut lupa bagaimana cara membangun hubungan yang baik dengan para mahasiswanya. Menurut DePorter satu-satunya hal yang dapat menarik minat siswa untuk belajar adalah hubungan sebagai manusia yang dapat mereka bangun dengan sang dosen. Oleh karena itu, bahasa cinta adalah salah satu kunci sukses bagi semua dosen untuk membangun sebuah hubungan yang indah dengan mahasiswa agar tercipta suasana belajar yang menyenangkan.6

Apabila seorang guru telah mampu berkata-kata dalam bahasa cinta kepada siswanya dan begitu juga sebaliknya, maka akan terjalin hubungan yang harmonis antara dosen dan mahasiswa. Hal inilah yang akan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Belajar bukan lagi sebuah hal yang membebani dan menakutkan, tetapi belajar adalah sesuatu yang menyenangkan, bebas, santai, penuh ketakjuban dan menggairahkan.

6

(18)

Penutup

Suasana yang dihadapi siswa dalam pembelajaran di sekolah dapat dibedakan tiga jenis yaitu pertama suasana autokratis dengan sikap guru yang otoriter, kedua, suasana Laissez-faire dengan sikap guru yang permisif, dan ketiga, suasana demokratis dengan sikap guru yang riil. Dari ketiga jenis suasana pembelajaran tersebut, suasana demokratis dengan sikap guru yang riil lebih memungkinkan untuk memberi peluang dalam mencapai hasil belajar yang optimal.

Suatu proses pembelajaran di sekolah yang penting bukan saja materi yang diajarkan atau pun siapa yang mengajarkan, melainkan bagaimana materi tersebut diajarkan. Bagaimana guru menciptakan iklim kelas (Classroom Climate) dalam proses pembelajaran tersebut.

Banyak faktor yang perlu diperhatikan dalam menciptakan suasana belajar yang berkualitas, antara lain yaitu: pertama, pendekatan pembelajaran hendaknya berorientasi pada bagaimana siswa belajar (student centered); Kedua, adanya penghargaan guru terhadap partisipasi aktif siswa dalam setiap konteks pembelajaran. Ketiga, guru hendaknya bersikap demokratis dalam memenej kegiatan pembelajaran. Keempat, setiap permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran sebaiknya dibahas secara dialogis. Kelima, lingkungan kelas sebaiknya disetting sedemikian rupa sehingga memotivasi belajar siswa dan mendorong terjadinya proses pembelajaran. Keenam, menyediakan berbagai jenis sumber belajar atau informasi yang berkaitan dengan berbagai sumber belajar yang dapat diakses atau dipelajari siswa dengan cepat.

Bibliografi

Abu Ahmadi, Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar,

Bandung: Pustaka Setia, 2005.

Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 1991.

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT.Al-Ma’arif, 1989.

Ali Imran dkk., Manajemen Pendidikan, Malang: Universitas Negeri Malang, 2003.

Cece Wijaya, A. Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994.

(19)

Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 1999.

Mujamil Qomar, Meniti Jalan Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2002.

Punaji Setyosari, Rancangan Pembelajaran Teori dan Praktek,

Malang: Elang Mas, 2001.

Slameto, Belajar Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya

Jakarta: Rineka Cipta, 1991.

Sudirman N, dkk, Ilmu Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992.

Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif, Jakarta: Rajawali Pers, 1992.

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dlam Intreraksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2000.

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bandung: Citra Umbara, 2003.

Referensi

Dokumen terkait