• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA HIPERTENSI TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT DI UPT PUSKESMAS DARUL AMAN KABUPATEN ACEH TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA HIPERTENSI TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT DI UPT PUSKESMAS DARUL AMAN KABUPATEN ACEH TIMUR"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA HIPERTENSI

TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT DI UPT PUSKESMAS

DARUL AMAN KABUPATEN ACEH TIMUR

Muhammad Khairurrozi1 1

Dosen Program Studi KeperawatanSTIKes Bina Nusantara

ABSTRAK

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanansistoliknya diatas 140 mmHg dan diastoliknya di atas 90 mmHg atau suatu kondisi medis yang ditandai dengan meningkatnya kontraksi pembuluh darah arteri sehingga terjadi resistensi aliran darah yang meningkatkan tekanan darah terhadap dinding pembuluh darah. Jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah melalui pembuluh arteri yang sempit. Tujuan penelitian ini adalah Untuk menganalisis pengetahuan dan sikap penderita hipertensi terhadap kepatuhan minum obat.

Desain penelitian Jenis penelitian ini bersifat Ana1itik yaitu yang bertujuan untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan dan Sikap Penderita Hipertensi terhadap Kepatuhan Minum ObatDi UPT Puskesmas Darul Aman Kabupaten Aceh Timur dengan menggunakan metode crosssectional studyyaitu data yang menyangkut variabel dependen dan independen akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.

Popu1asi da1am pene1itian ini sebanyak 124 orang.Teknik pengambilan sampel yang digunakan purposive sampling.maka didapatlah besar sampel sebanyak 55 pasien. Hasil penelitian diketahui bahwa Kepatuhan minum obat sebagian besar adalah kategori tidak patuh dengan frekuensi 35 orang (63,6%).

Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan penderita hipertensi terhadap kepatuhan minum obat P = 0,000(<0,05) di UPT Puskesmas Darul Aman Kabupaten Aceh Timur. Ada hubungan antara sikap penderita hipertensi terhadap kepatuhan minum obat P = 0,000 (<0,05) di UPT Puskesmas Darul Aman Kabupaten Aceh Timur.

Peneliti berharap dilaksanakanya suatu upaya penyuluhan kesehatan Kepada penderita hipertensi, agar mengubah kebiasaan hidupnya yang kurang sehat, yaitu dengan cara menjaga pola makan yang baik, melakukan olahraga agar berat badan tetap ideal sehingga tekanan darah tetap stabil.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Penderita Hipertensi

PENDAHULUAN

Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan sistoliknya mencapai di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg. Tekanan sistolik adalah tekanan maksimum di mana jantung berkontraksi dan memompa darah

(2)

akan menyebabkan kerusakan pada organ tubuh lainnya, seperti otak, ginjal, mata dan kelumpuhan organ-organ gerak (Purwati et al. 2005).

Menurut Lubis (2008), hipertensi diklasifikasikan atas hipertensi primer (esensial) (90-95%) dan hipertensi sekunder (5-10%). Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh beberapa penyakit. Pada sekitar 1 - 2 %, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB). Pengendalian hipertensi di negara maju belum memuaskan. Rata-rata, pengendalian hipertensi baru berhasil menurunkan prevalensi hingga 8%. Akan lebih baik jika penanganan hipertensi diintegrasikan dengan sistem kesehatan karena menyangkut aspek ketenagaan, sarana dan obat-obatan. Obat yang telah berhasil diproduksi teknologi kedokteran harganya masih relatif mahal sehingga menjadi kendala penanganan hipertensi, terutama bagi yang memerlukan pengobatan jangka panjang (Infokes, 2007).

Menurut Rohman .M.S., et. al. (2011), penyebab tidak terkontrolnya tekanan darah tinggi sebanyak 53,2% adalah minum obat tidak teratur, keberhasilan suatu terapi tidak hanya dari ketepatan diagnosa, pemilihan dan pemberian obat yang tepat, namun kepatuhan pengobatan juga menjadi penentu keberhasilan. Khususnya untuk terapi jangka panjang pada beberapa kronis diantaranya hipertensi, kepatuhan sangatlah penting. Sebab ketidakpatuhan terhadap terapi pengobatan akan berdampak negatif terhadap kualitas hidup pasien itu sendiri.

Di negara-negara maju kepatuhan pasien hanya 50%, sedangkan

dinegara-negara berkembang persentasenya bahkan lebih rendah daripada dinegara-negara maju (Asti, 2006). Penyebab lain tidak terkontrolnya tekanan darah adalah tidak mampu membeli obat sebanyak 28,4%, Masalah ekonomi menjadi kendala dalam mengotrol tekanan darah, status ekonomi juga menentukan fasilitas, karena orang sering beralasan tidak memeriksakan dirinya karena keterbatasan biaya untuk berobat dan mengecek kondisi kesehatannya secara rutin.

Kepatuhan pasien merupakan faktor utama penentu keberhasilan terapi. Kepatuhan serta pemahaman yang baik dalam menjalankan terapi dapat mempengaruhi tekanan darah dan secara tertahap dapat mencegah komplikasi. Kepatuhan diartikan secara umum sebagai tingkatan perilaku dimana pasien harus mengikuti nasihat yang diberikan oleh dokter, disiplin terhadap pantangan dalam makanannya, istirahat yang cukup dan tidak melupakan minum obat sesuai dengan instruksi dokter. Hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan namun hanya dapat dikendalikan sehingga para penderita penyakit hipertensi harus bisa mengendalikan tekanan darah dalam batas normal, untuk itu diperlukan kontrol tekanan darah secara rutin ( Niven, 2005).

(3)

Pengetahuan atau kognitif merupakan faktor dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan, Peningkatan pengetahuan penderita hipertensi tentang penyakit akan mengarah pada kemajuan berfikir tentang perilaku kesehatan yang lebih baik sehingga berpengaruh terhadap terkontrolnya tekanan darah (Mubarak dkk, 2007).

Sikap adalah juga respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya). Sikap adalah suatu kondisi internal yang mempengaruhi pilihan untuk bertindak, dimana tindakan yang akan dipilih, Sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain. Sikap akan memberikan pedoman dan peluang kepada seseorang untuk mereaksikan secara otomatis, sikap akan membuat kehidupan lebih sederhana dan membebaskan seseorang dalam mengatasi unsur-unsur kepada kehidupan sehari-hari. Sikap adalah merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan), atau reaksi tertutup (Notoatmodjo, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh (Mardiyati, 2009), menunjukkan bahwa penderita hipertensi mempunyai sikap yang buruk dalam menjalani kepatuhan

hipertensi, hal tersebut disebabkan oleh faktor pengetahuan penderita hipertensi. Sikap merupakan suatu tindakan aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi dari perilaku.

(4)

mengasumsikan dan melaksanakan beberapa tugas yang merupakan bagian dari sebuah regimen terapeutik. Akhir dari kepatuhan diimplikasikan individu pada tingkat yang lebih aktif, sukarela, dan keterlibatan pasien dalam melatih perilaku tersebut (Meichenbaum & Turk, 1998 dalam Mairani, 2006).

Kepatuhan pasien berpengaruh terhadap keberhasilan dalam suatu terapi pengobatan. Hasil terapi tidak akan mencapai tingkat optimal tanpa adanya serta dapat pula menimbulkan komplikasi yang sangat merugikan dan pada akhirnya akan berakibat fatal. Kepatuhan rata-rata pasien pada terapi jangka panjang terhadap penyakit kronis di negara sebesar 50%, sedangkan dinegara berkembang jumlah tersebut bahkan lebih rendah. Kepatuhan pasien sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan terapi penyakit. Suka atau tidak, pada penderita hipertensi, kepatuhan minum obat adalah kendali utama agar terhindar dari risiko mematikan. Sayangnya, banyak yang merasa tidak perlu minum obat ketika sudah merasa "normal", padahal itu salah. Hipertensi atau darah tinggi termasuk penyakit berisiko. Selain menahun, risiko yang terjadi bisa memicu gangguan kardiovaskular hingga 3-4 kali lipat, stroke, bahkan kematian.

Namun ternyata, banyak pasien enggan atau bahkan memutuskan berhenti minum obat saat mereka merasa normal atau tidak lagi merasakan gejala hipertensi. Selain bosan, bisa jadi mereka mengkhawatirkan efek samping akibat pemakaian obat kimia terus-menerus. Ketidakpatuhan dalam minum obat hipertensi juga bisa memicu rebound. Artinya tekanan darah yang sudah turun saat diobati tiba-tiba bisa

melonjak lebih tinggi saat obat dihentikan. Setelah ditelisik lebih lanjut, jumlah obat yang harus dikonsumsi pasien berkolerasi dengan kepatuhan mereka dalam menepati jadwal minum obat. Pasien yang hanya mengonsumsi obat dosis tunggal lebih patuh daripada pasien yang harus minum beberapa jenis obat sehingga pengendalian penyakit pun lebih baik. (WHO,2003).

Data awal yang penulis dapat dari slib bagian rekam medik Puskesmas Darul Aman Kabupaten Aceh Timur, jumlah penderita Hipertensi sebanyak 124 orang, dengan pasien perempuan sebanyak 80 orang dan pasien laki-laki sebanyak 44 orang.Tujuan Penelitian untuk menganalisis pengetahuan dan sikap penderita hipertensi terhadap kepatuhan minum obat.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini bersifat Ana1itik yaitu yang bertujuan untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan dan Sikap Penderita Hipertensi terhadap Kepatuhan Minum Obat Di Puskesmas Darul Aman Kabupaten Aceh Timurdengan menggunakan metode crosssectional study yaitu data yang menyangkut variabel dependen dan independen akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.

POPULASI DAN SAMPEL a. Populasi

(5)

Hipertensi yang ada di Puskesmas Darul Aman Kabupaten Aceh Timursebanyak 124 orang.

b. Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan purposive sampling. Purposif sampling yaitu penetapan sampel dari populasi berdasarkan tujuan tertentu dan dengan kriteria yang dikehendaki oleh peneliti (Arikunto, 2005).

Perhitungan besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Slovin (Notoatmodjo, 2002) sebagai berikut:

n =

( )

Keterangan :

N = Besar Populasi

n = Besar Sampel

d = Derajat presisi 10%

n =

( . )

n =

( . )

n =

, = 54,91

n = 55 orang

Setelah dilakukan perhitungan di

atas, maka didapatlah besar sampel

sebanyak 55 pasien. Selanjutnya sampel

tiap desa ditentukan dengan menggunakan

teknik proporsi sampel,sebagai berikut :

∑ Rata − rata pasien Hipertensi

∑ Populasi x ∑ sampel

Berdasarkan rumus propersional

tersebut maka jumlah sampel pada setiap

desa adalah sebagai berikut

Tabel 4.1

Proporsijumlah sampel pada setiap DesaPuskesmas Darul Aman

Kabupaten Aceh Timur

No Desa Populasi Jumlah

Sampel

1 Ulee Tanoh 5 2

2 Blang Pauh Dua 7 3

3 Blang Uyok 8 4

4 Naleung 8 4

5 Paya bakong 14 6

6 Blang jambe 5 2

7 Buket Siraja 6 2

8 Ulee ateung 17 8

9 Blang pauh sa 4 2

10 Mane rampak 5 2

11 Julok Tunong 18 7

12 Gampong baroe 7 3

13 Buket dindeng 13 6

14 Seumatang 3 2

15 Tanjong blang

16 Blang gleum 4 2

Jumlah 124 55

Sumber : Data primer 2016

Cara pengambilan sampel dilakukan

dengan teknik purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut :

a. Pasien yang bersedia menjadi

responden

b. Pasien yang kooperatif

c. Sehat mental dan tidak tuna wicara

d. Tidak buta huruf

Cara pengambilan remaja putri di tiap

(6)

random sampling atau secara acak yaitu dengan menyusun daftar dari keseluruhan

remaja putri dan memberikan nomor urut.

Sampel yang telah ditentukan diambil

dengan mengundi anggota populasi atau

teknik undian (lottery technique). Setelah dilakukan pengundian dari jumlah

populasi yang ada diambil sesuai dengan

jumlah sampel yang telah di tentukan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Hasil Penelitian

Pengumpulan data dilakukan dari tanggal

05 sampai dengan 15 Agustus Tahun 2016

pada penderita hipertansi di wilayah kerja

Puskesmas Julok Kabupaten Aceh Timur.

Jumlah responden sebagai penelitian

adalah 55 pasien sesuai dengan kriteria

sampel yang ditentukan. Pengumpulan

data dilakukan menggunakan alat ukur

berbentuk kuesioner. Adapun hasil

penelitian adalah sebagai berikut :

1. Univariat

a. Umur

Pengukuran kategori umur responden diukur dengan menggunakan studi Thondike. Kematangan umur adalah meningkatnya perkembangan memori, intelegensi dan kognitif yang dapat dibagikan dalam 3 tingkat : < 18 tahun dikatakan belum matang, 18-45 tahun dikatakan matang, dan > 45 tahun terjadinya kemunduran tahap kematangan umur seseorang ( Desmita, 2010 ).

Distribusi frekuensi umur responden dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut ini :

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi RespondenMenurut Kelompok Umur di UPT Puskesmas

Darul Aman Kabupaten Aceh Timur

< 20 tahun 20–45tahun >45 tahun

Total 55 100

Sumber : Data primer (diolah, 2016)

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dapat disimpulkan bahwa umur responden sebagian besar adalah > 45 tahun dengan frekuensi sebanyak 34 orang ( 61,82 % )

b. Jenis Kelamin

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin di UPT Puskesmas Darul Aman

KabupatenAceh Timur

Total 55 100

Sumber : Data primer (diolah, 2016) Berdasarkan tabel 5.2 dapat dapat disimpulkan bahwa distribusi jenis kelamin sebagian besar adalah perempuan dengan frekuensi sebanyak 31 orang ( 56,34 % )

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kelompok Pendidikan Terakhir di UPT Puskesmas

(7)

No Pendidikan Frekuensi

Total 55 100

Sumber : Data primer (diolah, 2016) Berdasarkan tabel 5.3 dapat dapat disimpulkan bahwa distribusi pendidikan terakhir sebagian besar adalah pendidikan menengah atau lulus SLTP/SLTA dengan frekuensi sebanyak 23 orang (41,82 %) c. Pekerjaan

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Pekerjaan di UPT Puskesmas

Darul Aman Kabupaten Aceh Timur

Total 55 100

Sumber : Data primer (diolah, 2016)

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dapat disimpulkan bahwa distribusi pekerjaan sebagian besar adalah IRT dengan frekuensi sebanyak 18 orang ( 32,73% ).

d. Kepatuhan minum obat

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Responden Kepatuhan Minum Obat

Jumlah 55 100

Berdasarkan Tabel 5.5 diketahui bahwa respondent yang memiliki tingkat kepetuhan dalam minum obat tentang hipertensi adalah 20 (36,4%),yang memiliki tingkat ketidak patuhan dalam minum obat adalah 35 (63,6%).

e. pengetahuan

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Respondent Berdasarkan Pengetahuan Penderita Hipetensi

No. pengetahuan F %

1.

Jumlah 55 100

Berdasarkan Tabel 5.6 diketahui bahwa respondent yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang hipertensi adalah 31 (56,4%), yang memiliki tingkat pengetahuan cukup adalah 14 (25,5%) dan yang memiliki tingkat pengetahuan kurang adalah 10 (18,2%).

f. sikap

Tabel 5.7

Distribusi Frekuensi Respondent Berdasarkan Sikap Penderita Hipertensi

No Sikap F %

Jumlah 55 100

(8)

1. Analisa Biivariat

a. Pengetahuan Terhadap Kepatuhan Minum Obat

Tabel 5.8

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Penderita Hipertensi tehadap

Kepatuhan Minum Obat Di Puskesmas Darul Aman

No Pengetah

Berdasarkan tabel 5.8, diketahui bahwa respondent yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik terhadap kepatuhan minum obat adalah 20 (64,5%) yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang, cukup terhadap kepatuhan minum obat adalah (0%)

Nurusalam (2003) juga mengemukakan hasil analisa bivariat yaitu keputusan hipotesis ha diterima bila nilai p (p value) lebih kecil dari α (alpha) atau (p<0,05) maka keputusannya adalah menerima hipotesis ha. sebaliknya bila p value lebih besar dari alpha (p>0,05) maka hipotesis ditolak

Berdasarkan Uji Chi-Square P value = 0,00 (α = 0,05)dapat disimpulkan Bahwa Ada Hubungan Pengetahuan Penderita Hipertensi Terhadap Kepatuhan Minum Obat.

b. Sikap Terhadap Kepatuhan Minum Obat

Tabel 5.9

Distribusi Frekuensi Sikap Penderita Hipertensi Kepatuhan Minum Obat Di

Puskesmas Darul Aman

N

1 Positif 20 57.1% 2 Negatif 0

,0% 20 100%

20 100%

Berdasarkan tabel 5.9, diketahui bahwa respondent yang memiliki sikap positif terhadap kepatuhan minum obat adalah 20 (57.1%) yang memiliki sikap negatif terhadap kepatuan minum obat (0%).

Nursalam (2003) juga mengemukakan hasil analisa bivariat yaitu keputusan hipotesis ha diterima bila nilai p (p value) lebih kecil dari α (alpha) atau (p<0,05) maka keputusannya adalah menerima hipotesis ha. sebaliknya bila p valuelebih besar dari alpha (p>0,05) maka hipotesis ditolak

Berdasarkan hasil Uji Chiquer P value = 0,000 (α = 0,05) dapat disimpulkan bahwa Ada Hubungan Sikap Penderita Hipertensi Terhadap Kepatuhan Minum Obat dipuskesmas julok.

2. Pembahasan

1. Kepatuhan Minum Obat

(9)

memiliki tingkat ketidak patuhan dalam minum obat adalah 35 (63,6%)

Hasil penelian ini tidaksesuai dengan penelitian Tisna Nanda (2009) terlihat sebagian besar responden patuh minum obat antihipertensi lebih banyak (83,7%) dibandingkan dengan yang tidak patuh (16,3%).

Kepatuhan adalah derajat dimana pasien mengikuti anjuran klinis dari dokter yang mengobatinya (Caplan dkk, 1997). Kepatuhan berasal dari kata patuh yaitu suka menurut perintah, taat kepada perintah/aturan dan disiplin yaitu ketaatan melakukan sesuatu yang dianjurkan atau yang ditetapkan (kamus Besar Bahasa Indonesia). Menurut Haynes (1997), kepatuhan adalah secara sederhana sebagai perluasan perilaku individu yang berhubungan dengan minum obat, mengikuti diet dan merubah gaya hidup yang sesuai dengan petunjuk medis.

Asumsi peneliti di lapangan terhadap penderita hipertensi adalah semakin patuh minum obat penderita hipertensi semakin kurang akan penyakit yang dialaminya sekarang dan juga hasil wawancara karena lupa, bosan.

2. Pengetahuan Terhadap Kepatuhan Minum Obat

Berdasarkan tabel 5.6, diketahui bahwa respondent yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik terhadap kepatuhan minum obat adalah 20 (64,5%) yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang, cukup terhadap kepatuhan minum obat adalah (0%).

Hasil penelitian ini tidak sesuai Ali Ami Jaya Tisna Nanda (2009), menunjukan bahwa dari 77 responden yang patuh minum obat antihipertensi memiliki pengetahuan kurang (8,7%), memiliki pengetahuan cukup (22,8%) dan memiliki

pengetahuan baik (52,2%) sedangkan dari 15 responden yang tidak patuh minum obat antihipertensi memiliki tingkat pengetahuan kurang (0%), memiliki pengetahuan cukup (4,3%), dan memiliki pengetahuan baik (12%).

Dari hasil uji statistik didapatkan P value = 0,773 (α = 0,05), dengan demikian p value lebih besar dengan alpha sehingga Ho diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan tingkat kepatuhan pasien dalam minum obat antihipertensi di Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan.

Dinyatakan oleh notoatmodjo (2003) pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang, secara umum seseorang yang berpendidikan yang lebih tinggi akan mempunyai pengetahun yang luas dibandingkan dengan seseorang yang bependidikan rendah

Asumsi peneliti ada hubungan pengetahuan dengan kepatuhan minum obat penderita hipertnsi, karena kepatuhan pasien dalam pengobatan atau minum obat bukan hanya refleksi dari pengetahuan saja tetapi faktor lain, seperti sikap, keyakinan, kehendak dan motivasi. Pengetahuan merupakan domain yang paling mudah untuk dirubah pada seseorang melalui pendidikan kesehatan. Namun belum tentu seseorang yang berpengetahuan yang baik akan melaksanakan apa yang dianjurkan, hal ini dapat dipengaruhi oleh pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan sosial budaya. 2. Sikap Terhadap Kepatuhan Minum

Obat

(10)

(0%).Berdasarkan uji chiquerP value = 0,000(α = 0,05),dapat disimpulkan bahwa ada hubungan sikap penderita hipertensi terhadap kepatuhan minum obat.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Jaksan Huragana (2016) pasien dengan kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi di Instalasi Gawat Darurat RS Bethesda GMIM Tomohon menunjukkan presentasi sikap pasien paling besar adalah pada kriteria cukup yaitu 16 orang (41%). Dari hasil analisis hubungan kedua variable diatas dengan menggunakan uji statistik Spearman Rho menunjukkan nilai koefisien korelasi dimana (r) = 0,133 dan signifikan (p) = 0,421, yang berarti nilai signifikan (p) lebih besar dari (ɑ ) = 0,01. Dengan demikian Ha ditolak dan Ho diterima atau tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sikap pasien dengan kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi di Instalasi Gawat Darurat RS Bethesda Tomohon.

Menurut teori Notoatmojo 2010 (dalam Suparyanto 2014), motivasi merupakan dorongan dari dalam diri seseorang yang menyebabkan seseorang tersebut melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Setiap orang memiliki motivasi yang berbeda-beda ada yang memiliki motivasi yang kuat dan ada pula yang memiliki motivas yang lemah. Motivasi dikatakan lemah apabila di dalam diri manusia memiliki harapan dan keyakinan yang rendah, bahwa dirinya dapat berprestasi Irwanto, 2008 (dalam Suparyanto 2014). Menurut WHO (Suhadi 2011 dalam Violita 2015) menyatakan bahwa lama menderita hipertensi dan lama menjalani pengobatan mempunyai hubungan negatifdengan kepatuhan, sehingga semakin lama seseorang menderita suatu penyakit makasemakin

berkurang kepatuhan dalam menjalani terapi yang direkomendasiakan.

Asumsi peneliti ada hubungan sikap terhadap kepatuhan minum obat penderita hipertensi dikarenakan Kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi dapat di pengaruhi oleh motivasi, dalam hal ini motivasi pada pasien itu sendiri. Kurangnya motivasi pada penderita hipertensi dapat dipengaruhi oleh lamanya pasien menderita hipertensi. Berdasarkan hasil wawancara singkat, responden mengatakan telah menderita hipertensi sudah sejak lama. Hal ini menyebabkan kurangnya kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi karena terlalu lama menjalani pengobatan.

PENUTUP

a. Kesimpulan

Penelitian telah dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap penderita Hipertensiterhadap kepatuhan minum obatdi UPT Puskesmas Darul Aman Kabupaten Aceh Timur, dimana hasil dapat disimpulkan :

1. Kepatuhan minum obat sebagian besar adalah kategori tidak patuh dengan frekuensi 35 orang (63,6%).

2. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan penderita hipertensiterhadap kepatuhan minum obatP = 0,000(<0,05) di UPT Puskesmas Darul Aman Kabupaten Aceh Timur.

(11)

b. Saran

1. Kepada penderitahipertensi, agar mengubah kebiasaan hidupnya yang kurang sehat, yaitu dengan cara menjaga pola makan yang baik, melakukan olahraga agar berat badan tetap ideal sehingga tekanan darah tetap stabil.

2. Bagi perawat yang bekerja di UPT Puskesmas julok, diharapkan dapat memberikan penyuluhan kepada pasien hipertensi, sehingga pengetahuan pasien tentang Hipertensidapat bertambah serta pasien dapatbersikap lebih baik dalam pencegahan agar tidak terjadi komplikasi.

3. Kepada keluarga pasien, diharapkan agar terus memberikan dorongan dan dukungan kepada pasien, sehingga dengan dukungan tersebut pasien dapat termotivasi dalam mengendalikan penyakitnya agar tidak sampai terkomplikasi.

4. Kepada peneliti lain, disarankan agar melakukan penelitian tentang faktor lain yang berhubungan dengan perilaku hipertensiterhadap kepatuhan minum obat seperti pelayanan kesehatan, promosi kesehatan, motivasi dan faktor lainnya.

5. Bagi Institusi Pendidikan KeperawatanPenelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pengajaran sehingga mahasiswa memahami betapa pentingnya pengetahuan. 6. Bagi PuskesmasPengetahuan perawat

perlu dipertahankan agar keselamatan pasien terjaga dengan baik, hal ini akan mengoptimalkan kebijakan keselamatan.

DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society’s, Breast Cancer Fact & Figures, (2013).Atlanta: American Cancer Society,Inc. (diakses 8 Desember 2013).

Brunner & Suddarth. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah, Edisi 8. Jakarta: EGC.

Dyayadi, M. T, (2009).Pembunuh Ganas dan ditakuti itu bernama Kanker.Kalimantan Timur, Riz`ma.

Eliyani, P. (2011).

www.google.co.id/komunikasi-interpersonal. Retrieved 09 23, 2011, from http:// repository. usu. ac. id: http:// repository. usu. ac. id/ bitstream. chapter201.pdf

Hidrah. (2008). Deteksi Dini Kanker Payudara. Jakarta : Ganesha

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2012).. Available from URL: HIPERLINK http:// www. depkes. go. id/ downloads/ PROFIL_KESEHATAN_JATEN G2011.pdf. Diakses pada tanggal 6 Mei 2016.

Kusmiran, Eny (2011). kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Bandung: Salemba Medika.

Maryanti, Dwi, Majestika Septikasari. (2009). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Teori dan Praktikum. Nuha Medika:Yogyakarta.

Manuaba, IBG, dkk. (2008).Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB.Jakarta : EGC

(12)

Mardiana, L. (2007). Kanker Pada Wanita.Penebar Swadaya. Jakarta. Mansur (2009). Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Notoatmodjo, Soekidjo.

(2012).Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo S. (2003). Pendidikan dan

Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

__________ S. (2007). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

___________ S, (2007). Promosi Kesehata dan Ilmu Perilaku, Jakarta: PT.Rineka Cipta.

__________ S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT.Rineka Cipta

Pamungkas, Z. (2011). Deteksi Dini Kanker Payudara. Jogjakarta: Buku Biru.

Pieter, Herry Zan. (2010). Pengantar Psikologi Dalam Keperawatan. Cetakan 1.Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Saryono dan Roischa. (2009). Perawatan Payudara. Yogyakarta: Mutia Medika.

Sibagariang, dkk (2010). Kesehatan Reproduksi Wanita. Penerbit Trans Info Media, Jakarta.

Syahfitri. (2012). Analisis Faktor Reproduksi Yang Berhubungan

dengan Kejadian Kanker

Payudara di RS Onkologi

Surabaya. Skripsi yang

dipublikasikan.

Yuni Kusmiati, S. ST, dkk, (2009), Perawatan ibu hamil (Asuhan Ibu hamil).Yogyakarta.

Gambar

Tabel 5.5
Tabel 5.8Hipertensi Kepatuhan Minum Obat Di

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Kepatuhan Diet Rendah Garam Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Semarang.. Jurnal Keperawatan Universitas

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap tentang tuberculosis dengan keteraturan minum obat TBC pada penderita tuberkulosis di

Pada uji pertama, hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap kepatuhan minum obat penderita TB paru di Puskesmas Gatak didapat data bahwa penderita yang

Dari uraian diatas maka penting untuk dilakuka penelitian dengan judul hubungan pengetahuan dan mutu pelayanan kesehatan terhadap kepatuhan minum obat penderita TB

Pada uji pertama, hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap kepatuhan minum obat penderita TB paru di Puskesmas Gatak didapat data bahwa penderita yang

METODE Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi deskriptif cross-sectional untuk mengetahui gambaran kepatuhan minum obat pasien hipertensi rawat jalan di

JURNAL KESEHATAN TAMBUSAI 6362 HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN MINUM OBAT DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS AMURANG KABUPATEN MINAHASA SELATAN

Tabel 8.Distribusi Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang hipertensi dengan Tingkat Kepatuhan Minum obat Antihipertensi Tingkat Kepatuhan Tingkat Pengetahuan R 0,871 Pvalue 0,000 N