• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA dan"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM INOVASI KUKERTA IPDN 2017

PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA

MELALUI TEKHNOLOGI TEPAT GUNA (TTG)

DI KABUPATEN PEMALANG

OLEH :

M. FIKRI CAHYADI

NPP. 24.0214

KELAS G-S1 (M. PEMBANGUNAN)

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

(2)

2017

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul: “PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA MELALUI TEKHNOLOGI TEPAT GUNA (TTG) DI KABUPATEN PEMALANG ”.

Melalui kesempatan ini, tidak lepas saya menghaturkan terima kasih yang tidak terhingga kepada :

1. Yang terhormat, Ibu Dr. Ir. Ika Sartika, MT yang telah memberikan petunjuk demi kesempurnaan pembuatan makalah ini.

2. Kedua orang tua, Saudara-saudara, dan teman-teman yang telah memberikan doa dan dukungan sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalh ini tepat pada waktunya.

3. Siapapun yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu

memberikan masukan, menyediakan literatur dan memberikan kritik untuk kesempurnaan makalah ini.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, sudilah kiranya para pembaca untuk memberikan masukan dan saran sehingga isi makalah ini dapat lebih sempurna.

Akhirnya, saya berharap semoga isi makalah ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang memerlukannya dimasa sekarang dan yang akan datang. Amin..

Jakarta, 14 April 2017 Penyusun,

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar………...……….2

Daftar isi……...………...………...3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...………4

1.2 Maksud dan Tujuan….……..………..………..8

1.3 Keluaran (output) Penulisan………....………...6

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sistem Penampungan Sampah Sementara……….. . . . ………9

2.2 Transportasi Sampah………..……..….9

2.3 Tempat Pengolahan Akhir (TPA) Sampah ………..………...10

2.4 Pengelolaan Sampah Terpadu……….……….11

2.5 Pengomposan Sampah Rumah Tangga dan Komunal ………....12

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan………..25

3.2 Saran………....25

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permasalahan sampah di Kab. Pemalang merupakan masalah pelik yang sampai saat ini belum dapat terpecahkan secara tuntas. Sampah yang dihasilkan akan terus bertambah seiring dengan pertumbuhan penduduk di daerah tersebut. Sampah ibarat bom waktu yang terus membesar yang suatu saat dapat meledak dan menimbulkan permasalahan baru bahkan dapat juga menimbulkan korban jiwa.

Kabupaten Pemalang terletak di pantai utara Pulau Jawa. Secara astronomis, kabupaten ini terletak antara 109°17'30" - 109°40'30" BT dan 6°52'30" - 7°20'11" LS, dengan batas-batas wilayah:

• sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa.

• sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Pekalongan.

• sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Purbalingga

• sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tegal.

Ibukota kabupaten ini adalah Kec. Pemalang, yang terletak di ujung barat laut wilayah kabupaten dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Tegal. Kabupaten ini berjarak kira-kira 135 km ke arah barat dari Semarang, ibukota Provinsi Jawa Tengah, atau jika ditempuh dengan kendaraan darat memakan waktu lebih kurang 3-4 jam. Kabupaten Pemalang berada di jalur pantura Jakarta-Semarang-Surabaya. Selain itu terdapat pula jalan provinsi yang menghubungkan kabupaten ini dengan Kabupaten Purbalingga.

(5)

yang subur serta berhawa sejuk dengan ketinggian 16–925 m di atas permukaan laut. Puncak tertingginya ialah Gunung Slamet, yang berada di perbatasan dengan Kabupaten Tegal dan Kabupaten Purbalingga, dan merupakan gunung tertinggi di Jawa Tengah. Wilayah bagian selatan Pemalang biasa disebut Waliksarimadu yaitu singkatan Watukumpul, Belik, Pulosari, Moga, Warungpring dan Randudongkal. Wilayah tersebut juga sering disebut sebagai Pemalang Selatan.

Wilayah Kabupaten Pemalang dilintasi oleh tiga sungai besar, yaitu Sungai Comal, Sungai Waluh, dan Sungai Rambut, yang menjadikannya sebagai daerah aliran sungai yang subur. Sungai Comal merupakan sungai terbesar, yang alirannya melalui tujuh wilayah kecamatan di kabupaten ini, dan bermuara ke Laut Jawa tepatnya di Ujung Pemalang.

Luas wilayah Kab. Pemalang mencapai 111.530 km² dengan jumlah penduduk Kab.Pemalang sebesar 1,2 juta jiwa dan memproduksi sampah sebanyak 7.500 m3 setiap harinya, maka dipastikan volume sampah Kab. Pemalang akan meningkat. Disisi lain, Kab.Pemalang dilewati Jalur Pantura, sehingga menjadi konsekuensi tersendiri apabila permasalahan sampah tidak dapat diatasi. Persoalan sampah Kab. Pemalang menjadi perhatian semua pihak.

Saat ini, pengelolaan sampah yang dilakukan pemerintah Kab. Pemalang masih sebatas mengumpulkan dan menumpuknya pada lahan TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah, belum dilakukan proses pengolahan lainnya. Pengolahan sampah selanjutnya baru sebatas pemusnahan melalui mesin pembakar (incinerator) dimana metode ini menimbulkan permasalahan baru berupa polusi dari pembakaran yang dilakukan karena sampah Kab. Pemalang adalah sampah yang tercampur.

Pengelolaan sampah di Kab. Pemalang masih menggunakan paradigma lama yaitu dengan cara mengumpulkan, mengangkut, dan membuang. Cara ini logikanya hanya memindahkan sampah dari daerah ke lokasi tertentu (TPA). Pemindahan sampah yang dilakukan seperti ini sama dengan pemindahan masalah. Sementara, budaya masyarakat untuk membuang sampah masih rendah apalagi kesadaran dalam pemisahan buang sampah dari awal masih sangat rendah dan baru berjalan di lingkungan tertentu saja. Source reduction

(6)

dilakukan pemulung hanya untuk sampah yang masih bernilai jual. Sementara yang dibutuhkan adalah pemilahan sampah organik dan non organik.

Berkaitan dengan sistem pengelolaan sampah, dasar pengelolaan harus mengedepankan kepada meminimalkan sesuatu barang yang pada akhirnya disebut sampah atau bahkan tidak ada barang yang disebut sampah sama sekali (Zero Waste). Untuk meminimalkan sesuatu barang disebut sampah, maka dicari seribu satu cara untuk pemanfaatan sampah sehingga menjadi barang yang berguna (tidak disebut sampah kembali) atau pemanfaatan sampah sebagai sumber energi. Apabila ada sinergi dari masyarakat yang menghasilkan sampah dengan pihak pengelola sampah, maka pengelolaan sampah sampai zero waste tersebut memungkinkan berhasil. Intinya, keberhasilan pengelolaan sampah seperti itu harus didukung oleh tingkat kesadaran yang tinggi dari masyarakat penghasil sampah.

Pengelolaan sampah dapat pula dilakukan dengan melibatkan masyarakat penghasil sampah sebagai agen pengelola sampah sehingga suatu barang yang disebut sampah oleh masyarakat penghasil sampah tersebut adalah barang yang memang sudah dikelola dan sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi sehingga benar-benar menjadi sampah. Pengelolaan dari masyarakat sebagai tangan pertama yang menghasilkan sampah selanjutnya akan lebih selektif untuk pengelolaan sampah selanjutnya. Sebagai contoh apabila kesadaran masyarakat telah meningkat, maka sampah telah dapat dipilah. Pengelola sampah selanjutnya akan lebih mudah memilah dan memanfaatkan sampah menjadi barang yang selanjutnya dapat bermanfaat. Kantong plastik yang bersih dan belum tercampur dengan sampah organik akan lebih mudah untuk digunakan kembali atau dimanfaatkan atau didaur ulang dari kantong plastik yang telah bercampur dengan sampah organik lainnya apalagi sudah menghasilkan bau.

(7)

memunculkan reaksi yang berbeda bagi masyarakat pendatang atau wisatawan yang biasa berkunjung ke Kab. Pemalang. Hal lain yang patut diperhatikan yaitu tersedianya fasilitas untuk memudahkan masyarakat menjalankan komitmen pengelolaan sampah yang baik.

Kebijakan pemerintah dalam pengelolaan sampah harus memiliki landasan kuat agar sampah yang dihasilkan dapat dikelola dengan baik. Kebijakan dapat dilakukan meliputi penurunan senyawa beracun yang terkandung dalam sampah sejak pada tingkat produksi, minimalisasi jumlah sampah, peningkatan daur ulang sampah, pembuangan sampah yang masih memiliki nilai energi dikurangi secara signifikan, dan pencemaran lingkungan dicegah sedini mungkin. Berdasarkan landasan tersebut, kebijaksanaan pengelolaan sampah antara lain meliputi pelibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah secara mandiri, pengelolaan sampah dengan menggunakan sanitary landfill yang sesuai dengan ketentuan standar lingkungan, dan pengembangan teknologi tinggi pengolahan sampah untuk sumber energi.

Disamping kuatnya landasan untuk komitmen dalam pengelolaan, fasilitas yang dibangun dan informasi pengelolaan sampah yang baik dan benar pun harus disosialisasikan dengan baik. Perlu diketahui, sebagian besar sampah Kab. Pemalang yang dihasilkan tergolong sampah hayati. Rata-rata volume sampah hayati ini besarnya di atas 65 % dari total sampah Kab. Pemalang yang dihasilkan. Melihat komposisi dari sumber asalnya, sebagian besar adalah sisa-sisa makanan dari sampah dapur dimana jenis sampah ini akan cepat membusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme yang berlimpah di alam ini. Sampah organik seperti ini apabila telah dipilah merupakan peluang sumberdaya penghasil kompos, metan, dan energi. Apabila pengelolaan menjadi bahan-bahan tersebut tidak dapat dilakukan karena alasan waktu dan ketidakpraktisan, maka perkembangan teknologi patut dilirik, misalnya seperti teknologi pengomposan model keranjang takakura dan lubang biopori menjadi salah satu solusi pengelolaan sampah organik untuk Kab. Pemalang.

(8)

Pengelolaan sampah dapat dilakukan asalkan melibatkan berbagai pihak dengan adanya kesadaran dari “penyampah” untuk menghasilkan sampah yang benar-benar sampah. Metode pengelolaan sampah yang akan digunakan perlu dikaji untuk dipilih metode mana yang benar-benar efektif dan sesuai untuk mengatasi permasalahan sampah Kab. Pemalang, namun efisien dalam biaya yang dikeluarkan untuk pengelolaan. Untuk itu, penelitian ini diharapkan memunculkan evaluasi dari kebijakan pemerintah untuk pengelolaan sampah yang telah dilakukan serta rekomendasi untuk kebijakan selanjutnya yang dinilai lebih tepat dan lebih efektif.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dilakukannya penulisan ini adalah untuk menanggulangi permasalahan sampah di Kab. Pemalang. Sedangkan tujuannya yaitu untuk:

1. Mengidentifikasi permasalahan sampah dan dampaknya terhadap masyarakat di Kab. Pemalang.

2. Menganalisis berbagai metode pengelolaan sampah yang sudah dilakukan di Kab. Pemalang serta dampaknya terhadap perilaku masyarakat Kab. Pemalang.

3. Menganalisis dan memperoleh model pengelolaan sampah Kab. Pemalang yang efektif dan efisien.

1.3 Keluaran (Output) Penulisan

Keluaran (output) yang diharapkan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:

1. Adanya gambaran sejauhmana dampak dari adanya permasalahan sampah terhadap masyarakat di Kab. Pemalang.

2. Terbangun dan termanfaatkannya informasi mengenai metode pengelolaan sampah yang sudah dilakukan di Kab. Pemalang serta dampaknya terhadap perilaku masyarakat Kab. Pemalang.

(9)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sistem Penampungan Sampah Sementara

Penampungan sampah sementara di Indonesia umumnya menggunakan kontainer besi atau bak beton ukuran 4 m3 yang diletakkan pada persimpangan jalan, pasar, area pertokoan, taman dan sebagainya. Permasalahan yang ada adalah, secara massal pemerintah tidak menyediakan Tempat Penampungan Sementara (TPS) yang dibedakan berdasarkan jenis sampah. Praktek massal yang ada adalah penghasil sampah meletakkan segala jenis sampahnya dalam satu TPS yang tersedia di satu lokasi. Permasalahan lain adalah, TPS tidak mampu menampung sampah akhirnya sampah tercecer, hal ini disebabkan karena kuantitas sampah yang melebihi TPS atau jadwal pengosongan TPS yang tidak tepat.

Hal yang menyedihkan di tengah banyaknya proyek sosialisasi pengelolaan sampah kepada masyarakat, pemerintah belum melakukan perbaikan dalam sistem TPSnya. Masyarakat dikenalkan dengan cara pemilahan sampah, tetapi umumnya TPS yang disediakan pemerintah masih tercampur sempurna. Seharusnya usaha sosialisasi yang dilakukan diikuti dengan penyiapan infrastruktur pendukungnya, sehingga hasil sosialisasi bisa langsung ditindaklanjuti dengan praktek. Pemilahan di sumber dan TPS yang dipisahkan akan memudahkan pengelolaan sampah selanjutnya.

2.2 Transportasi Sampah

(10)

komposisinya dan mudah membusuk, maka dibutuhkan frekuensi pengangkutan yang lebih tinggi dibandingkan sampah anorganik.

2.3 Tempat Pengolahan Akhir (TPA) Sampah

Pencemaran terhadap lingkungan terbesar terjadi di TPA . Bisa dikatakan umumnya TPA di Indonesia menggunakan lahan urug yang dioperasikan secara serampangan, yaitu sampah diletakkan begitu saja di atas tanah (open dumping). Sebagaimana diilustrikan, sampah akan terbawa infiltrasi air hujan, meresap ke dalam tanah, mencemari air tanah sesuai dengan arah pergerakannya. Jika arah pergerakan air tanah menuju permukiman penduduk, maka sumber-sumber air minum penduduk akan tercemar.

Dalam konteks perbaikan pengelolaan ini, maka terminologi yang digunakan adalah Tempat Pengolahan Akhir sampah (TPA), karena sampah yang sampai ke TPA benar-benar akan diolah. Di TPA , berlaku konsep recycle (daur ulang), tidak hanya sekedar menimbun semua sampah yang masuk ke TPA, tetapi juga melakukan kegiatan komposting untuk sampah organik dan pengepakan untuk sampah anorganik yang bisa didaur ulang. Sampah masuk ke TPA berdasarkan jenisnya, misalnya sampah organik diarahkan menuju fasilitas pengomposan. Pemerintah kota melalui instansi teknisnya melakukan pengolahan sampah organik menjadi kompos yang dapat dipasarkan ke instansi lain seperti perkebunan, pertanian, maupun rumah tangga/komersil. Selanjutnya sampah anorganik yang bisa didaur ulang misalnya plastik, kertas, botol plastik, dan sebagainya diarahkan ke fasilitas pengepakan. Instansi teknis sampah dapat mengarahkan para pemulung ke fasilitas daur ulang ini, atau bekerja sama dalam proses pengepakan. Sehingga mereka tidak mengacak-acak seluruh lokasi TPA, yang bisa mengakibatkan terjangkitnya berbagai macam penyakit menular. Sisa sampah anorganik yang tidak bisa didaur ulang, misalnya kaca, keramik, porcelain dan sebagainya, selanjutnya dapat ditimbun di TPA. Sedangkan sampah yang dikategorikan B3, pemerintah harus bisa mencari dan menjalin kerjasama dengan pihak ketiga yang dapat memanfaatkan atau mengolah sampah tersebut.

(11)

subsistem-subsistem lainnya seperti, hukum, kelembagaan, pembiayaan dan aspek peran serta panjang setiap rumah tangga disarankan mengelola sendiri sampahnya melalui program 3 R (reduce, reuse, danrecycle).

1. Reduce / Mengurangi

Penghasilan sampah bisa dikurangi dengan mengurangi pemakaian material yang dapat menghasilkan sampah yang berlebihan.Jadi produksi sampah bisa berkurang.

2. Reuse / Digunakan kembali

Dengan menggunakan atau memanfaatkan kembali barang-barang yang dapat diolah kembali, penggunaan bahan-bahan yang ramah linkungan, tidak menggunakan kantong-kantong plasik.Karena kantong plastik sangat sulit diuraikan kembali.

3. Recycle / Daur ulang

Satu lagi yang tidak kalah penting yaitu pemanfaatan kembali sampah-sampah itu menjadi barang-barang bermanfaat. Contohnya: pembuatan pupuk kompos, pembuatan tas dari sampah plastik dan lain-lain.

Dari sedikit gambaran sampah tersebut, kita dapat menelaah dan membuat suatu rangkaian proses bagaimana sampah yang dihasilkan dapat di kelola menjadi sampah yang lebih ramah lingkungan dan bahkan dimanfaatkan lagi untuk kegunaan yang lain. Berikut merupakan poin-poin penting dalam pengelolaan sampah dan rangkaian pembuangan sampah yang ideal.

(12)

Pemilahan dari sumber dihasilkannya sampah yang terdiri dari sampah organic dan anorgaini serta pemanfaatan kembali sampah yang memiliki resources bernilai tinggi

2. Pewadahan

Pewadahan individual disediakan di tingkat rumah dengan menyediakan 2 unit penampungan sampah terdiri dari sampah organic dan anorganik. Pewadahan komunal (container atau TPS) khusus untuk menampung berbagai jenis sampah baik organik maupun anorganik seperti untuk sampah plastik, gelas, kertas, pakaian/tekstil, logam, sampah besar (bulky waste), sampah B3 (batu baterai, lampu neon, dll) dan lain-lain.

3. Pengumpulan

Waktu pengumpulan door to door setiap 1 sampai 2 hari dan waktu pengumpulan sampah dari TPS 1 x seminggu.

4. Pengangkutan

Pengumpulan sampah dengan compactor truck berbeda untuk setiap jenis sampah.

5. Daur Ulang

Pemanfaatan kembali kertas bekas yang dapat digunakan terutama untuk keperluan eksterna. Plastik bekas diolah kembali untuk dijadikan sebagai bijih plastik untuk dijadikan berbagai peralatan rumah tangga seperti ember dll. Peralatan elektronik bekas dipisahkan setiap komponen pembangunnya (logam, plastik/kabel, baterai dll) dan dilakukan pemilahan untuk setiap komponen yang dapat digunakan kembali

6. Composting

Composting dilakukan secara manual atau semi mekanis baik untuk skala individual, komunal maupun skala besar (di lokasi landfill). Pembuatan lubang biopori yang berfungsi upaya composting juga dan sebagai lubang resapan air.

2.5 Pengomposan Sampah Rumah Tangga dan Komunal

(13)

Tipe komposter : komposter tanam dan komposter yang tidak ditanam (Tipe Ayun)

a. Komposter Tanam

Cara Pemasangan Komposter Tipe Tanam :

(14)
(15)
(16)

Selimuti pipa gas dengan kerikil setebal 5 cm baru ditimbun dengan tanah asal. Timbun komposter dengan tanah setebal 5 cm di bawah lubang pemasukan sampah

(17)

1. Siapkan lahan untuk penanaman komposter pada lokasi yang memungkinkan yaitu lokasi yang tersedia untuk pemasangan 2 buah komposter yang akan dioperasikan secara bergantian, terhindar dari curahan hujan yang secara langsung dapat masuk ke dalam komposter dan jarak komposter ke sumber air tanah dangkal minimal 10 m untuk menghindari pencemaran.

2. Gali tanah, dengan ukuran dan kedalaman galian sesuai dengan model dalamPetunjuk Teknis Spesifikasi Komposter Rumah Tangga Individual dan Komunal. Dasar komposter berada minimal 30 cm di atas muka air tanah. Muka air tanah dapat ditentukan berdasarkan muka air sumur di daerah sekitarnya pada musim kemarau. 3. Letakkan komposter di tengah galian tanah. Di dasar galian di pinggir dan di dalam

komposter diisi dengan kerikil ukuran 1-2 cm setebal 10 cm.

4. Selimuti pipa gas dengan kerikil setebal 5 cm baru ditimbun dengan tanah asal. 5. Timbun komposter dengan tanah setebal 5 cm di bawah lubang pemasukan sampah. 6. Ketentuan pemasangan komposter ini sama, baik untuk komposter rumah tangga

individual maupun komunal.

Cara Pengoperasian :

1. Penyiapan Sampah Dapur

Siapkan sampah organik/ sampah basah yang sudah dipilah dalam wadah sampah organik atau pada kantong plastik yang telah dilubangi kedua ujungnya di dalam ember, tiriskan air yang terkandung pada sampah.

2. Pemasukan Sampah

 Masukkan sampah yang sudah ditiriskan ke dalam komposter pertama (tanpa kantong plastik) dan ratakan.

 Lakukan pemasukan sampah secara rutin setiap hari sampai komposter penuh

 Hentikan pemasukan sampah dapur pada komposter pertama yang telah penuh, ganti pemasukan sampah ke komposter kedua.

(18)
(19)
(20)

Gambar Model-model Komposter Tanam Individual

b. Komposter Ayun

Komposter ayun ini merupakan komposter yang tidak ditanam mengolah sampah organik rumah tangga yang berupa sisa-sisa makanan melalui pengomposan dengan memanfaatkan tong bekas dengan pengoperasian secara diayun. Kapasitas: 30 liter untuk 2-3 bulan dan 60 liter untuk 4-6 bulan. Satu rumah tangga membutuhkan 2 komposter putar, digunakan secara bergantian.Wadah penampungan air sampah diletakkan dibawah komposter ayun.

Cara Pengoperasian :

• Masukkan kompos atau serbuk gergaji sebagai starter

• Masukkan sampah dapur ke dalam komposter putar dan ditutup

• Putar kompster diputar 5-10 kali untuk pencampuran dengan mikroorganisme • Lakukan tiap hari sampai komposter penuh

• Air sampah yang tertampung dapat digunakan sebagai pupuk tanaman • Diamkan kompos putar yang sudah penuh selama 1 bulan

(21)

Gambar Komposter Ayun c. Komposter Gentong

(22)

Gambar Komposter dari Gentong

d. Komposter Aerob /Komposter Vent

Menggunakan tong plastik berukuran 120 Liter yang dilengkapi pipa vertikal dan horisontal agar proses berlangsung secara aerob (dengan udara). Salah satu pengguna komposter jenis ini adalah masyarakat di Jambangan, Surabaya.

Gambar Komposter Vent

e. Takakura

Metoda ini menggunakan keranjang berlubang dan kemudian dilapisi dengan gelangsing. Caranya: sampah organic dicampurkan dengan mikroorganisme padat dari campuran bekatul, sekam padi, pupuk kompos, dan air. Kemudian dimasukkan kedalam keranjang dan ditutup dengan keset dari sabut kelapa. Cara ini diterapkan oleh Pusdakota – Universitas Surabaya. Penemu metoda Pengelolaan sampah skala RT sistem aerob, membutuhkan aliran udara untuk memaksimalkan fungsi bakteri, metoda ini ditemukan oleh Prof Koji Takakura dari JPEC Jepang.

(23)

Fungsi alat dan bahan:

1. Agar proses aerob berlangsung dengan baik, pilihlah keranjang yang berlubang, dan lapisi dengan kardus. Fungsi kardus adalah:

 membatasi gangguan serangga,

 mengatur kelembaban, dan

 berpori-pori, sehingga dapat menyerap serta membuang udara & air.

2. Letakkan bantal sekam di bawah dan di atas keranjang. Fungsi bantal sekam adalah:

 sebagai tempat mikrobakteri yang akan mempercepat pembusukan sampah organik,

 karena berrongga besar, maka bantal sekam dapat segera menyerap air dan bau sampah,dan

 sifat sekam yang kering akan memudahkan pengontrolan kelembaban sampah yang akan menjadi kompos.

3. Media kompos jadi yang berasal dari sampah rumah tangga diisikan

1 / 2 sampai 2/3 bagian keranjang. Kompos yang ada dalam keranjang berfungsi sebagai aktivator/ragi bagi sampah baru.

(24)

5. Tutup keranjang bagian atas sebagai pemberat agar tidak diganggu oleh predator (kucing/anjing). Pilih tutup yang berlubang agar udara dapat keluar masuk.

Catatan lain dalam membuat Kompos:

 Hindarkan dari hujan (taruh di tempat teduh)

 Sampah yang dimasukkan berumur maksimal 1 hari

 Sampah yang dalam ukuran besar harap dicacah dahulu

Cara perawatan

 Cuci kain penutup satu minggu sekali

 Bila kompos kering, cipratkan air bersih, sambil diaduk

 Bila sudah lapuk, kardus harus diganti agar tidak robek dan menyebabkan lalat/serangga masuk

Cara pemanenan kompos :

 Bila keranjang penuh, diamkan selama 2-4 minggu agar kompos benar benar matang. Sementara itu, gunakan keranjang lain untuk memulai proses pembuatan kompos yang baru.

 Setelah matang, kompos dikeluarkan dari keranjang, diangin-anginkan dan kemudian diayak. Bagian yang halus dapat dijual/ diberikan ke tanaman, sedangkan bagian yang kasar dapat digunakan sebagai ’starter’ awal proses komposting berikutnya.

(25)

Gambar Ember berlubang sebagai Takakura f. Komposter Komunal

(26)

Gambar Komposter Tanam komunal (10 KK)

Gambar Takakura susun dan komposter kotak

Sumber: Landfill Guidelines Towards Sustainable Waste Management in New Zealand, Center of Advance Engineering, April 2000

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Permasalahan sampah harus diselesaikan di Kab. Pemalang. Peran serta masyarakat merupakan hal yang sangat penting dalam pengelolaan persampahan. Dalam strategi jangka panjang peran aktif masyarakat menjadi tumpuan bagi suksesnya pengelolaan sampah, dan disarankan mengelola sendiri sampahnya melalui program 3 R (reduce, reuse, danrecycle) :

1. Reduce / Mengurangi 2. Reuse / Digunakan kembali 3. Recycle / Daur ulang

Berikut merupakan poin-poin penting dalam pengelolaan sampah dan rangkaian pembuangan sampah yang ideal :

(27)

c. Komposter Gentong Kab.Pemalang. Pelaksanaan Kuketa oleh Praja IPDN tahun 2017 di Kab. Pemalang dapat menjadi peluang dan kesempatan untuk membantu dalam menyelesaikan permasalahan sampah di Kab. Pemalang. Tentunya harus dengan kerjasama berbagai pihak. Harapan kami melalui makalah ini, dapat menjadi pedoman dan acuan dalam melaksanakan pogram inovasi pengelolaan sampah rumah tangga melalui tekhnologi tepat guna (TTG) di lapangan nantinya.

DAFTAR PUSTAKA

 Agung Suprihatin, S. Pd; Ir. Dwi Prihanto; Dr. Michel Gelbert. 1996. Pengelolaan Sampah. Malang : PPPGT / VEDC Malang.

 Anonim 2012.A. https://www.google.co.id. Diakses tanggal 25 November 2012

 Anonim 2012.B. http://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan_sampah. Diakses tanggal 25 November 2012

 Anonim 2012.C. http://carapedia.com/pengertian_definisi_sampah. Diakses tanggal 25 November 2012.

 Anonim 2012.D. http://insanutamasdit.wordpress.com. Diakses tanggal 25 November 2012

 Apriadji, Wied Harry.1994. Memproses sampah. Jakarta: Penebar Swadaya.

(28)

 Landfill Guidelines Towards Sustainable Waste Management in New Zealand, Center of Advance Engineering, April 2000

 Lya m Taufik Kamil, Pengelolaan Sampah Terpadu 3R dan Berbasis Masyarakat (Reduce, Reuse, Recycle), PU

 Dea Maulana Yusuf , Pengelolaan Sampah Skala Rumah Tangga sebagai Upaya Penanggulangan Permasalahan Sampah, PT. Jaya Fafio.

 Suhadi. 1995. Wiraswasta Sampah. Surabaya: Bina Ilmu.

Gambar

Gambar Komposter Individual dan Cara Pemasangan
Gambar Model-model Komposter Tanam Individual
Gambar Komposter Ayun
Gambar Komposter Vent
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dari 47 tanaman Nipponbare mutan penanda aktivasi yang diuji, sembilan tanaman menunjukkan respons yang sama dengan tanaman Nipponbare non transforman, yaitu tidak

Mahsiswa dapat memahami dan mengerti tentang pandangan hidup, cita-cita, kebajikan, keyakinan, usaha atau perjuangan, langkah- langkah pandangan hidup serta kaitannya dengan

Konsep perancangan yang penulis ambil dari judul “Ilustrasi Relief Ramayana dengan Gaya Lukis Madhubani” yang akan dilakukan dengan cara mempopulerkan kembali

model rangkaian penerima OFDM dilakukan dengan menggunakan Real Time Data Exchange (RTDX) seperti dapat dilihat pada Gambar 3.13.. Gambar 3.13 Model rangkaian penerima OFDM

Pembayaran Dana Bantuan pemerintah kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan melalui Kawasan Rumah Pangan Lestari Tahun 2018 sebagaimana dimaksud dalam

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan intervensi permainan berbasis minat pada saat pembelajaran terhadap pengurangan perilaku mengganggu bagi anak autis kelas

Dalam pembelajaran sejarah di SMA Negeri 2 Batang, terdapat mata pelajaran sejarah wajib atau sejarah Indonesia dan mata pelajaran sejarah pilihan yaitu sejarah

Pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih , penghargaan dan penuh rasa cinta, kasih sayang, kepada Ibu, Kakak ,adik, serta Ayah, dan adik-adik nan