GAMBARAN PENGETAHUAN BIDAN DALAM
PELAKSANAAN STANDAR ASUHAN PERSALINAN NORMAL DI KECAMATAN SUKARAME PALEMBANG
TAHUN 2010
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan Pada Program Studi Diploma III
Kebidanan Budi Mulia Palembang
OLEH
ALEN KURNIA NIM : 07.01.430
AKADEMI KEBIDANAN BUDI MULIA PALEMBANG
AKADEMI KEBIDANAN BUDI MULIA PALEMBANG Karya Tulis Ilmiah, 21 Juli 2010
ALEN KURNIA
Gambaran Pengetahuan Bidan Dalam Pelaksanaan Asuhan Persalinan normal di Kecamatan Sukarame Palembang tahun 2010
+ halaman + Tabel + 7Lampiran
ABSTRAK
Asuhan Persalinan Normal (APN) adalah asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah bayi baru lahir serta upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermia dan asfeksia bayi baru lahir. Menurut World Health Organization (WHO) memperkirakan lebih dari 585.000 ibu per tahunnya meninggal saat hamil atau bersalin. AKI hamil dan melahirkan di Indonesia mencapai 307 orang per 100 ribu kelahiran hidup. Tujuan penelitian untuk mengetahui Gambaran pengetahuan bidan dalam pelaksanaan standar Asuhan Persalinan Normal diKecamatan Sukarame Palembang tahun 2010,Penelitian ini adalah Survei deskriptif dengan memberikan kuesioner trhadap bidan.populasi pengetahuan bidan yang telah mengikuti pelatihan APN berjumlah 30 Bidan mengikuti variabel dependen Pengetahuan bidan dalam pelaksanaan pertolongan persalinan dan variabel independen yaitu pengetahuan bidan meliputi standar Obat,standar alat,dan standar tempat.Analisis data secara analisis univariat. Hasil Penelitian ini menunjukan dari 30 responden pengetahuan dalam pelaksanaan pertolongan persalinan yang sesuai dengan 58 langkah APN yang tinggi diperoleh 80%, pada pengetahuan bidan dalam standar obat terdapat 63,3%,100% pengetahuan bidan dalam standar Alat,dan terdapat 100% bidan mengetahui standar Tempat.Disarankan Kepada tenaga kesehatan Khususnya Bidan diharapkan tetap meningkatkan pengetahuan bidan terhadap Standarisasi yang telah ditetapkan dalam Asuhan Persalinan Normal .
MIDWIFERY ACADEMY OF BUDI MULIA PALEMBANG Scientific Writing, June 2010
ALEN KURNIA
Knowledge Description of Midwives in Normal Maternity Care Implementation in Branch Sukarame Palembang in 2010
Xiv + 46 Pages + 7 Tables + 7 Attachments ABSTRACT
Normal Maternity Care (NMC) is a clean and safe care during labor and after birth as well as efforts to prevent postpartum complications, especially bleeding, hypothermia and asfeksia newborn. According to the World Health Organization (WHO) estimates that more than 585 000 mothers die annually during pregnancy or maternity. Maternal Mortality Rate (MMR) was pregnant and gave birth in Indonesia reached 307 persons per 100 thousand live births. Preview aim is to know the knowledge of midwives in the implementation of the standard Normal Maternity Care in the District Sukarame Palembang in 2010, this research is to provide a descriptive survey questionnaire trhadap bidan. Population knowledge that midwives had been trained on Normal Maternity Care (NMC) were 30 midwives follow the dependent variable in the implementation of Knowledge midwife's help childbirth and midwives knowledge of independent variables include the standard drug, appliance standards, and standards of the place. The data were analyzed using univariate analysis. The results of this study shows that out of 30 respondents knowledge in the implementation of aid deliveries in accordance with 58 steps high Normal Maternity Care gained 80%, on the knowledge there are midwives in the standard drugs 63.3%, 100% knowledge of midwives in the standard tool, and there is 100% midwives know the standard place. To the health worker Especially recommended Midwives midwives are expected to keep improving knowledge of the Standards set forth in Normal Delivery Care.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di negara berkembang, disebabkan oleh pendarahan, pasca persalinan eklamsia, sepsis dan komplikasi keguguran. Menurut Word Health Organization ( WHO ) memperkirakan lebih dari 585.000 ibu pertahunnya meninggal saat hamil atau bersalin. Di Asia Selatan, wanita berkemungkinan 1:8 meninggal akibat kehamilan atau persalinan selama kehidupan, sedangkan Amerika Utara hanya 1 : 6.366 lebih dari 50 % kematian di negara berkembang.
( Saifudin,2006)
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT ) tahun 2001, yakni 90 % kematian ibu dan angka kematian bayi pun di akibatkan komplikasi kehamilan atau persalinan.( dr.Nugroho kumpono,2009 )
sehingga seharusnya setiap tenaga kesehatan wajib menerapkannya.(Revisi APN, 2008 )
Selain itu seorang bidan juga sangat penting mengetahui tentang pengertian pengetahuan. menurut wikipedia bahasa indonesia pengertian pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari seseorang, pengetahuan lebih menekankan pengamatan dan pengalaman seorang bidan tersebut.pengetahuan juga berkaitan sekali dengan pendidikan yaitu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang.(Wikipedia,2008 )
Pada Survei demografi kesehatan Indonesia ( SDKI ) 2002/2003, Angka kematian ibu ( AKI ) di Indonesia adalah 307/100.00 Kelahiran hidup.(JNPK-KR,2008)
Di Palembang pada tahun 2007 AKI 11/29.175 atau 38/100.000 kelahiran hidup. (Dinkes Kota,2008 ) jarak yang diinginkan yaitu 265 dan 248/100.000 kelahiran pada tahun 2006/2007 walaupun intervensi secara global menyebutkan bahwa perjalanan menuju target MDG 2015 masih diluar jalurnya.namun telah disepakati bahwa cakupan pelayanan tenaga kesehatan terlatih adalah kunci dari perbaikan pada status kesehatan ibu (JNPK-KR, 2008).
Pengetahuan bidan dalam Pelaksanaan Standar Asuhan Persalinan Normal (APN) di Kecamatan Sukarame Palembang tahun 2010”.
1.2 Rumusan masalah
Makin tingginya angka kematian ibu, WHO memperkirakan lebih dari 585.000 ibu pertahunnya meninggal saat hamil, atau bersalin.
1.3 Pertanyaan peneliti
Bagaimana gambaran pengetahuan bidan dalam pelaksanaan Standar APN dikecamatan Sukarame Palembang tahun 2010 ?
1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan bidan dalam Pelaksanaan Standar APN di Kecamatan Sukarame Palembang tahun 2010.
1.4.2 Tujuan khusus
2. Diketahuinya Gambaran pengetahuan Bidan dalam standar alat dengan pelaksanaan Asuhan Persalinan Normal Standar oleh Bidan di wilayah kerja Bidan Indonesia Ranting Sukarami Palembang tahun 2010.
3. Dikketahuinya Gambaran pengetahuan dalam standar tempat dengan pelaksanaan Asuhan Persalinan Normal Standar oleh Bidan di wilayah kerja Bidan Indonesia Ranting Sukarame Palembang tahun 2010.
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Bidan
Hasil penelitian ini dapat di manfaatkan sebagai masukan dalam rangka meningkatkan pelayanan Kebidanan atau Asuhan Persalinan Normal Bidan terhadap klien atau pasien.
1.5.2 Bagi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan informasi atau refrensi untuk bekal peserta didik yang dapat diperoleh di Perpustakaan Akademi Kebidan Budi Mulia Palembang.
1.5.3 Bagi Peneliti
serta sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Ahli Madya Kebidanan di Akademi Kebidanan Budi Mulia Palembang.
1.6 Ruang lingkup
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asuhan Persalinan Normal
2.1.1 Pengertian Asuhan Persalinan Normal
Asuhan Persalinan Normal (APN) adalah asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah bayi baru lahir serta upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermia dan asfeksia bayi baru lahir. (APN Revisi 2007). Asuhan persalinan normal adalah pelayanan yang diberikan bidan dimulai dengan mengumpulkan data, menginterpertasikan data untuk menentukan diagnosis persalinan dan mengidentifikasi masalah atau kebutuhan, membuat rencana dan melaksanakan tindakan dengan memantau kemajuan persalianan serat menolong persalinan untuk menjamin keamanan dan kepuasan ibu selama priode persalinan (Soepardan, 2008).
2.1.2 Tujuan Asuhan Persalinan Normal
2.2 Konsep Dasar Persalinan Normal 2.2.1 Definisi
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal kelahiran seseorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikannya selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai,peranan ibu adalah untuk melahirkan bayinya. Peran petugas kesehatan yaitu memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi,dan disamping itu bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin.
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, janin turun kedalam jalan lahir ( Sarwono Prawihardjo,2006 ).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup,dari dalam uterus melalui vagina atau jalan lain kedunia luar (nugroho kampono, 2009 ).
Persalinan merupakan proses untuk keluar (ekspulsi) hasil pembuahan ( yaitu janin yang variabel,placenta dan ketuban) dari dalm uterus lewat vagina kedunia luar (Helen ferrer,2001).
2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
1. Power (Tenaga ibu) adalah kekuatan yang dihasilkan oleh kontraksi dan retraksi otot-otot rahim.
2. Passage atau lintasan yang dimana janin harus berjalan lewat rongga panggul,servik dan vagina sebelum bayi dilahirkan.
3. Massenger utama lewat jalan lahir adalah janin,dan yang paling penting karena ukuranya paling besar.
2.2.3 Tanda-Tanda Mulainya Persalinan
1. Lightening adalah terbenamnya kepala janin kedalam rongga kepala janin kedalam rongga panggul karena berkurangnya tempat didalam uterus dan sedikit melebarnya sinfisis.
2. Sering buang air kecil yang disebabkan oleh tekanan kepala janin pada kandung kemih.
3. Kontraksi Braxton-hicks pada saat uterus yang tertegang dan mudah dirangsang itu menimbulkan distensi dinding abdomen sehingga abdomen menjadi lebih tipis dan kulit mudah menjadi peka terhadap rangsangan.
2.2.4 Tahap-tahap Proses persalinan
Tahap proses persalinan dibagi menjadi 4 yaitu :
1. Kala I dimulai dari pembukaan 1cm sampai pembukaan lengkap (10CM ) proses ini terbagi menjadi 2 fase,fase laten ( 8 jam ) servik membuka sampai 3 cm dan fase aktif ( 7 jam ) servik membuka dari 3 sampai 10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering selama fase aktif. Fase-fase tersebut di jumpai pada primigravida.
2. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap ( 10 cm )sampai bayi lahir. Pada kala ini his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, proses ini biasanya berlangsung 1,5 jam pada primi dan 0,5 jam pada multi.
3. Kala III setelah bayi lahir, uterus teraba keras dangan fundus uteri agak diatas pusat, beberapa menit kemudian uterus berkontraksi untuk melepaskan placenta dari dindingnya. Biasanya placenta lepas dalam 6-15 menit setelah bayi lahirdan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.pengeluaran placenta disertai dengan pengeluaran darah. 4. Kala IV dimulai dari saat lahirnya placenta sampai 2 jam pertama
2.3 Macam-macam persalinan 1. Partus Normal / partus biasa
Bayi lahir melalui vagina dengan letak belakang kepala /ubun-ubun kecil, tanpa memakai alat / pertolongan istimewa, serta tidak melukai ibu maupun bayi ( kecuali episiotomi ), berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam.
2. Partus abnormal
Bayi lahir melalui vagina dengan bantuan tindakan atau alat seperti versi / ekstrasi, cunam, vakum, dekapitasi, embriotomi, dan sebagainya, atau lahir per abdominam dengan sectio cesaria. (JNPK-KR, 2008).
2.4 Pelaksanaan Pertolongan Persalinan
Pelayanan pertolongan yang aman dan bersih dengan melaksanakan Pertolongan Persalinan dengan 58 Langkah Asuhan Persalinan Normal (APN).
Memberikan Asuhan Persalinan yang bersih dan aman, yaitu : Asuhan sayang ibu dan bayi :
baik.juga mengurangi jumlah persalinan dengan tindakan ( Ekstraksi vakum, cunam dan seksio sesaria ) dan persalinan berlangsung lebih cepat. ( Departemen Kesehatan Republik Indonesia,2002 )
Melihat Tanda Dan Gejala Kala Dua
1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua. a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
b. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum atau vaginanya.
c. Perineum menonjol.
d. Vulva-vagina dan sfingter anal membuka.
2. Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensialuntuk menolong persalinan dan menatalakasana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk resusitasi BBL → tempat resusitasi datar, rata, cukup
keras,bersih, kering dan hangat, lampu 60 watt dan jarak 60 cm dari tubuh bayi, 3 handuk atau kain bersih dan kering, alat penghisap lendir, tabung atau balon dan sungkup.
a. Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi
3. Pakai celemek plastik
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam.
6. Masukkan oksitasin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT) dan setril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik)
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi (DTT).
a. Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang.
b. Buang kapas atau kassa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia.
c. Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5%
8.Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan lengkap. a. Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan rendamkan dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan di lepaskan.
10. Periksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi atau saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160 x/ menit)
a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada patograf.
11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
a. Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pematauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan yang ada.
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (Bila ada rasa ingin meneran dan terjadi konteraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkandan pastikan ibu merasa nyaman)
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa dorongan kuat untuk meneran :
a. Bimbinng ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif.
b. Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesusai.
c. Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang yang lama).
d. Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.
e. Anjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.
f. Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum). g. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.
h. Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran (primgravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida).
15. Letakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut ibu, Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
16. Letakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu. 17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan 18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantunya kelahiran kepala. Anjurkan ibu untuk meneran secara perlahan atau bernapas cepat dan diangkal.
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas
kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong di antara dua klem tersebut.
21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk kepala dan bahu. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan siku sebelah atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya)
25. Lakukan penilaian bayi baru lahir sebagai berikut: a. Sebelum bayi lahir :
1. Apakah kehamilan cukup bulan?
2. Apakan air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium (warna kehijauan)?
b. Segera setelah bayi baru lahir(jika bayi cukup bulan):
→ sambil menempatkan bayi di atas perut,lakukan penilaian
(selintas).
1. Apakah bayi menangis atau bernapas atau tidak megap-megap ? 2. Apakah tonus otot bayi baik atau baik bergerak aktif?
Jika bayi cukup bulan, ketuban tidak bercampur mekonium, menangis atau bernapas normal atau tidak megap-megap dan bergerak aktif, lakukan langkah 26.
26. Mengeringkan tubuh bayi kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk atau kain yang kering. Biarkan bayi di atas perut ibu.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal).
28. Beritahu ibu ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik. 29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM
(intramuskuler) di1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).
30. Dalam waktu 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat kearah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah di jepit (lindungi perut bayi), dan lakukan penguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut.
b. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkar kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
c. Lepaskan klem dan masukan dalam wadah yang telah disediakan . 32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi.
Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi. 34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
35. Letakkan satu tangan diatas kain ibu pada perut ibu ditepi atas simfisis, untuk mendeteksi, Tangan lain untuk menegangkan tali pusat
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang atas (dorsokranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
a. Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.
37. Lakukan penengangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial)
a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
b. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat: 1) Beri dosisi ulangan oksitosin 10 unit IM
4) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
5) Jika plasenta tidak lahir sdalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta manual
38. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilih kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.
a. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput ketuban kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bayi bagian selaput yang tertinggal.
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
a. Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tindak berkontraksi setelah 15 detik masase
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan pendarahan.
Bila ada robekan yang menimbulkan pendarahan aktif, Segera lakukan penjahitan
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam
43. Lakukan Inisiasi Menyusui Dini dan biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit kekulit didada ibu paling sedikit 1 jam
a. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan Inisiasi Menyusui Dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara.
b. Biarkan bayi berada didada ibu selama 1 jam, walaupun bayi sudah berhasil menyusu.
c. Setelah bayi selesai menyusui dalam 1 jam pertama, beri vitamin K1 1 mg intramusculer dipaha kiri dan salep atau tetes mata antibiotik. 44. Lakukan pemeriksaan fisis BBL
45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1, beri imunisasi Hepatitis B dipaha kanan.
Letakan bayi didalam jangakauan ibu agar sewaktu - waktu bisa disusukan.
46. Lanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan mencegah perdarahan pervaginam
a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan. b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan. c. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
d. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan perawatan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.
47. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi uterus.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
a. Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama pasca persalinan.
b.Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal. 50. Pantau tanda - tanda bahaya pada bayi setiap 15 menit. Pastikan bayi
bernafas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5 ˚C)
b. Jika teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Kembalikan bayi untuk kontak kulit bayi kekulit ibunya, selimuti ibu dan bayi dengan satu selimut.
51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah dikontaminasi 52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang
sesuai.
53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa caiaran ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberi ASI. Anjurkan ibu untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.
55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%
56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
58. Lengkapi Patograf dipakai untuk memantau persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam mengambil keputusan klinik dalam penatalaksaan
Petugas harus mencatat kondisi ibu dan janin sebagai berikut : 1. Denyut jantung janin.catat setiap 1 jam.
2. Air ketuban.catat air ketuban setiap melakukan pemeriksaan vagian 3. perubahan bentuk kepala janin ( Molding atau molase )
4. pembukaan mulut rahim ( servik )
5. penurunan : mengacu pada bagian kepala ( dibagi lima bagian ) yag teraba ( pada pemeriksaan abdomen / luar ) diatas simpisis pubis; catat dengan tanda lingkaran,pada setiap pemeriksan dalam.pada posisi 0/5,sinsiput atau paruh atas kepala berada disimfisis pubis.
6. waktu; menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien diterima.
7. jam catat jam sesungguhnya
8. kontraksi catat setiap setengah jam, lakukan palpasi untuk menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya tiap-tiap kontraksi hitungan detik.
9. Oksitosin, jika memakai oksitosin,catatlah per volume cairan infus dan dalam tetesan pemenit.
10. Obat yang diberikan.
11. Nadi,mancatat setiap 30-60 menit. 12. Tekanan darah, mencatat setiap 4 jam. 13. Suhu badan,mencatat setiap 2 jam.
2.5 Standarisasi Pelayanan pada Pertolongan Persalinan
Menurut ruang lingkup standar pelayanan kebidanan meliputi 24 standar untuk pengelompokan standar pertolongan persalinan terdapat empat Standar yang harus di taati seorang Bidan, yaitu : I. STANDAR 9 : Asuhan persalinan kala satu
Untuk memberikan pelayanan kebidanan yang mendukung pertolongan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi. Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan kebutuhan ibu,selama proses persalinan berlangsung.bidan juga melakukan pertolongan proses persalinan dan kelahiran yang bersih dan aman,dengan sikap sopan dan penghargaan terhadap hak pribadi ibu serta memperhatikan tradisi.ibu juga dapat di ijinkan untuk memilih orang yang akan mendampingi ibu pada saat proses persalinan.
II.STANDAR 10 : Persalinan kala dua yang aman
III. STANDAR 11 : Pelaktasanaan Aktif persalinan kala tiga
Membantu secara aktif pengeluaran placenta dan selaput ketuban secara lengkap untuk mengurangi kejadian pendarahan pascapersalinan, memperpendek waktu persalinan kala tiga,mencegah terjadinya antonia uteri dan retensio placenta.Secara rutin bidan melakukan penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga.
IV. STANDAR 12 : Penanganan kala dua dengan gawat janin melalui Episiotomi.
Mempercepat persalinan dengan melakukan Episiotomi jika ada tanda-tanda gawat janin pada saat kepala janin meregangkan perenium.Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala dua, dan segera melakukan Episiotomi dengan aman untuk memperlancar persalina,diikuti penjahitan Perenium. ( Soepardan, 2008:120 )
2.6 Standar Obat-obatan Dalam Praktek Bidan
Obat-obatan dan Perlengkapan Untuk Asuhan Rutin dan Penatalaksanaan / Penyulit :
1. 8 ampul oksitosin 1 ml 10 U (atau 4 ampul oksitosin 2 ml U (atau 4 ampul oksitosin 20 ml 10 U / ml)
2. 20 ml lidokain1% tanpa epinefrin atau 10 ml lidokain 2% tanpa epinefrin dan air steril untuk pengenceran.
4. Selang infuse
5. 2 kanula IV no. 16-18 G 6. ampul metal ergometrin maleat
7. 2 vial larutan magnesium sulfat 40% (25g)
8. 6 tabung suntik 2½-3ml steril, sekali pakai dengan jarum 1M 9. 2 tabung suntik 5 ml steril, sekali pakai dengan jarum 1M 10. 1 tabung suntik 10 ml steril, sekali pakai dengan jarum 1M
11. 10 kapsul / kaplet Amoksisilin / Ampisilin 500mg atau Amoksisilin / Ampisilin IV 2 g (JPKN.KR,2008).
2.7 Standar alat dan perlengkapan dalam praktek bidan 1. Fasilitas Fisik
a. Meja pemeriksaan b. Lampu sorot c. Tensimeter d. Stetoskop
e. Fetoskop dan metlin (pita ukur) f. Termometer
g. Timbangan Dewasa h. Timbangan Bayi i. Spekulum
2. Partus set dan Hecting set a. Klem Kelly (2)
b. ½ Kocher
c. Gunting tali pusat d. Gunting Benang e. Pinset anatomi f. Pinset chirurgis g. Gunting episiotomi
h. Pemegang jarum atau Naldvoeder i. Kateter karet atau metal
j. Doek steril atau DTT k. Jarum kulit atau otot l. Pengikat tali pusat
m.Sarung tangan DTT atau steril n. Benang cromik
o. Penghisap lender Dee Lee p. Spuit 2 cc atau 5 cc 3. Peralatan pencegah infeksi
a. Air mengalir untuk mencuci tangan b. Ember untuk menyiapkan larutan klorin
c. Ember plastik dan sikat untuk membersihkan dan mencuci peralatan d. Perebus atau Pengukus peralatan untuk DTT
f. Tempat penyimpanan peralatan bersih yang tertutup rapat g. Tempat penyimpanan linen bersih yang tertutup
h. Cairan des-infektant i. Celemek atau Apron
j. Sarung tangan rumah tangga k. Pelindung muka atau masker l. Sepatu karet tertutup
m.Sabun n. Detergent
o. Handuk atau Lap tangan pribadi
p. Tempat pemrosesan alat terpisah dari dapur keluarga q. Kain Lap
r. Kain Pel
s. Wadah anti pecah untuk pembuangan semprit & jarum habis pakai t. Tempat sampah kering dan basah terkontaminasi yang terpisah Pembakar sampah atau tempat mengubur sampah.
4. Peralatan tindakan Emergensi
a. Resusitasi Kit; (Ambu bag bayi atau sungkup dan O2) b. Antihistamin ( oral atau injeksi )
g. Semprit dan jarum suntik 2 CC dan 10 CC h. Oxytosin 10. IU
i. Methergin ampul j. Sarung tangan panjang
2.8 Standar Pengetahuan Atau Ruangan Dalam Praktek Bidan 2.4.1 Tempat
1. Ruangan untuk persalinan dan kelahiran bayi,ruangan yang hangat, bersih, memiliki sirkulasi udara yang baik dan terlindung dari tiupa angin.
2. Sumber air bersih dan mengalir untuk cuci tangan dan memandikan ibu sebelum dan sesudah melahirkan.
3. Air disenfeksi tingkat tinggi ( air yang didihkan dan diinginkan ) untuk membersihkan vulva dan perium sebelum ibu setelah bayi lahir.
4. Kecukupan air bersih, klorin, deterjen, kain pembersih, kain pel dan sarung tangan karet untuk membersihkan ruangan, lantai, perabotan, dekontaminasi.
5. Kamar mandi yang bersih untuk kebersihan ibu dan penolong persalinan.
6. Tempat yang lapang untuk ibu berjalan – jalan dan menunggu saat persalinan.
7. Penerangan yang cukup baik siang maupun malam.
9. Meja yang bersih atau tempat untuk menaruh peralatan persalinan. 10. Meja untuk tindakan resusitasi bayi baru lahir.
2.9 Penelitian terkait
Dari hasil penelitian menurut Kimpa Sais di Kecamatan Sukarame Palembang tahun 2009 dilakukan terhadap 30 responden, dan pengetahuan terbagi menjadi 2 kategori yaitu : Baik (jika jawaban ≥ 75 % ), dan kurang (
BAB III
KERANGKA FIKIR DAN DEFENISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Fikir
Kemampuan penyelenggaraan kesehatan disuatu bangsa di ukur menentukan tinggi rendahnya Angka kematian ibu AKI. Peran Bidan dalam masyarakat sebagai tenaga terlatih dan terampil sangat membantu untuk menurunkan AKI dengan didukung tersedianya sarana dan prasarana yang memadai guna menjamin kualitas pelayanan kebidanan sesuai dengan stándar.
3.2 Definisi Operasional 3.2.1 Variabel Dependen
Gambaran pengetahuan Bidan dalam Standar Pelaksanaan Asuhan Persalinan Normal
1. Pengertian :Bidan memberikan pertolongan persalinan dan memimpin suatu persalinan dengan 58 langkah. APN ( JNPK-KR) 2. Cara ukur : Kuesioner
3. Alat ukur : Lembar Kuesioner
Gambaran Pengetahuan Bidan Dalam Pelaksanaan APN Pengetahuan tentang:
1) Tingginya pengetahuan : Bila > 75 % pelaksanaan pertolongan persalinan sesuai dengan standar.
2) Rendahnya pengetahuan : Bila < 75 % pelaksanaan persalinan tidak sesuai dengan konsep APN.
4.Skala Ukur : Ordinal ( Bidan Delima,2005 )
3.2.1 Variabel Independen 1. Pengetahuan Standar Obat
1. Standar obat : Setiap zat atau bahan selain makanan yang mempunyai pengaruh atau dapat menimbulkan efek pada organisme hidup sesuai dengan konsep standar APN ( Bidan Delima,2005 )
2. Cara ukur : Kuesioner
3. Alat ukur : Lembar kuesioner
4. Hasil ukur : 1. Baik : Bila > 75 % tersedia 2. Cukup : Bila 60-75 % tersedia 3. Kurang : Bila < 60 % tersedia. 5. Skala ukur : Ordinal
2. Pengetahuan Standar Alat
2. Cara ukur : Kuesioner
3. Alat ukur : Lembar kuesioner
4. Hasil ukur : 1. Baik : Bila > 75 % tersedia 2. Cukup : Bila 60-75 % tersedia
3. Kurang : Bila < 60 % tersedia
3.Pengetahuan Standar Tempat
1. Pengertian : Ruangan atau tempat yang dipakai untuk menolong persalinan sesuai dengan konsep APN ( Bidan delima,2005 )
2. Cara ukur : kuesioner
3. Alat ukur : Lembar kuesioner
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian menurut Muhammad Ali (2007) adalah suatu cara untuk memahami sesuatu melalui penyelidikan atau usaha mencari bukti-bukti yang muncul sehubungan dengan masalah yang dilakukan secara hati-hati sekali sehingga diperoleh pemecahannya.
4.2 Populasi Dan Sampel Penelitian 4.2.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah seluruh objek penelitian yang dirawat (Notoatmodjo, 2005). Bidan yang telah mengikuti Pelatihan Asuhan Pesrsalian Normal,di Kecamatan Sukarame Palembang.
4.2.2 Sampel Penelitian
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Ranting IBI Wilayah Sukarame. 4.3.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2010.
4.4 Teknik dan Instrument Pengumpulan Data 4.4.1 Data primer
Data yang diperoleh dengan cara observasi dengan menggunakan lembar Kuesioner.
4.4.2 Data sekunder
Data diperoleh dari pengambilan data dengan melihat catatan jumlah bidan di Ranting IBI Wilayah Sukarame Kota Palembang, penelusuran buku-buku sumber dan internet.
4.4.3 Instrumen Pengumpulan Data
4.5 Teknik Pengolahan Data
Menurut A. Aziz Alimut Hidayat ( 2007 ) Pengolahan data terbagi menjadi: a. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan . Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setalah data terkumpul.
b. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik ( angka ) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode di buat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.
c. Skoring
Pertanyaan yang diberikan skor hanya pertanyaan yang berhubungan dengan pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan. tahap mi meliputi nilai untuk masing- masing pertanyaan dan penjumlahan hash skoring dan semua pertanyaan.
d. Entry
e. Cleaning
Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang dirnasukan dilakukan bila terdapat kesalahan dalam mernasukan data yaitu dengan melihat distribusi frekuensi dan variabel-variabel yang diteliti.
4.6 Teknik Analisis Data 4.6.1 Analisis Univariat
BAB V
GAMBARAN BIDAN PRAKTIK SWASTA DIKECAMATAN
SUKARAME PALEMBANG
5.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian
5.1.1 Sejarah singkat berdirinya Kecamatan Sukarame
Wilayah kecamatan Sukarame pada mulanya merupakan bagian dari pada Wilayah Kecamatn Talang Kelapa Kabupaten Musi Banyuasin,yang kemudian dikeluarkan peraturan pemerintah Nomor:23 tahun 1988 tertanggal 6 Desember 1988 tentang perubahan batas Wilayah Kota Palembang. Pada awal terbentuknya Kecamatan Sukarami ini terdiri dari/membawahi 4 (empat) desa, yaitu desa :
1. Srijaya 2. Sukarami
3. Alang-alang Lebar 4. Talang Betutu
Daerah Tingkat II Palembang, yang selanjutnya diresmikan sekaligus pelantikan lurah-lurahnya pada tgl 28 Agustus1994.
5.1.2 Visi dan Misi Kecamatan Sukarame 1. VISI :
Mewujudkan Kecamatan Sukarame Sebagai instlansi perangkat Daerah kota palembang yang dapat memberikan pelayanan prima kepada Masyarakat dalam segenap aspek guna mensukseskan kebijakan pemerintah Kota Palembang. 2.MISI :
a. Meningkatkan kapasitas manajemen pemerintahan dan kualitas aparatur pemerintahan yang profesional.
b. Meningkatkan Ketersediaan sarana dan prasarana pemerintahan, pelayanan publik dan fasilitas umum.
c. Meningkatkan partisipasi dan sinergi BUMN/BUMD/Swasta dan masyarakat dibidang pemberdayaan masyarakat dan pembangunan.
5.1.3 Batas wilayah
Batas wilayah Kecamatan Sukarame adalah sebagai berikut : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Banyuasin
2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Alang-alang Lebar. 3. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Banyuasin
5.1.4 Keadaan Demografi
BAB VI
GAMBARAN UMUM
6.1 Hasil Penelitian 6.2.1 Analisa Univariat
Analisa Univariat adalah analisis yang dilakukan untuk melihat gambaran pengetahuan bidan dalam pelaksanaan asuhan persalinan normal di Kecamatan Sukarame Palembang.
Penelitian ini adalah pengetahuan bidan dalam melaksanakan pertolongan persalinan pada ibu bersalin sesuai dengan konsep standar asuhan persalinan normal (APN).
6.2.1.1 Pengetahuan Standar 58 Langkah APN.
Dalam Penelitian ini Pengetahuan Bidan dalam Pelaksanaan APN Responden dikelompokan menjadi 2 yaitu Tingginya Pengetahuan bidan > 75 % dan Rendahnya Pengetahuan bidan < 75 %.
Tabel 6.1
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Bidan dalam Pelaksanan Standar APN di Kecamatan Sukarame Palembang tahun 2010
No Gambaran Pengetahuan
Hasil dari distribusi responden gambaran pengetahuan bidan tentang standar APN yang tinggi terdapat 80% sedangkan gambaran pengetahuan bidan yang rendah adalah 20%.
6.2.1.2 Pengetahuan Bidan tentang Standar Obat
Frekuensi Standar Obat dari Responden dalam Penelitian ini dikelompokkan Menjadi 3 ( tiga ) kelompok yaitu Menggunakan hasil ukur Pengetahuan Standar Obat yang seuai APN Baik > 75 %,Cukup 60-75 % dan Pengetahuan yang kurang < 60 %.
Tabel 6.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Bidan Standar Obat dalam Pelaksanaan APN di Kecamatan Sukarame
Palembang tahun 2010
NO Pengetahuan Standar Obat Frekuensi Persentase %
1 Baik 30 100
2 Cukup 0 0
3 Kurang 0 0
Jumlah 30 100
Hasil distribusi responden tentang gambaran pengetahuan obat adalah 100%.
6.2.1.3 Pengetahuan Bidan tentang Standar Alat
Alat yang dimksud dalam Penelitian ini yaitu Semua bahan yang di pakai untuk menolong Persalinan baik untuk Pasien maupun Penolong. Berdasarkan definisi Operasional Penelitian Standarisai Alat ini menggunakan hasil ukur Pengetahuan Standar Alat yang sesuai APN Baik > 75 %,Cukup 60-75 % dan Pengetahuan yang kurang < 60 %.
Tabel 6.3
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Bidan dalam Pengetahuan Standar Alat di Kecamatan Sukarame
Palembang tahun 2010
NO Pengetahuan Standar Alat Frekuensi Persentase %
1 Baik 19 63,33
2 Cukup 11 36,7
3 Kurang 0 0
Jumlah 30 100
Hasil distribusi responden tentang gambaran pengetahuan standar obat yaitu 63,33% sedangkan pengetahuan yang cukup 36,7%.
6.2.1.4 Pengetahuan Bidan tentang Standar Tempat
Tempat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ruangan atau tempat yang dipakai untuk menolong pada proses Persalinan sesuai dengan konsep Asuhan Persalinan Normal ( APN ). Berdasarkan definisi Operasional Penelitian Standarisai tempat ini menggunakan hasil ukur Pengetahuan Standar Alat yang sesuai APN Baik > 75 %,Cukup 60-75 % dan Pengetahuan yang kurang < 60 %.
Tabel 6.4
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Bidan dalam Pengetahuan Standar Tempat di Kecamatan Sukarame
Palembang tahun 2010
NO Pengetahuan Standar Tempat Frekuensi Persentase %
1 Baik 30 100
2 Cukup 0 0
3 Kurang 0 0
Jumlah 30 100
Hasil distribusi responden tentang gambaran pengetahuan standar tempat adalah 100%.
6.2 Pembahasan
Bidan sebagai Ujung tombak Pelayanan Maternal dan Perinatal Profesi Bidan begitu dekat dengan masyarakat yang sewaktu-waktu memerlukan pertolongan.Bidan di Kota Palembang ±800 orang Bidan dan yang telah mengikuti Pelatihan APN yang sesuai dengan Standar 301 orang.sedangkan Dikecamatan Sukarame bidan yang telah mengikuti APN berjumlah ±30 orang.Tenaga bidan ini merupakan perwakilan dari beberapa Puskesmas,Bidan praktek swasta, yang diharapkan dari tenaga perwakilan ini dapat menerapkan APN sesuai dengan Standar (IBI Kota,2008).
6.3.1 Gambaran Pengetahuan Bidan dalam pelaksanaan standar 58 langkah Asuhan Persalinan Normal
Dari 30 orang responden,berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa frekuensi mengenai pengetahuan bidan terhadap pelaksanaan standar 58 langkah Asuhan Persalinan Normal yaitu pada pertolongan persalinan.,obat yang digunakan ,alat dan tempat yang disiapkan.Dalam pertolongan sebanyak 80% responden yang memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai APN.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penilaian Bidn delima,bilan standar APN terpenuhi ( ≥75 %) dinyatakan responden memiliki pengetahuan yang
tinggi,sedangkan bila standar APN tidak terpenuhi (75 %) dinyatakan rendahnya pengetahuan responden(Bidan Delima,2005)
Pada 30 responden secara garis besar mematuhi standarisasi Asuahan Persalinan Normal (APN),tetapi ada poin tertentu yang belum dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dalam APN,seperti dalam pelaksanaan 58 langkah APN masih da yang belum melaksanakan kontak dini pada ibu,dan masih ada yang tidak lengkap dalam penggunaan Alat Pelindung diri (APD).
6.3.2 Gambaran Pengetahuan Bidan tentang Standar Obat
6.3.3 Gambaran Pengetahuan Bidan tentang Standar Alat
Dari 30 responden,berdasarkan hasil dari penelitian didapatkan bahwa frekuensi mengenai Standarisasi alat pada Asuhan Persalinan Normal (APN),sebanyak 19% (63,33%)memenuhi standar alat APN.
Menurut Bidan Delima (2005),bahwa semua bahan yang dipakai untul menolong persalinan baik untuk pasien maupun untuk penolong sesuai dengan APN.Apabila peralatan yang tersedia masih layak untuk dipakai,maka responden dinyatakan memenuhi standar dan apabila peralatan yang tersedia sudah tidak layak lagi dipakai,maka responden dinyatakan memenuhi standar.
6.3.4 Gambaran Pengetahuan Bidan tentang Standar Tempat
Dari 30 responden,berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa frekuensi mengenai standarisasi tempat dalam Asuhan Persalinan Normal (APN),sebanyak 30 orang (100%)telah memenuhi konsep standar tempat Asuhan Persalinan Normal (APN).
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitia yang dilakukan 30 Responden Mengenai Pengetahuan Bidan terhadap standarisasi asuhan persalinan normal pada bidan yang telah mengikuti Pelatihan dan Memiliki Sertifikat APN dan Kesemuaanya Merupakan Bidan Delima Kecamatan Sukarame Palembang pada bulan Mei-juni,Peneliti Menyimpulkan sebagai berikut:
1. Pengetahuan Bidan terhadap Standarisasi Asuhan Persalinan Normal (APN)Yaitu Pengetahuan yang tinggi terdapat 80% Responden ,Sedangkan Pengetahuan yang rendah terdapat 20% responden.Secara garis besar tingginya pengetahuan Bidan terhadap Standarisasi Asuahan Persalinan Normal.
2. Pengetahuan Bidan terhadap Standarisasi Obat pada Asuhan Persalinan Normal (APN),responden semuanya ( 100% ) Secara garis sudah memenuhi konsep standar obat yang telah ditetapkan, tetapi ada bidan yang dalam menyiapkan obat jumlahnya menyesuaikan dengan jumlah pasien yang melahirkan pada tempat prakteknya dengan pemikiran bila obat disiapkan sesuai dengan jumlah yang tertera pada ketetapan prosedur dalam Asuhan Persalinan Normal,obat akan sia-sia karena tidak terpakai
konsep standar obat yang telah ditetapkan, tetapi ada bidan yang dalam menyiapkan obat jumlahnya menyesuaikan dengan jumlah pasien yang melahirkan pada tempat prakteknya dengan pemikiran bila obat disiapkan sesuai dengan jumlah yang tertera pada ketetapan prosedur dalam Asuhan Persalinan Normal,obat akan sia-sia karena tidak terpakai.
4. Pengetahuan Bidan terhadap Standarisasi Tempat pada Asuhan Persalinan Normal (APN),Semua responden 100% telah memeuhi konsep Standar tempat dalam APN.
7.2 Saran
7.2.1 Bagi Petugas Kesehatn dan Instansi Kesehatan
7.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan kepada Institusi Pendidikan banyak menambah referensi buku-buku terutama tentang Asuhan Persalinan Normal (APN) dan menjadikan hasil penelitian sebagai salah satu Referensi Perpustakan.
7.2.3 Bagi Peneliti yang akan Datang
DAFTAR PUSTAKA
Alfa Phalestie, Aloysia. 2008. Faktor- Faktor yang mempengaruhi Prestasi Kerja. Htpp : // www. Aloysia Alfra Phalestie. Blogspot. Com
Andriani, Lili. 2005. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Ketaatan Dalam Melaksanakan Standard Pelayanan Kebidanan Pada Ante Natal Care Di kota Surakarta Tahun 2005. Surakarta : Skripsi Stikes Ngudi Waluyo Ungaran
Depkes, RI. Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta : Permenkes 2002 Eka, 2008. Manfaat Asuhan persalinan Normal
Hastono, Sutanto. 2001. Analisis Data. Modul. FKM-UI.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998 . Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi revisi. Rineka Cipta. Jakarta.
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : JN PKKR-POGI Bekerja Sama Dengan Yayasan Bina Pustaka.
Sajudi, ahmad. 2004. Setiap Jam 2 Orang Ibu Bersalin Meniggal. Http : // www.google.com.Depkes.RI
Soepardan, Suryani. 2008. Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC
Sofyan, Mustika. et. al. 2006. Bidan Menyongsong masa Depan. Jakarta : Pengurus Pusat Ikatan Bidan
Tri Hartanto, Aielza. 2009. Tujuan Pendidikan Progaram Studi DIII Kebidanan. Http : // Aielza Tri Hartanto. Blogspot. Com.
Ulhag, Muhammadzi. 2009. Hubungan Antara Motivasi Dengan Kinerja Bidan dalam Pertolongan Persalinan. Http : www. Muhammadzi Ulhag. Blogspot. Com
LEMBAR KUISIONER
GAMBARAN PENGETAHUAN BIDAN DALAM
PELAKSANAAN STANDAR ASUHAN PERSALINAN
NORMAL (APN) DI KECAMATAN SUKARAME
PALEMBANG TAHUN 2010
Kode Bidan :
Umur :
Pendidikan :
A.Gambaran pengetahuan Bidan menurut standar obat
1. Sebutkan Standar Obat-obatan yang anda ketahui untuk Asuhan Persalinan Penatalaksanaan atau penyulit ?
( a ) ( f ) ( k )
( b ) ( g )
( c ) ( h )
( d ) ( i )
( e ) ( j )
B. Gambaran pengetahuan Bidan menurut standar Alat
2. Coba anda Sebutkan Standar alat atau peralatan pada Asuhan Persalinan Normal ( Partus set dan Hecting set ) !
( a ) ( i )
( b ) ( j )
( c ) ( k )
( d ) ( l )
( e ) ( m )
( g ) ( o )
( h ) ( p )
C. Gambaran pengetahuan Bidan Menurut standar Alat
3. Coba anda sebutkan peralatan pencegah infeksi yang digunakan pada bidan untuk Asuhan Persalinan Normal !
( a ) ( f ) ( k )
( b ) ( g )
( c ) ( h )
( d ) ( i )
( e ) ( j )
4. Sebutkan Peralatan tindakan Emergenci yang anda ketahui untuk memenuhi Standar APN !
D. Gambaran pengetahuan Bidan menurut standar tempat
E. Gambaran pengetahuan Bidan Sesuai dengan Sandar 58 langkah APN 6. Pada 58 langkah APN terdapat langkah pertama yaitu melihat tanda gejala
kala II sebutkan tanda gejala kala II tersebut ! ( a )
( b ) ( c ) ( d )
7. Sebutkan Persiapan pertolongan kelahiran bayi ! ( a )
( b ) ( c ) ( d )
8. Sebutkan langkah-langkah persiapan pertolongan lahirnya kepala bayi ! ( a )
( b ) ( c )
9. Sebutkan Penatalaksanaan Aktif Persalinan kala III serta cara pengeluaran placenta !
10.Hal apa sajakah yang di Evaluasi pada saat selsainya Persalinan ! ( a )
Lampiran 2
LEMBAR OBSERVASI SARANA DAN PRASARANA
GAMBARAN PENGETAHUAN BIDAN DALAM PELAKSANAAN STANDAR APN DI KECAMATAN SUKARAME PALEMBANG
TAHUN 2010
Kode Bidan :
Umur :
Pendidikan :
A. FASILITAS DAN PERALATAN
FASILITAS FISIK Ya Tidak
1. Rumah atau ruang praktek terbuat dari tembok.
2. Ruangan yang hangat & bersih, memiliki sirkulasi udara dan terlindung dari tiupan angin.
3. Tempat yang lapang untuk ibu berjalan-berjalan dan menunggu saat persalinan.
4. Tempat tidur yang bersih untuk ibu. 5. Lantai dari ubin atau plester.
6. Ruang tersebut mendapat cahaya yang cukup.
7. Ada tempat cuci tangan dengan air mengalir (ada kran).
8. Air Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT), Klorin, Detergen.
9. Ada jamban atau WC dengan air mengalir. 10. Ada tempat sampah.
11. Ada tempat & meja untuk menaruh peralatanpersalinan.
12. Ada tempat tunggu dengan kursi.
13. Tempat konsultasi atau konseling dengan meja dan kursi.
14. Pintu dapat ditutup atau tempat konsultasi diatur sehingga suara tidak terdengar dari luar.
PERLENGKAPAN/PERALATAN DASAR 16. Meja pemeriksaan
17. Lampu sorot 18. Tensimeter 19. Stetoskop
20. Fetoskop dan metlin (pita pengukur) 21. Termometer
22. Timbangan Dewasa
FASILITAS FISIK Ya Tidak
23. Timbangan Bayi
PERALATAN PEMERIKSAAN PANGGUL 24. Spekulum
25. Sarung Tangan Pemeriksaan 26. Forsep/Penjepit kasa/kapas
PARTUS SET DAN HECTING SET 27. Kleam Pean (2)
34. Pemegang Jarum / Naldvoeder 35. Kateter Karet / Metal
36. Doek steril / DTT 37. Jarum kulit/otot 38. Pengikat Tali Pusat 39. Sarung tangan DTT/Steril 40. Benang Cromik
PERALATAN TINDAKAN EMERGENCI
43. Resusitasi Kit; (Ambu bag bayi atau sungkup dan O2) 44. Antihistamin (oral/injeksi)
45. Adrenalin 1 : 1000 46. Mg S 04 40% 47. Cairan infus RL 48. Infus set sekali pakai
49. Semprit dan Jarum suntik 2 CC dan 10 cc 50. Oxytosin 10. IU
51. Methergin ampul 52. Sarung tangan panjang
OBAT-OBATAN DAN PERLENGKAPAN UNTUK ASUHAN RUTIN DAN PENATALAKSANAAN/ PENYULIT
53. 8 ampul oksitosin 1 ml 10 U (atau 4 ampul oksitosin 2 ml U (atau 4 ampul oksitosin 20 ml 10 U / ml) 54.20 ml lidokain1% tanpa epinefrin atau 10 ml
lidokain 2% tanpa epinefrin dan air steril untuk pengenceran.
55.3 botol Ringer laktat atau cairan garam fisiologis (NS) 500 ml
56.Selang infus
57.2 kanula IV no. 16-18 G
58.2 ampul metal ergometrin maleat
59.2 vial larutan magnesium sulfat 40% (25g)
60.6 tabung suntik 2½-3ml steril, sekali pakai dengan jarum 1M
61.2 tabung suntik 5 ml steril, sekali pakai dengan jarum 1M
62.1 tabung suntik 10 ml steril, sekali pakai dengan jarum 1M
63.10 kapsul / kaplet Amoksisilin / Ampisilin 500mg atau Amoksisilin / Ampisilin IV 2 gr (Affandi, 2007:162).
FORMULIR
64. Status ibu (KB, ANC) 65. Status Bayi
persalinan)
67. Catatan SOAP
68. Buku Register Kunjungan (Hamil, Persalinan, Bayi, KB)
69. Formulir Rujukan Ibu, Bayi
70. Surat Kelahiran (Dengan sidik telapak kaki bayi) 71. Form Inform Consent/ Persetujuan Tindakan Medik 72. Form Laporan
PERALATAN PENCEGAHAN INFEKSI 73. Air mengalir untuk mencuci tangan 74. Ember untuk menyiapkan larutan klorin
75. Ember plastik dan sikat untuk membersihkan dan mencuci peralatan
76. Perebus atau Pengukus peralatan untuk DTT 77. Kompor
78. Tempat penyimpanan peralatan bersih yang tertutup rapat
79. Tempat penyimpanan linen bersih yang tertutup 80. Cairan des-infektant
81. Celemek/Apron
82. Sarung tangan rumah tangga 83. Pelindung muka/masker
FASILITAS FISIK Ya Tidak
84. Sepatu karet tertutup 85. Sabun
86. Detergent
87. Handuk/Lap tangan pribadi
88. Tempat pemrosesan alat terpisah dari dapur keluarga 89. Kain lap
90. Kain Pel
92. Tempat sampah kering dan basah terkontaminasi yang terpisah
LEMBAR OBSERVASI
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN BIDAN DENGAN STANDAR APN DI KECAMATAN SUKARAMI PALEMBANG
TAHUN 2010
Melihat Tanda dan Gejala Kala Dua
1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua. e. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran. f. Ibu merasakan tekanan yang semakin
meningkat pada rektum atau vaginanya. g. Perineum menonjol.
h. Vulva-vagina dan sfingter anal membuka. Menyiapkan Pertolongan Persalinan
2. Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensialuntuk menolong persalinan dan menatalakasana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk resusitasi BBL → tempat resusitasi datar, rata, cukup keras,bersih, kering dan hangat, lampu 60 watt dan jarak 60 cm dari tubuh bayi, 3 handuk atau kain bersih dan kering, alat penghisap lendir, tabung atau balon dan sungkup.
Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi
Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set
3. Pakai celemek plastik
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
6. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam.
Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin Baik 7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya
dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi (DTT).
Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang.
Buang kapas atau kassa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia
Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5%→langkah # 9)
8. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
b. Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniontomi
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan rendamkan dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan di lepaskan. 10. Periksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah
kontraksi atau saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160 x/ menit)
c. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
d. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.
Menyiapkan Ibu dan Keluarga untuk membantu Proses Pimpinan Meneran 11 Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan
keadaan janin baikbantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
lanjutkan pematauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan yang ada
Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaiman peran mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar
12.Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (Bila ada rasa ingin meneran dan terjadi konteraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkandan pastikan ibu merasa nyaman)
13 .Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa dorongan kuat untuk meneran :
Bimbinng ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesusai
Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang yang lama)
.Aganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
Aganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.
Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran (primgravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida)
14.Ajurkan ibu untuk berjalan,berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman,jika ibu belum mersa
ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
16. Letakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan .
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
Lahirnya kepala Bayi membantunya kelahiran kepala. Anjurkan ibu untukmeneran secara perlahan atau bernapas cepat dan diangkal.
21.Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi
a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi
b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong di antara dua klem tersebut
21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
Lahirnya bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas distal untuk melahirkan bahu belakang
Lahirnya badan dan tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk kepala dan bahu. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan siku sebelah atas.
dengan ibu jari dan jari-jari lainnya) Penanganan bayi Baru Lahir
25. Lakukan penilaian bayi baru lahir sebagai berikut: b. Sebelum bayi lahir:
2. Apakah kehamilan cukup bulan?
3. Apakan air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium (warna kehijauan)? tidak meegap-megap dan bergerak aktif, lakukan langkah 26.
Jika bayi cukup bulan atau ket uban tidak bercampi dengan asfur mekonium atau bayi tidak bernapas atau megap-megap dan bayi lemas, lakukan manajemen bayi dengan asfeksia.
26. Mengeringkan tubuh bayi
ikecuali bagian tangan tampa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk atau kain yang kering. Biarkan bayi di atas perut ibu. 27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak
ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal
28. Beritahu ibu ia akan di suntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
31.Pemotongan dan pengikatan tali pusat kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya. Lepaskan klem dan masukan dalam wadah pasang topi di kepala bayi.
Penatalaksanaan Aktif Persalinaan Kala Tiga
34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
35. Letakkan satu tangan di atas kain ibu pada perut ibu di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi, Tangan lain untuk menegangkan tali pusat
36.Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kea rah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang –atas (dorsokranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
Mengeluarkan plasenta
37. Lakukan penengangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial)
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dri vulva dan lahirkan plasenta
Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
1) Beri dosisi ulangan oksitosin 10 unit IM 2) Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung
kemih penuh
3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan 4) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit
berikutnya
5) Jika plasenta tidak lahir sdalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta manual
38. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilih kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.
Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput ketuban kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bayi bagian selaput yang tertinggal
Rangsangan Taktil (Masase) Uterus
39.Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
Menilai Perdarahan
40.Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh.Masukan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus
41.Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan pendarahan.
Bila ada robekan yang menimbulkan pendarahan aktif, Segera lakukan penjahitan
Menilai Perdarahan
42.Pastiakan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam
43.Lakukan Insiasi Menyusui Dini dan biarkan bayi tetao melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam
Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan Insiasi Menyusu Dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara.
Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu. Setelah bayi selesai menyusu dalam 1 jam pertama, beri vitamin K1
1 mg intramuscular di paha kiri dan salep atau tetes mata antibiotika.
44. Lakukan pemeriksaan fisis BBL
45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1, beri imunisasi Hepatitis B di paha kanan.