• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPTIMALISASI HASIL KARYA PENELITIAN UNTU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "OPTIMALISASI HASIL KARYA PENELITIAN UNTU"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah disampaikan pada Forum Inspirasi BJM Unsyiah Tanggal 25 Februrai 2014

Z.A. Muchlisin

Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 23111. Email: muchlisinza@unsyiah.ac.id

Abstract

Publikasi ilmiah adalah rangkaian dari suatu penelitian dan kegiatan tersebut tidak dapat dilepaskan dari kehidupan seorang dosen dan mahasiswa. Namun sayangnya sejauh ini kinerja publikasi ilmiah dosen Universitas Syiah Kuala khususnya dan Indonesia umumnya masih sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor baik faktor internal, yaitu ; kemauan dan kapasitas dosen atau mahasiswa; faktor ekternal antara lain; peraturan atau undang-undang yang tidak mendukumg, fasilitas kurang, dan penghargaan rendah. Untuk meningkatkan jumlah publikasi ilmiah di jurnal internasional Unsyiah perlu melakukan tindakan yang extraordinary yang terencana. Disini penulis mengulas beberapa penyebab dan solusi untuk mengatasi masalah tersebut, mudah-mudahan dapat menjadi inspirasi bagi pembaca khususnya dosen dan pimpinan Unsyiah.

Kata Kunci: Scopus, Jurnal, Insentip, Dosen dan Mahasiswa

PENDAHULUAN

Bagi seorang dosen atau peneliti publikasi adalah suatu hal yang sangat penting, dan yang perlu diingat juga bahwa suatu penelitian belum selesai sebelum hasilnya dipublikasikan, dan salah satu media publikasi ilmiah yang paling terkenal adalah jurnal (Muchlisin, 2013). Tujuan publikasi ilmiah ini antara lain adalah untuk penyebarluasan hasil penelitian, mengembangkan IPTEK, meningkatkan reputasi, prestasi dan prestise si penulis dan lembaga dimana si penulis berada. Sedangkan fungsi jurnal ilmiah adalah sebagai media registrasi, diseminasi, pengarsipan dan sertifikasi hasil-hasil penelitian atau dengan kata lain sebagai jembatan antara penulis dan pembaca (Rifai, 2012). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

jurnal ilmiah menduduki strata tertinggi berbandingkan dengan jenis publikasi lainnya, hal ini disebabkan karena temuan yang dipublikasikan memiliki tingkat kebaruan yang tinggi dan belum pernah dipublikasikan sebelumnya, serta telah melewati serangkain proses penilaian yang ketat dari pakar di bidang tersebut (peer review) .

(2)

Makalah disampaikan pada Forum Inspirasi BJM Unsyiah Tanggal 25 Februrai 2014

akan tetapi juga menyangkut tentang kualitas. Kualitas suatu publikasi ilmiah salah satunya diukur dari berapa banyak pakar lainnya mengutip tulisan tersebut dan mempublikasikannya kembali di jurnal internasional (Muchlisin, 2013), selain itu reputasi jurnal juga menentukan kualitas artikel yang diterbitkan. Oleh karena itu pemilihan jurnal ilmiah yang berkualitas juga penting menjadi perhatian seorang peneliti agar tidak terjebak pada jurnal abal-abal (predatory journals).

Seorang peneliti juga perlu menjadi anggota asosiasi bidang ilmu masing-masing baik ditingkat nasional maupun internasional. Hal ini penting dilakukan agar dikenal dan diakui kepakarannya oleh masyarakat global (global society) bidang ilmu bersangkutan.

Seorang peneliti yang telah dikenal dan go international, ini dapat diukur oleh seberapa sering yang bersangkutan diminta oleh masyarakat global untuk menilai (mengreview) naskah-naskah dari berbagai pejuru dunia sebelum diterbitkan di jurnal ilmiah, dan bahkan diundang untuk menjadi editor diberbagai jurnal internasional yang bereputasi.

Namun demikian, menurut saya dalam lingkup kita (Universitas Syiah Kuala bahkan Indonesia) jangankan memperdebatkan kualitas, dari segi jumlah pun kita masih sangat tertinggal bahkan dari negara kita serumpun Malaysia, yang kononnya dulunya mereka ”berguru” pada kita. Oleh karena itu untuk tahap awal Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) ada baiknya memfokuskan usaha untuk meningkatkan jumlah

terlebih dahulu sambil memperbaiki kualitas secara bertahap (Muchlisin, 2013).

BEBERAPA MASALAH DALAM PUBLIKASI INTERNASIONAL

Menurut data yang terekam di database Scimago Journal &

Country Rank/SJR

(www.scimagojr.com), pada 19 Februari 2014 posisi Indonesia menduduki peringkat 61 dibawah Cuba, jauh dibawah Malaysia yang menduduki peringkat 40. Posisi Indonesia naik 2 tingkat jika dibandingkan pada 2013 lalu. Yang membanggakan kita orang Asia adalah China dan Jepang termasuk 5 Besar (Top 5) dalam hal publikasi internasional. Patut dicatat bahwa China dan Jepang bukanlah negara berbasis Bahasa Inggris namun jumlah publikasinya mengalahkan Perancis dan Canada. Oleh karena itu kendalam bahasa tidak dapat dijadikan alasan kuat minimnya publikasi Indonesia khususnya Unsyiah.

Menurut data yang terekod di Scopus (www.scopus.com), sampai 21 Februari 2014, Unsyiah telah mencatat 371 judul publikasi ilmiah internasional yang terindek di Scopus, beda tipis 1 judul dengan Universitas Andalas dengan 372 judul. Yang patut kita catat bahwa posisi Unsyiah tidak pernah berubah selama kurun waktu 5 tahun terakhir (2009 - 2013) yaitu posisi 2 di Sumatera di bawah Universitas Andalas (Unand).

(3)

Makalah disampaikan pada Forum Inspirasi BJM Unsyiah Tanggal 25 Februrai 2014

memperlebar jarak aman sehingga kedua Universitas ini terlibat persaingan yang sangat ketat, beberapa kali Unand menyalib kembali Unsyiah dan sebaliknya, sampai saat paper ini kami tulis (21 Februari 2014, Pukul 6 sore) Unand kembali mengungguli Unsyiah dengan beda 1 judul saja. Jika tidak ada tindakan yang ektra keras dari dosen dan pimpinan Unsyiah kondisi ini akan terus berlanjut sampai akhir tahun, dan bahkan saya khawatir Unand akan kembali meninggalkan dan memperlebar jarak aman dengan Unsyiah, untuk itu kita perlu kerja lebih extra lagi.

Kini timbul pertanyaan, ”Apa kompensasi bagi dosen yang mau bekerja keras untuk menjadikan Unsyiah Nomor 1 di Sumatera dan menjaga jarak dengan Unand?. Pertanyaan ini mungkin bisa dijawab oleh pimpinan Unsyiah dalam hal ini Rektor Unsyiah. Namun dalam beberapa kali pertemuan yang diinisiasikan oleh UPT Perpustakaan Unsyiah, sebenarnya sudah terjawab bahwa Rektor Unsyiah akan melanjutkan ”Insentif’ bagi dosen yang berhasil mempublikasikan papernya di jurnal internasional, Pak Rektor bahkan sesumbar untuk menaikkan jumlah anggaran untuk insentif tersebut (kita doakan bersama semoga terkabulkan!). Tahun lalu lebih lebih dari 50 orang telah mendapatkan insentif tersebut dengan jumlah bervariasi, mudah-mudahan tahun ini bisa lebih banyak lagi. Beberapa masukan agar kreteria penilaian untuk insentif publikasi disederhanakan, misalnya asalkan jurnal terindek di Scopus, berhak mendapatkan insentif, mungkin perlu dipertimbangkan. Sehingga

tujuan kita memperlebar jarak jumlah publikasi yang terindek di Scopus dengan Unand dapat tercapai. Secara umum jumlah publikasi Unsyiah naik signifikan dalam 3 tahun terakhir (Tabel 1), namun sayangnya kontributor (penulis) didominasi oleh beberapa orang saja (orang itu-itu saja) Tabel 2), jarang muncul penulis baru, dan sayangnya beberapa orang yang dulu aktif beberapa tahun belakangan kurang atau bahkan tidak produktif lagi , mungkin merasa sudah nyaman dengan kedudukan yang telah dicapai.

Tabel 1. Jumlah publikasi Unsyiah menurut tahun

Oleh karena itu secara umum kinerja publikasi dosen Unsyiah masih rendah, jika dibandingkan dengan jumlah dosen yang ada dengan rekod publikasi saat ini maka diperoleh rasio 1: 25 (satu paper untuk 25 orang dosen), dan dari 1500 orang dosen hanya 11% saja yang berhasil mencatatkan namanya sebagai kontributor.

Rendahnya kinerja publikasi dosen Unsyiah mumgkin disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:

No Tahun Jumlah Judul

No. Tahun Jumlah Judul 1. 2014

(Februari)

8 11. 2004 4

(4)

Makalah disampaikan pada Forum Inspirasi BJM Unsyiah Tanggal 25 Februrai 2014

(1) Menulis belum menjadi budaya di universitas-univeritas di Indonesia, ternasuk Unsyiah, budaya ilmiah di nIndonsia masih didominasi dalam bentuk verbal (Anshori, 2012).

(2) Beberapa kebijakan Dikti dinilai juga paradok dengan tujuan yang ingin dicapai, misalnya pembatasan jumlah publikasi ilmiah yang diakui dan status publikasi selama sekolah juga belum jelas, walaupun sudah ada Surat Dikti No. No. 2189/E4.3/2013 Tanggal 13 Desember 2013 kepada Rektor UGM, namun belum sepenuhnya dijalankan oleh Tim PAK, salah satu alasan belum ada Juknis dst.

(3) Kebijakan Tim PAK

universitas yang kadang-kadang menimbulkan kontraversi karena sering menafsir ulang aturan yang masih diwilayah ”abu-abu” dan bahkan belum adanya kesepahaman pemahaman terhadap aturan Dikti di kalangan tim PAK saya duga juga menjadi penyebab turunnya minat atau semangat dosen untuk publikasi

di jurnal internasional dan bahkan nasional. Ironinya apa yang di Unsyiah tidak boleh, di universitas lain boleh dan sah-sah saja. Akibatnya jumlah GB Unsyiah tidak pernah melebihi 40 orang, sementara universitas lain terus melejit jumlah GB dan LK nya sehingga akreditasi Prodi dan PT mereka juga semakin baik.

Jika ingin diberi alasan Unsyiah memperketat kreteria untuk menjadi GB agar dapat menghasilkan GB yang berkualitas tinggi saya menilai tidak juga, silahkan disimak data-data yang saya unggkapnya pada poin 8 dibawah ini. (4) Fasilitas dan kenyamanan

dikampus yang belum

mendukung, ada fakultas yang fasilitas dasar bagi mahasiswa saja belum terpenuhi, apalagi fasilitas untuk dosen. Kebijakan Rektor dalam menyusun anggaran berbasis kebutuhan mungkin dapat menyelesaikan masalah ini kedepan. Selama ini pembagian ”kue” anggaran berdasarkan jumlah

Catatan: Nama urutan 1 s/d 4 adalah bukan dosen Unsyiah namun memberikan kontribusi yang sangat signifikan kepada Unsyiah

(5)

Makalah disampaikan pada Forum Inspirasi BJM Unsyiah Tanggal 25 Februrai 2014

mahasiswa terbukti membuat beberapa fakultas miskin tidak dapat memenuhi standar minimal yang sepatutnya menjadi tanggung jawab universitas, bukan Prodi atau Fakultas semata.

(5) Sumber dana penelitian juga masih terbatas, walaupun secara umum jumlah dana penelitian naik cukup signifikan dari tahun ke tahun, (6) Dosen Unsyiah lebih banyak

memposisikan diri atau

mengambil peran sebagai guru

(pengajar), bukan sebagai

peneliti, sebagian besar waktu habis untuk mengajar. Data yang ada menunjukkan hanya 15% dosen Unsyiah yang berhasil mendapatkan dana penelitian pada tahun 2012 (Lemlit Unsyiah, 2013). Seharusnya untuk menjadi universitas riset sebagaimana yang dicita-citakan maka penelitian dan publikasi harus lebih dominan atau setidaknya berimbang, dan pengajaran harus berbasiskan riset, artinya materi yang diajarkan adalah hasil-hasil riset terbaru. Dengan mengacu kepada aturan Dikti yang baru nanti memang porsi penelitian dan publikasi akan menjadi lebih besar (>45%) mudah-mudahan dapat menjadi pemacu bagi peningkatan jumlah publikasi.

(7) Kurikulum terutama untuk program Master dan Doktoral belum mengarah kepada riset yang komprehensif, masih dominan dengan pengajaran dan tutorial, 80% masih dari pengajaran, hanya 20% saja untuk penelitian. Dan ironisnya lagi dosen-dosen yang sudah overload mengajar di S1 ”dibebani” lagi dengan mengajar di S2 atau S3 pada hari Sabtu bahkan hari minggu, tidak ada waktu tersisa untuk pengembangan diri (menulis

proposal hibah, meneliti, membaca jurnal dan menulis paper).

(8) Produktifitas Guru Besar Unsyiah masih sangat rendah. Guru Besar adalah tonggak utama kemajuan riset disebuah universitas, Guru Besar (GB) menjadi harapan dan dipudak merekalah dibebankan tugas-tugas meneliti dan menulis yang lebih besar dan tentunya juga tugas pengajaran, dengan harapan yang demikian besar maka tidak heran jika pemerintah memberikan penghargaan yang juga cukup besar dari segi finansial bagi seorang GB (untuk ukuran orang Indonesia), namun sayangnya hasilnya belum mengembirakan. Dari data yang terekod di Scopus hanya 6 orang GB (15%) dari 40 orang GB Unsyiah atau dengan total kontribusi 6% dari 371 judul yang telah terekod, atas nama Unsyiah (mungkin ada beberapa diantara GB yang pernah tercatat di Scopus tetapi tidak membawa nama Unsyiah, mungkin mereka lakukan saat studi).

Yang cukup mengembirakan bahkan datang dari beberapa dosen dengan kualifikasi magister yang telah mencatatkan namanya masing-masing diatas 10 judul, inilah calon kontributor Unsyiah dimasa depan, semoga saja. Mudah-mudahan mereka-mereka ini cepat mendapat kesempatan melanjutkan studi S3 atau bisa cepat selesai bagi yang sedang studi.

(9) Potensi Mahasiswa

Pascasarjana Unsyiah belum

dimaksimalkan. Kewajiban

(6)

Makalah disampaikan pada Forum Inspirasi BJM Unsyiah Tanggal 25 Februrai 2014

untuk seorang calon Doktor khususnya tidak ada tawar menawar “wajib publikasi”.

Patut kita sadari juga bahwa calon mahasiswa Pascasarjana Unsyiah secara umum kualitasnya masih menyedihkan. Mohon maaf, banyak diantara mereka yang memiliki background dari universitas atau fakultas yang sistim pengajarannya masih perlu dipertanyakan, skripsi atau tesisnya juga tidak jelas siapa yang menulis dan siapa yang membimbing. Oleh karena itu jika telah menjadi mahasiswa Pascasarjana Unsyiah, maka kewajiban kitalah untuk membuat mereka dapat mencapai tahap minimum seorang Master atau Doktor, jika belum mencapai standar tersebut, maka dengan sangat menyesal mereka tidak boleh “dilepaskan”, karena jika telah lepas kedalam masyarakat mereka akan menanggalkan simbol-simbol lama mereka, dan mereka akan meng “klaim” sebagai alumni Unsyiah, sementara kualitasnya mengecewakan, maka yang malu Unsyiah juga. Dan salah satu standar yang dapat diterapkan adalah publikasi internasional;

(10) Masih lemahnya

pembimbingan untuk mahasiswa S2 dan S3. Sebagian besar mahasiswa Pascasarjana Unsyiah adalah mahasiswa part time, mereka hanya aktif dikampus pada ujung minggu (week end), sementara hari-hari tersebut adalah hari-hari istrihat bagi dosen, akibatnya adalah tidak semua dosen membimbing dengan serius pada hari-hari tersebut. Sangat sedikit mahasiswa Pascasarjana mau mengorbankan hari kerjanya (Senin-Kamis) untuk datang ke kampus

berkonsultasi dengan pembimbingnya, tapi malah sebaliknya si pembimbing lah yang harus mengalah menggunakan waktu istirahat/libur mereka untuk konsultasi/pembimbingan

mahasiswa, sungguh dunia pendidikan yang aneh saya pikir, entah kapan Unsyiah bisa keluar dari kondisi ini!.

Tidak optimalnya pembimbinga juga terjadi karena dibeberapa Prodi Magister, seorang dosen membimbing terlalu banyak, bahkan ada yang membimbing 10-15 orang mahasiswa dalam 1 semester, bahkan ada Prodi yang saya dengar harus meluluskan mahasiswa magisternya tepat waktu, jika tidak maka proyek kerjasama tidak dilanjutkan. Pengalaman saya membimbing di beberapa Prodi Magister, terus terang saya katakan bahwa lebih mudah membimbing mahasiswa S1, bukan karena topik kajian akan tetapi kapasitas mahasiswa yang pas-pasan. Dalam kondisi demikian, saya menilai saya hanya sanggup membimbing dengan baik sebanyak 5 mahasiswa pasca saja setiap semester.

Dengan kondisi tersebut maka harapan menghasilkan hasil penelitian mahasiswa pascasarjana yang dapat dipublikasikan di jurnal internasional adalah isapan jempol belaka.

(7)

Makalah disampaikan pada Forum Inspirasi BJM Unsyiah Tanggal 25 Februrai 2014

alasan penguasaan bahasa asing mereka rendah sehingga mereka tidak dapat menulis di jurnal internasional tersebut memiliki banyak publikasi dalam bahasa ibu (Bahasa Indonesia), karena logika mereka tidak bisa menulis dalam bahasa asing akan tetapi dalam bahasa ibu (Indonesia) tentu bisa, tapi kenyataannya, ehm…tidak ada juga!!!. Menurut saya bahasa bukan kendala. Banyak cara dapat ditempuh, diantaranya memperkuat kerjasama dengan peneliti asing sehingga dapat membantu koreksi bahasa atau setidaknya diikutkan dalam publikasi bersama, walau hanya sebagai co-author dengan nilai KUM kecil, namun sangat bernakna bagi Unsyiah. Peran pusat bahasa Unsyiah juga saya nilai belum maksimal dalam membantu para dosen mengatasi alasan klasik ini. Jika Pusat Bahasa masih enggan terjun langsung mengatasi persoalan ini, maka peran dan fungsinya dapat diambil alih oleh “Badan Percepatan Publikasi”.

(12) Ketrampilan dosen dalam memilih jurnal yang tepat masih rendah. Tidak jarang kita dengar dosen mengeluh, tidak tahu harus mengirim kemana papernya dan bagaimana mengakses, mengirim dan merespond komentar reviewer. Apalagi saat ini banyak jurnal yang diduga predator yang siap memangsa dosen-dosen yang tidak hati-hati dan cermat.

Jika yang dituju adalah jurnal yang terindek di Scopus maka kita dapat memilih jurnal melalui website: www.scimagojr.com, setelah jurnal dipilih maka langkah selanjutnya adalah melakukan ferifikasi apakah jurnal tersebut

masuk dalam daftar hitam jurnal yang diduga predator atau tidak, salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah melihat apakah publisher jurnal tersebut ada dalam list Prof. Jeffry Beall melalui link, http://scholarlyoa.com/2014/01/02/lis t-of-predatory-publishers-2014/, jika ternyata masuk dalam list tersebut maka sebaiknya tinggalkan dan pilih yang lainnya.

Patut kita ketahui bahwa beberapa jurnal yang diindek oleh Scopus juga tidak terlepas dari issue predatory juga, banyak hal yang menyebabkannya, oleh karena kita perlu ektra hati-hati. Kita juga perlu berhati-hati banyak juga jurnal palsu, dengan mengambil nama hampir sama atau bahkan sama persis dengan jurnal top yang sudah ada, untuk itu dapat kita identifikasi melalui nomor ISSNnya, nama mungkin bisa sama namun ISSN pasti berbeda.

BEBERAPA SOLUSI YANG

DITAWARKAN UNTUK

MENGOPTIMALKAN

PUBLIKASI INTERNASIONAL UNIVERSITAS SYIAH KUALA

(8)

Makalah disampaikan pada Forum Inspirasi BJM Unsyiah Tanggal 25 Februrai 2014

(1) PROYEK SATU DOSEN,

SATU PUBLIKASI

INTERNASIONAL. Jika program ini mau dijalankan oleh Unsyiah maka harus terencana dengan baik dengan target yang terukur, untuk itu perlu disusun strategi, berupa strategi jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Untuk menyusun strategi dan menjalankannya perlu dibentuk suatu badan yang disebut sebagai BADAN PERCEPATAN PUBLIKASI INTERNASIONAL UNSYIAH atau sejenisnya.

Satu kabar gembira datang dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH), menyadari mereka tertinggal jauh dengan beberapa fakultas seperti Teknik, FMIPA dan bahkan FKP yang baru terbentuk, FKH telah membantuk suatu task force percepatan publikasi internasional yang kabarnya akan didanai melalui BOPTN.

Ide atau usulan akan perlunya badan/bidang/tim untuk mempercepat jumlah publikasi internasional Unsyiah sudah saya sampaikan sejak 2009, yaitu pada salah satu workshop yang diadakan oleh PPS, dan setelah itu beberapa kali saya lontarkan melalui Milis Jambo, namun tanggapan baik dari pihak terkait masih belum mengembirakan.

Kita berharap apa yang sudah dilakukan FKH akan diikuti oleh fakultas yang lain di lingkungan Unsyiah dan akan lebih baik lagi jika diambil alih oleh universitas, misalnya melalui Lembaga Penelitian (Lemlit).

Cuba kita bayangkan dalam 3-5 tahun mendatang Unsyiah dapat menghasilkan 1500 judul publikasi internasional, secara otomatis

Unsyiah akan masuk dalam 5 besar di Indonesia. Sejarah akan mencatat dengan tinta emas kontribusi atau usaha rektor yang menjalankan program tersebut, jadi jangan ragu, segera dieksekusi he..

(2) Revitalisasi kreteria calon Tim PAK. Kedepan menurut saya dosen yang dipilih atau ditujuk untuk duduk dalam tim PAK universitas haruslah dosen-dosen berpengalaman luas dalam publikasi terutama di level internasional, tidak cukup hanya dilihat dari jabatan fungsional yang dimiliki semata, tetapi juga kredibilitas dan reputasinya. Logikanya bagaimana mungkin bisa menilai publikasi internasional orang lain jika mereka sendiri tidak pernah publikasi.

Orang-orang yang telah dipercaya sebagai anggota Tim PAK tersebut selain harus memahami dan berpegang kepada aturan juga harus bijak dalam memutuskan sesuatu dan tidak membuat penafsiran-penafsiran sendiri terhadap aturan yang sebenarnya sudah jelas. Jika tidak maka kenaikan pangkat/fungsional dosen Unsyiah akan banyak yang terhambat, yang rugi Unsyiah juga, selain itu juga telah mengagalkan rencana atau program Rektor Unsyiah untuk mencetak 200 Guru Besar di Tahun 2020 mendatang. Oleh karena itu rektor Unsyiah perlu menyelesaikan masalah ini.

(9)

Makalah disampaikan pada Forum Inspirasi BJM Unsyiah Tanggal 25 Februrai 2014

semakin bijaksana dan menjadi harapan semua dosen Unsyiah. Jika terjadi perbedaan pendapat dalam tim PAK harus dimusyawarahkan dengan sesama anggota tim dan dosen pengusul, jika ditemui jalan menurut saya perlu dilakukan “voting” agar yang ditetapkan adalah pendapat orang yang terbanyak, dan dalam kondisi tertentu pendapat rektor juga patut didengar.

(3) Melakukan revitalisasi dan evaluasi ulang terhadap sistim pendidikan di program Master dan Doktoral. Salah satunya adalah dengan program Master atau Ph.D by research mungkin pilihan terbaik untuk menuju universitas riset. Beberapa universitas top di Indonesia, sudah menawarkan program ini, Unsyiah kapan mau memulainya? Atau jangan-jangan sudah ada?!, Selamat jika demikian! Jika belum, saat inilah waktunya!. (4) Standarisasi tenaga pengajar di Pascasarjana Unsyiah, untuk menjadi pengajar dan pembimbing tesis tidak hanya dilihat dari kualifikasi pendidikan atau jabatan fungsional, namun yang lebih penting adalah memiliki pengalaman publikasi internasional sekurangnya dalam 3 tahun terakhir. Menurut Permenpan No. 46 Tahun 2013. Dosen dengan kualifikasi S2 dengan jabatan fungsional Lektor Kepala dapat ikut membantu mengajar dan membimbing di Program S2 dan membantu di Program S3. Namun menurut saya untuk menjadi

Pembimbing perlu aturan tambahan yaitu wajib memiliki publikasi internasional baik yang bergelar S2 maupun S3, apalagi Professor.

Bagaimana mungkin ada keberanian bagi seorang dosen untuk

mendesak mahasiswanya agar menulis di Jurnal Internasional, atau bagaimana mungkin bisa membimbing dengan baik sehingga bisa dihasilkan paper yang layak ke jurnal interasional, kalau si dosen sendiri tidak pernah lakukannya. (5) Dikti perlu memikirkan atau mengevaluasi ulang beberapa kebijakan yang kontra produktif

diantaranya telah saya utarakan diatas. Perlu pembatasan peran Dikti sebagai regulator tidak perlu masuk jauh masuk ke wilayah eksekutor, universitas perlu diberikan wewenang yang lebih luas sebagai eksekutor karena universitaslah yang apa yang terbaik untuk dirinya n(untuk dosen dan mahasiswa). Beberapa wewenang Dikti perlu didelegasikan ke universitas yang dinilai mampu dan kebiasaan Dikti mengeluarkan aturan/edaran yang disertai ancaman dan menaku-nakuti sepatutnya perlu dihindari, yang patut kita sadari bahwa banyak pejabat Dikti berasal dari universitas juga, jadi saya nilai tidak sepatutnya berlaku demikian.

(6) Pelatihan yang kontinyu. Perlu dilakukan pelatihan yang berterusan bagi semua dosen, semua dosen agar diberi peluang untuk ikut pelatihan penulisan artikel ilmiah secara bergilir. Dalam pelatihan ini perlu lebih ditekankan pada aspek praktisnya yaitu tip dan trik. Peran ini dapat dilakukan oleh Lemlit. Sepengetahuan saya program ini sudah dilakukan oleh Unsyiah melalui Lemlit, namun perlu lebih intensif lagi.

PENUTUP

(10)

Makalah disampaikan pada Forum Inspirasi BJM Unsyiah Tanggal 25 Februrai 2014

internasional, namun saya menyadari pemikiran saya mungkin saja ada keliru dan tidak sejalan dengan pemikiran pembaca, untuk itu saya mohon maaf. Mari kita dorong Unsyiah kearah yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anshori, D.S. 2012.

Mendongkrak Publikasi Karya Ilmiah. Harian Umum Pikiran

Rakyat Bandung.

http://berita.upi.edu/2012/02/14/ mendongkrak-publikasi-karya-ilmiah/

2. Karsidi, R. 2013. Dosen

Bergelar Doktor Minim di

Indonesia. Lampost.co.

http://lampost.co/berita/dosen- bergelar-doktor-minim-di-indonesia.

3. Lemlit Unsyiah. 2013. Laporan Rapat Kerja Lembaga Penelitian universitas Syiah Kuala 2013. Lembaga Penelitian Unsyiah, Banda Aceh.

4. Muchlisin, Z.A. 2013. Menakar Produktifitas Publikasi

Internasional Universitas Syiah Kuala ”Si Jantong Hatee Rakyat Aceh”.

https://unsyiah.academia.edu/m uchlisinza/Teaching-Documents 5. Rifai, M. 2012. Etika penulisan

dan kode etik penulis. Materi pelatihan publikasi artikel

ilmiah untuk jurnal

Gambar

Tabel 1. Jumlah publikasi Unsyiah  menurut tahun
Tabel 2. Daftar kontributor dengan jumlah judul lebih dari 10

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam pondok terdapat banyak proses yang dilakukan di dalamnya, tetapi pondok pesantren tidak memiliki prosedur dan tingkat

C. Maksud, Tujuan, dan Kegunaan Penelitian 1. Mendapatkan gambaran nyata tentang kualitas pelayanan pegawai pada pada Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Secara umum, penelitin ini bertujuan untuk memeroleh gambaran tentang: Manajemen Pengembangan Human Capital Tenaga Kependidikan Menuju Perguruan Tinggi Unggul, di lingkungan

Dengan meningkatkan kualitas dari jalannya fraud brainstorming sessions pada awal perencanaan audit dapat membagi informasi antar tim perikatan sehingga mampu untuk

Hasil SEM menunjukkan tekstur yang merata, halus, dan rongga yang besar sehingga dapat menghasilkan hasil nilai keempukan nugget ayam terbaik yaitu sebesar 10,11

Masalah ekstrem dengan kendala pertidaksamaan yang umum (tidak semua fungsinya linear) dapat diselesaikan dengan berbagai metode yang akan dibahas dalam mata kuliah

Dalam penelitian ini akan digunakan metode support vector machine dan akan dilakukan seleksi atribut dengan menggunakan particle swarm optimization untuk

Aspek keamanan di Taman Lansia Surabaya baik pada variabel fungsi, desain, aksesibilitas, maupun material masih banyak yang memiliki kekurangan terutama bagi pengguna