• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN WISATA BAHARI DI TAMAN NASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGEMBANGAN WISATA BAHARI DI TAMAN NASI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGEMBANGAN WISATA BAHARI DI TAMAN NASIONAL TAKA

BONERATE DAN IMPLIKASI PENGELOLAANNYA

Oleh : Heru Setiawan1

I. Pendahuluan

Indonesia dengan keanekaragaman hayatinya yang tinggi dikenal sebagai negara terkaya kedua di dunia setelah Brasil dengan 325.350 spesies flora dan fauna. Demikian juga dengan kekayaan biota lautnya. Indonesia dengan luasan laut mencapai 5.176.800 km2 dengan panjang pantai 95.181 km memiliki jumlah biota laut sebesar 7.714 spesies dengan jumlah spesies terbesar dari kelompok moluska dengan 2.500 jenis (Moosa dan Noontji, 2000).

Wilayah pesisir sebagai kawasan peralihan yang menghubungkan ekosistem darat dan ekosistem laut, sangat rentan terhadap kerusakan dan perubahan yang diakibatkan oleh berbagai aktivitas manusia di darat maupun di laut. Menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, kawasan pesisir di definisikan sebagai daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Wilayah pesisir ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan kriteria tertentu seperti karakter fisik, biologi, sosial dan ekonomi untuk dipertahankan keberadaannya, sedangkan wisata bahari adalah jenis pariwisata alternatif yang berkaitan dengan kelautan, baik di atas permukaan laut maupun kegiatan wisata yang dilakukan di bawah permukaan laut

Pengembangan wisata alam laut (bahari) memiliki peranan yang sangat penting dari sisi ekonomis maupun ekologis. Secara ekonomis, pengembangan wisata alam laut berperan dalam peningkatan pendapatan devisa negara dan peningkatan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan. Secara ekologis, penetapan kawasan wisata alam laut dapat mengakibatkan rusaknya ekosistem laut jika pengelolaannya dilakukan secara serampangan, tetapi jika pengelolaan dilakukan dengan baik maka secara ekologis keberadaan wisata alam laut dapat menjaga ekosistem kawasan laut dari kerusakan. Pengembangan wisata bahari memerlukan kehati-hatian karena bersifat alami sehingga perencanaannya memerlukan koordinasi dan integrasi

(2)

2

dari semua instansi terkait. Wisata bahari pada luasan yang relatif terbatas memerlukan perencanaan yang baik dalam hal pengaturan jumlah pengunjung dan penentuan lokasi untuk setiap jenis kegiatan yang berbeda. Disamping itu, diperlukan analisis pemasaran dan kegiatan identifikasi lokasi yang akan mendapatkan dampak negatif bila kegiatan wisata ini berjalan, sehingga pencegahan secara dini dapat dilakukan.

Salah satu obyek wisata alam laut di Sulawesi Selatan adalah kawasan konservasi Taman Nasional Taka Bonerate (TN. TBR). Berdasarkan Undang-Undang No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Pasal 34 (1), bahwa kewenangan pengelolaan kawasan konservasi berada di tangan pemerintah pusat yang berarti Kementerian Kehutanan dalam hal ini Balai Taman Nasional Taka Bonerate.

Taman Nasional Taka Bonerate merupakan salah satu Taman Nasional Laut yang mempunyai ciri yang khas topografi kawasan yang sangat unik, dimana atol yang terdiri dari gugusan pulau-pulau gosong karang dan rataan terumbu yang luas dan tenggelam, membentuk pulau-pulau dengan jumlah yang cukup banyak. Karang atol di TN. TBR ini merupakan karang atol terbesar ketiga di dunia dengan luas sekitar 220.000 hektar dan terumbu karang tersebar datar seluas 500 km2 (Suharsono et al., 1995). Keanekaragaman hayati di TN. TBR juga sangat tinggi, terdapat 261 jenis terumbu karang yang sudah teridentifikasi, 295 jenis ikan karang dan beberapa jenis ikan ekonomis penting, 244 jenis moluska, serta berbagai jenis penyu. Pengembangan TN. TBR sebagai salah satu destinasi utama dari wisata bahari masih belum begitu dikenal jika dibandingkan dengan Taman Nasional Bunaken dan Taman Nasional Wakatobi. Rendahnya promosi dan aksesibilitas yang sulit merupakan salah satu faktor kurang dikenalnya TN. TBR sebagai salah satu destinasi wisata bahari.

II. Potensi Pengembangan Wisata Bahari

(3)

3

Pulau-pulau yang terdapat dalam kawasan TN. TBR merupakan pulau yang indah yang dikelilingi oleh pasir putih yang sangat menawan dengan topografi datar sampai dengan landai. Vegetasi utama di pulau-pulau tersebut didominasi oleh vegetasi pantai, yaitu pohon kelapa, ketapang, kelompok rumput dan perdu. Hamparan pasir putih yang lembut dan air laut yang jernih merupakan salah satu daya tarik yang dapat dinikmati di TN. TBR. Kondisi ekologis kawasan taman nasional sangat mendukung berkembangnya terumbu karang dan biota laut lainnya. Kualitas air yang sangat jernih memungkinkan matahari dapat menembus hingga kedalaman 3 meter sehingga terumbu karang dapat hidup dengan baik. Ekosistem pantai dan ekosistem laut baik flora maupun fauna dapat berkembang dengan sempurna. Beberapa kegiatan wisata bahari yang dapat dilakukan di TN. TBR diantaranya, menyelam, snorkeling, rekreasi pantai, berperahu, dan wisata minat khusus.

Menyelam merupakan wisata bahari yang sangat potensial dikembangkan di perairan TN. TBR. Obyek wisata ini juga telah didukung dengan fasilitas peralatan menyelam yang lengkap. Keindahan alam bawah laut berupa berbagai jenis terumbu karang, padang lamun, serta biota laut yang beraneka warna dan bentuk merupakan aset yang cukup bernilai untuk pengembangan wisata menyelam. Pada beberapa titik penyelaman (spot diving) terdapat variasi bentuk lereng dari landai sampai terjal yang menantang untuk dijelajahi. Terdapat 13 titik penyelaman dalam kondisi bagus di dalam kawasan TN. TBR yang menantang untuk dijelajahi.

Snorkeling atau yang dikenal dengan selam permukaan merupakan kegiatan mengamati pemandangan alam bawah laut yang dilakukan dari permukaan dengan menggunakan alat masker selam, snorkel dan alat bantu gerak berupa kaki katak. Dengan kedalaman permukaan yang berkisar 0-5 meter, didukung air yang jernih dan arus laut yang tenang membuat kegiatan snorkeling sangat cocok dikembangkan di TN. TBR

(4)

4

Pengembangan rekreasi pantai dapat dilakukan dengan membuat paket wisata selama beberapa malam dengan berkemah di tepi pantai. Keindahan alam yang dapat dinikmati berupa keindahan matahari terbit (sunrise) maupun matahari terbenam (sunset), berjalan diatas butiran pasir putih disekeliling pantai, berjemur matahari (sunbathing), dan menikmati rimbunan pohon kelapa serta berbagai keindahan alam lainnya. Terdapat dermaga yang sangat cocok digunakan untuk menikmati sunset. Di bawah dermaga terdapat berbagai jenis ikan yang beraneka warna. Berbagai jenis burung pantai juga bergerombol mencari makan di pinggir pantai yang semakin menambah indah pemandangan di sore hari.

Dengan tingginya keanekaragaman hayati di perairan TN. TBR, sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai obyek wisata minat khusus. Sebagai contoh bagi para peneliti yang ingin melakukan penelitian tentang biota laut atau terumbu karang dapat memilih lokasi ini sebagai tempat penelitian karena beragamnya jenis biota laut di perairan TN. TBR. Selain potensi wisata alam, adat istiadat dan budaya yang ada pada masyarakat lokal sekitar kawasan Taman Nasional Taka Bonerate yang didominasi oleh etnis bugis dan bajo merupakan salah satu obyek daya tarik wisata tersendiri. Budaya Suku Bugis dan Bajo memiliki kekhasan tersendiri yang kental dengan budaya kemaritiman dapat menjadi atraksi budaya menjadi faktor penunjang pengembangan wisata budaya.

(5)

5

TBR. Hal inilah yang membuat biaya berlibur ke kawasan TN. TBR menjadi mahal, karena harus menyewa perahu sehingga untuk mensiasati supaya biaya perjalanan tidak terlalu mahal, dapat melakukan kegiatan wisata di TN. TBR secara berkelompok (rombongan).

Unsur ketiga dalam upaya pengembangan pariwisata dalah akomodasi. Dalam industri pariwisata, dikenal akomodasi komersial yang telah ditentukan, seperti wisma, dan losmen. Disamping itu, juga dikenal akomodasi pribadi yang pemilikannya bisa individu maupun kelompok, seperti guest house, cottage, serta sewa tenda di lokasi camping ground. Akomodasi dalam kawasan TN. TBR masih sangat minimal. Salah satu destinasi wisata utama di TN. TBR adalah Pulau Tinabo. Dengan ukuran panjang pulau sekitar 1,5 km dan lebar sekitar 500 meter hanya terdapat pos polisi kehutanan (polhut), wisma tamu dengan 3 kamar dan satu kamar mandi dan gudang peralatan untuk wisata air serta musholla yang sedang dalam tahap pembangunan. Karena letaknya dalam kawasan konservasi, maka pembangunan sarana dan prasarana akomodasi memerlukan tahapan evaluasi terhadap daya dukung di masing-masing pulau. Untuk mengatasi terbatasnya akomodasi tersebut, diperlukan kerjasama dengan penduduk sekitar kawasan untuk menyediakan rumah atau kamar yang dapat disewakan kepada para pengunjung. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk kerjasama dalam rangka pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan.

Unsur keempat dalam upaya pengembangan pariwisata adalah ketersediaan fasilitas pendukung dan jasa lain. Termasuk di dalamnya adalah toko-toko suvenir, restoran, fasilitas kesehatan dan lain-lain. Fasilitas pendukung dalam kegiatan wisata bahari di TN. TBR sudah cukup memadai seperti peralatan selam yang lengkap, peralatan snorkeling dan perahu. Pengelola TN. TBR juga menyediakan souvenir yang dapat dibeli oleh pengunjung seperti kaos, mug, gantungan kunci dan lain-lain. Wisatawan yang berkunjung di TN. TBR biasanya berkoordinasi dulu dengan pengelola untuk kebutuhan logistik selama di lokasi. Fasilitas restoran atau warung makan dan fasilitas kesehatan dapat ditemukan di pulau-pulau sekitar kawasan TN. TBR.

(6)

6

III. Implikasi Pengelolaan

Ekowisata merupakan kegiatan wisata yang menaruh perhatian besar terhadap kelestarian sumber daya pariwisata. Masyarakat ekowisata internasional mengartikannya sebagai perjalanan wisata alam yang bertanggung jawab dengan cara mengkonservasi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Pengelolaan wisata alam pada area konservasi memerlukan perlakuan khusus. Agar pembangunan ekowisata di TN. TBR dapat berhasil, beberapa aspek yang harus diperhatikan adalah memperhatikan kelestarian lingkungan, menjamin kepuasan pengunjung dan memelihara kerjasama dengan masyarakat yang tersebar di zona penyangga kawasan taman nasional. Untuk menjamin kelestarian kawasan, penilaian terhadap daya dukung kawasan juga harus diperhatikan. Daya dukung kawasan meliputi daya dukung secara ekologis, daya dukung secara fisik dan daya dukung secara sosial.

Untuk menjaga keaslian lingkungan pantai, aspek pendidikan konservasi juga perlu dilakukan terhadap wisatawan (pengunjung). Pendidikan lingkungan dapat dilakukan dengan memasang papan-papan peringatan tentang segala sesuatu yang dilarang dilakukan di kawasan konservasi. Program-program peduli lingkungan seperti penangkaran penyu merupakan salah satu upaya konservasi sederhana. Dengan mengajak pengunjung melepaskan anakan penyu ke lautan lepas (atau mengadopsi penyu) dapat meningkatkan kepedulian pengunjung terhadap upaya konservasi penyu. Monitoring terhadap kawasan dan pengunjung juga harus dilakukan secara kontinyu agar keberadaan pengunjung tidak melebihi daya dukung kawasan.

(7)

7

1. Prinsip co-ownership yaitu adanya kesepahaman bersama antara masyarakat dan pengelolan kawasan bahwa pada hakikatnya potensi wisata bahari yang ada di dalam kawasan TN. TBR merupakan karunia Tuhan yang harus dijaga kelestariannya. Dengan demikian, hak-hak masyarakat di dalamnya yang harus diakui namun juga perlindungan terhadap kelestarian sumberdaya alam juga harus dilakukan bersama. 2. Prinsip co-management yaitu bahwa pengelolaan kawasan konservasi memerlukan

kerjasama dengan masyarakat pesisir yang tinggal di kawasan penyangga taman nasional dan sehari-hari berinteraksi dan mengandalkan kegiatannya pada sumber daya alam laut. Pengelolaan kawasan dilakukan bersama-sama seluruh komponen masyarakat (stakeholder) yang terdiri dari pemerintah, masyarakat dan organisasi non pemerintah (LSM).

3. Prinsip co-responsibility yaitu bahwa keberadaan kawasan TN. TBR menjadi tanggung jawab bersama karena pengelolaan kawasan wisata bahari merupakan tujuan bersama Ketiga prinsip tersebut dilaksanakan secara terpadu, sehingga fungsi kelestarian eksistem dalam kawasan TN. TBR dapat tercapai dengan melibatkan secara aktif peran serta masyarakat sekitar. Oleh karena itu agar masyarakat mampu berpartisipasi, maka perlu peningkatan pemberdayaan baik ekonomi, sosial dan pendidikan. Untuk meningkatkan itu semua, dibutuhkan peran pemerintah dan pihak terkait dalam memberdayakan masyarakat sekitar kawasan agar meningkat kesejanteraannya.

IV. Penutup

(8)

8

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh yang positif bagi Pekon Kuala Stabas ini diantaranya sejak adanya destinasi wisata di Pekon ini membuat nama Kampung yang berada di Tengah- tengah

Jalan simpang semambang – batas pendopo merupakan ruas jalan yang menghubungkan Kabupaten Musi Rawas dan Kabupaten Pali, jalan tersebut juga menghubungkan jalur

Kapasitas didefinisikan sebagai arus lalu lintas maksimum yang dapat melintas dengan stabil pada suatu potongan melintang jalan pada keadaan (geometrik, pemisahan arah, komposisi

- Untuk mengetahui perbedaan penilaian konsumen pada media periklanan dan keputusan pembelian konsumen ditinjau dari perbedaan jenis kelamin, pekerjaan dan pendapatan iklan

humas untuk merumuskan strategi media relations yang lebih baik, melalui pembentukan hubungan antarpribadi dengan jurnalis yang didasari atas.

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing. Mengarahkan, melatih, menilai, mengevaluasi peserta diidik pada pendidikan usia dini

lateral yang arahnya saling tegak lurus dan sejajar dengan sumbu-sumbu utama ortogonal denah struktur gedung secara keseluruhan. 5) Sistem struktur gedung tidak

Pelajaran kali ini akan membahas pembentukan muatan negatif pada mineral liat, penyebaran kation-kation di sekitar muatan negatif permukaan liat, dan reaksi pertukaran