• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESAIN METODE SIMULASI UNTUK MENINGKATKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DESAIN METODE SIMULASI UNTUK MENINGKATKA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

DESAIN METODE SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI KETERAMPILAN PELAYANAN PRIMA

PADA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN PEMASARAN Iffah Syarifah

Prodi Pendidikan Ekonomi, Unswagati Cirebon iffahsy16@gmail.com

Abstrak

Pembelajaran pelayanan prima yang selama ini berlangsung hanya berorientasi pada ranah pengetahuan. Metode yang digunakan lebih dominan menggunakan metode ceramah. Akibatnya, pembelajaran pelayanan prima menjadi membosankan. Keterampilan pelayanan prima yang ada pada diri siswa menjadi kurang terlatih, maka perlu digagas metode simulasi sebagai upaya untuk meningkatkan kompetensi keterampilan pelayanan prima. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengetahui desain metode simulasi yang dapat meningkatkankompetensi keterampilan pelayanan prima, serta implementasi desain metode simulasi yang dapat meningkatkan kompetensi keterampilan pelayanan prima pada materi “memberikan bantuan kepada pelanggan”.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan penelitian dan pengembangan. Implementasi desain menggunakan metode PTK model Kemmis&McTaggart dengan tahapan “Perencanaan-Pelaksanaan dan Observasi-Refleksi”. Subjek penelitian adalah siswa kelas X PM-1 SMK Negeri 6 Kuningan Tahun Pelajaran 2015/2016 sebanyak 32 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi, kuesioner, observasi partisipan, wawancara terbuka, dan evaluasi unjuk kerja. Instrumen yang digunakan berupa dokumen, angket lembar validasi, lembar observasi, lembar penilaian unjuk kerja, dan pedoman wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif analitik interpretatif.

Capaian pembelajaran pelayanan prima dapat dilakukan melalui metode simulasi. Adapun komponen penting yang perlu diperhatikan meliputi skenario simulasi, tahapan-tahapan pembelajaran, serta evaluasi pembelajaran yang didukung dengan LKS. Sedangkan dalam implementasinya, pembelajaran metode simulasi secara prosedural meliputi tahap pembuka, bermainperan, diskusi kecil, dan presentasi. Dalam penelitian ini dihasilkan desain yang direkomendasikan yang terdiri dari skenario simulasi, LKS dan alat evaluasi.

(2)

PENDAHULUAN

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan formal dimana struktur ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari sesuai dengan kompetensi keahlian masing-masing. Siswa SMK dituntut untuk memiliki keahlian khusus sehingga setelah lulus dari sekolah para siswa diharapkan siap pakai di dunia kerja. Keahlian dapat dimiliki apabila keterampilan siswa terus diasah, keterampilan yang dimiliki siswa di SMK dapat diperoleh melalui pembelajaran di sekolah maupun di dunia industri.

Dalam melaksanakan proses pembelajaran di sekolah, siswa dituntut untuk lebih aktif sehingga proses belajar tidak hanya berpusat pada guru. Untuk dapat mewujudkan hal tersebut, peran guru sebagai fasilitator bukan berarti guru bersikap pasif dalam proses pembelajaran. Akan tetapi disini guru juga dituntut untuk aktif dan kreatif, salah satunya dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan mata pelajaran, kondisi kelas dan karakteristik siswa.

Mata pelajaran Pelayanan Prima merupakan mata pelajaran yang melatih keterampilan siswa agar terampil dalam melakukan komunikasi di dunia kerja sehingga dapat memberikan bantuan dan pelayanan kepada pelanggan, serta dapat bekerja baik secara individu maupun bekerjasama dalam satu tim. Pelayanan Prima berhubungan erat dengan aspek kegiatan di perusahaan jasa pelayanan dalam upaya mem-berikan kepuasan kepada konsumen atau pelanggan agar tercipta loyalitas yang tinggi terhadap barang atau jasa yang ditawarkan. Dengan demikian, hasil belajar yang diperoleh siswa selama mengikuti mata pelajaran Pelayanan Prima tidak hanya bermanfaat di dunia pemasaran saja,

namun diharapkan dapat menjadi bekal siswa dalam menghadapi dunia kerja setelah lulus dari sekolah, baik dengan cara membuka usaha sendiri maupun bekerja sebagai karyawan.

Dalam pembelajaran pelayanan prima, guru dapat menerapkan metode simulasi. Hal ini dikarenakan simulasi memiliki beberapa kelebihan seperti yang dikemukakan oleh Sanjaya (2014:160) yaitu : (1) simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya, (2) simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa, (3) simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa, (4) memperkaya pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis, dan (5) simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran.

Melihat latar belakang di atas, tujuan penelitian ini adalah mengetahui desain metode simulasi beserta implementasinya untuk meningkatkan kompetensi keterampilan pelayanan prima pada materi “Memberikan Bantuan kepada Pelanggan”

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Alasan peneliti menggunakan metode kualitatif yaitu peneliti tidak mencari pengaruh keterkaitan antar variabel dan peneliti ingin mendapatkan wawasan tentang sesuatu yang baru sedikit diketahui. Penelitian kualitatif ini diikuti dengan pendekatan penelitian pengembangan, karena dalam penelitian ini peneliti ingin mengembangkan sebuah desain pembelajaran yang dapat bermanfaat bagi para pengguna dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.

(3)

peneliti. Adapun tahapan-tahapannya meliputi studi pendahuluan, pengembangan dan try out. Studi pendahuluan terdiri dari studi pustaka dan survey lapangan sebagai bahan dalam menganalisis kebutuhan untuk membuat desain awal. Dalam tahap pengembangan, desain tersebut divalidasi oleh pakar dan praktisi lapangan hingga dihasilkan desain hipotetik. Kemudian desain hipotetik tersebut di uji coba pada siswa kelas X PM-1 di SMK Negeri 6 Kuningan yang berjumlah 32 siswa. Try out dilakukan dengan menggunakan metode PTK model Kemmis&McTaggart dengan tahapan perencanaan-pelaksanaan dan observasi-refleksi.

Setelah diimplementasikan, peneliti mengadakan evaluasi terkait dengan pembelajaran pelayanan prima dengan menggunakan desain metode simulasi. Evaluasi yang dilakukan berupa unjuk kerja dan wawancara kepada peserta didik.

Evaluasi unjuk kerja dilakukan untuk mengetahui pencapaian hasil belajar siswa dalam ranah keterampilan. Setelah evaluasi unjuk kerja dilaksanakan, peneliti melakukan wawancara terhadap beberapa orang siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap implementasi desain metode simulasi dalam pembelajaran pelayanan prima di kelas.

Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi, kuesioner, observasi partisipan, wawancara terbuka, dan evaluasi unjuk kerja. Instrumen yang digunakan berupa dokumen, angket lembar validasi, lembar observasi, lembar penilaian unjuk kerja, dan pedoman wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif analitik interpretative. Sudjana (2012: 197) menjelaskan bahwa, “metode deskriptif analitik adalah metode yang berupa pemaparan

atau penjelasan gambaran mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk naratif”.

HASIL DAN PEMBAHASAN Studi Pendahuluan

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 6 Kuningan yang beralamat di Jalan Sindangkempeng Kecamatan Pancalang Kabupaten Kuningan. Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai subjek penelitian yaitu siswa kelas X PM-1. Jumlah seluruh siswa kelas X PM-1 adalah 32 siswa, yang terdiri dari 5 orang siswa laki-laki dan 27 orang siswa perempuan. Kelas yang digunakan memiliki luas 90m2 dengan kondisi cukup baik.

Hasil observasi menyatakan bahwa siswa kurang antusias dalam pembelajaran, cenderung pasif, lebih suka mendengarkan dan kurang berani dalam berbicara baik itu dalam bertanya maupun mengungkapkan pendapat. Hal ini didukung dengan data ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran Pelayanan Prima yang disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 1. Data Ketuntasan Belajar Siswa Kategori Frek. Persentase

Belum

Tuntas 22 68,75%

Tuntas 10 31,25%

Total 32 100 %

(4)

Selain mengkaji teori, peneliti juga berdiskusi dengan guru mata pelajaran Pelayanan Prima terkait dengan materi yang dipilih dalam pembelajaran. Dari hasil diskusi ditentukan bahwa materi yang dipilih yaitu memberikan bantuan kepada pelanggan, hal ini dikarenakan materi tersebut memerlukan pembelajaran secara praktik. Dengan metode simulasi diharapkan siswa memperoleh gambaran bagaimana melayani pelanggan, teknik komunikasi dalam memberikan bantuan kepada pelanggan, dan bagaimana mengatasi keluhan pelanggan. Selain itu, metode simulasi dapat melatih keterampilan siswa, juga memupuk keberanian, percaya diri dan semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran. Berpegang pada data yang diperoleh dari observasi dan mengacu pada dasar-dasar teori atau konsep yang disimpulkan dari hasil studi kepustakaan, maka dapat disimpulkan bahwa desain metode simulasi pada Kompetensi Dasar Memberikan bantuan kepada pelanggan

diperlukan untuk membantu mengatasi permasalahan yang terdapat di lapangan.

Setelah mendapat informasi yang dibutuhkan, peneliti melakukan analisis kebutuhan terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran pelayanan prima, sehingga diperoleh gambaran secara umum mengenai desain metode simulasi yang dikembangkan. Dari hasil analisis tersebut disusunlah desain awal produk yang dibutuhkan dalam mendukung pembelajaran pelayanan prima dengan menggunakan metode simulasi, yang meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), materi pembelajaran, skenario pembelajaran, Lembar Kerja Siswa (LKS) dan alat evaluasi.

Skenario simulasi yang telah dibuat divalidasi oleh pakar dan praktisi lapangan. Validasi dilakukan dengan cara mengisi angket lembar validasi. Hasil validasi yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Hasil Validasi Pakar dan Praktisi Lapangan

Indikator Skor

Rata-rata Kategori V1 V2 V3

Kelayakan Isi

1. Skenario sesuai dengan kompetensi dasar 3 4 4 3,67 Sangat Baik 2. Tema yang digunakan dalam skenario

sesuai dengan indikator

3 4 3 3,33 Sangat Baik 3. Tokoh yang digunakan sesuai dengan materi

yang disajikan

3 4 3 3,33 Sangat Baik 4. Skenario sesuai dengan perkembangan

pengetahuan dan keterampilan siswa

3 4 3 3,33 Sangat Baik 5. Keakuratan skenario yang disajikan sesuai

dengan kehidupan sehari-hari

2 3 3 2,67 Baik

6. Skenario mengandung konsep pelayanan prima

3 4 3 3,33 Sangat Baik Bahasa

(5)

9. Bahasa yang digunakan sesuai dengan pemahaman siswa

3 3 3 3,00 Baik

10. Bahasa yang digunakan merupakan bahasa yang biasa muncul dalam kehidupan sehari-hari

3 4 4 3,67 Sangat Baik

Penyajian

11. Skenario disusun secara urut dan sistematis 3 4 3 3,33 Sangat Baik 12. Skenario yang disajikan dengan penggunaan

metode simulasi dapat berjalan secara efesien

3 4 3 3,33 Sangat Baik

13. Skenario yang disajikan dengan penggunaan metode simulasi dapat mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif

3 4 4 3,67 Sangat Baik

14. Skenario yang disajikan dengan penggunaan metode simulasi sesuai dengan kemampuan siswa

3 3 3 3,00 Baik

15. Skenario yang disajikan dengan penggunaan metode simulasi dapat membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan pelayanan prima

3 4 4 3,67 Sangat Baik

Rata-rata keseluruhan 3,27 Sangat

baik

Desain yang dikembangkan dikatakan layak digunakan secara teoritis jika masing-masing kriteria memperoleh nilai ≥2,51. Berdasarkan hasil validasi di atas, maka skenario simulasi yang dikembangkan layak digunakan, karena rata-rata skor penilaian yang diperoleh sebesar 3,27 yang artinya bahwa skenario simulasi yang akan digunakan termasuk dalam kategori sangat baik, karna angka tersebut berada pada interval 3,26-4,00. Walaupun desain yang dikembangkan dikatakan layak untuk diujicobakan, namun desain yang telah dibuat oleh peneliti masih terdapat banyak kekurangan, dan membutuhkan revisi untuk memperbaiki desain.

(6)

Matriks 1. Hasil Desk Evaluationpada Skenario Simulasi

No. Temuan Solusi

1.

2.

3.

4.

5.

Ketepatan bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan daerahnya.

Mayoritas perempuan tidak suka dipanggil “Mba”, tapi lebih suka dipanggil “Teteh”, “Sist”, “Kakak”, dsb. Karena penelitian dilakukan di daerah yang masyarakatnya mayoritas adat sunda, maka lebih baik gunakan panggilan “Teteh” pada pelanggan.

Perlu diperhatikan kesesuaian narasi dengan tokohnya, terdapat beberapa perbedaan.

- Pada skenario ke-3, tokoh yang terlibat ialah Tia, Pebi dan Pelayan, tapi di percakapan muncul tokoh Ima.

- Pada skenario ke-4, tokoh Ibu Ani terkadang memanggil pelayan dengan sebutan “Mba”, padahal pelayan adalah seorang pria.

Karakteristik pelanggan telah berubah menjadi lebih kompleks, terkadang ada pelanggan yang melakukan suatu perbuatan diluar dugaan.

Lebih diperluas lagi objeknya dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan, untuk siswa SMK jurusan pemasaran diharapkan menjadi pramuniaga di swalayan sehingga pelanggannya semua usia, mulai dari anak-anak, remaja dan orangtua.

Kebutuhan pelanggan lebih luas lagi khususnya kebutuhan sehari-hari, baik food maupun non-food.

Mengganti sapaan atau panggilan untuk pelanggan wanita dari “Mba” menjadi “Teteh”atau “Kakak”.

Ketidaksesuaian narasi karenakesalahan pengetikan yang dilakukan oleh penulis, maka dilakukan perbaikan terhadap kata-kata yang mengalami kesalahan dalam pengetikan.

-Ima menjadi Pebi -Mba menjadi mas

Menambah konflik di beberapa skenario yang tepat.

Membuat skenario memberi-kan bantuan kepada pelanggan, dengan menambah tokoh-tokoh yang belum terlibat. Seperti anak-anak dan orangtua.

Menyisipkan jenis produk food pada skenario.

Implementasi Desain Pembelajaran Berorientasi Metode Simulasi

Desain yang telah direvisi berdasarkan hasil validasi pakar selanjutnya diimplementasikan pada siswa kelas X Program Keahlian Pemasaran di SMK Negeri 6 Kuningan. Implementasi dilakukan oleh peneliti sebagai sarana ujicoba serta untuk mengetahui respon siswa dari penerapan desain metode simulasi. Implementasi dilakukan dengan menggunakan metode

penelitian tindakan kelas guna mengetahui kekurangan-kekurangan atau permasalahan yang muncul di kelas pada saat peneliti menerapkan desain metode simulasi.

Pada tahap perencanaan ini, peneliti menyiapkan instrumen yang diperlukan, yaitu:

(7)

(RPP), bahan ajar, skenario simulasi, Lembar Kerja Siswa (LKS), dan alat evaluasi.

2) Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran dan keaktifan siswa dalam pembelajaran pelayanan prima dengan menggunakan desain metode simulasi.

3) Mempersiapkan alat simulasi yang akan digunakan dalam pembelajaran.

Dalam tahap pelaksanaan, peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disiapkan sebelumnya. Adapun kegiatannya meliputi kegiatan pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Dalam kegiatan inti, pelaksanaan dilakukan sesuai dengan tahapan-tahapan simulasi yang terdiri dari orientasi, latihan partisipan, pelaksanaan simulasi, dan wawancara partisipan.

Pelaksanaan dilakukan bersamaan dengan tahap observasi. Adapun data yang diperoleh peneliti tentang pelaksanaan pembelajaran pelayanan prima dengan kompetensi dasar memberikan bantuan kepada pelanggan melalui penerapan desain metode simulasi disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 3. Hasil Observasi Putaran Pembelajaran I

Skor Frekuensi Jumlah Skor

1 0 0

2 8 16

3 10 30

4 5 20

Jumlah 23 66

Dari hasil observasi yang telah dilakukan pada putaran pembelajaran pertama terlihat bahwa pembelajaran Pelayanan Prima melalui penerapan

desain metode simulasi dapat terlaksana dengan baik. Jumlah skor yang diperoleh yaitu 66, jika diintrepretasikan maka diperoleh kesimpulan bahwa pelaksanaan pembelajaran Pelayanan Prima melalui penerapan desain metode simulasi telah mencapai kategori tinggi.

Setelah itu peneliti melakukan refleksi bersama dengan guru mata pelajaran selaku observer. Refleksi dilakukan setelah tahap pelaksanaan dan observasi dengan tujuan untuk mengetahui kekurangan yang terdapat pada saat pelaksanaan pembelajaran putaran pertama. Dari hasil observasi terlihat bahwa siswa lebih antusias dan semangat dalam mengikuti pembelajaran walaupun masih banyak siswa yang kurang percaya diri pada saat bermain peran di depan kelas, hal ini dikarenakan siswa terbiasa dengan metode ceramah sehingga siswa kurang terlatih untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

Namun demikian dalam pelaksanaannya pada putaran pembelajaran I, masih terdapat beberapa temuan kekurangan dan permasalahan yang dihadapi. Dari temuan tersebut dipikirkan solusi agar permasalahan dapat diatasi.Hasil yang diperoleh pada putaran I digunakan sebagai dasar perbaikan pada putaran II.

Pada perencanaan tindakan di putaran pembelajaran kedua, peneliti merencanakan akan menerapkan metode simulasi seperti pada putaran pembelajaran pertama, namun disertai dengan beberapa perbaikan yang mengacu pada hasil refleksi di putaran pembelajaran pertama. Dalam putaran pembelajaran II, proses pembelajaran harus lebih diarahkan ketimbang putaran pembelajaran I.

(8)

alokasi waktu 2x45 menit. Pelaksanaan tindakan pada putaran pembelajaran II bertujuan untuk memperbaiki kekurangan atau permasalahan yang terdapat pada pelaksanaan pembelajaran di putaran I. Perbaikan dalam proses pembelajaran di putaran II dilakukan sejak awal pembelajaran.

Saat proses pembelajaran, guru berusaha semaksimal mungkin untuk menerapkan desain metode simulasi secara efektif dan efesien. Tindakan yang dilakukan pada putaran pembelajaran II dapat berjalan dengan baik dan sesuai rencana. Setiap langkah yang dilakukan dalam pembelajaran telah sesuai dengan sintaks simulasi. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa guru telah menerapkan desain metode simulasi dengan baik.

Berdasarkan data pada lembar observasi dapat diketahui bahwa temuan kekurangan atau permasalahan pada putaran pertama dapat teratasi dengan baik. Hal ini terlihat dari antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran, siswa lebih aktif dalam diskusi, bertanya, mengemukakan pendapat, hal ini juga menjadikan diskusi lebih hidup dibanding pertemuan sebelumnya. Adapun data yang diperoleh peneliti tentang pelaksanaan implementasi desain metode simulasi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. Hasil Observasi Putaran Pembelajaran II

Skor Frekuensi Jumlah Skor

1 0 0

2 0 0

3 13 39

4 10 40

Jumlah 23 79

Pada putaran pembelajaran kedua terlihat bahwa pembelajaran pelayanan prima melalui penerapan desain metode simulasi dapat terlaksana dengan baik.

Jumlah skor yang diperoleh yaitu 79, jika diintrepretasikan maka diperoleh kesimpulan bahwa pelaksanaan pembelajaran pelayanan prima melalui penerapan desain metode simulasi telah mencapai kategori sangat tinggi.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, pelaksanaan pembelajaran prima melalui penerapan desain metode simulasi telah mengalami peningkatan. Hal ini terbukti pada saat pembelajaran hampir seluruh siswa berpartisipasi aktif baik itu dengan cara bertanya, bermainperan, presentasi maupun menjawab pertanyaan dari guru. Selanjutnya, siswa telah paham tentang pelaksanaan simulasi sehingga guru tidak perlu memberikan banyak pengarahan sebagaimana yang dilakukan pada putaran pertama. Guru hanya memberikan sedikit pengarahan dan memotivasi siswa untuk lebih berekspresi dalam pelaksanaan simuasi.

(9)

Pembahasan

Desain Metode Simulasi pada Capaian Pembelajaran Pelayanan Prima

Desain metode simulasi yang dibuat bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pembelajaran pada ranah keterampilan. Peneliti mengembangkan pola pelayanan prima berdasarkan konsep A3 menurut Atep (2003: 31) yang meliputi sikap, perhatian dan tindakan. Dengan demikian indikator keterampilan pelayanan prima yang digunakan antara lain: (1) penampilan sopan dan serasi, (2) intonasi suara jelas dan variatif, (3) ekspresi wajah dan tubuh sesuai dengan pembicaraan, (4) mengucapkan salam pembuka pem-bicaraan, (5) menanyakan kebutuhan pelanggan, (6) mendengarkan dan memahami keinginan pelanggan, (7) melayani pelanggan dengan cepat, tepat dan ramah, (8) konfirmasi untuk penegasan atas pesanan pelanggan, dan (9) mengucapkan terimakasih diiringi harapan pelanggan akan datang kembali. Desain terdiri dari skenario simulasi pelayan kepada beberapa tipe pelanggan dan skenario simulasi pelayan terhadap keluhan pelanggan.

Skenario simulasi pelayan kepada beberapa tipe pelanggan dibuat dengan tujuan agar siswa dapat mendemons-trasikan cara melayani pelanggan berdasarkan perilakunya. Selain itu, melalui skenario ini dapat melatih kemampuan berfikir siswa dalam ranah pemahaman, karena dari hasil pengamatan siswa ditugaskan untuk dapat mengidentifikasi perilaku pelanggan melalui tagihan yang terdapat dalam LKS pada putaran I. Sedangkan untuk skenario simulasi pelayan terhadap keluhan pelanggan dibuat dengan tujuan agar siswa dapat mendemonstrasikan cara melayani keluhan pelanggan dengan baik. Peneliti menyisipkan gambar-gambar dalam

skenario dengan maksud menarik perhatian siswa untuk mempelajari skenario dan memancing rasa ingin tahu siswa terhadap skenario tersebut.

Implementasi Desain Metode Simulasi

Desain pembelajaran berorientasi pada metode simulasi diimplementasi-kan pada siswa kelas X PM 1 dengan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan selama dua kali putaran. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwi Handayani tahun 2014 dengan judul “Peningkatan Kompetensi Pelayanan Prima Melalui Metode Simulasi dengan Berbantuan Media Komik Siswa Kelas X Tata Busana di SMK Muhammadiyah 1 Imogiri”. Skripsi tersebut merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan selama 2 siklus dan mendapatkan hasil bahwa penerapan metode simulasi dapat meningkatkan kompetensi pelayanan prima pada siswa kelas X di SMK Muhammadiyah Imogiri.

Pada tahap perencanaan, guru perlu melakukan pemetaan kurikulum dengan memilah-milah Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar guna mengorganisir materi yang sesuai untuk penerapan metode simulasi. Peneliti memilih Kompetensi Dasar Memberikan Bantuan kepada Pelanggan pada mata pelajaran Pelayanan Prima, karena di dalamnya terdapat indikator yang mengarah pada ranah psikomotor. Hal ini didukung oleh pernyataan Sumiati dan Asra (2009) yang mengatakan bahwa metode simulasi merupakan salah satu cara belajar yang tepat untuk melatih keterampilan.Setelah pemetaan kurikulum, guru perlu menyiapkan RPP, materi pembelajaran, skenario simulasi, LKS dan alat evaluasi.

(10)

yang akan terlibat dalam simulasi. Penetapan tokoh diawali dengan membagi siswa dalam beberapa kelompok, dimana satu kelompok terdiri dari 3-4 orang. Tiap-tiap kelompok mengambil kertas undian yang berisi nomer. Nomer tersebut dijadikan petunjuk siswa untuk mengetahui skenario yang dimainkan, misalnya nomer 1 untuk simulasi 1, nomer 2 untuk simulasi 2, dan seterusnya. Cara ini dilakukan dengan tujuan agar semua siswa dapat terlibat dalam simulasi. Hal ini dilatarbelakangi oleh teori prinsip simulasi yang dikemukakan Hasibuan dan Moedjiono (2009), bahwa semua siswa harus terlibat langsung menurut peranan masing-masing. Siswa disuruh mempelajari skenario beberapa hari sebelum pelaksanaan, hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Muniroh (2014) dengan tujuan agar siswa dapat memahami dan menghayati perannya masing-masing sehingga saat bermain peran di depan kelas dapat berjalan secara maksimal.

Untuk menetapkan tokoh pada tiap-tiap simulasi, siswa dalam setiap-tiap kelompok diberi kebebasan untuk menentukan siapa yang menjadi tokoh-tokohnya. Menurut Uno (2011), cara ini lebih baik daripada guru memilih siswa yang sesuai untuk memainkannya.

Pada tahap implementasi, pelaksanaan terbagi menjadi 3, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.Sebelum melaksanakan simulasi, guru perlu memberikan motivasi kepada siswa dengan cara memperjelas tujuan yang ingin dicapai. Menurut Sanjaya (2006), pemahaman siswa tentang tujuan pembelajaran dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

Untuk membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran, guru menjelaskan materi secara singkat, namun harus jelas dan tidak boleh tergesa-gesa. Dalam menjelaskan materi, sesekali guru bertanya kepada siswa secara acak guna memusatkan perhatian siswa pada materi yang sedang dibahas, serta sebagai upaya dalam meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Hal ini didukung dengan teori keterampilan bertanya yang dikemukakan oleh Sanjaya (2006), bahwa dengan bertanya guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang lebih bermakna dan dengan pertanyaan yang baik dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, sebab berpikir pada hakikatnya adalah bertanya. Pada akhir penjelasan, guru memberikan poin kepada siswa yang bertanya mengenai hal yang belum dipahami terkait dengan materi pembelajaran, hal ini dilakukan untuk mengetahui pemahaman siswa serta meningkatkan rasa ingin tahu siswa terhadap materi pembelajaran.

(11)

didukung oleh pendapat Aunurrahman (2012), yang menyatakan bahwa dalam menumbuhkan rasa percaya diri siswa, guru perlu memberikan pemahaman kepada siswa bahwa sukses dan gagal melakukan sesuatu adalah dua hal yang dialami setiap orang dalam proses pembelajaran.

Dalam menjelaskan tata cara simulasi, guru tidak perlu panjang lebar memberi arahan. Hal ini didukung dengan teori Joyce (2009), yang berpendapat bahwa bukanlah hal penting untuk membuat siswa memiliki pemahaman penuh pada waktu-waktu awal, sebagaimana dalam kehidupan nyata beberapa aturan menjadi relevan hanya pada saat aktivitas proses, dan bukan pada tahap awal. Dengan demikian yang perlu dilakukan adalah menjelaskan waktu yang disediakan dan alat simulasi yang diperlukan dalam setiap sesi agar simulasi yang dilakukan lebih bersifat konkret. Setelah menjelaskan, guru dapat memberi kesempatan siswa untuk bertanya sambil membagikan LKS dan memberitahu tata cara pengisiannya.

Untuk materi memberikan bantuan kepada pelanggan, pada pertemuan pertama siswa memainkan simulasi yang bertema “Simulasi Pelayan kepada Beberapa Tipe Pelanggan”, sedangkan pertemuan kedua siswa memainkan simulasi yang bertema “Simulasi Pelayan terhadap Keluhan Pelanggan”. Saat simulasi dimainkan, siswa yang bukan sebagai pemain peran bertugas untuk menyimak temannya yang sedang bermain peran di depan kelas, sedangkan guru berdiri di belakang kelas untuk mengamati seluruh siswa baik yang bermain maupun menyimak. Siswa merasa senang ketika disuruh oleh guru untuk bermain peran di depan kelas. Hal ini berdasarkan hasil wawancara pada siswa yang memiliki

kategori tinggi, yang menyatakan bahwa:

“Saya merasa senang karena dengan bermain peran di depan kelas saya semakin percaya diri untuk berbicara dan bisa merasakan bagaimana rasanya melayani pelanggan, walaupun sebelumnya saya merasa bingung, tapi setelah maju jadi lega.”

Ketika siswa disuruh untuk memperhatikan temannya maju untuk bermainperan, beberapa siswa merasa senang namun adapula yang menyatakan ketidaksenangannya. Hal ini berdasarkan hasil wawancara pada siswa yang memiliki kategori rendah, yang menyatakan bahwa:

“Saya merasa senang ketika melihat teman saya bermainperan, karena lucu melihat tingkahlaku dan ekspresinya.”

Sedangkan siswa yang memiliki kategori tinggi berpendapat:

“Saya merasa senang jika yang bermainperan dapat menghayati perannya, namun terkadang kesal saat melihat pemainperan tidak jelas dan tidak serius seperti anak cowo yang kemarin.”

(12)

mengerjakan LKS. Hal ini didukung dengan pendapat siswa mengenai LKS pada hasil wawancara sebagai berikut.

“LKS yang digunakan dapat membantu saya dalam menguasai materi. Saya lebih suka lembar kerja pada pertemuan kedua, karena ada gambarnya, tidak monoton dan seru untuk didiskusikan.”

Setelah diskusi dan evaluasi, simulasi dapat dilanjutkan kembali. Namun, jika siswa merasa kurang jelas terhadap skenario simulasi yang dimainkan maka guru dapat menunjuk beberapa siswa yang sesuai untuk melakukan permainan peran ulang. Hal ini didukung oleh pendapat Uno (2011), yang menyatakan bahwa seharusnya pada permainan peran kedua ini akan berjalan lebih baik, siswa dapat memainkan perannya lebih sesuai dengan skenario. Dengan demikian, siswa memahami hal-hal yang terdapat dalam skenario sehingga mereka dapat mengisi LKS dengan tepat.

Pembelajaran simulasi diakhiri dengan persentasi. Persentasi dilakukan sebagai evaluasi siswa selama proses pembelajaran. Saat persentasi, setiap kelompok harus ditampilkan ke depan agar guru dapat menilai hasil belajar siswa pada tiap-tiap kelompok secara keseluruhan. Siswa yang mempresentasikan terdiri dari dua orang tengan tujuan meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam menyatakan pendapat, dan ketika salah satu gugup atau grogi, siswa disampingnya dapat membantu mengemukakan pendapat. Dalam penerapan yang dilakukan oleh peneliti, beberapa siswa sudah menunjukkan percaya dirinya dalam menyatakan hasil diskusi kelompoknya dan siswa yang menjadi pendengar sudah mau menanggapi dan memberi pertanyaan karena setiap kelompok diwajibkan untuk membuat pertanyaan

atau tanggapan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Lilik (2015) yang menyatakan bahwa, mewajibkan siswa untuk membuat pertanyaan atau tanggapan membuat presentasi menjadi lebih hidup. Pada putaran pembelajaran II, hasil observasi pada indikator mempresentasikan hasil diskusi kelompok mendapatkan nilai sangat baik.

Temuan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang diperoleh dari penelitian, maka temuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tahapan yang harus dilakukan dalam mengembangkan metode simulasi terdiri dari pemetaan kurikulum, menyiapkan skenario simulasi, alat simulasi, LKS dan alat evaluasi.

2. Metode simulasi dapat diterapkan pada matapelajaran Pelayanan Prima dalam Kompetensi Dasar Memberikan Bantuan kepada Pelanggan.

3. Tema yang diambil disesuaikan dengan indikator pembelajaran. 4. Skenario simulasi yang digunakan

dalam menggambarkan perilaku pelanggan harus terlihat menarik dan kontennya mengandung konsep pelayanan prima.

5. Bahasa yang digunakan merupakan bahasa sehari-hari agar mudah diingat saat bermainperan.

6. Perencanaan yang dilakukan untuk implementasi meliputi penetapan tokoh, penataan ruangan, diskusi dan presentasi.

7. Penetapan bagian simulasi dilakukan dengan cara diundi. 8. Penetapan tokoh sesuai dengan

(13)

9. Kelas didesain terlebih dahulu sebelum simulasi dimulai.

10.Diskusi dilakukan dengan bantuan LKS untuk melatih kerjasama siswa dalam memecahkan masalah.

11.Presentasi dilakukan oleh dua orang perwakilan tiap-tiap kelompok agar dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan saling membantu dalam mengungkapkan pendapat.

12.Evaluasi unjuk kerja dilaksanakan dengan cara mengundi bagian-bagian simulasi agar bersifat komprehensif.

Desain Rekomendasi

Setelah implementasi, desain yang telah dihasilkan tidak dilakukan validasi lagi. Hal ini dikarenakan keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti dari segi waktu, biaya dan tenaga yang harus dikeluarkan oleh peneliti, sehingga penelitian ini cukup sampai tahap implementasi desain. Adapun rekomen-dasi desain pembelajaran berorientasi pada metode simulasi disajikan dalam lampiran.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut:

1. Desain metode simulasi pada mata pelajaran Pelayanan Prima dengan Kompetensi Dasar Memberikan Bantuan kepada Pelanggan disusun berdasarkan analisis kebutuhan terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran pelayanan prima. Desain ini terdiri dari kajian kurikulum, materi pembelajaran, skenario simulasi, Lembar Kerja Siswa (LKS) dan evaluasi unjuk kerja untuk mengukur aspek keterampilan pada siswa. Skenario simulasi yang dibuat divalidasi pada pakar dengan

mempertimbangkan aspek kelayakan isi, bahasa dan penyajian. Dari hasil validasi pakar, desain ini dikatakan layak secara teoritis dengan nilai 3,27 yang termasuk dalam kategori sangat baik. LKS dibuat dalam bentuk essay yang disesuaikan dengan skenario simulasi, dengan harapan peserta didik dapat lebih aktif serta dapat memusatkan perhatian ketika melihat temannya yang sedang bermain peran di depan kelas. Evaluasi unjuk kerja dilakukan setelah pembelajaran dengan indikator yang dikembangkan berdasarkan konsep pelayanan prima.

(14)

Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian dapat disampaikan beberapa saran dalam upaya meningkatkan pencapaian kompetensi siswa sebagai berikut :

1. Perlu dikembangkan desain metode simulasi dengan cara melakukan validasi menggunakan metode eksperimen.

2. Keterampilan perlu dilatih berkali-kali agar siswa terbiasa membentuk sikap yang sesuai dengan pelayanan prima.

3. Perlu dikembangkan desain metode simulasi pada tema ataupun pelajaran lainnya yang membutuhkan penguasaan keterampilan.

4. Guru hendaknya terus menggali dan meningkatkan pengetahuan tentang metode pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan kompetensi belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Artikel ini adalah ringkasan dari skripsi dengan judul “Desain Metode Simulasi untuk Meningkatkan Kompetensi Keterampilan Pelayanan Prima pada Kelas X Program Keahlian Pemasaran” Referensi yang dipakai pada artikel ini, yaitu:

Aunurrahman. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Barata, A.A. (2003). Dasar-Dasar

Pelayanan Prima. Jakarta: Elek Media Komputindo

Handayani, D. (2014). Peningkatan Kompetensi Pelayanan Prima Melalui Metode Simulasi dengan Berbantuan Media Komik Siswa Kelas X Tata Busana di SMK Muhammadiyah 1 Imogiri. Skripsi pada Fakultas Teknik Universitas

Negeri Yogyakarta: tidak diterbitkan.

Hasibuan & Moedjiono. (2009). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya

Joyce, Weil dan Calhoun. (2009). Model-model Pengajaran (Achmad Fawaid dan Ateilla Mirza, Penerjemah). Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Kusnianingsih, L. (2015). Penerapan Metode Simulasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Diswa Kelas V SDN Wunut, Tulung, Klaten. Skripsi pada FIP Universitas Negeri Yogyakarta: tidak diterbitkan.

Muniroh. (2014). Upaya Peningkatan Hasil Belajar Melalui Metode Simulasi pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas VII di MTS Hidayatul Umam. Skripsi pada FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: tidak diterbitkan.

Sanjaya, W. (2014). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana

Sudjana

Sukmadinata, N.S. (2007), Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sumiati dan Asra. (2011). Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima

Uno, H.B. (2011). Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Wijaya & Dedi. (2012). Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Indeks

Gambar

Tabel 2. Hasil Validasi Pakar dan Praktisi Lapangan
Tabel 3. Hasil Observasi Putaran
Tabel 4. Hasil Observasi Putaran

Referensi

Dokumen terkait

nilai nisbah aspek gentian yang tinggi, iaitu nisbah di antara panjang dan diameter gentian dalam komposit ini juga telah mewujudkan fasa antaramuka yang luas yang dapat

Massa membran kitosan dan zeolit terbaik dalam pembuatan membran filtrasi untuk pengolahan limbah elektroplating adalah membran pada komposisi 5 gram:10 gram dengan

• Proses: mencari (tidak ada nama file yang sama), tambah file baru pada akhir direktori, hapus (mencari file dalam direktori dan. hapus (mencari file dalam direktori dan

Hasil penelitian didapatkan pada komunitas homoseksual 1 sampel (4%) reaktif terhadap HIV dan pada 24 sampel (96%) non reaktif terhadap HIV sedangkan pada WPS 5

Sedangkan perbedaan keduanya dengan penelitian ini adalah penelitian ini berjudul Studi Resepsi TVC Sasa Versi “WELCOME BACK MICIN SWAG GENERATION” Terhadap Generasi Y

Pegawai Negeri Sipil, maka Panitia Seleksi CPNS Pemerintah Kabupaten Way Kanan Tahun 2018 menetapkan Tempat dan Waktu Pelaksanaan Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) dengan

Hal yang dapat dilakukan pustakawan dalam mengatasi perobekan bahan pustaka yaitu dengan mengadakan kegiatan sosialisasi, melakukan kerjasama dengan guru