• Tidak ada hasil yang ditemukan

MATERI 1 KEBIJAKAN PENGENDALIAN HARGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MATERI 1 KEBIJAKAN PENGENDALIAN HARGA"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM PELATIHAN

“DATABASE PERSEDIAAN (STOK) DAN HARGA BARANG” DIREKTORAT NASIONAL REGULASI KOMERSIAL

DIREKTORAT JENDERAL PERDAGANGAN KEMENTERIAN PERDAGANGAN, INDUSTRI DAN

LINGKUNGAN

REPUBLIK DEMOKRATIK TIMOR-LESTE

MATERI 1: KEBIJAKAN PENGENDALIAN HARGA

1. Peran dan Fungsi Pemerintah di Bidang Ekonomi

Dalam upaya peningkatan kehidupan ekonomi, individu, dan anggota masyarakat tidak hanya tergantung pada peranan pasar melalui sektor swasta. Peran pemerintah dan mekanisme pasar (interaksi permintaan dan penawaran pasar) merupakan hal yang bersifat komplementer (bukan substitusi) dengan pelaku ekonomi lainnya.

Pemerintah sebagai salah satu pelaku ekonomi (rumah tangga pemerintah), memiliki fungsi penting dalam perekonomian yaitu berfungsi sebagai stabilisasi, alokasi, dan distribusi. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

 Fungsi Stabilisasi, yakni fungsi pemerintah dalam menciptakan kestabilan ekonomi, sosial politik, hokum, pertahanan, dan keamanan.

 Fungsi Alokasi, yakni fungsi pemerintah sebagai penyedia barang dan jasa publik seperti pembangunan jalan raya, gedung sekolah, penyediaan fasilitas penerangan, dan telepon.

(2)

 Fungsi Regulasi yakni menciptakan peraturan, memungut pajak, mengadakan barang publik, memperlancar kegiatan usaha, mencegah monopoli dan pada akhirnya menciptakan efesiensi ekonomi.

Perlunya peran dan fungsi pemerintah dalam perekonomian, yaitu sebagai berikut:

 Pembangunan ekonomi dibanyak negara umumnya terjadi akibat intervensi pemerintah baik secara langsung maupun tidak langsung. Intervensi pemerintah diperlukan dalam perekonomian untuk mengurangi dari kegagalan pasar (market failure) seperti kekakuan harga monopoli dan dampak negatif kegiatan usaha swasta contohnya pencemaran lingkungan.

 Mekanisme pasar tidak dapat berfungsi tanpa keberadaan aturan yang dibuat pemerintah. Aturan ini memberikan landasan bagi penerapan aturan main, termasuk pemberian sanksi bagi pelaku ekonomi yang melanggarnya. Peranan pemerintah menjadi lebih penting karena mekanisme pasar saja tidak dapat menyelesaikan semua persoalan ekonomi. Untuk menjamin efsiensi, pemerataan dan stabilitas ekonomi, peran dan fungsi pemerintah mutlak diperlukan dalam perekonomian sebagai pengendali mekanisme pasar.

(3)

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, negara atau pemerintah memiliki fungsi yang penting dalam kehidupan ekonomi, terutama yang berkaitan dengan penyediaan barang dan jasa. Barang dan jasa tersebut sangat diperlukan masyarakat dan disebut sebagai kebutuhan publik. Kebutuhan publik meliputi dua macam barang, yaitu barang dan jasa publik dan barang dan jasa privat. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

 Barang dan jasa publik adalah barang dan jasa yang pemanfaatannya dapat dinikmati bersama. Contoh barang dan jasa publik yaitu jalan raya, fasilitas kesehatan, pendidikan, transportasi, air minum, dan penerangan. Dengan pertimbangan skala usaha dan efsiensi, negara melakukan kegiatan ekonomi secara langsung sehingga masyarakat dapat lebih cepat dan lebih murah dalam memanfaatkan barang dan jasa tersebut.

 Barang dan jasa privat adalah barang dan jasa yang diproduksi dan penggunaannya dapat dipisahkan dari penggunaan oleh orang lain. Contoh: pembelian pakaian akan menyebabkan hak kepemilikan dan penggunaan barang berpindah kepada orang yang membelinya. Barang ini umumnya diupayakan sendiri oleh masing-masing orang.

(4)

membuangnya ke sungai. Jika pemerintah tidak mengambil tindakan tegas, dengan memaksa pabrik tersebut membangun fasilitas pembuangan limbah pabrik akan semakin banyak penduduk yang merasa dirugikan atas limbah atau polusi yang diakibatkan adanya kegiatan dalam pabrik tersebut. Selain memberi peringatan kepada tersebut, pemerintah juga mengenakan pajak polusi untuk mendanai kerugian-kerugian yang lain.

Pada intinya, pemerintah ikut serta dalam kegiatan perekonomian untuk menanggulangi kegagalan pasar sehingga tidak adanya eksternalitas yang merugikan banyak pihak. Adapun bentuk dari peran pemerintah yakni dengan melakukan intervensi baik secara langsung maupun tidak langsung (Akan dibahas pada Materi 2).

Pemerintah dalam melaksanakan pembangunan di bidang ekonomi tidak hanya berperan sebagai salah satu pelaku ekonomi, akan tetapi pemerintah juga berperan dalam merencanakan, membimbing, dan mengarahkan terhadap jalannya roda perekonomian demi tercapainya tujuan pembangunan nasional. Dalam rangka melaksanakan peranannya tersebut pemerintah menempuh kebijaksanaan-kebijaksanaan berikut ini.

(5)

2. Kebijaksanaan di bidang perdagangan

Di bidang perdagangan, pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan berupa kebijaksanaan ekspor dan kebijaksanaan impor. Pemerintah menetapkan kebijakan ekspor dengan tujuan untuk memperluas pasar di luar negeri dan meningkatkan daya saing terhadap barang-barang luar negeri. Adapun kebijakan impor dimaksudkan untuk menyediakan barang-barang yang tidak bisa diproduksi dalam negeri, pengendalian impor, dan meningkatkan daya saing.

3. Kebijaksanaan dalam mendorong kegiatan masyarakat Kebijaksanaan pemerintah dalam mendorong kegiatan masyarakat mencakup hal-hal berikut ini.

a) Meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana umum.

b) Kebijaksanaan menyalurkan kredit kepada pengusaha kecil dan petani. c) Kebijaksanaan untuk memperlancar distribusi hasil produksi.

Untuk mengatasi masalah dibidang ekonomi pemerintah menggunakan kebijakn-kebijakan tertentu. Terdapat tiga kebijakan pemerintah di bidang ekonomi makro, yaitu:

1. Kebijakan Fiskal

(6)

perekonomian sedang menghadapi masalah pengangguran yang tinggi. Dilakukan dengan memperbesar pengeluaran pemerintah (misal menambah subsidi kepada rakyat kecil) dan mengurangi tingkat pajak. Sedangkan yang bersifat kontraktif dilakukan pada saat perekonomian mencapai kesempatan kerja atau menghadapi infasi.

2. Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter adalah kebijakan ekonomi yang digunakan Bank Indonesia sebagai otoritas moneter, untuk mengendalikan/mengarahkan perekonomian pada kondisi yang lebih baik/diinginkan dengan mengatur jumlah uang beredar dan tingkat suku bunga. Dalam kebijakan moneter Bank Sentral (Bank Indonesia) mengendalikan jumlah uang yang beredar. Melalui kebijakan moneter dapat mempertahankan, menambah atau mengurangi jumlah uang beredar untuk memacu pertumbuhan ekonomi sekaligus mempertahankan kestabilan harga. Kebijakan ini memiliki 3 instrumen penting yaitu operasi pasar terbuka (open market operation), kebijakan tingkat suku bunga (discount rate policy), dan rasio cadangan wajib (reserve requirementratio).

3. Kebijakan Perdagangan Luar Negeri

Kebijakan perdagangan luar negeri adalah peraturan yang dibuat oleh pemerintah yang memengaruhi struktur/komposisi dan arah transaksi perdagangan serta pembayaran internasional. Oleh karena itu kebijakan ini tidak dapat berdiri sendiri tetapi kebijakan ini saling mempengaruhi terhadap komponen lain dan kebijakan ekonomi makro, seperti kebijakan fskal dan moneter.

(7)

a. Melindungi kepentingan nasional dari pengaruh negatif yang berasal dari luar negeri,

b. Melindungi industri nasional dari persaingan barang-barang impor, c. Menjaga keseimbangan neraca pembayaran,

d. Menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil, e. Meningkatkan kesempatan kerja.

2. Definisi Pengendaiian Harga

(8)

3.1.1. Batas harga tertinggi (Price Ceiling)

Harga tertinggi berdasarkan hukum untuk menjual suatu barang, merupakan batas tertinggi harga penjualan yang harus dipatuhi oleh produsen. Kebijakan penetapan harga maksimum ini bertujuan untuk melindungi konsumen, agar konsumen dapat menikmati harga yang tidak terlalu tinggi. Jika harga suatu barang dianggap terlalu tinggi sehingga tidak dapat dijangkau lagi oleh masyarakat, maka pemerintah dapat menetapkan harga maksimum atau biasa disebut Harga Eceran Tertinggi (HET) atau ceiling price. Maksud HET adalah bahwa suatu barang tidak boleh dijual dengan harga lebih tinggi daripada yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Jika HET ditetapkan sama dengan atau lebih tinggi daripada harga keseimbangan sebagaimana ditentukan oleh supply dan demand di pasaran, maka penetapan harga ini tidak banyak pengaruhnya, dan hanya sekadar untuk mencegah para penjual menaikkan harga lebih daripada batas yang ditetapkan itu. Tetapi bila HET itu lebih rendah daripada harga keseimbangan, akan timbul berbagai persoalan.

(9)

Perhatikan gambar di atas. Harga keseimbangan antara supply dan demand adalah Rp 3000. Harga ini dipandang terlalu tinggi. Maka pemerintah menetapkan HET sebanyak Rp 2.000, agar barang dapat dibeli oleh masyarakat. Tetapi pada harga Rp 2.000 ini Qd >Qs. Jumlah yang mau dibeli 30, sedangkan jumlah yang mau dijual pada harga itu hanya 15. jadi ada kekurangan. Kekurangan ini dapat menimbulkan pasar gelap sebab untuk memperoleh jumlah sebanyak 15 tersebut para pembeli bersedia membayar sampai Rp 3.500.

Seandainya jumlah 15 ini dijual di pasar bebas, maka akan bisa mencapai harga Rp 3.500. Tetapi HET yang ditetapkan oleh pemerintah hanya Rp 2.000. Inilah yang menimbulkan pasar gelap, barang dijual secara gelap dengan harga di atas HET yang ditetapkan oleh pemerintah. Cara ini hanya menguntungkan pedagang, sedang masyarakat yang membutuhkan barang tidak kebagian.

(10)

dibeli lebih besar daripada jumlah yang mau dijual (Qd > Qs) sehingga timbul kekurangan suplai.

Contoh 1: Pasar untuk Apartemen

Bagaimana price ceiling berdampak pada market outcomes

(11)

Harga keseimbangan ($800) diatas price ceiling maka harga tersebut tidak sah.

Price ceiling binding constraint pada harga, dan menyebabkan shortage.

Dalam jangka panjang, supply dan demand lebih elastis sehingga shortage menjadi lebih besar.

Shortages and rationing:

 Terjadi shortage, penjual harus melakukan rationing barang diantara pembeli.

 Beberapa mekanisme rationing: (1) long lines

(2) discrimination according to sellers’ biases

 Mekanisme ini sering sekali tidak adil dan tidak efsien (inefficient): the goods don’t necessarily go to the buyers who value them most highly.  Sisi yang berlawanan, ketika harga tidak dikontrol, mekanisme rationing

(12)

Contoh 2: Pasar untuk Bensin dengan Batas Harga Tertinggi

Pasar bensin saat batas harga tertinggi tidak mengikat karena harga keseimbanagn P1 berada dibawah batas tertinggi.

Pasar setelah terjadi kenaikan harga minyak mentah menggeser kurva penawaran kekiri, harga akan naik, pada batas harga tertinggi konsumen bersedia membeli QD, tetapi produsen menjual Qs, adanya defsit bensin.

3.1.2. Harga Dasar (Price Fioor)

(13)

dirasakan harga pasar produk yang dihasilkan dianggap terlalu rendah sehingga pendapatan para produsen terancam. Untuk melindungi para produsen maka pemerintah dapat campur tangan dengan menetapkan harga minimum atau Harga Eceran Terendah. Harga minimum ini lebih tinggi daripada harga keseimbangan yang berlaku di pasar dan disebut Harga Dasar (Floor Price).

Penetapan harga minimum atau harga dasar yang dilakukan oleh pemerintah bertujuan untuk melindungi produsen, contohnya untuk produk dasar pertanian. Misalnya harga gabah kering terhadap harga pasar yang terlalu rendah. Hal ini dilakukan supaya tidak ada tengkulak (orang/pihak yang membeli dengan harga murah dan dijual kembali dengan harga yang mahal) yang membeli produk tersebut diluar harga yang telah ditetapkan pemerintah. Jika pada harga tersebut tidak ada yang membeli, pemerintah akan membelinya melalui BULOG (Badan Usaha Logistik) kemudian didistribusikan ke pasar. Namun, mekanisme penetapan harga seperti ini sering mendorong munculnya praktik pasar gela, yaitu pasar yang pembentukan harganya di luar harga minimum.

(14)

Perhatikan gambar di atas. Harga keseimbangan hanya mencapai Rp 2.000. Harga ini dianggap terlalu rendah. Maka pemerintah menetapkan harga terendah Rp 3.000. Dengan demikian, pendapatan para produsen tidak terlalu minim. Tetapi, pada harga Rp 3.000 ini ternyata timbul suatu surplus, karena Qs > Qd. Terhadap adanya surplus, mungkin pemerintah akan membelinya untuk disimpan sebagai stock atau untuk dijual ke luar negeri. Hanya dengan jalan demikian penawaran tidak berkurang.

(15)

Bagaimana Price Floors Berdampak pada Market Outcomes

Price foor dibawah titik keseimbangan (not binding) – tidak memiliki dampak.

Keseimbangan upah ($4) dibawah price foor dan harga tersebut tidak sah. foor binding constraint pada upah dan menyebabkan surplus pada pengangguran.

(16)
(17)

Bagaimana Harga Dasar Mempengaruhi Hasil-hasil Pasar

 Pemerintah menerapkan harga dasar sebesar $2 karena harga tersebut berada dibawah harga keseimbangan $3, harga dasar tersebut tidak memberikan pengaruh. Harga pasar menyesuaikan diri sedemikian hingga tercapai keseimbangan penawaran dan permintaan.

 Pada keseimbangan jumlah yang ditawarkan dan jumlah yang diminta adalah 100.

 Pemerintah menetapkan harga $4 diatas harga keseimbangan $3, sehingga harga pasar menjadi $4 karena 120 corong ditawarkan pada harga ini dan hanya 80 yang diminta, maka terdapat surplus sebanyak 40 corong.

(18)

Upah minimum tidak berdampak besar pada pekerja terampil.

(19)

Bagaimana Upah Minimum Mempengaruhi Pasar Tenaga Kerja

 A. Menunjukkan suatu pasar tenaga kerja dimana upah sesuai dengan keseimbangan penawaran dan permintaan kerja.

(20)
(21)
(22)

3.2. Mengevaiuasi Price Controis

Recall satu dari Ten Principles:

Pasar adalah cara terbaik untuk mengatur kegiatan ekonomi.

 Harga menjadi signals alokasi sumber daya masyarakat. Alokasi ini akan berubah ketika pembuat kebijakan membatasi harga.

Price control sering dimaksudkan untuk membantu orang miskin, akan tetapi sering lebih merugikan daripada membantu orang miskin:

Rent control dapat mengurangi kuantitas dan kualitas dari perumahan yang terjangkau.

Min. upah dapat menyebabkan kehilangan pekerjaan.

4. Peiaku Perekonomian di Indonesia

Terdapat dua pelaku utama yang menjadi kekuatan sistem perekonomian di Indonesia, yaitu perusahaan negara (pemerintah) dan perusahaan swasta. Kedua pelaku ekonomi tersebut akan menjalankan kegiatan-kegiatan ekonomi dalam sistem ekonomi kerakyatan. Sebuah sistem ekonomi akan berjalan dengan baik jika pelaku-pelakunya dapat saling bekerja sama dengan baik pula dalam mencapai tujuannya. Dengan demikian sikap saling mendukung di antara pelaku ekonomi sangat dibutuhkan dalam rangka mewujudkan ekonomi kerakyatan.

4.1. Pemerintah (BUMN)

Selain sebagai pelaku ekonomi negara juga berperan sebagai pengatur kegiatan ekonomi.

(23)

Peran pemerintah sebagai pelaku kegiatan ekonomi berarti pemerintah melakukan kegiatan konsumsi, produksi, dan distribusi.

a. Kegiatan produksi

(24)

Secara umum, peran BUMN dapat dilihat pada hal-hal berikut ini.

 Mengelola cabang-cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak.

 Sebagai pengelola bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya secara efektif dan efsien.

Pemerintah juga berperan sebagai pelaku konsumsi. Pemerintah juga membutuhkan barang dan jasa untuk menjalankan tugasnya. Seperti halnya ketika menjalankan tugasnya dalam rangka melayani masyarakat, yaitu mengadakan pembangunan gedung-gedung sekolah, rumah sakit, atau jalan raya. Tentunya pemerintah akan membutuhkan bahan-bahan bangunan seperti semen, pasir, aspal, dan sebagainya. Semua barang-barang tersebut harus dikonsumsi pemerintah untuk menjalankan tugasnya. Contoh-contoh mengenai kegiatan konsumsi yang dilakukan pemerintah masih banyak, seperti membeli barang-barang untuk administrasi pemerintahan, menggaji pegawai-pegawai pemerintah, dan sebagainya.

c. Kegiatan distribusi

(25)

pemerintah menyalurkan sembilan bahan pokok kepada masyarakat-masyarakat miskin melalui BULOG. Penyaluran sembako kepada masyarakat dimaksudkan untuk membantu masyarakat miskin memenuhi kebutuhan hidupnya. Kegiatan distribusi yang dilakukan oleh pemerintah harus lancar. Apabila kegiatan distribusi tidak lancar akan memengaruhi banyak faktor seperti terjadinya kelangkaan barang, harga barang-barang tinggi, dan pemerataan pembangunan kurang berhasil. Oleh karena itu, peran kegiatan distribusi sangat penting.

4.2. Swasta (BUMS)

BUMS adalah salah satu kekuatan ekonomi di Indonesia. BUMS merupakan badan usaha yang didirikan dan dimiliki oleh pihak swasta. Tujuan BUMS adalah untuk memperoleh laba sebesar-besarnya. BUMS didirikan dalam rangka ikut mengelola sumber daya alam Indonesia, namun dalam pelaksanaannya tidak boleh bertentangan dengan peraturan pemerintah dan UUD 1945. BUMS dalam melakukan perannya mengandalkan kekuatan pemilikan modal. Perkembangan usaha BUMS terus didorong pemerintah dengan berbagai kebijaksanaan. Kebijaksanaan pemerintah ditempuh dengan beberapa pertimbangan berikut ini.

a. Menumbuhkan daya kreasi dan partisipasi masyarakat dalam usaha mencapai kemakmuran sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia.

b. Terbatasnya modal yang dimiliki pemerintah untuk menggali dan mengolah sumber daya alam Indonesia sehingga memerlukan kegairahan usaha swasta.

(26)

d. Mencukupi kebutuhan akan tenaga ahli dalam menggali dan mengolah sumber daya alam.

Perusahaan-perusahaan swasta sekarang ini telah memasuki berbagai sektor kehidupan antara lain di bidang perkebunan, pertambangan, industri, tekstil, perakitan kendaraan, dan lain-lain. Perusahaan swasta terdiri atas dua bentuk yaitu perusahaan swasta nasional dan perusahaan asing. Contoh perusahaan swasta nasional antara lain PT Astra Internasional (mengelola industri mobil dan motor), PT Ghobel Dharma Nusantara (mengelola industri alat-alat elektronika), PT Indomobil (mengelola industri mobil), dan sebagainya. Adapun contoh perusahaan asing antara lain PT Freeport Indonesia Company (perusahaan Amerika Serikat yang mengelola pertambangan tembaga di Papua, Irian Jaya), PT Exxon Company (perusahaan Amerika Serikat yang mengelola pengeboran minyak bumi), PT Caltex Indonesia (perusahaan Belanda yang mengelola pertambangan minyak bumi di beberapa tempat di Indonesia), dan sebagainya.

Perusahaan-perusahaan swasta tersebut sangat memberikan peran penting bagi perekonomian di Indonesia. Peran yang diberikan BUMS dalam perekonomian Indonesia seperti berikut ini.

a. Membantu meningkatkan produksi nasional.

b. Menciptakan kesempatan dan lapangan kerja baru.

c. Membantu pemerintah dalam usaha pemerataan pendapatan. d. Membantu pemerintah mengurangi pengangguran.

e. Menambah sumber devisa bagi pemerintah.

(27)

5. Contoh Nyata Pengendaiian Harga oieh Pemerintah Indonesia

5.1. Pengendaiian Harga Daging Sapi

Tingginya harga daging sapi saat ini menjadi permasalahan tersendiri bagi pemerintah. Selain karena meningkatnya permintaan menjelang perayaan hari raya, permasalahan lain juga memberikan kontribusi yang signifkan terhadap pergerakan harga daging sapi yang melambung tinggi. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, pemerintah melakukan kebijakan stabilisasi harga daging sapi dengan menghapus kuota impor sapi potong dan penunjukan Perum Bulog sebagai stabilisator harga, dengan memberikan izin impor daging sapi sebanyak 3.000 ton. Kebijakan ini diharapkan dapat menekan harga daging sapi di kisaran Rp75.000,- per kilogram, sebagai harga acuan normal.

(28)

Untuk menstabilkan harga daging sapi, pemerintah telah mengambil kebijakan melalui pelaksanaan impor. Pemerintah memutuskan menambah kuota impor daging sapi guna mengatasi tingginya harga menjelang hari Perum Bulog untuk melakukan impor daging sapi beku dari Australia sebesar 3.000 ton yang akan dikirim melalui udara sebanyak 800 ton dan melalui laut sebesar 2.200 ton.

5.1.1. Permasaiahan Harga Daging Sapi

Selama menjelang hari raya harga daging sapi di pasaran terus meningkat. Di beberapa pasar tradisional di Jakarta harga daging sapi diperdagangkan pada kisaran Rp95.000,- s.d. Rp110.000,-/kg. Harga daging di Surabaya mencapai Rp90.000,-/kg, bahkan di beberapa daerah mencapai lebih dari Rp125.000,-/kg. Kenyataannya harga rata-rata daging sapi di Indonesia saat ini jauh di atas harga rata-rata daging sapi di negara tetangga. Menurut data Bank Dunia, harga daging sapi rata-rata di Indonesia pada bulan Desember 2012 mencapai US$9,76, sementara di Malaysia hanya US$4,3, dan di Thailand US$4,2.

(29)

kebutuhan nasional, khususnya di kalangan industri olahan maupun sektor hotel, restoran, dan catering. Sejak itu, harga terus membumbung hingga melewati angka Rp80.000,- s.d. Rp90.000,-/kg dari harga normal Rp65.000,-/ kg.

Kekurangan sarana dan prasarana transportasi khusus untuk distribusi juga menjadi persoalan. Contoh, daerah surplus hewan tidak memiliki sarana angkut yang memadai sehingga biaya distribusi mahal, pada akhirnya berimbas pada kenaikan harga daging sapi. Praktik para oknum pengusaha besar yang menahan pasokan daging sapi juga turut berkontribusi pada meningkatnya harga daging sapi di pasaran.

(30)

5.1.2. Kebijakan Penghapusan Kuota Impor

(31)

nasional yaitu dengan target 720.000 ekor per tahun di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Selain itu memanfaatkan lahan-lahan yang masih potensial untuk peternakan dan meningkatkan jumlah kelahiran anak sapi menjadi 100.000 ekor pertahun.

5.1.3. Penunjukan Buiog sebagai Stabiiisator Harga

Dalam rangka menstabilkan harga daging menjelang hari raya, Perum Bulog mendapatkan tugas baru sebagai stabilisator harga daging sapi melalui Permendag No. 22/M-DAG/PER/5/2013 tentang Ketentuan Impor dan Ekspor Hewan dan Produk Hewan. Untuk itu Perum Bulog mendapat kuota impor daging sapi sebesar 3.000 ton. Selanjutnya Perum Bulog juga ditugaskan melakukan operasi pasar di pasar tradisional khususnya wilayah Jabodetabek dan Banten karena kebutuhan daging sapi di kedua daerah ini sebelumnya dipasok oleh daerah-daerah lain sehingga pasokan di daerah lain menjadi terbatas. Dengan demikian akan memberikan dampak secara nasional.

(32)

Penunjukan Perum Bulog sebagai stabilisator harga daging adalah dengan memberikan izin bagi Perum Bulog untuk melakukan impor daging beku dari Australia sebesar 3.000 ton sepanjang tahun 2013 dengan mekanisme pengiriman 800 ton melalui udara dan 2.200 ton pengiriman melalui laut. Selanjutnya Perum Bulog akan melakukan operasi pasar untuk menstabilkan harga daging sapi dengan menggandeng pengecer daging yang tergabung dalam asosiasi serta menjual secara langsung ke pedagang lapak di pasar. Selanjutnya Perum Bulog juga berencana menjual daging impor langsung ke konsumen. Skema penjualan dapat bekerja sama dengan kelurahan setempat atau LSM setempat. Adapun harga yang akan di kenakan oleh Perum Bulog berkisar antara Rp70.000,- s.d. Rp80.000,-/kg.

Dalam praktik di lapangan, ada berbagai permasalahan yang dihadapi Perum Bulog. Dalam hal izin impor, meskipun Perum Bulog telah mendapat mandat pada tanggal 13 Mei 2013, namun izin baru keluar tanggal 26 Juni 2013. Permasalahan lain yang muncul adalah adanya sejumlah penolakan dari pedagang di beberapa pasar di Jakarta terhadap daging impor dari Bulog karena dinilai kualitasnya tidak sebaik daging potong segar. Pedagang pasar juga belum memiliki cold storage untuk menampung daging beku dari Perum Bulog. Selanjutnya impor daging sapi oleh Perum Bulog juga mendapat kritik dari beberapa kalangan. Salah satu kritik datang dari Indo/Primo Smallgoods, perusahaan eksportir daging sapi joint Indonesia-Australia yang berlokasi di Scone, New South Wales, bahwa Bulog membeli daging impor dengan harga mahal. Hal ini dikarenakan Bulog tidak membeli daging sapi langsung kepada industri pengolahan daging namun melalui trader.

(33)

sebagai stabilisator harga komoditas daging sapi merupakan suatu terobosan yang cukup baik untuk mengimbangi dan menghindari terjadinya kartel yang dilakukan oknum pengusaha impor daging sapi. Perum Bulog sebagai wakil pemerintah dalam mengendalikan harga dapat menempatkan posisinya untuk berpihak kepada masyarakat. Operasi Pasar yang dilakukan Perum Bulog yang bekerja sama dengan pengecer daging juga diharapkan mampu terserap langsung oleh konsumen sehingga efektivitas stabilisasi harga menjadi lebih baik.

5.1.4. Penutup

Peningkatan harga daging sapi yang sangat tinggi menjadi beban bagi masyarakat, khususnya masyarakat yang akan merayakan hari raya. Adalah tugas pemerintah untuk menurunkan harga daging sapi yang melonjak pada tingkat yang normal. Lonjakan harga daging sapi dikarenakan pasokan daging dalam negeri belum dapat memenuhi kebutuhan nasional, lemahnya. Koodinasi antar kementerian dalam pengumpulan data dan informasi mengenai persediaan dan permintaan kebutuhan daging sapi, minimnya infrastruktur untuk mendukung distribusi hewan dari daerah surplus ke daerah minus, dan adanya oknum pengusaha yang menahan pasokan daging ke pasaran. Oleh karena itu, pemerintah harus segera menangani masalah-masalah ini sehingga lonjakan harga daging sapi dapat diredam.

(34)

dapat mengembalikan posisi harga daging sapi ke posisi normal, yaitu sebesar Rp75.000,-/kg.

Referensi

Dokumen terkait