MODEL PEMBELAJARAN
PAKEM
I KOMANG YOGI PRAMANA
140030558
CB133
Model
–
Model Pembelajaran yang mendukung Pembelajaran PAKEM
Dalam perkembangan model – model pembelajaran, ternyata terdapat beberapa model – model pembelajaran yang sebenarnya telah memuat konsep PAKEM .Menurut Udin S.Saud , terdapat tiga model pembelajaran yang telah biasa digunakan oleh para pengajar yang pada dasarnya mendukung PAKEM , yaitu :
1.
Pembelajaran Kuantum (
Quantum Teaching
)
Pembelajaran Kuantum ini merupakan bentuk inovasi dari pengubahan bermacam – macam interaksi yang ada didalam dan sekitar momen belajar.Menurut Bobbi de Porter ( 2005 : 5 )
“Quantum is an interaction that change energy into light” .
Maksud dari “ energy menjadi cahaya”adalah mengubah semua hambatan- hambatan belajar yang selama ini dipaksakan untuk terus dilakukan menjadi sebuah manfaat bagi siswa sendiri dan bagi orang lain, dengan memaksimalkan kemampuan dan bakat alamiah siswa.
Pengubahan hambatan – hambatan belajar tersebut bisa dengan menggunakan beberapa cara, yaitu dengan mulai membiasakan menggunakan lingkungan sekitar belajar sebagai media belajar, menjadikan system komunikasi sebagai parantara ilmu dari guru ke siswa yang paling efektif dan memudahkan segala hal yang diperlukan oleh siswa.
Menurut Bobi dePorter, prinsip – prinsip yang harus ada dalam pembelajaran kuantum1[22] adalah :
a. Segalanya berbicara
Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh, dari kertas yang dibagikan hingga rancangan pelajaran, semuanya mengirim pesan tentang belajar .
b. Segalanya bertujuan
Semua yang terjadi dalam penggubahan mempunyai tujuan c. Pengalaman sebelum pemberian nama
Otak berkembang pesat dengan adanya rangsangan rasa ingin tahu . Oleh karena itu , proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka
memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari d. Akui setiap usaha
Belajar mengandung resiko .Pada saat siswa mengambil langkah ini , mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka.
e. Jika layak dipelajari , maka layak pula dirayakan
Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar . menjadi tertarik, dan berminat pada setiap mata pelajaran. Dikerangka ini juga dipastikan bahwa mereka mengalami pembelajaran, berlatih, menjadikan isi pelajaran nyata bagi mereka sendiri, dan mencapai , sukses.
Kerangka perancangan pembelajaran kuantum kemudian dinamakan dengan TANDUR (dePorter, 2009 : 89 )
Tumbuhkan : Sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan dengan AMBAK (Apa Manfaatnya Bagi Ku/Siswa)
: Berikan mereka pengalaman belajar untk mengalaminya sendiri.
amai : berikan “data” ketika minat memuncak
Demonstrasikan : Berikan kesempatan bagi mereka untuk mengaitkan pengalaman dengan data baru, sehingga mereka menghayati dan membuatnya sebagai pengalaman pribadi.
Ulangi : Rekatan gambaran keseluruhannya dengan retensi.
Rayakan : Perayaan menambatkan belajar dengan asosiasi positif. Berikan penghargaan atas prestasi yang positif, sehingga terus diulangi.
2)
Pembelajaran berbasis kompetensi
Pendidikan berbasis kompetensi menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh
lulusan suatu jenjang pendidikan. Kompetensi yang sering disebut dengan standar kompetensi
adalah kemampuan yang secara umum harus dikuasai lulusan. Kompetensi menurut Hall dan
Jones (1976: 29) adalah "pernyataan yang menggambarkan penampilan suatu kemampuan
tertentu secara bulat yang merupakan perpaduan antara pengetahuan dan kemampuan yang
dapat diamati dan diukur". Kompetensi (kemampuan) lulusan merupakan modal utama untuk
bersaing di tingkat global, karena persaingan yang terjadi adalah pada kemampuan sumber daya
manusia. Oleh karena itu, penerapan pendidikan berbasis kompetensi diharapkan akan
menghasilkan lulusan yang mampu berkompetisi di tingkat global. Implikasi pendidikan berbasis
kompetensi adalah pengembangan silabus dan sistem penilaian berbasiskan kompetensi.
Paradigma pendidikan berbasis kompetensi yang mencakup kurikulum, pembelajaran,
dan penilaian, menekankan pencapaian hasil belajar sesuai dengan standar kompetensi.
Kurikulum berisi bahan ajar yang diberikan kepada siswa melalui proses pembelajaran. Proses
pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan prinsip-prinsip pengembangan pembelajaran
yang mencakup pemilihan materi, strategi, media, penilaian, dan sumber atau bahan
pembelajaran. Tingkat keberhasilan belajar yang dicapai siswa dapat dilihat pada kemampuan
siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang harus dikuasai sesuai dengan standar prosedur
tertentu.
Pembelajaran Berbasis Kompetensi merupakan suatu model pembelajaran dimana
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaiannya mengacu pada penguasaan kompetensi. Pendekatan
pembelajaran berbasis kompetensi dimaksudkan agar segala upaya yang dilakukan dalam
pembelajaran benar-benar mengacu dan mengarahkan peserta didik untuk menguasai kompetensi
yang ditetapkan sehingga mereka tuntas dalam belajarnya. (Depdiknas, 2002).2[23]
Pembelajaran berbasis kompetensi didasarkan atas pokok-pokok pikiran bahwa apa yang
ingin dicapai oleh siswa melalui kegiatan pembelajaran harus dirumuskan dengan jelas.
Perumusan dimaksud diwujudkan dalam bentuk standar kompetensi yang diharapkan dikuasai
oleh siswa. Standar kompetensi meliputi standar materi atau standar isi (content standard) dan
standar pencapaian (performance standard). Standar materi berisikan jenis, kedalaman, dan ruang
lingkup materi pembelajaran yang harus dikuasi siswa, sedangkan standar penampilan berisikan
tingkat penguasaan yang harus ditampilkan siswa. Tingkat penguasaan itu misalnya harus 100%
dikuasai atau boleh kurang dari 100%. Sesuai dengan pokok-pokok pikiran tersebut, masalah
materi pembelajaran memegang peranan penting dalam rangka membantu siswa mencapai
standar kompetensi.
Dalam rangka pelaksanaan pembelajaran, bahan ajar dipilih setelah identitas mata
pelajaran, standar kompetensi, dan kompetensi dasar ditentukan. Langkah-langkah
pengembangan pembelajaran sesuai KBK antara lain
a) Menentukan identitas matapelajaran,
b) Menentukan standar kompetensi,
c) Kompetensi dasar,
d) Materi pembelajaran
e) Strategi pembelajaran/pengalaman belajar,
f) indikator pencapaian.
Setelah pokok-pokok materi pembelajaran ditentukan, materi tersebut kemudian
diuraikan. Uraian materi pembelajaran dapat berisikan butir-butir materi penting (key concepts)
yang harus dipelajari siswa atau dalam bentuk uraian secara lengkap seperti yang terdapat dalam
buku-buku pelajaran.
Materi pembelajaran perlu dipilih dengan tepat agar dapat seoptimal mungkin membantu
siswa dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Masalah-masalah yang timbul
berkenaan dengan pemilihan materi pembelajaran menyangkut jenis, cakupan, urutan, perlakuan
(treatment) terhadap materi pembelajaran dan sumber bahan ajar. Jenis materi pembelajaran
perlu diidentifikasi atau ditentukan dengan tepat karena setiap jenis materi pembelajaran
memerlukan strategi, media, dan cara mengevaluasi yang berbeda-beda. Cakupan atau ruang
lingkup serta kedalaman materi pembelajaran perlu diperhatikan agar tidak kurang dan tidak
lebih. Urutan (sequence) perlu diperhatikan agar pembelajaran menjadi runtut. Perlakuan (cara
mengajarkan atau menyampaikan dan mempelajari) perlu dipilih setepat-tepatnya agar tidak
salah mengajarkan atau mempelajarinya, misalnya perlu kejelasan apakah suatu materi harus
3)
Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran konteksual atau yang lebih dikenal dengan sebutan CTL (Contektual teaching and learning ) merupakan konsep belajar yang beranggapan bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah, artinya belajar akan lebih bermakna jika anak belajardan mengalami sendiri apa yang akan dipelajarinya,bukan sebatas mengetahui. Pembelajaran tidak hanya sekedar guru menyampaikan materi pelajaran kepada siswa , tetapi bagaimana siswa dapat memaknai apa yang dipelajarinya.
Center on Education and Work at the University of Wisconsi Madison, mengartikan pembelajaran konstektual, yaitu “suatu konsepsi belajar mengajar yang membantu guru menghubungkan isi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan – hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan siswa sebagai anggota keluarga, masyarakat, dan pekerja serta meminta ketekunan belajar .
Dari pengertian diatas bisa dipahami bahwa CTL adalah konsep belajar yang membantu guru menghubungkan antara materi pelajaran yang akan diajarkannya kepada siswa sesuai dengan kondisi yang terjadi dan mendorong siswa untuk bisa menerapkan pengetahuan yang didapat dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pelaksanaannya , CTL dipengaruhi oleh berbagai factor yang dating baik, dari dalam ataupun dari luar. Zahorik mengungkapkan lima elemen yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kontektual , yaitu :
a. Pembelajaran harus memerhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh siswa.
b. Pembelajaran dimulai dari keseluruhan menuju bagian-bagian yang lebih kusus.
c. Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman , dengan cara : (1) menyusun konsep
sementara, (2) Melakukan sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan dari orang lain, dan (3) merevisi dan mengembangkan konsep.
d. Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktikkan secara langsung apa-apa yang
dipelajari.
e. Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan pengetahuan yang
dipelajari
dalam pembelajaran konstektual terdapat tujuh komponen pembelajaram konstektual,yaitu : (1) konstruktivisme, (2) inquiry ,(3) bertanya, (4) masyarakat belajar, (5) pemodelan, (6) refleksi dan (7) penilaian nyata (authentic assessment) .
Dalam tujuh kompenen tersebut dimuat berbagai aspek yang diharapkan dari siswa, yaitu mereka dapat belajar mandiri dan menghasilkan makna yang ditumbuhkan oleh siswa itu sendiri dalam setiap kegiatan belajar-mengajar.
Sumber :