• Tidak ada hasil yang ditemukan

POKOK BAHASAN: I. Pendahuluan - 00_UU Jasa konstruksi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "POKOK BAHASAN: I. Pendahuluan - 00_UU Jasa konstruksi"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

(2)

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

I. Pendahuluan

1.1. Umum

Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Strateginya: Peningkatan pertumbuhan ekonomi

Peningkatan pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan bila sistem produksi yang meliputi pengolahan/ pemanfaatan sumber daya alam dapat digiatkan.

Agar sistem produksi dapat berjalan dengan baik, perlu prasyarat berupa masukan (input) untuk penyediaan prasarana dan sarana fisik.

Penyediaan prasarana dan sarana fisik tsb berupa

masukan teknologi, keahlian, keterampilan, kemampuan tatalaksana, dan pengalaman kerja.

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

I. Pendahuluan 1.1. Umum lanjutan

Pengalaman menunjukkan masukan tsb kurang memadai terlihat jelas pada sektor jasa konstruksi.

Sektor jasa konstruksi punya karakteristik spesifik yaitu

supply dan demand yang sangat dinamis, ia juga melibatkan berbagai instansi pemerintah dan swasta. Hal ini membuat sektor jasa konstruksi menjadi kegiatan lintas sektoral.

Karena itu sektor jasa konstruksi mempunyai peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi negara

Dengan hal tsb. di atas, kehadiranUU Jasa Konstruksi

sangat dibutuhkan guna mengatur dan memberdayakan jasa konstruksi nasional.

(3)

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

I. Pendahuluan lanjutan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1). Periode Sebelum Kemerdekaan

Selama masa penjajahan semua teknologi dan sumber daya manusia (ahli dan terampil), serta bahan

didatangkan dari Eropah.

Perusahaan jasa konstruksi ada 6 buah yang merupakan anak perusahaan yang induknya ada di Nederland.

Ada babarapa perusahaan kontraktor (kecil) Indonesia yang berfungsi sebagai sub-kontraktor/supplier.

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

I. Pendahuluan lanjutan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi lanjutan

2). Periode setelah Kemerdekaan sampai tahun 1965

Setelah Indonesia merebut kemerdekaannya, banyak tenaga ahli berbagai cabang termasuk foremen „mudik, pulang kampung‟.

Kekosongan tenaga diisi oleh tenaga Indonesia dan saat itu banyak perusahaan Belanda dinasionalisasikan

Untuk mengisi kebutuhan tenaga tsb. Universitas diminta mencetak tenaga ahli. Ini memerlukan waktu.

(4)

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

I. Pendahuluan lanjutan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi lanjutan

3). Periode setelah tahun 1965 sampai 1980

Telah dilakukan pembenahan program pembangunan karena kondisi pol-ek-keu mulai stabil.

Namun awal ‟65 masih terdapat kekurangan dana,

teknologi dan ahli. Masih perlu diimport.

Kontraktor Indonesia mendapat pengalaman untuk menerapkan teknologi maju.

Dunia Jakons masih diwarnai peran dominan kontraktor asing (proyek besar dan teknologi tinggi), walaupun dengan melibatkan kontraktor Indonesia

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

I. Pendahuluan lanjutan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi lanjutan

4). Periode setelah tahun 1980

Telah dilakukan pembenahan dalam pengaturan pelaksanaan APBN (Keppres 14/1980)

Ada booming minyak, kegiatan Jakons meningkat pesat.

Keppres 14/1980 beberapa kali disempurnakan sampai Keppres29/1984yang juga mengatur dunia usaha. Hal ini mengharuskan dilakukannya pengaturan untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif.

(5)

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

4). Periode setelah tahun 1980 lanjutan

Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi tsb sebagai pengganti Surat Izin Usaha Perdagangan untuk bidang Jakons. Tahun 1989 lahirlah ketentuan Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi yang merupakan pelimpahan wewenang dari Menteri Perdagangan kepada Menteri Pekerjaan Umum.

Keppres 29/1989 diganti dg Keppres 16/1994 yang mengatur:

a) Tatacara pengadaan

b) Prakualifikasi yang menilai klasifikasi dan kualifikasi perusahaan.

Tahun 1994 muncullah isu globalisasi dengan GATT, GATS, WTO, APEC, dan AFTA

V. Etos Kerja

WTO/GATT/GATS

2020

TANTANGAN YANG DIHADAPI:

PASAR BEBAS

APEC

2010

AFTA

2002

BANGSA INDONESIA (2000)

(6)

WTO/GATT/GATS

2020

ATAUKAH INI YANG AKAN TERJADI?????

APEC

2010

AFTA

2002

BANGSA INDONESIA (2000)

No way !!!!

Mari Menjadi Masyarakat Utama!

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

I. Pendahuluan lanjutan

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

Pertumbuhan jasa konstruksi yang tinggi sebelum krisis ekonomi (1997) belum diimbangi dengan tatanan

penyelenggaraan yang maksimal.

Hal ini mengakibatkan timbulnya masalah:

3) Belum terwujudnya kesejajaran antara pengguna jasa 1) Belum terwujudnya mutu produk, waktu pelaksanaan,

2) Rendahnya kepatuhan pengguna jasa dan penyedia jasa thd peraturan perundang-undangan yang berlaku

dengan penyedia jasa thd hak dan kewajiban. 4) Belum terwujudnya (secara optimal) kemitraan

sinerjis antar Badan Usaha Jasa Konstruksi (BUJK), dan antara BUJK dengan masyarakat.

(7)

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

I. Pendahuluan lanjutan

3) Peraturan perundang-undangan yang ada belum 1) Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan

2) Jasa konstruksi merupakan kegiatan ekonomi, sosial dan budaya yang sangat penting dalam mencapai tujuan pembangunan nasional.

masyarkat adil dan makmur sesuai UUD 45/Pancasila

berorientasi kepada kepentingan Jakons maupun kepentingan masyarakat.

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha di bidang Jasa Konstruksi

Berdasarkan kondisi tsb di atas, dilakukan evaluasi. Evaluasi ini memunculkan berbagai pertimbangan:

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

I. Pendahuluan lanjutan

1) Tertib usaha jasa konstruksi

2) Pemberdayaan Jasa konstruksi nasional untuk: + mengembangkan kemampuan

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha di bidang Jasa Konstruksi

Berdasarkan pertimbangan tsb di atas, dicanangkanlah cita-cita Jakons untuk masa datang yakni:

+ meningkatkan produktifitas + menumbuhkan daya saing.

(8)

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

I. Pendahuluan lanjutan

1) Memberikan arah pertumbuhan usaha Jakons yang

2) Mewujudkan penyelenggaraan pek konstr yg menjamin + kesetaran pengguna jasa dan penyedia jasa

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha di bidang Jasa Konstruksi

Diharapkan UU Jakons dapat:

+ dipenuhinya ketentuan yang berlaku

+ mewujudkan peran masyarakat di bidang Jakons kokoh, handal, berdaya saing tinggi, produk bermutu

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

II. Kandungan Undang-Undang Jakons

Bab I : Ketentuan Umum

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat,

Bab II : Azas dan Tujuan

Bab III : Usaha Jasa Konstruksi

Bab IV :Pengikatan Pekerjaan Konstruksi

Bab V : Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi Bab VI: Kegagalan Bangunan

Bab VII:Peran Masyarakat Bab VIII: Pembinaan

Bab IX :Penyelesaian Sengketa Bab X :Sangsi

(9)

Bab I : Ketentuan Umum

Ketentuan Umum : Beberapa istilah penting

1. Jasa konstruksi adalah layanan jasa konsultansi

perencanan, pelaksanaan, dan pengawasan pek konstr. 2. Pengguna Jasa: orang perseorangan atau badan

sebagai pemberi tugas/pemilik proyek

3. Penyedia Jasa: orang perseorangan atau badan yang kegiatan usahanya menyelenggarakan layanan Jakons

4. Kegagalan bangunan: keadaan bangunan setelah diserahkan oleh penyedia jasa kepada pengguna jasa menjadi tidak berfungsi, baik sebagian atau keseluruhan dan atau tidak sesuai dengan ketentuan yang tercantum di dalam dokumen kontrak sebagai akibat kesalahan pengguna jasa dan/atau penyedia jasa.

Bab I : Ketentuan Umum

Ketentuan Umum : Beberapa istilah penting lanjutan

5. Forum Jasa Konstruksi; sarana komunikasi dan konsultasi antara masyarakat jasa konstruksi dan pemerintah mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah jasa konstruksi yang bersifat nasional, independen, dan mandiri.

6. Registrasi: Kegiatan untuk menentukan kompetensi profesi keahlian dan keterampilan tertentu dari orang perseorangan atau badan untuk mendapat izin usaha.

(10)

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

II. Kandungan Undang-Undang Jakons

Bab I : Ketentuan Umum

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat,

Bab II : Azas dan Tujuan

Bab III : Usaha Jasa Konstruksi

Bab IV :Pengikatan Pekerjaan Konstruksi

Bab V : Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi Bab VI: Kegagalan Bangunan

Bab VII:Peran Masyarakat Bab VIII: Pembinaan

Bab IX :Penyelesaian Sengketa Bab X :Sangsi

Bab XI :Ketentuan Peralihan Bab XII:Ketentuan Penutup

Bab III : Usaha Jasa Konstruksi

Pasal 4 Ayat (1): Jenis usaha jasa konstruksi terdiri dari usaha perencanaan, pelaksanaan dan usaha pengawasan pekerjaan konstruksi.

Pasal 4 Ayat (3): Usaha pelaksanaan konstruksi

memberikan layanan jasa pelaksanaan dalam pekerjaan konstruksi mulai dari penyiapan lapangan sampai

penyerahan akhir pekerjaan konstruksi. *)

Pasal 8: Perencana, pelaksana, dan pengawas konstruksi yang berbentuk badan usaha harus:

a) Memenuhi ketentuan tentang perizinan usaha di bidang jasa konstruksi

(11)

Bab III : Usaha Jasa Konstruksi lanjutan

Pasal 12 Ayat (1): Usaha jasa konstruksi dikembangkan untuk mewujudkan struktur usaha yang kokoh dan efisien melalui kemitraan yang sinergis antara usaha besar,

menengah, dan kecil serta usaha yang bersifat umum, spesialis, dan keterampilan tertentu.

Pasal 12 Ayat (3): Usaha pelaksanaan konstruksi dikembangkan ke arah:

a. Usaha yang bersifat umum dan spesialis

b. Usaha orang perseorangan yang berketampilan kerja

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

II. Kandungan Undang-Undang Jakons

Bab I : Ketentuan Umum

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat,

Bab II : Azas dan Tujuan

Bab III : Usaha Jasa Konstruksi

Bab IV :Pengikatan Pekerjaan Konstruksi

Bab V : Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi Bab VI: Kegagalan Bangunan

Bab VII:Peran Masyarakat Bab VIII: Pembinaan

Bab IX :Penyelesaian Sengketa Bab X :Sangsi

(12)

Bab IV: Pengikatan Pekerjaan Konstruksi

Pasal 14: Para pihak dalam pekerjaan konsturksi terdiri atas

Pasal 16 Ayat (1): Penyedia jasa terdiri dari: a. Perencana konstruksi

a. Pengguna Jasa b. Penyedia Jasa

b. Pelaksana konstruksi

c. Pengawas (pelaksanaan) konstruksi

Pasal 17 Ayat (1): Pengikatan dalam hubungan kerja jasa konstruksi dilakukan berdasarkan prinsip persaingan yang sehat melalui pemilihan penyedia jasa dengan cara pelelangan umum atau terbatas. *)

Bab IV: Pengikatan Pekerjaan Konstruksi lanjutan

Pasal 22 Ayat (2): Kontrak kerja konstruksi

sekurang-kurangnya harus memuat (13 butir, beberapa di antaranya):

d. Tenaga ahli, ketentuan tentang jumlah, klasifikasi, dan

g. Cidera janji, memuat ketentuan tentang tanggung jawab kualifikasi tenaga ahli untuk melaksanakan pekerjaan

para pihak yang tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana diperjanjikan.

k. Kegagalan bangunan, memuat ketentuan tentang kewajiban para pihak atas kegagalan bangunan

(13)

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

II. Kandungan Undang-Undang Jakons

Bab I : Ketentuan Umum

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat,

Bab II : Azas dan Tujuan

Bab III : Usaha Jasa Konstruksi

Bab IV :Pengikatan Pekerjaan Konstruksi

Bab V : Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi Bab VI: Kegagalan Bangunan

Bab VII:Peran Masyarakat Bab VIII: Pembinaan

Bab IX :Penyelesaian Sengketa Bab X :Sangsi

Bab XI :Ketentuan Peralihan Bab XII:Ketentuan Penutup

Bab VI: Kegagalan Bangunan

Pasal 25 Ayat (2): Kegagalan bangunan yang menjadi

tanggung jawab penyedia jasa ditentukan sejak penyerahan akhir dan paling lama 10 tahun

Pasal 25 Ayat (3): Kegagalan bangunan ditetapkan oleh pihak ketiga selaku ahli. *)

Pasal 26 Ayat (2)/(3): jika terjadi kegagalan bangunan akibat kesalahan perencana atau pengawas/pelaksana dan

terbukti menimbulkan kerugian bagi pihak lain, maka perencana atau pengawas/pelaksana wajib bertanggung jawab.

(14)

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

II. Kandungan Undang-Undang Jakons

Bab I : Ketentuan Umum

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat,

Bab II : Azas dan Tujuan

Bab III : Usaha Jasa Konstruksi

Bab IV :Pengikatan Pekerjaan Konstruksi

Bab V : Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi Bab VI: Kegagalan Bangunan

Bab VII:Peran Masyarakat Bab VIII: Pembinaan

Bab IX :Penyelesaian Sengketa Bab X :Sangsi

Bab XI :Ketentuan Peralihan Bab XII:Ketentuan Penutup

Bab VII: Peran Masyarakat

Pasal 29: Masyarakat berhak untuk: *)

a. Melakukan pengawasan untuk mewujudkan tertib pelaksanaan jasa konstruksi

b. Mendapat penggantian yang layak atas kerugian yang dialami secara langsung akibat penyelenggaraan pekerjaan konstruksi

Pasal 31: Masyarakat Jasa Konstruksi

(1). Masyarakat jasa konstrksi merupakan bagian dari masyarakat yang mempunyai kepentingan dan atau kegiatan yang berhubungan dengan usaha Jakons (2). Penyelenggaran peran masyarakat jasa konstruksi

dilaksanakan melalui suatu Forum Jasa Konstruksi (3). Penyelenggaran peran masyarakat jasa konstruksi dlm

(15)

Bab VII: Peran Masyarakat lanjutan

Pasal 33 Ayat (1): Lembaga yang dimaksud pada Pasal 31 Ayat (1) beranggotakan wakil-wakil dari: *)

a. Asosiasi perusahaan jasa konstruksi

c. Pakar dan perguruan tinggi terkait b. Asosiasi profesi jasa konstruksi

d. Instansi Pemerintah terkait

Pasal 33 Ayat (2): Tugas lembaga yang dimaksud Ayat (1) *)

a. Melakukan/mendorong litbang Jakons

c. Melakukan registrasi tenaga ahli Jakons b. Mengadakan diklat Jakons

d. Melakukan registrasi badan usaha Jakons

e. Mendorong meningkatkan peran arbitrase, mediasi, dan penilai ahli di bidang Jakons.

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

II. Kandungan Undang-Undang Jakons

Bab I : Ketentuan Umum

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat,

Bab II : Azas dan Tujuan

Bab III : Usaha Jasa Konstruksi

Bab IV :Pengikatan Pekerjaan Konstruksi

Bab V : Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi Bab VI: Kegagalan Bangunan

Bab VII:Peran Masyarakat Bab VIII: Pembinaan

Bab IX :Penyelesaian Sengketa Bab X :Sangsi

(16)

Bab VIII: Pembinaan *)

Pasal 35 Ayat (1): Pemerintah melakukan pembinaan jasa konstruksi dalam bentuk pengaturan, pemberdayaan, dan pengawasan.

Pasal 35 Ayat (5): Pembinaan yang dimaksud Ayat (1) dapat dilakukan bersama-sama masyarakat jasa konstruksi

Pasal 35 Ayat (6): sebagian tugas pembinaan tersebut Ayat (1) dapat dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

II. Kandungan Undang-Undang Jakons

Bab I : Ketentuan Umum

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat,

Bab II : Azas dan Tujuan

Bab III : Usaha Jasa Konstruksi

Bab IV :Pengikatan Pekerjaan Konstruksi

Bab V : Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi Bab VI: Kegagalan Bangunan

Bab VII:Peran Masyarakat Bab VIII: Pembinaan

Bab IX :Penyelesaian Sengketa Bab X :Sangsi

(17)

Bab X: Sangsi

Pasal 41: Penyelenggara pekerjaan konstruksi dapat dikenai sanksi administratif dan/atau pidana atas pelanggaran Undang-undang ini.

Pasal 42: Sanksi administratif dapat dikenakan kepada penyedia jasa berupa:

a) Peringatan tertulis

b) Penghentian sementara pekerjaan

c) Pembatasan kegiatan usaha dan/atau profesi d) Pembekuan izin usaha dan/atau profesi e) Pencabutan izin usaha dan/atau profesi

Pasal 43 Ayat (2): Barang siapa yang melakukan pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang bertentangan atau tidak sesuai dengan ketentuan keteknikan yang telah ditetapkan dan mengakibatkan kegagalan pek. konstr. atau kegagalan bangunan dikenakan pidana paling lama 5 tahun penjara atau denda paling banyak 5 % dari nilai kontrak.

Bab X: Sangsi lanjutan

Pasal 43 Ayat (3): Barang siapa yang melakukan pengawasan pekerjaan dengan sengaja memberikan kesempatan kepada orang lain yang melaksanakan

(18)

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

IV Penjelasan

Pasal 4 Ayat (3): Pelaksanaan pekerjaan konstruksi dapat diadakan dalam satu paket kegiatan mulai dari penyiapan lapangan sampai dengan hasil akhir pekerjaan atau per bagian kegiatan.

Pasal 8 Huruf b: Standar klasifikasi dan kualifikasi keahlian kerja adalah pengakuan tingkat keahlian kerja setiap badan usaha baik nasional maupun asing yang bekerja di bidang usaha jasa konstruksi.

Pengakuan tsb diperoleh melalui registrasi yang

meliputi: ………..

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

IV Penjelasan Lanjutan

Prinsip persaingan yang sehat mengandung pengertian:

a.

Pasal 17 Ayat (1): Pengikatan merupakan proses yang ditempuh oleh pengguna jasa dan penyedia jasa dalam kedudukan yang sejajar dalam mencapai kesepakatan.

Diakuinya kedudukan yang sejajar antara pengguna jasa dan penyedia jasa

b. Terpenuhinya ketentuan asas keterbukaan dalam proses pemilihan dan penetapan.

c. Adanya peluang dalam keikutsertaan dalam setiap tahapan persaingan yang sehat sesuai dengan kemampuan dan ketentuan yang dipersyaratkan d. Keseluruhan pengertian tentang prinsip persaingan

(19)

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

IV. Penjelasan Lanjutan

Insentif dapat berupa uang ataupun bentuk lainnya. Pasal 22 Ayat (4): Yang dimaksud dengan insentif adalah penghargaan yang diberikan kepada penyedia jasa atas prestasinya, a.l. kemampuannya menyelesaikan

pekerjaan lebih awal daripada yang diperjanjikan dengan tetap menjaga mutu sesuai yang dipersyaratkan.

Pasal 25 Ayat (3): Penetapan kegagalan hasil pekerjaan konstruksi oleh pihak ketiga sebagai penilai ahli

dimaksudkan untuk menjaga obyektivitas dalam penilaian dan penetapan kegagalan hasil pekerjaan konstruksi.

Penilai ahli terdiri dari orang perorangan, atau kelompok orang, atau lembaga yang disepakati para pihak, yang bersifat independen dan mampu memberikan penilaian secara obyekrif dan profesional.

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

IV. Penjelasan Lanjutan

Penggantian yang layak diberikan kepada yang dirugikan sepanjang terbukti merugikan secara langsung sebagai akibat perencanaan, pelaksanaan, pengawasan atas ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam mewujudkan peran lembaga, pada tahap awal Pemerintah dapat mengambil inisiatif dalam menetapkan pembentukan lembaga serta memberikan dukungan fasilitas termasuk pendanaan operasionlnya.

Pasal 29: Hak masyarakat dalam melakukan pengawasan dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan pekerjaan maupun pemanfaatan hasil-hasilnya.

(20)

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

IV. Penjelasan Lanjutan

1.

Pasal 33 Ayat (2), Huruf a: Pengembangan jasa konstruksi yang dilakukan oleh lembaga dimaksudkan antara lain:

Agar penyedia jasa mampu memenuhi standar nasional, regional, dan internasional.

2. Mendorong agar penyedia jasa mampu bersaing di pasar nasional maupun internasional.

3. Mengembangkan sistem informasi jasa konstruksi

Huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e: Cukup jelas.

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

IV. Penjelasan Lanjutan

a.

Pasal 35: Semua Ayat.

Mengingat peran jakons dalam pembangunan nasional dan mendukung perluasan kesempatan usaha dan lapangan kerja, serta kewajiban

Pemerintah dalam melindungi kepentingan masyarakat dan kepentingan nasional, maka Pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan terhadap jasa konstruksi

(21)

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

IV. Penjelasan Lanjutan

Pasal 35: Semua Ayat Lanjutan

Forum merupakan fasilitas dan/atau sarana untuk mendorong terciptanya pemanfaatan dan pengawasan secara optimal thd penjelenggaraan Jakons nasional bagi masyarakat umumnya dan atau masyarakat Jasa konstruksi khususnya.

Lembaga merupakan wadah pembinaan pelaksanaan jasa konstruksi

(22)

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

IV. Etika Profesi

4.1. Umum.

UU No. 18/1999 Pasal 11 mengamanatkan bahwa pihak perencana, pelaksanaan, dan pengawas konstruksi harus bertanggung jawab terhadap pekerjaannya.

Tanggung jawab tersebut dilandasi prinsip keahlian sesuai kaidah keilmuan, kepatutan, dan kejujuran intelektual dalam menjalankan profesinya dengan tetap mengutamakan kepentingan umum

Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pasal 11 tersebut disebut

“Tanggung Jawab Profesional”

Tanggung jawap profesional berlaku mulai dari tahap persiapan proyek (studi, perencanaan), pelaksanaan, sampai masa pertanggungan kegagalan bangunan.

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

4.1. Umum (lanjutan).

Tingkat keahlian sesuai kaidah keilmuan dapat diukur.

Pada dasarnya tingkat profesional diharapkan memenuhi 3 kriteria:

1.

Tingkat keahlian sesuai kaidah kepatutan dan kejujuran intelektual tidak mudah diukur.

Kemampuan teknis, (intelligent quotient/IQ) 2. Kemampuan emosional, (emotional quotient/EQ) 3. Kemampuan spiritual, (spiritual quotient/SQ)

Kemampuan teknis lebih mengarah pada nilai-nilai produktivitas dan efesiensi.

(23)

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

4.2. Kode Etik Profesi

Etika profesi akan memagari seorang profesional agar tidak keluar dari jalur nilai-nilai tersebut di atas.

Nilai produktivitas, efesiensi, kepatutan, dan kejujuran tersebut dikenal sebagai

etika profesi

.

Etika profesi merupakan komitmen pribadi seorang profesional untuk tetap memegang teguh nilai-nilai kepatutan dan kejujuran intelektualnya.

Nilai-nilai keilmuan, kepatutan, dan kejujuran tersebut merupakan unsur utama dalam etika profesi.

Etika profesi tersebut dirumuskan oleh setiap asosiasi sebagai kode etik profesi

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

4.2. Kode Etik Profesi (lanjutan)

Setiap asosiasi, termasuk asosiasi di sektor jasa konstruksi memiliki kode etik profesi.

Baik asosiasi perusahaan maupun asosiasi profesi mempunyai kode etik sendiri sendiri.

Rumusan dan kata yang disusun oleh setiap organisasi berbeda, namun semuanya menjunjung tinggi nilai-nilai keilmuan, kepatutan, dan kejujuran.

Contoh Kode Etik HPJI:

7. Anggota HPJI wajib menjunjung tinggi martabat profesi, bersikap terhormat, dapat dipercaya dan bertanggung jawab secara profesional berazaskan kaidah keilmuan, kepatutan, dan kejujuran

(24)

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

4.2. Kode Etik Profesi (lanjutan)

Contoh Kode Etik Ikatan Ahli Manajemen Proyek Indonesia (IAMPI):

1. Penuh perhatian terhadap sesama

Setiap anggota IAMPI wajib selalu bersikap, bertingkah laku, dan bertindak berdasarkan etika umum seorang ahli profesional, yaitu:

2. Jujur terhadap diri sendiri dan lingkungannya

3. Bertanggung jawab atas semua pikiran, ucapan, dan tindakan yang dilakukannya

4. Menepati janji

5. Bekerja dengan tujuan mendapatkan hasil yang baik dan sempuna

6. Bersikap setia dan taat asas

(25)

POKOK BAHASAN:

I. Pendahuluan

1.1. Umum

II. Kandungan UU Jasa Konstruksi

III. Penjelasan

1.2. Sejarah Jasa Konstruksi

1.3. Kondisi Jasa Konstruksi Nasional

1.4. Pertimbangan Evaluasi Tatanan Usaha Jasa Konstruksi

Isi: Duabelas Bab, 46 Pasal, dan 117 Ayat, kita scanning beberapa Bab dan Ayat

Scanning Beberapa Penjelasan

IV. Etika Profesi

V. Etos Kerja

V. Etos Kerja

1. Umum

2. Disiplin Kerja

3. Mematuhi Kaidah dan Peraturan 4. Kecenderungan orang tidak disiplin 5. Menepati

6. Mendukung 7. Permasalahan

8. Langkah-langkah menegakkan Disiplin

1. Umum

Setiap orang punya tugas dan tanggung jawab baik dalam profesinya maupun dalam kehidupan sosialnya.

Rasa tanggung jawab dimiliki setiap orang secara alamiah. Makin tinggi posisi seseorang makin tinggi dan luas pula tanggung jawabnya, baik di dunia maupun di akhirat. Katakanlah seorang pengawas lapangan suatu proyek, tugas dan tanggung jawabnya terbatas pada proyek bersangkutan.

(26)

1. Umum lanjutan

Setiap tugas akan dapat dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab bila sesorang memiliki kompetensi kerja yang diikuti dengan motivasi yang tinggi.

Motive dalam Bahasa Inggris diartikan kemauan/ dorongan untuk melakukan sesuatu dengan suatu cara

- Dorongan yang timbul dari dalam diri (individu) Motivasi (kata benda dari motif) adalah proses

dorongan/kemauan untuk melakukan sesuatu termasuk: - Situasi yang memberikan dorongan

- Tingkah laku

- Tujuan melakukan sesuatu.

Kompetensi dan motivasi akan bersinergi membentuk etos kerja yang tinggi.

Jadi untuk dapat memiliki otos kerja yang tinggi, sesorag dituntut memiliki kompetensi dan motivasi yang kuat untuk melakukan suatu pekerjaan

(27)

V. Etos Kerja

1. Umum

2. Disiplin Kerja

3. Mematuhi Kaidah dan Peraturan 4. Kecenderungan orang tidak disiplin 5. Menepati

6. Mendukung 7. Permasalahan

8. Langkah-langkah menegakkan Disiplin 2. Disiplin Kerja

Disiplin = suatu sikap yang menunjukkan kesediaan untuk mematuhi, menepati, dan mendukung nilai dan kaidah atau peraturan tertentu dalam suatu masyarakat tertentu dan kurun waktu tertentu.

Hakekat Disiplin adalah: a. Nilai dan kaidah/peraturan

Nilai adalah suatu konsepsi tentang sesuatu yg

dianggap baik atau buruk, salah atau betul, adail atau tidak adil dst.

Kaidah atau peraturan adalah suatu nilai yang dibakukan menjadi pedoman untuk berperilaku dan bertindak thd sesama manusia dan lingkungan.

b. Sikap

Sikap adalah suatu disposisi atau keadaan mental pada diri setiap individu untuk berreaksi thd lingkungannya. Walaupun sikap ada dalam diri setiap individu, namun ia dapat dipengaruhi oleh faktor di luar diri seseorang, misalnya pengaruh (nilai) budaya, tradisi dll.

Contohnya; nilai budaya tradisional yang terlampau banya berorientasi vertikal (orang berpangkat, orang yg dituakan, orang yang lebih senior.

(28)

V. Etos Kerja

1. Umum

2. Disiplin Kerja

3. Mematuhi Kaidah dan Peraturan 4. Kecenderungan orang tidak disiplin 5. Menepati

6. Mendukung 7. Permasalahan

8. Langkah-langkah menegakkan Disiplin 3. Mematuhi Kaidah atau Peraturan

Apakah dipatuhinya suatu kaidah/peraturan oleh karena dibuat oleh orang terpandang/berpengaruh? Atau

masyarakat memang merasa bahwa kaidah/peraturan itu diperlukan dan nermanfaat?

Untuk masalah ini ada beberapa teori: 1). Teori Kedaulatan Tuhan

Kaidah dan peraturan dianggap sebagai kehendak atau aturan dari Tuhan, manusia sebagai ciptaan Tuhan wajib taat pada aturanNya.

2). Teori Perjanjian Masyarakat

Orang taat pada kaidah/peraturan karena ia telah berjanji. Kaidah/peraturan dianggap sebagai kehendak bersama dan suatu hasil konsensus dari segenap anggota

masyarakat.

3). Teori Kedaulatan Negara

Kaidah/peraturan dipatuhi karena ia merupakan produk negara dan negara mengharuskan semua mamatuhi. 4). Teori Kedaulatan Hukum

Kaidah/peraturan dipatuhi karena kedaulatan dan kekuatan hukum, akan terkena sangsi bagi siapa saja yang tidak mematuhinya.

(29)

V. Etos Kerja

1. Umum

2. Disiplin Kerja

3. Mematuhi Kaidah dan Peraturan 4. Kecenderungan orang tidak disiplin 5. Menepati

6. Mendukung 7. Permasalahan

8. Langkah-langkah menegakkan Disiplin 4. Kecenderungan Orang Tidak Disiplin

Bebarapa ahli berpendapat:

1). Kutjaraningrat, pakar antropologi budaya

Revolusi di negeri kita sama seperti revolusi yg terjadi dlm sejarah manusia; telah membawa akibat berupa kerusakanmental dan fisik pada masyarakat kita.

Revolusi di negeri kita sama seperti revolusi yg terjadi dlm sejarah manusia; telah membawa akibat berupa kerusakan mental dan fisik pada masyarakat kita. 2). Soedjito, sosiolog

Kedisiplinan merupakan resultante dari berbagai faktor dalam masyarakat yg sedang mencari bentuk dan kepribadian.

Dalam kondisi tertentu perlombaan meningkatkan pelanggaran.

3). Soerjono Soekamto dalam bukunya Sosiologi Hukum: Timbulnya perilaku menyimpang dalam masyarakat dapat dipengaruhi oleh 3 aspek yaitu:

a. Kaidah sosial; haruslah rinci, tegas, dan jelas agar dapat berfungsi sebagai pengendali

b. Sarana dan prasarana harus dapat menunjang c. Kesadaran hukum masyarakat harus ditumbuh

kembangkan

(30)

Tidak jelas tanya

I hope no difficult

Referensi

Dokumen terkait

[r]

In those larvae, the prothoracic glands became active and competent to respond to brain extracts within seven days after JHA treatment, and the hemolymph ecdysteroid concentration

ß1 and matrix mRNAs in mesangial cells, Kidney International , 1996; 50

Pengembangan daerah pedesaan dalam upaya memacu pertumbuhan ekonomi daerah di Kabupaten Kepulauan Meranti hendaknya dilakukan dengan pendekatan lintas sektoral, antara

Karena kedua model tersebut sudah pernah diterapkan dalam penelitian jenis tindakan kelas, dan keduanya sama-sama meningkatkan prestasi belajar siswa di kelas VIII

Penulisan hukum dengan judul "Penerapan Pasal 28 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

Berdasarkan kajian tersebut, dapat disimpulkan bahwa peran pasukan Australia di Perang Vietnam itu tidak terlepas dari permasalahan-permasalahan yang terjadi di

Komoditas kebaya sebagai representasi gaya hidup dapat dilihat dari pemakaianya, para perempuan kontemporer di Kota Denpasar mengenakan kebaya ke pura dengan desain