• Tidak ada hasil yang ditemukan

Izat karya dan ilmiah 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Izat karya dan ilmiah 1"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH DAN DAMPAK RASM UTSMANI DALAM PENULISAN AL-QUR’AN TERHADAP UMAT ISLAM

( Oleh : Fikri Hidayat El Izat / 2015080022 ) Prodi : Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (A), Semester 4.

Abstrak :

al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah, selain sebagai pedoman kehidupan umat islam didalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan manusia dalam ber-agama seperti kaitannya dengan akidah, syariat, muamalah, kisah-kisah Nabi terdahulu dll. Tidak dapat dipungkiri kebenaran al-Qur’an adalah mutlak fii kulli zaman wal makan. Dalam perjalanannya bentuk al-Qur’an yang kita liat sekarang ini adalah hasil kerja keras para ulama terdahulu khususnya para Khulafaur Rasyidin. Khalifah yang menonjol dalam perbaikan mushaf al-Qur’an adalah khalifah ke-3 yaitu Utsman bin Affan.

Penyempurnaan bentuk tulisan al-Qur’an tujuannya tidak lain untuk menyatukan umat Islam dalam satu seragam, yaitu satu bentuk tulisan mushaf al-Qur’an yaitu Rasm Utsmani yang digunakan sampai sekarang ini. Rasm Utsmani adalah tata cara dalam penulisan al-Qur’an yang terdiri dari 4 orang panitia Zaid ibn Tsabit, Abdulllah ibn az-Zubair, Sa’id ibn al- Ash, dan Abdurrahman ibn Harits dalam masa Khalifah Utsman bin Affan.

Banyak ragam pendapat ulama tentang penulisan al-Qur’an terhadap Rasm Utsmani, mereka beralasan dengan diperkuat dalil masing-masing. Tetapi satu hal yang perlu kita garisbawahi, Rasm Utsmani telah memberikan dampak yang positif bagi umat Islam, diantaranya menyatukan umat Islam dalam satu penulisan al-Qur’an sehingga umat Islam lebih mudah membacanya.

Dalam Rasm Utsmani terdapat aturan-aturan yang telah ditetapkan, aturan tersebut digunakan dalam penulisan al-Qur’an dengan Rasm Utsmani dan digunakan sampai sekarang ini, aturan tersebut antara lain hadzf, ziyadah, badal dll.

(2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Rasmul Qur’an merupakan salah satu bagian disiplin ilmu al-Qur’an yang mana di dalamnya mempelajari tentang penulisan Mushaf al-Qur’an yang dilakukan dengan cara khusus, baik dalam penulisan lafadz-lafadznya maupun bentuk-bentuk huruf yang digunakan. Rasmul Qur’an dikenal juga dengan nama Rasm Utsmani.

Tulisan al-Qur’an ‘Utsmani adalah tulisan yang dinisbatkan kepada Sayyidina Utsman ra. (Khalifah ke III). Istilah ini muncul setelah rampungnya penyalinan al-Qur’an yang dilakukan oleh team yang dibentuk oleh Utsman pada tahun 25 H. Oleh para Ulama cara penulisan ini biasanya di istilahkan dengan “Rasmul ‘Utsmani’. Yang kemudian dinisbatkan kepada Amirul Mukminin Ustman ra.

(3)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Rasm Utsmani

Arti Rasm menurut bahasa adalah Atsar (bekas). Lafadz rasm sinonim (muradif) dengan lafadz Khat, Kitabah, Zubur, Satr dan Raqm. Rasm ada dua macam, yaitu Qiyasi dan Istilahi. Rasm qiyasi yang biasa disebut juga Rasm imla’i adalah penggambaran lafadz yang menggunakan huruf hijaiyah, dengan tetap memperhatikan standarisasi ibtida’ dan waqaf padanya. Sedang Rasm istilahi yang bisa juga disebut Rasm Utsmani adalah ejaan tulisan Zayd bin Sabit dan kawan-kawan yang dipakai untuk menulis al-Masahif al-Utsmaniyah.1

Rasm Usmani disebut juga Rasmul Qur’an atau Rasm Utsman adalah tata cara menuliskan Al-Qur’an yang ditetapkan pada masa khalifah Utsman bin Affan. Istilah rasmul Qur’an diartikan sebagai pola penulisan al-Qur’an yang digunakan Ustman bin Affan dan sahabat-sahabatnya ketika menulis dan membukukan al-Qur’an. Untuk melakukan pekerjaan ini Utsman membentuk tim empat yang terdiri dari Zaid ibn Tsabit, Abdulllah ibn az-Zubair, Sa’id ibn al- Ash, dan Abdurrahman ibn Harits.2 Mushaf Utsman ditulis dengan kaidah tertentu.

Kaidah ini teringkas dalam enam kaidah;

1. Al–Hadzf (membuang,menghilangkan, atau meniadakan huruf). Contohnya, menghilangkan huruf alif pada ya’ nida’ (س انلا اهي آآآي ).

2. Al-Ziyadah (penambahan), seperti menambahkan huruf alif setelah wawu atau yang mempunyai hukum jama’ (ليئ ارسا اونب ) dan menambah alif setelah hamzah marsumah (hamzah yang terletak di atas lukisan wawu ( اؤتفت هات).

1 Ahmad Malik Hammad, Miftah al-Aman f Rasm al-Qur’an, hlm. 12.

2 Manna’Khalil al-Qatthan, Mabahits Fi ‘Ulum al-Qur’an, Beirut : Mansyurat al-Hadits

(4)

3. Al-Hamzah, Salah satu kaidahnya bahwa apabila hamzah berharakat sukun, ditulis dengan huruf berharakat yang sebelumnya, contoh (نذئا ).

4. Badal (penggantian), seperti alif ditulis dengan wawu sebagai penghormatan pada kata (ةولصلا).

5. Washal dan Fashl (penyambungan dan pemisahan),seperti kata kul yang diiringi dengan kata ma ditulis dengan disambung ( املك ).

6. Kata yang dapat di baca dua bunyi. Suatu kata yang dapat dibaca dua bunyi,penulisanya disesuaikan dengan salah salah satu bunyinya. Di dalam mushaf ustmani, penulisan kata semacam itu ditulis dengan menghilangkan alif, contohnya,(كلم نيدلا موي ). Ayat ini boleh dibaca dengan menetapkan alif (yakni dibaca dua alif), boleh juga dengan hanya menurut bunyi harakat (yakni dibaca satu alif).3

B. Sejarah dan Urgensi Penulisan Rasm Utsmani

Dalam pembahasan Rasm al-Qur’an ini, kita tidak bisa terlepas dari awal penulisan ayat-ayat al-Qur’an yang dilakukan oleh para Sahabat Rasulullah SAW. Rasulullah dan sebagian orang-orang Arab pada zaman dahulu masih banyak yang belum bisa dan pandai menulis dan membaca. Sebagaimana al-Qur’an bercerita tentang hal tersebut :

ٍلل آضضض ىِفآل ُلْبآق ْنِم ا ْوُناآك ْنِإآو آةآمْكِحْلاآو آباآتِكْلا ُمُهُمّلآعُيآو ْمِهْيّكآزُيآو ِهِتاآيا ْمِهْيآلآع ا ْوُلْتآي ْمُهْنِم لل ْوُسآر آنْيّيّمُ ْلا ىِف آثآعآب ىِذّلا آوُه : ةعمجلا) ٍنْيِبُم

2

( .

“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul diantara mereka, yang membacakan ayat-ayatNya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. (Al-Jumu’ah : 2).4

Di zaman Nabi SAW al-Qur’an ditulis pada benda- benda sederhana, seperti di batu- batu, tulang- tulang, kulit unta, dan pelapah kurma. Tulisan al-Qur’an masih terpencar- pencar dan belum terhimpun dalam sebuah mushaf dan di simpan di rumah Nabi SAW. Penulisan ini bertujuan untuk membantu memelihara keutuhan dan kemurnian al-Qur’an.

3 Al-Suyuti, hlm. 147-156.

(5)

Di zaman Abu Bakar, al-Qur’an yang terpencar- pencar itu ditulis ke dalam shuhuf (lembaran- lembaran). Penghimpunan al-Qur’an dilakukannya setelah menerima usul Umar ibn al-Khatab yang khawatir akan semakin hilangnya para penghafal al-Qur’an karena sebanyak 70 orang sahabat yang hafal al-Qur’an gugur dalam perang Yamamah. Tujuan pokok penyalinan al-Qur’an pada masa Abu Bakar juga dalam rangka pemeliharaan ayat- ayat al-Qur’an.

Masa Khalifah Utsman ibn Affan, al-Qur’an disalin lagi ke dalam beberapa naskah. Untuk melakukan pekerjaan ini Utsman membentuk tim empat yang terdiri dari Zaid ibn Tsabit, Abdulllah ibn az-Zubair, Sa’id ibn al- Ash, dan Abdurrahman ibn Harits.5 Dalam melakukan pekerjaan itu mereka mengikuti ketentuan- ketentuan yang disetujui oleh Khalifah Utsman. Ketentuan itu adalah bahwa mereka menyalin ayat berdasarkan riwayat mutawatir, mengabaikan ayat-ayat mansukh yang tidak diyakini dibaca kembali di masa hidup Nabi SAW, tulisannya secara maksimal mampu mengakomodasi qira’at yang berbeda-beda, dan menghilangkan semua tulisan sahabat yang tidak termasuk ayat al-Qur’an. Para penulis dan para sahabat setuju dengan tulisan yang mereka gunakan ini.6 Utsman bin Affan berkata tentang hal ini : “Kalian yang ada di hadapanku telah

berselisih paham dan salah dalam membaca al-Qur’an, Penduduk daerah yang jauh dari kami tentu lebih besar lagi perselisihan dan kesalahannya. Bersatulah wahai para sahabat Muhammad, tulislah untuk semua orang satu imam (mushaf al-Qur’an pedoman) saja”.

Ibnu Jarir mengatakan berkenaan dengan apa yang telah dilakukan Uisman : “Ia menyatukan umat Islam dalam satu mushaf dan satu huruf, sedang mushaf yang lain disobek. Ia memerintahkan dengan tegas agar setiap orang mempunyai mushaf yang berlainan dengan mushaf yang disepakati itu membakar mushaf tersebut. Umat pun mendukungnya dengan taat dan mereka melihat bahwa Utsman telah bertindak sangat bijaksana.7

Dalam kitab “Manahil al-‘Irfan Fi ‘Ulum al-Qur’an” disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Rasm al-Qur’an atau al-Mushaf adalah :

هِف ْوُرُحو ِنارُقلا ِتاآمِلآك ِةآباآتِك ىف ُهْنآع ل ىِضر ناآمثُع هاآضآترا ىِذلا ُعْضآولا هب ُداآرُي ِفحصملا ُمْسآر

5 Manna’Khalil al-Qatthan, Mabahits Fi ‘Ulum al-Qur’an, Beirut : Mansyurat al-Hadits

al-‘Asr al-Hadits, hlm. 188.

(6)

" Rasm Mushaf yang dimaksud disini adalah kaidah yang disepakati oleh Utsman RA dalam penulisan kalimat-kalimat al-Qur’an dan hurufnya”8

C. Pendapat Para Ulama Tentang Rasm Utsmani

Para ulama berbeda pendapat tentang hukum rasm utsmani ini setelah kaidah-kaidah tersebut usai ditulis. Perdebatan para ulama tentang ini adalah seputar hukum rasm utsmani ini apakah dapat dihukumkan tauqifi, yaitu diajarkan langsung oleh Rasulullah SAW atau ini adalah hasil ijtihad para sahabat terdahulu. Oleh karena itu, perbedaan pendapat para ulama ini dibagi kepada tiga (3) golongan, diantaranya : 1. Jumhur ulama berpendapat bahwa rasm utsmani adalah tauqifi,9 sehingga tidak boleh menulis al-Qur’an selain dengan rasm utsmani ini. Dalil mereka berdasarkan penunjukan Nabi orang-orang yang khusus menulis ayat yang diwahyukan kepada Nabi, beliau memiliki sekretaris khusus untuk menulis ayat-ayat tersebut sehingga menjadi rampung penulisannya menjelang beliau wafat. Kemudian dilanjutkan oleh para Khulafa’ al-Rasyidin pewarisan al-Qur’an tersebut dengan berbagai terobosan mereka seperti yang kita bahas sebelumnya. Walaupun berbeda generasi, al-Qur’an tetap tidak berubah walau sedikitpun, hal ini menjadi jaminan Allah SWT tersendiri terhadap wahyu tersebut. Dalam riwayat diceritakan tentang peletakan kaidah rasm utsmani ini oleh Rasulullah SAW sendiri, yaitu Sabda beliau :

،آمْيِحّرلا ِدّوآجآو ، آنمْحّرلا ّدُمآو ،آل ِنّسآحآو ،آمْيِمْلا ِرّوآعُت آلآو ، آنْيسلا ِقّرآفآو ،آءاآبْلا بِصْناآو ،آمآلآقْلا ِفّرآحآو ،آةاآودلا ِقْلآأ آكآل ُرُكْذآأ ُهّنِإآف ،ىآرْسُيْلا آكِنُذُأ ىآلآع آكآمآلآق ْعآضآو.

“ Pertemukanlah tinta, miringkanlah pena, tegakkan huruf ba’, pisahkan huruf sin, jangan disembunyikan huruf mim, perbaiki kalimat Allah, panjangkan kalimat rahman, perhatikanlah kalimat rahim, dan letakkan penamu ditelingamu sebelah kiri agar aku mengingatkanmu tentang hal itu”.

Adapun ulama yang sepakat dengan tauqifinya rasm utsmani adalah Imam Ibn al-Mubarak dalam kitabnya Ibriz”, Abu ‘Amr ad-Dhani dalam karyanya “al-Muqni” dan beberapa ulama lainnya. Alasan Ibn al-Mubarak tentang hal ini adalah karena kekuatan dan rahasia yang tersimpan dibalik rasm tersebut.10 Penulisan huruf

8 Muhammad Abdul ‘Azim Az-Zarqani, Manahil al-Irfan f ‘Ulum al-Qur’an Juz I, Kairo :

Darul Kutub al-Ilmi, hlm. 369.

9 Ibid, hlm. 377.

10 Shubhi Shalih, Mabahits f ‘Ulum al-Qur’an, Cet. IX, Beirut : Darul Kutub al-‘Ilmi : 1997,

(7)

Ya’ dalam kalimat (ٍدييآأِب) misalnya, mengandung rahasia bahwa kekuatan Allah SWT berbeda dengan kekuatan manusia, maka ditambahkannya huruf ya’ pada kalimat tersebut adalah sebagai penghormatan kepada-Nya.11

Imam Malik pernah ditanya tentang hukum menulis al-Qur’an dengan rasm isthilahi, kemudian beliau menjawab :”Saya tidak sepakat dengan hal itu, menurut saya al-Qur’an harus ditulis sesuai dengan tulisan pada periode pertama”. Abu Amr ad-Dhani mengatakan bahwa tidak ada satupun ulama yang berseberangan dengan pendapat Imam Malik ini. Bahkan Imam Sakhawi berkata bahwa pendapat Imam Malik ini adalah pendapat yang benar, karena penulisan dengan model lain adalah tindakan pembodohan dan terhadap keutamaan yang telah ditorehkan oleh ulama periode pertama (sahabat).12

Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan bahwa diharamkan menyalahi rasm utsmani dalam penulisan wawu, alif, ya’, dan sebagainya. Sementara itu Imam an-Naisaburi suatu ketika pernah mengatakan bahwa wajib bagi para ulama, qari, dan penulis al-Qur’an untuk mengikuti rasm utsmani dalam penulisan al-Qur’an, karena rasm ini adalah rasm Zaid bin Tsait dan beliau adalah sekretaris Rasulullah SAW dan penulis wahyu.13

2. Sebagian ulama mengatakan bahwa rasm utsmani adalah isthilahi, yaitu berdasarkan ijtihad para sahabat, bukan tauqifi. Diantara ulama yang berpendapat seperti itu adalah Imam Ibn Khaldun dalam “Muqaddimah”nya dan Qadhi Abu Bakar al-Baqillani dalam “Nukat al-Intishar”. Pendapat mereka karena rasm utsmani ini tidak ada dalil nash dari al-Qur’an, hadits atau perkataan ulama yang memerintahkan dan melarang secara terang-terangan terhadap penulisan al-Qur’an dengan rasm tertentu.

Menurut al-Baqillani, Rasulullah SAW tidak pernah memerintahkan para sahabat untuk menulis al-Qur’an dengan satu bentuk tulisan, karena itulah banyak perbedaan penulisan al-Qur’an dalam mushaf. Sebagian sahabat menulis kalimat berdasarkan makharijul huruf, dan yang lain ada yang menambah atau mengurangi tulisan tersebut, karena mereka tahu bahwa tulisan itu hanya ijtihad para sahabat.

11 Jalaluddin as-Shuyuthi, Al-Itqan f ‘ulum al-Qur’an, Beirut : Muassasah al-Kutub

at-Tsaqafah: 1996, hlm. 448.

12 Muhammad Abdul ‘Azim Az-Zarqani, Manahil al-Irfan f ‘‘lum al-Qur’an Juz I, Kairo :

Darul Kutub al-Ilmi, hlm. 451.

(8)

3. Kelompok ketiga berpendapat bahwa diperbolehkan bahkan diwajibkan bagi orang awam untuk menulis al-Qur’an dengan model tulisan yang mereka kenal dan pahami, agar tidak terjadi perubahan dan kesalahpahaman. Namun dalam waktu yang sama, diharuskan menjaga dan melestarikan model tulisan rasm utsmani bagi kaum terpelajar dan cerdik cendekia, sebagai sebuah bentuk penghormatan terhadap warisan nenek moyang yang tak ternilai harganya.

D. Pengaruh Rasm Utsmani Terhadap Umat Islam

Terdapat berbagai dampak pengaruh setelah penulisan al-Qur’an dengan Rasm Utsmani semenjak dicetuskannya pada masa khalifah Utsman bin Affan ra. Antara lain

1. Menyatukan umat Islam dalam satu penulisan mushaf al-Qur’an yaitu Rasm Utsmani.

2. Tertib susunannya sesuai dengan tertib ayat dan surat yang diajarkan oleh Rasulullah, Sehingga tidak membingungkan masyarakat awam.

3. menjauhkan segala sesuatu yang bukan al-Qur’an, seperti tafsiran yang ditulis sebagian sahabat dalam mushaf pribadinya seperti Ibnu Mas’ud dan lainnya. 4. Penyusunan mushaf standar atau yang dikenal dengan mushaf Utsmani terbukti

ampuh meminimalisir adanya perpecahan di tubuh umat Islam.

5. Dalam Mushaf Utsmani Rasm ditulis dengan menggunakan Rasm yang sebisa mungkin mengakomodir perbedaan qira'at. Sehingga perselisihan akibat perbedaan qira'at bisa diminimalisir.

(9)

PENUTUP

Setelah menyaksikan dan mempelajari dengan seksama tentang rasm utsmani ini memanglah diperlukan untuk memelihara keaslian mushaf al-Qur’an dan lebih sesuai dengan kondisi ummat, dan sebagai satu cara untuk melestarikan rasm utsmani, kesepakatan para penulis al-Qur’an dengan rasm utsmani harus diindahkan dalam pengertian menjadikannya sebagai rujukan yang keberadaannya tidak boleh hilang dari masyarakat Islam. Sementara jumlah umat Islam dewasa ini cukup besar yang tidak menguasai rasm utsmani. Bahkan, tidak sedikit jumlah ummat Islam yang mampu membaca aksara arab. Mereka membutuhkan tulisan lain untuk membantu mereka agar dapat membaca ayat-ayat al-Qur’an, seperti tulisan latin. Namun demikian rasm utsmani harus dipelihara sebagai standar rujukan ketika dibutuhkan.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Malik Hammad, Miftah al-Aman fiRasm al-Qur’an.

Manna’Khalil al-Qatthan, Mabahits Fi ‘Ulum al-Qur’an, Beirut : Mansyurat al-Hadits al-‘Asr al-al-Hadits.

Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama, Jakarta : CV. Indah Press. Drs. H. Ramli Abdul Wahid, Ulumul Qur’an, Jakarta.

Muhammad Abdul ‘Azim Az-Zarqani, Manahil al-Irfan fi ‘Ulum al-Qur’an Juz I, Kairo : Darul Kutub al-Ilmi.

Shubhi Shalih, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an, Cet. IX, Beirut : Darul Kutub al-‘Ilmi : 1997.

Referensi

Dokumen terkait

Budidaya ayam ras khususnya ayam pedaging (broiler), mengalami pasang surut pada usaha kemitraan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya fluktuasi harga yang

Dalam kitab Majmu‟ Fatawa Fadlilatu as- Syaikh Sholih bin Fauzan al-Fauzan menjelaskan bahwa sesunguhnya cara untuk memusnahkan mushaf atau lembaran-lembaran yang ada

Tes pra tindakan yang diberikan sebanyak tiga soal, yaitu: (1) menentukan sudut- dalam dan sudut-luar segitiga dan menuliskan nama sudutnya dari gambar yang berbentuk

Untuk membangun kultur yang sehat dalam bisnis maka dalam etika bisnis Islam terdapat beberapa prinsip diantaranya adalah tentang Barometer Ketaqwaan Seseorang dan

Penulisan skripsi dengan judul “ Strategi Perencanaan Laba Operasi Dengan Analisis Biaya-Volume-Laba Pada PT Sahid Detolin Textile” ini disusun sebagai salah satu syarat

Terlihat bahwa waktu cangkang kapsul pecah dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3 dimana dalam medium pH 4,5 dan 6,8 cangkang kapsul kalsium alginat dapat mengembang dan terjadi

pengarang adalah sebagai jurnalis dan dosen, latar keluarga pengarang yang religius, serta latar penciptaan novel berdasarkan pengalaman pengarang ketika

Sumandiyo Hadi bahwa pengertian koreografi kelompok adalah komposisi yang ditarikan lebih dari satu (tiga penari), kuartet (empat penari) dan jumlah yang lebih banyak