• Tidak ada hasil yang ditemukan

modal sosial petani dalam kelompok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "modal sosial petani dalam kelompok"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani. Sampai sekarang, petani masih menjadi seseorang yang berjasa untuk menyedikan pangan bagi seluruh rakyat Indonesia. Tanpa keberadaan petani, ketersediaan pangan dan ketahanana pangan di Indonesia akan terancam. Namun, petani yang biasa saja akan sulit untuk bisa memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia. Di era yang sudah modern ini hendaknya para petani sudah bisa menjadi petani yang profesional. Tidak sekedar bertani hanya untuk memenuhi kebutuhan pribadi tetapi bertani untuk bisa menghasilkan produksi yang maksimal dan bisa memberikan pendapatan bagi keluarga maupun menambah devisa Negara.

Pada dasarnya manusia disamping sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial. Mereka membutuhkan orang lain untuk bisa menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi. Begitu juga petani. Petani juga membutuhkan orang lain untuk bisa menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadap saat bertani agar produksinya dapat meingkat. Di zaman yang modern ini sudah banyak didirikan lembaga atau organisasi yang bisa mewadahi para petani untuk bisa mengembangkan dirinya. Salah satunya adalah adanya kelompok tani.

Dalam kelompok tani, para petani bisa mendapatkan berbagai manfaat. Beberapa manfaat yang didapat saat menjadi anggota kelompok tani adalah para petani akan lebih terorganisir dalam memenuhi kebutuhan saprodi. Selan itu keikutsertaan dalam kelompok tani juga akan mempermudah petani menyelesaikan berbagi permasalahannya secara bersama-sama. Turut serta dalam kelompok tani juga akan melatih para petani untuk bisa melakukan kegiatan sosial sesama anggota kelompok. Kemudahan untuk mendapatkan berbagai bantuan dari pemerintah setempat juga akan didapatkan bagi para anggota kelompok tani. Manfaat lain saat ikut serta dalam kelompok tani adalah mempunyai akses lebih untuk bisa menyampaikan kebutuhan maupun keluhan kepada para “petinggi”. Begitu banyak manfaat yang didapat sebagai anggota kelompok tani.

(2)

modal yang dimiliki para petani untuk bisa berkumpul dalam suatu kelompok dan ingin mencapai tujuan secara bersama-sama disebut modal sosial.

Modal Sosial (social capital) sebagai salah satu strategi pengembangan jaringan strategis, dalam lingkup yang lebih luas, dipercaya dapat mempengaruhi perubahan ekonomi. Modal sosial (social capital) yang didasarkan pada tingkat kepercayaan dan hubungan secara emosional pada sebuah grup dan organisasi dapat mempengaruhi tingkat partisipasi dan tingkat kesejahteraan pada grup dan tingkat organisasi itu (Suwandi dalam Yusnitasari 2006). Modal sosial dalam kelompok tani sangat dibutuhkan. Menurut Colemann (1999) modal sosial adalah kewajiban dan harapan, saluran-saluran informasi dan norma-norma sosial. Merupakan kemampuan kerja bersama menghadapi seluruh permasalahan, untuk mencapai tujuan dalam kelompok atau organisasi. Sehingga dalam suatu kelompok tani akan terjadi sinergi yang baik antar anggotanya ketika mereka juga memiliki modal sosial yang hampir sama dan saling melengkapi. Inilah mengapa dalam seminar kelas ini saya mengambil topik mengenai “Modal Sosial dalam Kelompok Tani”.

II. MODAL SOSIAL DALAM KELOMPOK TANI

A. Pengertian Kelompok tani

(3)

meningkatkan produktivitas usaha tani melelui pengelolaan usaha tani secara bersamaan. Kelompok tani juga digunakan sebagai media belajar organisasi dna kerjasama antar petani. Dengan adanya kelompok tani, para petani dapat bersama-sama memecahlan permasalahan yang antara lain berupa pemenuhan saran produksi pertanian, teknis produksi dna pemasaran hasil. Kelompok tani sebagai wadah organisasi dan bekerjasama antar anggota mempunyai perananan yang sangat penting dalma kehidupan masyarakat tani, sebab segala kegiatan dan permasalahan dalam berusaha tani dilaksanakan oleh kelompok secara bersamaan. Melihat potensi tersebut maka kelompok tani perlu dibina dan diberdayakan lebih lanjut agar dapat berkembang secara optimal (Kusuma, 2014).

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 237/Kpts/OT.160/4/2007 Kelompok tani adalah Kumpulan petani / peternak / pekebun yang di bentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kondisi,lingkungan ( sosial, ekonomi, sumber daya ) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Kelompok tani akan membentuk komunitas petani dalam rangka mempermudah pengadaan sarana produksi pertanian seperti bibit, pupuk dan obat-obatan. dengan adanya Kelompok Tani biaya pengadaan sarana produksi pertanian dapat di tanggung bersama dan dalam kelompok tani memiliki kekuatan untuk menentukan harga hasil pertanian anggotanya.

Kelompok tani adalah kumpulan petani yang terikat secara non formal dan di bentuk atas dasar kesamaan, kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya), keakraban dan keserasian, serta mempunyai pimpinan untuk mencapai tujuan bersama (Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2002).

Kelompok tani merupakan suatu bentuk perkumpulan petani yang berfungsi sebagai media penyuluhan. Kelompok tani sebagai media penyuluhan bertujuan untuk mencapai petani tangguh yang memiliki keterampilan dalam menerapkan inovasi, mampu memperoleh tingkat pendapatan guna meningkatakan kualitas hidup sejajar dengan profesi yang lain, mampu menghadapi resiko usaha, mampu memanfaatkan asas skala usaha ekonomi, memiliki kekuatan mandiri dalam menghadapi pihak-pihak lain dalam dunia usaha sebagai salah satu komponen untuk membangun pertanian maju, efisien dan tangguh sebagaimana dimaksud dalam GBHN Tahun 1993.

(4)

mempertahankan kelompok dapat bertahan dan mampu mengembangkan potensi sumberdaya manusia masing-masing anggota kelompok tani tersebut (Situmorang, et al. 2012 )

Pembentukan kelompok tani berdasarkan kesamaan kebutuhan merupakan faktor pentingdalam pembentukan modal sosial kelompok tani,antara lain kerjasama yang terjadi adalah kerjasama untuk meningkatkan kemampuan masing-masing anggota dalam berusaha tani maupun agribisnis, rasa saling percaya diantara anggota relatif besar demikian juga terhadap penyuluh pertanian yang ada, anggota kelompok tani percaya bahwa diskusi yang dilakukan mampu memecahkan masalah pertanian yang dihadapi (Situmorang, et al. 2012 ).

B. Pengertian Modal sosial

Menurut Shahra (2003) pertama kali pengertian modal sosial digulirkan oleh Lyda Judson Hanifan (1916) yang diartikan sebagai kiasan bukan dalam arti material, yaitu aset atau modal nyata yang penting dalam hidup masyarakat, termasuk kemauan baik, rasa bersahabat, saling simpati, serta hubungan sosial dan kerjasama yang serta antara individu dan keluarga yang membentuk suatu kelompok sosial.

Modal sosial adalah suatu keadaan yang membuat masyarakat atau sekelompok orang bergerak untuk mencapai tujuan bersama. Modal sosial beserta komponen-komponennya menjadi perekat yang akan menjaga kesatuan anggota kelompok. Modal yang satu ini penting diwujudkan dalam bentuk gerakan bersama, dalam konteks hubungan antar-individu dalam komuniotas, lembaga, asosiasi, kelompok, tim dan sejenisnya. Didalam prosesnya, gerakan itu ditopang oleh nilai norma yang khas, yaitu trust, saling memberi dan menerima, toleransi, penghargaan partisipasi, kerjasama dan proaktif, serta nilai-nilai positif saling mengikat dan menjadi penentu kualitas dan energi sosial yang dihasilkan agar dapat membawa kemajuan bersama. Pengikatan inilah yang menyatukan setiap anggota kelompok dan memberi aksi bersama yang dilakukan secara efisien dan efektif (Djohan, 2007).

(5)

Modal Sosial dalam sebuah komunitas, organisasi, atau kelompok adalah sebuah akumulasi dari modal perorangan yang kemudian tergabung menjadi modal kolektif yang dapat dimanfaatkan seluruh anggota komunitas. Jaringan hubungan (relational/network) adalah titik sentral dalam teori modal sosial, yang dengan jaringan itu akan mampu menyediakan kepemilikan modal kolektif bagi para anggota organisasi (Permadi dalam Annam, 2013). Lebih jauh (Leana dalam Anam, 2013) mengidentifikasi modal sosial organisasi sebagai atribut kolektif dari jumlah koneksi yang dimiliki individu dalam organisasi. Komponen utama modal sosial organisasi adalah Asosiabilitas dan Trust. Keduanya dipandang Permadi sebagai komponen penting bagi suatu organisasi untuk memperoleh keuntungan dari adanya modal sosial di dalamnya.

Portes (2000) menyebutkan bahwa modal sosial ini sebenarnya memiliki dua arti berbeda, yakni modal sosial dalam arti individual dan modal sosial dalam arti kolektif. Menurutnya seorang individu bisa juga memiliki suatu modal sosial yang berguna bagi aktualisasi dirinya, begitu juga dengan kelompok masyarakat juga memiliki modal sosial yang dapat dipakai dalam mengoptimalkan potensi terbaiknya.

Brehm dan Rahn (dalam Ibrahim, 1997) menjelaskan bahwa modal sosial adalah jaringan kerjasama di antara warga masyarakat yang memfasilitasi pencarian solusi dari permasalahan yang dihadapi. Woolclock (1998) mendefinisikan modal sosial sebagai “the information, trust, and norms of reciprocity inhering in one’s social networks”. Sedangkan modal sosial menurut Coen and Prusak (2001), modal sosial adalah kumpulan dari hubungan yang aktif di antara manusia : rasa percaya, saling pengertian dan kesamaan nilai dan perilaku yang mengikat anggota dalam sebuah jaringan kerja dan komunitas yang memungkinkan adanya kerjasama.

Fukuyama dalam Inayah (1999) menyatakan bahwa modal sosial memegang peranan yang sangat penting dalam memfungsikan dan memperkuat kehidupan masyarakat modern. Modal sosial merupakan syarat yang harus dipenuhi bagi pembangunan manusia, pembangunan ekonomi, sosial, politik dan stabilitas demokrasi, Berbagai permasalahan dan penyimpangan yang terjadi di berbagai negara determinan utamanya adalah kerdil-nya modal sosial yang tumbuh di tengah masyarakat. Modal sosial yang lemah akan meredupkan semangat gotong royong, memperparah kemiskinan, meningkatkan pengangguran, kriminalitas, dan menghalangi setiap upaya untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk.

(6)

aturan-aturan, norma-norma, kewajiban-kewajiban, hal timbal balik dan kepercayaan yang mengikat dalam hubungan sosial, struktur sosial dan pengaturan-pengaturan kelembagaan masyarakat yang memungkinkan para anggota untuk mencapai hasil sasaran individu dan masyarakat mereka.

C. Unsur dalam modal sosial

Blakeley dan Suggate, dalam Suharto (2007) menyatakan bahwa unsur-unsur modal sosial adalah: (1) Kepercayaan, tumbuhnya sikap saling percaya antar individu dan antar institusi dalam masyarakat; (2) Kohesivitas, adanya hubungan yang erat dan padu dalam membangun solidaritas masyarakat; (3) Altruisme, paham yang mendahulukan kepentingan orang lain; (4) Perasaan tidak egois dan tidak individualistik yang meng-utamakan kepentingan umum dan orang lain di atas kepentingan sendiri; (5) Gotong-royong, sikap empati dan perilaku yang mau menolong orang lain dan bahu-membahu dalam melakukan berbagai upaya untuk kepentingan bersama; dan (6) Jaringan, dan kolaborasi sosial, membangun hubungan dan kerjasama antar individu dan antar institusi baik di dalam komunitas sendiri/ kelompok maupun di luar komunitas/kelompok dalam berbagai kegiatan yang memberikan manfaat bagi masyarakat.

Hasbullah (2006) dalam Inayah mengetengahkan enam unsur pokok dalam modal sosial berdasarkan berbagai pengertian modal sosial yang telah ada, yaitu:

1. Participation in a network. Kemampuan sekelompok orang untuk melibatkan diri dalam suatu jaringan hubungan sosial, melalui berbagai variasi hubungan yang saling berdampingan dan dilakukan atas dasar prinsip kesukarelaaan (voluntary), kesamaan (equality), kebebasan (freedom), dan keadaban (civility). Kemampuan anggota kelompok atau anggota masyarakat untuk selalu menyatukan diri dalam suatu pola hubungan yang sinergis akan sangat besar pengaruhnya dalam menentukan kuat tidaknya modal sosial suatu kelompok.

2. Reciprocity. Kecenderungan saling tukar kebaikan antar individu dalam suatu kelompok atau antar kelompok itu sendiri. Pola pertukaran terjadi dalam suatu kombinasi jangka panjang dan jangka pendek dengan nuansa altruism tanpa mengharapkan imbalan. Pada masyarakat dan kelompok-kelompok sosial yang terbentuk yang memiliki bobot resiprositas kuat akan melahirkan suatu masyarakat yang memiliki tingkat modal sosial yang tinggi.

(7)

seperti yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling mendukung. Paling tidak, yang lain tidak akan bertindak merugikan diri dan kelompoknya (Putnam, 1993). Tindakan kolektif yang didasari saling percaya akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam berbagai bentuk dan dimensi terutama dalam konteks kemajuan bersama. Hal ini memungkinkan masyarakat untuk bersatu dan memberikan kontribusi pada peningkatan modal sosial.

4. Social norms. Sekumpulan aturan yang diharapkan dipatuhi dan diikuti oleh masyarakat dalam suatu entitas sosial tertentu. Aturan-aturan ini biasanya ter-institusionalisasi, tidak tertulis tapi dipahami sebagai penentu pola tingkah laku yang baik dalam konteks hubungan sosial sehingga ada sangsi sosial yang diberikan jika melanggar. Norma sosial akan menentukan kuatnya hubungan antar individu karena merangsang kohesifitas sosial yang berdampak positif bagi perkembangan masyarakat. Oleh karenanya norma sosial disebut sebagai salah satu modal sosial. 5. Values. Sesuatu ide yang telah turun temurun dianggap benar dan penting oleh

anggota kelompok masyarakat. Nilai merupakan hal yang penting dalam kebudaya-an, biasanya ia tumbuh dan berkembang dalam mendominasi kehidupan kelompok masyarakat tertentu serta mempengaruhi aturan-aturan bertindak dan berperilaku masyarakat yang pada akhirnya membentuk pola cultural.

6. Proactive action. Keinginan yang kuat dari anggota kelompok untuk tidak saja berpartisipasi tetapi senantiasa mencari jalan bagi keterlibatan anggota kelompok dalam suatu kegiatan masyarakat. Anggota kelompok melibatkan diri dan mencari kesempatan yang dapat memperkaya hubungan-hubungan sosial dan menguntung-kan kelompok. Perilaku inisiatif dalam mencari informasi berbagai pengalaman, memperkaya ide, pengetahuan, dan beragam bentuk inisiatif lainnya baik oleh individu mapunvhvjh kelompok, merupakan wujud modal sosial yang berguna dalam membangun masyarakat.

(8)

 Pola BONDING dari modal sosial akan cenderung memperkuat ikatan struktur sosial ke dalam

 Pola BRIDGING dari modal sosial akan memperkuat ikatan struktur sosial ke luar  Kombinasi antara unsur jaringan dan kepercayaan akan membentuk pola BRIDGING

SOCIAL CAPITAL

 Kombinasi antara unsur kepercayaan dan norma akan membentuk pola BONDING SOCIAL CAPITAL

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi modal sosial

Sedangkan menurut Wulandari (2013) ada beberapa faktor yang mempengaruhi modal sosial petani, yaitu:

1. Umur petani

Umur berpengaruh nyata terhadap modal sosial. Semakin muda/produktif umur petani maka semakin kuat modal sosial yang dimiliki.

2. Pendidikan

Kapasitas belajar seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya, karena ada kegiatan belajar yang memerlukan tingkat pengetahuan tertentu untuk dapat memahaminya. Semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka seseorang akan lebih termotivasi mencari informasi maupun peluang untuk memperbaiki sikap, pengetahuan maupun keterampilan dalam melakukan usahatani. Dengan demikian semakin tinggi pendidikan maka semakin kuat modal sosial yang dimiliki petani.

3. Luas lahan

Lahan merupakan salah satu faktor produksi yang penting untuk meningkatkan produktivitas pertanian. semakin luas lahan petani semakin kuat modal sosial petani. 4. Akses pada media massa

Akses terhadap media massa berperan penting dalam melakukan usahatani. Semakin mudah akses petani terhadap media massa maka semakin kuat modal sosial yang dimiliki oleh petani.

E. Modal Sosial dalam Kelompok Tani

(9)

sendiri, warga tersebut dibantu warga lainnya secara sukarela. Dengan hubungan sosial yang erat; pola polarisasi, pengkotak-kotakan, dan pembilahan sosial menjadi luntur (Gunawan, 2005:386).

Wibowo (2007) dalam penelitiannya mengemukakan sumber modal sosial salah satunya yaitu kelembagaan sosial budaya. Dulu sebenarnya sudah ada yang kegiatannya antara lain dalam kegiatan yang berkaitan dengan dunia pertanian. Di dalam pengeloalaan usahataninya jaman dahulu dilakukan secara kegorongroyongan yang tergabung dalam kelompok tani. Kelompok tani tersebut terbagai dalam dua hal, yakni kelompok tani laki-laki dan kelompok tani wanita. Kelompok tani dibentuk tidak sematamata untuk usahatani tetapi juga dimanfaatkan sebagai wadah dalam membicarakan segala sesuatu yang dihadapi oleh masyarakat setempat. Biasanya kelompok tani tersebut berada pada hamparan sawah tertentu. Selain membicarakan masalah-masalah dalam dunia pertanian, perkeumpulan kelompok tersebut juga dimanfaatkan dalam membangun kebersamaan. Bagaimana membangun jalan, bagaimana membangun saluran, bagaimana menjaga lingkungan yang kondusif dan seterusnya. Ini berarti keberadaan kelembagaan tersebut akan membentuk nilai-nilai modal sosial di masyarakat. Masyarakat akan memiliki kemandirian dan sudah barang tentu tidak mau tergamang pada pihak lain. Kemandirian berarti mandiri dalam pengambilan keputusan dan berani menolak segala sesuatu yang membahayakan eksistensinya.

Modal sosial dapat dikatakan penting dalam kaitannya dengan kelompok tani, hal ini dikarenakan petani harus memiliki modal sosial yang kuat agar bisa mencapai apa yang dijadikan tujuan dalam kelompok. Ketika petani memiliki modal sosial yang berupa kepercayaan, norma, dan jaringan yang kuat maka diharapkan apa yang terjadi dalam kelompok dapat dimanfaatkan dan diselesaikan secara bersama-sama dalam kelompok itu sendiri untuk mencapai tujuan. Implementasi adanya modal sosial yang kuat seperti kerjasama, simpati, hubungan timbal balik, dan rasa saling percaya.

(10)

sehingga memungkinkan mereka untuk bertemu dengan intensitas yang tinggi; (4) tujuan kelompok sosial yang bersifat realistis yaitu langsung menyentuh kepada anggota dengan menjadikam social capital dalam kelompok tani dapat berjalan. Sehingga modal sosial bermanfaan dalam mencapai tujuan kelompok tani “Mardi Utomo” yaitu memenuhi kebutuhan rumah dan pengolahan sawah bagi anggotanya.

Menurut Inayah (2012) modal sosial akan tumbuh dan berkembang kalau digunakan bersama dan akan mengalami kepunahan kalau tidak dilembagakan secara bersama, oleh karena itu, pewarisan nilai modal sosial dilakukan melalui proses adaptasi, pembelajaran, serta pengalaman dalam praktek nyata. Dari pengertian tersebut bisa dilihat bahwa modal sosial sebenarnya memang sangat berperan dalam suatu kelembagaan. Terlebih dalam kelembagaan seperti kelompok tani, para petani bisa terus mengembangkan modal sosial mereka melalui berbagai kegiatan yang ada dalam kelompok.

Danang Cahya Permadi (Undip, 2002) dalam tesisnya yang berjudul Analisis Pengaruh Modal Sosial Organisasi dan Modal Intelektual Organisasi Terhadap Keunggulan Organisasi menyimpulkan 2 hal. Pertama, Modal sosial organisasi memiliki andil yang besar dalam proses transformasi organisasi belajar untuk meningkatkan Modal Intelektual Organisasi. Keberadaan berbagi pengetahuan antara individu atau kelompok dalam organisasi mempercepat terjadinya transformasi pengetahuan yang menciptakan modal intelektual dalam organsiasi dan begitu sebaliknya. Kedua, Modal sosial organisasi memliki andil yang besar dalam meningkatkan keunggualan organisasi. Hal ini bisa terjadi karena secara struktural, relasional dan kognitif, memampukan organisasi untuk memprediksikan perubahan yang terjadi di luar organisasi.

(11)

dalam memecahkan hambatan tersebut. Peranan modal sosial yang cukup kuat juga ditopang oleh kentalnya kehidupan beragama dan bersaudara, sehingga menghasilkan jaringan dan rasa saling percaya yang cukup kuat sebagai landasan bekerja sebagai satu kelompok.

Dari beberapa penelitian yang didapat dapat dilihat berbagai bukti nyata adanya peranan modal sosial yang ada dalam kelompok tani. Modal sosial di dalam kelompok tani bisa berkembang seiring berjalannya waktu, Modal sosial juga memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap keeksisan suatu kelompok tani.

III. KESIMPULAN

1. Modal sosial adalah suatu bekal/modal yang ada dalam diri manusia yang muncul apabila manusia tersebut berinteraksi dengan lingkungan bisa berupa jaringan, norma, nilai-nilai, dan kepercayaan. Modal sosial tersebut akan terus berkembang apabila terus dilembagakan melalui berbagai proses yang dialami oleh manusia itu sendiri. 2. Unsur pokok dalam modal sosial dalam kelompok tani adalah norma, jaringan, dan

kepercayaan.

3. Modal sosial dalam kelompok tani bisa berperan ke dalam kelompok tani maupun keluar kelompok tani. Berperan ke dalam untuk bertahannya organisasi dan kesejahteraan anggota, sedangkan peran keluarnya adalah untuk keeksistensian organisasi di mata publik.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Anam, K. 2013. Identifikasi Modal Sosial salam Kelompok Tani dan Implikaisnya terhadap Kesejahteraan Anggota Kelompok Tani. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya.

Cohen, D. dan Prusak, L.2001. In Good Company. Harvard Business Press, Boston.

Colleman James S.1999. Sosial Capital in The Creation of Capital in The Creation of Human Capital. The World Bank Washington DC Hal.13

Cox Eva. 1995. A Truly Civil Society . ABC Books. Sedney.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Kalimantan Timur 2002. Petunjuk Pengembangan, Bimbingan Penyuluhan dan Kelembagaan Kelompok Tani, Samarinda

Fukuyama, Francis, 2001, Sosial Capital; Civil Society and Development, Third World Quarterly, Vol 22.

Gunawan, Jamil. 2005. Desentralisasi, Globalisasi, dan Demokrasi Lokal. Jakarta ,LP3ES.

(13)

Ibrahim, Tarik Jabal, 2003, Sosiologi Pedesaan <http://sanggarkehidupan.blogspot.com/ 2008/11/analisa-masalah-sosial.htm>. Diakses pada tanggal 22 September 2014, pukul 09.54wib.

Inayah. 2012.Peranan Modal Sosial dalam Pembangunan. Jurnal Pengembangan Humaniora Vol. 12 No. 1, April 2012

Kusuma. 2014. Pengertian Kelompok Tani

<http://tarunatanikutaliman.wordpress.com/2014/04/22/pengertian-kelompok-tani/comment-page-1/> . diakses pada 22 September 2014

Permadi, Danang Cahya. 2002. Analisis Pengaruh Modal Sosial Organisasi dan Modal Intelektual Organisasi terhadap Keunggulan Organisasi.Tesis Magister Manajemen IPB.

Portes, Alejandro.2000. The Two Meanings of Sosial Capital, Sociological Forum, Vol. 15, No. 1.

Putnam, R.D. (1993). The prosperous community: social capital and public life. American Prospect, 13: 35-42

Situmorang, E.R, Manzilati, A, and Kaluge,D. 2012. Modal Sosial Dan Keberhasilan Pelaksanaan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan Di Kabupaten Manokwari. SEPA: Vol. 8 No.2

Shahra, R. 2003. Modal Sosial : Konsep dan Aplikasi. Jurnal Masyarakat dan Budaya .Vo:V No. 1/ 2003. PMB.LIPI Jakarta

Sugihantono, A. 2013. Modal Sosial dan Partisipasi Masyarakat. Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

Wibowo, A. 2007. Menumbuhkembangkan Modal Sosial dalam Pengembangan Partisipasi Masyarakat. M'POWER, No.5 Vol. 5 Maret 2007

Woolclock, M. 1998. Sosial Capital and Economics Development : Toward a Theoritical Synthesis and Policy Frmaework. Theory and Society, Vol 27, 151-208.

Wulandari, Septi. 2013. Pengaruh Modal Sosial Petani terhadap Adopsi Inovasi Budidaya Bawang Merah di Lahan Pasir Pantai Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul,. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada.

Yusnitasari, Antik. 2006. Analisis Hubungan Modal Sosial (Sosial Capital) dengan Tingkat Partisipasi Petani Tebu dalam Pelaksanaan Kemitraan dengan Pabrik Gula Kebon Agung . Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya: Malang.

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Dua variabel penting yang berpotensi menjelaskan hubungan job insecurity dan kepuasan kerja adalah employability – yang didefinisikan sebagai persepsi karyawan terhadap

Uji konektivitas dilakukan dengan cara ping dari komputer kantor pusat di Jakarta ke komputer kantor cabang di Surabaya, ditunjukkan pada Gambar 3.4.. Mekanisme

Wilayah pesisir yang ideal untuk usaha budidaya tambak, sebaiknya memiliki per- syaratan lokasi tambak yaitu kualitas tanah, kualitas air laut, dan kualitas air tawarnya

yang telah diencerkan dituangkan ke dalam lobang sarang yang dipilih. Volume racun yang dituangkan disesuaikan dengan diameter lobang sarang. Semakin besar lobang

Penambahan minyak ikan dan minyak jagung dalam pakan ikan sidat berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan sidat, dan penambahan asam lemak berupa minyak ikan dan minyak

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan kemampuan berbahasa pada anak kelompok A TK Aisyiyah Trangsan I Gatak Kabupaten Sukoharjo dapat

Karyawan toko yang menawarkan produk sesuai kebu- tuhan dan keinginan konsumen, membantu konsumen memilih produk yang sesuai keinginan dan kebutuhan pelanggan,